PENDAHULUAN
Serangkaian kegiatan meneliti tidak terlepas dari peneliti dalam menggunakan
instrument penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan harus tepat dan sesuai untuk
mencari data yang akurat. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha menemukan jalan
keluar untuk mengatasi beragam persolan yang ditemui dalam kegiatan penelitian.
Dimulai dengan pengumpulan data yang diperoleh dari mencari berbagai sumber
informasi, kemudian melakukan berbagai pengkajian yang pada akhirnya hasil yang
yang diperoleh harus dianalisis terlebih dahulu agar ditemukan sebuah jawaban atas
persoalan yang terjadi. Aktivitas-aktivitas tersebut dikenal sebagai aktivitas penelitian.
Berkaitan dengan penelitian, maka dikenal dua jenis metode penelitian yakni penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah
yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Penelitian ini pada dasarnya menggunakan model-model dan pengukuran secara
matematis.
Sedangkan penelitian kualitatif merupakan penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif, dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini melalui kegiatan penelitian
manusia dapat menggunakan hasilnya untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah yang
memiliki tujuan praktis dalam memahami, memecahkan dan mengantipasi masalah
dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Dengan demikian, berdasarkan pengertian
dari kedua jenis metode penelitian diatas, maka makalah ini akan lebih memfokuskan
pada metode penelitian kualitatif secara keselurahan yang mana akan diuraikan dari
pengertian penelitian kualitatif, dan lebih menonjolkan pada prosedur-prosedur pada
penelitian kualitatif .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prosedur-prosedur kualitatif
Prosedur-prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam
penelitian akademik dibandingkan metode-metode kuantitatif. Penelitian kualitatif juga
memiliki asumsi asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-metode
pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang beragam. Meskipun prosesnya sama,
prosedur-prosedur kualitatif tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar,
memiliki langkah-langkah unik dalam analisis datanya, dan bersumber dari strategi-
strategi penelitian yang berbeda-beda.
Pada dasarnya, strategi-strategi penelitian yang dipilih dalam proyek kualitatif
sangat berpengaruh terhadap prosedur-prosedurnya yang, meski seragam, tetap
menunjukkan pola yang berbeda-beda. Melihat landskap prosedur-prosedur kualitatif
berarti melihat perspektif-perspektif yang beragam, mulai dari perspektif keadilan
sosial (Denzin & Lincoln, 2005), perspektif ideologis (Lather, 1991), perspektif
filosofis (Schwandt, 2000), hingga petunjuk-petunjuk prosedur sistematis (Creswell,
007; Corbin & Strauss, 2007). Semua perspektif ini bersaing untuk menjadi landasan
utama dalam penelitian kualitatif.
Pada bab ini mengombinasikan perspektif-perspektif tersebut,
menyajikan prosedur-prosedur umum, dan menampilkan contoh-contoh dari beragam
strategi kualitatif. Bab ini juga akan menyajikan gagasan-gagasan dari beberapa pakar
yang menulis tentang rancangan proposal kualitatif (misalnya, lihat Berg, 2001;
Marshall &. Rossman, 2006; Maxwell, 2005; Rossman & Rallis, 1998). Topik-topik
yang termasuk ke dalam bagian prosedur kualitatif antara lain: karakteristik-
karakteristik penelitian kualitatif, strategi penelitian, peran peneliti, langkah-langkah
dalam pengumpulan dan analisis data, strategi-strategi validasi, akurasi penemuan, dan
struktur naratif. Tabel 9.1 menunjukkan checklist pertanyaan-pertanyaan tentang
bagaimana merancang prosedur-prosedur kualitatif ini.
2.2 Karakteristik-Karakteristik Penelitian Kualitatif
Bertahun-tahun lamanya, para penulis proposal terus berusaha membahas
karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif untuk memastikan legitimasi dari pihak
fakultas dan pembacanya. Saat ini, pembahasan-pembahasan semacam itu sudah
jarang dijumpai dalam literatur. Bahkan, sekarang ada beberapa konsensus yang telah
mengatur ketentuan-ketentuan dalam penelitian kualitatif. Untuk itulah, saran saya
bagi para penulis proposal yang ingin merancang bagian karakteristik penelitian ini
antara lain:
Amatilah apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pembaca proposal Anda.
Identifikasilah apakah pembaca Anda sudah banyak mengetahui karakteristik-
karakteristik penelitian kualitatif sehingga bagian ini tidak begitu penting bagi
mereka.
Jika Anda ragu-ragu atas pengetahuan mereka, jelaskan karakteristik-karakteristik
dasar penelitian kualitatif dalam proposal Anda dan jika rnemungkinkan, bahaslah
sebuah artikel jurnal (atau studi) kualitatif baru-baru ini sebagai contoh untuk
meng-
ilustrasikan karakteristik-karakteristik tersebut.
Sejumlah karakteristik penelitian kualitatif bisa saja digunakan (seperti, Bogdan &
Biklen, 1992; Eisner, 1991; Hatch, 2002; LeCompte & Schensul, 1999; Marshall
& Rossman, 2006), tetapi saya lebih mengandalkan pada analisis gabungan dari
beberapa penulis ini yang sudah saya sertakan secara menyeluruh dalam buku
saya tentang penelitian kualitatif (Creswell, 2007). Saya tidak hanya menyertakan
perspektif-perspektif tradisional saja, tetapi juga perspektif-perspektif baru dalam
penelitian kualitatif, seperti advokasi, partisipatoris, dan refleksi diri. Berikut ini
adalah beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang disajikan tidak dalam
urutan prioritas tertentu.
Tabel 9.1 Checklist pertanyaan-pertanyaan untuk merancang prosedur kualitatif
Apakah karakteristik-karakteristik dasar penelitian kualitatif sudah
dijelaskan?
Apakah jenis strategi kualitatif yang akan digunakan juga sudah
dijelaskan? Apakah sejarah, definisi, dan penerapan dari strategi
tersebut sudah dijelaskan?
Apakah pembaca dapat memahami peran peneliti dalam penelitian tersebut
(pengalaman historis, sosial, dan kultural sebelumnya, hubungan personal
dengan lokasi dan partisipan, langkah-langkah dalam memperoleh entri,
dan masalah-masalah etis)?
Apakah strategi sampling dalam memilih lokasi dan partisipan penelitian
sudah diidentifikasi?
Apakah jenis strategi pengumpulan data dan rasionalisasi penggunaannya
juga sudah dijabarkan?
Apakah langkah-langkah perekaman/pencatatan informasi selama
prosedur pengumpulan .data sudah dijelaskan?
Apakah langkah-langkah analisis data juga sudah dijabarkan?
Apakah ada bukti/petunjuk bahwa peneliti telah mengatur data untuk
dianalisis?
Apakah peneliti telah mereview data secara umum untuk memperoleh
makna informasi?
Apakah data sudah di-coding?
Apakah kode-kode sudah dirancang untuk membentuk deskripsi atau
mengidentifikasi tema-tema utama?
Apakah tema-tema tersebut saling terkait satu sama lain, memperkuat
analisis dan abstraksi?
Apakah cara-cara penyajian data sudah dijelaskan —misalnya dalam
bentuk tabel, grafik, atau gambar?
Apakah dasar-dasar dalam menginterpretasi data sudah dijelaskan secara
rinci (pengalaman-pengalaman personal, literatur, pertanyaan-pertanyaan,
agenda aksi)?
Apakah peneliti sudah menyebutkan outcome penelitian (misalnya, untuk
mengembangkan/menciptakan suatu teori, menyajikan gambaran
kompleks tentang tema)?
Apakah ada strategi-strategi lain yang dikutip untuk menvalidasi hasil atau
penemuan penelitian?
Gambar 9.1 mengilustrasikan pendekatan linear dan hierarkis yang dibangun dari
bawah ke atas, tetapi dalam prakteknya saya melihat pendekatan ini lebih interaktif;
beragam tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang
telah disajikan. Pendekatan di atas dapat dijabarkan lebih detail dalam langkah-
langkah analisis berikut ini:
Langkah 1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengeruk data lapangan,
atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda
tergantung pada sumber informasi.
Langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun
general sense atas Informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara
keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan?
Bagaimana nada gagasan-gagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman,
kredibilitas, dan penuturan informasi itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif
terkadang menulis catatan-catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data
yang diperoleh.
Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan mene-coding data. Coding
merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan
sebelum memaknainya (Rossman & Rallis, 1998:171). Langkah ini melibatkan
beberapa tahap: mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama
proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau
Menginterpretasi tema-tema
/deskripsi-deskripsi
Menghubungkan tema-
tema/deskripsi-deskripsi
(seperti, grounded theory,
studikasus)
Tema-tema Deskripsi
Mengontrol dan
mempersiapkan data untuk
dianalisis
Meski validasi atas hasil penelitian bisa berlangsung selama proses penelitian
(seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9.1), peneliti tetap harus memfokuskan
pembahasannya mengenai validasi ini dengan cara menulis prosedur-prosedur validasi
pada bagian khusus dalam proposal. Peneliti perlu menyampaikan langkah-langkah
yang ia ambil untuk memeriksa akurasi dan kredibilitas hasil penelitiannya.
Dalam penelitian kualitatif, validitas ini tidak memiliki konotasi yang sama
dengan validitas dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas
(yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respons) ataupun dengan generalisasi
(yang berarti validitas eksternal atas hasil penelitian yang dapat diterapkan pada
setting, orang, atau sampel yang baru) dalam penelitian kuantitatif) (mengenai
generalisasi dan reliabilitas kuantitatif ini sudah dijelaskan. Sebaliknya, validitas
kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan
menerapkan prosedur-prosedur tertentu, sementara reliabilitas kualitatif
mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan
oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang berbeda (Gibbs, 2007).
Bagaimana para peneliti kualitatif mengetahui bahwa pendekatan mereka
konsisten dan reliabel? Yin (2003) menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus
mendokumentasikan prosedur-prosedur studi kasus mereka dan mendokumentasikan
sebanyak mungkin langkah-langkah dalam prosedur tersebut. Dia juga
merekomendasikan agar para peneliti kualitatif merancang secara cermat protokol dan
data base studi kasusnya. Gibbs (2007) memerinci sejumlah prosedur reliabilitas
sebagai berikut:
Ceklah hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat
selama proses transkripsi.
Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode
selama proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus membandingkan data
dengan kode-kode atau dengan menulis catatan tentang kode-kode dan definisi-
definisinya (lihat pembahasan mengenai codebook kualitatif).
Untuk penelitian yang berbentuk tim, diskusikanlah kode-kode bersama partner
satu tim dalam pertemuan-pertemuan rutin atau sharing analisis.
Lakukan cross-check dan bandingkan kode-kode yang dibuat oleh peneliti lain
dengan kode-kode yang telah Anda buat sendiri.
Para peneliti kualitatif perlu menjelaskan sejumlah prosedur ini dalam proposal
penelitian untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang mereka peroleh nantinya
akan benar-benar konsisten dan reliabel. Saya merekomendasikan agar beberapa
prosedur penelitian dijelaskan dalam proposal, dan peneliti perlu mencari orang yang
dapat mengkroscek kode-kode mereka untuk memperoleh apa yang saya sebut dengan
intercoder agreement. Persetujuan semacam ini dapat didasarkan pada apakah dua
atau lebih coder telah "sepakat" tentang kode-kode yang digunakan untuk "pernyataan
yang sama". Setelah itu, peneliti dapat menerapkan prosedur-prosedur statistik atau
subprogram-subprogram reliabilitas yang tersedia dalam program-program software
kualitatif untuk mengetahui tingkat konsistensi coding. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar konsistensi coding ini setidaknya berada dalam 80%
agreement untuk memastikan reliabilitas kualitatif yang baik.
Sementara itu, validitas merupakan kekuatan lain dalam pe-nelitian kualitatif
selain reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian
sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum
(Creswell & Miller, 2000). Ada banyak istilah dalam literatur-literatur kualitatif yang
membahasakan validitas ini, seperti trustworthiness, authenticity, dan credibility
(Greswell & Miller, 2000), bahkan ini menjadi salah satu topik penelitian yang paling
banyak dibahas (Lincoln & Guba, 2000).
Prosedur lain yang saya rekomendasikan untuk disertakan dalam proposal
penelitian adalah mengidentifikasi dan membahas satu atau lebih strategi yang ada
untuk memeriksa akurasi hasil penelitian. Peneliti perlu menjelaskan strategi-strategi
validitas ke dalam proposalnya. Saya rnemang merekomendasikan digunakannya
beragam strategi validitas karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti
dalam menilai keakuratan hasil penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi
tersebut. Berikut ini adalah delapan strategi validitas yang disusun mulai dari yang
paling sering dan mudah digunakan hingga yang jarang dan sulit diterapkan:
Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan
memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan
menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-
tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektif dari
partisipan akan menambah validitas penelitian.
Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Member
checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau
deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk
mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah
akurat. Hal ini tidak berarti bahwa peneliti membawa kembali transkrip- transkrip
mentah kepada partisipan untuk mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus
dibawa peneliti adalah bagian-bagian dari hasil penelitian yang sudah dipoles,
seperti tema-tema, analisis kasus, grounded theory, deskripsi kebudayaan, dan
sejenisnya. Tugas ini bisa saja mengharuskan peneliti untuk melakukan
wawancara tindak lanjut dengan para partisipan dan memberikan kesempatan
pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian.
Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasil
penelitian. Deskripsi ini setidaknya harus berhasil menggambarkan setting
penelitian dan membahas salah satu elemen dari pengalaman-pengalaman
partisipan. Ketika para peneliti kualitatif menyajikan deskripsi yang detail
mengenai setting misalnya, atau menyajikan banyak perspektif mengenai tema,
hasilnya bisa jadi lebih realistis dan kaya. Prosedur ini tentu saja akan menambah
validitas hasil penelitian.
Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian. Dengan
melakukan refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya bias dalam penelitian,
peneliti akan mampu membuat narasi yang terbuka dan jujur yang akan dirasakan
oleh pembaca. Refleksivitas dianggap sebagai salah satu karakteristik kunci dalam
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang baik berisi pendapat-pendapat
peneliti tentang bagaimana interpretasi mereka terhadap hasil penelitian turut
dibentuk dan dipengaruhi oleh latar belakang mereka, seperti gender, kebudayaan,
sejarah, dan status sosial ekonomi.
Menyajikan informasi "yang berbeda" atau "negatif" {negative or discrepant
information) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-tema tertentu. Karena
kehidupan nyata tercipta dari beragam perspektif yang tidak selalu menyatu,
membahas informasi yang berbeda sangat mungkin menambah kredibilitas hasil
penelitian. Peneliti dapat melakukan ini dengan membahas bukti mengenai suatu
tema. Semakin banyak kasus yang disodorkan peneliti, akan melahirkan sejenis
problem tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi, peneliti juga dapat menyajikan
informasi yang berbeda dengan perspektif-perspektif dari tema itu. Dengan
menyajikan bukti yang kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih realistis dan valid.
Memanfaatkan waktu yang relatif lama {prolonged time) di lapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti diharapkan dapat memahami lebih dalam
fenomena yang diteliti dan dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi
dan orang-orang yang turut membangun kredibilitas hasil naratif penelitian.
Semakin banyak pengalaman yang dilalui peneliti bersama partisipan dalam
setting yang sebenarnya, semakin akurat atau valid hasil penelitiannya.
Melakukan tanya jawab dengan sesama rekan peneliti {peer debriefing) untuk
meningkatkan keakuratan hasil penelitian. Proses ini mengharuskan peneliti
mencari seorang rekan {a peer debriefer) yang dapat mereviezv untuk berdiskusi
mengenai penelitian kualitatif sehingga hasil penelitiannya dapat dirasakan oleh
orang lain, selain oleh peneliti sendiri. Strategi ini yaitu melibatkan interpretasi
lain selain interpretasi dari peneliti dapat menambah validitas atas hasil penelitian.
Mengajak seorang auditor {external auditor) untuk mereview keseluruhan proyek
penelitian. Berbeda dengan peer debriefer, auditor ini tidak akrab dengan peneliti
atau proyek yang diajukan. Akan tetapi, kehadiran auditor tersebut dapat
memberikan penilaian objektif, mulai dari proses hingga kesimpulan penelitian.
Peran auditor ini sebenarnya mirip peran auditor fiscal; begitu pula dengan
karakteristik pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh keduanya (Lincoln
& Guba, 1985). Hal-hal yang akan diperiksa oleh investigator independen seperti
ini biasanya menyangkut banyak aspek dalam penelitian (seperti, keakuratan
transkrip, hubungan antara rumusan masalah dan data, tingkat analisis data mulai
dari data mentah hingga interpretasi). Tentu saja, strategi ini dapat menambah
validitas penelitian kualitatif.