INSTRUMENTASI ANALITIK
Ketentuan :
1. Mahasiswa yang dapat melakukan inhal adalah yang memenuhi 3 persyaratan
sesuai ketentuan.
2. Jika memenuhi persyaratan, dan diberikan tugas maka nilai maksimal adalah 50%.
3. Tugas pengganti hanya boleh diberikan oleh Dosen Pengampu (bukan teknisi,
aslab, ataupun koas).
4. Jika tidak mengikuti acara, maka tidak ada nilai untuk seluruh rangkaian praktikum
(pre-test, laporan akhir, keaktifan, dll).
5. Bobot asistensi sama dengan 1 acara praktikum.
6. Minimal kehadiran untuk dapat mengikuti response adalah 75% seluruh acara.
TATA TERTIB PRAKTIKUM UNTUK (CO-)ASISTEN
A. TUJUAN
1. Mencegah timbulnya kecelakaan kerja, gangguan kesehatan dan keselamatan yang
diakibatkan oleh tindakan dan kondisi lingkungan laboratorium.
2. Memberikan perlindungan bagi personel laboratorium dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
3. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat.
4. Menghindari terjadinya efek negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas
kerja.
B. PERALATAN KESELAMATAN KERJA
1. Alat Pelindung Mata (kaca mata pengaman).
a. Fungsi.
Fungsi kaca mata pengaman adalah untuk melindungi mata dari :
1) Percikan bahan bahan korosif.
2) Kemasukan debu atau partikel-partikel yang melayang di udara.
3) Lemparan benda-benda kecil.
4) Panas dan pancaran cahaya
5) Pancaran gas atau uap kimia yang dapat menyebabkan iritasi mata.
6) Radiasi gelombang elekromaknetik yang mengion maupun yang tidak Mengion
7) Benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
b. Jenis.
Menurut jenis atau bentuknya alat pelindung mata dibedakan menjadi:
1) Kaca mata (Spectacles/Goggles).
2) Tameng muka (Face Shield).
c. Cara Pemakaian.
1) Kaca mata pengaman.
a) Pilihlah kaca mata yang sesuai (small, medium, atau large).
b) Buka tangkai kaca mata lekatkan bagian tengah kacamata pada unggung hidung.
c) Tempelkan lensa kaca mata.
d) Kaitkan tangkai kaca mata pada daun telinga.
e) Usahakan agar mata dan sekitar betul-betul tertutup oleh kacamata.
2. Penutup muka (Face Shield)
Penutup muka yang benar adalah yang dapat dikenakan tanpa dipegang
dengan tangan pekerja. Biasanya penutup muka ini dirancang menjadi satu dengan
topi pengaman atau penutup rambut.
a. Pilih ukuran penutup muka, sesuai dengan besarnya lingkar kepala (kecil/small,
sedang/medium, atau besar/large).
b. Periksa bagian luar dan dalam penutup muka, apakah sesuai dengan
spesifikasinya, apakah tudung dalam keadaaan baik, tidak rusak dan
bersih.
c. Kendorkan klep pengatur untuk mempererat kedudukan topi pengaman tudung
atau penutup rambut.
d. Pakai topi pengaman (tudung atau penutup rambut), eratkan di kepala
sehingga terasa pas dengan cara mengatur klep pengatur.
e. Atur posisi penutup muka sehingga menutupi seluruh permukaan wajah.
f. Kencangkan kembali klep pengatur.
3. Pelindung Pernafasan (Respirator)
a. Fungsi
Alat pelindung pernafasan berfungsi memeberikan perlindungan organ
pernafasan akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti debu, uap, gas,
fume, asap, mist, kabut, kekurangan oksigen, dan sebagainya.
b. Jenis
Berdasarkan fungsinya, dibedakan menjadi :
1) Respirator yang berfungsi memurnikan udara (air purifying respirator).
2) Respirator yang berfungsi memasok oksigen atau udara (air supplying
respirator).
c. Cara Pemakaian
1) Pilih ukuran respirator yang sesuai dengan ukuran antropometri tubuh
pemakai. Ukuran antropometri tubuh yang berkaitan adalah : panjang muka,
panjang dagu, lebar muka, lebar mulut, panjang tulang hidung, tonjolan
hidung.
2) Periksa lebih dahulu dengan teliti, apakah respirator dalam keadaan baik,
tidak rusak, dan komponen-komponennya juga dalam keadaan masih baik.
3) Jika terdapat komponen yang sudah tidak berfungsi maka perlu diganti
lebih dahulu dengan yang baru dan baik.
4) Pilih jenis filter atau catrid atau kanister dengan seksama, agar tidak
terjadi kebocoran.
5) Singkirkan rambut yang menutupi bagian muka.
6) Potong cambang dan jenggot sependek mungkin.
7) Pasang atau kenakan gigi palsu, bila pekerja menggunakan gigi palsu.
8) Pakailah respirator dengan cara sesuai dengan petunjuk operasional
(manual instruction) yang harus ada pada setiap respirator.
9) Gerak gerakkan kepala, untuk memastikan bahwa tidak akan terjadi
kebocoran apabila pekerja bekerja sambil bergerak-gerak.
d. Pemeliharaan
Agar respirator dapat berfungsi denngan baik dan benar serta dapat
digunakan dalam waktu yang relatif lama, maka respirator perlu pemeliharaan
atau perawatan secara teratur, sebagai berikut:
1. Setiap kali setelah dipakai, respirator harus dibersihkan (dicuci) kemudian
dikeringkan.
2. Apabila suatu respirator terpaksa digunakan oleh orang lain, maka harus
dicucihamakan terlebih dahulu.
3. Beri tanda setiap respirator dengan nama pemakainya.
4. Setelah respirator bersih dan kering, simpan dalam loker yang bersih, kering
dan tertutup.
5. Tangki-tangki atau silinder-silender udara atau oksigen harus dicek secara
berkala,untuk mengetahui bahwa persediaan udara atau oksigen masih
mencukupi.
6. Klep-klep, regulator dan komponen-komponen lainnya perlu juga dicek secara
berkala. Jika tidak berfungsi harus segera diganti dengan yang baru.
4. Pelindung Tangan
a. Fungsi
Untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, panas, dingin,
radiasi elektomagnetik, radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan
pukulan, tergores, terinfeksi. Alat pelindung tangan biasa disebut dengan sarung
tangan.
b. Jenis
Menurut bentuknya, alat pelindung tangan dibedakan menjadi :
1) Sarung tangan biasa atau gloves.
2) Mitten, yaitu sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sedangkan empat jari
lainya menjadi satu.
3) Hand pad, yaitu alat pelindung tangan yang hanya melindungi telapak tangan.
4) Sleeve, yaitu alat pelindung dari pergelangan tangan sampai lengan.
Biasanya digabung dengan arung tangan.
c. Cara Pemakaian
1) Pilih jenis alat pelindung tangan yang sesuai dengan potensi bahaya.
2) Pilih ukuran sesuai dengan ukuran tangan pemakai.
3) Masukkan tangan yang bagian pergelangan tangannya bermanset atau
berkerut, ujung lengan baju pekerja masuk ke dalam manset atau kerutan
sarung tangan, kemudian manset dikancingkan atau kerutan dirapikan.
4) Sarung tangan tanpa manset atau tanpa kerutan, ujung lengan baju panjang
pekerja harus bermanset, dan bagian lengan sarung tangan berada di dalam
manset atau di dalam kerutan. Tidak disarankan memasukkan ujung lengan
baju panjang ke dalam sarung tangan.
d. Pemeliharaan
1) Alat pelindung tangan yang telah selesai dipakai, harus dibersihkan, dicuci
dengan air, bagian luar maupun dalam kemudian dikeringkan.
2) Simpan di dalam kantong yang bersih dan letakkan di dalam loker atau rak
lemari.
5. Pakaian Pelindung
a. Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh
dari kotoran, debu, bahaya percikan bahan kimia, radiasi, panas, bunga api
maupun api.
b. Jenis
1) Apron, yang menutupi hanya sebagian tubuh pemakainya, mulai dari
dada sampai lutut.
2) Overalls, yang menutupi seluruh bagian tubuh.
c. Cara pemakaian
1) Pilih jenis pakaian pelindung yang sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi.
2) Pilih ukurannya yang sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya.
3) Cek keadaan fisiknya, apakah komponen-komponennya lengkap, apakah
dalam keadaan rusak atau tidak.
4) Kenakan pakaian pelindung dan kancingkan dengan seksama.
5) Gerak-gerakkan anggota badan (kaki, tangan), untuk memastikan apakah
pakaian pelindung telah terpakai dengan nyaman.
d. Cara pemeliharaan
1) Pakaian pelindung yang disposable (sekali pakai dibuang), setelah habis pakai
dimasukkan ke dalam kantong kertas yang semula untuk membungkus
pakaian pelindung baru, kemudian dibuang di tempat yang telah disediakan.
2) Pakaian pelindung yang tidak disposable, sehabis dikenakan dicuci, setelah
dikeringkan diseterika, dilipat dan disimpan ditempat yang bersih.
Luka tusuk akibat benda tajam, Pecahan kaca yang tertinggal pada kulit dihilangkan
1.
misalnya terkena pecahan kaca, Di olesi dengan betadin atau dikompres dengan revanol
c. Luka bakar akibat benda panas Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin
sampai rasa nyeri agak berkurang
Olesi dengan salep minyak ikan atau Levertran
Luka pada mata : Dicuci dengan air bersih kira- kira 15 menit terus
a) Luka terkena percikan larutan menerus
asam Dicuci dengan larutan 1% Na2CO3
3.
Dicuci dengan air bersih kira- kira 15 menit terus
b) Luka terkena percikan larutan
menerus
basa
Dicuci dengan larutan 1% Asam Borat
Ambil serpihan benda tersebut dengan hati- hati
c) Terkena benda asing
Jika benda menancap dengan kuat segera larikan
ke dokter terdekat
Keracunan : Menghindarkan korban dari lingkungan zat
tersebut berada
Kemudian pindahkan korban ketempat berudara segar
a) Keracunan zat melalui pernafasan Jika korban tidak bernafas, segera berikan
akibat menghirup bahan kimia pernafasan buatan dengan cara menekan bagian
dada atau memberikan pernafasan buatan dari
mulut ke mulut
korban
4. Segera panggil dokter dan informasikan zat yang
tetelan oleh si penderita
Jika penderita muntah- muntah berikan minum
air hangat agar muntah terus dan mengencerkan
racun dalam perut
b) Keracunan melalui mulut
Jika korban tidak muntah berikan korban dengan
minum segelas air ditambah dua sendok teh
garam dapur
Kalau tidak berhasil masukkan jari kedalam
tenggorokan korban agar muntah
Jika korban pingsan, pemberian sesuatu lewat mulut
harus dihindarkan
5. a. Kebakaran tingkat 1
b. Kebakaran tingkat 2 Melepuh, letakkan perban basah tanpa obat tetes
c. Kebakaran tingkat 3 Segera ke dokter
D. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di laboratorium
karena faktor kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan
bahan kimia dan obat- obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan
solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan
dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan
toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
1. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar
PRAKTIKUM 1
PENGUKURAN SALINITAS/KADAR GARAM dan DAYA HANTAR LISTRIK AIR
A. Parameter
Parameter adalah satu besaran angka yang dihitung menggunakan statistik (Gani dan Siti
Amalia, 2015). Contoh paremeter yaitu parameter dari bobot jenis berupa massa per satuan volume
yang diukur pada suhu kamar (25 ) dengan menggunakan alat ukur yaitu piknometer atau alat lainnya
yang dapat mengukur bobot jenis. Parameter dari kadar air berupa pengukuran kandungan air yang
diambil dari dalam bahan. Adapun pengukuran dalam parameter yang terjadi bisa secara fisik,
kimia, dan biologi (Miranti dan Yusuf, 2020).
B. Parameter Kimia
Parameter kimia antara lain adalah pH air yang merupakan parameter kimia organik (Emilia &
Mutiara, 2019). Parameter kimia (mencakup pemeriksaan pH, besi, fluorida, kesadahan, klorida,
kromium valensi 6, mangan, nitrat, nitrit, seng, sianida, sulfat, tembaga, alumunium), dan pengujian
bakteriologi (meliputi uji adanya coliform dan colitinja). Dalam sebuah penelitian, parameter kimia
biasanya digunakan untuk mengetahui nilai kadar keasaman (pH) dan kandungan mineral lainnya yang
terdapat dalam suatu wujud. Parameter kimia juga digunakan untuk mengetahui adanya makhluk
mikroskopis.
C. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu parameter kimia yang dapat mempengaruhi kualitas air. Salinitas
adalah konsentrasi total ion yang terdapat di air. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air,
setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida,
dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (0/00).
Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup organisme, hampir semua organisme laut hanya dapat
hidup pada daerah yang mempunyai perubahan salinitas yang kecil. Nilai salinitas sangat dipengaruhi
oleh suplai air tawar ke air laut, curah hujan, musim, topografi, pasang surut, dan evaporasi (Dedi
Sumarno, 2013).
D. Daya Hantar Linstrik
Daya Hantar Listrik (DHL atau electric conductance) adalah sifat menghantarkan listrik air. Air
yang banyak mengandung garam akan mempunyai DHL tinggi. Pengukurannya dengan alat Electric
Conductance Meter (EC Meter), satuannya adalah mikro mhos/cm atau µmhos/cm atau sering ditulis
umhos. Adapun pada larutan elektrolit, yang menghantarkan arus listrik adalah ion-ion yang terdapat di
dalam larutan tersebut. Jika di dalam larutan tidak terdapat ion, maka larutan tersebut tidak dapat
menghantarkan arus listrik (Raharjo, 2015).
E. Alat Ukur Parameter Kimia
Alat ukur merupakan alat untuk mengetahui harga suatu besaran atau suatu variabel. Prinsip
kerja alat ukur harus dipahami agar alat ukur dapat digunakan dengan cermat dan sesuai dengan
pemakaian yang telah direncanakan. Alat ukur parameter kimia merupakan suatu alat yang digunakan
dalam pengukuran parameter kimia. Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuntitas sesuatu (Zaenal Arifin, 2012).
F. Refraktrometer
Refraktometer merupakan alat untuk mengukur salinitas. Refraktometer juga disebut sebagai alat
pengukur indeks pembiasan pada cairan yang digunakan untuk mengukur kadar garam. Prinsip alat ini
adalah dengan memanfaatkan indeks pembiasan cahaya untuk mengetahui tingkat salinitas air.
Refraktometer harus digunakan di tempat yang terbuka atau terkena sinar matahari langsung karena alat
tersebut memanfaatkan cahaya secara langsung. Adapun setelah sampel air laut diambil, kita dapat
mengetahui kadar salinitas pada air tersebut dengan menggunakan refraktometer. Jika menggunakan
alat ini di dalam ruangan dengan memanfaatkan cahaya dari lampu maka hasil dari alat ukur ini tidak
akan akurat (Asfaw, 2016).
G. Konduktivitas
Conductivitymeter adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik (specific/electric
conductivity) suatu larutan atau cairan. Nilai konduktivitas listrik sebuah zat cair menjadi referensi atas
jumlah ion serta konsentrasi padatan (Total Dissolved Solid/TDS) yang terlarut di dalamnya. Sebuah
sistem conductivitymeter tersusun atas dua elektrode yang dirangkaikan dengan sumber tegangan serta
sebuah amperemeter. Elektrode-elektrode tersebut diatur sehingga memiliki jarak tertentu antara
keduanya (biasanya 1 cm). Pada saat pengukuran, kedua elektrode ini dicelupkan ke dalam sampel
larutan dan diberi tegangan dengan besar tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh amperemeter
digunakan lebih lanjut untuk menghitung nilai konduktivitas listrik larutan (Chungtei, 2014).
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum pengukuran kualitas air meliputi salinitas dan
daya hantar Listrik.
3. Cara Kerja
a. Conductivitymeter digunakan untuk pengukuran daya hantar listrik dalam sampel air . Langkah
yang pertama yaitu conductivitymeter dikalibrasi dengan cara bagian elektroda dibilas dengan
akuades, setelah dibilas lalu elektroda tersebut dikeringkan dengan tisu. Elektroda kemudian
dimasukkan ke dalam larutan standar dan dinyalakan, setelah itu ditunggu hingga angkanya
muncul lalu ditekan tombol kal. Langkah selanjutnya setelah dikalibrasi yaitu conductivitymeter
dinyalakan, kemudian conductivitymeter dimasukkan ke dalam sampel air sungai dan didiamkan
sampai angka yang ada di alat tersebut berhenti. pipet.
b. Refraktometer digunakan untuk pengukuran salinitas dalam sampel air. Langkah yang pertama
yaitu refraktometer dikalibrasi dengan cara dibersihkan pada bagian permukaan kacanya.
Langkah selanjutnya yaitu sampel air sungai diambil dengan pipet, lalu sampel tersebut
diteteskan ke permukaan kaca biru pada refraktometer hingga merata. Permukaan kaca tersebut
kemudian ditutup serta diusahakan agar seluruh permukaan kaca dapat tertutupi dengan air
secara merata. Langkah yang terakhir yaitu diamati ada atau tidaknya garam yang dikandung oleh
sampel air sungai yang telah digunakan. Refraktometer pada saat diamati, diusahakan harus
dalam keadaan lurus sejajar dengan mata agar cahaya dapat masuk ke dalam permukaan kaca
biru. Apabila hasilnya tercatat angka 0 pada refraktometer, maka dapat dijadikan sebagai tanda
bahwa tidak ada kandungan garam dalam air sungai tersebut.
4. Tabel Pengamatan
No Jenis Air Daya Hantar Listrik Kadar Garam
1 Aquadest
2 Air Garam
3 Air Laut
PRAKTIKUM 2
PEMANTAUAN DOSIS KOAGULASI (JAR-TEST)
Koagulasi merupakan proses kimia, yang salah satunya digunakan dalam proses pengolahan air
bersih dan juga dapat untuk perbaikan kualitas air limbah. Koagulasi adalah proses pencampuran bahan
kimia (koagulan) dengan air baku sehingga membentuk campuran yang homogen. Tujuan utama
koagulasi adalah pencampuran koagulan secara lebih merata atau homogen sehingga terbentuk flok (flok
adalah gumpalan lumpur yang dihasilkan dalm proses koagulasi-flokulasi). Unit proses yang terlibat
dalam proses koagulasi adalah penambahan koagulan kimia ke dalam air baku yang mengandung koloid.
Penambahan koagulan akan mengakibatkan destabilisasi, dimana flok yang dalam keadaan stabil menjadi
tidak stabil akibat penambahan koagulan akibatnya flok akan mudah mengendap. Mekanisme
pembentukan flok dalam proses koagulasi-flokulasi dapat dilihat sebagai berikut :
Destabilisasi partikel koloid → koagulasi Pembentukan mikroflok → koagulasi Penggabungan mikroflok →
flokulasi Pembentukan makroflok.
Pada prinsipnya ada 2 aspek yang penting di dalam koagulasi-flokulasi, yaitu :
1. Pembubuhan bahan kimia koagulan
2. Pengandukan bahan kimia tersebut dengan air baku
Ada 3 faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi, yaitu :
1. Jenis bahan kimia yang dipakai
2. Dosis pembubuhan bahan kimia
3. Pengadukan dari bahan kimia
I. TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum pemantauan dosis koagulasi.
V. Tabel Pengamatan
No Tawas Kapur pH Air Kekeruhan Air
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 1 gr 1 gr
2 2 gr 2 gr
3 3 gr 3 gr
4 4 gr 4 gr
5 5 gr 5 gr
PRAKTIKUM 3
PENGUKURAN PH TANAH
Keasaman tanah adalah sifat tanah yang perlu diketahui, sebab menunjukkan adanya hubungan
pH dengan ketersediaan unsur hara dan juga hubungna antara pH dengan sifat-sifat tanah. Terdapatnya
beberapa hubungan komponen dalam tanah mempengaruhi konsentrasi H + dalam tanah, dimana
keadaannya dipersulit oleh bahan-bahan tanah yang lain.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi optimal dari tanaman adalah
pH tanah. Reaksi tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan sifat kemasaman atau konsentrasi ion
H+ dan ion OH- dalam tanah. pH yang dibutuhkan oleh tanaman adalah pH yang sesuai dengan keadaan
anatomi dan fisiologis daripada tanaman tersebut, oleh sebab itu pH perlu diubah agar sesuai kebutuhan
tanaman. Namun usaha ini tidak mudah sebab ada penghambat yang disebut Buffer (sanggahan), yang
merupakan suatu sifat umum dari campuran asam-basa dan garamnya.
Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.
Pada tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam
air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik
(netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap
tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14
sehingga unsur P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difikasi atau diikat oleh
Ca. Penanggullangan tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah
itu, sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang.
Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif
disebabkan oleh H+ dalam larutan, sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion H + dan Al yang
terjerap pada permukaan kompleks jerapan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan
percobaan reaksi tanah (pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah pada berbagai lapisan
tanah.
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum reaksi tanah ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam
tiap lapisan tanah dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pH. Kegunaan dari praktikum
reaksi tanah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh tentang cara mengukur pH
tanah dan tingkat pH yang baik dalam tanah untuk usaha masyarakat.
1. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Memahami prinsip pengukuran solid dengan metode gravimetri
b. Mengukur konsentrasi TS (Total Solid), TDS (Total Dissolved Solid), dan TSS (Total Suspended Solid)
2. DASAR TEORI
a. Pendahuluan
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan digunakan
masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan,
industri, pertambangan, rekreasi, olahraga dan sebagainya. Dewasa ini, masalah utama sumber daya air
meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun khususnya untuk air minum. Sebagai sumber
air minum masyarakat, air harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi kuantitas, kualitas dan
kontinuitas (WHO, 2004). Jika kita tinjau dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi
syarat secara fisik, kimia, dan mikrobiologi. Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2002), persyaratan secara
fisik meliputi air harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa/tawar, tidak berbau, temperatur normal dan
tidak mengandung zat padatan (dinyatakan dengan TS, TSS dan TDS). Persyaratan secara kimia meliputi
derajat keasaman, kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, dan TOC), mineral
atau logam, nutrien/hara, kesadahan dan sebagainya (Kusnaedi, 2002). Adapun Penilaian kualitas
perairan secara biologi dapat menggunakan organisme sebagai indikator (Sutjianto, 2003). Salah satu
pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui baku mutu air adalah melalui pengukuran
kandungan zat padatan TSS (Total Suspended Solid) dan TDS (Total Dissolve Solid). Berikut bahasan
lengkap tentang TSS dan TDS.
b. Zat Padat
Zat padat yang berada dalam air (solid) dapat didefinisikan sebagai materi yang tersisa (residu) jika
contoh air diuapkan dan dikeringkan pada temperature 103-105o. Untuk senyawa-senyawa yang mudah
menguap pada waktu penguapan ataupun pada waktu pengeringan pada temperature tersebut tidak
termasuk dalam definisi diatas. Residu dari penguapan dan pemanasan tersebut dapat berupa senyawa
organik atau anorganik, baik dalam bentuk terlarut ataupun yang tersuspensi dalam air. Adapun
pengukuran solid dalam air dibedakan atas : Total Solid (TS), Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved
Solid (TDS), Fixed Total Solid (FTS), Fixed Suspended Solid (FSS), Fixed Dissolved Solid (FDS), Volatile Total
Solid (VTS), Volatile Suspended Solid (VSS), Volatile Dissolved Solid (VDS). Pada percobaan kali ini, kita
hanya akan membahas mengenai Total Solid (TS), Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS).
c. Total Solid
Total padatan (total solids) adalah semua bahan yang terdapat dalam contoh air setelah
dipanaskan pada suhu 103°-105°C selama tidak kurang dari 1 jam. Bahan ini tertinggal sebagai residu
melalui proses evaporasi. Total solid pada air terdiri dari total padatan terlarut (total dissolved solids) dan
total zat padat tersuspensi (total suspended solids).
d. Total Dissolved Solid
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) yang
terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm)
atau sama dengan milligram per liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang
terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-6
meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan pada pengairan,
pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dan lain-lain. Total padatan
terlarut (TDS) juga dapat diartikan sebagai bahan dalam contoh air yang lolos melalui saringan membran
yang berpori 2,0 m atau lebih kecil dan dipanaskan 180°C selama 1 jam. Total dissolved solids yang
terkandung di dalam air biasanya berkisar antara 20 sampai 1000 mg/L. Pengukuran total solids
dikeringkan dengan suhu 103 sampai 105°C. Digunakan suhu yang lebih tinggi agar air yang tersumbat
dapat dihilangkan secara mekanis. Analisa total padatan terlarut merupakan pengukuran kualitatif dari
jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak
memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan
terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air. Sumber padatan
terlarut total dapat mencakup semua kation dan anion terlarut (Oram, B.,2010). Sumber utama untuk
TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian,limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia
yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa
kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah
pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari
pelapukan dan pelarutan batu dan tanah. Sesuai regulasi dari Enviromental Protection Agency (EPA) USA,
menyarankan bahwa kadar maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500 mg/L (500 ppm).
Kini banyak sumber-sumber air yang mendekati ambang batas ini. Saat angka penunjukan TDS mencapai
1000 mg/L maka sangat dianjurkan untuk tidak dikonsumsi manusia. Dengan angka TDS yang tinggi maka
perlu ditindaklanjuti, dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Umumnya, tingginya angka TDS disebabkan
oleh kandungan potassium, khlorida, dan sodium yang terlarut di dalam air. Ion-ion ini memiliki efek
jangka pendek (short-term effect) tapi ion-ion yang bersifat toksik (seperti timah arsenic, kadmium,
nitrat dan banyak lainnya) banyak juga yang terlarut di dalam air. Air minum ideal adalah yang memiliki
level TDS 0 – 50 ppm, dihasilkan dengan proses reverse osmosis, deionizationm microflitration,
distillation, dan banyak lainnya. Air gunung (mountain spring) dan yang melalui proses filtrasi karbon
berada di standar kedua. Rata-rata air tanah (air sumur) adalah 150 – 300 ppm, masih dalam batas aman,
namun bukan yang terbaik terutama untuk para penderita penyakit ginjal.
e. Total Suspended Solid
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel
koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung
mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen,
misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution,
2008) . TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi
sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat
organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003). Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan
bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga
fotosintesis tidak berlangsung sempurna. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.
TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan
visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan
sendiri merupakan kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan
diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik.
Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta
materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan memberikan
pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talcum .
Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000
mg/L ground pepper, meskipun tiga sampel
tersebut mengandung nilai TSS yang sama. TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari
saluran sungai. TSS sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mg/L yang yang paling ekstrem 30.000 mg/L di
beberapa sungai. TSS ini menjadi ukuran penting erosi di alur sungai. TSS tidak hanya menjadi ukuran
penting erosi di alur sungai, juga berhubungan erat dengan transportasi melalui sistem sungai nutrisi
(terutama fosfor), logam, dan berbagai bahan kimia industri dan pertanian.
f. Metode Gravimetri
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah
diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses
pemisahan, demgan kata lain metode gravimetric menitikberatkan pada prinsip pemurnian dan
penimbangan. Selain itu juga, Analisis gravimetric dapat didefinisikan sebgai suatu proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis
gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Adapun kinerja metode ini yakni memerlukan waktu
yang cukup lama dalam pengerjaannya, selain itu memerlukan peralatan yang cukup sederhana seperti
neraca dan oven, tidak memerlukan kalibrasi karena hasilnya didasarkan pada berat molekul, berkerja
pada padatan yang mudah larut ataupun yang tidak mudah larut. Persiapan Larutan Sampel dan
pereaksi :
1. Pengendapan
2. Penyaringan
3. Pencucian
4. Pengeringan atau pemijaran
5. Penimbangan
6. Perhitungan
Analisis gravimetric dapat berlangsung baik, jika persyaratan berikut dapat terpenuhi :
1. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna, endapan yang dihasilkan
stabil dan sukar larut
2. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dengan larutan (dengan
penyaringan)
3. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi
system senyawa tertentu dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut
Dasar perhitungan kosentrasi TS, TDS dan TSS
TS = 1000/V x (E-A) x 1000 = …..mg/L
TDS = 1000/V × (F – B) × 1000 = …. mg/L
TSS = 1000/V × {G (C + D)} × 1000 = …. mg/L
Keterangan:
A = berat Cawan penguap 1 (g)
B = berat Cawan penguap 2 (g)
C = berat Cawan penguap 3 (g)
D= berat Kertas Saring (g)
E = berat Cawan penguap 1 + residu total (g)
F = berat Cawan penguap 2 + residu terlarut (g)
G= berat Cawan penguap 3 + kertas saring filtrate (g)
V = volume sampel air (mL)
PRAKTIKUM 5
( Uji TDS meter, EC meter dan EC meter )
1. TDS Meter
TDS adalah singkatan dari “Total Disolved Solids” atau dalam bahasa indonesianya adalah “jumlah
padatan terlarut”. Jadi TDS meter memiliki pengertian “alat untuk mengukur jumlah padatan atau
partikel terlarut didalam air “. Alat ini biasa digunakan untuk mengukur jumlah partikel terlarut pada
air minum dan juga digunakan untuk mengukur kepekatan larutan nutrisi hidroponik atau dengan
kata lain konsentrasi larutan nutrisi. Pengukuran nutrisi hidroponik adalah suatu hal yang mutlak dan
sifatnya sangat penting. Sebab jika larutan tidak diukur, bisa jadi tanaman kekurangan nutrisi atau
kelebihan yang akan menjadi racun yang dapat membunuh tanaman itu sendiri.
2. EC Meter
EC singkatan dari “Electrical Conductivity” alat ini digunakan untuk mengukur kepekatan suatu
larutan (dalam hal ini adalah larutan nutrisi hidroponik). TDS Meter dan EC Meter sebenarnya
memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk mengukur kepekatan suatu larutan nutrisi hidroponik. Hanya
saja pengukurannya menggunakan unit yang berbeda, TDS untuk mengukur konsentrasi atau jumlah
partikel terlarut sedangkan EC untuk mengukur nilai konduktivitasnya. EC Meter merupakan
alternatif dari TDS Meter untuk mengukur kepekatan suatu larutan nutrisi hidroponik. EC Meter dan
TDS Meter sama-sama bisa digunakan untuk mengukur kepekatan suatu larutan nutrisi hidroponik,
jika tidak ada TDS Meter anda bisa menggunakan EC Meter, atau sebaliknya.
3. PH Meter
PH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman atau kebasaan (pH) suatu
benda baik padat maupun cair. Dalam hal tanam menanam PH meter berfungsi untuk mengukur
nilai pH media tanam baik media non tanah maupun media tanah dan untuk mengukur pH larutan
nutrisi hidroponik. pH air diukur sebelum dan sesudah dilakukan penambahan nutrisi hidroponik.
Pengukuran pH ditentukan dengan angka 1 hingga 14, dimana angka 7 menunjukkan pH netral.
Sedangkan angka dibawah 7 hingga angka 1 menunjukkan kondisi asam dan angka diatas 7 hingga
14 adalah basa.
D. Tabel Pengamatan