Oseanografi
“Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Hasil Perikanan”
DISUSUN OLEH :
Kelompok V
: Agsa Yainahu
: M.Riski Syamsi
Assalamu’allaikum Wr Wb
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul : Pengaruh Suhu
Permukaan Laut Terhadap Hasil Perikanan dengan baik, salawat serta salam semoga tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarga yang telah
memperjuangkan dinul islam dan memberi petunjuk jalan kebenaran, amien.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekuranagan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi melengkapi makalah ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
masarakat khususnya Fakultas Pertanian. Amien.
Wasalamu’alaikum Wr Wb
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Suhu.....................................................................................................................................2
2.2 Salinitas...............................................................................................................................2
2.3 Derajat Keasaman..............................................................................................................2
2.4 Oksigen Terlarut................................................................................................................2
2.5 Kecerahan...........................................................................................................................2
2.6 Arus.....................................................................................................................................2
2.7 Gelombang..........................................................................................................................3
2.8 Pasang Surut.......................................................................................................................3
2.9 Gambar 1. Peta Laut Banda C..........................................................................................4
BABA IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................20
5.2 Saran..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUANA
Benua Maritim Indonesia (BMI), secara geografis terletak di daerah tropis berada diantara
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta diantara benua Asia dan Australia. Posisi
BMI yang strategis inilah yang menjadikan kondisi atmosfer dan lautan sangat kompleks
dalam mengendalikan sirkulasi atmosfer regional dan global. Berbagai sirkulasi global
atmosfer dan laut yang melintasi wilayah BMI menyebabkan tingginya variabilitas iklim
di atasnya.
Upwelling merupakan suatu proses naiknya massa air laut dari lapisan dalam laut
ke permukaan. Adanya angin yang mendorong lapisan air pada permukaan mengakibatkan
kekosongan massa air di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan
kekosongan yang berada di atas. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas tinggi, dan zatzat hara yang kaya ke permukaan (Nontji,1993 dalam Putra,
2012).Proses upwelling dapat terindikasi dari sebaran konsentrasi chlorophylla yang
bervariasi Secara spasial dan temporal. Konsentrasi chlorophyll-a lebih tinggi pada
perairan pantai dan pesisir, serta rendah diperairan lepas pantai, namun pada daerahdaerah
tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi chlorophyll-a dalam jumlah yang
cukup tinggi, yang merupakan fenomena upwelling (Ramansyah, 2009).
Pada sektor kelautan dan perikanan, variabilitas laut-atmosfer banyak dikaji dalam
kaitannya dengan distribusi konsentrasi chlorophyll-a. Susanto et al. (2001a, 2001b) serta
Susanto dan Marra (2005) menganalisis kejadian fenomena El Nino Southern Oscillation
(ENSO) 1997/1998 melalui pengamatan satelit ocean color (chlorophyll-a) di perairan
laut Indonesia, dimana El Nino kuat pada 1997/1998 diikuti dengan periode La Nina, yang
juga bertepatan dengan kejadian Indian Ocean Dipole (IOD) positif, berkaitan dengan
tingginya nilai chlorophyll-a (upwelling) di sepanjang pantai selatan Jawa dan Sumatera.
Nilai chlorophyll-a juga terlihat lebih tinggi saat berlangsungnya monsun timur (April
Oktober) dibandingkan saat monsun barat. Menurut Purwandani (2012), variabilitas laut-
atmosfer dan proses dinamika interaksi antara Monsoon, Dipole Mode (DM) dan ENSO
secara simultan terhadap SPL di perairan Asia Tenggara dan sekitarnya, total keragaman
terbesar pertama (mode-1) dari SPL didominasi oleh siklus tahunan muson dengan periode
sebesar 12,2 bulan. Mode-2 merupakan penyimpanan/pelepasan Bahang perairan Asia
Tenggara (PBAT) dengan fenomena yang mengiringi masih didominasi oleh monsoon dan
munculnya siklus dekadal serta siklus dua tahunan. Sementara mode-3 berkaitan dengan
siklus antar tahunan dengan periode 42,6 bulan.
Beberapa penelitian terkait sebaran chlorophyll-a dan variabilitas iklim yang telah
dijelaskan diatas memberikan kontribusi pada perkembangan keilmuan iklim dan kelautan
di Indonesia. Namun, kajian yang dilakukan tersebut masih bersifat parsial, artinya masih
terfokus pada satu atau dua kombinasi dari fenomena yang terjadi di BMI. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis karakteristik upwelling di Laut Banda dan Selatan Jawa,
serta menganalisis hubungan antara chlorophyll-a dengan variabilitas iklim antar tahunan
ENSO dan IOD. Studi ini sangat penting dalam perkembangan iklim kelautan sehingga
hasilnya diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sektor kelautan
dan perikanan terkait dengan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-RI), sebagaimana
Indonesia sebagai poros maritim.
2.1 Suhu
Suhu air merupakan salah satu faktor yang banyak mendapat perhatian dalam kajian
kelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan selain untuk mempelajari gejala-gejala fisika di
dalam laut juga sangat berpengaruh pada kehidupan organisme (aktifitas metabolisme dan
perkembang biakan), bahkan untuk pengkajian meteorologi. Pada lapisan permukaan
(surface layer) penyebaran suhu ditentukan oleh banyak faktor, beberapa diantaranya
adalah jumlah panas yang diterima oleh lautan, arus laut yang membawa massa air dari
khatulistiwake kutub-kutub atau sebaliknya, upwelling dan pengaruh meteorologi
sepertiangin, penguapan, hujan dan lain-lain
2.2 Salinitas
Selain suhu, salinitas juga merupakan indikator untuk mempelajari penyebaran massa air
di lautan karena itu dapat dikatakan penyebaran nilai-nilai salinitas secara langsung
menunjukan penyebaran dan peredaran massa air dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran
salinitas pada lapisan permukaan (surface layer) tergantung pada beberapa faktor antara lain curah
hujan, aliran massa air tawar ke laut, baik secara langsung maupun melalui sungai atau
gletser, dan pencairan es di kutub-kutub. Faktor-faktor ini akan menurunkan nilai
salinitas di laut. Selanjutnya faktor-faktor yang meningkatkan nilai salinitas antaralain
penguapan dan pembentukan es di kutub.
2.5 Kecerahan
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya dan
umumnya tampak secara kasat mata. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
pada suatu perairan sangat eratkaitannya dengan proses fotosintesa yang terjadi di perairan
secara alami.Menurut Nybakken (1992), fotosintesa hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya
yang sampai ke suatu sel alga lebih besar dari intensitas di suatuperairan
2.6 Arus
Lautan merupakan media yang selalu bergerak, baik di permukaan maupun lapisan di
bawahnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sirkulasi air, bisa berskala kecil maupun yang berskala
besar. Pergerakan massa air (arus) ini ada yang bersifat lokal dan ada yang mengalir
melintas samudera. Gerakan air laut ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti angin yang
berhembus di ataspermukaan air, pengadukan akibat perbedaan suhu antara dua lapisan, dan
pasang surut.
2.7 Gelombang
Gelombang laut atau ombak merupakan gerakan air laut yang paling umum danmudah
kita amati. Nontji (1993) menerangkan prinsip dasar terjadinya
gelombang laut sebagai berikut: “Jika ada dua massa benda yang berbeda
kerapatannya (densitasnya) bergesekan satu sama lain, maka pada bidang
gerakannya akan terbentuk gelombang”.
B. Deskripsi perairan Laut Banda Kepulauan Indonesia membentang mulai 60 Lintang Utara
hingga 100 Lintang Selatan dan Mulai 950 Bujur Timur hingga 1420 Bujur Timur. Indonesia
terdiri dari 17,508 pulau dengan panjang garis pantainya 80,791 Km. Sekitar 78%
Wilayah Indonesia adalah perairan dengan 2 paparan dangkal, yaitu :
(1) Paparan Sunda, (2) Paparan Sahul. Beberapa laut dan selat yang terdapat di Nusantara
yang terpenting adalah Laut Banda .
Laut Banda adalah sebuah laut yang terletak di Kepulauan Maluku tepatnya di Maluku Tengah,
Indonesia. Laut yang berukuran 500x1.000 km ini terpisah dari Samudra Pasifik oleh
beratus-ratus pulau, serta Laut Halmahera dan Seram Laut ini Merupakan bagian dari perairan
Nusantara yang dibagian sebelah utara terdapat pulau-pulau Buru, Sula, Ambon, dan Seram.
Dibagian selatan terdapat pulau Wetar,Babar, Alor, Timor, Tanimbar. Dibagian Timur
pulau Aru dan Barat Pulau Wakatobi. Luas Laut ini sekitar 470.000 Km 2 dengan bagian
yang terdalam mencapai 5800 Meter. Posisi laut banda menurut Forum Koordinasi Pengelolaan
PenangkapanSumber Daya (FKPPS) Direktorat Jendral Perikanan , batas-batas
wilayahperikanan laut Banda adalah 030 10 LS, 132030‟ BT –08030 LS –1250 30‟ BT
Gambar 1. Peta Laut Banda C. Tujuan Praktek Tujuan praktek yaitu untuk pembuatan
beberapa peta meliputi ;1) Peta distribusi suhu permukaan laut (sea surface
temperature/SST)2) Peta sebaran konsentrasi klorofil-a3)
3. Untuk memantau Perbedaan. Tinggi Permukaan Laut dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Sama langkahnya (1-3) seperti pada pemantauan suhu
b) Klik Near Real –Time SSH Anomaly
c) Pilih waktu, dan posisigeografis (sama seperti pada pemantauan suhu), untuk format petapilih
show contours dan annotate contours.
d) Pilih format derajat study area, kisaran nilai SSHA dan output :pilih intervalcolor
bar 5, kisaran data color minimum -30 dan maksimum 30. Pilih Potrait,dan pada file
Format pilih GIF.
e) Selanjutnya klik sub mit untuk tampilan hasilnya
BAB V
PEMBAHASAN
Wilayah perairan di Laut Banda dan selatan Jawa merupakan daerah kajian yang
menarik, karena memiliki variabilitas spasial dan temporal yang terlihat jelas dari
distribusi chlorophyll-a, SPL dan angin permukaan. Gambar 1 memperlihatkan
komposit distribusi chlorophyll-a pada setiap musim di selatan Jawa. Konsentrasi
chlorophyll-a pada periode monsun barat (DJF) berkisar 0,34mg/m 3³ dan pada
MAM sebesar 0,36 mg/m Pada periode monsun timur (JJA) konsentrasi chlorophyll
ameningkat menjadi 0,89 mg/m³ dan pada SON mencapai nilai 1,1 mg/m³.
Konsentrasi chlorophyll-a pada periode SON terlihat lebih tinggi dan terdistribusi
lebih luas hingga mencapai 200km dari tepi pantai dibandingkan pada periode JJA.
Hasil komposit distribusi SPL dan angin permukaan ditunjukkan pada Gambar 2. SPL
pada periode JJA dan SON mencapai 27 ̊C yang terdistribusi luas pada periode JJA
dan mulai berkurang pada periode SON. Hasil komposit angin bulanan
memperlihatkan angin tenggara dengan kecepatan yang lebih tinggi di perairan
selatan Jawa pada periode JJA dan mulai menurun pada periode SON. Sementara
kecepatan angin pada saat DJF cenderung semakin menurun dan mencapai nilai
minimum pada periode MAM.
Kondisi SPL rendah dan kecepatan angin permukaan yang relatif lebih tinggi pada
periode JJA bertepatan dengan kelimpahan konsentrasi chlorophyll-a dipesisir selatan
Jawa merupakan indikasi terjadinya upwelling. Pada periode SON kelimpahan
chlorophyll-a terlihat lebih tinggi dan terdistribusi meluas hingga ke pesisir barat daya
Sumatera. Kondisi ini terkait dengan SST yang lebih dingin meluas hingga ke pesisir
barat Sumatera. Persistensi angin timuran yang kuat ini bertindak sebagai winddriven
motion pada fenomena upwelling saat monsun timur. Kondisi SST dingin membawa
massa air yang kaya nutrien menuju permukaan laut terindikasi dari kelimpahan
konsentrasi chlorophyll-a. Gerakan naiknya massa air ini juga diakibatnya karen
adanya stratifikasi lapisan yang memiliki perbedaan densitas pada setiap lapisannya
karena dengan bertambahnya kedalaman perairan maka suhunya akan semakin turun
dengan densitas makin meningkat. Hal ini memicu energi untuk menggerakkan massa
air secara vertikal.
Gambar 2. Komposit SPL dan kecepatan angin permukaan secara musiman di Selatan Jawa.
0,31mg/m³. Konsentrasi chlorophyll-a pada periode DJF dan MAM terlihat lebih
rendah bila dibandingkan dengan konsentrasi chlorophyll-a pada periode JJA dan
SON yang mencapai 0,45mg/m³ . Di wilayah ini, periode JJA merupakan periode
dengan konsentrasi chlorophyll-a tertinggi dan terdistribusi meluas hingga sekitar 200
km dari tepi pantai. Kondisi ini terkait dengan sebaran SPL rata-rata pada periode JJA
yang mencapai 27,0̊ C dan pada SON mencapai 28,4̊ C yang disertai angin timuran
yang kuat (Gambar 4). Kondisi ini memicu proses upwelling di perairan laut Banda
pada periode JJA. Konsentrasi chlorophyll-a mulai terlihat mengalami penurunan
pada periode SON dan terus menurun pada DJF hingga MAM. SPL pada
periode ini mulai mengalami kenaikan pada SON hingga MAM. mencapai nilai
maksimum pada periode DJF sebesar 29,5̊ C. Pada periode DJF konsentras
4.3 Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 124
Gambar 3. Komposit chlorophyll-a pada musim DJF, MAM, JJA dan SON di Laut Banda.
satuan konsentrasi chlorophyll-a yaitu mg/m³
Gambar 4. Komposit SPL dan kecepatan angin permukaan pada musiman DJF, MAM, JJA
dan DJF di Laut Banda. Vektor menunjukkan arah dan kecepatan angin.
4.4 Ratnawati et al., 2016, Upwelling di Laut Banda dan Pesisir Selatan Jawa 126
Gambar 5. Variasi temporal Ekman transport, Ekman pumping dan chlorophyll-a bulanan di
Laut Banda dan pesisir selatan jawa.
Gambar 6. Variasi temporal Ekman transport, SST dan chlorophyll-a bulanan di Laut Banda
dan pesisir selatan jawa.
Menurut Susanto et al. (2001a, 2001b); Susanto dan Marra (2005) bahwa variabilitas
iklim antar-tahunan (interannual) (ENSO dan IOD) berpengaruh terhadap distribusi
chlorophyll-a di wilayah perairan BMI. Gambar 7 menunjukkan variasi temporal
konsentrasi chlorophyll-a di perairan Selatan Jawa dan Laut Banda terkait dengan
fenomena El-Nino dan IOD.
Pada tahun 2003-2004 terlihat adanya peningkatan chlorophyll-a di selatan Jawa dan
di Laut Banda. Hal ini terkait dengan kejadian IOD positif pada tahun tersebut dan El
Nino moderat (sedang) tahun 2002-2003 serta El Nino lemah 2004-2005. Peningkatan
chlorophyll-a di Selatan Jawa dan di Laut Banda terjadi pada tahun 2006-2007 terkait
dengan kejadian El-Nino lemah yang bersamaan dengan IOD positif.
Pada tahun 2011-2012 terjadi peningkata chlorophyll-a di Selatan Jawa dan Laut
Banda yang bersamaan dengan lanina lemah dan IOD positif. Peningkatan
chlorophyll-a terjadi kembali pada tahun 2015-2016 di selatan
Jawa dan di Laut Banda mulai terlihat peningkatan chlorophyll-a pada tahun
20142016.
Pada periode tahun 2014-2015 merupakan tahun IOD positif dan Elnino
sangat kuat terjadi pada tahun 2015-2016.
Variabilitas musiman dan antar-tahunan juga terlihat dari anomali chlorophyll-a dari
data ocean color. Pada saat berlangsungnya monsun timur, konsentrasi chlorophyll-a
cenderung lebih tinggi dibandingkan pada saat monsun barat. Pada tahun-tahun El
Nino dan IOD positif terlihat anomali sebaran chlorophyll-a cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun-tahun normal.
Fenomena El Nino lemah terjadi pada tahun 2004-2005, 2006-2007; El Nino moderat
terjadi pada tahun 2002-2003 dan 2009-2010; El Nino sangat kuat terjadi pada tahun
2015-2016, sedangkan IOD positif terjadi secara bersamaan pada tahun-tahun El Nino
tersebut. Kondisi ini berkontribusi pada peningkatan konsentrasi chlorophyll-a di
beberapa wilayah perairan Indonesia, diantaranya perairan selatan Jawa/Sumatra dan
Laut Banda.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan1
Pada musim timur yaitu dari bulan Juni sampai dengan Agustus sebaran suhu permukaan Laut Banda
berada pada kisaran 24ºC sampai dengan 30ºC, suhu terendah berada pada bulan Agustus dengan
kisaran suhu khususnya pada wilayah perairan bagian Selatan adalah berada pada kisaran 24ºC-
27ºC.2. Kandungan kosentrasi klorofil-a pada musim timur di wilayah perairan lautBanda
memiliki sebaran kandungan klorofil yang hampir sama dimana kandungankosentrasi berada pada angka -3
mg/m³ sampai dengan 0 mg/m³ , kandungankosentrasi klorofil–a tertinggi berada di wilayah
perairan bagian selatan dan Barat.
Sementara di bagian utara dan timur umumnya kandungan klorofilnyadengan sebaran yang
sangat rendah bahkan terdapat wilayah yang tidakmengandung klorofil.3. Ketinggian permukaan air
laut pada musim timur di perairan laut Banda bervariasiantara -16 hingga 16 cm , akan tetapi
pada sebagian kecil wilayah perairan lautBanda di bagian timur pada bulan Agustus dapat mencapai
lebih dari 24 cm. Diwilayah perairan Laut Banda, perubahan terlihat misalnya pada bagian selatanyang
cenderung mengalami kenaikan tinggi permukaan air laut selama 3 bulanberturut- turut,
sedangkan pada bgian utara dan timur wilayah perairan laut Banda cenderung mengalami
penurunan tinggi permukaan air laut hingga 0 cm
5.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami sajikan tentang pengaruh suhu permukaan laut terhadap
hasil perikanan yang cukup singkat, saran dan kritik yang sekiranya membangun senantiasa
kami nantikan, agar makalah berikutnya lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan kami mohon maaf apabila ada kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA