Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang
baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang
sangat peka. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf
mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan
perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan
mengakibatkan kebutaan.
Kemajuan mekanisasi dan teknik terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya
kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan
bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum
terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada anak-
anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan
yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang
mainan dan sebagainya. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup
signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara
berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak
daripada wanita. Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara
terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai
jaringan mata: palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik,
dan orbita.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan trauma mata ?
2. Bagaimana epidemologi dari taruma mata ?
3. Apa tanda dan gejala trauma mata?
4. Bagaimana patofisiologi dari trauma mata ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang trauma mata?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari trauma mata ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit trauma mata ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi trauma mata
2. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemologi trauna mata
3. Mahasiswa mampu mengenali tanda dan gejala dari trauma mata
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi trauma mata
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari trauma mata
6. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari trauma
7. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada trauma mata

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga
sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering
menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Trauma mata adalah tindakan sengaja
maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan
kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.Trauma asam merupakan salah satu
jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yangdisebabkan zat
kimia basa dengan pH>7
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu
1. Fisik atau Mekanik
a. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,
membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
b. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan
pertukangan.
c. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan
trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata.
Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.
2. Khemis
a. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih
lantai, kapur, lem (perekat).
b. cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.
3. Fisis
a. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

3
B. EPIDEMOLOGI
Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan
penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab kebutaan
yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-
negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih
banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat
kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus
bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut
United Sates Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16
% dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada
laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.

C. ETIOLOGI
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma :
1. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya
benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak
beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan
dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca.
Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
2. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan
sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput
jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan
kebutaan menetap.
3. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada
trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan
penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena
dapat menghancurkan jaringan mata/kornea secara perlahan-lahan.
4. Trauma Mekanik
a. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan
kromatolisis sel.
b. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa
sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari
pembuluh darah maka terjadi edema.

4
c. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea,
sclera dan sebagainya.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Tajam penglihatan yang menurun
2. Tekanan bola mata rendah
3. Bilikmata dangkal
4. Bentuk dan letak pupil berubah
5. Terlihat adanya ruptur pada corneaatau sclera
6. Terdapat jaringan yang prolapsseperti caiaran mata iris,lensa,badan kaca atau
retina
7. Kunjungtiva kemotis

E. PATOFISIOLOGI
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai
yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :
1. Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis
dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanent
2. Saluran Lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai
ke rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.
3. Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub
konjungtiva
4. Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana
bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar
dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.
5. Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena
fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea
menyebabkan iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal
ini dapat menurunkan visus.
5
6. Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga
menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena
daya akomodasi tisak adekuat.
7. Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil
agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap
selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.
8. Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil
sehingga pupil menjadi midriasis
9. Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga
badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam
badan kaca bisa juga teri oblainaretina.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa, terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk
menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada
bilik mata depan, lensa, retina.
2. Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat “scanning” dari
organ tersebut.
3. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola
mata (normal 12-25 mmHg).
4. Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari
okuler, papiledema, retina hemoragi.
5. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi
sekunder.
6. Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
7. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi,
maupun funduskopi (Ilyas, S., 2000)
6
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila
terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.
Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.
2. Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris,
merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
3. Ruptura membran descement
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang
sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea
sulit menjadi jernih kembali.
Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan
dan tetes mata kortisol
4. Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris
atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah
kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.
5. Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai
berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
6. Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula
dan di sebut dengan pseudopupil.
Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada
maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
7. Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk
mengurangi silau.
8. Subluksasio lentis- luksasio lentis
Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan
menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila
7
terjadi gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia
pengobatan di lakukan secara konservatif.
9. Hemoragia pada korpus vitreum
Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat
eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.
10. Glaukoma
Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior,
yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos
humour. Penanganan di lakukan secara operatif.
11. Ruptura sclera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif
segera.
12. Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di
lakukan operasi.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Ny W Datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada kedua matanya. Selama kurang
lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien merasa nyeri pada kedua matanya, Kemudian
suami klien memberi obat tetes tetapi tidak ada efeknya juga. Sehingga suami klien
memutuskan untuk membawa klien kerumah sakit pada jam 11.00 WITA melalui IGD.
Klien mengatakan Ketika merasa pusing,sesak nafas,jantung berdebar-debar pasien langsung
pergi berobat ke pukesmas. Klien mengatakan penglihatannya berkurang karena nyeri pada
mata, pendengaran baik.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Pasien / Klien
a. Nama : Ny. W
b. Umur : 43 tahun
c. jenis kelamin : perempuan
d. TB, : 165 cm
e. BB, : 60 kg
f. Alamat : Bombana
g. Status perkawinan : kawin
h. Agama : Islam
i. Suku : bugis
j. Pendidikan : SD
k. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penanggung jawab
a. Nama : Tn E
b. Umur : 50
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Bombana
e. Status perkawinan : kawin
f. Agama : islam
g. Suku : Jawa
h. Pendidikan : SMP
9
i. Pekerjaan : Tani
j. Hub. dengan klien :.Suami
2. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama (saat masuk Rumah Sakit)
Pasien datang dengan keluhan Nyeri pada kedua matanya
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Selama kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien merasa nyeri pada
kedua matanya, Kemudian suami klien member obat tetes tetapi tidak ada
efeknya juga. Sehingga suami klien memutuskan untuk membawa klien kerumah
sakit pada jam 11.00 WIB melalui IGD.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah menderita penyakit tersebut
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit seperti yang di alami klien
6. Pengkajian Fungsional
a. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Ketika pasien merasa pusing,sesak nafas,jantung berdebar-debar pasien
langsung pergi berobat ke pukesmas
b. Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit, intake makanan : frekuensi 3x sehari dan minum : 4-6 gelas
/hari tetapi selama sakit, intake makanan berkurang menjadi : 2x sehari
dengan syarat bebas lemak/kolesterol dan Minum : 5-7 gelas /hari
c. Pola eliminasi
Eliminasi Buang Air Besar (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) tidak ada
perubahan yaitu Frekuensi BAK : 4-5x sehari dan BAB : 2x sehari. Tidak
ada keluhan terkait dengan pola eliminasi
d. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien Tidur jam 21.00-05.00 WIB Lama tidur 8 jam, siang hari
2 jam dan Selama sakit klien Tidur jam 23.00-03.00 WIB Lama tidur hanya
4 jam, siang hari 1 jam.
e. Persepsi sensorik / perceptual
Klien mengatakan penglihatannya berkurang karena nyeri pada mata,
pendengaran baik
f. Pola konsep diri
10
Pasien mengatakan meras sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas
seperti biasa,
g. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan mempunyai 3 orang anak dan selama berkeluarga tidak
pernah menggunakan alat kontrasepsi
h. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan anak-anaknya, suami dan dengan pasien lain serta perawat
lain baik
i. Pola koping dan stress
Pasien selalu terbuka atas segala masalah pasrah kepada petugas kesehatan
dan juga menyerahkan kesembuhannya pada tuhan YME
j. Pola nilai dan keyakinan
Klien sering mengikuti pengajian di musola di tempat tinggalnya dan juga
setiap sholat kadangkadang membaca alquran, sekarang hanya bisa berdoa
dengan tiduran di tempat tidur
7. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Bentuk kepala : mesosopal
Rambut : hitam, tidak berketombe, sedikit beruban
Mata : konjungtiva, sclera putih, dan tidak anemis
Hidung : tidak ada polip, bersih
Mulut : mukosa kering dan pecah-pecah, tidak berbau, dan tidak
Caries
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : sebelah kiri terjadi pembesaran, dan tidak ada kelainan
Abdomen : terdapat asites, nyeri abdomen
Ekstremitas : terpasang kateter, tidak ada udem
Anus : bersih, tidak ada haemorhoid
Tanda-tanda Vital : T : 110/70 MMhG
N : 75x/MENIT
RR : 20x/MENIT
S : 37ºC

11
8. Data Penunjang Lain
a. Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin
mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan
pada sistem suplai untuk retina.
b. Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa,
trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan
pembuluh darah akibat trauma.
c. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan
bola mata (normal 12-25 mmHg).

ANALISA DATA
No. Data Fokus Etiologi Masalah
1. S : Klien mengatakan Inflamasi pada kornea atau Nyeri Akut
Matanya sakit peningkatan tekanan
O : klien terlihat intraokular.
menahan sakit dan
menutupi matanya Prolap jaringan Bola mata

Nyeri
2. S : klien mengatakan Edema Makula Retina Gangguan Persepsi
pandangannya kabur Sensori
atau tidak jelas pada Skotoma Serebral
jarak tertentu
Gangguan Persepsi Sensori
O : klien tidak
merespon gerakan
lawan bicara
gangguan penerimaan
sensori / status organ
indera. Lingkungan
secara terapetik
dibatasi.

12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (sesuai prioritas)
1. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea
2. Gangguan Persepsi Sensori berhubungan dengan Skotoma Serebral

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Noc Nic
.
1. Nyeri akut - Menginvestigasi penyebab - Lakukan pengkajian
berhubunga gejala nyeri
n dengan - Perawatan untuk mengontrol - Berikan informasi
imflamasi gejala mengenai nyeri, seperti
pada kornea - Perawatan untuk mengontrol penyebab nyeri
nyeri - Kurangi atau eliminasi
- Memantau penyamanan faktor – faktor yang
dapat mencetus atau
meningkatkan nyeri
2. Gangguan KH : - Bedakan
Persepsi - Mengenal perubahan kemampuan
Sensori perubahan stimulus lapang pandang
berhubunga yang positif dan negatif diantara kedua
n dengan - Mengidentifikasi mata
Skotoma kebiasaan lingkungan - Cegah lapang
Serebral pandang perifer
dan catat
terjadinya
bintik putih
- Obsevasi tanda
disorientasi
dengan tetap
berada disisi
pasien

13
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Dx Hari/tgl Jam Implementasi Jam Evaluasi
Nyeri akut Senin 9.00 - Melakukan 10.00 S : Klien
berhubungan 5/4/19 pengkajian nyeri mengatakan
dengan - Memerikan mengerti atas
imflamasi informasi penyebab nyeri
pada kornea mengenai nyeri, O : Klien nampak
seperti penyebab lebih paham dari
nyeri sebelumnya
- Mengurangi atau A : Masalah teratasi
eliminasi faktor – sebagian
faktor yang dapat P : Lanjutkan
mencetus atau Intervemsi
meningkatkan
nyeri
Gangguan Senin 14:00 - Membedakan 15:30 S : klien
Persepsi 5/4/19 kemampuan mengatakan
Sensori lapang pandang pandangannya kabur
berhubungan diantara kedua atau tidak jelas pada
dengan mata jarak tertentu
Skotoma -Mencegah
Serebral lapang pandang O : klien tidak
perifer dan catat merespon gerakan
terjadinya bintik lawan bicara
putih gangguan
- Mengobsevasi tanda penerimaan
disorientasi dengan sensori / status
tetap berada disisi organ
pasien indera. Lingkungan
secara terapetik
dibatasi.

A : masalah teratasi

14
sebagian

P : intervensi
dilajutkan

15
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga
sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan
perlukaan atau trauma mata. Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak
disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat
darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan
kebutaan bahkan kehilangan mata.Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia
mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yangdisebabkan zat kimia basa dengan pH>7

B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini mahasiswa dan masyarakat terbantu dalam merawat
dan mengetahui tandan dan gejala dari trauma mata agar kita dapat menghindari apa
yang dapat menyebabkan terjadinya suatu masalah pada mata kita dan kita dapat hidup
dengan baik dengan mempunyai mata yang sehat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Media.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.
Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta
http:///www.rusdi .blogspot.com

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Asthma Bronchial
    Askep Asthma Bronchial
    Dokumen15 halaman
    Askep Asthma Bronchial
    Bayu Setyiawan
    0% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen19 halaman
    Bab I
    Maria Kusuma CandraWati
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kesling
    Makalah Kesling
    Dokumen11 halaman
    Makalah Kesling
    Laksmi Sri Wardana
    Belum ada peringkat
  • HargaDiriRendah
    HargaDiriRendah
    Dokumen27 halaman
    HargaDiriRendah
    D'nata Ardi Prasetya
    Belum ada peringkat
  • Konsep Medis
    Konsep Medis
    Dokumen22 halaman
    Konsep Medis
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen18 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Bu Cici
    Bu Cici
    Dokumen7 halaman
    Bu Cici
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Otitis Eksternal Bu Dama
    Otitis Eksternal Bu Dama
    Dokumen16 halaman
    Otitis Eksternal Bu Dama
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • RPS Rahmawaty
    RPS Rahmawaty
    Dokumen1 halaman
    RPS Rahmawaty
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Diabetes Mellitus
    Askep Diabetes Mellitus
    Dokumen19 halaman
    Askep Diabetes Mellitus
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Dari Jurnal
    Ringkasan Dari Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Ringkasan Dari Jurnal
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Kasus OMA
    Kasus OMA
    Dokumen14 halaman
    Kasus OMA
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen24 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen1 halaman
    Nikel
    mohammad idris hamdala
    Belum ada peringkat
  • Brosur Ninda
    Brosur Ninda
    Dokumen2 halaman
    Brosur Ninda
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen13 halaman
    ASKEP
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Gout Artritis (Kel - Ii)
    Gout Artritis (Kel - Ii)
    Dokumen3 halaman
    Gout Artritis (Kel - Ii)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak TB Paru Anak
    Askep Anak TB Paru Anak
    Dokumen22 halaman
    Askep Anak TB Paru Anak
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Gagal Nafas - Anak
    Gagal Nafas - Anak
    Dokumen20 halaman
    Gagal Nafas - Anak
    Sposato Con Kedju Sharma
    Belum ada peringkat
  • Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Dokumen6 halaman
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen1 halaman
    Nikel
    mohammad idris hamdala
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen24 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Bronkitis Alergika
    Askep Anak Bronkitis Alergika
    Dokumen8 halaman
    Askep Anak Bronkitis Alergika
    Yuktika RiYu
    Belum ada peringkat
  • Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Dokumen17 halaman
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Bronkhopneumonia
    Askep Bronkhopneumonia
    Dokumen9 halaman
    Askep Bronkhopneumonia
    bayu interisti
    Belum ada peringkat
  • Askep Oedema Paru
    Askep Oedema Paru
    Dokumen5 halaman
    Askep Oedema Paru
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • LP Udem Paru
    LP Udem Paru
    Dokumen8 halaman
    LP Udem Paru
    ariemamamaehan
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Tuberkulosis
    Meningitis Tuberkulosis
    Dokumen5 halaman
    Meningitis Tuberkulosis
    Putri Viruzz Maenjaa
    Belum ada peringkat
  • Askep Asma Bronchiale
    Askep Asma Bronchiale
    Dokumen15 halaman
    Askep Asma Bronchiale
    vaniafildza
    Belum ada peringkat