Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

(Manajemen Keuangan)

Dosen Pengampu
Dr. Syamsudin

Disusun Oleh:

L’aisya Layyun H P100180042

PASCA SARJANA (MAGISTER MANAGEMENT)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2019
A. Pengertian Time Value of Money
Dana Investasi yang akan diterima di masa yang akan datang harus
diperhitungkan di masa sekarang. Dana investasi tersebut akan kembali melalui
penerimaan-penerimaan keuntungan dimasa yang akan datang. Ini berarti pengeluaran
investasi dilakukan saat ini sedang penerimaannya akan diperoleh di masa-masa yang
akan datang. Dengan demikian, kita tidak bisa langsung membandingkan nilai investasi
saat ini dengan sejumlah penerimaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
penerimaan-penerimaan yang akan datang tersebut harus diperhitungkan menjadi nilai
sekarang, agar bisa dikomparasikan dengan nilai investasi yang akan dikeluarkan saat
ini. Konsep ini disebut juga dengan konsep time value of money.
B. Manfaat
Manfaat time value of money adalah untuk mengetahui apakah investasi yang
dilakukan dapat memberikan keuntungan atau tidak. Time value of money berguna
untuk menghitung anggaran. Dengan demikian investor dapat menganalisa apakah
proyek tersebut dapat memberikan keuntungan atau tidak. Dimana investor lebih
menyukai suatu proyek yang memberikan keuntungan setiap tahun dimulai tahun
pertama sampai tahun berikutnya.
Maka sudah jelas time value of money sangat penting untuk dipahami oleh kita
semua, sangat berguna dan dibutuhkan untuk kita menilai seberapa besar nilai uang
masa kini dan akan datang
C. Keterbatasan
Keterbatasannya yaitu akan mengakibatkan masyarakat hanya menyimpan
uangnya apbila tingkat bunga bank tinggi, karena mereka menganggap jika bunga bank
tinggi maka uang yang akan mereka terima dimasa yang akan datang juga tinggi. Time
value of money tidak memperhitungkan tingkat inflasi.

1. Nilai yang akan datang ( Future Value )


Contoh 1 :
Apabila kita mempunyai uang sebanyak Rp. 10.000.000 dan disimpan di
bank dengan bunga 18 % setahun, maka pada akhir tahun uang kita akan
menjadi :

FV1 =Rp.10.000.000 (1+0,18)1


= Rp.11.800.000
FV1 adalah nilai yang akan datang satu tahun lagi. Apabila uang tersebut
diambil pada dua tahun lagi, maka uang tersebut menjadi :
FV2 = Rp.10.000.000 (1+0,18)2
= Rp.13.924.000

FVn = Po (1+r)n
Dimana :
Po = Nilai uang pada saat ini
r = bunga
n = tahun

Bila kita menyimpan uang di bank kadang-kadang pembayaran bunga tidak


dibayarkan sekali dalam setahun, kadang-kadang dua kali dalam setahun, 4
kali setahun, atau bahkan bunga dibayarkan setiap bulan (12 kali setahun).
Bila pembayaran bunga setahun dibayarkan sebanyak m kali, maka nilai
yang akan datang bisa kita rumuskan sebagai berikut :

FVn = Po (1+r/m)m.n
Contoh 1 :
Misalkan uang Rp.10.000.000 diatas kita simpan selama setahun dengan
pembayaran bunga 4 kali setahun, maka nilai uang tersebut pada akhir tahun
adalah : FV1 = Rp.10.000.000 (1+0,18/4)4x1
= Rp.11.925.186
Contoh 2 :
Apabila saudara mempunyai uang sebanyak Rp.1.000.000, dan disimpan di
bank selama 10 tahun, maka perhitungan bunga secara terinci dari tahun ke
tahun sebagai berikut :
2. Nilai Sekarang ( Present Value )
Seperti diuraikan diatas, bahwa pada keputusan investasi penerimaan-
penerimaan untuk menutup investasi akan diterima di masa yang akan
datang. Penerimaan-penerimaan tersebut tidak bisa diperbandingkan
dengan dengan nilai investasi saat ini, sehingga tidak bisa diperbandingkan
nilai sekarang dengan masa yang akan datang. Oleh karena itu, penerimaan-
penerimaan harus dijadikan nilai sekarang untuk dibandingkan dengan nilai
investasinya. Untuk mencari nilai sekarang dari penerimaan yang akan
datang, maka perlu mempertimbangkan suku bunga atau return yang
diharapkan.
Contoh 1 :
Jika kita akan menerima sejumlah uang Rp.1.200.000 satu tahun yang akan
datang, dengan bunga 20% pertahun, maka nilai sekarang (Po) penerimaan
tersebut adalah :
PV1 = Rp.1.200.000/(1+0,2)1
= Rp.1.000.000

PVn atau Po = Cn/(1+r)n


Contoh 2
Apabila penerimaan suatu proyek investasi beberapa tahun, seperti terlihat di
bawah:

Bila bunga sebesar 15 %,, maka dapat dihitung besarnya nilai sekarang dari
penerimaanpenerimaan tersebut adalah :
Po =100/(1+0.15)1 + 200/(1+0.15)2+300/(1+0.15)3 +400/(1+0.15)4
= 664,14 juta.

Bila menghitung nilai sekarang dengan menggunakan tabel discount factor,


maka dapat dihitung sebagai berikut :

3. Net Present Value (NPV)


Suatu keputusan investasi membutuhkan dana yang cukup besar untuk
ditanamkan pada proyek tersebut. Dana investasi tersebut akan kembali
melalui penerimaan-penerimaan berupa keuntungan di masa yang akan
datang. Untuk menilai layak tidaknya suatu keputusan investasi, maka dana
investasi harus bisa ditutup dengan penerimaan bersih yang sudah di
present-value kan. Selisih anatara nilai sekarang dari penerimaan dengan
nilai sekarang dari investasi disebut sebagai Net Present Value.
Contoh :
Suatu proyek investasi membutuhkan dana investasi sebesar
Rp.600.000.000 dan diharapkan mempunyai usia 4 tahun dengan
penerimaan bersih selama usia investasi berturut-turut Rp.150.000.000, Rp.
250.000.000, Rp. 300.000.000, dan rp. 400.000.000. Bila bunga 21%, maka
NPV :
NPV ={150/(1+0.21)1 + 250/(1+0.21)2+300/(1+0.21)3 +400/(1+0.21)4 } –
600
= 50,665 juta

4. Internal Rate Return (IRR)


Pada NPV akan diketahui selisih keuntungan absolut (dalam rupiah) antara
nilai sekarang penerimaan dengan investasinya. Sedangkan internal rate
return (IRR) mencari besarnya tingkat keuntungan relatif atau dalam
prosentase atas penerimaan investasi.
Dengan demikian IRR adalah tingkat bunga yang bisa menyamakan antara
PV dari penerimaan dengan PV dari investasi. Untuk menghitung besarnya
IRR ini bisa menggunakan cara interpolasi, dengan menghitung NPV yang
positif dan NPV yang negatif. Dari kedua NPV tersebut baru dapat dicari
IRR dengan mengadakan interpolasi :

Contoh :
Sebuah proyek dengan investasi sebesar Rp.500.000 mempunyai usia
ekonomis 3 tahun. Selama 3 tahun memperoleh penerimaan bersih sebesar
Rp. 250.000 per tahun. Berapakah IRRnya? Dari contoh tersebut, bisa kita
cari NPV yang menghasilkan kutub positif dan negatif, misalnya dengan r
sebesar 23 % dan 24 %

R = 23%
Total Present Value (TPV) penerimaan = Rp. 250.000 x 2,011 = 502.750
Investasi = 500.000
NPV = 2.750

R = 24 %
Total Present Value (TPV) penerimaan = Rp.250.000 x 1,981 = 495.250
Investasi =500.000
NPV = 4.750

Dari hasil perhitungan tersebut, bisa disajikan dalam bentuk perbandingan


akan Nampak sebagai berikut:

Dari sajian ilustrasi di atas, terlihat bahwa selisih NPV sebesar Rp. 7.500
tersebut setara dengan 4%. Oleh karena itu, untuk menjadikan NPV = 0,
maka r dihitung dengan interpolasi sebagai berikut :
rt = bunga yang menghasikan NPV negatif
rr = bunga yang menghasilkan NPV positif
NPV rr = NPV positif
NPV rt = NPV negatif
TPV rr = total penerimaan value positif
TPV rt = total penerimaan value negatif

D. Average Rate of Return


Metode Average Rate of Return atau sering disebut juga dengan
Accounting Rate of Return, menunjukkan prosentase keuntungan netto sesudah
pajak dihitung dari Average Investment atau Initial investment.Metode ini
mendasarkan diri pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku (Reported
Accounting Income), (Bambang Riyanto, 1995).

Metode accounting rate of return adalah metode penilaian investasi yang


mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari investasi.Metode ini
menggunakan dasar laba akuntansi sehingga angka yang dipergunakan adalah
laba setelah pajak (EAT) yang dibandingkan dengan rata-rata investasi.

Rata − rata EAT


ARR = × 100%
Rata − rata Investasi

Untuk menghitung rata-rata EAT dengan cara :

Rata-rata EAT = Total EAT

Umur Ekonomis
Sedangkan untuk menghitung rata-rata investasi adalah investasi
ditambah dengan nilai residu dibagi 2.

Setelah angka accounting rate of return dihitung kemudian dibandingkan


dengan tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Apabila angka accounting rate of
return lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diisyaratkan, maka
proyek investasi ini menguntungkan, apabila lebih kecil daripada tingkat
keuntungan yang diisyaratkan proyek ini tidak layak.

Kebaikan metode ini adalah sederhana dan mudah, karena untuk


menghitung ARR cukup melihat laporan rugi-laba yang ada. Sedangkan
kelemahan metode ini mengabaikan nilai waktu nilai waktu uang (time value of
money) dan tidak memperhitungkan aliran kas (cashflow).

Perhitungan average rate of return didasarkan atas jumlah keuntungan


bersih sesudah pajak (EAT) yang tampak dalam laporan rugi-laba. Pengukuran
dengan teknik rate of return ini sering pula disebut dengan istilah “accounting
rate of return” yang perhitungannya dilakukan sebagai berikut:

Average earning after taxes


Average rate of return =
Average investment

Average earning after taxes (rata-rata bersih sesudah pajak):

Average earning after taxes atau rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak
dihitung dengan jalan menambah keseluruhan keuntungan bersih sesudah pajak
selama umur proyek, kemudian dibagi dengan umur ekonomis proyek tersebut:

∑ EAT
Average EAT =
n

Di mana:

Average EAT = rata-rata keuntungan


∑EAT = total keuntungan
n = umur ekonomis

Average investment (Rata-rata investasi):

Rata-rata investasi dihitung dengan jalan membagi dua jumlah investasi.


Rata-rata ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode
depresiasi garis lurus dan tidak ada nilai residu atau salvage value pada akhir
umur ekonomis proyek. Dengan demikian, nilai buku aktiva akan menurun pada
tingkat yang konstan, mulai dari nilai investasi yang semula sampai dengan Rp
0 pada akhir umur ekonomis proyek. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai proyek
adalah separuh dari nilai jumlah investasi yang semula.

Kebaikan-kebaikan dan kelemahan metode average rate of return

Aspek yang paling menguntungkan dalam penggunaan teknik average rate


of return adalah kemudahan dalam penerapannya. Input utama yang harus
diperoleh adalah jumlah investasi atau initial investment dan proyeksi
keuntungan bersih sesudah pajak, di mana hal ini tidak terlalu sulit untuk
diperoleh.

Adapun kelemahan-kelemahan dari average rate of return adalah sebagai berikut:

- Perhitungan ARR tidak memperhatikan time value of money

- Menitikberatkan pada perhitungan accounting dan bukan pada cash flow dari
investasi yang bersangkutan , sehingga suatu investasi yang mempunyai
umur penyusutan lebih cepat akan mengakibatkan keuntungan neto yang
lebih rendah dan di satu pihak meninggikan cash flow , oleh karena
penyusutan bukan pengeluaran kas.

- ARR dapat dianalisa dengan beberapa cara, sehingga diperlukan standar


perbandingan yang sesuai dengan cara-cara tersebut, dan dimungkinkan
dapat terjadi kesalahan memperbandingkan.

E. Pay Back Period

Payback period adalah jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan
melalui keuntungan yang didapatkan dari suatu proyek yang sudah dibuat. Ada juga
yang menyebut kalau payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk bisa
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas
netto.

Rumus Payback Periode

Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
Payback Period = n + (a-b) /(c-b) x 1 tahun
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-
mula.
a = Jumlah investasi mula-mula.
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama

Payback Peiod = (investasi awal) /(arus kas) x 1 tahun

• Periode pengembalian lebih cepat : layak


• Periode pengembalian lebih lama : tidak layak
• Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih
cepat yang dipilih

Perhitungan payback period untuk suatu proyek yang mempunyai pola cash inflow
yang sama dari tahun ke tahun dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Initial invesment
Pay Back Period =
Cash inflow

Kriterianya :
Apabila Payback < N -- diterima
Apabila Payback > N -- ditolak
Contoh :
Proyek system informasi senilai Rp15.000.000,00. Proced setiap tahunnya
adalah sebesar Rp 4.000.000,00, maka periode pengembalian ( Payback periode )
investasi ini adalah : 15.000.000,00 / 4.000.000,00 = 3 tahun 9 bulan

Kebaikan-kebaikan dan Kelemahan Payback Period

Pengukuran usulan proyek capital budgeting dengan menggunakan


metode payback period seringkali dikatakan lebih baik daripada metode average
rate of return karena dalam perhitungannya digunakan cash inflow dan
bukannya accounting income. Di samping itu, payback period juga
mempertimbangkian (walaupun tidak sepenuhnya) secara implisit faktor
“timing” atau saat penerimaan cash inflow, dan dengan demikian faktor waktu
dari uang yang akan diterima. Payback period merefleksikan tingkat likuiditas
suatu proyek (kecepatan dalam menutup kembali modal yang diinvestasikan),
dan dengan demikian pertimbangan tentang risiko untuk dapat segera menutup
kembali investasi dengan cash inflow yang dihasilkan oleh investasi
tersebut.Semakin likuid suatu proyek, semakin kecil risiko yang dihadapi oleh
perusahaan, demikian pula sebaliknya.

Kelemahan utama dari payback period adalah

1. Tidak memperhatikan time value of money / factor diskonto sedangkan cash


flow pada waktu yang akan datang apabila dinilai sekarang akan berbeda.
2. Lebih mementingkan pada pengembalian nilai investasi daripada aspek laba
dalam waktu umur investasi. Sehingga cash flow sesudah umur payback
periode tidak diperhatikan.
3. Tidak memperhatikan variasi besar kecilnya cash flow tiap tahun, apakah
semakin meningkat, atau menurun atau stabil

Contoh Perhitungan Payback Period


Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama :

PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun
adalah $ 22.500, maka payback periodnya adalah :
Payback Period = (investasi awal) /(arus kas) x 1 tahun
Payback Period = ($ 45.000) /($ 22.500) x 1 tahun
Payback Period = 2 tahun

Payback Period dari investasi diatas yaitu dua tahun. Itu berarti uang yang tertanam
dalam aktiva sebesar $ 45.000 bisa kembali dalam jangka waktu dua tahun. Jika
investor diberikan dua pilihan investasi, maka memilih payback period yang paling
kecil.

Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda :

PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan
proceed sebagai berikut :
Tahun Proceed Proceed Kumulatif
1. $ 50.000 $ 50.000
2. $ 40.000 $ 90.000
3. $ 30.000 $ 120.000
4. $ 20.000 $ 140.000

Maka payback periodnya adalah :


Payback Period = n+(a-b) /(c-b) x 1 tahun
Payback Period = 2 + ($ 100.000 – $ 90.000) /($ 120.000 – $ 90.000) x 1 tahun
Payback Period = 2 + ($ 10.000) /($ 30.000) x 1 tahun
Payback Period = 2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan

Anda mungkin juga menyukai