Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI SUMBERDAYA MANUSIA

Strategi pengembangan sumberdaya manusia yang dilakukan Nabi Muhammad s.a.w. meliputi
merencanakan dan menarik sumberdaya manusia yang berkualitas, mengembangkan sumberdaya
manusia agar berkualitas, menilai kinerja sumberdaya manusia, memberikan motivasi dan memelihara
sumberdaya manusia yang berkualitas.

PERENCANAAN SUMBERDAYA MANUSIA

Perencanaan sumberdaya manusia yang dilakukan Nabi Muhammad s.a.w. mengacu pada Al Qur’an untuk
menjadikan orang berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi bantuan, melarang kemungkaran, kekejian
dan permusuhan seperti disebutkan dalam surat An Nahl ayat : 90 : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajara. Berbuat kebajikan dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 133-134:Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orangorang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang
maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Nabi Muhammad s.a.w. menganjurkan kepada manusia untuk menjadi rahmat bagi manusia lainnya
dengan budi pekerti yang luhur, karena merupakan anjuran Allah, seperti disebutkan Al Qur’an surat Al
Anbiyaa’ ayat 107: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. Rahmat Allah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 159: Maka disebabkan dari rahmat Allah-lah
kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakal kepada-Nya. Firman Allah tersebut turun pada saat perang Uhud. Budi pekerti yang luhur
merupakan manusia yang diidamidamkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan Beliau dipuji oleh Allah dalam
surat Qalam ayat 4 : Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Rasulullah s.a.w. bersabda : Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan budi pekerti (Ahmad, Hakim
dan Baihaqi).

Selain beribadah dan berbuat kebajikan, manusia diminta untuk berlaku sabar dan rendah hati. Al Qur’an
surat Luqman ayat 17-19 : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhla (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.
PENARIKAN SUMBERDAYA MANUSIA

Penariakan sumberdaya manusia merupakan pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi
syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka dapat menyeleksi orang yang paling tepat untuk
mengisi lowongan pekerjaan yang ada dan menyesuaikan seseorang dengan jabatan yang akan
dipegangnya, berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan,
preferensi dan kepribadian karyawan tersebut. Kriteria sumberdaya manusia yang dibutuhkan adalah
yang kuat dan dapat dipercaya. Al Qashash ayat 26 : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Dari Abu Hurairah
r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Orang yang kuat itu bukanlah orang yang menang berkelahi, tetapi orang
kuat ialah yang dapat menguasai dirinya di waktu marah” (Bukhari). Tidak boleh meninggalkan orang
mukmin. Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 144 : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? Wali jamaknya auliyaa mempunyai pengertian teman
yang akrab atau penolong atau pelindung. Tidak menerima orang yang meminta pekerjaan. Dari Abu
Musa r.a. katanya : ”Saya datang menghadap Nabi saw, beserta saya ada dua orang laki-laki Asy’ari.
Kataku, ”Aku tidak tahu bahwa orang yang berdua itu mencari kerja.” Sabda Nabi saw, ”Kami tidak
mempekerjakan orang yang minta bekerja pada pekerjaan kami.” (Bukhari).

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA

Pengembangan sumberdaya manusia merupakan usaha yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan
kinerja sekarang dan yang akan datang dengan meningkatkan kemampuan. Kegiatan pengembangan
untuk mempersiapkan para karyawan untuk kemajuan karir dikemudian hari, bahkan bila hal tersebut
belum diidentifikasi. Kegiatan pengembangan juga menjamin bahwa para karyawan memenuhi syarat
untuk posisi yang mereka cita-citakan.

Kedudukan tinggi bagi orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Dalam surat Al Mujaadilah ayat 11
: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :”Berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan.

Belajar ilmu dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Surat At Taubah ayat 122 : Tidak sepatutnya bagi orang-
orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan untuk kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya. Rasulullah s.a.w. bersabda : Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari
ilmu pengetahuan, maka dengan apa yang dilakukannya itu Allah akan menempuhkan suatu jalan
untuknya guna menuju surga (Muslim). Rasulullah s.a.w. juga bersabda : Niscaya andaikata engkau
berangkat kemudian engkau belajar satu bab dari ilmu pengetahuan, maka hal itu adalah lebih baik
daripada kamu sholat seratus rekaat (Ibnu Abdilbarr).Rasulullah s.a.w. bersabda pula : Mencari ilmu
pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim (Ibnu Abdilbarr).

Dari Abu Musa r.a.,katanya Nabi s.a.w. bersabda: ”Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang
Allah mengutus aku untuk menyampaiakannya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi. Bumi itu ada yang
subur,menghisap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Adapula
yangkeras, tidak menghisap air sehingga tergenang. Maka Allah memberi manfaat dengan dia bagi
manusia. Mereka dapat minum dan memberi minum (binatang ternak) dan untuk bercocok tanam. Dan
adapula hujan yang jatuh ke bagian lain, yaitu di atas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidak pula
menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama yang maumemanfaatkan apa
yang aku disuruh Allah menyampaikannya, mempelajarinya dan mengajarkannya. Dan begitupula
perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah yang aku
diutus untuk menyampaikannya” (Bukhari). Meskipun demikian Rasulullah s.a.w. berrdoa untuk
berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah s.a.w.
pernah berdoa, “Allahumma inni a’udzu bika min ‘ilmin laa yanfa’wa min qalbin laa yakhsya’ wa min nafsin
laa tasyba’ wa min du’aain laa yusma’ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dari ilmu yang tidak
bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak pernah merasa kenyang (puas) dan doa yang tidak
didengar).” (HR. AnNasa’i, hadits ini juga terdapat di dalam Muslim dan At-Tirmidzi dari hadits Zaid bin
Arqam).

Allah dan Rasul-Nya menganjurkan untuk mengenal dan mempelajari belajar bahasa dan tulisannya. Allah
berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 13 : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. Dari Zaidbin Tsabit r.a. bahwa Nabi s.a.w. menyuruhnya supaya mempelajari tulisan Yahudi,
sehingga saya menuliskan untuk Nabi s.a.w. surat-surat beliau (untuk orang Yahudi) dan membacakan
surat-surat orang Yahudi), apabila berkirim surat kepada beliau (Bukhari).

Allah mendidik Nabi mulai dari penggembala. Surat At Thaaha ayat 54 : Makanlan dan gembalakanlah
binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
orang-orang yang berakal. Dari Jabir bin Abdullah r.a.,katanya : Kami pernah memetik buah kabats
bersama Rasulullah s.a.w.. Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Ambillah buah yang hitam, karena itulah lebih
baik”.Mereka bertanya : ”Pernahkan tuan menggembala kambing?”. Jawab beliau : ”Nabi-nabi pernah
menggembalakannya”. Allah sampai menegur Nabi Muhammad s.a.w. untuk memberikan pengajaran
kepada orang buta, disebutkan dalam surat ’Abasa ayat 1-4 : Dia (Muhammad) bermuka masam dan
berpaling, karena datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan diri
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun
orang dirinya serba cukup maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia
membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk
mendapatkan pengajaran, sedang ia takut kepada (Allah) maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan
(demikian!) Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.
PENILAIAN KINERJA

Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang
berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil yang dikerjakannya.

Manusia yang paling baik kinerjanya di sisi Allah adalah orang yang bertakwa. Allah berfirman dalam surat
Al Hujuraat ayat 13 : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Sifat-sifat
orang bertakwa disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 2-4 : Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
medirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugrahkan kepada mereka. Dan mereka
yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yang yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Al Baqarah ayat 177 :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila berjanji
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya) dan mereka itulah orangorang yang bertakwa. Ali Imran 134-135 : (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan yang memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang berbuat
kebajikan. Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan
mereka mengetahui. Al A’raaf ayat 2001 : Sesungguhnya orang-orang bertakwa bila mereka ditimpa was-
was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahannya. Adz Dzariyaat ayat 17-19 : Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir
malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.

Nabi Muhammad s.a.w. memerintahkan juga untuk berlaku jujur. Rasulullah s.a.w. bersabda : Pedagang
yang jujur dan dapat dipercaya termasuk golongan para nabi, orang yang benar-benar tulus dan para
syuhada (Tirmidzi, Darimi dan Daraqutni). Rasulullah juga bersabda : Para saudagar, pada Hari
Kebangkitan akan dibangkitkan sebagai pelaku kejahatan, kecuali mereka yang bertaqwa kepada Allah,
jujur dan selalu berkata benar (Tirmidzi, Ibnu Majah, Darimi dan Baehaqi). Dari Ma’qil r.a. katanya : Saya
akan menceritakan kepada engkau hadis yang saya dengar dari Rasulullah s.a.w. dan saya telah
mendengar beliau bersabda ”Seseorang yang telah ditugaskan Tuhan memerintah rakyat, kalau dia tidak
memimpin rakyat itu dengan jujur, niscaya dia tiada akan memperoleh bau surga” (Bukhari).

Kinerja terbaik adalah berbuat sebaik-baiknya. Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Sebaik baik pekerjaan adalah
usahanya seorang pekerja apabila ia berbuat sebaikbaiknya.”(Ahmad).
KOMPENSASI

Sistem kompensasi terdiri dari kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial. Kompensasi moneter
melibatkan penilaian kontribusi karyawan guna membagikan kompensasi langsung dan kompensasi tidak
langsung secara wajar dan adil.

Kompensasi finansial mempunyai tujuan untuk menarik pelamar kerja yang potensial, mempertahankan
karyawan yang berkualitas, meraih keunggulan kompetitif, meningkatkan produktivitas, memudahkan
sasaran strategis, menentukan dan mengokohkan struktur organisasi dan melakukan pembayaran sesuai
aturan hukum. Kompensasi finansial terdiri dari kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung.

Kompensasi terbaik adalah dari Tuhan. Surat Al Mukminun ayat 72 : Atau kamu meminta upah kepada
mereka? Maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik dan Dia adalah Pemberi rezki Yang Paling Baik.

Kompensasi langsung hendaknya dibayarkan secepatnya. Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata : Rasulullah s.a.w.
bersabda : “Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering” (Ibnu Majah).

Tingkat upah yang diterima Muhammad. ”Khatijah, setujukah engkau mengupah Muhammad?” tanya
Abu Thalib. ”Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi buat Muhammad
aku tidak setuju kurang dari empat ekor”. ”Kalau permintaan itu buat orang jauh dan tidak kusukai, akan
kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai” jawab Khatijah. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi
saw, sabdanya : ”Allah tidak mengutus seorang Nabi, melainkan orang itu gembala kambing.”Para sahabat
bertanya : ”Dan anda sendiri bagaimana ?” Jawab Nabi, ”Ya, aku pernah gembala kambing orang Mekah
dengan (upah) beberapa qirath.” (Bukhari).

Upah yang dibayarkan kepada pekerja yang diberikan Rasulullah s.a.w.. Dari ’Aisyah, isteri Nabi saw,
katanya : ”Rasulullah s.a.w., dan Abu Bakar mengupah seorang laki-laki yang pintar sebagai penunjuk
jalan. Laki-laki itu berasal dari Bani Dil, termasuk Kafir Quraisy. Beliau berdua menyerahkan kendaraannya
kepada laki-laki itu (sebagai upah), dan keduanya berjanji kepadanya akan bermalam di guna Tsaur selama
tiga malam. Pada pagi hari yang ketiga, keduanya menerima kendaraannya.” (Bukhari).

Abdullah bin Sa’di menceritakan bahwa dia datang kepada Umar di masa pemerintahannya, lalu Umar
bertanya kepadanya :”Benarkah apa yang diceritakan orang kepada saya, bahwa engkau mengepalai
beberapa urusan orang banyak, tetapi apabila diberikan kepada engkau pembayaran (gaji), engkau
menolak?”. Saya menjawab : ”Benar begitu”. Kata Umar : ”Apa maksud engkau dengan penolakan itu?”.
Saya menjawab : ”Bahwa saya ada mempunyai beberapa ekor kuda dan beberapa hamba sahaya, sedang
saya dalam keadaan serba cukup. Saya bermaksud hendak menjadikan gaji itu sedekah kepada kaum
Muslimin”. Kata Umar : ”Jangan engkau berbuat begitu. Saya pernah menghendaki seperti yang engkau
kehendaki, tetapi Rasulullah s.a.w. memberikan kepada saya pemberian, lalu saya mengatakan:
”Berikanlah itu kepada orang yang lebih memerlukan dari saya !”. Sampai pada satu kali Nabi memberikan
uang kepada saya, sedang saya tetap mengatakan: ”Berikanlah itu kepada orang yang lebih memerlukan
dari saya !”. Lalu Nabi s.a.w. bersabda : ”Ambillah itu dan punyailah dan kemudian boleh engkau
sedekahkan. Mana yang diberikan kepada engkau dari harta itu (bayaran jabatan), sedang engkau tidak
mengharapkan dan tidak meminta, hendaklah engkau ambil!. Dan kalau tidak ada jangan engkau
perturutkan keinginanmu (untuk memperoleh)” (Bukhari).

Dari Abu Sa’id r.a., katanya : “Beberapa orang sahabat bepergian, sehingga mereka berhenti pada suatu
kampung diantara kampung-kampung Arab. Para sahabat itu minta supaya mereka dijamu, tetapi orang
kampung enggan menjamu mereka. Sementara itu, kepala kampung itu digigit binatang berbisa, dan telah
mereka uasahakan segala-galanya untuk mengobatinya, tetapi tidak satupun yang bermanfaat baginya.
Seorang di antara mereka berkata “Pergilah kamu kepada para sahabat yang berhenti itu, mudah-
mudahan ada diantara mereka yang dapat menolong.” Lalu mereka pergi menemui para sahabat, kata
mereka, “Wahai, orang banyak ! Kepala kampung kami digigit bintang berbisa. Telah kami uasahakan
segala sesuatu untuk mengobatinya, tetapi tidak ada yang memberi manfaat baginya. Adakah di antara
anda yang dapat menolong ?” Seorang di antara mereka menjawab, ”Ya, demi Allah ! Sesungguhnya aku
bisa mengobatinya. Tetapi demi Allah ! Kami telah meminta kepada kalian supaya kami dijamu. Tetapi
kalian tidak mau menjamu kami. Aku tidak akan mengobatinya sebelum kalian menentukan berapa upah
kami. Akhirnya mereka berdamai dan berjanji akan menyerahkan sekumpulan kambing. Maka pergilah
sahabat itu mengobatinya. Ia menyebut si sakit dan membaca : Alhamdulillah rabbil ’alamin (Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam). Maka bagaikan tali yang diuraikan simpulnya, si sakit itu langsung
berjalan dan sakitnya pun hilang. Katanya : ”Bayarlah secukupnya upah mereka yang telah dijanjikan tadi.”
Di antara mereka yang menerima upah berkata, Bagi-bagilah upah itu !” Kata yang membaca mentera.
”Jangan kalian lakukan itu, sebelum kita datang kepada Nabi s.a.w. menceritakan hal ini serta menunggu
keputusan dari beliau.” Mereka pun pergi menghadap Rasulullah saw., lalu mereka ceritakan hal itu
kepada beliau. Sabda beliau, ”Apakah sebabnya kamu mengatakan bahwa ucapan itu mantera ?”
Kemudian beliau bersabda lagi, ”Sesungguhnya kalian telah betul. Bagi– bagilah upahmu, dan beri aku
sebagian.” Kemudian Rasulullah saw, tertawa (Bukhari).

Tidak mau mengupah pekerja dimusuhi Rasulullah s.a.w. di hari kiamat. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi
saw, sebdanya : ”Allah berfirman : Ada tiga macam, Aku menjadi musuh mereka pada hari kiamat. 1.
Orang yang memberi karena-Ku, kemudian tidak diakuinya, dan 2. Orang yang menjual orang yang
merdeka, kemudian dimakannya uang harganya, dan 3. Orang yang mengupah kepada pekerja lalu
disuruh sempurnakannya kerja itu dan tidak dibayarnya upah pekerja itu.” (Bukhari).

Sedangkan kompensasi nonfinansial mencakup imbalan dari Allah dan dari manusia. Imbalan dari manusia
berupa imbalan karir dan sosial yang seringkali sangat dihargai oleh karyawan. Imbalan karir meliputi rasa
aman, pengembangan diri, fleksibilitas karir dan peluang karir. Imbalan sosial meliputi simbol status,
pujian dan pengakuan, kenyamanan tugas dan persahabatan.

Upah dari Allah untuk kaum Muslimin dilebihkan dibandingkan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Dari Abu
Musa r.a. dari Nabi saw, sabdanya: ”Perbandingan orang Yahudi dan Nasrani dengan Kaum Muslimin
seumpama orang yang mengupah satu kaum. Mereka bekerja untuk orang itu satu hari penuh sampai
malam dengan upah tertentu. Tetapi setelah mereka bekerja setelah hari, mereka berkata : Kami tidak
butuh upah yang telah Anda janjikan untuk kami. Dan apa yang telah Kami kerjakan, semuanya batal. Kata
si pengupah kepada mereka, ”Janganlah kamu berbuat begitu. Selesaikanlah sisa pekerjaanmu dan
ambillah upahmu secukupnya.” Mereka menolak, dan meninggalkan pekerjaan mereka. Kemudian, si
pengupah mengupah dua orang upahan sesudah mereka, dan berkata kepada keduanya,
”Sempurnakanlah sisa harimu ini, untukmu upah yang telah saya janjikan kepada mereka.” Mereka pun
bekerjalah. Setelah tiba waktu Ashar, keduanya berkata, ”Apa yang telah kami kerjakan batal. Untuk
Andalah upah yang telah Anda janjikan kepada kami.” Kata si pengupah, ”Sempurnakanlah sisa
pekerjaanmu, karena sesungguhnya sisa yang tinggal itu hanya sedikit saja. Tetapi keduanya menolak.
Maka si pengupah mengupah satu kaum untuk mengerjakan sisa hari mereka. Lalu bekerjalah mereka
hingga menerima terbenam. Sesudah itu mereka menerima upah mereka, meliputi upah kedua golongan
yang telah mendahului mereka tadi. Begitulah perumpamaan mereka, dan hasil yang mereka terima dari
cahaya (petunjuk) ini.” (Bukhari).

Upah dari Allah yang dapat menyelamatkan musibah. Dari Abdullah bin Umar r.a, katanya dia mendengar
Rasulullah saw, bersabda : ”Telah pergi tiga golongan dari orang-orang yang sebelum kamu sehingga
mereka bertemu dengan sebuah gua tempat bermalam, lalu mereka masuk ke dalamnya. Tiba-tiba sebuah
batu besar jatuh dari gunung, lantas menutup pintu gua sehingga mereka terkurung di dalamnya. Kata
mereka, ”Tidak ada yang dapat melepaskan kalian dari bencana batu ini, melainkan apabila kamu mendo’a
kepada Allah dengan amal salehmu.” Maka mendo’alah seorang di antara mereka, ”Wahai, Allah ! Aku
mempunyai ibubapak yang sudah tua. Biasanya aku tidak mau memberi minum keluarga dan hamba
sahayaku sebelum keduanya selesai minum. Pada suatu hari aku pergi mencari sesuatu, sedangkan aku
lama baru kembali kepada keduanya sehingga mereka tertidur. Aku memeras susu untuk mereka, tetapi
kudapati kedunya masih tidur. Dan aku tidak mau memberikan minuman itu kepada keluarga dan
sahayaku, sebelum kedua orang tuaku itu minum lebih dahulu. Aku diam menunggu beliau berdua bangun
dari tidurnya, sedangkan gelas tetap berada ditanganku hingga keduanya bangun ketika fajar telah
menyingsing. Setelah mereka bangun, lalu kuberi mereka minum dengan minuman yang telah kusediakan
itu. Wahai, Allah ! Jika aku berbuat demikian betul-betul karena mencari ridha Engkau, maka bukakanlah
bagi kami batu ini dimana kami terkurung di dalam gua ini karenanya.” Maka bergeserlah batu itu sedikit,
tetapi mereka masih belum dapat keluar. Nabi saw. menceritakan bahwa yang lain mendo’a pula. Katanya
“Wahai, Allah ! Ada seorang gadis yang sangat kucintai, ialah anak pamanku sendiri. Pada suatu ketika
aku mengingini dirinya, tetapi ia menolak permintaanku. Setelah berlalu setahun lamanya, yaitu ketika
menghadapi musim kemarau, ia datang kepadaku dan aku memberikan kepadanya seratus dua puluh
dinar, supaya ia mau lari denganku permintaanku ini diturutinya. Tetapi ketika aku telah sanggup hendak
menguasainya, ia berkata kepadaku. Tidak aku bolehkan engkau merusak kesucianku, melainkan dengan
cara yang benar (hak). Karena itu aku merasa keberatan melakukan pekerjaan itu lalu aku pergi
daripadanya, sedangkan dia seorang gadis yang sangat kucintai. Emas yang telah kuberikan kepadanya
kutinggalkan semuanya. Wahai. Allah ! Kalaulah perbuatanku itu telah sesuai dengan kesedihan Engkau,
bukakanlah batu ini bagi kami.” Maka bergeser pulalah batu itu sedikit, tetapi mereka masih belum dapat
keluar dari gua itu. Kata Nabi saw, orang ketiga pun mendo’a pula. Katanya : “Wahai, Allah ! Aku
mengupah beberapa orang pekerja dan telah kubayar lunas upah mereka, kecuali hanya seorang, karena
ia pergi dan upahnya tinggal. Maka kutanam upahnya itu sehingga banyak membuahkan harta benda.
Kemudian ia datang kepadaku!” Aku katakan kepadanya, “Semua yang engkau lihat ini adalah upahmu.
Unta, lembu, kambing dan biri-biri serta sahaya.” Katanya, “Wahai, Hamba Allah ! Janganlah engkau
meperolokolokkanku.” Jawabku, “Sungguh ! Aku tidak memperolokolokkanmu.” Maka diambilnya
hartanya itu semuanya tanpa satu pun yang ketinggalan. Wahai, Allah ! Kalaulah yang demikian itu saya
perbuat semata-mata karena menuntut keredhaan-Mu, bukakanlah pintu gua ini bagi kami terkurung
disini.” Maka bergeserlah batu itu sehingga mereka dapat keluar dari gua itu (Bukhari).

PEMELIHARAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pemeliharaan sumberdaya manusia meliputi hubungan antar manusia, keselamatan dan kesehatan kerja.
Hubungan antar manusia tersebut antara lain saling mencintai, memberi salam, menjaga kehormatan,
menghormati kepada yang lebih tua dan rendah hati, wajah yang berseri, memberi pertolongan,
bercermin pada diri sendiri, mendamaikan yang berselisih, menutup cela orang lain, dekat dengan orang
kecil, suka memberi rasa gembira, suka menjenguk orang sakit, tidak menyakiti, dan tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan. Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada kondisi fisiologis-fisik
dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan.

Dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 86 : Dan apabila kamu semua diberi penghormatan dengan suatu
kehormatannya, maka balaslah kehormatan yang diberikannya itu dengan yang lebih baik atau jawablah
sebagaimana adanya penghormatan tadi. Demikian pula Rasulullah s.a.w. bersabda : Demi Dzat yang
jiwaku dalam kekuasaanNya, tidaklah kamu semua masuk surga sehingga kamu semua beriman dan
tidaklah kamu semua dinamakan beriman sehingga kamu semua saling cinta dan mencintai. Bukankah
kamu semua suka jikalau saya tunjukkan suatu amalan yang apabila kamu semua lakukan, maka sudah
berarti cinta-mencintai?. Para sahabat menjawab : Ya, suka Rasulullah. Beliau bersabda lagi : Siar-siarkan
salam di antara kamu semua (Muslim). Dari Abu Musa r.a. Nabi bersabda : ”Orang yang beriman dengan
orang yang beriman yang lain adalah seperti rumah, bagian yang satu menguatkan bagian yang lain.” Dan
sebagai perumpamaan beliau mempersilangkan anak-anak jari beliau (Bukhari).

Rasulullah s.a.w. menganjurkan untuk menjaga kehormatan kepada yang lebih tua dan memberikan kasih
sayang dengan yang lebih muda serta tidak merusak nama baik orang lain serta berlaku rendah hati.
Rasulullah s.a.w. bersabda : Tidaklah termasuk dalam golongan kita orang yang tidak menghormati yang
tua-tua dan tidak mengasihi yang muda-muda (kecil-kecil) (Bukhari, Thabrani dan Abu Dawud). Dari Abu
Hurairah r.a. Rasulullah bersabda :”Siapa yang merusak nama baik atau harta benda orang lain, maka
mintalah maaflah kepadanya sekarang ini, sebelum datang hari di mana mata uang tidak laku lagi. Kalau
ia mempunyai amala baik, sebagian dari amal baiknya itu akan diambil, sesuai dengan kadar aniaya yang
telah dilakukannya. Kalau ia tidak mempunyai amal baik, maka dosa orang lain itu diambil dan
ditambahkan kepadanya” (Bukhari). Rasulullah s.a.w. juga bersabda : ”Sesungguhnya Allah mewahyukan
supaya kamu semua itu rendah hati, sehingga tidak ada seorangpun yang merasa lebih tinggi (bangga) di
atas lainnya” (Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Dalam berhubungan dengan orang lain, Rasulullah s.a.w.bersabda : ”Adakah kamu semua mengetahui
orang yang haram dimasukkan dalam neraka?” Para sahabat menjawab : ”Allah dan RasulNya sajalah yang
lebih mengetahui”. Beliau s.a.w. lalu bersabda : ”Yaitu orang yang lemah lembut, mudah dalam segala
hal, ringan tenaga dan suka mendekat kepada siapapun (Tirmidzi). Demikian pula Rasulullah s.a.w.
bersabda : “Sesungguhnya Allah menciptakan anak Adam dengan delapan sifat. Empat sifat untuk ahli
Surga, yaitu wajah yang manis, lisan yang fasih, hati yang suci dan tangan yang memberi bantuan, dan
empat sifat untuk ahli Neraka, mereka yang berwajah muram, ucapan yang keji, hati yang keras, tangan
yang tidak mau membantu”.

Bercermin pada diri sendiri merupakan senjata yang ampuh untuk berbuat kepada orang lain. Rasulullah
s.a.w.bersabda : ”Hai Abu Darda, berlaku baiklah dalam mendapingi orang yang mendapingimu. Dengan
begitu engkau disebut orang mukmin. Cintailah untuk semua orang apa yang sekiranya engkau cintai
untuk dirimu sendiri. Dengan begitu engkau disebut seorang muslim” (Khara’ithi).

Mendamaikan dua orang atau dua kelompok golongan yang berkonflik sangat dianjurkan. Rasulullah
s.a.w. bersabda : ”Seutama- utama sedekah adalah mendamaikan orang yang berselisih (Thabrani).
Demikian pula diboleh untuk menyampaikan yang baik demi kedamaian. Rasulullah s.a.w. bersabda :
Bukan termasuk pendusta seorang yang mendamaikan antara dua orang yang berselisih, lalu
menyampaikan yang baik (pada salah satu di antara keduanya sekalipun bukan sesungguhnya) (Bukhari
dan Muslim).
Menutup cela orang lain dan tidak menyampaikan kepada orang lain merupakan hal yang dapat mencegah
rusaknya hubungan dengan orang lain tersebut. Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Barang siapa menutupi cela
orang Islam, maka ia akan ditutupi celanya oleh Allah Ta’ala di dunia dan akhirat” (Muslim). Sabda beliau
juga : ”Tidaklah seorang mukmin itu melihatsuatu cela dari saudaranya kemudian menutupinya,
malainkan ia akan masuk surga” (Thabrani). Demikian pula Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Hai kelompok
orang yang hanya beriman dengan ucapannya tetapi keimanannya itu belum lagi meresap dalam hatinya!
Janganlah kamu semua mengumpat orang-orang lain, jangan pula meneliti cela mereka, sebab barang
siapa yang meneliti cela saudaranya sesama muslim, maka Allah akan meneliti celanya sendiri dan barang
siapa yang diteliti celanya oleh Allah, maka Allah akan membuka rahasia itu sekalipun di dalam
rumahnya”(Abu Dawud dan Tirmidzi). Dalam hal menyampaikan kejelekan kepada orang lain, Rasulullah
s.a.w. bersabda : ”Tidak dapatmasuk surga orang yang gemar menyampaikan berita buruk” (Bukhari dan
Muslim).

Bergaul dengan orang miskin dan anak yatim termasuk yang disukai Rasulullah s.a.w. seperti dalam
do’anya : ”Ya Allah, hidupkanlah saya sebagai orang miskin, matikanlah saya sebagai orang miskin pula
dan kumpulkanlah saya dalam lingkungan golongan orang-orang miskin” (Ibnu Majah, Hakim dan
Tirmidzi). Rasulullah s.a.w. juga bersabda : ”Saya dan pemelihara anak yatim itu bagaikan dua ini. Beliau
bersabda demikian itu sambil mengacungkan kedua jari tangannya” (Bukhari). Demikian pula Rasulullah
s.a.w. bersabda : ”Barang siapa yang memelihara seorang yatim sehingga ia merasa dalam kecukupan,
maka wajiblah surga untuknya” (Ahmad dan Thabrani). Memberikan rasa gembira kepada orang lain
merupakan sesuatu yang disukai oleh Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya : ”Barang siapa memberikan rasa
gembira di pandangan seorang mukmin, maka Allah akan memberikan rasa gembira dipandangan
matanya pada hari kiamat” (Ibnul Mubarak). Rasulullah s.a.w. juga bersabda : ”Barang siapa yang
melapangkan seorang mukmin yang sedang dalam kesusahan atau menolong seorang yang dianiaya,
maka dimaafkanlah dosanya” (Ibnu Hibban). Demikian pula Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Setengah
daripada amalan-amalan yang amat dicintai oleh Allah ialah memasukkan rasa gembira dalam hati orang
mukmin, melapangkan kesusahannya, mengembalikan hutang yang dimilikinya kepada orang lain atau
memberi makan dari kelaparan” (Thabrani).

Menjenguk orang sakit dapat mengeratkan hubungan antar manusia dan berpahala besar. Rasulullah
s.a.w. bersabda : ”Apabila seorang muslim meninjau saudaranya yang sakit atau berziarah biasa, maka
Allah Ta’ala berfirman : Engkau baik benar hatimu, baik pula perjalananmu dan engkau dapat menempati
gedung dalam surga” (Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Rasulullah s.a.w. membalas perbuatan buruk dengan perbuatan baik. ’Aisyah bercerita bahwa pada suatu
hari ada seorang lelaki minta izin kepada Rasulullah s.a.w. untuk menemuinya. Beliau bersabda :
”Izinkanlah masuk, tetapi ia sebenarnya adalah seburukburuk manusia untuk diajak bergaul”. Setelah ia
masuk, lalu beliau menunjukkan sikap lemah lembuhnya serta sangat ramah, sehingga saya mengira
bahwa ia mempunyai kedudukan istimewa disamping beliau itu. Ketika orang itu telah keluar lalu saya
bertanya kepada beliau :”Bukankah sebelum masuknya tadi Tuan mengatakan betapa buruknya, tetapi
setelah masuk ke dalam, Tuan perlakukan ia dengan cara yang sangat baik sekali”. Beliau s.a.w. bersabda
: ”Hai Aisyah, sesungguhnya seburuk-buruk orang tentang kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat
ialah orang yang ditinggalkan oleh orang banyak karena dikuatirkan perbuatan jahatnya” (Bukhari dan
Muslim).
Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada kondisi fisiologis-fisik dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan. Bahkan Rasulullah s.a.w. memperlakukan
pelayan dan budak (hamba saya) harus dengan baik, tidak boleh memperkerjakan secara paksa. Dari Amr
bin Huraits bahwa Nabi s.a.w. bersabda : ”Pekerjaan yang engkau ringankan dari pelayanmu akan menjadi
pahala bagimu dalam timbangan kebaikanmu” (Abu Ya’la dan Ibnu Hibban). Dari Ibnu Umar r.a., ia
berkata :”Seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w. dan berkata : Wahai Rasulullah, berapa kali aku
harus memaafkan (kesalahan) dari seorang pelayan?”. Beliau mengatakan :”Setiap hari, tujuh puluh kali”
(Abu Daud, Tirmidzi dan Abu Ya’la). Dari Ammar bin Yasir r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku :
”Barang siapa memukul hamba sahaya secara zhalim, maka ia akan dibalas pada hari kiamat kelak”
(Thabrani).

Anda mungkin juga menyukai