Rossman dan Rallis (1998) mengartikan teori dalam penelitian kualitatif sebagai
perspektif pos modern dan kritis:
Menjelang abad 20, ilmu-ilmu sosial tradisional mulai dikritik dan dipertanyakan oleh
perspektif-perspektif pos modern dan kritis yang menantang asumsi-asumsi objektif dan
norma-norma tradisional dalam penelitian. Ada empat hal yang menjadi fokus utama
dalam kritik ini: a). Penelitian pada dasarnya melibatkan isu-isu kekuasaan, b). Laporan
penelitian tidak transparan dan netral, tetapi dikuasai oleh individu-individu yang secara
teoritis berorentasi pada ras, gender, merupakan aspek-aspek penting dalam memahami
pengalaman manusia dan d). Penelitian historis tradisional telah membungkam
kelompok-kelompok yang tertindas dan marginal (hlm. 66)
Ketiga dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir
penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti menerapkan
proses penelitianya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke tema-tema umum,
kemudian menuju teori atau model tertentu (lihat punch, 2005). Logika pendekatan induktif ini
dapat dilihat pada gambar 3.5.
Pattern theory tidak menemukan aspek penalaran deduktif. Sebaliknya, mirip dengan
teori kausatif, pattern theory justru berisi konsep-konsep dan relasi-relasi yang saling
berhubungan, namun teori ini tidak membutuhkan pernyataan kausatif. Malahan, teori ini
mengunakan metafora dan analogi-analogi agar relasi-relasi ini “memiliki arti.” pattern
theory merupakan sistem gagasan-gagasan. Konsep-konsep dan relasi-relasi di dalamnya
membentuk sejenis mutual-reinforcing dan sistem tertutup. Pattern theory mengurutkan
setiap tahapan atau menghubungkan bagian-bagian dengan keseluruhan (hlm. 38)
Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak mengunakan teori yang terlalu eksplisit.
Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak ada satupun penelitian kualitatif
dilakukan dengan observasi yang “benar-benar murni” dan (2) karena struktur konseptual
sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan starting point bagi
keseluruhan observasi (Schwandt, 1993). Bahkan, tidak sedikit orang memandang penelitian
kualitatif sebagai penelitian yang tidak memiliki orientasi teori yang eksplisit, seperti dalam
penelitian fenomenologi, yang didalamnya peneliti berusaha untuk membangun esensi
pengalaman dari para partisipasi (lihat, misalnya, Riemen, 1986). Dalam penelitian-penelitian
semacam ini, peneliti hanya membuat sesuatu deskripsi yang kaya dan rinci tentang fenomena
tertentu.
Tips penelitian saya tentang pengunaan teori dalam penelitian kualitatif ini antara lain sebagai
berikut:
Pastikan apakah teori tersebut dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif atau tidak.
Jika bisa diterapkan, identifikasilah bagaimana teori tersebut akan dijabarkan dan
digunakan dalam penelitian anda; apakah sebagai penjelasan up-front, sebagai end point
penelitian, atau sebagai perspektif advokasi.
Tempatkan teori tersebut dalam naskah penelitian anda dibagian yang tepat, sesuai
dengan tujuan yang digunakanya teori tersebut.
Murguia, Padilla, dan Pavel (1991) meneliti 24 siswa yang berasal dari Spayol