Anda di halaman 1dari 106

Daftar Isi

Daftar Isi
Bab I. ECG Recorder
a. Anatomi dan fisiologi Jantung ......................................................... 1
b. Pengertian ECG ................................................................................ 6
c. Bagian-bagian dari blok diagram ECG ............................................ 11
d. Fungsi tombol-tombol pada ECG .................................................... 13
e. Prosedur umum perekaman ECG ..................................................... 14
f. Jenis-jenis ECG ................................................................................ 14
g. Bentuk Pulsa ECG dan cara menentukan Bpm ................................ 15
h. Rumus Bpm...................................................................................... 17
i. Cara pengoprasian ECG ................................................................... 24
j. Blok diagram ECG fungsional ......................................................... 26
k. Prinsip kerja ECG ............................................................................ 27
l. Pemeliharaan Umum pesawat ECG ................................................. 27
m. Praktikum kalibrasi kinerja ECG ..................................................... 29
n. Contoh data hasil kalibrasi pesawat ECG ........................................ 32
o. Teknik pembuatan hasil kalibrasi ECG............................................ 36
p. Fungsi Sertifikat kalibrasi ECG ....................................................... 37
q. Analisis data ..................................................................................... 42

Bab II. Operasional Elektrokardiograf


a. Pengertian ECG ................................................................................ 47
b. Segitiga Einthoven ........................................................................... 48
c. Pra oprasional sistem kelistrikan ECG............................................. 52

Bab III. Spigmomanometer


a. Pengertian Tekanan ................................................................................ 53
b. Pengertian Spigmomanometer ............................................................... 54
c. Pemeliharaan Spigmomanometer .......................................................... 56
d. Pengenalan alat ukur untuk kalibrasi spigmomanometer....................... 57
e. Pengukuran kinerja spigmomanometer dengan digital pressure ............ 58
f. Praktikum kalibrasi spigmomanometer air raksa ................................... 60
g. Analisa data ............................................................................................ 63
h. Lembar kerja kalibrasi spigmomanometer merkuri ............................... 66
i. Teknik pembuatan laporan .................................................................... 67
j. Isi sertifikat............................................................................................. 68
k. Blok diagram fungsional ....................................................................... 73
l. Tekanan darah ........................................................................................ 76
m. Pengukuran tekanan darah .................................................................... 77

1
Bab IV. Ultrasonografi
a. Pendahuluan ..................................................................................... 84
b. Sejarah USG ..................................................................................... 84
c. Prinsip USG ..................................................................................... 85
d. Proses pengambilan gambar ............................................................. 87
e. Cara Kerja alat USG......................................................................... 88
f. Jenis-jenis pemeriksaan USG........................................................... 91
g. Pengolahan dan analisis gambar ...................................................... 92
h. Penggunaan utama dari Ultrasound ................................................. 98

Refrensi

2
BAB 1 ECG RECORDER

I. Dasar teori
a. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung berfungsi sebagai pompa dengan empat kamar pada sistem
peredaran darah. Pemompaan utama adalah oleh ventrikel, sedangkan atrial
berfungsi untuk menyimpan darah selama ventrikel mernompa. Fasa pengisian
dalam sikius jantung dikenal sebagai diastole. Kontraksi ventrikel atau fasa
pemompaan disebut sistole. Rithme kontraksi atria dan ventrikel yang mulus
disebabkan suatu sistem elektnk yang mengkoordinasi langkah-langkah elektrik
yang terjadi pada jantung.
Jantung terbagi menjadi empat ruangan, yaitu dua atrium (kanan dan kin)
dan dua ventrikel (kanan dan kin). Selain itu jantung juga mempunyai beberapa
jaringan yang berbeda (jaringan nodal SA dan AV; jaringan atrial, Purkinye, dan
ventrikular). Tampilan anatomi masing-masing tipe sel sangat berbeda, tetapi
mereka semua dapat dieksitasi elektrik, dan setiap sel mempunyai potensial-aksinya
sendiri.
Irama sinyal jantung diatur oleh isyarat listrik yang dihasilkan oleh
rangsangan yang terjadi secara spontan. Rangsangan spontan ini dilakukan oleh sel
- sel khusus yang terdapat pada atrium kanan (dekat muara vena cava superior dan
inferior), yaitu SA node (simpul sinoatrial). SA node ini bertindak sebagai pemicu
(pace maker), dan bergetarnya SA node berkisar 60 - 100 kali per menit pada
jantung normal dalam kondisi rileks. Getaran tersebut dapat meningkat atau
menurun diatur oleh saraf eksternal jantung yang merupakan respon/jawaban
terhadap kebutuhan darah oleh tubuh. Isyarat listrik SA node menyebabkan
depolarisasi otot jantung atrium dan memompa darah ke ventrikel, kemudian diikuti
oleh repolarisasi otot atrium. Isyarat listrik dilanjutkan ke AV node dan akan

3
menyebabkan depolarisasi ventrikel kanan dan kiri yang menyebabkan kontraksi
ventrikel sehingga darah dipompa ke dalam arteri pulmonalis dan ke aorta,
setelah itu saraf pada ventrikel dan otot ventrikel akan mengalami
repolarisasi dan mulai kembali isyarat listrik dari SA node. Jalan depolarisasi sel
dalam jantung dilustrasikan dalam Gambar 1.1.

Berkas His

Cabang Berkas
His Kanan
Cabang Berkas
His Kiri
Serabut
Purkinye

Gambar 1.1 Sistim Hantaran Kelistrikan Jantung Manusia


Depolarisasi SA node menyebar melalui atrium dan mencapai AV node
dalam waktu 40 mdt. Karena kecepatan konduksi yang kecil pada jaringan AV
node, maka diperlukan waktu 110 mdt utuk mencapai bundle branches, yang
disebut sistem Purkinje. Ventrikel akan kontraksi, ventrikel kanan mendorong
darah menuju ke paru-paru, dan ventrikel kiri memompa darah ke dalam aorta dan
kemudian melalui sistem sirkulasi. Perioda kontraksi jantung disebut systole.
Potensial-aksi dalam ventrikel tetap ada selama 200 — 250 mdt. Waktu
relatif panjang yang diperlukan kontraksi ventrikular ini adalah untuk
mengosongkan darah pada ventrikel menuju ke arteri. Jantung kemudian
repolarisasi selama perioda istirahat dan disebut diastole. Kemudian sikius
berulang.

Potensial Permukaan-Tubuh

4
Potensial jantung yang diukur dan permukaan luar tubuh disebut
Elekrokardiogram (ECG). Pada ECG, jantung dipandang sebagai ekivalensi dan
generator listnik. Potensial-aksi padajantung berasal dan Sinoatnial Node (SA
node) dan atrioventnicular (AV node). SA Node berdenyut 70— 80 beat tiap menit
(bpm) dalam keadaan istirahat, sedangkan AV node berdenyut 40—60 bpm, dan
bundle branch berosilasi pada 15 — 40 bpm.
Sementara jantung dalam keadaan istirahat, semua sel terpolarisasi,
sehingga setiap sel adalab negatif terhadap luarnya. Depolarisasi pertama muncul
path SA node, membuat bagian luar jaringan relatif negatif terhadap sel di dalam,
juga akan lebih negatif dibandingkan dengan jaringan yang belum depolarisasi. Hal
ini menghasilkan arus ionik, I, yang menyebabkan lengan kin terukur lebih
positifdibandingkan lengan kanan. Seperti yang terlihat pada Gambar 2. Tegangan
yang dihasilkan disebut P-wave.

Gambar 1.2. Arus ionik sebagui sumber dan elektrokardiogram

Setelah sekitar 90 mdt, atrium telah depolarisasi secara lengkap dan arus
ionik yang terukur pada lead I berkurang menjadi no! (lead I adalah antara Lengan
kanan (-) dan lengan kin (+)). Depolarisasi kemudian akan me!ewati AV node, yang
menyebabkan delay sekitar 110 mdt. Depo!arisasi kemudian melewati otot

5
ventrikular kanan, dan menyebabkannya lebih negatif relatif terhadap otot sebelah
kiri. Seka!i lagi, arah I menyebabkan suatu tegangan plus-minus dan LA ke RA
yang disebut R-wave.
Bentuk-gelombang lengkap ditampilkan pada Gambar 3 yang disebut
Elektrokardiogram (ECG), dengan label P, Q, R, S dan T. P-wave muncu! dan
depolarisasi atrium. Kompleks QRS muncul pada depo!arisasi ventrikel. Besar R-
wave dalam komp!eks QRS mi sekitar I mV. T-wave muncul dan repolarisasi otot
ventrikel. Selama T-wave, repolarisasi parsial dan otot jantung menimbulkan arus
ionik dan potensia! ECG yang berkaitan. U-wave yang kadang-kadang menyertai
T-wave adalah efek orde-kedua dan sumber yang tidak tentu dan untuk diagnostik
tidak signifikan.
Interval, segmen dan kompleks pada ECG didefinisikan seperti path Gambar 3.
Durasinya adalah sebagai berikut :

Fitur Durasi (mdt) Durasi QRS, Interval P-R, Interval S-T


QRS kompleks 70 - 110 tergantung pada rate depolansasi dari
jantung
Interval R-R 600 - 1000 dan relatif konstan untuk seorang
individu,
Interval P – R 150 - 200 tanpa memandang pada level latihan.
Interval S-T 320 Range yang ditampilkan ini
merefleksikan perbedaan individuil
dalam populasi normal.

Interval
P-R awal P-wave ke awal QRS kompleks

6
S-T akhir S=wave ke akhir T-wave
Q-T awal Q-wave ke akhir T-wave
Segmen
P-R akhir P-wave ke awal Q-wave
S-T akhir S-wave ke awal T-wave
Kompleks
QRS mulai Q-wave ke akhir S-wave
Gambar 1.3. Sinyal Jantung Normal

Keterangan gambar 1.3. :


- Sinyal jantung normal terbentuk karena adanya penyebaran impuls atau
rangsang listrik yang berpusat di Sinoatrial Node melalui bagian atrium,
sehingga menyebabkan perubahan potensial listrik pada bagian atrium.
- Gelombang P, adalah gelombang yang timbul akibat aktifitas listrik yang
diakibatkan pada saat depolarisasi atrium. Tinggi gelombang P yang normal
dapat mencapai 0,5 sampai dengan 2,5 mm. Lamanya gelombang P ini
menunjukkan waktu yang diperlukan untuk penyebaran impuls di bagian atrium
yaitu mulai dari Sinoatrial node sampai Atrioventricular Node.
- Gelombang komplek QRS , adalah gelombang yang timbul akibat aktifitas
listrik ventrikel ketika berdepolarisasi. Gelombang QRS ini dapat dibedakan
menjadi tiga gelombang, yaitu gelombang Q, R dan S.
- Gelombang Q, adalah defleksi negatif pertama sesudah gelombang P dan yang
mendahului defleksi R, gelombang ini dibangkitkan akibat depolarisasi
permukaan ventrikel.
- Gelombang R, adalah defleksi positif yang pertama sesudah gelombang P yang
ditimbulkan oleh depolarisasi utama ventrikel.
- Gelombang S, merupakan defleksi negatif sesudah R atas penyimpangan
negatif yang menunjukkan depolarisasi ventrikel.
- Gelombang T, adalah gelombang yang timbul pada saat repolarisasi ventrikel.

7
- PR Segment, menunjukkan berhentinya impuls pada Atrioventricular Node atau
tidak ada transmisi impuls di Atrioventricular Node.
- ST Segment, Tidak adanya transmisi impuls disebabkan adanya periode
refrakter di sel miokardium.

b. Elektrokardiograf
Elektrokardiograf (EKG) merupakan alat medis yang digunakan untuk
mengetahui/ menampilkan pulsa bioelektrik jantung. Jantung mengeluarkan sinyal
isyarat listrik yang dihasilkan oleh sel-sel khusus yang terdapat pada atrium kanan
yaitu SA node (sinoatrial node). SA node ini bertindak sebagai pemicu (pace
maker), dan bergetarnya SA node berkisar 60 - 100 kali per menit pada jantung
normal dalam kondisi rileks. Getaran tersebut dapat meningkat atau menurun diatur
oleh saraf eksternal jantung yang merupakan respon/jawaban terhadap kebutuhan
darah oleh tubuh. Isyarat listrik SA node menyebabkan depolarisasi otot jantung
atrium dan memompa darah ke ventrikel, kemudian diikuti oleh repolarisasi otot
atrium. Isyarat listrik dilanjutkan ke AV node dan akan menyebabkan depolarisasi
ventrikel kanan dan kiri yang menyebabkan kontraksi ventrikel sehingga darah
dipompa ke dalam arteri pulmonalis dan ke aorta, setelah itu saraf pada ventrikel
dan otot ventrikel akan mengalami repolarisasi dan mulai kembali isyarat listrik
dari SA node.
Pada EKG, jantung dipandang sebagai ekivalensi dan generator listrik.
Potensial-aksi pada jantung berasal dan Sinoatnial Node (SA node) dan
atrioventnicular (AV node). SA Node berdenyut 70— 80 beat per-menit (bpm)
dalam keadaan istirahat, sedangkan AV node berdenyut 40—60 bpm, dan bundle
branch berosilasi pada 15 — 40 bpm.

1. Standar Leads
Leads standar ini mengukur perbedaan potensial antara dua elektroda pada
permukaan tubuh bidang frontal, yang terdiri dari :
Lead I = VL – VR = VI
Lead II = VF – VR = VII

8
Lead III = VF – VL = VIII
VI + VIII = VII

Gambar 1.4. Segitga Einthoven


Konfigurasi lead dihasilkan oleh segitiga Einthoven, adapun konfigurasinya
sebagai berikut :
 Lead I : Pengukuran potensial antara RA dengan LA, dimana LA
dihubungkan pada input penguat non inverting, RA dihubungkan pada input
penguat inverting. Maka akan menggambarkan perbedaan potensial antara
lengan tangan kanan (RA) dengan lengan tangan kiri (LA), dimana LA
bermutan lebih positif dari RA.
 Lead II : Pengukuran potensial antara RA dengan LL, dimana LL
dihubungkan pada input penguat non inverting, RA dihubungkan pada input
inverting. Maka akan menggambarkan perbedaan potensial antara lengan
tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LL), dimana LL bermuatan lebih
positif dari RA.

9
 Lead III : Pengukuran potensial antara LA dengan LL, dimana LL
dihubungkan pada input penguat non inverting, LA dihubungkan pada input
inverting. Maka akan menggambarkan perbedaan potensial antara lengan
tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LL), dimana LL bermuatan lebih positif
dari LA.
2. Augmented lead

10
Gambar 1.5. Augmented lead
Lead augmented ini mengukur perbedaan potensial antara lengan kanan,
lengan kiri terhadap elektroda indiferen yang berpotensial nol. Pengukuran dengan
lead augmented ini menggunakan pembagi tegangan dengan cara kedua elektroda
dihubungkan pada pembagi tegangan simetris pada masukan inverting dari
diferensial amplifier, dan elektroda ketiga dihubungkan pada masukan non
inverting. Sehingga didapat tiga hubungan lead :
aVL = VL – 1/2 (VR + VF)
aVR = VR – 1/2 (VL + VF)
aVF = VF – 1/2 (VF + VF)
konfigurasi yang dapat dilakukan untuk pengukuran augmented lead :
 Lead aVR : salah satu sisi sadapan dihubungkan dengan RA dan sisi
lainnya dihubungkan dengan titik tengah dua tahanan antara LL dan LA,
dimana RA dihubungkan dengan masukan non inverting, LA dan LL
dijumlahkan pada masukan inverting.
 Lead aVL : salah satu sisi sadapan dihubungkan dengan LA dan sisi lainnya
dihubungkan dengan titik tengah dua tahanan antara LL dan RA, dimana
LA dihubungkan dengan masukan non inverting, RA dan LL dijumlahkan
pada masukan inverting.
 Lead aVF : salah satu sisi sadapan dihubungkan dengan RA dan sisi lainnya
dihubungkan dengan titik tengah dua tahanan antara RA dan LA, dimana

11
LL dihubungkan dengan masukan non inverting, RA dan LA dijumlahkan
pada masukan inverting.
3. Chest Leads

Gambar 1.6. Chest lead


pada pengujian klinis ditambahkan pula enam lead EKG untuk bidang
transversal selain enam lead EKG untuk bidang frontal. Einthoven menggunakan
suatu segitiga sama sisi didasarkan pada anggapan bahwa ketiga buah titik yang
dipilih itu secara kelistrikan sama jauh dengan jantung. Jika demikian halnya maka
dapat diperoleh :
Vc = 1/3 ( VL + VR +VF )
Pada pengukuran bidang transversal, Chest diletakkan pada tempat yang telah
ditentukan dan dihubungkan dengan masukan penguat non inverting. Sinyal RA,
LA dan LL dijumlahkan pada sebuah resistor network dan dihubungkan dengan
masukan penguat inverting.
Blok diagram suatu ECG ditampilkan pada Gambar 14. Perangkat ECG
mengamplifikasi sinyal ECG dan menampilkannya pada unit output.

12
Gambar 1.7. Blok diagram ECG

Bagian-Bagian dari Blok digram ECG


1. Elektroda
Elektroda yang digunakan pada elektrokardiograf berfungsi untuk potensial aksi
dari sinyal bioelektrik jantung. Jika pada logam elektroda diberi larutan elektrolit
(gel elektroda) mengakibatkan elektron valensi logam terlepas dan menyatu dengan
ion-ion larutan elektrolit sehingga menimbulkan distribusi muatan pada antarmuka
elektrode-elektrolit. Dalam antarmuka elektrode-elektrolit menghasilkan tegangan
elektroda yang disebut tegangan separuh sel, karena tegangan elektroda tidak dapat
ditentukan dengan satu elektroda.
Jika dua buah elektroda yang terbuat dari bahan yang sama diletakkan pada tubuh
manusia, maka tegangan ingsut, yaitu tegangan antara kedua elektroda tersebut
idealnya nol. Namun dalam kenyataannya sulit diperoleh elektoda dengan tegangan
separuh sel yang sama, umumnya ada ada beda tegangan antara kedua elektroda

13
yang digunakan yang biasa disebut dengan tegangan ingsut elektroda. Bila tegangan
separuh sel elektroda besar, maka tegangan ingsut yang diberikan juga lebih besar.
Hal ini tidak dikehendaki dalam pengukuran, maka diperlukan elektroda yang
tegangan separuh selnya tidak terlalu besar, agar tegangan ingsut juga kecil.
Pelapisan dengan klorida dapat memperkecil tegangan ingsut elektroda dan
memperbaiki stabilitas antarmuka elektrode-elektrolit. Elektroda Ag/AgCl saat ini
banyak digunakan karena hanya sedikit terpolarisai dan tegangan separuhselnya
rendah dan stabil.
Elektroda digunakan untuk mensensor sinyal bioelektrik jantung. Elektroda ini
langsung mengenai tubuh manusia yang sering dilapisi jelly elektrolite.
Jenis – jenis elektroda :
 Elektroda Metal Datar
- pelat metal ( Ni-Ag Alloy) yg dilengkungkan
- Ag yang dilapisi AgCl secara elktrolisa
 Suction Elektroda

 Floating Elektroda
- lebih baik dari elektrode metal & Suction elektrode
- dapat menekan terjadinya artefact
- tidak langsung kontak dengan kulit
- tidak begitu berpengaruh terhadap pergerakan bahan
 Insertion elektroda

14
Gambar 1.8. Berbagai jenis Elektroda ECG

2. Filter

Fungsi dari Filter dibagi menjadi :


a. AC Filter (meredam noise dan Jala-jala PLN)
b. Muscle Filter (meredam noise dari Tubuh)

3. Galvanometer
Berfungsi untuk menggerakkan stylus, sesuai dengan sinyal bioelektrik jantung
yang dideteksi oleh electrode.
4. Stylus
Untuk menghasilkan bentuk pulsa pada kertas Thermal ECG, dengan cara
memanaskan bagian Thermal kertas ECG sehingga akan menghitamkan kertas
tersebut.
5. Motor penggerak kertas perekaman, umumnya dengan kecepatan
a. 25 mm/s
b. 50 mm/s

Gambar 1.9. ECG Recorder

Fungsi Tombol-tombol pada pesawat ECG Recorder

1. Lead Selektor
Untuk menentukan lead/derivasi mana yang akan diukur.

15
2. Pemilihan Sensitifity
Pemilihan sensitifity rata-rata ada tiga pilihan :
a. 0.5 artinya tinggi pulsa maksimal 5 mm
b. 1 artinya tinggi pulsa maksimal 10 mm
c. 2 tinggi pulsa maksimal 20 mm
2. Pengatur Posisi Stylus
3. Start untuk menjalankan kertas perekaman ECG
4. Stop untuk menghentikan kertas perekaman ECG
5. Inst untuk menghentikan pergerakan stylus
6. Mark untuk memberikan tanda pada kertas perekaman ECG

7. Kalibrasi disimbolkan ‘Cal’ atau Untuk mengkalibrasi pulsa pada kertas


perekaman ECG
8. HUM untuk mengurangi noise dan PLN
9. MUS untuk mengurangi noise dan tubuh

Prosedur Umum Perekaman ECG

Setelah elektroda di pasang pada pasien


1. Hidupkan pesawat ( dapat dihidupkan sebelum pasien dipasang elektroda
untuk pemanasan).
2. Pilih lead selektor pada lead I dan pastikan tidak ada gangguan / noise dari
PLN atau tubuh
3. Posisi stylus ditengah-tengah kertas perekam ECG
4. Tekan Start, untuk memulai perekaman.
5. Tekan Stop bila selesai melakukan perekaman
6. Ulangi untuk derivasi yang lain.

JENIS - JENIS ECG

a. Ditinjau dan Display

1. ECG Recorder ( Dicetak pada kertas)


a. Stylus
b. Printer
2. ECG Monitor ( ditampilkan pada layar monitor)

b. Ditinjau dan jumlah perekaman

a. 1 Chanel
b. 3 Chanel
c. 12 Chanel

16
BENTUK PULSA ECG & CARA MENENTUKAN BPM

Gambar 1.10. Bentuk Pulsa ECG Standar

∆t1 ∆t2 ∆tn

1 x 1 mm 5 x 5 mm
1 kotak kecil = 1 KC 1 kotak besar = 1 KB = 5 KC
Gambar 1.11. Contoh Hasil Perekaman pada kertas ECG

17
Pada sensitivitas 0,5 tinggi pulsa pada kertas ECG sebesar 5 KC = 1 KB, Pada
sensitivitas 1 tinggi pulsa pada kertas ECG sebesar 10 KC = 2 KB, &
Pada sensitivitas 2 tinggi pulsa pada kertas ECG sebesar 20 KC = 4 KB.

Beat Per Minute (BPM) adalah Jumlah Denyut Jantung dalam waktu 1 (satu) menit,
Berarti menghitung BPM adalah menghitung Jumlah Pulsa R dalam Waktu 1 menit

Berapa panjang kertas yang digunakan untuk merekam selama 1 menit dg


kecepatan 25 mm/s atau 50 mm/s ?
Pada Kecepatan 25 mm/s
Berarti dalam 1 detik ditempuh 25 mm = 25 KC = 5 KB dg demikian
1 KC ditempuh dalam waktu = 1/25 = 0.04 sec
1 KB ditempuh dalam waktu = 1/5 = 0.2 sec

Untuk Kecepatan 50 mm/s


Berarti dalam 1 detik ditempuh 50 mm = 50 KC = 10 KB dgn demikian
1 KC ditempuh dalam waktu = 1/50 = 0.02 sec
1 KB ditempuh dalam waktu = 1/10 = 0.1sec

Maka panjang kertas selama 1 menit dg kecepatan


A. 25 mm/s adalah 60x25 mm = 1500 mm = 1.5 M
B. 50 mm/s adalah 60 x 50 mm = 3000 mm = 3 M

Misal jarak R1 ke R2 = 5 KB dengan Kec. 25 mm/s . Berapa BPM nya ?


Δt = 5 KB x 0.2 sec = 1 detik
Berarti bahwa setiap 1 detik akan muncul Pulsa R sebanyak 1 kali.
1 R = 1 Detik sehingga 1R = Δt
Bila 60 R = 60 Detik (1 menit) maka BPM. R = 60
Sehingga didapat Rumus
BPM = 60/Δt

18
Tabel 1. 1. Tabel rumus mencari Beat Per Minute (BPM)

Noise dan Artefact

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam aplikasi ECG yang


penting untuk enjiner biomedik atau individu yang mengoperasikan instrumen ini.
Beberapa hal umum yang sering terjadi adalah:
• Distorsi frekuensi
• Distorsi Saturasi atau Cut-off
• Ground loop
• Kawat lead yang terbuka
• Artifact dan transien elektrik
• Interface dengan perangkat elektonik
• lnterferensi dengan sumber elektrik lain.

Distorsi Frekuensi
Suatu EGG harus selalu memenuhi standar respons frekuensi yang telah
ditentukan. Jika terjadi distorsi frekuensi akan terlihat dalam bentuk sinyal ECG.
Daerah frekuensi sinyal EGG normal adalah 0,02 — 150 Hz. Jika terdapat distorsi

19
di frekuensi rendah, maka terjadi distorsi pada baseline yang tidak lagi horisontal
(Gambar 19).

Gambar 1.12. Frekuensi I — 150 Hz distorsi pada frekuensi rendah

Distorsi pada frekuensi tinggi menyebabkan pembulatan bentuk sinyal pada bagian
yang tajam dan mengurangi amplitudo QRS kompleks.

Distorsi Saturasi Atau Cut-off


Tegangan offset yang tinggi pada elektrode atau pengaturan amplifier EGG
yang tidak tepat dapat menghasilkan distorsi saturasi atau cut-off yang akan sangat
mengubah penampilan sinyal ECG.
Gambar 20a menampilkan sinyal EGG normal, sedangkan Gambar 20b
memperlihatkan bentuk gelombang yang terdistorsi karena saturasi pada bagian
QRS kompleks. Puncak QRS komppleks akan akan terpotong (cut-off) karena
output amplifier tidak dapat melampaui tegangan saturasi. Gambar 20c
menampilkan hal yang sama tetapi bagian bawah sinyal EGG yang terpotong. Hal
ini terjadi karena saturasi negatif dan amplifier. Pada kasus ini baselinenya benar-
benar flat. Puncak P dan T masih muncul dalam rekamannya, akan berada di bawah
level cut-off, sehingga hanya puncak R yang terlihat.

20
Gambar 20. Effek distorsi saturasi dan cut-off dan sinai ECG. (a) sinyal ECG yang
tidak distorsi, (b) karena efek saturasi positf dan ampifier, (c) pemotongan tegangan
bawah karena saturasi negative dari amplfier.

Ground Loop
Pasien yang dideteksi ECGnya dengan ECG kilnis atau secara kontinu pada
monitor cardiac, seringkali mereka dihubungkan dengan peralatan elektrik lain.
Setiap perangkat elektrik mempunyai groundnya sendiri, apakah melalui jalur daya
listrik atau melalui kawat besar yang dihubungkan dengan titik ground dalam
ruangan.
Ground loop akan terjadi pada situasi dimana dua perangkat elektrik digunakan oleh
pasien, dimana masing-masing perangkat elektrik mempunyai groundnya sendiri.
Jika kedua ground perangkat sedikit berbeda, arus listrik akan mengalir dan satu
ground ke ground perangkat satunya, dan akan melalui pasien dan elektrode yang
dipasang. Hal ini akan menghasilkan tegangan common-mode pada ECG, yaitu jika
common-mode rejection ratio buruk akan menaikkan interferensi.

21
(a) (b)
Gambar 1.13. (a) groundloop antara ECG dng mesin listrik lain yang dihubungkan
pada pasien. (b,) groundloop dieliminier dengan menghubungkan
kedua mesin pada ground yang sama.

Masalah lain yang terjadi karena arus ground adalah karena ground lead dan
ECG biasanya mengalir bersama dengan lead sinyal, medan magnit yang
disebabkan arus pada rangkaian ground akan menginduksikan tegangan kecil dalam
lead sinyal. Ini akan menimbulkan interferensi.

Kawat Lead Terbuka


Sering terjadi bahwa kawat yang menghubungkan elektroda biopotensial
dengan ECG menjadi terputus atau tidak terhubung, sehingga elektroda tidak
terhubung dengan ECG. Tegangan yang relatif tinggi sering diinduksikan pada
kawat terbuka sebagai hasil dan medan elektrik dan jalur daya listrik. Hal ini akan
menyebabkan suatu defleksi amplitudo pena rekorder yang konstan pada frekuensi
jala-jala, dan tentunya sinyal ECG nya tidak ada.
Hal ini juga terjadi jika kontak antara elektrode dengan pasien tidak baik,
umumnya dikarenakan elektrode yang kotor akibat sisa jelly yang masih menempel.

22
(a) (b)

Gambar 1.14. (a) Noise karena pemasangan elektroda pada pasien.


(b) Noise karena elektroda yang kotor.

Artifact dan Transien EIektrik Yang Besar

Dalam situasi dimana pasien yang ECG nya sedang dideteksi, memerlukan
defibrilasi cardiac. Dalam hal ini, pulsa arus besar dan tegangan besar diberikan
pada pasien, sehingga tegangan transien akan terlihat dan elektroda. Tegangan ini
mempunyai harga beberapa kali lipat lebih tinggi dan pada tegangan ECG. Jika
keadaan ini terjadi akan menyebabkan defleksi yang meningkat dalarn ECG.
ECG model lama juga kan menampilkan transien semacam ini jika konektor
lead berpindah pada lead lainnya, karena adanya tegangan offset yang berbeda
antara satu elektroda dengan elektroda lainnya, tetapi hal ini tidak muncul pada
ECG model baru yang akan menswitch lead secara otomatis, karena kapasitor
discharge pada saat proses switching.

23
Gambar 1.15. Pengaruh transien tegangan pada ECG yang dideteksi dengan alat
ECG,
dimana transien akan menyebabkan saturasi amplifier.
(a) mulai transient (b) gain diperkecil
Interferensi dan Perangkat Elektrik
Sumber utama interferensi saat monitor dan rekaman ECG adalah sistem
sumber-daya. Selain mencatu daya ke perangkat ECG, biasanya jalur daya juga
dihubungkan dengan perangkat lain dalam ruangan rumah sakit. Juga ada jalur daya
pada dinding, lantai dan langit-langit ruangan.
Jalur daya ini akan berpengaruh pada rekaman ECG dan memberikan interferensi
pada frekuensi jala-jala. (Gambar 23a).
Pergerakkan tubuh juga bisa menimbulkan interferensi. Yaitu interferensi
myograph (otot ) pada ECG. Dapat dilihat Gambar 23b.

Gambar 1.16. (a) interferensi dengan jalur daya frekuensi 60Hz


(b) Interferensi myograph pada ECG

24
Gambar 1.17. (a) mekanisme interferensi medan listrik dan jala-jala ke ECG
(b) arus yang mengalir dari jala-jala melalui tubuh dan impedansi ground

Sumber Lain Interferensi Elektrik


Interferensi elektrik dan sumber selain jala-jala juga dapat berpengaruh pada
ECG (Gambar 24). Kawat lead dari lead I akan membuat closed loop. Perubahan
medan magnit yang melalui daerah ini akan menginduksikan arus dalam loop.
Penanggulanganny adalah dengan memperkecil luas daerah yang dibentuk oleh dua
kabel lead.
lnterfernsi elektromagnetik dan radio, televisi, fasilitas radar berdaya tinggi dapat
diambil dan directified oleh p-n junction transistor dan oleh interface electrode-
elektrolit pada pasien. Kawat lead dan pasien berfungsi sebagai antena.
Interferensi elektromagnetik juga dapat dibangkitkan oleh generator rumah
sakit frekuensi tinggi, juga dan peralatan elektrosugical dan diathermi.
Interferensi elektromagnetik dapat diminimasi dengan memparalelkan terminal
input amplifier ECG dengan kapasitor sekitar 200 pF. Reaktansi kapasitor akan
tinggi pada daerah frekuensi ECG. sehingga dapat menurunkan impedansi input
ECG.

25
Gambar 1.18. (a) Kabel lead dapat menginduksikan arus
(b) melilitkan kabel lead dapat meminimumkan induksi
elektromagnetik

Cara pengoperasian pesawat


A. Persiapan
1. Tempatkan alat pada ruang pemeriksaan
2. Siapkan aksesoris (kabel power, lead EKG, kertas)
3. Hubungkan alat dengan terminal pembumian
4. Pasang kabel power pada konektor EKG
5. Pasang elektroda EKG pada EKG input konektor
6. Pasang kertas EKG untuk perekaman
B. Pemanasan
1. Hubungkan alat pada catu daya listrik
2. Hidupkan alat dengan menekan AC power switch ke posisi "I" (ON).
Kemudian tekan power untuk power supply ke EKG pada posisi ON. Maka
baterai akan dicharger apabila dalam keadaan kosong.
3. Untuk pengguaan dengan baterai saja tekan power pada posisi ON.
C. Pelaksanaan
1. Bersihkan kulit pasien yang akan ditempelkan elektroda dari kotoran
maupun keringat dengan alkohol
2. Oleskan Keratin cream atau 'gel' pada lokasi yang akan ditempelkan
elektroda

26
3. Pasang elektroda pada tempat yang telah ditentukan
4. Tekan power pada posisi ON
5. Tekan tombol inst untuk menghentikan Amplifier
6. Posisikan stylus ditengah-tengah kertas perekam EKG
7. Pilih sensitifity yang diinginkan yaitu 0.5 utuk tinggi pulsa 5mm, 1 untuk
tinggi pulsa 10mm, dan 2 untuk tinggi pulsa 20mm
8. Pilih kecepatan kertas yang diinginkan yaitu 25mm/s atau 50mm/s
9. Posisikan lead selektor pada posisi 'C' kemudian tekan tombol Cal untuk
melakukan kalibrasi yang diinginkan
10. Setelah didapatkan kalibrasi yang diinginkan posisikan seletor lead pada
lead yang akan direkam lead I, II, II, aVL, aVR, aVF, C1, C2, C3, C4, C5,
dan C6 dengan cara menekan tombol INST kemudian STAR untuk mulai
perekaman dan STOP untuk berhenti merekam diikuti kembali dengan
menekan tombol INST. Dilakukan secara bergantian mulai dari lead I
hingga lead C6.
11. Tekan tombol MARK apabila ingin memberi tanda saat perekama
berlangsung.
12. Setelah selesai digunakan tekan power pada posisi OFF dan matikan power
AC pada bagian belakang panel pada posisi 'O' (OFF).
D. Pengemasan/penyimpanan
1. Bersihkan permukaan lead EKG dari gel
2. Lepaskan kabel power dari konektor EKG
3. Lepaskan kabel elektroda dari input konektor EKG
4. Lepaskan kabel grounding EKG
5. Letakkan aksesori pada tempatnya
6. Pasang kembali penutup debu
7. Kembalikan alat ketempat penyimpanan.

27
Blok Diagram fungsional

Gambar 1.19. Blok Diagram Fungsional

28
Prinsip kerja pesawat
Pengoperasian menggunakan mode opersi stand by biasanya tersedia pada
elektrokardiograf. Dalam mode ini, pergerakan stylus ke sinyal input, tetapi kertas tidak bergerak.
Mode ini memperbolehkan operator untuk melakukan penyesuaian yang diinginkan dan posisi
baseline mengendalikan tanpa menjalankan kertas.
EKG hampir tanpa variasi perekaman kertas grafik ditutupi kertas dengan garis tegak dengan
horisontal setiap interval 1 mm dengan garis lebih tebal setiap interval 5 mm. waktu pengukuran dan
pengukuran detak jantung dibuat horisontal pada electrocardiogram. Untuk pekerjaan rutinitas,
kecepatan kertas perekam 25 mm/s. pengukuran amplitude dibuat vertikal dalam mV. Sensitivity
elektrokardiograf diatur pada 10 mm/mV.
Isolasi preamplifier secara umum elektrokardiograf diletakkan dikaki sebelah kanan (RL) elektrode
dipasang keperalatan, dan dari situ keground. Peralatan ini siap digunakan untuk ground dimana saja
yang mempunyai arus sampai kepasien. Resiko yang berbahaya yaitu intercadiac pipa kedalam
saluran tubuh pekerja perlu diisolasi pasien dari ground. Petunjuk dari American Heart Association
menyatakan arus bocor tidak boleh lebih dari 10µA ketika pengukuran dari lead pasien ke ground
atau kabel peralatan utama dengan ground terbuka atau tertutup.

Pemeliharaan umum
A. Pemeliharaan
a. Inspection maintenance
Inspection maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan hanya untuk menguji atau
memeriksa kinerja alat apakah dalam keadaan baik atau tidak.
b. Preventive maintenance
Preventive maintenance adalah perawatan yang dialakukan secara rutin atau berkala.
I. Tujuan
1. menjaga kinerja peralatan EKG tetap sesuai dengan standard.
2. mencegah terjadinya microshock dan macroshock yang dapat menyebabkan ventricular
fibrilation.
3. sebagai jaminan kualitas dan kehandalan peralatan.
II. Persiapan.
1. Personalia :
1 (satu) orang teknisi elektromedik.
2. Peralatan dan bahan :
a. Simulator EKG
b. Electrical safety analyzer
c. Thermo-hygrometer
d. Jangka sorong

29
e. Multimeter digital
f. tools set.
g. Osciloscope
h. Obeng Trimer
i. Kunci L
j. Contact cleaner
k. Service manual dan wiring diagram
III. Cara kerja
1. Pemeliharaan harian dilakukan oleh user
 Alat dibersihkan dengan kain halus
 Periksa tata letak grounding pesawat sebelum digunakan
2. Pemeliharaan preventif dilakukan oleh teknisi
 Memeriksa kondisi kabel pasien, kabel power dan kabel grounding
 Memeriksa pemanasan stylus (jika perekam menggunakan sylus)
 Memeriksa pulsa kalibrasi 1 mV, sensitivitas, kalibrasi jika ada penyimpangan
 Memeriksa hasil tampilan lead-lead ECG dari lead-lead simulator ECG
 Kalibrasi
 Memeriksa kebocoran arus (leakage current) dengan alat safety analizer berupa tes
kebocoran arus pada chassis dan tes kebocoran arus pada kabel pasien terhadap ground

30
PRAKTIKUM KALIBRASI KINERJA ECG

Ruang Lingkup
- Metode yang digunakan membandingkan penunjukan parameter ECG terhadap
penunjukan ECG simulator.
- Rentang ukur yang dicakup meliputi :
a. Sensistifitas (mV)
b. Kecepatan Kertas ( mm/sec)
c. Frekuensi Heart Rate ( BPM)
- Menguraikan langkah langkah pengukuran dan kalibrasi ECG.
- Menganalisa data dan membuat laporan hasil pengukuran dan kalibrasi ECG.
Referensi
- Health Care Product HPCS Comparison System, ECRI ‘ Electrocardiograps
single chanel & Multichanel with Interpretife ‘, May 2003
- Preventife Maintenance ECRI no. 410-0595 th 1993
- Prosedur penggunaan ECG Simulator
- Guide to The Expression of Uncertainty in Measurement, ISO/TAG-4, Januari
1993
Peralatan
- ECG Simulator
- Digital Calipper
- Termohygrometer
- Tool Set
- Kalkulator
Praktikum Pengambilan Data
Keterangan : ECG simulator sebagai Standard dan ECG Recorder alat yang dikalibrasi.
a. Pastikan semua peralatan yang digunakan dalam kondisi baik.
b. Catat kondisi ruang, suhu dan kelembaban.
c. Catat Spesifikasi alat yang akan di kalibrasi.
d. Susun peralatan dengan menghubungkan kabel pasien (elektroda) pesawat ECG
dengan ECG Simulator sesuai Derivasi Lead :

e. Hidupkan (ON-kan) semua peralatan.


Kondisi Pra Kalibrasi :
 On-kan ECG, atur posisi stylus agar tepat di tengah kertas dan selector switch
ECG di posisi C serta cek ulang sebelum melakukan pengujian.
 Cek sensitivitas 1 mV, posisi selector switch ECG pada C dan speed 25 mm/detik,
tekan tombol “Test “ untuk mendapatkan pulse test
 Cek hasilnya (tinggi amplitudo pulsa 1 mV)

f. Lakukan pengukuran kinerja untuk ketepatan pembacaan tinggi pulsa (Sensitifitas)

g. Lakukan pengkuran kinerja untuk ketepatan pembacaan kecepatan kertas (Speed)

h. Lakukan pengukuran kinerja untuk ketepatan pembacaan amplitude (Frekuensi Haert


Rate ; BPM)

31
i. Lakukan Test Pulsa Tiap Lead

j. Lakukan Test Pulsa Tanggapan Frekuensi (Test waveforms)

k. Setelah selesai matikan semua peralatan.

l. Lepaskan semua electroda ECG dari ECG simulator.

Analisa Data

Hitung Rata- rata hasil pengukuran berulang.

n
X1 Xi
i n

X = nilai rata rata hasil pengukuran.


n = jumlah data pengukuran
Xi = data hasil pengukuran

Hitung Simpangan baku pengukuran.

 Xi  X 
2
S / n 1
i n
S = simpangan baku
Xi = data hasil pengukuran
X = nilai rata-rata hasil pengukuran
n = jumlah data pengukuran.

Hitung Kesalahan Pembacaan

Kesalahan = Alat - Std


K = Nilai Kesalahan Alat
Std = Penunjukan ECG simulator
Alat = Penunjukan ECG recorder

Hitung ketidak pastian dari komponen Type A (UA)

- Pengukuran berulang
SBRE = St Dev /√n
SBRE = simpangan baku rata-rata eksperimen
St Dev = simpangan baku pengukuran
n = jumlah data pengukuran

Hitung ketidak pastian dari komponen Type B


1. Sertifikat ECG simulator (UB1)
 Ketidakpastian ± 0.1 BPM (k=2)
 Dengan koreksi :
30 ± 0.4 BPM
60 ~180 ± 0.3 BPM
2. Sertifikat digital caliper(UB2)
Ketidakpastian ± 0.01 mm

Hitung Ketidak pastian Gabungan (UC )

32
U U U B2
2 2 2
UC = A B1

Dimana : UC adalah ketidak pastian gabungan


UA adalah ketidak pastian Tipe A
UB1 adalah ketidak pastian Tipe B dari sertifikat ECG Simulator
UB2 adalah ketidak pastian Tipe B dari sertifikat Digital Caliper

Hitung Ketidak pastian Bentangan (UEXPANDED = U95)

U 95  k.U C ( y)

Dengan estimasi k = 2 dan CL 95 %

33
Contoh Data Hasil Kalibrasi Kinerja EKG

34
Contoh Pulsa Hasil Kalibrasi

Gambar 1.19. Contoh Pulsa Hasil Kalibrasi Sensitivitas EKG Recorder

Gambar 1.20. Contoh Pulsa Hasil Kalibrasi Kecepatan Perekaman Kertas EKG

Gambar 1.21. Contoh Pulsa Hasil Kalibrasi Frekuensi Heart Rate EKG

Gambar 1.22. Contoh Pulsa Hasil Kalibrasi Tiap Lead EKG


PRAKTIKUM ELECTRICAL SAFETY TEST

35
Cara menghubungkan safety analyzer 601 Pro dengan Instrument Under Test :

Gambar 1.23. Instalasi safety analyzer 601 Pro dengan Instrument Under Test

Cara pengoperasian singkat :

1. Hubungkan safety analyzer 601 Pro dengan Instrument Under Test (IUT) seperti gambar di atas
! Power cord IUT dihubungkan pada power receptacle 601 Pro dan dan pasang kabel pasien /
elektroda / transduser pada applied part terminal 601 Pro
2. Pada main menu tekan tombol class/type (0) untuk memilih class dan type yang sesuai.
Kesalahan memasukkan class/type mempengaruhi hasil pengukuran
3. Safety analyzer 601 Pro dapat digunakan secara manual (melakukan test satu per satu, pilih dari
1 sampai 9) atau langsung sekaligus (pilih automodes) sesuai program di 601 Pro
4. Hasil pengukuran dapat direkam melalui printer internal atau eksternal sesuai kebutuhan
5. Tampil di layar meminta pemilihan yang benar. Untuk ECG class/type I CF, printer internal,
patient leakage : ALL dan Test current : 10 A. Setelah semua cocok tekan enter 2 ( dua ) kali.
6. Tekan Earth Resistance untuk pengukuran Protective Earth Resistance. Setelah hasil didapat
tekan enter untuk ke pengukuran selanjutnya.
7. Setelah Automodes selesai, lanjutkan dengan pengukuran RA-Earth secara manual. Tekan
Patient Leakage ( 7 ), lalu cari pengukuran RA-Earth dengan menekan tombol panah. Tunggu
sekitar 10 detik, setelah hasil didapatkan tekan tombol print.
8. Ulangi langkah diatas untuk pengukuran LA-Earth, RL-Earth, LL-Earth, V1-V6-Earth.
9. Setelah itu tekan tombol ESC, hasil pengukuran safety test ECG selesai.

Contoh Hasil Pengukuran Safety Test ECG

36
1

5
6

10

11
12
13
14
15
17
16

37
Contoh Bentuk Pelaporan Pengukuran Safety Test ECG

TEKNIK PEMBUATAN LAPORAN HASIL


KALIBRASI ECG
Suatu kegiatan bisa dikatakan merupakan kegiatan kalibrasi, jika kegiatan
tersebut menghasilkan:
- Sertifikat Kalibrasi.
- Lembar hasil / laporan kalibrasi yang memuat / mencantumkan / berisi:
angka koreksi, deviasi/penyimpangan, ketidak pastian dan batasan-batasan
atau standard penyimpangan yang diperkenankan.
- Label/ penandaan.
Catatan : Biasanya Lembar hasil / laporan kalibrasi merupakan bagian dari

sertifikat kalibrasi itu sendiri, untuk selanjutnya Sertifikat kalibrasi itu sendiri

sudah berisi data dan hasil atau laporan kalibrasi.

38
Fungsi Sertifikat

Data hasil pengukuran kalibrasi yang dilaksanakan oleh laboratoriun harus


dilaporkan secara teliti, jelas, dan obyektif, sesuai dengan petunjuk dalam metode
kalibrasi. Hasil tersebut harus dituangkan dalam sertifikat kalibrasi yang mencakup
semua informasi yang diperlukan untuk menginterprestasikan hasil kalibrasi dan
semua informasi yang disyaratkan oleh metode yang digunakan.
Sertifikat kalibrasi, di satu sisi, secara langsung mencerminkan kemampuan teknis
atau kredibilitas Iaboratorium kalibrasi yang menerbitkannya. Di sisi lain,
sertifikat/laporan kalibrasi merupakan artikel otentik unjuk kerja laboratorium
kalibrasi.
Maraknya sertifikat sistem mutu ISO 9000 di Indonesia telah memberikan
dampak tersendiri pada laboratorium kalibrasi. Dampak yang jelas adalah semakin
kritisnya pengguna jasa kalibrasi. Hal ini timbul karena adanya tekanan asesmen
atau audit yang harus mereka hadapi untuk memenuhi persyaratan sertifikasi ISO
9000, mereka demikian protektonis terhadap hasil kalibrasi yang mereka peroleh.
Sikap pelanggan yang demikian tentunya perlu ditanggapi secara positip sebagai
masukan yang konstruktif untuk kepentingan pengembangan kredibilitas
laboratorium kalibrasi.
Bentuk dan isi sertifikat kalibrasi memainkan peranan penting dalam
pendekatan-pendekatan saling pengakuan antar laboratorium kalibrasi dan badan
pengakreditasi; baik di lingkup bilateral, regional maupun internasional.

Isi Sertifikat

Setiap sertifikat kalibrasi setidak-tidaknya mencakup informasi sbb.


a. Judul (misal, “Sertifikat Kalibrasi”)

b. Nama dan alamat laboratorium

c. Identifikasi khusus dan sertifikat (nomor seri) dan nomor dari tiap
halaman, serta jumlah keseluruhan halaman

d. Nama dan alamat pelanggan

39
e. Uraian dan identitas yang jelas dari barang yang dikalibrasi

f. Sifat dan kondisi barang yang dikalibrasi

g. Tanggal penerimaan barang yang dikalibrasi dan tanggal pelaksanaan


kalibrasi

h. Identitas metode kalibrasi yang digunakan atau uraian yang jelas dari
tiap metode yang belum baku yang digunakan

i. Adanya penyimpangan, penambahan atau pengecualian dari metode


kalibrasi dan tiap informasi lainnya yang terkait dengan kalibrasi atau
pengujian tertentu, seperti kondisi Iingkungan (temperatur dan
kelembaban)

j. Hasil pengukuran, pemeriksaan dan hasil yang diperoleh yang


ditunjang dengan tabel, grafik, sketsa, photo dan tiap kegagalan yang
terjadi

k. Pernyataan ketidak pastian yang diperkirakan dari hasil kalibrasi

l. Tanda tangan dan jabatan, atau identitas ekuivalen dari orang yang
menerima tanggungjawab atas isi sertifikat dan tanggal penerbitannya

m. Pernyataan yang berkaitan dengan barang yang dikalibrasi

n. Pernyataan bahwa sertifikat tidak boleh digandakan tanpa persetujuan


tertulis dari laboratorium secara lengkap

Beberapa hal yang dilarang dalam sertifikat kalibrasi adalah:

a. Ditandatangani oleh pejabat yang tidak berwenang


b. Menampilkan logo KAN pada bidang kalibrasi yang tidak di akreditasi
c. Tidak mencantumkan nilai ketidakpastian pengukuran
d. Tidak mencantumkan kondisi lingkungan saat berlangsungnya kalibrasi

Contoh Lembar Kerja Kalibrasi ECG

40
41
Contoh Hasil Pengukuran Safety Test ECG

5
6

10

11
12
13
14
15
17
16

42
Contoh Pulsa Hasil Kalibrasi Kinerja ECG Recorder

43
Analisa Data

Untuk semua parameter dan setiap nilai setting alat harus dilakukan

perhitungan seperti di bawah ini.

Cara mencari BPM pada kertas ECG :

Pada kertas ECG di ukur dengan menggunakan Caliper Digital Pada puncak P
pertama dengan puncak P kedua, hasilnya 24,83 mm. Saat itu Kecepatan perekaman
kertas 25 mm/sec, dan pada ECG Simulator pada 60 BPM.
Maka untuk mencari BPMnya adalah 1500 : (lebar Puncak ke Puncak)
1500 : 24,83 mm = 60,411 BPM

Untuk Parameter Heart Rate (30 BPM)


Didapat dari 5 kali pengambilan data berulang,
Data 1 = X1 = 30 BPM, Data 2 = X2 = 30 BPM, Data 3 = X3 = 30 BPM,
Data 4 = X4 = 30 BPM dan Data 5 = X5 = 30 BPM

44
RUMUS-RUMUS Microsoft Excell

45
Cara Mencari Rata-rata dengan Microsoft Excell:
Dengan mengetik “ = AVERAGE (Letak data pertama : Letak data ke enam)”
Misalkan “=AVERAGE(D51:I51)”

Cara Mencari Kesalahan dengan Microsoft Excell:


Rumus : Kesalahan = Penunjukkan Alat – Penunjukkan Standard
Dengan mengetik “ = Letak penunjukkan Alat - Letak penunjukkan Standard”
Misalkan “=C51-J51”

Cara Mencari Kesalahan Relatif dengan Microsoft Excell:


Rumus : Kesalahan Relatif = (Kesalahan : Setting) X 100
Dengan mengetik “ = (Letak kolom kesalahan : Letak kolom setting) X 100 ”
Misalkan “=(K51/C51)*100”

Cara Mencari Ketidakpastian Tipe A dengan Microsoft Excell:


Rumus : UA = Standar Deviasi : √n
Dengan mengetik “ = Stdev (Letak Data 1 : Letak Data 2) : √n ”
Misalkan “=Stdev(D51:i51)/n^0,5”

Cara Mencari Ketidakpastian dengan Microsoft Excell:


Rumus : Uc = √(UA)2 +(UBPM)2 +(UCALIPER)2

Dengan mengetik “=((Q51^2)+(R51^2)+(S51^2))^0.5”

Rumus : U95 = UC x 2, karena k = 2

Dengan mengetik “ = Letak kolom UC X 2 ”


Misalkan “=T51*2”

Contoh Anggaran Ketidakpastian ECG

Contoh Laporan Hasil Kalibrasi Kinerja ECG

46
47
48
BAB 2 OPERASIONAL
ELEKTROKARDIOGRAF RECORDER

ECG
Elektrocardiograph(ECG) adalah peralatan medis yang befungsi untuk mengukur
aktivitas kelistrikan pada jantung, serta untuk mengetahui kelainan pada jantung
dengan grafik yang terbentuk pada kertas ECG

49
Segitiga Einthoven

Derivasi Standar Dwikutub (Bipolar standar leads)


 Leads standar ini mengukur perbedaan potensial antara dua elektroda pada
permukaan tubuh bidang frontal, yang terdiri dari :
 Lead I = VL – VR = VI
 Lead II = VF – VR = VII
 Lead III = VF – VL = VIII
 VI + VIII = VII
Derivasi Standar Dwikutub (Bipolar standar leads)
 Konfigurasi lead dihasilkan oleh segitiga Einthoven, adapun konfigurasinya
sebagai berikut :

50
 Lead I : Pengukuran potensial antara RA dan LA, dimana LA dihubungkan
dengan input penguat non inverting, RA dihubungkan dengan input
inverting. Menggambarkan perbedaan potensial antara lengan tangan kanan
(RA) dengan lengan tangan kiri (LA), dimana LA bermutan lebih positif
dari RA.
 Lead II : Pengukuran potensial antara RA dengan LL, dimana LL
dihubungkan dengan input penguat non inverting, RA dihubungkan dengan
input inverting. Maka akan menggambarkan perbedaan potensial antara
lengan tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LL), dimana LL bermuatan
lebih positif dari RA.
 Lead III : Pengukuran potensial antara LA dengan LL, dimana LL
dihubungkan dengan input penguat non inverting, LA dihubungkan dengan
input inverting. Maka akan menggambarkan perbedaan potensial antara
lengan tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LL), dimana LL bermuatan lebih
positif dari LA.
ECG lead
Augmented Goldberger Lead (Unipolar limb lead)

51
Derivasi Standar Ekakutub Dipertinggi (Unipolar Augmented
Extremity leads)
 Lead augmented ini mengukur perbedaan potensial antara lengan kanan,
lengan kiri terhadap elektroda indiferen yang berpotensial nol. Pengukuran
dengan lead augmented ini menggunakan pembagi tegangan dengan cara
kedua elektroda dihubungkan pada pembagi tegangan simetris pada
masukan inverting dari diferensial amplifier, dan elektroda ketiga
dihubungkan pada masukan non inverting. Sehingga didapat tiga hubungan
lead :
 aVL = VL – 1/2 (VR + VF)
 aVR = VR – 1/2 (VL + VF)
 aVF = VF – 1/2 (VF + VL)

Derivasi Standar Ekakutub dipertinggi (Unipolar


Augmented Extremity leads)
 Konfigurasi yang dapat dilakukan untuk pengukuran augmented lead :
 Lead aVR : salah satu sisi sadapan dihubungkan dengan RA dan sisi
lainnya dihubungkan dengan titik tengah dua tahanan antara LL dan LA,
dimana RA dihubungkan dengan masukan non inverting, LA dan LL
dijumlahkan pada masukan inverting.
 Lead aVL : salah satu sisi sadapan dihubungkan dengan LA dan sisi lainnya
dihubungkan dengan titik tengah dua tahanan antara LL dan RA, dimana
LA dihubungkan dengan masukan non inverting, RA dan LL dijumlahkan
pada masukan inverting.
 Lead aVF : salah satu sisi sadapan dihubungkan dengan RA dan sisi lainnya
dihubungkan dengan titik tengah dua tahanan antara RA dan LA, dimana
LL dihubungkan dengan masukan non inverting, RA dan LA dijumlahkan
pada masukan inverting.

52
Derivasi Ekakutub Dada (Unipolar Chest leads)
 Pada pengujian klinis ditambahkan pula enam lead EKG untuk bidang
transversal selain enam lead EKG untuk bidang frontal. Einthoven
menggunakan suatu segitiga sama sisi didasarkan pada anggapan bahwa
ketiga buah titik yang dipilih itu secara kelistrikan sama jauh dengan
jantung.
 Jika demikian halnya maka dapat diperoleh :
 Vc = 1/3 ( VL + VR +VF )
 Pada pengukuran bidang transversal, Chest diletakkan pada tempat yang
telah ditentukan dan dihubungkan dengan masukan penguat non inverting.
Sinyal RA, LA dan LL dijumlahkan pada sebuah resistor network dan
dihubungkan dengan masukan penguat inverting.

Penempatan elektroda ECG


RA = Tungkai lengan kanan
LA = Tungkai lengan kiri
LL = Tungkai kaki kiri
RL = Tungkai kaki kanan
V1 = Sela iga IV pada garis sternal kanan
V2 = Sela iga IV pada garis sternal kiri
V3 = Di tengah antara V2 dan V4
V4 = Sela iga V garis tengah klavikula kiri
V5 Setinggi V4 garis aksilaris anterior kiri
V6 = Setinggi V4 garis aksilaris tengah kiri
Standar kode identifikasi dan warna elektroda EKG
1. Standar AMERICAN HEALTH ASSOCIATION (AHA)

2. Standar ASSOCIATION FOR THE ADVENCEMENT OF MEDICAL


INSTRUMENT (AAMI)

3. Standar INTERNATIONAL ELECTROTECHNICAL COMMISSION


(IEC)

53
Pra-operasional SISTEM KELISTRIKAN
- Pastikan tegangan input 220±10%, 50 Hz
- Pastikan grounding alat berfungsi baik, selisih tegangan antara
Phasa-nol dan phasa-ground harus kurang dari 5 Volt.
- Resistansi grounding 0,5 ohm (NFPA) & 0,1 ohm (IEC)
Dasar kelistrikan rumah sakit untuk
alat kesehatan :
Medical Electrical equipment
IEC 601-1
Pra operasional Pastikan grounding terpasang dengan baik
1. artifact

Check the grounding wire, electrode condition

2. Drift

Caused by the body movement, respiration electrode


detached.

Jenis – jenis elektroda :


 Umumnya terdiri dari :
 Elektroda Plat

- Plat metal ( Ni-Ag Alloy) yg dilengkungkan


- Ag yang dilapisi AgCl secara elektrolisa
Diletakkan di tangan dan kaki (RA, LA, LL, RL)
 Suction Elektroda
Untuk ekstemitas dada

54
BAB 3 SPHYGMOMANOMETER

Tekanan
Dilihat dari definisinya bahwa tekanan adalah Gaya persatuan Luas. Gaya disini
biasa disebabkan oleh adanya gas atau udara , zat cair atau sentuhan zat padat,
khusus untuk Dead Weight Tester pada dasarnya ada dua gaya yang bekerja, yaitu
: gaya grafitasi (berat) yang dihasilkan oleh perkalian beban ( massa) dengan
percepatan grafitasi , dan gaya tekan yang dihasilkan oleh pompa Hidrolik (
Comparison Pump).
Pengukuran tekanan biasa kita bedakan dalam dua sistem kerja :
 Pengukuran tekanan secara langsung
 Pengukuran tekanan secara tak langsung

Prinsip Pengukuran Tekanan.


Prinsip dasar dari pengukuran besaran tekanan mengacu pada Hukum Pascal,
dengan definisi :
Tekanan adalah Gaya pada satu satuan Luas dititik tertentu

F  N 
P   Pascal
Am 
2

Dimana :
P = Pressure ( Tekanan )
F = Gaya
A = Area ( Luas )


Dimensi dari pada tekanan adalah : ML1T 2 
Jadi 1 Pascal adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu gaya sebesar 1 Newton
pada luasan 1 m2 .

Pada kondisi lain tekanan juga dinyatakan dalam bentuk perkalian antara densitas
fluida (  ) dengan grafitasi ( g ) dan tinggi ( h )

F W mg
P  
A A A

gAh
P  gh
A

P1

55
h
A
Tekanan yang terjadi pada tabung :

P = P1 + gh
Dengan P1 = tekanan ruangan.

Kedua bentuk rumusan tersebut menjadi cikal bakal berkembangnya alat ukur
tekanan.
Blood pressure

Tekanan darah menjadi tekanan yang digunakan oleh darah pada sudut 90 o
kepada dinding dari pembuluh darah. Kecuali jika ditandai cara lainnya, tekanan
darah mengacu pada systemic seperti urat nadi tekanan darah, yaitu tekanan di
dalam nadi/pembuluh darah arteri yang mengirimkan darah ke komponen badan
selain dari paru-paru, seperti nadi utama yang berkenaan dengan lengan ( di dalam
lengan tangan). Nilai-Nilai yang bersifat universal dinyatakan di dalam millimetres
air raksa ( mmHg). tekanan systolic menggambarkan tekanan puncak artery
berhubungan dengan peredaran darah kejantung; tekanan diastolic adalah tekanan
darah yang paling rendah.
Nilai khas untuk jantung yang beristirahat, untuk orang dewasa sehat kira-
kira 120 mmHg yang systolic dan 80 mmHg diastolic ( yang ditulis seperti 120/80
mmHg), Ukuran tekanan darah ini tidaklah statis, tetapi mengalami variasi alami
dari satu orang denyut jantung terhadap yang lain atau sepanjang tergantung kepada
faktor perihal gizi, obat/racun, atau penyakit.
Naik turun fluktuasi urat nadi tekanan darah diakibatkan oleh pulsatile alami dari
berhubungan dengan jantung keluaran. Tekanan Denyut nadi ditentukan oleh
interaksi dari isi silinder/jaringan urat nadi melawan kekenyalan dan volume dari
nadi/pembuluh darah arteri

Sphygmomanometer

Suatu sphygmomanometer atau Blood Pressure Meter adalah instrument yang


digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri secara tidak langsung ( Non
Invasive ) dengan bantuan stetoskop.

Kata sphygmus berasa dari Yunani yang berarti denyut nadi, dengan istilah ilmiah
manometer atau pressure meter. Ditemukan pertama kali oleh Dr Samuel Karl
Siegfried Ritter von Basch. Scipione Riva-Rocci, dari Italia, th 1896. Dan
dipopulerkan oleh Harvey Cushing th 1901 .

Ada dua jenis Sphygmomanometer :


1. Digital Sphygmomanometer
Mudah untuk dioperasikan dan praktis dalam penggunaannnya .Dalam
penggunannya apabila digunakan dalam jumlah pasien yang cukup banyak
hasil pembacaannya tidak valid dan tidak akurat (dicuplik dari
www.wikipedia.com)

56
Gambar 3.1. Digital sphygmomanometer

2. Manual Sphygmomanometer

Sphygmomanometer air raksa pada umumnya terdiri dari dari suatu Inflatable Cuff
yang dapat digelembungkan, unit yang mengukur (Mercury Manometer), dan suatu
tabung/container untuk menghubungkan keduanya, berikut pump yang dilengkapi
dengan klep untuk mencegah kebocoran tekanan .Regulator tekanan digunakan
sebagai pengatur dalam pembacaan.

Gambar 3.2. Sphygmomanometer air raksa

Ketika sistem tidak diberi tekanan, level air raksa pada container dengan yang ada
pada tabung gelas kaca/plastic menunjukkan posisi " 0" pada skala tabung.
Penekanan pada pompa mengakibatkan tekanan pada manset dan container air
raksa, kemudian memaksa air raksa naik pada skala tertentu ( mm Hg). Udara yang
dipindahkan oleh peningkatan air raksa dibuang melalui ventilasi yang berisi suatu
saringan yang berfungsi untuk menjaga penumpahan air raksa keluar dan
menyaring udara yang masuk ke dalam tabung gelas kaca/plastic.

57
Gambar 3.3. aneroid sphygmomanometer

Untuk aneroid sphygmomanometer, tekanan yang diberikan akan melenturkan


diaphragma melalui suatu hubungan mekanis, pergerakan ini menyebabkan
berputarnya jarum penunjuk pada angka tertentu sesuai tekanan yang diberikan.

Pompa tensi, klep/regulator tekanan , manset dan tabung air raksa baik aneroid
sphygmomanometer maupun Sphygmomanometer air raksa mempunyai system
pemeliharaan yang sama. Manometer mempunyai perbedaan yang mendasar dalam
penggunaannya.

Maintenance

Ketelitian suatu manometer air raksa tergantung dari dimensi yang sudah ditetapkan
oleh pabriknya, udara yang ada diatas air raksa pada tabung gelas kaca/plastic harus
bebas mengalir keatas, pastikan tabung dalam keadaan bersih, pastikan Volume air
raksa cukup ( berada pada skala “0” pada saat manset dalam keadaan bebas/tanpa
ada aliran tekanan),
Dan pada saat tertentu diperlukan kalibrasi untuk menunjukan keseragam
pembacaan skala yang benar. Hal tersebut diatas memastikan agar kondisi alat tetap
terjaga keakuratan dalam pembacaannya dan untuk menjaga agar kondisi alat
tersebut selalu dalam keadaan siap pakai.

Untuk aneroid sphygmomanometer, aneroid gaugenya harus dijaga penyimpangan


diapragma terhadap meter ukurnya dari benturan atau goncangan selama masa
penggunaannya, dan meter ukur cenderung mengalami kesalahan pembacaan saat
terjadi tekanan lebih.
Keandalan alat tersebut sangat tergantung pada pemeriksaan berkala.
Biasanya sphygmomanometers air raksa lebih sering digunakan karena
pertimbangan yang lebih dapat dipercaya dan akurat.

ECRI merekomendasikan aneroid sphygmomanometer untuk digunakan dalam


pengukuran tekanan darah karena alat ini ini tidak berisi air raksa/mercury.
Mercury adalah suatu logam berat beracun yang mudah menguap pada suhu-kamar;
oleh karena beresiko terserap oleh kulit. Penyerapan air raksa dapat mengakibatkan
iritasi pada kulit, interstitial pr.eumonitis, bronkitis, 3nd bronchiolitis. Penyebaran

58
kronis, bisa berakibat gejala yang meliputi radang pada gusi, air liur yang
berlebihan, otot tremor, dan kekacauan mental.

PENGENALAN ALAT UKUR UNTUK KALIBRASI


SPHYMOMANOMETER
Pengujian dan kalibrasi yang dilakukan terhadap Sphymomanometer meliputi dua
unsur penting yaitu :
1. uji kualitatif yaitu kegiatan untuk mengetahui kondisi lingkungan, kondisi fisik
dan fungsi komponen alat kesehatan
2. uji kuantitatif yaitu kegiatan pengukuran untuk mengetahui keselamatan kerja
(khusus untuk Suction Unit) dan kinerja alat kesehatan

1. Uji Kualitatif

a. Pengukuran kondisi lingkungan meliputi : catu tegangan, konsumsi arus,


suhu dan kelembaban ruangan. Ini dilakukan dengan avometer, termometer,
hygrometer
b. Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat meliputi :
1. chassis (selungkup)
2. sekering
3. baterai
4. tanda atau tampilan
5. assesoris
6. kotak kontak
7. konektor
8. 1 mV step respon
9. baterai charger
10. kabel jala-jala (power cord)
11. pemanas stylus
12. kabel pasien
13. elektroda
14. sistem perekaman
15. label spesifikasi alat
2. Uji Kuantitatif

a. Pengukuran keselamatan listrik meliputi :


tahanan isolasi catu daya, impedansi pembumian alat, arus bocor pada
chassis (selungkup). Hasil pengujian dan kalibrasi menggunakan
International Safety Analyzer yang mengacu pada IEC (International
Electrotechnical Commission) 601-1-1 Class I Type CF
b. Pengukuran pemeriksaan kinerja meliputi :

59
Tekanan Dorong (Positip) untuk Sphygmomanometer

Pengukuran Kinerja Sphygmomanometer dengan Digital


Pressure

Gambar 3.4. Digital Pressure/Vacuum Meter yang digunakan Merk Metron

Cara pengoperasian Digital Pressure/Vacuum Meter Merek Metron :

a) Hubungkan Alat yang akan diukur dengan bagian atas METRON QA-
PT PARAMETER TESTER pada Pressure Port Conector.
b) Hidupkan alat dengan menekan Tombol“ON/OFF”.
c) Tekan Tombol “PRESS” untuk pemilihan pengukuran tekanan.
d) Tekan Tombol “F3” untuk pemilihan Mode Unit / satuan tekanan, lalu
cari satuan yang sesuai dengan menekan “Menu Scroll, Panah kiri atau
Kanan”.
e) Setelah sesuai, Tekan salah satu tombol “F1 sampai dengan F4”
dibawah unit / satuan tekanan yang akan dipilih.
f) Tekan kembali Tombol “PRESS” untuk memulai pengukuran tekanan.
g) Tekan Tombol “F4” untuk pemilihan Mode ZERO yang membuat nol
display, tunggu beberapa saat sampai display terbaca 0,0.
h) Lakukan pengukuran dengan memberikan sumber tekanan (dorong dan
hisap) kepada METRON QA-PT PARAMETER TESTER sesuai
setting tekanan yang dikehendaki.
i) Baca nilai yang tertera pada layar Display METRON QA-PT
PARAMETER TESTER dan catat hasilnya pada lembar kerja.
j) Untuk mengukur kebocoran tekanan, pilih Mode Leak dengan menekan
tombol “F2”.
k) Pilih waktu yang dikehendaki untuk melakukan pengukuran, 15, 30, 45
atau 60 detik dengan menekan salah satu Tombol “F1 sampai dengan

60
F4”. Biarkan sampai waktu yang dipilih telah selesai, kemudian baca
nilai yang tertera pada layar Display METRON QA-PT PARAMETER
TESTER dan catat hasilnya pada lembar kerja.
l) Untuk kembali ke Menu awal, tekan “Menu Scroll, Panah Kiri”. Pilih
pengukuran lain yang dikehendaki.
m) Untuk mematikan alat dengan menekan Tombol“ON/OFF”.

Pengukuran Suhu Lingkungan dengan Digital Thermohygrometer

.
Gambar 3.5. Thermahygrometer ETI 8711
Bagian dari Peralatan dan Fungsi Thermahygrometer ETI 8711
1. Tombol ON-OFF : Untuk menghidupkan & mematikan alat.
2. Reset : Untuk menghapus data yang sudah ada
3. C /  F : Untuk memilih satuan suhu
4. Min / Max : Untuk melihat nilai minimal atau maksimal
5. Hold : Untuk mendiamkan/menjalankan display
6. Probe Socket : Untuk memasang Probe suhu / Sensor
Cara Pengoperasian Thermahygrometer ETI 8711
1. Pasang Probe / Sensor Suhu pada tempatnya.
2. Tekan Tombol ON untuk menghidupkan alat, display akan menampilkan
suhu dan kelembaban.
3. Tekan tombol C /  F untuk memilih satuan suhu.
4. Tekan Reset untuk menghapus data yang sudah ada.
5. Diamkan alat selama 15 menit untuk mendapat nilai yang stabil.
6. Tekan Hold untuk mendiamkan/menjalankan display
7. Tekan Min / Max untuk melihat nilai minimal atau maksimal
8. Tekan Tombol OFF untuk mematikan alat.

61
PRAKTIKUM KALIBRASI
SPHYGMOMANOMETER AIR RAKSA

I. ACUAN
1. OIML R 16-1, Non Invasive Mechanical Sphygmomanometer, Edition 2002
(E)
2. EA-4/02, Expression of the Uncertainty of Measurement in Calibration,
Desember 1999
3. EA-10/17, EA Guidelines on the Calibration of Electromechanical Manometer,
July 2002

II. DEFINISI
1. Sphygmomanometer/tensimeter adalah instrument yang digunakan untuk
mengukur tekanan darah arteri secara tidak langsung (non invasive) dengan
bantuan stetoskop .
2. Manometer aneroid adalah penunjuk tekanan dengan menggunakan komponen
jarum penunjuk.
3. Manometer air raksa adalah penunjuk tekanan dengan menggunakan kolom air
raksa sebagai penunjuknya.

III. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


1. Manometer/Pressure Digital Standar (dengan nilai ketidakpastian pengukuran
kurang dari +0,8 mmHg)
2. Konektor T-piece (Tri way adaphter) dan selang penghubung.
3. Bola Tensi dengan valve control.
4. Thermohygrometer Digital.
5. Barometer Digital.

IV. KONDISI LINGKUNGAN KALIBRASI


Kalibrasi terhadap sphygmomanometer/tensimeter harus dilakukan pada kondisi
ruang:

Suhu : 15 oC sampai dengan 25 oC atau insito


Kelembaban Relatif : 20% sampai dengan 85%

V. PROSEDUR KALIBRASI
1. Kondisikan sphygmomanometer/tensimeter yang akan dikalibrasi
2. Lakukan pemeriksaan kondisi fisik.
3. Catat kondisi ruang (suhu, kelembaban relative dan tekanan udara).
4. Lakukan pendataan terhadap sphygmomanometer/tensimeter yang akan
dikalibrasi.
5. Yakinkan bahwa sphygmomanometer/tensimeter terinstall dengan benar.
6. Perhatikan gambar-1. installasi kalibrasi sphygmomanometer/tensimeter air
raksa.

62
7. Perhatikan gambar-2. installasi kalibrasi sphygmomanometer/tensimeter
aneroid.
8. Lakukan pengecekan apakah masih terdapat kebocoran dan gelembung udara
(khusus untuk sphygmomanometer/tensimeter jenis air raksa).
9. Amati posisi awal air raksa/jarum penunjuk apakah pada titik 0 (nol).
10. Dalam Metode kalibrasi ini hanya dilakukan kalibrasi terhadap parameter Cuff
Pressure Indication (Indikasi Tekanan Cuff) dengan batas kesalahan maksimal
yang diijinkan (Toleransi) : + 3mmHg.

Gambar 3.6. Instalasi Kalibrasi Sphygmomanometer/Tensimeter Air Raksa

Gambar 3.7. Instalasi Kalibrasi Sphygmomanometer/Tensimeter Aneroid

Pengukuran Parameter Cuff Pressure Indication (Indikasi Tekanan Cuff) :

1.Tentukan titik pengamatan ini berdasarkan tabel dibawah ini atau sesuai dengan
keinginan pelangan. Untuk setiap titik ukur harus dilakukan pengambilan data
untuk pengukuran naik dan turun.
2.Jika sphygmomanometer/tensimeter menggunakan manset untuk bayi/anak-
anak maka titik pengamatan yang diambil adalah : 0, 20, 50, 100, 120 dan 150
mmHg.
3.Jika sphygmomanometer/tensimeter menggunakan manset untuk orang dewasa
maka titik pengamatan yang diambil adalah : 0, 50, 100, 150, 200 dan 250

63
mmHg. Perhatikan Tabel-1. Data Kalibrasi Cuff Pressure Indication untuk
manset dewasa.

Tabel 3.1. Data Kalibrasi Cuff Pressure Indication

Pembaca Pembacaan Alat Nilai


Parameter an I II III IV V VI Rata-Rata
Standar NI TI N II T II N III T III Alat
0
Cuff 50
Pressure 100
Indication 150
(mmHg) 200
250

4. Siapkan/perhatikan lembar kerja untuk mencatat hasil pengukuran.


5. Langkah-langkah dibawah ini merupakan pengambilan data untuk
sphygmomanometer/tensimeter yang menggunakan manset orang dewasa.
6. Amati pembacaan standar pada titik 0 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom naik I.
7. Berikan tekanan naik sehingga pada standar terbaca 50 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom naik I
8. Berikan tekanan naik sehingga pada standar terbaca 100 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom naik I
9. Berikan tekanan naik sehingga pada standar terbaca 150 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom naik I
10. Berikan tekanan naik sehingga pada standar terbaca 200 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom naik I
11. Berikan tekanan naik sehingga pada standar terbaca 250 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom naik I.
Tunggu beberapa saat atau kira-kira 5 detik dan kemudian catat nilai yang
ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom turun I.
12. Turunkan tekanan sehingga pada standar terbaca 200 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom turun I.
13. Turunkan tekanan sehingga pada standar terbaca 150 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom turun I.
14. Turunkan tekanan sehingga pada standar terbaca 100 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom turun I.
15. Turunkan tekanan sehingga pada standar terbaca 50 mmHg dan catat nilai
yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom turun I.
16. Turunkan tekanan sehingga pada standar terbaca 0 mmHg dan catat nilai yang
ditunjukkan oleh sphygmomanometer/tensimeter pada kolom turun I.
17. Lakukan kembali langkah nomor 15 sampai dengan 25 untuk mendapatkan
data pengukuran selanjutnya (kolom naik II, Turun II, Naik III dan Turun III).

64
18. Setelah selesai pengambilan data, periksa ulang data-data yang telah dicatat
tadi sampai kita yakin data tersebut benar adanya.

VI. ANALISA DATA

Adapun langkah-langkah kerja penganalisaan adalah sebagai berikut :

1. Model matematik untuk kesalahan :


K = P Test – P Standar
dimana :
K = Nilai kesalahan
P Standar = Penunjukan Standar
P Test = Penunjukan Sphygmomanometer/tensimeter
2. Adapun sumber-sumber ketidapastiannya terdiri dari :
- Ketidakpastian daya ulang pembacaan (repeatability)
- Ketidakpastian daya baca (resolusi)
- Ketidakpastian histerisis
- Ketidakpastian zero error
- Ketidakpastian standar dari sertifikat kalibrasi

3. Hitung nilai rata-rata hasil pengukuran


n
Xi
X  
i 1 n

dimana :
x = nilai rata-rata
n = jumlah data pengukuran
xi = jumlah nilai data pengukuran

4. Hitung nilai ketidakpastian daya ulang pembacaan terhadap titik ukur yang
sama (repeatability)/ ketidakpastian tipe A. Karena hanya dilakukan 3 (tiga) kali
pengambilan data atau jumlahnya < (lebih kecil) dari 10 (sepuluh) data untuk
tiap-tiap titik pengukuran maka untuk ketidakpastian daya ulang pembacaan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Max { ( N 2, j  N 2,0 )  ( N1, j  N1,0 ) , ( N3, j  N3,0 )  ( N1, j  N1,0 ) , ( N3, j  N3,0 )  ( N 2, j  N 2,0 ) }
U repeat N 
3

Max { (T2, j  T2,0 )  (T1, j  T1,0 ) , (T3, j  T3,0 )  (T1, j  T1,0 ) , (T3, j  T3,0 )  (T2, j  T2,0 x) }
U repeatT 
3

U repeat mean  Max{U repeat N , U repeatT }


65
5. Hitung ketidakpastian daya baca/resolusi (Ures)

 a x 1/ 2 
U res   
 3 

dimana :
a = semi range

6. Hitung ketidakpastian histerisis

 T1, j  N 1, j  T2, j  N 2, j  T3, j  N 3, j 


 
 3 
 
U histerisis 
3

7. Ketidakpastian zero error


8.
 {max T1,0  N1,0 , T2,0  N 2,0 , T3,0  N 3,0 } 
U ZE   
 3 
 

9. Ketidakpastian Standar
 U sertifikat 
U s tan dar   

 k 

10. Ketidakpastian Gabungan (UC)

U C  U repeat
2
 U res
2
 U histerisis
2
 U ze2  U s2tan dar

10.Ketidakpastian yang diperluas/bentangan (expanded uncertainty)

Uexp = k x UC

66
VII. UNCERTAINTY BUDGET

No. Komponen Distribusi U Pembagi ui


U repeat
1. Repeatability Rectangular Urepeat 3
3
U res
2. Resolusi Rectangular Ures 3
3
U histerisis
3. Histerisis Rectangular Uhisterisis 3
3
U ZE
4. Zero Error Rectangular Uze 3
3
U s tan dar
5. Standar Normal Ustandar k
k

VIII. PELAPORAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

Laporan nilai ketidakpastian pengukuran diestimasikan pada tingkat kepercayaan


95% dengan faktor cakupan (k) = 2.

67
68
TEKNIK PEMBUATAN LAPORAN
HASIL KALIBRASI SPHYGMOMANOMETER

Suatu kegiatan bisa dikatakan merupakan


kegiatan kalibrasi, jika kegiatan tersebut
menghasilkan:
- Sertifikat Kalibrasi.
- Lembar hasil / laporan kalibrasi yang memuat / mencantumkan / berisi:
angka koreksi, deviasi/penyimpangan, ketidak pastian dan batasan-batasan
atau standard penyimpangan yang diperkenankan.
- Label/ penandaan.
Catatan : Biasanya Lembar hasil / laporan kalibrasi merupakan bagian dari

sertifikat kalibrasi itu sendiri, untuk selanjutnya Sertifikat kalibrasi itu sendiri

sudah berisi data dan hasil atau laporan kalibrasi.

Fungsi Sertifikat

Data hasil pengukuran kalibrasi yang dilaksanakan oleh laboratoriun harus


dilaporkan secara teliti, jelas, dan obyektif, sesuai dengan petunjuk dalam metode
kalibrasi. Hasil tersebut harus dituangkan dalam sertifikat kalibrasi yang mencakup
semua informasi yang diperlukan untuk menginterprestasikan hasil kalibrasi dan
semua informasi yang disyaratkan oleh metode yang digunakan.
Sertifikat kalibrasi, di satu sisi, secara langsung mencerminkan kemampuan teknis
atau kredibilitas Iaboratorium kalibrasi yang menerbitkannya. Di sisi lain,
sertifikat/laporan kalibrasi merupakan artikel otentik unjuk kerja laboratorium
kalibrasi.
Maraknya sertifikat sistem mutu ISO 9000 di Indonesia telah memberikan
dampak tersendiri pada laboratorium kalibrasi. Dampak yang jelas adalah semakin

69
kritisnya pengguna jasa kalibrasi. Hal ini timbul karena adanya tekanan asesmen
atau audit yang harus mereka hadapi untuk memenuhi persyaratan sertifikasi ISO
9000, mereka demikian protektonis terhadap hasil kalibrasi yang mereka peroleh.
Sikap pelanggan yang demikian tentunya perlu ditanggapi secara positip sebagai
masukan yang konstruktif untuk kepentingan pengembangan kredibilitas
laboratorium kalibrasi.
Bentuk dan isi sertifikat kalibrasi memainkan peranan penting dalam
pendekatan-pendekatan saling pengakuan antar laboratorium kalibrasi dan badan
pengakreditasi; baik di lingkup bilateral, regional maupun internasional.

Isi Sertifikat

Setiap sertifikat kalibrasi setidak-tidaknya mencakup informasi sbb.


o. Judul (misal, “Sertifikat Kalibrasi”)
p. Nama dan alamat laboratorium
q. Identifikasi khusus dan sertifikat (nomor seri) dan nomor dari tiap
halaman, serta jumlah keseluruhan halaman
r. Nama dan alamat pelanggan
s. Uraian dan identitas yang jelas dari barang yang dikalibrasi
t. Sifat dan kondisi barang yang dikalibrasi
u. Tanggal penerimaan barang yang dikalibrasi dan tanggal pelaksanaan
kalibrasi
v. Identitas metode kalibrasi yang digunakan atau uraian yang jelas dari
tiap metode yang belum baku yang digunakan
w. Adanya penyimpangan, penambahan atau pengecualian dari metode
kalibrasi dan tiap informasi lainnya yang terkait dengan kalibrasi atau
pengujian tertentu, seperti kondisi Iingkungan (temperatur dan
kelembaban)
x. Hasil pengukuran, pemeriksaan dan hasil yang diperoleh yang
ditunjang dengan tabel, grafik, sketsa, photo dan tiap kegagalan yang
terjadi
y. Pernyataan ketidak pastian yang diperkirakan dari hasil kalibrasi
z. Tanda tangan dan jabatan, atau identitas ekuivalen dari orang yang
menerima tanggungjawab atas isi sertifikat dan tanggal penerbitannya
aa. Pernyataan yang berkaitan dengan barang yang dikalibrasi
bb. Pernyataan bahwa sertifikat tidak boleh digandakan tanpa persetujuan
tertulis dari laboratorium secara lengkap

70
Beberapa hal yang dilarang dalam sertifikat kalibrasi adalah:

a. Ditandatangani oleh pejabat yang tidak berwenang


b. Menampilkan logo KAN pada bidang kalibrasi yang tidak di akreditasi
c. Tidak mencantumkan nilai ketidakpastian pengukuran
d. Tidak mencantumkan kondisi lingkungan saat berlangsungnya kalibrasi

71
Contoh Lembar Kerja Kalibrasi Sphygmomanometer

72
Contoh Lembar Kerja Kalibrasi Suction Pump

RUMUS-RUMUS Microsoft Excell

Cara Mencari Rata-rata dengan Microsoft Excell:


Dengan mengetik “ = AVERAGE (Letak data pertama : Letak data ke enam)”
Misalkan “=AVERAGE(D51:I51)”

Cara Mencari Kesalahan dengan Microsoft Excell:


Rumus : Kesalahan = Penunjukkan Alat – Penunjukkan Standard
Dengan mengetik “ = Letak penunjukkan Alat - Letak penunjukkan Standard”
Misalkan “=C51-J51”

Cara Mencari Kesalahan Relatif dengan Microsoft Excell:


Rumus : Kesalahan Relatif Alat = (Kesalahan Alat: Penunjukan Alat) X 100
Dengan mengetik “ = (Letak kolom kesalahan alat : Letak kolom penunjukan alat)
X 100 ”
Misalkan “=(K51/C51)*100”

Cara Mencari Ketidakpastian dengan Microsoft Excell:

Rumus :
Dengan mengetik “=((I13^2)+(M13^2)+(R13^2)+(V2^2)+(Z13^2))^0.5”

Cara Mencari Harga Mutlak dengan Microsoft Excell:


Rumus :
Dengan mengetik “=ABS((O28-O28)-(N28-N28))”

Cara Mencari Nilai Maksimal dengan Microsoft Excell:

Rumus :
Dengan mengetik “=MAX(ABS('Data Mentah'!M37-'Data
Mentah'!M28),ABS('Data Mentah'!N37-'Data Mentah'!N28),ABS('Data
Mentah'!O37-'Data Mentah'!O28)))”

73
74
NON INVASIVE BLOOD PRESSURE (NIBP)

Blok Diagram Fungsional

pompa Max pressure Button


switch

Seven
valve Driver Control Mikrokontroler Segmen

cuff 8bit
ADC

Pressure Instrumentasi BP RS
transduser Amplifier Filter flip-flop

Gambar 4.1. blok diagram fungsional spigmomanometer digital

Keterangan :

: arah isyarat elektrik

: arah tekanan

Button merupakan switch yang memerintahkan Mikrokontroler untuk

mengeksekusi program. Board kontrol adalah modul yang berfungsi untuk

mengisolasi Mikrokontroler dengan pompa dan valve, karena pompa dan valve

merupakan rangkaian induktif yang menimbulkan lonjakan tegangan, dan lonjakan

tegangan ini dapat mereset sistem mikrokontroler. Ketika Mikrokontroler

memberikan sinyal perintah, maka board kontrol akan mensupply driver untuk

menggerakan pompa dan mengkondisikan valve untuk normal tertutup. Setelah

pompa menyala tekanan akan terus naik sampai maximum pressure switch terputus

75
dan memberikan tanda pada board kontrol. Board kontrol akan memberikan isyarat

kepada Mikrokontroler bahwa pompa sudah berhenti.

Tekanan pada cuff dikonversikan ke level tegangan oleh pressure

transduser, kemudian dikuatkan oleh instrumentasi amplifier. Sinyal output dari

instrumentasi amplifier dikonversikan ke sinyal digital oleh ADC (analog to digital

converter) dan difilter untuk memisahkan sinyal AC dari sinyal DC. Hasil konversi

dari ADC ditampilkan oleh mikrokontroler sebagai nilai tekanan, sedangkan sinyal

yang lolos melalui filter dijadikan sebagai penentu nilai sistolik dan diastolik. Valve

berfungsi untuk untuk mengurangi tekanan, disini terdapat dua jenis valve yaitu

elektrik valve dan regulated valve. Elektrik valve berfungsi untuk mengurangi

tekanan secara cepat, yaitu ketika tekanan sistolik dan diastolik sudah didapat,

sedangkan regulated valve berfungsi untuk mengurangi tekanan secara berlahan

ketika proses pengukuran. Dengan berkurangnya tekanan pada cuff maka darah

akan mulai mengalir karena pembuluh darah mulai terbuka, luas penampang

pembuluh darah yang sempit menjadikan aliran darah menjadi turbulens sehingga

pressure transduser akan menangkap sebuah sinyal yang diperkuat oleh

instrumentasi amplifier dan diloloskan oleh band pass filter, sinyal inilah yang akan

mereset RS flip-flop. Sinyal dari RS flip-flop akan mengiterupsi sistem

mikrokontroler dan pada saat itulah data dari ADC dijadikan sebagai nilai sistolik.

Sinyal ini akan terus terbentuk selama aliran darah masih turbulens, dengan terus

berkurangnya tekanan pada cuff maka suatu saat aliran dalam prembuluh akan

menjadi laminer dan fluktuasi sudah tidak terjadi lagi. Pada saat itu sinyal sudah

tidak terbentuk lagi sehingga logika flip-flop akan berbalik dan akan

76
memerintahkan mokrokontroler untuk mengambil data dari ADC sebagai nilai

diastolik.

Bunyi Jantung

Melalui pendengaran yang baik dapat diperoleh banyak informasi dari suara

detak jantung. Suara detak jantung dapat didengar dengan menggunakan stetoskop,

hal ini disebabkan karena adanya fibrasi pada jantung dan pembuluh darah besar.

Biasanya aktivitas membuka dan menutupnya valvula / katup jantung akan

menimbulkan suara yang disebabkan oleh aliran yang turbulens.

Jika dilukiskan hubungan antara antara sinyal bioelektrik jantung yang

terekam oleh ECG (elektrokardiograf), tekanan ventrikel kiri dan tekanan aorta

serta bunyi jantung yang yang direkam oleh fonokardiograf maka akan diperoleh

korelasi. Ketika sinyal ECG pada posisi R-S maka tekanan pada ventrikel

mengalami kenaikan yang yang disertai kontraksi sehingga memaksa valvula /

katup jantung untuk membuka, pada saat itulah terdengar suara karena adanya

aliran yang turbulens dari ventrikel kiri ke aorta. Setelah beberapa millisecond

tekanan pada ventrikel mengalami penurunan yang disertai dengan relaksasi

sehingga valvula / katup jantung kembali menutup, pada saat itulah terdengar suara

yang kedua.

Suara dari katup jantung tersebut dapat dijadikan sebagai indikator tekanan

maksimum yang dapat dipompa oleh jantung. Karena suara ini adalah hasil dari

aliran darah yang turbulens maka ketika aliran darah pada pembuluh dibuat

turbulens dengan memberikan tekanan, maka suara tersebut juga akan terdengar

77
pada pembuluh darah dan ketika aliran darah laminer maka suara tersebut tidak

terdengar lagi, dari sifat inilah dapat diperoleh informasi tentang tekanan sistolik

dan diastolik.

Tekanan Darah

Ketika mempelajari sistem sirkulasi darah, maka akan berlaku hukum

Poiseuille dan Bernoulli. Pada hukum tersebut tertara hubungan antara tekanan,

kekuatan alir dan hambatan (tahanan poiseuille). Darah akan mengalir ke arah

turunnya tekanan yang berlaku sepanjang pembuluh darah tersebut.

Tekanan darah yang tertinggi berada di ventrikel kiri karena mempunyai

kemampuan untuk berkontraksi, tetapi tekanan pada ventrikel suatu ketika akan

sangat rendah karena kemampuannya dalam berelaksasi. Tekanan yang rendah ini

tidak menjadikan darah membalik dikarenakan adanya valvula / katup jantung,

kemudian tekanan yang mendekati tekanan ventrikel kiri adalah tekanan aorta dan

tekanan akan terus menurun pada arteri, arteriole, capiler dan sampai pada tekanan

terendah yaitu pada vena cava. Darah pada vena cava akan akan mengalir ke atrium

kanan kemudian ke ventrikel kanan dan dipompakan ke paru – paru. Tekanan pada

paru – paru relatif rendah tetapi masih lebih tinggi dari pada tekanan vena cava,

darah dari paru – paru mengalir ke atrium kiri kemudian ke ventrikel kiri dan begitu

seterusnya.

Jumlah darah pada orang dewasa sekitar 4,5 liter. Setiap kontraksi jantung

akan terpompa 80 mL darah dan setiap menit sel darah merah telah beredar komplit

satu siklus dalam tubuh. Pada setiap saat 80% darah berada pada dalam sirkulasi

78
sistemik dan 20% dalam sistem sirkulasi paru – paru. Darah dalam sirkulasi

sistemik ini ±20% berada di arteri, 10% dalam kapiler dan 70% di dalam vena. Pada

sirkulasi paru – paru 7% berada di dalam kapiler paru – paru 93% berada antara

arteri paru – paru dan pembuluh vena paru – paru.

Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran Secara Tidak Langsung

Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung artinya bahwa tekanan

tekanan diberikan pada pembuluh darah dari luar tubuh. Pada pengukuran ini

bagian tubuh yang dijadikan obyek adalah extremitas, karena pada bagian inilah

pembuluh darah lebih dekat dengan permukaan kulit sehingga memudahkan dalam

proses pengukuran. Untuk memberikan tekanan pada pembuluh darah ini

digunakan cuff yang dililitkan pada lengan atas dan dipompa sampai aliran darah

terhenti. Dengan menurunkan tekanan pada cuff secara perlahan maka suatu ketika

darah akan mulai mengalir dan terdengar suara korotkof yang diakibatkan oleh

aliran yang turbulens, karena saluran pembuluh darah yang jauh lebih kecil

dibandingkan dengan debit darah, tekanan pada saat itulah disebut tekanan sistolik.

Seiring dengan terus menurunnya tekanan pada cuff secara perlahan maka suatu

ketika aliran darah menjadi laminer dan suara korotkof tidak terdengar lagi, tekanan

pada saat itulah disebut tekanan diastolik.

Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung memiliki berbagai metode.

Metode pengukuran tersebut antara lain metode palpasi, metode ausculatori dan

79
metode oscillometrik. Dari ketiga metode terdebut perbedaannya terletak pada cara

menentukan nilai sistolik dan diastolik.

Metode Palpasi

2. Pasangkan sambungan cuff dan selang tepat di


lengan atas sepeti pada gambar sehingga pusat
1. Keluarkan udara dalam cuff
dari sambungan terletak pada arteri brachial

3. Rekatkan cuff dengan kencang di sekitar lengan 4. Bagian paling bawah dari cuff harus berjarak
atas sehingga hanya bisa mamasukan jari telunjuk sekitar 2 atau 3 cm (1 atau 2 jari) dari siku seperti
antara cuff dengan lengan. pada gambar

Gambar 4.2. metode pengukuran palpasi

Metode pengukuran ini dalam menentukan nilai sistolik dan diastolik tidak

berpedoman suara korotkof. Karena untuk menentukan nilai sistolik dengan

merasakan denyut nadi yang pertama pada arteri brackialis dengan menggunakan

ujung jari ketika tekanan pada cuff dikurangi secara berlahan. Kelemahan dari

metode pengukuran ini adalah dalam menentukan tekanan diastolik karena denyut

pada nadi akan terus terjadi sampai tekanan pada cuff habis.Metode Ausculatori

80
Metode pengukuran ini memanfaatkan suara korotkof untuk menentukan

nilai tekanan sistolik dan diastolik. Dengan memompa cuff sampai tekanan sekitar

180 mmHg sehingga tekanan darah terhenti, kemudian tekanan dikurangi dengan

kecepatan 3mmHg/s. Ketika tekanan terus menurun maka pembuluh darah akan

terbuka sebagian, sehingga terjadi aliran yang turbulens dan akan terdengar suara

korotkof. Dengan menggunakan stetoskop yang diletakan pada arteri brackialis

suara korotkof akan terdengar dan saat pertama kali suara tersebut terdengar,

tekanan pada saat itulah disebut tekanan sistolik. Suara tersebut akan terdengar

sampai tekanan pada cuff tidak menyebabkan aliran turbulens, pada saat pertama

kali suara tidak terdengar lagi tekanan pada saat itulah disebut tekanan diastolik.

Metode Oscillometrik

Metode pengukuran ini tidak mendeteksi suara korotkof menggunakan

stetoskop, tetepi dengan mengamati fluktuasi yang terlihat pada manometer. Untuk

spigmomanometer elektonik digunakan piezoelektric transduser sebagai pendeteksi

fluktuasi yang terbentuk ketika terbentuk suara korotkof. Pada awal terjadi

fluktuasi, tekanan pada saat itulah yang dinamakan tekanan sistolik, sedangkan

tekanan diastolik adalah tekanan ketika fluktuasi berahir.

81
Pressure Transduser

Pressure transduser berfungsi untuk melakukan konversi dari isyarat

tekanan menjadi isyarat tegangan. Pressure transduser ini dihubungkan dengan

cuff menggunakan selang, dari sini tekanan akan diterma oleh transduser dan

terjadilah perubahan resistansi dalam transduser. Sebenarnya transduser ini

merupakan susunan dari strain gauge yang disusun sedemikian rupa sehingga

perubahan resistansi pada transduser sebanding dengan besarnya tekanan yang

diterima.

Tegangan yang dihasilkan oleh pressure transduser adalah tegangan yang

berubah seiring dengan berubahnya resistansi strain gauge. Strain gauge ini

dijadikan sebagai lengan pembanding pada rangkaian jembatan wheatstone.

Perhatikan gambar berikut.

Gambar 4.3. Rangkaian jembatan wheatstone

Va adalah tegangan antara R1 dan R3, Vb adalah tegangan antara R2 dan

R4 (Rgauge), V adalah tegangan beterai sedangkan Vab adalah V pada gambar

diatas. Pada rangkaian diatas keadaan setimbang terjadi ketika Va = Vb, sehingga

tegangan Vab = 0volt karena nilai Vab = Va – Vb

 R3 R4 
Vab     V
 R1  R3 R2  R4 

82
R4 adalah sebuah strain gauge, dengan berubahnya nilai resistansi dari R4

maka Vab tidak lagi setimbang karena terjadi beda potensial antara Va dan Vb. Dari

perubahan nilai beda potensial inilah isyarat tekanan dapat diolah menjadi isyarat

elektronis.

83
84
Pressure

Proximal -------------------------Peripheral

Blood flow

Respiratory influence
Systolic pressure of NIBP varies according to the following respiration influence.

expiration inspiration expiration

85
BAB 4 ULTRASONOGRAPHY (USG)

Pendahuluan.

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik ( pencitraan


diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh manusia, diman kita dapat
mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan
sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada
penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi. Tak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini
sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir
ini, diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG
mempunyai peranan penting untuk meentukan kelainan berbagai organ tubuh.

Sejarah USG

Pertama kali ultrasonik ini digunakan dalam bidang teknik untuk radar, yaitu
teknik SONAR ( Sound, Navigation and Ranging) oleh Langevin (1918), seorang
Perancis, pada waktu perang dunia ke I, untuk mengetahui adanya kapal selam
musuh. Kemudian digunakan dalam pelayaran untukmenentukan kedalaman laut.
Menjelang perang dunia ke II (1937), teknik ini digunakan pertama kali untuk
pemeriksaan jaringan tubuh, tetapi hasilnya belum memuaskan.

Berkat kemampuan dan kemajuan teknologi yang pesat, setelah perang dunia keII,
USG berhasil digunakan untuk pemeriksaan alat-alat tubuh.

Hoery dan Bliss pada tahun 1952, telah melakukan pemeriksaan USG pada
beberapa organ, misalnya pada hepar dan ginjal. Sekarang Usg merupakan alat
praktis dengan pemeriksaan klinis yang luas.

86
Prinsip USG

Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi daripada


kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya
sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekwensi antara 20 –
20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz).. Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini
menggunakan frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz).

Gelombang suara frekwensi tingi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang


terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk akibat gaya
mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut
efek Piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk
kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan
polaritas medan listrik yang melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut,
maka akan dihasilkan gelombang suara frekwensi tingi.

Sumber Cahaya

Teknologi radiasi yang diyakini paling kecil bahayanya atau bahkan tidak
ada sama sekali adalah MRI. Pasalnya, diagnostic imaging berteknologi tinggi ini
menggunakan medan magnet, frekuensi radio, dan seperangkat komputer untuk
menghasilkan gambar berupa potongan-potongan penampang tubuh manusia.
Gambar ini diperoleh dari hasil interaksi antara molekul sel tubuh dan sinyal yang
dipancarkan oleh frekuensi radio. Data yang didapat kemudian diolah komputer
gambar yang kemudian dicetak dalam bentuk foto.

Citra yang dihasilkan dari USG adalah memanfaatkan hasil pantulan (echo) dari
gelombang ultrasonik apabila ditrasmisikan pada tissue atau organ tertentu. Echo
dari gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser, yang mengubah
gelombang akusitik ke sinyal elektronik untuk dioleh dan direkonstruksi menjadi
suatu citra. Perkembangan tranduser ultrasonik dengan kemampuan resolusi yang
baik, diikuti dengan makin majunya teknologi komputer digital serta perangkat
lunak pendukungnya, membuat pengolahan citra secara digital dimungkinkan

87
dalam USG, bahkan untuk membuat rekonstruksi bentuk janin bayi dalam 3
dimensi dan 4 dimensi sudah mulai dikenal.

Peralatan Yang Digunakan

1. Transduser

Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan
prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap
pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima
masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi
kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang
elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam
bentuk gambar.

2.Monitor yang digunakan dalam USG

3. Mesin USG

Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga
di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC
CARA USG MERUBAH GELOMBANG MENJADI GAMBAR

Tampak dalam sonogram seorang bayi dalam kandungan ibunya.

88
Sonograf ini menunjukkan citra kepala sebuah janin dalam kandungan.

Proses Pengambilan Gambar

Prinsip kerjanya menggunakan Gelombang Ultrasonik yang dibangkitkan


oleh kristal yang diberikan gelombang listrik.Gelombang ultrasonik adalah
gelombang suara yang melampaui batas pendengaran manusia yaitu diatas 20 kHz
atau 20.000 Hz atau 20.000 getaran perdetik.Kristal nya bisa terbuat dari berbagai
macam, salah satunya adalah Quartz. Sifat kristal semacam ini, akan memberikan
getaran jika diberikan gelombang listrik.Alat ultrasonik sendiri ada berbagai tipe.
Ada Tipe Scan A, B dan C.Yang biasa untuk mendeteksi crack pada baja adalah
tipe A.Prinsip kerjanya mudah sekali. Tinggal menggunakan sensor ultrasonik
untuk mengirimkan gelombang ultrasonik dan menangkapnya kembali.

Tipe B yaitu pada layar monitor (screen) echo nampak sebagai suatu titik dan garis
terang dan gelapnya bergantung pada intensitas echo yang dipantulkan dengan
sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua dimensi berupa penampang irisan
tubuh.Yang tipe C dapat menampilkan Citra 3 Dimensi dengan cara menangkap
pantulan-pantulan yang berbeda dari tebal tipisnya benda dalam suatu cairan.
Karena ada berbagai macam gelombang ultrasonik yang dipantulkan dalam waktu
yang berbeda, gelombang-gelombang ini lalu diterjemahkan oleh prosesor untuk
dirubah menjadi gambar.

89
Sensor yang digunakan pada alat Ultrasonografi yakni sensor pizoelektrik, yang
diletakkan pada komponen receiver yang menerima pantulan (refleksi) pola
energi akustik yang dinyatakan dalam frekuensi. Sensor ini akan mengubah
pergeseran frekuensi gelombang suara 1 – 3 MHz yang dipancarkan melalui
transmitter pada jaringan tubuh dan kemudian gelombang tersebut dipantulkan
(direfleksikan) oleh jaringan dan akan diterima oleh receiver dan selanjutnya
diteruskan ke prosessor.

Sensor pizoelektrik terdiri dari bagian seperti housing, clip-type spring, crystal,
dan seismic mass. Prinsipnya yakni ketika frekuensi energi akustikyang
dipantulkan diterapkan, maka clip-type spring yang terhubung dengan seismic
mass akan menekan crystal, karena energi akustik tersebut disertai oleh gaya luar
sehingga crystal akan mengalami ekspansi dan kontraksi pada frekuensi tersebut.
Ekspansi dan kontraksi tersebut mengakibatkan lapisan tipis antara crystal
dengan housing akan bergetar. Getaran dari crystal tersebut akan menghasilkan
sinyal berupa tegangan yang nantinya akan diteruskan keprosesor.Jadi USG
menampilkan citra dari suara yang ditangkap.Jadi mungkin untuk saat ini hasil
dari USG belum termasuk dalam karya fotografi. Berbeda dengan Scanner dan
kamera lubang jarum yang masih “melukis dengan cahaya”.

Cara Kerja alat Ultrasonografi

Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang


suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik
oleh transducer, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang
akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus
menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan
jaringan yang dulaluinya.

Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur


transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan
selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar oscilloscope. Dengan
demikian bila transducer digerakkan seolah0olah kita melakukan irisan-irisan pada

90
bagian tubuh yang dinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat
pada layar monitor.

Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedance accoustic tertentu. Dalam


jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, jaringan
tersebut dikatakan echogenic. Sedang jaringan yang homogen hanya sedikit atau
sama sekali tidak ada echo, disebut anecho atau echofree . Suatu rongga berisi
cairan bersifat anechoic, misalnya : kista, asites, pembuluh darah besar, pericardial
dan pleural efusion.

Display Mode’s

Echo dalam jaringan dapat diperlihatkan dalam bentuk :

1. A- mode L : Dalam sistem ini, gambar yang berupa defleksi vertikal pada
osiloskop. Besar amplitudo setiap defleksi sesuai dengan energy eko yang diterima
transducer.

2. B- mode : Pada layar monitor (screen) eko nampak sebagai suatu titik dan
garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas eko yang dipantulkan dengan
sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua dimensi berupa penampang irisan
tubuh, cara ini disebut B Scan.

3. M- mode : Alat ini biasanya digunakan untuk memeriksa jantung. Tranducer


tidak digerakkan. Disini jarak antara transducer dengan organ yang memantulkan
eko selalu berubah, misalnya jantung dan katubnya.

Penyulit

Suatu penyulit yang umum pada pemeriksaan USG disebabkan karena


USG tidak mampu menembus bagian tertentu badan. Tujuh puluh persen
gelombang suara yang mengenai tulang akan dipantulkan, sedang pada perbatasan
rongga-rongga yang mengandung gas 99% dipantulkan. Dengan demikian
pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis belum dapat dilakukan. Dan diperkirakan

91
25% pemeriksaan di abdomen diperoleh hasil yang kurang memuaskan karena gas
dalam usus. Penderita gemuk agak sulit, karena lemak yang banyak akan
memantulkan gelombang suara yang sangat kuat.

Persiapan pasien

Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun demikian pada


penderita obstivasi, sebaiknya semalam sebelumnya diberikan laksansia. Untuk
pemeriksaan alat-alat rongga di perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam
keadaan puasa dan pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat menimbulkan
gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa. Untuk
pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 6 jam
sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang maksimal. Untuk
pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus penuh.

Pemakaian Klinis

USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai


kelainan organ tubuh.

USG digunakan antara lain :

1. Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.

2. membedakan kista dengan massa yang solid.

3. mempelajari pergerakan organ ( jantung, aorta, vena kafa), maupun pergerakan


janin dan jantungnya.

92
4. Pengukuran dan penetuan volum. Pengukuran aneurisma arterial,
fetalsefalometri, menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi.
Menentukan volum massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli,
ginjal, kandung empedu, ovarium, uterus, dan lain-lain).

5. Bioksi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat
dimonitor pada layar USG.

6. Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor


dan posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah
radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.

JENIS PEMERIKSAAN USG

1. USG 2 Dimensi

Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar


yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

2. USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam
hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi
yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya
yang diputar).

3. USG 4 Dimensi

Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,

93
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.

4. USG Doppler

Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran


tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi:

- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).

- Tonus (gerak janin).

- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).

- Doppler arteri umbilikalis.

- Reaktivitas denyut jantung janin.

Pengolahan dan Analisis Gambar

Foto-foto tersebut menunjukkan, bayi yang belum lahir pun ternyata mampu
mengejapkan matanya, menguap, mengernyitkan dahi dan menangis. Sampai saat
ini, dokter dan orangtua percaya, janin dalam rahim ibu, tak dapat tersenyum
sampai beberapa minggu setelah lahir. Tetapi ahli kandungan terkenal asal Inggris,
Prof Stuart Campbell yang mempelopori teknik rekaman gambar ini, mengatakan,
pendapat tersebut tidaklah benar sepenuhnya. Para ahli berpendapat, bayi tidak
tersenyum sampai usia 6 minggu setelah lahir. Padahal, sebelum lahir pun bayi-bayi
itu sering sekali tersenyum. Gambar-gambar ini, dibuat menggunakan ultrasound
4D, yang mencatat gema/gaung yang berasal dari rahim ibu, dan mencatatnya
secara digital. Pengamatan yang dilakukan selama berjam-jam, akan menghasilkan
gambar yang membuat orangtua seperti menonton video kehidupan bayinya.

94
Foto-foto tadi, juga akan membantu dokter mendapatkan peringatan dini bila bayi-
bayi dalam kandungan itu abnormal, seperti: langit-langit mulutnya terbelah,
sindrom down dan kelainan lain yang berkaitan dengan tungkai, lengan, serta
anggota tubuh lainnya. Prof Campbell, mengatakan, Dengan munculnya gambar-
gambar tadi, sejumlah pertanyaan mengenai janin dalam kandungan, bisa diselidiki.
Misalnya, apakah janin dengan problem genetik memiliki pola gerak yang sama
seperti janin normal? Apakah janin-janin itu tersenyum karena dia merasa bahagia?
Atau menangis karena ada suasana atau kejadian yang menganggunya..? Mengapa
janin mengedip-ngedipkan matanya? Padahal selama ini, kita berasumsi rahim ibu
itu gelap gulita. Foto-foto janin ini, bahkan bisa diambil ketika usia kandungan si
ibu baru 12-20 minggu. Biaya pengambilan gambar janin ini, kira-kira, 275
poundsterling (kurang lebih 4 juta rupiah).

Yvone Ntimoah (29) yang mengambil gambar bayi perempuannya “baru berusia 31
minggu“ mengatakan, Ini sangat fantastik. Tangannya tadinya menutupi wajahnya,
tetapi tiba-tiba tangannya terbuka, dan kami bisa melihat dia tersenyum. Kate
Blackwell (29), yang hamil 27 minggu, menambahkan, Suamiku, Paul, dan aku
dapat menyaksikan setiap gerak-gerik bayi kami. Meski begitu, ahli kandungan
lain, Maggie Blott, memiliki pendapat berbeda. Ia masih tidak percaya bayi dapat
tersenyum dalam rahim ibunya. Memang, bayi-bayi itu seperti tersenyum.”

Electromedical Engineering

Saat ini sudah menjadi suatu prosedur standar untuk


memanfaatkan teknologi ultrasonography (USG), sebagai salah satu cara
untuk memonitor perkembangan janin dalam kandungan ibu. Ultrasonography
adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat

95
ini. Apa itu medical imaging? Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang
digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel
(tissue) pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi
antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendetektian hasil interaksi
itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi
dasar bekerjanya peralatan MI.

Teknologi MI dimulai dari penemuan sinar-X oleh Rontgen pada awal 1900-
an, dimana produk pertama citra dari X-ray adalah tangan istri Rontgen. Dasar
yang digunakan untuk membuat citra dengan sinar-X adalah adanya atenuansi
intensitas sinar-X saat melawati tissue, organ atau tulang, yang kemudian
atenuansi intensitas tersebut dideteksi oleh suatu negative film. Teknik ini populer
dengan sebutan foto Rontgen.

Kemudian dengan kemajuan sistem elektronik dan komputer digital, teknik


yang digunakan pada foto Rontgen mulai dikembangkan, sehingga
memungkinkan pengantian media film dalam citra digital. Lebih dari itu volume
(3-dimensi) imaging juga dimungkinkan dengan modifikasi prinsip dari foto
Rontgen, sehingga menjelma menjadi Computed Tomography scanner (CT- scan).
Dengan CT-Scan, citra dari setiap potongan penampang (slices) tengkorak dari
bagian atas sampai leher dapat dihasilkan dalam beberapa menit, kemudian dari
"tumpukan" citra tiap slices dapat dilakukan rekonstruksi kembali bentuk tulang
tengkorak dalam 3 dimensi, sehingga memudahkan visualisasi dan
tentunya diagnosis lebih lanjut apabila diperlukan.

Kemudian diilhami dari prinsip sonar yang digunakan untuk mendeteksi


kehadiran kapal selam pada perang kedua, gelombang akustik dengan frequency
diatas kemampuan manusia dapat mendengar, yang dikenal dengan ultrasonik,
pada tahun 1960 mulai dikembangkan untuk keperluan MI, yang sekarang
dikenal ultrasonography (USG). Citra yang dihasilkan dari USG
adalah memanfaatkan hasil pantulan (echo) dari gelombang ultrasonik apabila
ditrasmisikan pada tissue atau organ tertentu. Echo dari gelombang tersebut

96
kemudian dideteksi dengan transduser, yang mengubah gelombang akusitik ke
sinyal elektronik untuk dioleh dan direkonstruksi menjadi suatu citra.
Perkembangan tranduser ultrasonik dengan kemampuan resolusi yang baik,
diikuti dengan makin majunya teknologi komputer digital serta perangkat
lunak pendukungnya, membuat pengolahan citra secara digital dimungkinkan
dalam USG, bahkan untuk membuat rekonstruksi bentuk janin bayi dalam 3
dimensi sudah mulai dikenal.

Kemudian dimulai dari pemahaman akan adanya satu interaksi inti atom
dengan medan magnet di sekitar tahun 1940-an, kemudian berkembang
pemanfaatannya untuk keperluan MI, karena pada dasarnya tubuh manusia , 75%
adalah molekul air, dimana atom hidrogen adalah salah satu komponen penyusun
molekul air. Karena tiap atom hidrogen secara alami berputar
(spinning), sehingga menghasilkan momen magnet yang dapat
dibayangkan seperti batang magnet yang kecil. Tetapi karena orientasi yang acak,
sehingga total dari momen magnet tersebut tidak menghasilkan informasi yang
dapat dimanfaatkan. Dalam medan magnet yang relative kuat, kira- kira lebih dari
20 ribu kali dari kuat medan magnet bumi, momen magnet tiap atom
hidrogen dapat dibuat sejajar dengan arah medan magnet yang digunakan. Untuk
membuat suatu citra jaringan sel yang diinginkan, pulsa dalam radio frequency
(RF) ditrasmisikan dari antena khusus, untuk memaksa orientasi momen magnet
yang telah sejajar berubah dari posisi awal. Kemudian setelah pengaruh pulsa
(RF) hilang, orientasi momen magnet dari atom hidrogen berbondong- bondong
kembali ke posisi awal (sejajar dengan medan magnet), sambil meng-emisi-kan
sinyal radio yang lemah pada frequency tertentu. Kemudian dengan coil, sinyal
radio itu dideteksi dan dianalisa serta diolah dengan komputer digital untuk
menghasilkan suatu citra. Teknik ini adalah prinsip yang
digunakan pada Magnetic Resonance Imaging (MRI). Sekitar tahun 1980-
an prototipe pertama MRI yang dicoba untuk manusia mulai dilaporkan.

Dalam 100 tahun lebih perkembangan teknologi MI, boleh dikatakan setiap
produk teknologi terbaru selalu berusaha di adaptasi dalam perangkat MI, dengan

97
tujuan membantu proses diaganosis yang makin akurat dan juga mengurangi efek
samping bagi pasien serta ketidaknyamanan pasien selama proses
imaging dilakukan. Dengan hadirnya sistem digital, baik dari penyimpanan citra
maupun pengolahannya serta jaringan komputer berkecepatan tinggi, proses
diagnosis berdasarkan gabungan citra yang dihasilkan dari berbagai perangkat MI
(multi modality imaging), menjadi satu teknik baru untuk meningkatkan
keakuratan diagnosis.

Di akhir abad 20, perangkat MI mulai digunakan untuk menuntun proses


therapi dan juga pada pembedahan dengan meminimalkan luka (minimum
invasive surgery). Contoh kasus dalam therapi tumor pada liver, dengan CT-scan
atau MRI, lokasi dari sel tumor dalam diidentifikasi dengan akurasi yang tinggi.
Dengan satu teknik pengolahan citra, visualisasi dari tumor liver secara 3-
dimensi dimungkingkan, sehingga membantu ahli medis untuk merencanakan
therapi dengan lebih baik.

Salah satu teknik yang kini dikembangkan untuk mematikan pertumbuhan sel
tumor adalah memanaskan sel tumor tersebut diatas 43 derajat celcius dalam
beberapa menit. Sinar laser adalah salah satu sumber panas yang dapat digunakan,
dimana serat optik digunakan untuk mengalirkan energi langsung ke sel tumor.
Untuk meletakkan serat optik dengan perangkat pendukungnya tepat pada sel
tumor dengan meminimalkan luka pada organ yang sehat, saat ini citra dari
perangkat MI memungkinkan digunakan. Untuk menjamin hanya sel tumor yang
dimatikan dengan meminimalkan efek samping pada sel yang sehat, distribusi
temperatur secara 3 dimensi perlu untuk dilakukan. Untuk keperluan tersebut,
MRI juga dimungkinkan digunakan dengan beberapa modifikasi
pada pemrosesan citra. Untuk evaluasi hasil therapi, sekali lagi citra dari MRI
dapat digunakan untuk memprediksi volume dari sel tumor yang berhasil
dimatikan.

Sebagai penutup, perkembangan perangkat MI dan pemanfaatan untuk


mendukung proses diagnosis, penuntun therapi dan minimaly invasive surgery

98
akan terus berlanjut. Dari pengalaman penulis sebagai peneliti dalam riset medical
engineering di TU-Delft Belanda, dengan perangkat MI yang tersedia
dimungkinkan pengembangan prosedur terapi atau metode diagnosis
sehingga yang lebih baik dapat ditemukan.

Di sini ide dan problem yang dihadapi oleh ahli medik harus dapat ditangkap
dan diformulasikan menjadi problem engineering oleh insinyur untuk dicari
solusinya. Untuk keperluan tersebut, diperlukan satu bidang keahlihan khusus
yang menjebatani problem klinik dan problem engineering yang terkait.
Satu tantangan tersendiri bagi pendidikan tinggi di Indonesia untuk menyiapkan
pakar yang mampu menjawab masalah alih teknologi di bidang MI khususnya dan
medical engineering pada umumnya, dengan tujuan akhir meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat dengan memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan investasi yang diperlukan.

Bagaimana Ultrasound Bekerja


Ada banyak alasan untuk mendapatkan ultrasound. Perhaps you're pregnant, and
your obstetrician wants you to have an ultrasound to check on the developing baby
or determine the due date. Mungkin Anda sedang hamil, dan dokter ingin Anda
untuk memiliki ultrasound untuk memeriksa pada bayi yang sedang berkembang
atau menentukan tanggal jatuh tempo.

Maybe you're having problems with blood circulation in a limb or your heart , and
your doctor has requested a Doppler ultrasound to look at the blood flow. Mungkin
Anda mengalami masalah dengan darah sirkulasi di dahan atau jantung, dan dokter
telah meminta Doppler ultrasound melihat darah mengalir. Ultrasound has been a
popular medical imaging technique for many years. Ultrasound telah menjadi
populer teknik imaging medis selama bertahun-tahun.

Ultrasound or ultrasonography is a medical imaging technique that uses high


frequency sound waves and their echoes. Ultrasound atau ultrasonography
imaging medis adalah teknik yang menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara
dan Echoes. The technique is similar to the echolocation used by bats, whales and
dolphins, as well as SONAR used by submarines . Teknik yang mirip dengan yang
digunakan oleh echolocation kelelawar, ikan paus dan lumba-lumba, serta sonar
yang digunakan oleh submarines.

99
Penggunaan utama dari Ultrasound
Ultrasound has been used in a variety of clinical settings, including obstetrics and
gynecology, cardiology and cancer detection. Ultrasound telah digunakan dalam
berbagai pengaturan klinis, termasuk kebidanan dan ginekologi, penyakit jantung
dan kanker deteksi. The main advantage of ultrasound is that certain structures can
be observed without using radiation . Keuntungan utama adalah ultrasound struktur
tertentu yang dapat diamati tanpa menggunakan radiasi. Ultrasound can also be
done much faster than X-rays or other radiographic techniques. Ultrasound dapat
juga dilakukan lebih cepat daripada X-rays radiographic atau teknik lainnya. Here
is a short list of some uses for ultrasound: Berikut adalah beberapa daftar singkat
untuk menggunakan ultrasound:

 Obstetrics and Gynecology Kebidanan dan Kandungan


 measuring the size of the fetus to determine the due date mengukur
besarnya janin untuk menentukan tanggal jatuh tempo
 determining the position of the fetus to see if it is in the normal head
down position or breech penentuan posisi janin yang melihat jika
berada di bawah posisi normal atau kepala bagian belakang
 checking the position of the placenta to see if it is improperly
developing over the opening to the uterus (cervix) memeriksa posisi
yang tembuni untuk melihat apakah ia adalah melalui
pengembangan sistem membuka ke rahim (cervix)
 seeing the number of fetuses in the uterus melihat jumlah fetuses
dalam kandungan
 checking the sex of the baby (if the genital area can be clearly seen)
memeriksa jenis kelamin dari bayi (jika area genital dapat dilihat
dengan jelas)
 checking the fetus's growth rate by making many measurements
over time memeriksa janin dari tingkat pertumbuhan dengan
melakukan pengukuran lebih banyak waktu
 detecting ectopic pregnancy, the life-threatening situation in which
the baby is implanted in the mother's Fallopian tubes instead of in
the uterus mendeteksi ectopic kehamilan, yang hidup dalam situasi
yang mengancam bayi berpancangan di saluran telur ke kandungan
rahim ibunya, bukan dalam kandungan
 determining whether there is an appropriate amount of amniotic
fluid cushioning the baby menentukan apakah ada yang sesuai
jumlah amniotic fluid cushioning bayi
 monitoring the baby during specialized procedures - ultrasound has
been helpful in seeing and avoiding the baby during amniocentesis
(sampling of the amniotic fluid with a needle for genetic testing).
pemantauan bayi selama prosedur khusus - ultrasound telah
membantu dalam melihat dan menghindarkan bayi selama
amniocentesis (sampel dari amniotic fluid dengan jarum untuk
genetis). Years ago, doctors use to perform this procedure blindly;
however, with accompanying use of ultrasound, the risks of this

100
procedure have dropped dramatically. Tahun lalu, dokter ini
digunakan untuk melakukan prosedur-ambing, namun dengan
penggunaan dengan ultrasound, risiko dari prosedur ini telah
menurun drastis.
 seeing tumors of the ovary and breast Tumors melihat dari indung
telur dan payudara
 Cardiology Kardiologi
 seeing the inside of the heart to identify abnormal structures or
functions melihat bagian dalam hati untuk mengidentifikasi
abnormal fungsi atau struktur
 measuring blood flow through the heart and major blood vessels
pengukuran aliran darah melalui jantung dan darah utama kapal
 Urology Urology
 measuring blood flow through the kidney pengukuran aliran darah
melalui ginjal
 seeing kidney stones melihat batu ginjal
 detecting prostate cancer early mendeteksi dini kanker prostata

In addition to these areas, there is a growing use for ultrasound as a rapid imaging
tool for diagnosis in emergency rooms. Selain daerah-daerah tersebut, ada yang
berkembang untuk menggunakan ultrasound imaging cepat sebagai alat untuk
diagnosis di kamar darurat.

There have been many concerns about the safety of ultrasound. Ada banyak
kekhawatiran tentang keselamatan ultrasound. Because ultrasound is energy, the
question becomes "What is this energy doing to my tissues or my baby?" Karena
ultrasound adalah energi, yang menjadi pertanyaan "Apa ini energi saya untuk
melakukan atau tisyu bayi saya?" There have been some reports of low birthweight
babies being born to mothers who had frequent ultrasound examinations during
pregnancy. Ada beberapa laporan yang rendah birthweight bayi yang lahir ibu yang
telah sering ultrasound selama pemeriksaan kehamilan. The two major possibilities
with ultrasound are as follows: Dua kemungkinan besar dengan ultrasound adalah
sebagai berikut:

 development of heat -- tissues or water absorb the ultrasound energy which


increases their temperature locally pengembangan panas - tisyu atau air
yang menyerap energi ultrasound yang mereka meningkatkan suhu lokal
 formation of bubbles (cavitation) -- when dissolved gases come out of
solution due to local heat caused by ultrasound pembentukan gelembung
(cavitation) - larut gas ketika keluar dari solusi lokal karena panas yang
disebabkan oleh ultrasound

However, there have been no substantiated ill-effects of ultrasound documented in


studies in either humans or animals. Namun, tidak ada sakit-substantiated efek
ultrasound didokumentasikan di dalam studi baik manusia atau hewan. This being
said, ultrasound should still be used only when necessary (ie better to be cautious).

101
Ini sedang berkata, ultrasound masih harus digunakan hanya jika diperlukan
(misalnya lebih baik untuk bertakwa).

Jenis berbeda Ultrasound

Photo courtesy Philips Research Foto courtesy Philips Penelitian


3-D ultrasound images 3-D ultrasound gambar

The ultrasound that we have described so far presents a two-dimensional image, or


"slice," of a three-dimensional object (fetus, organ). The ultrasound yang telah kami
jelaskan sejauh ini menyajikan sebuah gambar dua dimensi, atau "slice", dari tiga
dimensi obyek (janin, organ). Two other types of ultrasound are currently in use, 3-
D ultrasound imaging and Doppler ultrasound . Dua jenis ultrasound sedang
digunakan, 3-D ultrasound imaging dan Doppler ultrasound.

In the past several years, ultrasound machines capable of three-dimensional


imaging have been developed. Dalam beberapa tahun terakhir, mampu mesin
ultrasound tiga dimensi imaging telah dikembangkan. In these machines, several
two-dimensional images are acquired by moving the probes across the body surface
or rotating inserted probes. Dalam mesin ini, beberapa gambar dua dimensi yang
diperoleh dengan menggerakkan probes di seluruh permukaan tubuh atau memutar
probes terpasang. The two-dimensional scans are then combined by specialized
computer software to form 3-D images. Dua dimensi scan kemudian digabungkan
oleh perangkat lunak komputer khusus untuk membentuk gambar 3-D.

3-D imaging allows you to get a better look at the organ being examined and is best
used for: 3-D imaging memungkinkan Anda untuk mendapatkan lebih baik melihat
pada organ yang diperiksa dan terbaik digunakan untuk:

 Early detection of cancerous and benign tumors Deteksi dini kanker yang
subur dan Tumors
 examining the prostate gland for early detection of tumors
memeriksa yang kelenjar prostata untuk deteksi dini dari Tumors

102
 looking for masses in the colon and rectum mencari massa di usus
besar dan dubur
 detecting breast lesions for possible biopsies payudara luka untuk
mendeteksi kemungkinan biopsies
 Visualizing a fetus to assess its development, especially for observing
abnormal development of the face and limbs Visualizing sebuah janin untuk
menilai perkembangannya, khususnya mengamati perkembangan abnormal
wajah dan limbah
 Visualizing blood flow in various organs or a fetus Visualizing aliran darah
di berbagai organ atau janin

Doppler ultrasound is based upon the Doppler Effect . Doppler ultrasound


didasarkan atas Efek Doppler. When the object reflecting the ultrasound waves is
moving, it changes the frequency of the echoes, creating a higher frequency if it is
moving toward the probe and a lower frequency if it is moving away from the probe.
Bila objek yang mencerminkan ultrasound gelombang bergerak, maka perubahan
frekuensi yang Echoes, menciptakan frekuensi yang lebih tinggi jika bergerak ke
arah satelit dan frekuensi yang lebih rendah jika bergerak jauh dari satelit. How
much the frequency is changed depends upon how fast the object is moving. Berapa
frekuensi akan berubah tergantung pada seberapa cepat objek bergerak. Doppler
ultrasound measures the change in frequency of the echoes to calculate how fast an
object is moving. Doppler ultrasound mengukur perubahan frekuensi dari Echoes
untuk menghitung seberapa cepat obyek bergerak. Doppler ultrasound has been
used mostly to measure the rate of blood flow through the heart and major arteries.
Doppler ultrasound telah banyak digunakan untuk mengukur tingkat darah mengalir
melalui hati dan besar arteries.

Masa Depan dari Ultrasound


As with other computer technology, ultrasound machines will most likely get faster
and have more memory for storing data. Seperti halnya dengan teknologi komputer
lainnya, ultrasound mesin kemungkinan besar akan mendapatkan lebih cepat dan
memiliki lebih banyak memori untuk menyimpan data. Transducer probes may get
smaller, and more insertable probes will be developed to get better images of
internal organs. Transducer probes Mei mendapatkan lebih kecil, dan lebih
insertable probes akan dikembangkan lebih baik untuk mendapatkan gambar organ
dalam. Most likely, 3-D ultrasound will be more highly developed and become
more popular. Kemungkinan besar, 3-D ultrasound akan lebih tinggi dan
berkembang menjadi lebih populer. The entire ultrasound machine will probably
get smaller, perhaps even hand-held for use in the field (eg paramedics, battlefield
triage). Seluruh mesin ultrasound mungkin akan mendapatkan lebih kecil, bahkan
tangan-diadakan untuk digunakan di lapangan (misalnya paramedis, triage medan
perang). One exciting new area of research is the development of ultrasound
imaging combined with heads-up/virtual reality-type displays that will allow a
doctor to "see" inside you as he/she is performing a minimally invasive or non-
invasive procedure such as amniocentesis or biopsy. Menarik baru satu daerah

103
penelitian ini adalah pengembangan ultrasound imaging dengan heads-up/virtual
menampilkan kenyataan-jenis yang akan memungkinkan dokter untuk "melihat" di
dalam Anda seperti dia yang melakukan minimal serbuan atau invasi non-prosedur
seperti amniocentesis atau biopsi.

For more information on ultrasound, see the Links section. Untuk informasi lebih
lanjut tentang ultrasound, lihat Link seksi.

Apakah Ultrasound?

Photo courtesy Karim and Nancy Nice Foto courtesy Karim dan Nancy Nice
Ultrasound image of a growing fetus (approximately 12 weeks old) inside a mother's uterus.
Ultrasound gambar janin yang berkembang (sekitar 12 minggu) di dalam kandungan ibu.
This is a side view of the baby, showing (right to left) the head, neck, torso and legs. Ini
adalah melihat dari sisi bayi, menampilkan (kanan ke kiri) kepala, leher, batang tubuh dan
kaki.
In ultrasound, the following events happen: Dalam ultrasound, peristiwa terjadi
sebagai berikut:

1. The ultrasound machine transmits high-frequency (1 to 5 megahertz) sound


pulses into your body using a probe. Dengan mesin ultrasound transmit
frekuensi tinggi (1-5 megahertz) pulses suara ke dalam tubuh dengan
menggunakan satelit.
2. The sound waves travel into your body and hit a boundary between tissues
(eg between fluid and soft tissue, soft tissue and bone). Suara ombak
perjalanan ke dalam tubuh Anda dan tekan sebuah batas antara jaringan
(misalnya antara cairan dan jaringan lunak, jaringan lunak dan tulang).
3. Some of the sound waves get reflected back to the probe, while some travel
on further until they reach another boundary and get reflected. Beberapa

104
suara ombak mendapatkan tercermin kembali ke satelit, sementara pada
beberapa perjalanan selanjutnya hingga mencapai batas dan lain tercermin.
4. The reflected waves are picked up by the probe and relayed to the machine.
Yang tercermin gelombang dijemput oleh satelit dan relayed ke komputer.
5. The machine calculates the distance from the probe to the tissue or organ
(boundaries) using the speed of sound in tissue (5,005 ft/s or1,540 m/s) and
the time of the each echo's return (usually on the order of millionths of a
second). Mesin menghitung jarak dari satelit ke jaringan atau organ (batas)
dengan kecepatan suara di jaringan (5005 ft / s or1, 540 m / s) dan waktu
yang masing-masing dari echo kembali (biasanya di urutan millionths yang
kedua).
6. The machine displays the distances and intensities of the echoes on the
screen, forming a two dimensional image like the one shown below. Mesin
menampilkan jarak dan intensitas dari Echoes di layar, membentuk gambar
dua dimensi seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

In a typical ultrasound, millions of pulses and echoes are sent and received each
second. Dalam khas ultrasound, dan jutaan pulses Echoes dikirim dan diterima
setiap detik. The probe can be moved along the surface of the body and angled to
obtain various views. Satelit yang dapat dipindahkan di permukaan tubuh dan untuk
mendapatkan berbagai angled dilihat.

105
Referensi

 Suprijanto, Penguasaan Teknologi “Medical Imaging”. IATF-ITB.2008


 WordPress.com,Prinsip kerja sensor pizoelektrik pada
alat ultrasonography.JULI 2007
 Afriana Carlina – UNIKOM”
http://afrianacarlina.blogspot.com/2008/04/usg-
ultrasonography.html.APRIL 2008
 www.eyetumour.com/.../large/ultrasonography.jpg
 Sarwono Prawirohardjo. 2002.” Perdarahan Antepartum, Ultrasonografi
dalam obstetri, Ilmu kebidanan”. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, FK-UI.

106

Anda mungkin juga menyukai