Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN
Serangkaian kegiatan meneliti tidak terlepas dari peneliti dalam menggunakan
instrument penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan harus tepat dan sesuai untuk
mencari data yang akurat. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha menemukan jalan
keluar untuk mengatasi beragam persolan yang ditemui dalam kegiatan penelitian.
Dimulai dengan pengumpulan data yang diperoleh dari mencari berbagai sumber
informasi, kemudian melakukan berbagai pengkajian yang pada akhirnya hasil yang
yang diperoleh harus dianalisis terlebih dahulu agar ditemukan sebuah jawaban atas
persoalan yang terjadi. Aktivitas-aktivitas tersebut dikenal sebagai aktivitas penelitian.
Berkaitan dengan penelitian, maka dikenal dua jenis metode penelitian yakni penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah
yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Penelitian ini pada dasarnya menggunakan model-model dan pengukuran secara
matematis.
Sedangkan penelitian kualitatif merupakan penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif, dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini melalui kegiatan penelitian
manusia dapat menggunakan hasilnya untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah yang
memiliki tujuan praktis dalam memahami, memecahkan dan mengantipasi masalah
dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Dengan demikian, berdasarkan pengertian
dari kedua jenis metode penelitian diatas, maka makalah ini akan lebih memfokuskan
pada metode penelitian kualitatif secara keselurahan yang mana akan diuraikan dari
pengertian penelitian kualitatif, dan lebih menonjolkan pada prosedur-prosedur pada
penelitian kualitatif .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prosedur-prosedur kualitatif
Prosedur-prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam
penelitian akademik dibandingkan metode-metode kuantitatif. Penelitian kualitatif juga
memiliki asumsi asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-metode
pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang beragam. Meskipun prosesnya sama,
prosedur-prosedur kualitatif tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar,
memiliki langkah-langkah unik dalam analisis datanya, dan bersumber dari strategi-
strategi penelitian yang berbeda-beda.
Pada dasarnya, strategi-strategi penelitian yang dipilih dalam proyek kualitatif
sangat berpengaruh terhadap prosedur-prosedurnya yang, meski seragam, tetap
menunjukkan pola yang berbeda-beda. Melihat landskap prosedur-prosedur kualitatif
berarti melihat perspektif-perspektif yang beragam, mulai dari perspektif keadilan
sosial (Denzin & Lincoln, 2005), perspektif ideologis (Lather, 1991), perspektif
filosofis (Schwandt, 2000), hingga petunjuk-petunjuk prosedur sistematis (Creswell,
007; Corbin & Strauss, 2007). Semua perspektif ini bersaing untuk menjadi landasan
utama dalam penelitian kualitatif.
Pada bab ini mengombinasikan perspektif-perspektif tersebut,
menyajikan prosedur-prosedur umum, dan menampilkan contoh-contoh dari beragam
strategi kualitatif. Bab ini juga akan menyajikan gagasan-gagasan dari beberapa pakar
yang menulis tentang rancangan proposal kualitatif (misalnya, lihat Berg, 2001;
Marshall &. Rossman, 2006; Maxwell, 2005; Rossman & Rallis, 1998). Topik-topik
yang termasuk ke dalam bagian prosedur kualitatif antara lain: karakteristik-
karakteristik penelitian kualitatif, strategi penelitian, peran peneliti, langkah-langkah
dalam pengumpulan dan analisis data, strategi-strategi validasi, akurasi penemuan, dan
struktur naratif. Tabel 9.1 menunjukkan checklist pertanyaan-pertanyaan tentang
bagaimana merancang prosedur-prosedur kualitatif ini.
2.2 Karakteristik-Karakteristik Penelitian Kualitatif
Bertahun-tahun lamanya, para penulis proposal terus berusaha membahas
karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif untuk memastikan legitimasi dari pihak
fakultas dan pembacanya. Saat ini, pembahasan-pembahasan semacam itu sudah
jarang dijumpai dalam literatur. Bahkan, sekarang ada beberapa konsensus yang telah
mengatur ketentuan-ketentuan dalam penelitian kualitatif. Untuk itulah, saran saya
bagi para penulis proposal yang ingin merancang bagian karakteristik penelitian ini
antara lain:
 Amatilah apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pembaca proposal Anda.
Identifikasilah apakah pembaca Anda sudah banyak mengetahui karakteristik-
karakteristik penelitian kualitatif sehingga bagian ini tidak begitu penting bagi
mereka.
 Jika Anda ragu-ragu atas pengetahuan mereka, jelaskan karakteristik-karakteristik
dasar penelitian kualitatif dalam proposal Anda dan jika rnemungkinkan, bahaslah
sebuah artikel jurnal (atau studi) kualitatif baru-baru ini sebagai contoh untuk
meng-
ilustrasikan karakteristik-karakteristik tersebut.
 Sejumlah karakteristik penelitian kualitatif bisa saja digunakan (seperti, Bogdan &
Biklen, 1992; Eisner, 1991; Hatch, 2002; LeCompte & Schensul, 1999; Marshall
& Rossman, 2006), tetapi saya lebih mengandalkan pada analisis gabungan dari
beberapa penulis ini yang sudah saya sertakan secara menyeluruh dalam buku
saya tentang penelitian kualitatif (Creswell, 2007). Saya tidak hanya menyertakan
perspektif-perspektif tradisional saja, tetapi juga perspektif-perspektif baru dalam
penelitian kualitatif, seperti advokasi, partisipatoris, dan refleksi diri. Berikut ini
adalah beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang disajikan tidak dalam
urutan prioritas tertentu.
Tabel 9.1 Checklist pertanyaan-pertanyaan untuk merancang prosedur kualitatif
Apakah karakteristik-karakteristik dasar penelitian kualitatif sudah
dijelaskan?
Apakah jenis strategi kualitatif yang akan digunakan juga sudah
dijelaskan? Apakah sejarah, definisi, dan penerapan dari strategi
tersebut sudah dijelaskan?
Apakah pembaca dapat memahami peran peneliti dalam penelitian tersebut
(pengalaman historis, sosial, dan kultural sebelumnya, hubungan personal
dengan lokasi dan partisipan, langkah-langkah dalam memperoleh entri,
dan masalah-masalah etis)?
Apakah strategi sampling dalam memilih lokasi dan partisipan penelitian
sudah diidentifikasi?
Apakah jenis strategi pengumpulan data dan rasionalisasi penggunaannya
juga sudah dijabarkan?
Apakah langkah-langkah perekaman/pencatatan informasi selama
prosedur pengumpulan .data sudah dijelaskan?
Apakah langkah-langkah analisis data juga sudah dijabarkan?
Apakah ada bukti/petunjuk bahwa peneliti telah mengatur data untuk
dianalisis?
Apakah peneliti telah mereview data secara umum untuk memperoleh
makna informasi?
Apakah data sudah di-coding?
Apakah kode-kode sudah dirancang untuk membentuk deskripsi atau
mengidentifikasi tema-tema utama?
Apakah tema-tema tersebut saling terkait satu sama lain, memperkuat
analisis dan abstraksi?
Apakah cara-cara penyajian data sudah dijelaskan —misalnya dalam
bentuk tabel, grafik, atau gambar?
Apakah dasar-dasar dalam menginterpretasi data sudah dijelaskan secara
rinci (pengalaman-pengalaman personal, literatur, pertanyaan-pertanyaan,
agenda aksi)?
Apakah peneliti sudah menyebutkan outcome penelitian (misalnya, untuk
mengembangkan/menciptakan suatu teori, menyajikan gambaran
kompleks tentang tema)?
Apakah ada strategi-strategi lain yang dikutip untuk menvalidasi hasil atau
penemuan penelitian?

 Lingkungan alamiah (natural setting); para peneliti kualitatif cenderung


mengumpulkan data lapangan di lokasi di mana para partisipan mengalami isu
atau masalah yang akan diteliti. Peneliti kualitatif tidak membawa individu-
individu ini ke dalam laboratorium (atau dalam situasi yang telah di-setting
sebelumnya); tidak pula membagikan instrumen-instrumen kepada mereka.
Informasi yang dikumpulkan dengan berbicara langsung kepada orang-orang dan
melihat mereka bertingkah laku dalam konteks natural inilah yang menjadi
karakteristik utama peneliti kualitatif. Dalam setting yang alamiah, para peneliti
kualitatif melakukan interaksi face-to-face sepanjang penelitian.
 Peneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument), para peneliti
kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku,
atau wawancara dengan para partisipan. Mereka bisa saja mengumpulkan protokol
sejenis instrumen untuk mengumpulkan data tetapi diri merekalah yang
sebenarnya menjadi satu-satunya instrumen dalam mengumpulkan informasi.
Mereka, pada umumnya, tidak menggunakan kuesioner atau instrumen yang di
buat oleh peneliti lain.
 Beragam sumber data (multiple sources of data); para peneliti kualitatif biasanya
memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi,
dan dokumentasi, ketimbang hanya bertumpu pada satu sumber data saja.
Kemudian, peneliti mereview semua data tersebut, memberikannya makna, dan
mengolahnya ke dalam kategori-kategori atau tema-tema yang melintasi semua
sumber data.
 Analisis data induktif (inductive data analysis); para peneliti kualitatif
membangun pola-pola, kategori-kategori, dan tema-temanya dari bawah ke atas
(induktif), dengan mengolah data ke dalam unit-unit informasi yang lebih abstrak.
Proses induktif ini mengilustrasikan usaha peneliti dalam mengolah secara
berulang-ulang membangun serangkaian tema yang utuh. Proses ini juga
melibatkan peneliti untuk bekerja sama dengan para partisipan secara interaktif
sehingga partisipan memiliki kesempatan untuk membentuk sendiri tema-tema
dan abstraksi-abstraksi yang muncul dari proses ini.
 Makna dari para partisipan (paticipants’ meaning); dalam keseluruhan proses
penelitian kualitatif, peneliti terus fokus pada usaha mempelajari makna yang
disampaikan para partisipan tentang masalah atau isu penelitian, bukan makna
yang disampaikan oleh peneliti atau penulis lain dalam literatur-literatur tertentu.
 Rancangan yang berkembang (emergent design); bagi para peneliti kualitatif,
proses penelitian selalu berkembang dinamis. Hal ini berarti bahwa rencana awal
penelitian tidak bisa secara ketat dipatuhi. Semua tahap dalam proses ini bisa saja
berubah setelah peneliti masuk kelapangan dan mulai mengumpulkan data.
Misalnya, pertanyaan-pertanyaan bisa saja berubah, strategi pengumpulan data
juga bisa berganti, dan individu-individu yang diteliti serta lokasi-lokasi yang
dikunjungi juga bisa berubah sewaktu-waktu. Gagasan utama di balik penelitian
kualitatif sebenarnya adalah mengkaji masalah atau isu dari para partisipan dan
melakukan penelitian untuk memperoleh informasi mengenai masalah tersebut.
 Perspektif teoritis (theoretical lens); para peneliti kualitatif sering kali
menggunakan perspektif tertentu dalam penelitian mereka, seperti konsep
kebudayaan, etnografi, perbedaan-perbedaan gender, ras, atau kelas yang muncul
dari orientasi-orientasi teoritis, seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3.
Terkadang pula penelitian dapat diawali dengan mengidentifikasi terlebih dahulu
konteks sosial, politis, atau historis dari masalah yang akan diteliti.
 Bersifat penafsiran (interpretive); penelitian kualitatif merupakan salah satu
bentuk penelitian interpretif di mana di dalamnya para peneliti kualitatif membuat
suatu interpretasi atas apa yang mereka lihat, dengar, dan pahami. Interpretasi-
interpretasi mereka bisa saja berbeda dengan latar belakang, sejarah, konteks, dan
pemahaman-pemahaman mereka sebelumnya. Setelah laporan penelitian
diterbitkan, barulah para pembaca dan para partisipan yang melakukan
interpretasi, yang sering kali berbeda dengan interpretasi peneliti. Karena
pembaca, partisipan, dan peneliti sama-sama terlibat dalam proses interpretif ini,
tampaklah bahwa penelitian kualitatif memang menawarkan pandangan-
pandangan yang beragam atas suatu masalah.
 Pandangan menyeluruh (holistic account); para penelitia kualitatif berusaha
mambuat gambaran kompleks dari suatu masalah atau isu yang diteliti. Hal ini
melibatkan usaha pelaporan perspektif-perspektif, pengidentifikasian faktor-faktor
yang terkait dengan situasi tertentu, dan secara umum usaha pensketsaan atas
gambaran besar yang muncul. Untuk itulah, para peneliti kualitatif diharapkan
dapat membuat suatu model visual dari berbagai aspek mengenai proses atau
fenomena utama yang diteliti. Model inilah yang akan membantu mereka
membangun gambaran holistik (lihat, misalnya, Creswell & Brown, 1992)

2.3 Strategi-Strategi Penelitian


Selain karakteristik-karakteristik utama diatas, penelitian kualitatif juga
memiliki strategi-strategi penelitian yang spesifik. Strategi-strategi ini utamanya
terkait dengan pengumpulan data, analisis data, dan laporan penelitian, tetapi tetap
berasal dari berbagai disiplin dan terus berkembang dinamis sepanjang proses
penelitian (seperti, jenis-jenis problem, masalah-masalah etis, dan sebagainya)
(Creswell, 2007b). Ada banyak strategi kualitatif yang sudah dibahas, seperti 28
pendekatan yang pernah diidentifikasi oleh Tesch (1990), 19 jenis dalam konsep
pohonnya Wolcott (2001), dan 5 pendekatan kualitatif oleh Creswell (2007).
Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 1, saya merekomendasikan agar para
peneliti kualitatif memilih antara beberapa kemungkinan, seperti naratif,
fenomenologi, etnografi, studi kasus, dan grounded theory. Saya memilih lima strategi
ini karena kelimanya cukup populer dalam ilmu kesehatan dan sosial saat ini. Strategi-
strategi lain juga ada dan sudah banyak dibahas secara meyakinkan dalam buku-buku
kualitatif, seperti penelitian tindakan partisipatoris (Kemmis & Wilkinson, 1998) atau
analisis wacana (Cheek, 2004). Khusus untuk lima pendekatan tadi, para peneliti dapat
mengkaji individu-individu (dengan naratif atau fenomenologi); mengeksplorasi
proses, aktivitas, dan peristiwa-peristiwa (dengan studi kasus atau grounded theory);
atau mempelajari perilaku culture-sharing dari individu-individu atau kelompok-
kelompok tertentu (dengan etnografi).
Dalam menulis prosedur penelitian untuk proposal kualitatif, pertimbangkan
tips-tips penelitian berikut ini:
 Jelaskan pendekatan spesifik yang akan anda gunakan.
 Sajikan sejumlah informasi historis mengenai strategi penelitian yang akan Anda
terapkan, seperti asal mulanya, penerapannya, dan definis ringkasnya (lihat Bab 1
tentang lima strategi penelitian kualitatif).
 Jelaskam mengapa strategi tersebut dianggap sesuai untuk anda gunakan dalam
penelitian Anda.
 Jabarkan pula bagaimana penggunaan strategi tersebut dapat menentukan jenis-
jenis pertanyaan yang diajukan (lihat Morsee, 1994, untuk pertanyaan yang
berhubungan dengan strategi penelitian), cara-cara pengumpulan data, langkah-
langkah analisis data, dan narasi/laporan akhir.

2.4 Peran Peneliti


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian kualitatif
merupakan penelitian interpretif, yang didalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman
yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Keterlibatan inilah yang
nantinya memunculkan serangkaian isu-isu strategi, etis, dan personal dalam proses
penelitian kualitatif (Locke et at.,2007). Dengan keterlibatannya dalam concern seperti
ini, peneliti kualitatif berperan untuk mengidentifikasi bisa-bisa, nilai-nilai, dan latar
belakang pribadinya secara refleksif, seperti gender, sejarah, kebudayaan, dan status
sosial ekonominya, yang bisa saja turut membentuk interpretasi mereka selama
penelitian. Selain itu, para peneliti kualitatif juga berperan memperoleh entri dalam
lokasi penelitian dan masalah-masalah etis yang bisa muncul tiba-tiba.
 Menyatakan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang kira-kira dapat
mencerminkan data mengenai latar belakang yang komprehensif sehingga
pembaca bisa lebih memahami topik, setting, atau para partisipan serta interpretasi
Anda atas fenomena tertentu.
 Menjelaskan hubungan antara peneliti dan partisipan, dan berilah keterangan
mengenai lokasi penelitian. Penelitian “Backyard” (Glesne & Peshkin, 1992)
melibatkan usaha identifikasi atas strategi pengolahan, mitra-mitra, atau setting
kerja peneliti. Tugas ini sering kali mengharuskan peneliti terlibat dalam
kompromi-kompromi tertentu untuk mengungkap informasi dan memunculkan
isu-isu kekuasaan. Meskipun pengumpulan data bisa berlangsung nyaman dan
mudah, masalah-masalah pelaporan data yang sering kali mengandung bias, tidak
utuh, atau penuh dengan kompromi-kompromi juga tidak bisa diremehkan begitu
saja. Jika penelitian backyard akan digunakan , cobalah menerapkan beberapa
strategi validasi (akan dijelaskan kemudian) untuk membuat pembaca merasa
yakin akan akurasi hasil penelitian .
 Menjelaskan langkah-langkah yang diambil dalam memperoleh izin dari Dewan
Pertimbangan Institusional /Institutional Review Board (IRB) untuk memproteksi
hak-hak para partisipan. Dalam lampiram, sajikan Surat Persetujuan atau Surat
Izin dari IRB dan jelaskan proses-proses memperoleh izin tersebut.
 Menjelaskan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh izin dalam
meneliti para partisipan dan lokasi penelitian (Marshall & Rossmas, 2006).
Peneliti perlu memiliki akses untuk meneliti dan mengarsipkan lokasi penelitian
dengan cara berusaha mendapatkan izin dari pihak security atau individu-individu
tertentu yang memiliki akses pada lokasi tersebut dan memberikan izin penelitian.
Proposal ringkas perlu dibuat untuk diserahkan sebagai pertimbangan kepada
phak security tersebut. Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan beberapa hal yang
dapat dibahas dalam proposal untuk keperluan izin ini:
1. Mengapa lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian?
2. Kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan di lokasi tersebut selama
penelitian ?
3. Apakah penelitian ini kan mengganggu lingkungan sekitar?
4. Bagaimana melaporkan hasil penelitian?
5. Apa yang dapat diperoleh pehiak security dari penelitian ini?
 Memberikan penjelasan mengenai masalah-masalah etis yang mungkin muncul
(Berg, 2001). Misalnya, ketika sedang meneliti topik yang sensitif, penting
merahasiakan nama-nama orang, lokasi, atau aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam
hal ini, proses merahasiakan informasi juga perlu dibahas dalam proposal
penelitian.

2.5 Prosedur-Prosedur Pengumpulan Data


Penjelasan tentang peranan peneliti akan turut menentukan penjelasan tentang
masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses pengumpulan data. Langkah-
langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan
informasi melalui observasi dan wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak,
dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk
merekam/mencatat informasi.
 Identifikasi lokasi-lokasi atau individu-individu yang sengaja dipilih dalam
proposal penelitian. Gagasan di balik penelitian kualitatif adalah memilih dengan
sengaja dan penuh perencanaan para partisipan dan lokasi (dokumen-dokumen
atau materi visual) penelitian yang dapat membantu peneliti mamahami masalah
yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, tidak terlalu dibutuhkan random
sampling atau pemilihan secara acak terhadap para partisipan dan lokasi
penelitian, yang biasa dijumpai dalam penelitian kuantitatif. Pembahasan
mengenai para partisipan dan lokasi penelitian dapat mencakup empat aspek
(Miles dan Huberman, 1994), yaitu: setting (lokasi penelitian), aktor (siapa yang
akan diobservasi atau diwawancarai), dan proses (sifat peristiwa yang
dirahasiakan oleh aktor dalam setting penelitian).
 Jelaskan jenis-jenis data yang akan dikumpulkan. Peneliti-dalam kebanyakan
penelitian kualitatif-mengumpulkan beragam jenis data dan memanfaatkan waktu
seefektif mungkin untuk mengumpulkan informasi dilokasi penelitian. Prosedur-
prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan empat jenis
strategi, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 9.2.
1. Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung
turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di
lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat-baik
dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan yang memang diketahui oleh peneliti) – aktivitas-aktivitas
dalam lokasi penelitian. Para peneliti kulitatif juga dapat terlibat dalam peran-
peran yang beragam, mulai dari sebagai nonpartisipan hingga partisipan utuh.
2. Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face
interview ( wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, wawancarai
mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview
dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan
per kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan
pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak tersetruktur (unstructured)
dan bersifat terbuka (openended) yang dirancang untuk memunculkan
pandangan dan opini dari para partisipan.

Tabel 9.2 Jenis-Jenis, Opsi-Opsi, Kelebihan-Kelebihan, dan Kelemahan-


Kelemahan Pengumpulan Data Kualitatif
Jenis- Opsi-Opsi Kelebihan- Kelemahan-
Jenis Kelebihan Kelemahan
Observasi  Partisipasi utuh –  Peenliti mendapatkan  Peneliti bisa saja
peneliti menyembunyikan pengalaman langsung tampak sebagai
perannya sebagai dari partisipan. pengganggu.
Observer.  Peneliti dapat  Peneliti sangat
 Peneliti sebagai partisipan melakukan mungkin tidak dapat
– peneliti menampakkan perekaman ketika melaporkan hasil
perannya sebagai ada informasi yang observai yang bersifat
observer. muncul. frivat.
 Partisipan sebagai  Aspek-aspek yang  Peneliti tidak
observer –peran observasi tidak biasa, ganjil, dianggap memiliki
sekunder diserahkan atau aneh bisa di skill observasi yang
kepada partisipan. deteksi selama baik.
 Peneliti utuh –peneliti observasi.  Sejumlah partisipan
mengobservasitanpa  Opsi terkhir penting tertentu (seperti,
bantuan partisipan. jika peneliti tengah siswa) sering kali
mengeksplorasi hanya mendatangkan
topik-topik yang masalah selama
mungkin kurang proses penelitian.
menyenangkan bagi
para partisipan untuk
dibahas.
Wawancara  Berhadap-hadapan –  Opsi pertama penting  Informasi yang
peneliti melakukan ketika peneliti tidak diperoleh bisa saja
wawancara perorangan. bisa mengobservasi tidak murni karena
 Telepon –peneliti secara langsung masih disaring
mewawancarai partisipan semua partisiapan. kembali oleh peneliti.
lewat telepon
Jenis-Jenis Opsi-Opsi Kelebihan-Kelebihan Kelemahan-
Kelemahan
 Focus group –peneliti  Para partisipan bisa  Wawancara hanya
pewawancarai partisiapan lebih leluasa akan memberikan
dalam sebuat kelompok memberikan informasi di tempat
 Wawancara internet informasi historis. yang sudah
dengan email atau  Memungkinkan ditentukan, dan bukan
perangkat online lain. peneliti mengontrol di tempat alamiah.
alur tanya jawab  Kehadiran peneliti
(questioning). bisa saja melahirkan
respons-respons yang
bias.
 Tidak semua orang
punya kemampuan
artikulasi dan persepsi
yang setara.
Doumentasi  Dokumen publik, seperti  Memungkinkan  Tidak semua orang
makalah, atau koran. peneliti memperoleh memiliki kemampuan
 Dokumen privat, seperti bahasa dan kata-kata artikulasi dan persepsi
diary, buku harian, atau tekstual dari yang setara.
surat. partisipan.  Dokumen ini bisa saja
 Dapat diakses kapan diproteksi dan tidak
saja –sumber memberikan akses
informasi yang tidak privat mapun publik.
terlalu menonjol.  Mengharuskan
 Menyajikan data peneliti menggali
yang berbobot. Data informasi dari tempat-
ini biasanya sudah tempat yang mungkin
ditulis secara saja sulit ditemukan.
mendalam oleh
partisipan
Jenis-Jenis Opsi-Opsi Kelebihan-Kelebihan Kelemahan-
Kelemahan
 Sebagai bukti  Dokumen yang
tertulis, data ini terkomputerisasi
benar-benar dapat masih mengharuskan
menghemat waktu peneliti untuk
peneliti dalam mentranskip secara
mentranskip. online atau men-
scanning-nya terlebih
dahulu.
 Materi-materinya
sangat mungkin tidak
lengkap.
 Dokumen tersebut
bisa saja tidak asli
atau tidak akurat.
Audio-Visual  Foto 
Bisa menjadi metode  Materi seperti ini bisa
 Vediotape yang tidak terlalu saja sangat rumit
 Objek-objek seni menonjol dalam untuk ditafsirkan.
 Software komputer proses pengumpulan  Bebarapa materi
 Film data. audio-visual
 Memberikan diproteksi dan tidak
kesempatan bagi memberikan akses
partisipan untuk publik maupun privat.
membagi  Kehadiran peneliti
pengalamannya (seperti, fotografer)
secara langsung. sangat mungkin
 Materi audio-visual mengganggu
merupakan materi (disruptif).
kreatif yang dibuat
dengan penuh
perhatian.
Catatan: Tabel ini merupakan gabungan dari beberapa materi yang pernah disampaikan oleh
Merriam (1998), Bogdam & Biklen (1992), dan Creswell (2007)

3. Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-


dokumen kulitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti, koran,
makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary,
surat, e-mail).
4. Kategoti terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Data ini
bisa berupa foto, objek-objek
5. seni, videotape, atau segala jenis suara/bunyi.
2.6 Prosedur-Prosedur Perekam Data
Sebelum terjun kelapangan, peneliti kualitatif merencanakan pendekatan
untuk merekam data penelitian. Proposal seharusnya mengidentifikasi data apa yang
akan direkam dan prosedur-prosedur apa yang digunakan untuk merekam data
tersebut.
 Gunakanlah protokol untuk merekam data observasional. Peneliti sering kali
terlibat dalam banyak observasi selama penelitian dan selama observasi ini;
peneliti meggunkan protokol observasional untuk merekam data. Protokol ini
bisa berupa satu lembar kertas dengan garis pemisah di tengah untuk
membedakan catatan-catatac deskriptif (deskripsi mengenai partisipan,
rekonstruksi dialog, deskripsi mengenai setting fisik, catatan tentang peristiwa .

Tabel 9.3 Beberapa Pendekatan Pengumpulan Data Kualitatif Observasi


Observasi
 Mengumpulkan data lapangan denga berperan sebagai partisipan.
 Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai Observer.
 Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai partisipan
ketimbang observer.
 Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai observer
ketimbang partisipan.
 Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai outsider (orang luar) terlebih
dahulu, kemudian mulai masuk kedalam setting penelitian sebagai insider (orang
dalam)
Wawancara
 Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil mencatat hal-hal
penting.
 Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil merekamnya dengan
audiotape, lalu mentranskipnya.
 Melaksanakan wawancara semi-terstruktur, sambil merekamnya dengan audiotape,
lalu mentranskipnya.
 Melaksankan wawancara focus group, sambil merekamnya dengan audiotape, lalu
mentranskipnya.
 Melaksanakan jenis wawancara yang berbeda sekaligus: melalui email, dengan
berhadap-hadapan langsung, wawancara focus group, wawancara focus group online,
dan wawancara telepon.
Dokumentasi
 Mendokumentasikan buku harian selama penelitian.
 Meminta buku harian atau diary dari partisipan selama penelitian.
 Mengumpulkan surat pribadi ari partisipan.
 Menganalisis dokumen publik (seperti, memo resmi, catatan-catatan resmi, atau arsip-
arsip lainnya).
 Menganalisis autobiografi atau biografi.
 Meminta foto partisipan atau merekam suara mereka dengan videotape.
 Audit-audit.
 Rekaman medis
Materi Audio-Visual
 Menganalisis jejak-jejak fisik (seperti, jejak-jejak kaki di salju).
 Merkam atau memfilmkan situasi sosial atau seorang individu atau kelaompok
tertentu.
 Menganalisis foto dan rekaman video.
 Mengumpulkan suara/bunyi (seperti, musik, teriakan anak, klakson mobil),
 Mengumpulkan email.
 Mengumpulkan text massage dari telepon seluler.
 Menganalisis harta kepemilikan atau objek-objek ritual.
 Mengumpulkan bunyi, aroma, rasa, atau stimuli-stimuli indra lainnya
Sumber: Diadopsi dari Creswell (2007)
 Gunakanlah protokol wawancara ketika mengajukan pertanyaan dan merekam
jawaban-jawaban selama wawancara kualitatif. Protokol ini bisa mencakup
komponen-komponen berikut ini:
1. Judul (tanggal, lokasi, pewawancara/peneliti, yang diwawancarai/partisipan).
2. Instruksi-instruksi yang harus diikuti oleh partisipan agar prosedur-prosedur
wawancara dapat berajalan lancar.
3. Pertaanyaan-pertanyaan (biasanya pertanyaan ice-breaker di awal wawancara
yang kemudian dilanjutkan dengan 4-5 pertanyaan yang menjadi
subpertanyaan-subpertanyaan dari rumusan masalah penelitian; lalu diikuti
oleh beberapa pertanyaan lain atau pertanyaan penutup, seperti: “siapa yang
harus saya kunjungi untuk mempelajari lebih lanjut mengenai topik ini?”
4. Proses penjajakan/pemeriksaan dengan mengajukan 4-5 pertanyaan, untuk
meminta partisipan menjelaskan gagasan-gagasan mereka lebih detail atau
menguraikan lebih rinci tentang apa yang mereka katakan.
5. Waktu tunda selama wawancara untuk merekam/mencatat respons-respons dari
partisipan.
6. Ucapan terimakasih kepada orang yang diwawancarai atas waktu yang
diluangkan untuk wawancara (lihat Creswell, 2007)
 Peneliti merekam informasi dari partisipan dengan menggunakan catatan-
tangan, dengan audiotape, atau dengan videotape. Akan tetapi, meskipun
wawancara ini direkam menggunakan audiotape, saya merekomendasikan
agar peneliti tetap mencatatnya karena banyak kejadian hasil rekaman
menjadi korup, rusak, atau gagal. Jika videotape yang digunakan, peneliti
harus tetap mengatur rencana selanjutnya untuk mentranskip hasil rekaman
vediotape ini.
 Untuk dokumen dan materi-materi visual, dapat direkam/ dicatat sesuai
keinginkan peneliti. Biasanya, rekaman/catatan haruslah merefleksikan
informasi menganai dokumen tersebut atau materi lain serta gagasan-
gagasnan inti dalam dokumen itu. Penting juga mencatat apakah materi ini
benar-benar mencerminkan materi primer (seperti, informasi yang secara
langsung berasal dari orang atau situasi yang tengah diteliti) atau materi
sekunder (seperti, catatan-catatan tangan-kedua/second-hand tentang orang
atau situasi penelitian yang berasal dari sumber lain).
 Peneliti juga perlu memberikan komentar tentang nilai dan reliabilitas
sumber-sumber data ini.

2.7 Analisis Dan Interpretasi Data


Dalam proposal, bagian analisis data bisa terdiri dari sejumlah komponen.
Tetapi, proses analisis data secara keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang
berupa teks atau gambar. Untuk itu, peneliti perlu mempersiapkan data tersebut untuk
dianalisis, melakukan analisis-analisis yang berbeda, memperdalam pemahaman akan
data tersebut (sejumlah peneliti kualitatif lebih suka membayangkan tugas ini layaknya
menguliti lapisan bawang), menyajikan data, dan membuat interpretasi makna yang
lebih luas akan data tersebut. Ada sejumlah proses umum yang bisa dijelaskan oleh
peneliti dalam proposal mereka untuk menggambarkan keseluruhan aktivitas analisis
data ini, sebagaimana yang pernah saya (Creswell, 2007), Rossman dan Rallis (1998)
deskripsikan berikut ini:
 Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-
menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis
catatan singkat sepanjang penelitian. Maksud saya, analisis data kualitatif bisa
saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara
serentak dan bersama-sama. Ketika wawancara berlangsung, misalnya, peneliti
sambil lalu melakukan analisis terhadap data-data yang baru saja diperoleh dari
hasil wawancara ini, menulis catatan-catatan kecil yang dapat dimasukkan sebagai
narasi dalam laporan akhir, dan memikirkan susunan laporan akhir.
 Analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi dari para partisipan.
 Analisis data kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku
ilmiah sering kali menjadi model analisis yang umum digunakan. Dalam model
analisis tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, menganalisisnya
berdasarkan tema-tema atau perspektif-perspektif tertentu, dan melaporkan 4-5
tema. Meski demikian, saat ini tidak sedikit peneliti kualitatif yang berusaha
melampaui model analisis yang sudah lazim tersebut dengan menyajikan
prosedur-prosedur yang lebih detail dalam setiap strategi penelitiannya. Misalnya,
strategi grounded theory kini sudah memiliki langkah-langkah sistematis dalam
analisis datanya (Corbin & Strauss, 2007; Strauss & Corbin, 1990,. 1998).
Langkah-langkah ini meliputi, misalnya, membuat kategori-kategori atas
informasi yang diperoleh (open coding), memilih salah satu kategori dan
menempatkannya dalam satu model teoretis (axial coding), lalu merangkai sebuah
cerita dari hubungan antar-kategori ini (selective ceding). Selain grounded theory,
studi kasus atau penelitian etnografi kini sudah melibatkan deskripsi detail
mengenai setting atau individu-individu tertentu, yang kemudian diikuti oleh
analisis data (lihat Stake, 1995; Wolcott, 1994). Penelitian fenomenologis sudah
menerapkan analisis terhadap per-nyataan-pernyataan penting, generalisasi unit-
unit makna, dan apa yang disebut Moustakas (1994) sebagai deskripsi esensi.
Penelitian naratif melibatkan penceritaan kembali cerita-cerita partisipan dengan
menggunakan unsurunsur struktural, seperti plot, setting, aktivitas, klimaks, dan
ending cerita (Clandinin & Connelly, 2000). Intinya, proses-proses dan istilah-
istilah dalam strategi penelitian kualitatif berbeda satu sama lain dalam hal
analisis datanya.
 Meskipun perbedaan-perbedaan analitis ini sangat bergantung pada jenis strategi
yang digunakan, peneliti kualitatif pada umumnya menggunakan prosedur yang
umum dan langkah-langkah khusus dalam analisis data. Cara yang ideal adalah
dengan mencampurkan prosedur umum tersebut dengan langkah-langkah
khusus. Ringkasan proses analisis data dapat dilihat pada Gambar 9.1. Sebagai
tips penelitian, saya mengajak peneliti untuk melihat analisis data kualitatif
sebagai suatu proses penerapan langkah- langkah dari yang spesifik hingga yang
umum dengan berbagai level analisis yang berbeda, sebagaimana yang
ditunjukkan
berikut ini

Gambar 9.1 mengilustrasikan pendekatan linear dan hierarkis yang dibangun dari
bawah ke atas, tetapi dalam prakteknya saya melihat pendekatan ini lebih interaktif;
beragam tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang
telah disajikan. Pendekatan di atas dapat dijabarkan lebih detail dalam langkah-
langkah analisis berikut ini:
Langkah 1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengeruk data lapangan,
atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda
tergantung pada sumber informasi.
Langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun
general sense atas Informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara
keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan?
Bagaimana nada gagasan-gagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman,
kredibilitas, dan penuturan informasi itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif
terkadang menulis catatan-catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data
yang diperoleh.
Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan mene-coding data. Coding
merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan
sebelum memaknainya (Rossman & Rallis, 1998:171). Langkah ini melibatkan
beberapa tahap: mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama
proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau

Menginterpretasi tema-tema
/deskripsi-deskripsi

Menghubungkan tema-
tema/deskripsi-deskripsi
(seperti, grounded theory,
studikasus)

Tema-tema Deskripsi

Menvalidasi Men-coding data


keakuratan (tangan atau komputer)
informasi
Membaca keseluruhan data

Mengontrol dan
mempersiapkan data untuk
dianalisis

Data mentah (transkripsi,


data lapangan, gambar, dan
sebagainya)

Gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian melabeli


kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus, yang sering kali didasarkan pada
istilah/bahasa yang benar-benar berasal dari partisipan (disebut istilah in vivo).
Sebelum melanjutkan pada Langkah 4 peneliti mempertimbangkan petunjuk-petunjuk
detail yang dapat membantu dalam proses coding
Langkah 4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di-analisis. Deskripsi ini melibatkan
usaha penyampaian informasi secara detail mengenai orang-orang, lokasi-lokasi, atau
peristiwa-peristiwa dalam setting tertentu. Peneliti dapat membuat kode-kode untuk
mendeskripsikan semua informasi ini, lalu menganalisisnya untuk proyek studi kasus,
etnografi, atau penelitian naratif. Setelah itu, terapkanlah proses coding untuk
membuat sejumlah kecil tema atau kategori, bisa lima hingga tujuh kategori. Tema-
tema inilah yang biasanya menjadi hasil utama dalam penelitian kualitatif dan sering
kali digunakan untuk membuat judul dalam bagian hasil penelitian. Meski demikian,
tema-tema ini sebaiknya diperkuat dengan berbagai kutipan, seraya menampilkan
perspektif-perspektif yang terbuka untuk dikaji ulang.
Setelah mengidentifikasi tema-tema selama proses coding, peneliti kualitatif
dapat memanfaatkan lebih jauh tema-tema ini untuk membuat analisis yang lebih
kompleks. Misalnya, peneliti mengaitkan tema-tema dalam satu rangkaian cerita
(seperti dalam penelitian naratif) atau mengembangkan tema-tema tersebut menjadi
satu model teoretis (seperti dalam grounded theory). Tema-tema ini juga bisa
dianalisis untuk kasus tertentu, lintas kasus yang berbeda-beda (seperti dalam studi
kasus), atau dibentuk menjadi deskripsi umum (seperti dalam fenomenologi).
Penelitian kualitatif yang rumit biasanya melampaui deskripsi dan identifikasi tema
untuk masuk ke dalam hubungan antartema yang lebih kompleks.
Langkah 5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan
kembali dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah
dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis.
Pendekatan ini bisa meliputi pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema
tertentu (lengkap dengan subtema-subtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-
perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang keterhubung-an antartema. Para peneliti
kualitatif juga dapat menggunakan visual-visual, gambar-gambar, atau tabel-tabel
untuk membantu menyaji-kan pembahasan ini. Mereka dapat menyajikan suatu proses
(sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan secara spesifik lokasi
penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau memberikan informasi deskriptif
tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana dalam studi kasus dan etnografi).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah menginterpretasi atau
memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti "Pelajaran apa yang bisa diambil dari
semua ini?" akan membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan (Lincoln
& Guba, 1985). Pelajaran ini dapat berupa interpretasi pribadi si peneliti, dengan
berpijak pada kenyataan bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan
pengalaman pribadinya ke dalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang
berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari
literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti menegaskan apakah hasil penelitiannya
membenarkan atau justru menyangkal informasi sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan
ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya:
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan bukan dari hasil
ramalan peneliti.
Salah satu cara yang, menurut Wolcott (1994), dapat diterapkan ahli etnografi
untuk mengakhiri penelitiannya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
lebih lanjut. Pendekatan questioning ini juga berlaku dalam pendekatan advokasi dan
partisipatoris. Selain itu, jika peneliti kualitatif menggunakan perspektif teoretis,
mereka dapat membentuk interpretasi-interpretasi yang diorientasikan pada agenda
aksi menuju reformasi dan perubahan. Jadi, interpretasi atau pemaknaan data dalam.
penelitian kualitatif dapat berupa banyak hal, dapat diadaptasikan untuk jenis
rancangan yang berbeda, dan dapat bersifat pribadi, berbasis penelitian, dan tindakan.

2.8 Reliabilitas, Validitas, Dan Generalisasi

Meski validasi atas hasil penelitian bisa berlangsung selama proses penelitian
(seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9.1), peneliti tetap harus memfokuskan
pembahasannya mengenai validasi ini dengan cara menulis prosedur-prosedur validasi
pada bagian khusus dalam proposal. Peneliti perlu menyampaikan langkah-langkah
yang ia ambil untuk memeriksa akurasi dan kredibilitas hasil penelitiannya.
Dalam penelitian kualitatif, validitas ini tidak memiliki konotasi yang sama
dengan validitas dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas
(yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respons) ataupun dengan generalisasi
(yang berarti validitas eksternal atas hasil penelitian yang dapat diterapkan pada
setting, orang, atau sampel yang baru) dalam penelitian kuantitatif) (mengenai
generalisasi dan reliabilitas kuantitatif ini sudah dijelaskan. Sebaliknya, validitas
kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan
menerapkan prosedur-prosedur tertentu, sementara reliabilitas kualitatif
mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan
oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang berbeda (Gibbs, 2007).
Bagaimana para peneliti kualitatif mengetahui bahwa pendekatan mereka
konsisten dan reliabel? Yin (2003) menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus
mendokumentasikan prosedur-prosedur studi kasus mereka dan mendokumentasikan
sebanyak mungkin langkah-langkah dalam prosedur tersebut. Dia juga
merekomendasikan agar para peneliti kualitatif merancang secara cermat protokol dan
data base studi kasusnya. Gibbs (2007) memerinci sejumlah prosedur reliabilitas
sebagai berikut:

 Ceklah hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat
selama proses transkripsi.
 Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode
selama proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus membandingkan data
dengan kode-kode atau dengan menulis catatan tentang kode-kode dan definisi-
definisinya (lihat pembahasan mengenai codebook kualitatif).
 Untuk penelitian yang berbentuk tim, diskusikanlah kode-kode bersama partner
satu tim dalam pertemuan-pertemuan rutin atau sharing analisis.
 Lakukan cross-check dan bandingkan kode-kode yang dibuat oleh peneliti lain
dengan kode-kode yang telah Anda buat sendiri.
Para peneliti kualitatif perlu menjelaskan sejumlah prosedur ini dalam proposal
penelitian untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang mereka peroleh nantinya
akan benar-benar konsisten dan reliabel. Saya merekomendasikan agar beberapa
prosedur penelitian dijelaskan dalam proposal, dan peneliti perlu mencari orang yang
dapat mengkroscek kode-kode mereka untuk memperoleh apa yang saya sebut dengan
intercoder agreement. Persetujuan semacam ini dapat didasarkan pada apakah dua
atau lebih coder telah "sepakat" tentang kode-kode yang digunakan untuk "pernyataan
yang sama". Setelah itu, peneliti dapat menerapkan prosedur-prosedur statistik atau
subprogram-subprogram reliabilitas yang tersedia dalam program-program software
kualitatif untuk mengetahui tingkat konsistensi coding. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar konsistensi coding ini setidaknya berada dalam 80%
agreement untuk memastikan reliabilitas kualitatif yang baik.
Sementara itu, validitas merupakan kekuatan lain dalam pe-nelitian kualitatif
selain reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian
sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum
(Creswell & Miller, 2000). Ada banyak istilah dalam literatur-literatur kualitatif yang
membahasakan validitas ini, seperti trustworthiness, authenticity, dan credibility
(Greswell & Miller, 2000), bahkan ini menjadi salah satu topik penelitian yang paling
banyak dibahas (Lincoln & Guba, 2000).
Prosedur lain yang saya rekomendasikan untuk disertakan dalam proposal
penelitian adalah mengidentifikasi dan membahas satu atau lebih strategi yang ada
untuk memeriksa akurasi hasil penelitian. Peneliti perlu menjelaskan strategi-strategi
validitas ke dalam proposalnya. Saya rnemang merekomendasikan digunakannya
beragam strategi validitas karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti
dalam menilai keakuratan hasil penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi
tersebut. Berikut ini adalah delapan strategi validitas yang disusun mulai dari yang
paling sering dan mudah digunakan hingga yang jarang dan sulit diterapkan:
 Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan
memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan
menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-
tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektif dari
partisipan akan menambah validitas penelitian.
 Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Member
checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau
deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk
mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah
akurat. Hal ini tidak berarti bahwa peneliti membawa kembali transkrip- transkrip
mentah kepada partisipan untuk mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus
dibawa peneliti adalah bagian-bagian dari hasil penelitian yang sudah dipoles,
seperti tema-tema, analisis kasus, grounded theory, deskripsi kebudayaan, dan
sejenisnya. Tugas ini bisa saja mengharuskan peneliti untuk melakukan
wawancara tindak lanjut dengan para partisipan dan memberikan kesempatan
pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian.
 Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasil
penelitian. Deskripsi ini setidaknya harus berhasil menggambarkan setting
penelitian dan membahas salah satu elemen dari pengalaman-pengalaman
partisipan. Ketika para peneliti kualitatif menyajikan deskripsi yang detail
mengenai setting misalnya, atau menyajikan banyak perspektif mengenai tema,
hasilnya bisa jadi lebih realistis dan kaya. Prosedur ini tentu saja akan menambah
validitas hasil penelitian.
 Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian. Dengan
melakukan refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya bias dalam penelitian,
peneliti akan mampu membuat narasi yang terbuka dan jujur yang akan dirasakan
oleh pembaca. Refleksivitas dianggap sebagai salah satu karakteristik kunci dalam
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang baik berisi pendapat-pendapat
peneliti tentang bagaimana interpretasi mereka terhadap hasil penelitian turut
dibentuk dan dipengaruhi oleh latar belakang mereka, seperti gender, kebudayaan,
sejarah, dan status sosial ekonomi.
 Menyajikan informasi "yang berbeda" atau "negatif" {negative or discrepant
information) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-tema tertentu. Karena
kehidupan nyata tercipta dari beragam perspektif yang tidak selalu menyatu,
membahas informasi yang berbeda sangat mungkin menambah kredibilitas hasil
penelitian. Peneliti dapat melakukan ini dengan membahas bukti mengenai suatu
tema. Semakin banyak kasus yang disodorkan peneliti, akan melahirkan sejenis
problem tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi, peneliti juga dapat menyajikan
informasi yang berbeda dengan perspektif-perspektif dari tema itu. Dengan
menyajikan bukti yang kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih realistis dan valid.
 Memanfaatkan waktu yang relatif lama {prolonged time) di lapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti diharapkan dapat memahami lebih dalam
fenomena yang diteliti dan dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi
dan orang-orang yang turut membangun kredibilitas hasil naratif penelitian.
Semakin banyak pengalaman yang dilalui peneliti bersama partisipan dalam
setting yang sebenarnya, semakin akurat atau valid hasil penelitiannya.
 Melakukan tanya jawab dengan sesama rekan peneliti {peer debriefing) untuk
meningkatkan keakuratan hasil penelitian. Proses ini mengharuskan peneliti
mencari seorang rekan {a peer debriefer) yang dapat mereviezv untuk berdiskusi
mengenai penelitian kualitatif sehingga hasil penelitiannya dapat dirasakan oleh
orang lain, selain oleh peneliti sendiri. Strategi ini yaitu melibatkan interpretasi
lain selain interpretasi dari peneliti dapat menambah validitas atas hasil penelitian.
 Mengajak seorang auditor {external auditor) untuk mereview keseluruhan proyek
penelitian. Berbeda dengan peer debriefer, auditor ini tidak akrab dengan peneliti
atau proyek yang diajukan. Akan tetapi, kehadiran auditor tersebut dapat
memberikan penilaian objektif, mulai dari proses hingga kesimpulan penelitian.
Peran auditor ini sebenarnya mirip peran auditor fiscal; begitu pula dengan
karakteristik pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh keduanya (Lincoln
& Guba, 1985). Hal-hal yang akan diperiksa oleh investigator independen seperti
ini biasanya menyangkut banyak aspek dalam penelitian (seperti, keakuratan
transkrip, hubungan antara rumusan masalah dan data, tingkat analisis data mulai
dari data mentah hingga interpretasi). Tentu saja, strategi ini dapat menambah
validitas penelitian kualitatif.

Generalisasi kualitatif merupakan suatu istilah yang jarang digunakan dalam


penelitian kualitatif karena istilah generalisasi lebih banyak diterapkan untuk
penelitian kuantitatif. Tujuan dari generalisasi dalam penelitian kualitatif ini sendiri
bukan untuk menggeneralisasi hasil penemuan pada individu-individu, lokasi-lokasi,
atau tempat-tempat di luar objek penelitian, sebagaimana yang banyak dijumpai dalam
penelitian kuantitatif (lihat Gibbs, 2007, terkait catatan tentang generalisasi dalam
penelitian kualitatif). Pada dasarnya, nilai dari penelitian kualitatif terletak pada
deskripsi dan tema-tema tertentu yang berkembang/dikembangkan daiam konteks
lokasi tertentu pula.

Menekankan keseimbangan generalisasi (Greene & Caracelli, 1997) merupakan


karakteristik penelitian kualitatif. Akan tetapi, ada sejumlah literatur kualitatif yang
membahas mengenai generalisasi ini, khususnya yang berlaku untuk penelitian studi
kasus. Yin (2003), misalnya, merasa bahwa hasil studi kasus kualitatif dapat di
generalisasi pada sejumlah teori yang lebih luas. Generalisasi ini muncul ketika para
peneliti kualitatif meneliti kasus-kasus tambahan dan menggeneralisasi hasil
penelitian sebelumnya pada kasus-kasus yang baru tersebut. Ini mirip logika replikasi
yang berlaku dalam penelitian eksperimen. Akan tetapi, untuk mengulang atau
mereplikasi hasil penelitian studi kasus dalam setting kasus yang baru, peneliti perlu
melakukan dokumentasi yang baik atas prosedur-prosedur kualitatif, seperti protokol
penelitian untuk mendokumentasikan kasus secara detail dan mengembangkan data
base studi kasus secara utuh (Yin, 2003).
2.9 Menulis Penelitian Kualitatif

Bagian prosedur kualitatif dalam proposal penelitian seharusnya diakhiri dengan


penjelasan mengenai bagaimana peneliti menarasikan hasil analisis datanya. Ada
banyak model narasi ini; peneliti bisa menemukannya dalam jurnal-jurnal akademik.
Yang jelas, dalam merancang penelitian kualitatif, peneliti perlu menjelaskan tentang
proses narasi tersebut.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa prosedur dasar dalam melaporkan
hasil penelitian kualitatif adalah membuat deskripsi-deskripsi dan tema-tema yang
berasal dari data penelitian (lihat Gambar 9.1), khususnya deskripsi atau tema yang
mengandung beragam perspektif dari partisipan atau gambaran detail tentang setting
dan individu-individu. Setiap strategi penelitian kualitatif pada hakikatnya memiliki
prosedur narasinya masing-masing, misalnya narasi kronologis mengenai kehidupan
individu (penelitian naratif), deskripsi detail mengenai pengalaman mereka
(fenomenologi), sebuah teori yang dihasilkan dari data penelitian (grounded theory),
potret detail mengenai kelompok culture-sharing (etnografi), atau analisis mendalam
tentang satu atau beberapa kasus (studi kasus).
Dari narasi-narasi yang berbeda ini pula, peneliti dapat membahas bagian-bagian
proposal lain, seperti hasil penelitian dan interpretasi data, utamanya tentang
bagaimana bagian-bagian ini akan, disajikan: apakah dengan pertimbangan objektif,
pengalaman-pengalaman lapangan (Van Maanen, 1988), ataukah dengan kronologi,
model proses, kisah yang diperluas, analisis berdasarkan kasus atau lintas kasus, atau
dengan potret deskriptif yang detail (Creswell, 2007).
Pada tingkat tertentu, strategi /menulis dua bagian proposal di atas (hasil
penelitian dan interpretasi data) dapat dilakukan dengan teknik-teknik berikut ini:

 Gunakanlah cuplikan-cuplikan dan variasikan panjang pendeknya cuplikan


tersebut dengan tepat dan sesuai keperluan.
 Catatlah percakapan-percakapan yang terjadi selama penelitian dan sajikan
percakapan-percakapan ini dalam bahasa yang berbeda untuk merefleksikan
sensitivitas kultural.
 Sajikan informasi tekstual dalam bentuk tabel (seperti, matriks, tabel-tabel
perbandingan untuk kode-kode yang berbeda).
 Gunakan pernyataan dari partisipan untuk membuat kode-kode atau melabeli
tema.
 Campurkan kutipan-kutipan dengan penafsiran-penafsiran penulis.
 Terapkan indent (menambah spasi di depan alinea untuk tulisan- tulisan penting
atau semiblok, penj.) atau format lain untuk menandai cuplikan-cuplikan yang
berasal dari partisipan.
 Gunakan kata ganti pertama (saya) atau "kita" dalam bentuk naratif.
 Gunakan metafora-metafora dan analogi-analogi (lihat, misalnya, Richardson,
1990, yang membahas bentuk-bentuk ini).
 Terapkan pendekatan naratif yang biasanya digunakan dalam strategi penelitian
kualitatif (seperti deskripsi dalam studi kasus atau etnografi, narasi detail dalam
penelitian naratif).
 Deskripsikan bagaimana hasil narasi tersebut dikomparasikan dengan teori-teori
atau literatur-literatur yang membahas topik yang sama. Dalam sebagian besar
karya tulis kualitatif, peneliti membahas literatur ini di akhir penelitian.
BAB III
PENUTUP

Bab ini mengeksplorasi langkah-Langkah dalam mengembangkan dan menulis


prosedur-prosedur kualitatif. Selain memperkenalkan sejumlah variasi dalam
penelitian kualitatif, bab ini juga mengemukakan panduan umum tentang prosedur-
prosedur kualitatif yang meliputi pembahasan mengenai karakteristik-karakteristik
umum penelitian kualitatif, yang berguna bagi para pembaca yang mungkin kurang
familiar dengan pendekatan ini. Beberapa karakteristik penelitian kualitatif antara
Lain: berada dalam setting yang alamiah; berpijak pada dasar bahwa peneliti adalah
instrumen utama pengumpulan data; melibatkan beberapa metode pengumpulan data;
bersifat induktif; didasarkan pada makna partisipan; sering kali menyertakan
perspektif-perspektif teoretis; bersifat interpretif dan holistik.
DAFTAR PUSTKA
Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five
Approaches ( 3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.

Anda mungkin juga menyukai