Anda di halaman 1dari 13

Teknologi Penanganan Hasil Perikanan

“Proses Pembuatan Ikan Garam”

DISUSUN OLEH :
Kelompok I
Nama : Fajrin Tuduhu
: Agsa Jainahu
: Riska S toroka

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN (THP)


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
(UMMU) TERNATE
TAHUN 2018
Ikan yang telah mati cepat sekali
membusuk. Dibandingkan dengan daging
sapi, buah ataupun sayuran, daging ikan
lebih cepat mengalami proses kemunduran
mutu (proses pembusukan). Hal ini
disebabkan oleh aktivitas mikroba (jasad
renik) yang terdapat dalam seluruh lapisan
daging ikan, terutama bagian insang, isi
perut, dan kulit (lendir).
Proses pembusukan ikan tidak bisa
dihindari, tetapi hanya bisa dihambat.
Salah satu caranya adalah menekan
perkembangan mikroba-mikroba
pembusuknya. Mikroba ini akan
berkembangbiak lambat bila kondisi
lingkungannya tidak optimal untuk
hidupnya.
Setiap mikroba memerlukan media
(lingkungan hidup) dan makanan yang
sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Apabila kondisi
lingkungan ini tidak sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangannya, maka
pada awalnya mikroba akan mencoba untuk
menyesuaikan diri.
Bahan dan Peralatan
Bahan baku pembuatan ikan asin adalah
ikan dan garam. Untuk mendapatkan ikan
asin berkualitas, bahan baku harus bermutu
baik. Ikannya harus segar dan garamnya
adalah garam murni. Ukuran dan jenis ikan
sebaiknya seragam agar proses penetrasi
(peresapan) garam dalam daging ikan bisa
sempurna.
Ikan yang telah bersih ditiriskan dalam
keranjang lalu ditimbang. Garam juga
ditimbang sesuai dengan berat yang
dibutuhkan. Kebutuhan garam
disesuaikan dengan selera yang
diinginkan. Jika dikehendaki rasa asin
maka jumlah garam yang diperlukan agak
banyak. Sebaliknya, bila dikehendaki rasa
agak tawar maka jumlah garam dikurangi.
Pengeringan
Ikan yang telah diproses dalam penggaraman
serta telah dicuci dan ditiriskan bisa langsung
dijemur di atas para-para. Penjemuran
sebaiknya ditempat yang tidak terkotori oleh
debu atau kotoran lain. Dalam penjemuaran
ini ikan ukuran besar yang dibelah tubuhnya
diletakkan dalam posisi terbuka. Bagian
tubuhnya yang terbelah ditaruh dibagian atas
agar terkena sinar matahari langsung.
Di daerah yang intensitas sinar matahari
mencapai 8 jam/hari atau lebih, diperlukan waktu
pengeringan selama 3 hari berturut-turut. Untuk
mengukur tingkat kekeringan ikan dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, ditekan
dengan ibu jari dan telunjuk tangan pada tubuh
ikan. Pada ikan kering tekanan jari tidak akan
menimbulkan bekas. Cara kedua adalah melipat
tubuh ikan. Ikan asin yang telah kering tidak akan
patah jika bagian tubuhnya dilipatkan.
. Penyimpanan
Pengeringan dengan penjemuran
merupakan salah satu cara pengawetan ikan
yang paling praktis dan murah. Bila
pengeringan dilakukan dengan baik akan
dihasilkan ikan asin yang berkualitas baik
pula. Ikan asin kering harus disimpan
dengan cara yang benar agar tidak cepat
rusak.
Ikan asin yang telah dikeringkan disusun
rapi di dalam packing dengan kotak kayu
(peti) atau keranjang yang dilapisi kertas
dan ditaruh dalam ruangan (gudang) yang
sejuk dan kering serta memiliki ventilasi
yang baik. Tumpukan peti/keranjang dalam
gudang tersebut diatur sedemikian rupa
agar sirkulasi udara di dalamnya tidak
terhambat.
Manfaat Ikan Asin Bagi Kesehatan

Manfaat ikan asin dapat membantu


tubuh dalam mempercepat penyembuhan
luka. Namun mungkin hal ini tidak berlaku
apabila anda mengalami hemofilia.
Kandungan yang berperan dalam
penyembuhan luka pada ikan asin berasal
dari manfaat zat besi yang cukup tinggi, yaitu
sekitar 3 mg per 100 gr ikan asin.
Baik untuk kesehatan tulang dan
gigi

Menambah tinggi badan pada masa


pertumbuhan
Mencegah osteoporosis
Mencegah kelainan pada tulang
Memperkuat struktur tulang
“PERCAYALAH APA YANG KAMU LIHAT,
MAKA KEBENARAN AKAN MUNCUL DI
HADAPANMU.”

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai