Anda di halaman 1dari 3

Nama : Suliyaningrum Ayu Lestari

NIM : 081711333012

Prodi : Fisika

PEMIKIRAN YANG MENGGEMPARKAN DUNIA


Sejak berabad-abad lamanya, astronomi dan matematika begitu lekat dengan umat Islam. Tidak
heran apabila sejumlah ilmuwan di kedua bidang tersebut bermunculan. Salah seorang di antaranya adalah
Abu Abdallah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Al-Battani. Ia lebih dikenal dengan panggilan Al-Battani
atau Albatenius.

Al Battani lahir di Battan, Harran, Suriah pada sekitar 858 M. Keluarganya merupakan penganut
sekte Sabbian yang melakukan ritual penyembahan terhadap bintang. Namun, ia tak mengikuti jejak
langkah nenek moyangnya, bahkan ia lebih memilih memeluk Islam. Ketertarikannya dengan benda-benda
yang ada di langit membuat Al Battani kemudian menekuni astronomi. Secara informal, ia mendapatkan
pendidikan dari ayahnya yang juga seorang ilmuwan, Jabir Ibn San’an Al-Battani. Keyakinan ini menguat
dengan adanya bukti kemampuan Al Battani membuat dan menggunakan sejumlah perangkat alat
astronomi seperti yang dilakukan ayahnya. Beberapa saat kemudian, ia meninggalkan Harran menuju
Raqqa yang terletak di tepi Sungai Eufrat, di sana ia melanjutkan pendidikannya. Di kota inilah ia
melakukan beragam penelitian hingga ia menemukan berbagai penemuan cemerlangnya. Pada saat itu,
Raqqa menjadi terkenal dan mencapai kemakmuran. Ini disebabkan karena kalifah Harun Al Rashid,
khalifah kelima dalam Dinasti Abbasiyah, pada 14 September 786 membangun sejumlah istana di kota
tersebut. Ini merupakan penghargaan atas sejumlah penemuan yang dihasilkan oleh penelitian yang
dilakukan Al Battani. Usai pembangunan sejumlah istana di Raqqa, kota ini menjadi pusat kegiatan baik
ilmu pengetahuan maupun perniagaan yang ramai.

Apa saja hasil dari pemikirannya yang menghasilkan banyak penghargaan ? Buah pikirnya dalam
bidang astronomi yang mendapatkan pengakuan dunia adalah lamanya bumi mengelilingi bumi.
Berdasarkan perhitungannya, ia menyatakan bahwa bumi mengelilingi pusat tata surya tersebut dalam
waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Perhitungannya mendekati dengan perhitungan terakhir
yang dianggap lebih akurat. Itulah hasil jerih payahnya selama 42 tahun melakukan penelitian yang diawali
pada musa mudanya di Raqqa, Suriah. Ia menemukan bahwa garis bujur terajauh matahari mengalami
peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan yang dilakukan oleh Ptolemy. Ini
membuahkan penemuan yang penting mengenai gerak lengkung matahari. Al Battani juga menentukan
secara akurat kemiringin ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari. Ia pun bahkan berhasil
menemukan orbit bulan dan planet dan menetapkan teori baru untuk menentukan sebuah kondisi
kemungkinan terlihatnya bulan baru. Ini terkait dengan pergantian dari sebuah bulan ke bulan lainnya.
Penemuannya mengenai garis lengkung bulan dan matahari, pada 1749 kemudian digunakan oleh
Dunthorne untuk menentukan gerak akselerasi bulan. Dalam bidang matematika, Al Battani juga
memberikan kontribusi gemilang terutama dalam trigonometri. Layaknya, ilmuwan Muslim lainnya, ia pun
menuliskan pengetahuannya di kedua bidang itu ke dalam sejumlah buku.

Al Battani adalah ilmuwan yang kritis, dan bukan tipe pengekor. Hal ini terbukti dengan berbagai
konsepnya yang bertentangan dengan Ptolomeus, dan memberikan penjelasannya. Al Battani membuktikan
variasi diameter angular matahari yang memungkinkan terjadunya gerhana matahari tahunan. Tak hanya
itu, ia juga mengajukan teori baru yang sangat jenius untuk menentukan kondisi terlihatnya bulan baru
dengan merevisi orbit bulan dan planet. Hasil temuan Al Battani pun digunakan jauh berabad-abad
setelahnya oleh Dunthorne pada tahun 1749 M. Dunthorne menggunakan cara pengamatan Al Battani yang
baik sekali mengenai gerhana bulan dan matahari untuk menentukan akselerasi gerak bulan. Al Battani
juga menemukan koefisien ilmu falak untuk menentukan ketepatan tinggi dan ketepatan equinoxes 54.5"
per tahun serta penyimpangan ecliptic lingkaran peredaran bola bumi) 23° 35'. Selain itu, tokoh yang satu
ini terkenal juga karena temuannya yang cerdas dalam memberikan solusi permasalahan trigonometri ruang
dengan mengunakan metode proyeksi orthografis. Hasil temuan Al Battani memang berkualitas, hingga
Hevilius berdasarkan penyelidikannya terhadap karya Al Battani, menemukan variasi sirkular bulan. Karya
Al Battani dalam bidang astronomi adalah kitabnya, yaitu Az Zij Ash Shabi’ yang beberapa kali
dipublikasikan di Eropa di beberapa abad setelahnya sekitar tahun 1537 M dan 1645 M. Ini adalah bukti
pengakuan dunia atas kebesaran keilmuannya di bidangnya.

Kita sekarang mengenal rasio trigonometri, bukan? Ternyata rasio trigonometri merupakan salah
satu karya besar Al Battani dalam bidang matematika. Al Battani adalah orang nomor wahid yang
mengganti penggunaan busur Yunani dengan sinus dan pemahaman yang jelas mengenai keunggulannya.
Dia juga mengemangkan konsep cotangent dan melengkapi tabelnya dengan hitungan derajat. Berikut
sejumlah persamaan trigonometri yang ia temukan:

𝑠𝑖𝑛 𝑎
tan 𝑎 =
𝑐𝑜𝑠 𝑎

𝑠𝑒𝑐 𝑎 = √1 + 𝑡𝑎𝑛2 𝑎

Beliau juga memecahkan persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus:

1
𝑠𝑖𝑛 𝑎 =
√1 + 𝑎2

dan menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan persamaan-persamaan


untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel perhitungan tangen. Informasi lain yang tertuang
dalam buku Fihrist menyatakan pula bahwa Al Battani melakukan penelitian antara tahun 877 dan 918.
Karya Al Battani mengundang komentar dan pengakuan Joseph Hell dengan mengatakan, “Dalam bidang
trigonometri teori sinus, cosinus, dan tangen merupakan bidang yang dikuasi orang Arab.” Tak hanya itu,
Baron Carra de Vaux yang awalnya meremehkan ilmuwan muslim dalam bukunya The Legacy of Islam,
akhirnya mengakui kontribusi dan kapabilitas ilmuwan muslim dengan menuliskan bahwa orangorang
Arab (ilmuwan muslim) salah satunya telah memberikan landasan bagi penemuan trigonometri sferis
(spherical trigonometry). Oleh karena itu, kebesaran Eropa setelahnya di masa Peurbach, Regiomantanus,
dan Copernicus tak dapat dipisahkan dari para pendahulu mereka, yaitu ilmuwan-ilmuwan muslim dengan
karyakarya besarnya sebagai landasannya.

Al Battani juga banyak menulis buku tentang astronomi dan trigonometri. Buku termasyhurnya
adalah tentang astronomi yang dilengkapi tabel, yang pada abad ke-12 diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dengan judul De Scienta Stellarum-De Numeris Stellarum et Motibus oleh Plato of Tiboli pada paroh
kedua abad ke-9 M. Ada bab khusus yang membahas trigonometri di buku ini, yaitu di bab ketiga. Buku Al
Battani ini terjemahan kunonya berada di Vatikan. Selain itu, Isaac Ibnu Sid (Isaac ha Hazzan), yang
menerjemah dari bahasa Arab ke abahsa Spanyol sekitar tahun 1263-1277 M di Toledo, juga
menerjemahkan salah satu karya Al Battani dengan judul Canons. Hingga sang fisikawan dan astronom
kenamaan semacam Copernicus pun dalam bukunya De Revolutionibus Qrbium Clestium mengakui Al
Battani. .

Tidak hanya itu, di dalamnya juga termuat informasi mengenai akhir hidup sang ilmuwan ini.
Fihrist menyatakan bahwa Al Battani meninggal dunia dalam sebuah perjalanan dari Raqqa ke Baghdad.
Perjalanan ini dilakukan sebagai bentuk protes karena ia dikenai pajak yang berlebih. Al Battani memang
mencapai Baghdad untuk menyampaikan keluhannya kepada pihak pemerintah. Namun kemudian, ia
menghembuskan napas terakhirnya ketika dalam perjalanan pulang dari Baghdad ke Raqqa. Begitulah Al
Battani alias Albategnius, mewujudkan imannya dengan karyakarya ilmiahnya demi kemaslahatan
manusia.

Anda mungkin juga menyukai