Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm.

51-63 51

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian


Informasi Pengobatan di Jawa Barat

Purwanti Hadisiwi1 dan Hadi Suprapto Arifin2


1,2
Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Banyak penyandang kanker serviks yang terdiagnosis awal sudah berada pada stadium lanjut. Hal ini
diantaranya disebabkan oleh perbedaan aksesnya terhadap informasi kesehatan serta tingkat pemahaman
yang berbeda terhadap informasi yang diterimanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman
komunikasi penyandang kanker serviks di Jawa Barat, pola pencarian informasi kesehatan dan jenis
informasi kesehatan yang diperlukan penyandang kanker serviks. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Melalui wawancara mendalam terhadap
delapan penyandang kanker serviks yang berasal dari Bandung, Bekasi, Karawang, Indramayu, Cirebon dan
Pangandaran diperoleh pemahaman bahwa, penyandang kanker serviks yang berasal dari strata sosial ekonomi
rendah cenderung merasa terstigma sehingga menghambat aksesnya terhadap informasi dan berimplikasi
pada kondisi stadium kanker serviks yang tinggi; mereka yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah
mendapatkan informasi kesehatan dari teman/kerabat dan dokter, sedangkan yang berasal dari strata yang
lebih tinggi selain mendapatkan informasi kesehatan dari dokter, mereka juga mendapatkan informasi dari
teman/komunitas dan media massa; mereka memerlukan informasi tentang penyakitnya, pengobatan dan
jenis tindakan yang harus dijalani, nutrisi serta gaya hidup yang dapat memperpanjang harapan hidupnya.
Diperlukan informasi tentang kanker serviks yang mudah diakses dan mudah dipahami disertai dengan
pemberdayaan kader kesehatan yang dapat memberikan pendampingan kepada perempuan yang memiliki
gejala awal kanker serviks.

Kata-kata Kunci: Fenomenologi; kanker serviks; pencarian informasi; pengalaman komunikasi; pengobatan

Communication Experience of Cervical Cancer Survivors in Search of Medical


Information in West Java

ABSTRACT

There were many of cervical cancer survivors were early diagnosed at an advanced stage. This was partly
due to their differences in access to health information as well as differences in understand the information.
This study aimed to determine the profile of cervical cancer survivors, health information search patterns and
health information type needed by cervical cancer survivor in West Java. The method used in this research
was qualitative method with phenomenological approach. Through in-depth interviews of eight cervical
cancer survivors originating from Bandung, Bekasi, Karawang, Indramayu, Cirebon and Pangandaran,
it was found that cervical cancer survivor from low socioeconomic status tended to feel stigmatized and
hampered their access to information and its implication of high stage of cervical cancer; those from low-
socioeconomic strata obtain health information from friends / relatives and doctors, while those from higher
status obtain health information not only from doctors, but also friends / communities and mass media;
they need information about their health condition, treatment and medication, nutrion and lifestyle that can
extend their life expectancy. It was required some information about cervical cancer that was accessible and
easy to understand accompanied by the empowerment of health cadres that can provide assistance to women
who have early symptoms of cervical cancer.

Keywords: Cervical cancer; communication experience; information search; medication; phenomenology

Korespondensi: Dr. Purwanti Hadisiwi, M.Exed, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi,
Universitas Padjadjaran. Jalan Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363. Email: purwanti@
unpad.ac.id
Submitted: January 2018, Accepted: April 2018, Published: June 2018
ISSN: 2303-2006 (print), ISSN: 2477-5606 (online). Website: http://jurnal.unpad.ac.id/jkk
Terakreditasi Kemenristekdikti RI SK No. 48a/E/KPT/2017
52 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63

PENDAHULUAN wanita tentang kanker payudara. Semakin tinggi


tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat
Di sebuah rumah singgah kanker di kota pengetahuannya (Widiawaty, 2011).
Bandung, beberapa perempuan penyandang Literasi kesehatan yang erat kaitannya
kanker serviks yang berasal dari daerah di dengan tingkat pendidikan menjadi masalah
luar kota Bandung sedang berbaring, atau besar di samping demografi karakteristik
melakukan kegiatan ringan lainnya. Mereka penyandang kanker serviks yang lainnya.
berada di rumah singgah kanker karena sedang Informasi tentang kanker serviks menjadi sangat
melakukan pengobatan atau menjalani rangkaian penting diketahui oleh semua perempuan.
tindakan pengobatan di RSHS. Mereka Informasi yang dimulai dari gejala awal
berasal dari Karawang, Bekasi, Cirebon dan terindikasinya kanker serviks, pengobatan dan
Indramayu yang tidak memiliki sanak keluarga tindakan yang harus dijalani, pencegahan untuk
di kota Bandung. Dengan kondisi ekonomi terhindar dari kanker serviks serta Kanker
yang tidak memungkinkannya untuk tinggal Serviks merupakan penyakit kanker pembunuh
di penginapan, mengingat proses pengobatan wanita kedua setelah kanker payudara. Menurut
yang memerlukan waktu lama, mereka pernah data World Health Organization (WHO) setiap
tinggal di bawah tangga rumah sakit, di kantor hari ada dua perempuan yang meninggal
satpam dan bahkan di emperan rumah sakit. karena penyakit ini dan 83% penyakit kanker
Kondisi mereka sangat memprihatinkan karena serviks berada di Negara berkembang. Di
selain harus menginap di tempat yang tidak Indonesia kanker serviks ditemukan pada 40-45
layak (sebelum di rumah singgah), mereka juga perempuan Indonesia setiap harinya. Menurut
sudah pada stadium IIB dan IIIB. Stadium yang Yayasan Kanker Indonesia, kanker serviks
sudah relatif tinggi ini disebabkan terlambatnya menyumbang angka kematian paling banyak
mereka mengetahui informasi tentang gejala dan 52 juta perempuan Indonesia berisiko
awal kanker serviks atau keengganannya terkena kanker serviks.
memeriksakan diri karena menyangkut masalah Angka kejadian kanker serviks sangat
pada organ intimnya. Dengan pendidikan yang bervariasi di seluruh dunia. Meskipun progam
rata-rata SD dan pekerjaan sebagai keliling, pap smear sudah dicanangkan namun sekitar 20
nelayan dan petani, mereka tidak mengetahui persen kejadian kanker serviks tidak terdeteksi,
bagaimana mendapatkan informasi terkait terutama adenokarsinoma serviks, yang lebih
gejala penyakit yang dialaminya sejak awal sulit untuk dideteksi melalui metode – metode
terjadi. Kanker serviks banyak dijumpai pada pap smear yang telah ada. Banyak faktor yang
golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan dapat memengaruhi terjadinya kanker serviks
dengan gizi dan imunitas, pada sosial ekonomi di antaranya adalah kawin di usia muda,
rendah umumnya kualitas dan kuantitas pendidikan, pekerjaan dan seringnya melahirkan
makanan kurang hal ini memengaruhi imunitas (FKUI Jakarta, 2000 dalam Kumpulan Karya
tubuh (Nuranna, 2008). Tulis Kebidanan, 2011).
Sementara itu penyandang kanker serviks Jawa Barat merupakan salah satu provinsi
yang berpendidikan S1 dan tinggal di kota dengan angka kanker serviks yang tinggi. Saat
Bandung, memiliki pengalaman yang berbeda. ini, kanker masih dianggap sebagai hal yang
Dengan program Keluarga Berencana yang menakutkan. Bagi orang yang divonis kanker,
diikutinya, mereka secara rutin memeriksakan mereka akan berada pada situasi disonansi atau
diri ke dokter sehingga dapat diketahui sejak situasi ketidakpastian. Sebagian dari mereka
awal gejala kanker serviks yang dialaminya. terpukul dan ketakutan. Berbagai tindakan
Informasi yang diperolehnya dari dokter kemudian dilakukan sebagai upaya pengobatan.
kemudian dikonfirmasikannya ke dokter Jenis pengobatan yang dipilih bergantung kepada
lainnya, disertai dengan tambahan informasi informasi yang diperoleh. Informasi kesehatan
dari berbagai sumber. Pengalaman yang berbeda akan membantu pasien untuk mengatasi masalah
ini bisa jadi disebabkan oleh tingkat pendidikan kesehatannya, berkomunikasi dengan penyedia
yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian layanan kesehatan dan membuat keputusan
tentang kanker payudara diketahui bahwa, untuk pengobatan (Freimuth, et al, 1989;
terdapat hubungan yang positif antara tingkat Marshall, 1993). Senada dengan itu, Rutten
pendidikan formal dengan tingkat pengetahuan menyebutkan bahwa informasi yang baik bagi

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63 53

pasien kanker dapat membantu mereka dalam Dinas terkait. Wawancara mendalam dilakukan
menghadapi diagnosis, pengobatan, bahkan secara semi-structured interview, dimana
dapat meningkatkan ketahanan hidup dan peneliti memiliki satu daftar pertanyaan atau
kualitas hidup (Loo, 2007). topik spesifik yang akan dibahas yang sering
Di Jawa Barat, saat ini jumlah penderita disebut dengan “panduan wawancara” tetapi
kanker serviks menempati urutan kedua informan memiliki kebebasan untuk menjawab
terbanyak di Indonesia. Rata-rata setiap tahun pertanyaan (Hadisiwi & Mulyani, 2013).
penderita kanker serviks yang datang ke Rumah Wawancara dilakukan di tempat yang
Sakit Hasan Sadikin (RSHS) berjumlah 400 berbeda seperti di Puskesmas, di Cafe, di Rumah
orang. Mayoritas dari daerah pantura Jabar. Singgah kanker atau di rumah penyandang
“75 persennya sudah mencapai stadium lanjut,” sepanjang Agustus – Oktober 2017. Selain
kata ahli kandungan RSHS Prof. Dr. Herman data primer yang diperoleh dari wawancara
Susanto pada bincang-bincang Pencegahan mendalam dengan penyandang kanker serviks,
Kanker Serviks di UPT Kesehatan Unpad, data sekunder yang berupa penelitian terdahulu
Bandung. yang sejenis, konsep maupun teori yang
Penelitian “Profil dan Pencarian Informasi diperoleh melalui kajian pustaka juga menjadi
Penyandang Kanker Serviks Dalam Upaya pendukung penelitian ini.
Pengobatan di Jawa Barat” ini beranjak
dari konteks permasalahan sebagaimana HASIL DAN PEMBAHASAN
digambarkan di atas. Meningkatnya angka
penyandang kanker serviks menjadi Dalam 10 tahun terakhir, masyarakat
permasalahan yang perlu diketahui secara yang menderita penyakit kanker di Jawa
lebih saksama. Siapa dan bagaimana kondisi Barat bertambah banyak dua kali lipat. Saat
penyandang kanker serviks di Jawa Barat serta ini, 21 dari 100.000 orang di Jabar diprediksi
bagaimana akses dan kemampuannya dalam menderita penyakit kanker. Oleh karena itu,
memperoleh dan mengandalkan informasi masyarakat diimbau menerapkan pola hidup
kesehatan bagi penyembuhan penyakitnya bersih dan sehat, serta melakukan deteksi dini
menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih untuk mencegah perkembangan kanker. Hal
lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk tersebut disampaikan oleh Pembina Priangan
mengetahui profil penyandang kanker serviks, Cancer Care (PrCC), Monty P Soemitro, dalam
mengetahui pola pencarian informasi kesehatan rangka memperingati Hari Kanker Sedunia,
penyandang kanker serviks dan mengetahui di area Town Center Kota Baru Parahyangan,
jenis informasi kesehatan yang dibutuhkan para Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu 4
penyandang kanker serviks di Jawa Barat. Februari 2017.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi
METODE PENELITIAN dengan angka kanker serviks yang tinggi. Saat
ini, kanker masih dianggap sebagai hal yang
Pendekatan fenomenologi digunakan menakutkan. Bagi orang yang divonis kanker,
dalam penelitian ini untuk memperoleh mereka akan berada pada situasi disonansi atau
gambaran yang sesungguhnya tentang keadaan, situasi ketidakpastian. Sebagian dari mereka
perasaan, pendapat dan harapan penyandang terpukul dan ketakutan sebagian lagi mencoba
kanker serviks. Pemilihan pendekatan ini secara berserah diri, pasrah dengan kondisi yang
spesifik diharapkan dapat menguak pengalaman melingkupinya.
sadar para penyandang kanker serviks dalam Penyebab dari kanker serviks yang
mengonstruksi dirinya yang mengalami sakit sudah secara umum diketahui adalah wanita
dan mencari informasi untuk pengobatannya. yang cenderung memiliki banyak partner
Pengumpulan data dilakukan melalui berhubungan seksual atau suka bergonta-ganti
wawancara mendalam terhadap delapan pasangan seksual, menikah pada usia dini yakni
penyandang kanker serviks yang berasal dari dibawah 20 tahun, terlalu sering melahirkan dan
Kota Bandung, Bekasi, Karawang, Indramayu, yang belum banyak diketahui adalah kebiasaan
Cirebon dan Pangandaran yang terpilih secara merokok. Kandungan beracun dari rokok bisa
snowball karena minimnya data penyandang memicu perkembangan sel kanker dan jika hal ini
kanker serviks yang dapat diperoleh pada dikombinasikan dengan infeksi dari virus HPV,

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
54 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63

Tabel 1 Profil Subjek Penelitian Penyandang Kanker Serviks di Jawa Barat

No Nama Usia Awal Sakit Pendidikan Pekerjaan Stadium Asal


1. MV 60 46 S1 Pensiunan IB Bandung
2. AS 47 35 S1 Ibu Rmh Tg IA Bandung
3. DAR 59 56 SD Petani IIB Indramayu
4. ATK 47 45 SMP Pedagang IIB Bekasi
5. WAR 41 40 SD Nelayan IIIB Cirebon
6. YU 49 47 SD Puskesmas IIB Pangandaran
7. DR 59 50 SD Ibu Rmh Tg IIB Karawang
8. DH 54 48 S1 Ibu Rmh Tg IIIB Bekasi

Sumber : Hasil penelitian, 2017

maka kanker serviks pun bisa dengan mudah kota Bandung relatif tidak memiliki hambatan
muncul (Doktersehat, 2017). Kanker serviks yang berarti dibandingkan dengan penyandang
dapat dicegah dengan melakukan program kanker serviks yang berasal dari luar Bandung
KB, Dengan mengikuti program Keluarga ketika memerlukan pelayanan pengobatan.
Berencana, kesehatan rahim kaum perempuan Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa
tetap terjaga dan perempuan terlindung dari penyandang kanker yang berasal dari kota
infeksi virus HPV yang merupakan penyebab Bandung memiliki tingkat pendidikan yang jauh
kanker serviks. lebih tinggi dibandingkan dengan yang berasal
Berdasarkan data yang diperoleh dari dari luar kota Bandung. Penyandang kanker
penyandang kanker serviks yang menjadi serviks dengan tingkat pendidikan yang tinggi
subjek penelitian, diperoleh informasi bahwa menyadari pentingnya mengikuti program
usia awal didiagnosis kanker serviks adalah keluarga berencana. Hal ini terlihat dari jumlah
ketika berusia 35 tahun, namun ada juga yang anak yang mereka miliki yang masing-masing
didiagnosis awal sakit pada usia 59 tahun. memiliki dua orang anak saja. Keduanya
Mereka berasal dari strata sosial ekonomi yang terdiagnosis menyandang kanker serviks
sangat beragam, dengan pengalaman sakit, ketika memeriksakan secara rutin penggunaan
interaksi dengan keluarga, lingkungan tempat kontrasepsi program KB-nya yaitu IUD, seperti
tinggal interaksi dengan pihak medis yang juga yang dinyatakan oleh AS yang terdiagnosis
beragam. Gambaran profil subjek penelitian kanker serviks pada usia 35 tahun, “Saya pakai
penulis rangkum dalam tabel 1. IUD, jadi kan periksa rutin 3 bulan sekali, itu
Penyandang kanker serviks yang tersebar dicari benang, lalu keluar darah... kata dokter
di Jawa Barat, penulis kategorikan berdasarkan ada benjolan segede kacang ijo kalo disentuh
fasilitas kesehatan sebagai penyandang kanker keluar darah..”. Dari kejadian itu langsung
serviks dari Kota Bandung dan dari Luar Kota dilakukan biopsi yang kemudian memunculkan
Bandung. Kategori ini dilakukan berkaitan hasil positif kanker serviks.
dengan fasilitas kesehatan yang berbeda antara Kedua penyandang kanker serviks yang
Kota Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa tidak saling mengenal ini memiliki keluarga
Barat, dan luar kota Bandung. Kota Bandung yang sangat mendukung terhadap pengambilan
sebagai ibu kota Provinsi memiliki Rumah Sakit keputusan dalam penanganan atau tindakan
Hasan Sadikin (RSHS) yang memiliki berbagai yang harus dijalani terkait penyakit yang harus
fasilitas kesehatan untuk berbagai macam dilakukan dengan cepat. Keluarga besarnya
penyakit. Dengan fasilitas yang dimilikinya, maupun lingkungan pergaulannya juga penuh
penyandang kanker serviks yang tinggal di perhatian dan memberi dukungan moril yang

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63 55

sangat positif. Banyak saudara dan sahabat yang kesehatan untuk penyandang kanker ini
menangis sambil mendoakan kesembuhannya. menyebabkan penyandang kanker serviks
Penyandang kanker serviks yang berasal dari yang berada di luar Bandung mengalami
Bandung ini juga mendapatkan dukungan kesulitan mendapatkan tindakan pengobatan.
dari Bandung Cancer Society (BCS) dimana Pengalaman ATK yang mengalami menstruasi
keduanya terlibat menjadi anggota tidak lama berkepanjangan, ketika berobat ke Puskesmas
setelah menjalani tindakan operasi. Komunitas di Karawang, hanya memperoleh respons,
penyandang kanker menjadi sebuah wahana “Cuma faktor usia dan banyak pikiran..”. ATK
yang membuat para penyandang kanker merasa kemudian meminta rujukan dari Puskesmas
nyaman karena berbagai kesamaan yang mereka untuk berobat ke RS Islam Karawang berkaitan
miliki terkait penyakit yang disandangnya. “Di dengan perdarahan yang terus menerus. Surat
dalam komunitas kita memperbanyak relasi, rujukan dari Puskesmas akhirnya diperoleh
bisa saling menguatkan, ketemu dan sharing setelah ATK memintanya berkali-kali. ATK
sama temen temen..” begitu penuturan AS. akhirnya “dikiret” sebanyak tiga kali di RS
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Islam Karawang tapi perdarahan masih saja
Exposure to a friend or family member terjadi. Akhirnya RS Karawang merujuk ATK
with cancer might motivate those without a ke RSHS di Bandung. Selama menjalani
personal cancer history to seek information tindakan pengobatan di Bandung, ATK ditemani
regarding treatment options, disease keluarganya hanya beberapa hari saja, tanpa
outcomes, available rehabilitation and kecukupan dana, ATK pernah tidur di sekitar
support resources, or simply how to better IGD, di pos polisi, sampai kemudian ditawari
cope with cancer and its treatment. Indeed, tinggal di Rumah Singgah Kanker. Pengalaman
some cancer patients indicate their family serupa juga dialami oleh penyandang kanker
members and friends are a primary source dari Indramayu dan Cirebon. Sementara itu
of medical information (Roach dkk, 2006). YY yang berdomisili di Pangandaran memilih
dirawat di RSUD Margono di Purwokerto untuk
Komunitas kanker adalah tempat mereka mendapatkan tindakan kemoterapi.
berbagi pengalaman sakit, pengalaman Selain menghadapi kendala akses terhadap
menjalani serangkaian tindakan untuk fasilitas kesehatan, penyandang kanker serviks
penyembuhan, mendapatkan informasi juga berada pada situasi yang sangat tidak
kesehatan langsung dari para ahli dan nyaman ketika harus berhadapan dengan
melakukan berbagai kegiatan sosial lainnya. lingkungan tetangga atau bahkan dengan
Situasi yang berbeda dialami oleh penyandang lingkungan keluarga. DR merasa lebih baik
kanker serviks yang bertempat tinggal di luar jauh berobat ke Bandung daripada di Karawang,
kota Bandung yang tingkat pendidikannya rata- ”kalo di kampung mah penyakit kayak gini
rata SD. ATK dari Bekasi mengalami gejala suka dijemberin orang, jadi kita gak banyak
awal seperti menstruasi yang tak kunjung usai, cerita, takut orang jember (jijik) ntar sama kita,
namun tidak mau segera pergi ke dokter karena kan di kampung mah suka dikucilkeun..”. Hal
takut, seperti yang dituturkan, ”Saya kan jualan ini hampir mirip dengan hasil penelitian yang
bawa motor, haid terus gitu gak brenti keluar menunjukkan bahwa public health messages
darah, tapi gak sakit, makan enak tidur enak, jadi that raise women’s awareness of the sexually
gak dirasa. Gak mau priksa, ketauan dokter mah transmitted nature of HPV may increase their
takut. Takut penyakitnya anu gitu ya..” ATK feelings of stigma and shame if they test positive
mengabaikan gejala awal kanker serviks, yaitu for the virus (Waller, L A V Marlow, and J Wardle,
perdarahan yang abnormal, dan menangguhkan 2007). Karena dianggap memiliki penyakit yang
pergi ke dokter sehingga tingkat keparahan menjijikkan, maka mereka tidak mau diketahui
kanker serviksnya semakin tinggi. orang banyak sebagai penyandang kanker
Hingga saat ini di Jawa Barat baru serviks. Sebagai akibatnya, subjek penelitian
ada tiga buah rumah sakit yang memiliki mendapatkan informasi terkait penyakitnya
Pusat Pelayanan kanker secara terpadu atau manakala tingkat keparahan kanker serviksnya
terintegrasi, yaitu RS Hasan Sadikin Bandung, sudah relatif tinggi yaitu stadium IIB-IIIB.
RS Santosa Bandung, serta RSUD Al Ihsan di Demikian pula pengalaman WAR dari Cirebon
Kabupaten Bandung. Keterbatasan fasilitas yang merasa sangat kesepian, ketika harus

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
56 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63

menjalani tindakan pengobatan di Bandung dan namun dengan kondisi penyakit yang sudah
tinggal di rumah singgah, “Disini sakit ngga meningkat keparahannya. Informasi yang
ada yang nemenin, kalo di Bandung sendirian”. diperoleh dari pihak medis menjadi satu-
Kesepiannya berlanjut ketika WAR pulang ke satunya informasi bagi penyandang kanker
Cirebon mendapati anak tunggalnya menolak yang berasal dari luar Bandung, kecuali DH
kehadiran WAR mengunjungi rumahnya, “Mi yang berasal dari Bekasi yang suaminya dosen
jangan ke rumah Mi ntar takut nular”. Lebih ITB dan anak-anaknya yang juga berpendidikan
jauh, anak WAR tidak mau membawa anaknya tinggi. Melalui suami dan anak anaknya, DH
(cucu WAR) ketika menjenguk karena takut memperoleh banyak informasi terkait kanker
ketularan. Demikian pula dengan masalah serviks, tindakan yang harus dijalaninya,
ekonomi yang sangat terkena dampak dengan pengobatan yang harus dilakukannya dan pola
adanya serangkaian pemeriksaan dan proses makan dan jenis makanan yang harus dijaganya.
pengobatan yang memakan banyak biaya, Kebutuhan informasi kanker serviks memang
“Berobat sampe setahun suami bilang, aduh dibutuhkan oleh suami dan anak-anak DS.
sakit ga sembuh-sembuh, uangnya udah abis, Mereka mencarinya dari internet dan sumber
udah ludes, suami ga mau kesini (Bandung), lainnya seperti buku, majalah dan televisi.
pusing...” Informasi tentang kanker serviks kemudian
Informasi terkait kanker serviks sudah disampaikannya kepada ibunya (DS) dalam
seharusnya menjadi kebutuhan bagi perempuan bentuk sudah dicetak untuk memudahkan
yang memiliki gejalanya walaupun tidak semua membacanya. “Saya mendapatkan informasi
perempuan merasa membutuhkannya. Beberapa dari suami dan anak saya. Mereka adalah orang-
diantara mereka bahkan tidak ingin mengetahui orang yang dapat menjelaskan kepada saya
informasi penyakit berkaitan dengan gejala yang secara ilmiah apa itu kanker dan bagaimana
sedang dialaminya. Mereka mengulur waktu menyembuhkannya”. DS juga mencari informasi
untuk mengunjungi pihak medis karena tidak penyakitnya dari dokter lainnya untuk second
ingin mendengar jenis penyakit yang menurut opinion. YY yang berasal dari Pangandaran
perkiraannya sangat menakutkan. Penyandang walaupun pendidikannya hanya SD, melalui
kanker serviks ini mengalami disonansi kedua anaknya mendapatkan informasi tentang
kognitif, dimana dalam pikirannya ada dua kanker serviks melalui internet. YY seorang
pengetahuan yang saling bertolak belakang janda dengan dukungan kedua anak lelakinya
(Griffin, 2012), yaitu mengalami gejala yang memutuskan untuk melakukan kemoterapi di
tidak normal pada bagian vital dari tubuhnya, Purwokerto dengan pertimbangan jarak yang
tapi pengetahuan yang lain mengatakan tidak lebih dekat dibandingkan pergi ke Bandung. YY
ada rasa sakit apapun yang dialaminya. Mereka menuturkan, “Alhamdulillah, di Purwokerto
berusaha menghilangkan rasa tidak nyaman bisa kemo, jadi ibu pilih Purwokerto aja
karena adanya dua pengetahuan yang berbeda daripada harus ke Bandung, jauh..”. Begitu
dengan mengingkari (denial) terhadap realitas pula ketika peneliti wawancarai YY yang pada
yang dialaminya dengan meyakinkan dirinya saat itu sedang menurun kesehatannya dan
maupun orang lain bahwa semuanya baik-baik dirawat di ruang rawat inap Puskesmas Parigi,
saja. “ Alhamdulillah, ibu bisa dirawat di sini, dekat
Hampir semua subjek penelitian yang rumah...”.
berasal dari luar Bandung tidak langsung mencari Lain halnya dengan penyandang kanker
informasi terkait gejala awal yang mereka serviks yang berasal dari kota Bandung.
alami seperti menstruasi yang berlangsung Mereka langsung mendapatkan informasi dari
lama, perdarahan setelah berhubungan seksual, dokter ketika melakukan pemeriksaan rutin KB.
dan keputihan yang tidak pernah sembuh. Tidak cukup dengan informasi dari seorang
Selain takut menerima kenyataan mengetahui dokter, mereka juga mencari second opinion
diagnosis penyakitnya, mereka juga terkendala dari dokter yang lain untuk memastikan jenis
masalah biaya, “saya ga punya BPJS..ga punya dan keganasan penyakitnya serta tindakan
uang.. saya harus dirawat, dirawat pake apa.. yang harus dijalaninya. Selain dari dokter,
pake uang ga punya..orang ga mampu saya informasi juga diperolehnya dari buku, seperti
tuh..”. Akhirnya informasi tentang kanker yang dituturkan oleh AS, ”setelah dapet
serviks diperolehnya juga dari pihak medis, (kanker serviks) akhirnya baca-baca.. informasi

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63 57

dibanyakin..” Begitu pula halnya dengan untuk sembuh, seberapa besar kemungkinan
MV, informasi tentang kanker serviks juga penyakit akan kambuh, dan lain-lain. Sementara
diperolehnya dari teman temannya di Australia, itu, di Amerika, penyandang kanker lebih
teman teman dokter dan perawat di RSHS dan membutuhkan informasi terkait metode atau tata
Boromeus karena MV adalah seorang perawat cara penyembuhan penyakit (Yi et al., 2016).
senior pada saat didiagnosis pertama kali 14 Kebutuhan informasi dari penyandang kanker
tahun yang lalu. serviks dalam penelitian ini menunjukkan
Pencarian informasi kanker serviks bagi adanya perbedaan yang ditengarai dipengaruhi
kaum perempuan, terutama bagi yang sudah oleh faktor pendidikan. Beberapa subjek
terdiagnosis juga pernah diteliti sebelumnya penelitian menunjukkan bahwa dalam mengatasi
yang menemukan adanya kesadaran penyakit yang disandangnya tergantung pada
memperoleh informasi bagi para penyandang tingkat pendidikan yang dimilikinya. Tingkat
kanker serviks. Penelitian Rahayu & Ochoa pendidikan dengan kejadian kanker serviks
(2015) menunjukkan bahwa responden memiliki terdapat hubungan yang kuat, dimana kanker
kesadaran moderat pada informasi dasar tentang serviks cenderung lebih banyak terjadi pada
kanker serviks, terutama tentang pencegahan, wanita yang berpendidikan rendah dibanding
anatomi, pengobatan dan pemeriksaan wanita berpendidikan tinggi (Damayanti,
diagnostik umum, tetapi dengan sedikit 2013). Menurut Surbakti dalam Damayanti
pengetahuan atau kesadaran parsial pada item (2013), pendidikan mempunyai hubungan
yang berkaitan dengan tanda- tanda dan gejala, bermakna dengan kejadian kanker serviks,
etiologi dan cara penularan kanker serviks. dengan kata lain penderita kanker serviks yang
Kemudian ditunjukkan bahwa pendidikan tidak berpendidikan rendah merupakan faktor yang
signifikan berkorelasi dengan tingkat kesadaran berisiko yang memengaruhi terjadinya kanker
terindikasi kanker serviks, pendapatan bulanan serviks.
keluarga secara signifikan berhubungan dengan Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan
tingkat kesadaran. Penelitian ini menyimpulkan tingkat literasi kesehatan, seperti pernyataan
bahwa gender dan tingkat pendidikan tidak The National Library of Medicine’s (NLM) dan
selalu menentukan tingkat kesadaran seseorang Institute of Medicine (IOM) berikut ini tentang
atau pengetahuan tetapi pendapatan keluarga literasi kesehatan “the degree to which an
dapat memberikan kontribusi untuk tingkat individuals have the capacity to obtain, process
kesadaran (Rahayu & Ochoa: 2015). Penelitian and understand basic health information and
dengan metode dan pendekatan yang berbeda services needed to make appropriate health
bisa jadi memunculkan hasil penelitian decisions” (Ratzan dan Parker dalam Nielsen-
yang berbeda, namun ada juga yang saling Bohlman, 2004). Definisi tersebut sangat
menguatkan seperti asumsi pendapatan keluarga menarik karena adanya tambahan “It consists
berkontribusi pada tingkat kesadaran perlunya of four components (a) cultural and conceptual
mengetahui informasi kesehatan yang berkaitan knowledge, (b) oral literacy, (c) print literacy,
dengan gejala fisik yang dialami. and (d) numeracy. Penyandang kanker serviks
Informasi merupakan bagian yang sangat di luar Bandung dapat dikategorikan tingkat
penting dalam mengurangi kecemasan dan literasi kesehatannya rendah. Padahal menurut
ketidakpastian pada penderita kanker. Beberapa Zarcadoolas dkk (2006), rendahnya tingkat
penelitian terdahulu menyebutkan bahwa literasi kesehatan berkontribusi terhadap
terdapat kebutuhan informasi yang berbeda beberapa masalah kesehatan seperti, penggunaan
antar penyandang kanker. Perbedaan tersebut obat-obatan yang tidak semestinya, pelayanan
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti kesehatan yang tidak mencukupi, manajemen
jenis kelamin, tingkat pendidikan, kebudayaan, yang buruk untuk kondisi-kondisi kronis,
dan lain-lain. Salah satu contohnya adalah tanggapan yang lamban untuk kondisi-kondisi
penelitian yang dilakukan oleh Yi dkk yang yang kritis, kondisi kesehatan yang kurang baik,
menemukan bahwa kebudayaan di Cina rendahnya keyakinan dan penghargaan diri,
berperan dalam memengaruhi kebutuhan terkurasnya keuangan individu dan masyarakat
informasi penyandang kanker. Di Cina, dan diskriminasi secara sosial. Dapat dikatakan
penyandang kanker lebih membutuhkan bahwa penyandang kanker serviks di luar kota
informasi terkait seberapa besar kemungkinan Bandung berada pada sebuah kondisi yang

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
58 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63

sangat memprihatinkan. bisa diselamatkan, sedangkan stadium empat


Penyandang kanker serviks yang berasal merupakan keadaan dimana pasien memiliki
dari luar Bandung rata-rata berpendidikan SD peluang yang kecil untuk diselamatkan.
dengan pekerjaan pedagang keliling, nelayan Berikut pernyataan YY “stadium itu mungkin,
dan petani. Penyandang kanker serviks yang apa ya. kan ke 1 ke 2. Kalau ke tiga itu udah
berpendidikan rendah cenderung mengabaikan menjelang ke 4 ngga bisa di apa apain. kayak
informasi mengenai penyakitnya sedangkan misalnya Jupe..”. Berbeda dengan penyandang
yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih kanker serviks dari kota Bandung yang sangat
cepat mengetahui penyakitnya. Namun secara memaknai arti stadium ini. Mereka sangat
umum hasil penelitian menunjukkan bahwa menyadari bahwa pengobatan yang ditunda
penyandang kanker serviks membutuhkan akan menyebabkan kenaikan stadium menjadi
informasi terkait penyakitnya, makanan lebih tinggi lagi yang dapat berakibat fatal. Oleh
yang diperbolehkan atau yang dilarang, karena itu, ketika mereka divonis stadium IA
gejala penyakit, jenis pengobatan, dan efek dan IB, mereka tidak membuang waktu untuk
dari penyakit. Temuan ini memperkuat hasil segera mengambil tindakan operasi. Informasi
penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa lain yang dibutuhkan adalah penyebab kanker
penyandang kanker membutuhkan informasi serviks, “dokter, kanker serviks itu apa sih ?
seputar makanan, pengobatan, tata cara hidup katanya dari virus. Virus itu apa sih..”? Mereka
bahagia, bersemangat, dan dukungan psikologis sering tidak mendapat jawaban langsung dari
(Kimiafar, Sarbaz, Shahid Sales, Esmaeili, & dokter, tapi dari sesama penyandang kanker
Javame Ghazvini, 2016; Rogith et al., 2016). yang kebetulan ada di Rumah Sakit.
Jenis informasi yang juga dibutuhkan Informasi seputar makanan merupakan
adalah tingkat keparahan penyakit kanker informasi terkait jenis-jenis makanan yang
atau biasa disebut dengan istilah stadium. diperbolehkan dan tidak diperbolehkan selama
Stadium merupakan klasifikasi penyakit kanker menjalani proses pengobatan. Salah satu
berdasarkan tingkat keparahan yang diderita informan yaitu DH sudah memiliki informasi
oleh penyandang kanker. Tingkat keparahan yang cukup memadai terkait makanan apa saja
kanker serviks diklasifikasikan kedalam yang bisa ia konsumsi, seperti tergambar dalam
empat kelompok yaitu stadium satu, dua, tiga, kutipan wawancara berikut, “dulu setelah
dan empat. Ada perbedaan pendapat terkait dikemo dan disinar, saya tidak diperbolehkan
apakah penyandang kanker perlu mendapatkan makan makanan yang pedas dan asam-asam...
informasi seputar tingkat keparahan penyakit kalau seperti teh botol kan udah divonis ngga
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Yi boleh, mie instan ngga boleh kata dokter di
menyebutkan bahwa penderita kanker di Cina sana, ikan juga harus dipilih, yang segar, yang
merasa memerlukan informasi tersebut dalam berwarna putih kata dokter...”. Sedangkan
rangka mengurangi tingkat ketidakpastian. MV mendapati informasi makanan seperti ini,
Sementara itu, keluarga berpendapat bahwa “Setelah terdiagnosis kanker serviks, masakan
pasien tidak membutuhkan informasi tersebut tidak pernah pake penyedap lagi, tidak pernah
karena akan menimbulkan stres pada pasien (Yi minum bergula, pewarna dan pengawet. Tidak
et al., 2016). Subjek penelitian yang berasal dari makan daging merah, dibanyakin ikan. Brokoli
luar Bandung tidak atau kurang dapat memahami bisa 8-10 kg sekali beli..”. WAR penyandang
makna dari stadium. Sebagian besar subjek dari Cirebon juga mengatakan bahwa, ”kata
penelitian tidak terlalu memikirkan tentang temen jangan makan pedes, mecin dan asin..
stadium, seperti yang dituturkan oleh ATK,” kalo kata dokter ga boleh makan baso, harus
dokter bilang, ini mah serviks sudah IIB.. kan bikin sendiri.. saya akhirnya makan tempe tahu
kita ngelohok bengong, tapi saya mah ga soak, aja dan sayuran dan buahnya..”.
jadi ga ada rasa takut, takut mati lah.. apa lah..” Informasi berikutnya yang dibutuhkan oleh
Pernyataan dokter tentang stadium dari kanker penyandang kanker serviks adalah informasi
serviksnya tidak membuat subjek penelitian jenis pengobatan. Sebagian besar informan
menjadi sedih, terpuruk apalagi depresi, mereka membutuhkan informasi jenis pengobatan
menjalani sakitnya dengan sabar. Namun YY seperti kemoterapi, radioterapi, herbal, dan
dari Pangandaran sudah dapat memahami bahwa lain-lain. Hal tersebut karena rata-rata informan
stadium satu merupakan keadaan yang masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63 59

belum pernah terpapar informasi seputar kanker atas 20 tahun, dan tidak merokok. Hal lain
serviks. Banyak yang menghindari tindakan yang harus diperhatikan adalah menjaga
pengobatan kemoterapi lalu mencoba herbal, kebersihan organ intim, mengganti pembalut
“padahal herbal juga ga bisa bantu, karena proses kewanitaan sesering mungkin, dan berhati-
penyembuhannya juga lama, kejar kejaran sama hati menggunakan toilet umum. Informasi
kanker yang ganas, makanya harus kemo, harus tersebut harus sudah menjadi pengetahuan dan
dimatiin kankernya..” begitu penuturan AS perilaku perempuan, khususnya perempuan
yang tidak mempercayai pengobatan herbal. yang telah menikah. Mereka juga harus
Akibatnya, informan melakukan trial and mengetahui dan melaksanakan pemeriksaan
error dalam menempuh pengobatan. Misalnya, organ intimnya dengan cara pap smear atau
salah satu informan menyebutkan bahwa ia IVA test secara rutin sesuai dengan usianya,
pernah mencoba obat alternatif atau herbal yang biasanya berkisar 6 bulan - 3 tahun sekali.
karena menerima masukan dari teman dan tidak Dari pengamatan di lapangan terutama untuk
memiliki pengetahuan sebelumnya mengenai daerah di luar Bandung, sosialisasi kanker
teknik pengobatan tersebut. Meskipun pada serviks sebetulnya secara periodik dilakukan
akhirnya teknik pengobatan tersebut dihentikan oleh dinas kesehatan di setiap wilayahnya,
karena tidak memberikan efek apapun. Seperti namun diketahui bahwa animo perempuan
yang dikemukakan oleh Carstairs dan Kapur dalam menghadiri undangan sosialisasi kanker
dalam Foster dan Anderson (2005) bahwa serviks tidak menggembirakan, terlebih dengan
“kecenderungan masa kini bagi pasien yang adanya pemeriksaan pap smear atau IVA test.
sakit fisik adalah pergi ke dokter modern Mereka merasa enggan untuk memeriksakan
dahulu, kemudian barulah pergi ke penyembuh organ intimnya kepada petugas kesehatan. Oleh
tradisional, apabila obat dari dokter tidak segera karena itu tidak mengherankan jika hampir
mempunyai efek”. Atau sebaliknya, langsung semua subjek penelitian yang berasal dari luar
melakukan pengobatan tradisional sebagai Bandung belum pernah mendapatkan informasi
alternatif pilihan karena kesulitan mengakses tentang kanker serviks secara resmi dari petugas
fasilitas kesehatan yang disediakan oleh kesehatan ataupun dari pihak lain. Seperti yang
pemerintah. Pengobatan alternatif memang dituturkan oleh ATK, “baru sekarang denger
dapat menjadi solusi yang tepat karena dianggap pap smear .. Pas udah disini (di Bandung) lama.
lebih murah, mudah dan cepat menyembuhkan. Nggak ngerti kan kita mah orang kampung. Jadi
Namun untuk masalah kesehatan yang nggak tau…”.
lebih kompleks, pengobatan alternatif yang Model pada gambar 1 adalah upaya
tradisional ini merupakan cara penyembuhan pemetaan peneliti terkait penyandang kanker
yang tidak dapat diandalkan. Seperti yang serviks di Jawa Barat dengan berbagai masalah
dikatakan oleh Foster dan Anderson, bahwa yang melingkupinya dalam mendapatkan
sistem pengobatan tradisional atau non Barat akses terhadap informasi kesehatan. Akses
secara tepat dimasukkan di bawah kategori informasi yang berbeda dilatarbelakangi oleh
pengobatan pendukung psikososial (2005). latar belakang sosial dan fasilitas kesehatan
Artinya bahwa pengobatan tradisional secara yang berbeda antara penyandang kanker serviks
efektif hanya dapat mengobati penyakit- yang berada di kota Bandung, dan penyandang
penyakit yang disebabkan disfungsi tidak hanya kanker serviks yang berada di luar kota
dalam tubuhnya namun juga dengan masyarakat Bandung. Informasi terkait kanker serviks yang
dan lingkungannya. diperolehnya dari dokter dan sumber lainnya juga
Kanker serviks memang penyakit yang ditentukan oleh dukungan keluarga, dukungan
mematikan, terutama jika sudah menginjak lingkungan, keterampilannya berkomunikasi,
pada stadium lanjut. Oleh karena itu diperlukan keterlibatannya dalam komunitas dan hubungan
informasi yang bersifat preventif untuk sosial yang dimilikinya.
pencegahan terdiagnosis kanker serviks, Salah satu teori yang tepat digunakan untuk
terutama sampai pada stadium lanjut. Informasi mengkaji penelitian ini adalah teori tindakan
yang bersifat preventif adalah informasi sosial dari Max Weber. Pencarian informasi
pencegahan mulai dari gaya hidup, yaitu tidak yang dilakukan oleh penyandang kanker serviks
bergonta-ganti pasangan, membatasi kehamilan dalam upaya penyembuhan merupakan sebuah
dengan mengikuti program KB, menikah di tindakan sosial yang dilakukannya untuk

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
60 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63

Sumber: Hasil penelitian, 2017


Gambar 1 Model Profil Dan Pola Pencarian Informasi Penyandang Kanker Serviks Dalam Upaya
Pengobatannya Di Jawa Barat

memenuhi kebutuhan akan informasi mengenai tentang pola makan yang baik dan benar, maka
penyakit yang disandangnya. Para penyandang tindakannya ini berpengaruh kepada pola
kanker serviks dapat memutuskan bagaimana makan semua anggota keluarganya.
mereka harus mencari informasi tentang Tindakan setiap penyandang kanker
penyakit yang mereka derita agar mereka serviks tidak dapat digeneralisir karena setiap
dapat memperoleh pengetahuan mengenai apa individu memiliki latar belakang, lingkungan,
yang harus mereka lakukan agar mereka bisa dan karakteristik individu yang berbeda pula.
menerima dan melakukan pengobatan yang Dengan latar belakang sosial yang berbeda,
terbaik sebagai upaya penyembuhan. Menurut walaupun memiliki kesamaan gejala fisik terkait
Max Weber, tindakan sosial ialah perbuatan kanker serviks, maka tindakannya akan berbeda
manusia yang dilakukan untuk memengaruhi sama sekali yang pada gilirannya berpengaruh
individu lain di dalam masyarakat (Ritzer: 2005). pada perilaku orang-orang di sekitarnya,
Jadi tindakan yang dilakukan oleh informan apakah dapat membantu penyembuhan atau
penelitian ketika pergi ke Rumah Sakit adalah bahkan memperparah kondisi kesehatannya.
untuk memengaruhi individu lain, terutama Begitu pula dengan karakteristik individu yang
pihak medis untuk memberikan pertolongannya berbeda, yang akan merespons stimuli yang
dalam upaya menyembuhkan penyakitnya. diterimanya dengan berbeda pula. Penyandang
Begitu pula ketika mereka mencari informasi kanker serviks dengan karakter pemberani dan

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63 61

risk taker akan segera merespons sesuai dengan dilakukan oleh penyandang kanker serviks di
tindakan yang harus dilakukannya. Mereka tidak Jawa Barat dapat dijelaskan sebagai sebuah
akan denial atau mengingkari kenyataan yang peristiwa interaksi simbolik. Penyandang
harus dihadapinya. Mereka akan sangat pro aktif kanker serviks di Jawa Barat, berdasar pada
dan menyegerakan tindakan untuk mengatasi teori ini dianggap sebagai individu yang di
masalahnya, tidak dengan menunda-nunda dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan,
masalah yang akan berakibat pada semakin berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya
parahnya kondisi kesehatannya. Sebaliknya, untuk dapat memperoleh informasi mengenai
penyandang kanker serviks yang penakut atau penyakitnya, dan menghasilkan makna ”buah
yang menganggap enteng masalah. Mereka pikiran” yang disepakati secara kolektif untuk
akan menganggap gejala awal kanker serviks dapat memutuskan jenis pengobatan yang harus
seperti keputihan yang berlebihan, perdarahan dilakukan. Para informan yang sebagian besar
di luar siklus menstruasi, perdarahan setelah berpendidikan rendah dengan status sosial
berhubungan intim, dan perut yang membesar menengah ke bawah memiliki kemampuan
seperti hal yang biasa, yang akan mereda menggunakan simbol yang relatif terbatas.
dengan sendirinya. Mereka akan mempercayai Mereka kurang memiliki kemampuan untuk
informasi seperti terlalu lelah, menopause, mengembangkan interaksinya dengan orang
keracunan obat, atau penyakit biasa saja lain terkait penyakit yang disandangnya.
untuk memberi makna terhadap perdarahan. Bahasa sebagai alat komunikasi kurang mereka
Mereka akan dibawa ke rumah sakit manakala kuasai terlebih untuk istilah-istilah medis
kondisinya sudah parah yang biasanya berada yang seringkali terdengar asing sehingga sulit
pada stadium IIB atau lebih. Penyandang dipahami maknanya. Kemampuan berbahasa
kanker serviks yang penakut atau menganggap yang terbatas memunculkan pikiran yang
enteng masalah menjadikannya mengalami sederhana berkaitan dengan penyakitnya
hambatan untuk mendapatkan informasi sesuai yang tidak menunjukkan kekhawatirannya
dengan pendapat Harry dan Dewdney dalam dibanding dengan penyandang kanker yang
Julien (1999: 45) bahwa perempuan secara lebih berpendidikan dengan status sosial yang
umum memiliki hambatan dalam mendapatkan lebih tinggi.
informasi yang dibutuhkannya karena tidak Informan yang berpendidikan rendah
mengetahui kebutuhan informasinya, tidak ini, kemampuan untuk merefleksikan dirinya
mengetahui dimana mendapatkan informasi yang yang sakit juga kurang baik, terlihat dari cara
dibutuhkannya, tidak mengetahui keberadaan menuturkan pengalaman sakit yang sangat luar
sumber informasi yang dibutuhkannya, tidak biasa, namun disampaikan dengan gaya yang
menemukan sumber informasi yang sesuai biasa saja. Penggunaan simbol bahasa, manusia
dengan kebutuhan informasinya dan kurangnya dapat melakukan hal-hal seperti, memberi
keterampilan komunikasi, kepercayaan diri, nama manusia, mengingat, membuat kategori,
dan kemampuan. merasa, berpikir, berunding, memecahkan
Weber berpendapat bahwa struktur masalah, menembus ruang dan waktu, masuk
beberapa masyarakat dapat dibandingkan ke dalam diri dan orang lain, menciptakan
dan dipahami dengan alasan mengapa warga abstraksi, menciptakan ide-ide baru, dan
masyarakat bertindak (Ritzer, 2005). Kejadian mengarahkan diri sendiri (Charon, 2007).
historis (masa lalu) yang memengaruhi karakter Kemampuan menggunakan bahasa berkaitan
mereka, dan tindakan para pelakunya yang dengan referensi dan pengalaman. Kondisi
hidup di masa kini dapat dipahami namun tidak yang mereka jalani seharusnya terefleksikan
mungkin menggeneralisasi semua masyarakat sesuai dengan persepsi orang yang diajaknya
atau semua struktur sosial. Perilaku masyarakat berkomunikasi. Bagi peneliti, kondisi subjek
tidak dapat dipisahkan dari perilaku para penelitian yang perutnya membesar atau
pemimpin atau pemerhati masalah yang dihadapi perdarahan terus menerus dari kedua lubang
oleh masyarakatnya. Bisa jadi pemerintah saluran pembuangan adalah sebuah pengalaman
masih belum optimal dalam menginformasikan yang sangat menyeramkan. Namun, para
atau menyosialisasikan kanker serviks terhadap informan tidak mengubah gaya bahasa dan
masyarakatnya. bicaranya ketika menuturkan pengalaman
Model pencarian informasi yang yang menyeramkan tersebut. Kemampuan

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
62 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63

mengekspresikan diri terkait pengalaman sakit mereka bahkan terlibat aktif di dalam komunitas
ini merupakan hambatan yang berasal dari diri seperti Bandung Cancer Society (BCS). Sebagai
penyandang kanker serviks yang merupakan manusia, para informan penyandang kanker
hambatan yang dihadapi pencari informasi ini adalah makhluk sosial yang melakukan
pada kegiatan komunikasi interpersonal interaksi secara terus menerus dalam hidupnya.
dengan sumber informasi karena hambatan Namun interaksinya ada yang berkembang
penyingkapan (disclosure barrier). Hal ini sesuai menjadi lebih luas dan ada pula yang bahkan
dengan temuan Mc Kenzie bahwa perempuan tidak berkembang atau bahkan menguncup
seringkali menggambarkan hambatan yang semenjak menyandang kanker serviks.
berhubungan dengan pengelakan, penundaan,
atau kepura-puraan serta pembelit-belitan. Hal SIMPULAN
ini seringkali terjadi terutama dalam komunikasi
formal antara pencari dan penyedia informasi. Penyandang kanker serviks di Jawa Barat
Sedangkan berkaitan dengan keengganan yang menjadi subjek penelitian yang tinggal
penyandang kanker serviks untuk mencari di luar kota Bandung sebagian besar terdiri
informasi langsung kepada dokter disebabkan dari perempuan yang berpendidikan rendah,
karena dokter dianggap tidak ada waktu untuk pekerjaannya pedagang, petani nelayan dan
menjawab pertanyaan pasien. McKenzie ibu rumah tangga, ada yang terstigmatisasi,
(2002) menyatakan bentuk hambatan ini tanpa fasilitas kesehatan untuk pengobatan
sebagai hambatan yang berasal dari penyedia/ kanker serviks dengan terdiagnosis awal pada
sumber informasi ketika dia tidak berkenan stadium IIB-IIIB. Sedangkan subjek penelitian
untuk menjawab atau menyajikan jawaban atau yang tinggal di kota Bandung lebih tinggi
informasi atas pertanyaan yang diajukan oleh pendidikan formalnya, pensiunan dan ibu
pencari informasi. rumah tangga, mendapatkan fasilitas kesehatan
Para informan yang berpendidikan rendah yang sangat memadai, terdiagnosis awal pada
juga kurang memiliki hubungan sosial yang stadium IA-IB, dan terlibat dalam komunitas
baik dengan masyarakatnya. Terlebih ketika kanker. Penyandang kanker serviks dari luar
mereka menjadi penyandang kanker serviks Bandung, menangguhkan pencarian informasi
yang dianggap penyakit yang menjijikkan karena denial dan ketiadaan biaya. Informasi
atau bahkan menular, sehingga tidak mendapat yang paling utama berasal dari dokter, baru
dukungan dari lingkungannya. Akibat kemudian dari teman yang mengalami sakit
dari respons masyarakat terhadap kondisi yang sama dan dari saudara. Sedangkan
para informan ini, maka mereka kemudian penyandang kanker serviks yang tinggal di
mengambil peran sebagai orang sakit yang Bandung mendapatkan informasi segera dari
sudah tidak layak lagi berada di sekitar orang dokter, internet, buku, komunitas dan jaringan
sehat, sehingga membuat mereka memilih lainnya. Jenis informasi yang dibutuhkan oleh
tinggal di rumah saja, mengucilkan diri dari penyandang kanker serviks adalah informasi
lingkungannya. tentang kanker serviks yang meliputi gejala
Lain halnya dengan informan yang penyakit, tingkat keparahan penyakit (stadium),
berpendidikan tinggi dengan status sosial penularan dan pengobatannya. Informasi
yang lebih tinggi, mereka justru menuturkan berikutnya yang dibutuhkan adalah informasi
pengalamannya saat didiagnosis dengan tentang gaya hidup dan makanan sehat.
membayangkan dirinya meninggal dengan Diperlukan diseminasi informasi
mengenakan gaun yang disukainya dengan pencegahan dan pengobatan kanker serviks
foto diri yang sudah dipilihnya. Mereka lebih secara terus menerus oleh pihak terkait untuk
memiliki kemampuan taking the role of others memberi pengetahuan deteksi dini pada kaum
dibandingkan dengan informan penyandang perempuan; diperlukan pemberdayaan bidan
kanker yang berpendidikan lebih rendah. Dalam desa dan atau kader kesehatan untuk dapat
hubungan sosialnya dengan masyarakat pun, lebih menjangkau khususnya perempuan
informan dengan pendidikan tinggi ini lebih yang mengalami gejala awal kanker serviks
dapat mengambil peran sebagai motivator dan untuk segera membantu mengantarkannya ke
pendamping bagi penyandang kanker lainnya, fasilitas kesehatan terdekat; sebaiknya dibentuk
alih-alih menarik diri dari lingkungannya, komunitas kanker di setiap daerah sebagai

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018, hlm. 51-63 63

tempat berbagi pengalaman dan kemudahan dissemination campaign in indonesia.


mendapatkan informasi dari sesama penyandang Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 3(1).
kanker. Ritzer, G. & Goodman, J. (2005). Teori sosiologi
modern. Terjemahan Alimandan. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Prenada Media.
Roach, A. R, M. S., Emily L. B. Lykins, M. S.,
Charon, J. M. (2007). Symbolic interactionism, Celestine G. Gochett, BSN, OCN, CCRP,
an introduction, an interpretation, an 1 Emily H. Brechting, M.S., Lili O. Graue,
integration. London, Prentice-Hall.Inc. M.S., & Michael A. Andrykowski. (2009).
Damayanti, I. P. (2013), faktor-faktor yang Differences in cancer information seeking
berhubungan dengan kejadian kanker behavior, preferences, and awareness
serviks di rsud arifin achmad pekanbaru between cancer survivors and healthy.
tahun 2008-2010. Jurnal Kesehatan Controls: A National, Population-Based
Komunitas. Vol. 2, No. 2, Mei 2013. Survey, J Cancer Educ. 2009; 24(1): 73–
Doktersehat. (2017). Siapa sajakah yang 79. [PubMed].
beresiko terkena kanker serviks. Diakses Rogith, D., Yusuf, R. A., Hovick, S. R.,
dari http://doktersehat.com/siapa-sajakah- Fellman, B. M., Peterson, S. K., Burton-
yang-beresiko-terkena-kanker-serviks/. Chase, A. M., … Meric- B e r n s t a m ,
FKUI Jakarta. (2000). Kumpulan karya tulis F. (2016). Patient knowledge and
kebidanan. information-seeking about personalized
Foster & Anderson. (2005). Antropologi cancer therapy. International Journal of
kesehatan, Terjemahan. Jakarta: UI Press. Medical Informatics, 88, 52–57. h t t p s : / /
Griffin, E. (2012), a first look at communication doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2016.01.005.
theory, eight edition. Mc Graw Hill Co, NY. Thompson, A. D., Miller, K., & Parrot. (2003).
Hadisiwi, P. & Mulyani, H. S. (2013). Profil Handbook of health communication. NJ:
penyandang filariasis di kabupaten Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
bandung (studi fenomenologis tentang Waller, L A V Marlow, and J Wardle. (2007).The
karakteristik dan status sosial penyandang association between knowledge of HPV
filariasis di kabupaten bandung). Jurnal and feelings of stigma, shame and anxiety,
Kajian Komunikasi, Vol.1 No.2. Diakses Sexually Transmited Infection. 2007 Apr;
dari http://jurnal.unpad.ac.id/jkk/article/ 83(2): 155–159. [PubMed].
view/6037/3148. Widiawaty, N. (2011), Hubungan tingkat
Kimiafar, K., Sarbaz, M., Sales, S. S., Esmaeili, pendidikan formal dan tingkat
M., & Ghazvini, Z. J. (2016). Breast cancer pengetahuan wanita tentang kanker
patients’information needs and information- payudara dengan kejadian kanker payudara
seeking behavior in a developing country. di borokulon banyuurip purworejo,
The Breast, 28, 156–160. https://doi. Jurnal Komunikasi Kesehatan. Edisi
org/10.1016/j.breast.2016.05.011. 3, Akbid Purworejo,Vol 2, No 02 (2011).
Loo, J. (2007). Retrieved Maret 19, 2016, Yi, T. wu, Deng, Y. tiao, Chen, H. ping, Zhang, J.,
from www.jeffloo.com/stuff/dissertation/ Liu, J., Huang, B. Yan, Jiang, Y. (2016). The
infbe071208.doc. discordance of information needs between
Nielsen-Bohlman, Lynn, editors. (2004). Health cancer patients and their families in China.
literacy, a prescription to end confusion, Patient Education and Counseling.
institute of medicine. Washington DC: The Zarcadoolas, C., Pleasant, A. F, Greer. D.
National Academic Press. S. (2006). Advancing health literacy, a
Nuranna, L. (2008). Skrining kanker leher rahim ramework for understanding and action,
dengan merode inspeksi visual asam asetat johnwiley & sons, inc, ca. Information
(iva). Diakses dari http://buk.depkes.go.id. Seeking in the American Public, H e a l t h
Rahayu, D. S. & Ochoa, M. (2015). Cervical Education & Behavior, 2016, Vol. 43(4)
cancer awareness: an information 461–470.

Pengalaman Komunikasi Penyandang Kanker Serviks dalam Pencarian Informasi Pengobatan di Jawa Barat
(Purwanti Hadisiwi dan Hadi Suprapto Arifin)

Anda mungkin juga menyukai