Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PERATURAN-PERATURAN BENGKEL MEKANIK

2.1 Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003


TENTANG KETENAGAKERJAAN

Pasal 86

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilainilai
agama.

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja


yangoptimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerjayang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerjasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 1

PRAKTEK PEMESINAN

1. Praktek berlangsung setiap satu minggu sekali sesuai dengan jadwal pemelajaran
dimana tiap-tiap kelompok kerja terdiri atas sejumlah siswa dalam satu kelas
2. Jumlah hari praktek ditentukan berdasarkan jumlah waktu efektif praktek selama 1
semester dengan jumlah kelompok kerja
3. Dalam tiap semester siswa wajib mengikuti program tersebut secara penuh dan diatur
oleh sekolah bersama Program Keahlian
Pasal 2

WAKTU PELAKSANAAN PRAKTEK

1. Praktek Pemesinan berlangsung pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu sesuai dengan
jadwal Pemelajaran Produktif
2. Praktek bengkel pagi :
a. Praktek bengkel pagi dimulai pukul 07.00 TEPAT dan diakhiri pukul 13.20, kecuali
hari jumat pada pukul 10.30 BBWI
b. Istirahat pagi dilaksanakan pada pukul 10.00 s/d 10.15 kecuali hari jumat tidak ada
istirahat
c. Selama jam istirahat, peserta diijinkan untuk melaksanakan praktek dengan ijin
instruktur dan atau toolman
d. Pembersihan mesin dan perkakas bengkel (cleaning) :
i. Cleaning dilakukan 15 menit sebelum praktek berakhir untuk hari senin s/d
sabtu dan dilaksanakan oleh semua siswa yang terlibat praktek
ii. Siswa DILARANG meninggalkan bengkel sebelum bengkel dalam keadaan
bersih,aman dan alat tertata rapi sebagaimana mestinya
e. Setiap akhir praktek boleh dilakukan overlaping/jam tambahan dengan persetujuan
instruktur dan toolman
3. Praktek sore hari :
a. Praktek sore hari dimulai pukul 13.00 tepat dan diakhiri pukul 17.00 BBWI
b. Istirahat dilakukan pada pukul 15.30 s/d 15.45 untuk hari senin s/d sabtu
c. Selama jam istirahat, siswa diijinkan untuk melanjutkan praktek dengan
persetujuan/ijin instruktur atau toolman
d. Pembersihan (cleaning) mesin/Ruang/alat dan perkakas bengkel :
i. Cleaning dilakukan 15 menit sebelum praktek berakhir untuk hari senin s/d
sabtu dan dilaksanakan oleh semua siswa yang terlibat praktek
ii. Siswa DILARANG meninggalkan Ruang bengkel sebelum bengkel dalam
keadaan bersih, aman dan alat tertata rapi sebagaimana mestinya
e. Teori berlangsung di dalam bengkel dan atau diluar bengkel yang waktunya diatur
sendiri oleh guru mata diklat/instruktur
f. Jam-jam diluar ketentuan tersebut dapat dipergunakan untuk melunasi jam minus,
melaksanakan kompensasi dan atau menabung jam plus untuk dikemudian hari
diambil dengan persetujuan/perintah instruktur
Pasal 3

SISTEM PRAKTEK PEMESINAN

1. Tahap I (kelas I) : Difokuskan untuk kerja logam dasar,pengenalan alat/mesin dalam


rangka pembentukan karakter siswa
2. Tahap II (kelas 2 ) : Merupakan tahap lanjutan dari kerja logam dasar dan di fokuskan
untuk pekerjaan pemesinan dasar, pembuatan produk sederhana serta pengenalan
kualitas
3. Tahap III (kelas 3) : Merupakan tahap akhir dari proses pengerjaan logam dan
difokuskan pada pekerjaan-pekerjaan komplek dan pesiapan Ujian Kompetensi
Nasional (ujian praktek) dan Ujian Nasional Kejuruan (teori kejuruan)
4. Syarat-syarat untuk menempuh masing-masing tingkat adalah harus bebas
tanggungan/tugas/remidi dari tingkat sebelumnya dan diatur dalam instruksi kerja
masing-masing Program Keahlian.
Pasal 4

PAKAIAN PRAKTEK

i. UMUM
1. Setiap siswa yang datang ke bengkel dalam rangka urusan praktek maupun yang lain HARUS
berpakaian sopan dan rapi (berbaju seragam sekolah dan bersepatu)
2. Siswa DILARANG berambut panjang dan atau berkuku panjang. Panjang rambut maksimal
diatas kerah dan tidak menutupi mata dan tidak diwarna

ii. TEORI
1. Selama mengikuti teori, siswa WAJIB berpakaian sopan dan rapi (seragam pada hari tersebut
lengkap dengan atribut dan bersepatu )
2. Selama mengikuti teori, siswa DILARANG memakai topi dan atribut yang bukan merupakan
identitas sekolah
iii. PRAKTEK BENGKEL
1. Setiap siswa HARUS berpakaian seragam praktek yang warna dan modelnya sudah
ditentukan, bersepatu tertutup, berkacamata bening bagi yang mengoperasikan mesin dan atau
pakaian yang dipersyaratkan dalam Instruksi Kerja
2. Siswa HARUS menanggalkan segala atribut yang dapat membahayakan keselamatan selama
praktek seperti gelang/kalung dan sejenisnya

Pasal 5

PELAKSANAAN UJIAN

1. Ujian adalah cara menilai tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah
dipelajari sebelum berlanjut pada kompetensi yang lebih tinggi
2. Semua siswa WAJIB mengikuti ujian sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
3. Ujian dilaksanakan melalui 3 tahap :
a. Tahap I : merupakan ujian akhir kompetensi yang dilaksanakan pada
tiap akhir kompetensi/akhir pembelajaran yang mekanismenya
ditentukan oleh guru mata diklat bersama kurikulum untuk
menentukan kanaikan kelas/kenaikan tingkat
b. Tahap II : merupakan Ujian Akhir Nasional yang disebut juga Uji
Kompetensi Produktif yang dilaksanakan secara Nasional bersama
dengan pihak sekolah dan Dunia Usaha / Dunia Industri
c. Tahap III : Ujian Nasional Teori Kejuruan merupakan ujian akhir
teori bersama mata diklat/mata pelajaran UNAS yang lain untuk
menentukan kelulusan.
d. Ujian Tahap I digunakan untuk menentukan kenaikan kelas dengan
Kreteria Ketuntasan Minimal KKM = 7,5 dan Tahap II/III digunakan
untuk menentukan kelulusan

Pasal 6

KEHADIRAN
1. Pencatatan kehadiran siswa dilakukan setelah siswa memakai pakaian kerja dan atau
menggunakan tanda tangan
2. Pencatatan kehadiran dilaksanakan oleh instruktur praktek atau yang mewakili
3. Keterlambatan hadir dikenai sangsi yang besarnya disesuaikan dengan tingkat
keterlambatan

Pasal 7

PRINSIP DAN JENIS SANGSI TERHADAP PELANGGARAN

1. Setiap siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib dan peraturan praktek akan
dikenai sangsi sesuai dengan jenis dan bobot pelanggaran.
2. Jenis sangsi :
a. WAJIB LAPOR
b. Denda alat dan atau kerja lembur
c. JAM MINUS yaitu jam ketidakhadiran siswa dalam mengikuti praktek sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan dan bukan kompensasi/hukuman/denda atas
kerusakan/kehilangan alat atau mesin
d. KOMPENSASI yaitu waktu wajib praktek yang ditambahkan sebagai sangsi dan
harus dibayar dengan wajib kerja praktek dengan satuan terkecil 0,5 jam. Jika selama
waktu libur digunakan untuk wajib praktek dan ternyata tidak cukup untuk mengganti
jam yang ditinggalkan maka sisa kompensasi harus dibayar dengan penggantian alat
atau pekerjaan lain yang mendidik.
e. Peringatan lisan
f. Peringatan tertulis
g. Pencabutan hak untuk mengikuti praktek (dikeluarkan/dikembalikan ke orang tua)
h. Daftar tentang jumlah jam minus dan kompensasi dapat dilihat pada papan
pengumuman setiap 3 minggu.

Pasal 8

PELANGGARAN TATA TERTIB DAN SANGSINYA

1. KETERLAMBATAN HADIR
1. Keterlambatan hadir pada jam teori maupun praktek dikenai sangsi jam minus yang dirinci
sbb :
a. Keterlambatan 1 s/d 15 menit dikenai jam minus 0,5 jam
b. Keterlambatan 16 s/d 30 menit dikenai jam minus 1 jam
c. Keterlambatan diatas 30 menit DIPULANGKAN dan dianggap tidak hadir tanpa
keterangan dan dikenai jam minus yang besarnya 2 x (2 hari untuk kepulangan 1 hari
)
d. Keterlambatan dengan ijin sebelumnya dan disertai alasan yang logis dikenai jam
minus yang besarnya sama dengan waktu yang ditinggalkan (1 hari jam minus untuk
ijin 1 hari)
e. Berkaitan dengan pasal 8 ayat 1c, siswa yang bersangkutan di ijinkan mengikuti
praktek pada hari itu sebagai pengganti jam minus 1 hari sehingga tanggungan jam
minus masih 1 hari
2. KETIDAKHADIRAN
a. Ketidakhadiran yang direncanakan harus diajukan paling lambat 1 hari sebelumnya
kepada instruktur/kepala program yang bersangkutan dengan menggunakan
PERMOHONAN IJIN TIDAK MASUK ( F_ijin_sis) dan dilampiri foto copy KTP
orang tua 1 lembar.
b. Ketidakhadiran yang diijinkan dikenai jam minus yang besarnya sama dengan waktu
yang ditinggalkan dengan pembulatan ke atas.
c. Ketidakhadiran karena sakit yang diperkuat dengan surat keterangan dokter
dikenakan jam minus ½ dari jumlah jam yang ditinggalkan.
d. Ketidakhadiran TANPA IJIN dikenakan jam minus yang besarnya 2 x waktu praktek
yang ditinggalkan dengan pembulatan keatas.
e. Ketidakhadiran berturut-turut selama 3 HARI TANPA
KETERANGAN/PEMBERITAHUAN kepada instruktur dan atau wali kelas maka
siswa yang bersangkutan dicabut haknya untuk mengikuti praktek (dikeluarkan)
sampai siswa yang bersangkutan menyelesaikan/melunasi jam minus.
3. MERUSAK/MENGHILANGKAN FASILITAS/BARANG MILIK BENGKEL
a. Siswa yang tanpa sengaja menyebabkan rusaknya barang milik bengkel maka dikenai
sangsi berupa kompensasi penggantian alat dan sejenisnya yang besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara kelompok kerja praktek dengan instruktur
b. Siswa yang DENGAN SENGAJA merusak barang milik bengkel dikenai sangsi
pencabutan hak mengikuti praktek dan yang bersangkutan dikenai sangsi penggantian
alat yang rusak (F_kompen_ALAT)
c. Menghilangkan barang milik bengkel menyebabkan siswa/kelompok kerja dikenakan
sangsi denda yang besarnya ditentukan oleh Program keahlian.
d. Hal-hal lebih lanjut dapat dilihat pada Instruksi Kerja Penanganan
Kerusakan/Kehilangan alat (IK_KTS_SIS)
e. Kehilangan barang yang bukan milik Bengkel selama praktek maka kelompok kerja
wajib mengganti yang nilainya ½ dari nilai barang yang hilang.
4. PELANGGARAN PERATURAN PAKAIAN PRAKTEK, RAMBUT ,KUKU& HAND
PHONE, dan ATRIBUT ILEGAL
a. Siswa yang tidak memakai seragam sebagaimana yang ditetapkan bengkel maka
siswa yang bersangkutan DILARANG mengikuti praktek
b. Ketidaktaatan terhadap potongan rambut, kuku dan atribut ilegal lain akan dilakukan
penertiban pada saat itu dan yang bersangkutan dikenakan jam minus sebesar waktu
penertiban
c. Siswa yang memakai atribut/aksesoris yang bukan atribut sekolah maka dilakukan
penertiban dan atau penyitaan kemudian yang bersangkutan diberi peringatan
d. Siswa DILARANG menggunakan/bermain HP pada saat kegiatan praktek/KBM
berlangsung tanpa seijin instruktur/toolman
e. Siswa yang bermain HP pada saat jam praktek berlangsung maka dilakukan
peringatan dan apabila diperlukan dilakukan PENERTIBAN/PENYITAAN
sementara sampai batas waktu yang tidak di tentukan hingga siswa yang
bersangkutan benar-benar tertib atau perubahan yang lebih baik.
5. KETIDAKJUJURAN SELAMA MENGIKUTI PRAKTEK DILINGKUNGAN BENGKEL
a. MENGERJAKAN BENDA KERJA MILIK SISWA LAIN dikenakan sangsi berupa
penyitaan barang/benda kerja tersebut dan yang bersangkutan diberi peringatan serta
membawa benda kerja sendiri (bukan dari bengkel)
b. MENCURI benda kerja/barang milik bengkel maupun milik siswa lain SEKECIL
APAPUN maka yang bersangkutan dikenai sangsi pencabutan hak mengikuti
praktek/pelatihan (dikeluarkan)
6. BERKELAHI, BERBUAT ASUSILA dan sejenisnya
a. Siswa yang terlibat PERKELAHIAN dengan alasan apapun dan diketahui staff
instruktur maka yang bersangkutan dikenai sangsi pencabutan hak mengikuti
praktek/pelatihan (dikeluarkan)
b. Siswa yang terbukti menyebarkan/memutar GAMBAR/VIDEO PORNO
dilingkungan sekolah dengan alasan apapun maka yang bersangkutan diberikan
peringatan dan atau pemanggilan orang tua, dan bila diperlukan dikeluarkan dari
sekolah
c. Terkait dengan pasal 8 point 6b maka HP yang bersangkutan ditahan sekurang-
kurangnya 2 BULAN sampai batas waktu yang tidak ditentukan
d. Siswa yang terbukti melakukan perbuatan ASUSILA & SEJENISNYA maka yang
bersangkutan diberikan peringatan dan bila diperlukan dicabut haknya untuk
mengikuti pelajaran/praktek atau dikembalikan ke orangtuanya
7. MEMPUNYAI JAM MINUS DAN ATAU KOMPENSASI PADA AKHIR TAHUN
AJARAN
a. Tidak mempunyai jam minus pada akhir tahun ajaran adalah salah satu syarat untuk
kelulusan mata diklat produktif
b. Dalam liburan maka siswa yang bersangkutan diwajibkan melakukan kerja lembur
guna membayar jam minus dan atau kompensasi sampai lunas
c. Bila kerja lembur tidak cukup untuk membayar jam minus maka siswa yang
bersangkutan dikenakan sangsi berupa peminjaman alat atau pekerjaan lain yang
bersifat mendidik
8. MEMPUNYAI JAM MINUS MAKSIMAL
a. Jam minus maksimal yang masih berlaku bagi siswa untuk mengikuti praktek adalah
15 jam atau setara dengan 3 hari untuk kelas 1 dan 2 serta 18 jam setara dengan 3 hari
untuk kelas 3
b. Jika jumlah jam minus maksimum tersebut terlampaui maka yang bersangkutan
diberikan peringatan tertulis serta diwajibkan untuk kerja lembur guna
melunasi/mengurangi jam minus tersebut

Pasal 9

PELAKSANAAN SANGSI JAM MINUS

1. JAM MINUS DAN ATAU KOMPENSASI


a. Pelaksanaan sangsi jam minus dan atau kompensasi diatur sesuai dengan keadaan
bengkel dan kesepakatan dengan instruktur/guru mata diklat
b. Sebelum melakukan kerja lembur guna membayar jam minus atau kompensasi maka
siswa mendaftarkan diri kepada instruktur untuk memperoleh ijin
c. Siswa yang memiliki jam minus dan atau kompensasi sewaktu-waktu dapat
diwajibkan oleh instruktur untuk melaksanakan kerja lembur guna membayar jam
minus atau kompensasi

2. DENDA PENGGATIAN ALAT


a. Sangsi yang berupa kompensasi kerusakan/kehilangan alat harus dilunasi yang
besarnya sesuai dengan keputusan bersama antara kelompok kerja dan instruktur.
b. Bagi siswa/kelompok kerja yang tidak melaksanakan sangsi kompensasi maka yang
bersangkutan diberikan peringatan tertulis sampai dilaksanakan kompensasi
penggantian alat
c. Ketidaktaatan akan point a dan b akan dikenakan peringatan yang kedua dan jika
dirasakan perlu maka yang bersangkutan di non aktifkan dari kegiatan belajar
mengajar produktif maupun yang lain.
d. Sangsi penggantian alat pada kelompok kerja/praktek dimaksudkan untuk mendidik
agar ada rasa tanggungjawab bersama dalam bekerja serta disiplin alat/mesin

Pasal 10

PENEGAK ATURAN

1. Aturan diterapkan dan ditegakkan secara kolektif serta dikoordinasikan oleh semua
komponen Program Keahlian
2. Komponen Program Keahlian yang dimaksud adalah : Kepala Program, Kepala Bengkel,
Wali Kelas, Instruktur/guru, Toolman dan komponen lain yang mendukung

Anda mungkin juga menyukai