KONSEP MEDIS
CA GINJAL
A. PENGERTIAN
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno
karsinoma renalis, hipernefroma).
B. ETIOLOGI
1. Merokok
2. Kegemukan (obesitas)
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko tinggi,
juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
5. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki
resikotinggi)
6. Penyinaran
7. Penyakit Von Hippel-Lindau
8. Makanan tinggi lemak
9. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
10. Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis jangka panjang,
penggunaan analgesicdalam waktu lama dan hipertensi.
C. MANIFESTSI KLINIS
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan pengangkatan
kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena kava,
tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa memberikan
harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar dengan cepat, terutama ke
paru-paru.
Saat ini pengobatan standar untuk kanker yang masih terbatas di ginjal adalah
pembedahan untuk mengangkat seluruh ginjal (nefrektomi simplek atau nefrotomi radikal).
Pada nefrektomi radikal, dilakukan pengangkatan ginjal dan kelanjar adrenal diatasnya,
jaringan di sekitar ginjal serta beberapa kelenjar getah bening.Pada nefrektomi simplek,
dilakukan pengangkatan ginjal saja.Pada prosedur embolisasi arteri, disuntikkan suatu zat
khusus ke dalam pembuluh darah yang menuju ke ginjal. Dengan menyumbat pembuluh ini,
tumor akan kekurangan oksigen dan zat gizi lainnya.
Embolisasi arteri bisa digunakan sebelum pembedahan atau untuk mengurangi nyeri dan
perdarahan jika pembedahan tidak mungkin dilakukan.Embolisasi arteri bisa menyebabkan
mual, muntah atau nyeri yang bersifat sementara.Terapi penyinaran biasanya digunakan
untuk mengurangi nyeri pada kanker yang telah menyebar ke tulang.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah kulit di tempat penyinaran menjadi merah atau
gatal, mual dan muntah.Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan
kanker. Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis, misalnya
interferon atau interleukin-2.Secara normal, zat tersebut dihasilkan oleh tubuh dan juga
dibuat di laboratorium untuk membantu mengobati penyakit.Efek samping yang timbul
berupa menggigil, demam, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.
Daris ekian banyak jenis kanker, kanker sel ginjal (renal cell carcinoma/RCC) bisa
dikatakan jenis kanker yang paling bandel. Bila kanker lainbisa diobati dengan kemoterapi
maupun radiasi, kanker RCC tidak mempan alias tetap membandel. Celakanya, kanker jenis
ini tidak di deteksi pada stadium awal, sehingga saat berhasil dideteksi sel kanker sudah
menyebar (bermetastasis) ke organ lain.
Dengan demikian, kemungkinan melakukan operasi untuk mengangkat sel kanker tertutup.
Operasi hanya dapat dilakukan bila sel kanker masih terlokalisir di satu tempat atau pasien
dengan prognostic yang baik.
Obat yang umumnya digunakan dari golongan sitokin seperti interleukin – 2 (ILN-2) dan
interferon (IFN) ternyata tidak mampu memperpanjang usia penderita kanker RCC. ILN – 2
dan IFN memang dapat mengecilkan tumor, tetapi hanya 10-20 persen pasien yang
memberikan respon terhadap pengobatan itu dan diikuti dengan efek samping yang parah
dengan tingkat harapan hidup rata-rata hanya 10 bulan.
Karena itu diperlukan pilihan pengobatan baru, jenis obat yang bekerja langsung pada sel
kanker atau targeted therapy. Obat-obatan jenis ini, jelas Rainy disebut obat jenis inhibitor
angiogenesis, termasuk didalamnya bevacizumab, suntitib dan sorefenib (penghambat multi
kinase oral untuk sel tumor).Jika kanker telah menyebar ke tempat yang jauh, maka
prognosisnya jelek karena itu tidak dapat diobati dengan penyinaran, kemoterapi maupun
hormon.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Tempat/tanggal lahir :
Agama :
Suku bangsa :
Nomor rekamedik :
B. DIAGNOSA
1. Retensi urine b.d obstruksi anatomic,disuria
4. gangguan rasa nyaman berhubungan dengan b.d gejala terkait penyakit dan terapinya
2. INTERVENSI
a. Mandiri
Awasi denyut jantung, tekanan darah, CVP (tanda-tanda vital)
Catat pemasukan dan pengeluaran cairan secara akurat
Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam pembantasan multipel
Kaji/catat pemasukan diet
Berikan makanan sedikit tapi sering
Berikan pasien/orang terdekat daftar makanan/cairan yang diizinkan
Evaluasi laporan kelelahan, kesulitan menyelasaikan tugas
Identifikasi faktor stres
Kaji ulang proses pengakit
Kaji ulang fungsi ginjal
b. Kolaborasi
Perbaiki penyebab yang dapat kembali karena GGA
Awasi pemeriksaan laboratorium
Berikan/batasi cairan sesuai indikasi
Berikan obat sesuai indikasi
Konsul dengan ahli gizi
Awasi kadar eletrolif termasuk kalsium,megnesium, dan kalsium.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis kanker
ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno karsinoma
renalis, hipernefroma) paling sering terjadi pada usia 40-70 tahun dan pria memiliki 2
kali lebih besar dibandingkan wanita.
Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandungan kemih
sedangkan Ca ureter adalah kanker yang terjadi pada sel-sel yang melapisi ureter. Gejala
awal pada Ca ureter bisanya berupa hematuria (darah didalam air kemih) jika aliran air
kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul
atau diperut bagian bawah :
DAFTAR PUSTAKA
Di Susun oleh:
Nama : Suedah
Tingkat: II
NIM 3.73.20.3.08.041
Dosen Pembimbing: Dra. Ns. Wartonah S, Kep
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… i
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN CA GINJAL ……………………………………………….. 1
A.ETIOLOGI…………………………………………………………………….1
B. METATASE …………………………………………………………………1
C. KLASIFIKASI TADIUM …………………………………………………… 1
D. TNM CA GINJAL …………………………………….…………………….. 1
E. GAMBARAN KLINIK ……………………………………………………… 2
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG …………………………….……………….2
G. PENANGGULANGAN ………………………………………….……………2
H. ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………………….. 3
BAB II : TINJAUAN TEORI ……………………………………………….……………4
A. KONSEP DASAR MEDIS …………………………………………………. 4
1. Anatomi Fisiologi …………………………………………..………… 4
2. Definisi ……………………………………………………….……… 7
3. Etiologi ……………………………………………………………….. 8
4. Patofisiologi ……………………………………………………..……9
5. Manifestasi klinik ……………………………………………….….. 10
6. Pemeriksaan Diagnostik …………………………………………….. 10
7. Penatalaksanaan Medis ……………………………………………… 11
8. Komplikasi ………………………………………………………….. 12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………..13
1. Pengkajian ……………………………………………………………..…13
2. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………..…15
3. Intervensi Keperawatan ……………………………………………….…16
BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………………21
1. KESIMPULAN ………………………………………………………….21
2. SARAN ………………………………………………………………….21
ii
BAB I
Pendahuluan
CA GINJAL
Ditemukan pada usia 40 -70 tahun
Insidens laki-laki lebih sering daripada wanita
A. ETIOLOGI
Merokok merupakan resiko tinggi
B. METATASE
Pembuluh limfe
Vena renalis
Sering ke kelanjar getah bening,paru-paru,hati,tulang.
C. KLASIFIKASI STADIUM
Stadium I
Stadium II
Stadium III
D. TNM CA GINJAL
T
T1
T2
T3
T3a
T3b
T4
N
N0
N1
N2
N3 Tumor
Terbatas pada ginjal 2,5 Cm
Keluar gingal tidak menembus fasia Gerota
Masuk adrenal atau jaringan perinefrik
Masuk Vena Renalis/V. kava
Menembus fasia Gerota
Kelenjar regional/hilus,paraaorta,parakava
Tidak ada penyebaran
Kelenjar tunggal 5 Cm
E. GAMBARAN KLINIK:
o Nyeri daerah renal
o Hematuri
o Anemia
o Terdapat massa
o Tanda metatase
o KED meningkat
o Hipertensi
o Demam
o Polisitemia, hiperkalsemia
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
USG
RPG
Arteriografi
CT Scan
G. PENANGGULANGAN :
Nefrektomi radikal pada stadium I,II,IIIA
Terapi paliatif bila sudah metatase jauh
Radioterapi untuk menghilangkan metatase jauh (otak,tulang,paru).
2
H. ASUHAN KEPERAWATAN :
Pre operasi :
Gangguan rasa nyaman nyeri
Potensial perubahan volume cairan (kelebihan / kekurangan)
Gg suhu tubuh
Resiko infeksi sekunder
Post Operasi:
Nyeri shdgn incisi pembedahan
Potensial kekurangan volume cairan
Potensial terhadap ketidakefektifan pola pernafasan
Perubahan pola eliminasi
Resiko tinggi infeksi
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Batu Ginjal
4
2). Anatomi Ureter
Ureter terdiri dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a) Dinding luar jaringan ikat ( Fibrosa ).
b) Lapisan tengah lapisan otot polos
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap lima menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih. Gerakan peristaltik urin melalui
ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran melalui
osteum uretralis masuk ke kandung kemih.
5
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan:
• Lapisan sebelah luar (Peritonium),
• Tunika Muskularis (lapisan otot),
• Tunika Submukosa, dan
• Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
b. Fisiologi
Kandung kemih juga sering disebut buli-buli. Adapun fungsi dari kandung kemih adalah :
1). Muara tempat akhir zat-zat sisa dari makanan yang kita makan yang tidak diperlukan
tubuh atau tidak direasorbsi tubuh.
2). Tempat penampungan atau menyimpan air kemih yang akan dikeluarkan melalui uretra (
Syaifuddin, 1996 ).
Ginjal juga merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting. Ginjal berfungsi sebagai :
1). Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
2). Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
3). Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
4). Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
5). Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, amoniak (
Syaifuddin, 1996 ).
2. Definisi.
a. Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau
kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare,
2000 ).
b. Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang
nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia.
Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid,
diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria
terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat,
dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001).
7
c. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau
fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).
3. Etiologi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :
a. Faktor Endogen (Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan
hiperoksalouria.)
b. Faktor Eksogen. (Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral
dalam air minum.)
c. Faktor lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk
yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli ( Syaifuddin, 1996
).
Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium
fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa
faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses
pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih
besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi
yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obat-
obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.(
Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk, 2001 ).
4. Patofisiologi.
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat dengan
inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu pembentukan
batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum
di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat
meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi
pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau vesika urinari,
stasis urine, priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak
waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada
wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi saluran kemih.
( Brunner and Suddarth. 2001 )
Faktor-faktor resiko mencangkup :
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih
b. Usia dan jenis kelamin
c. Kelainan morfologi
d. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
e. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
f. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
g. Masukan cairan kurang dari pengeluaran
h. Profesi sebagai pekerja keras
i. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.
( Brunner and Suddart, 2001 ).
5. Manifestasi Klinis
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan
muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak
dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar
kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan
kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1
cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
( Brunner and Suddarth. 2001).
6. Pemeriksaan Diagnostik.
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :
a. Urinalisa
- Warna kuning, coklat atau gelap.
b. Foto KUB
- Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
c. Endoskopi ginjal
- Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil
10
d. EKG
- Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
e. Foto Rontgen
- Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
f. IVP ( intra venous pylografi ) :
- Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi
kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
g. Vesikolitektomi ( sectio alta ):
- Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
- Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
i. Pielogram retrograd
- Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat
diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu
kandung kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001 ).
7. Penatalaksanaan medik.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat
batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer,
et.al.2000) adalah :
11
a. Vesikolitektomi atau secsio alta.
b. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.
c. Ureteroskopi.
d. Nefrostomi.
8. Komplikasi.
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai
sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter
dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara
urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan
timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat
terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil
metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan
kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan
kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil,
sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kamih
f. Perforasi pada kandung kemih
12
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronis
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
( Soeparman, et.al. 1960 )
14
8). Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi
pembesaran atau tidak.
9). Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
10). Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic usus
meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada
abdomen.
11). Inguinal /Genetalia/ anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan scrotum,
apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula
maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk
mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya.
12). Ekstermintas
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau edema,
bagaimana kekuatan otot dan refleknya
15
d). Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks
spasme otot : prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.
e). Resiko tinggi terhadap komplikasi, hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
sekunder terhadap vesikolitektomi atau sectia alta.
f). Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber sumber informasi.
16
17
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama pemasangan kateter dan retensi urine.
Kriteria evaluasi :
1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, nyeri bertambah, luka berbau).
2. Warna urine jernih, dan tidak berbau.
3. Suhu dalam batas normal (36.5-37.5° ).
Mandiri :
1. Pertahankan system kateter steril : berikan perawatan kateter regule dengan sabun dan air,
berikan salep antibiotik disekitarsisi kateter.
2. Ambulasi dengan kantung drainase dependen.
3. Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat,
gelisah, peka, disorientasi.
4. Observsi drainase dari luka supra pubik dan foley kateter.
Kolaborasi :
1. Berikan antibiotik sepalosporin, misalnya: cetroxone sesuai program medis.
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks
spasme otot: prosedur dan atau tekanan dari balon kandung kemih.
Tujuan :
Rasa nyeri berkurang atau hilang setelah diberikan perawatan.
Kriteria Evaluasi :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang.
2. Raut muka tampak rileks.
3. Skala nyeri berkurang 0-4.
18
Mandiri :
1. Kaji nyeri, perhatikan loksi, intensitas (skala 0-10).
2. Pertahankan patensi kateter dan sistemdrainase. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan
bekuan.
3. Tingkatkan pemasukan cairan 3000 ml / hari sesuai toleransi.
4. Berikan tindakan kenyamanan dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan tekhnik
relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman imajinasi.
Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai instruksi untuk nyeri dan spasme.
20
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Konsep dasar diatas dibuat untuk memudahkan pemahaman kita nantinya dalam melakukan
asuhan keperawatan terutama dalam pengkajian dan pemberian intervensi keperawatan.
Adapun konsep dasar ini terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofosiologi dan
skema, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan seperti yang telah di
jabarkan di atas.
2. Saran
Dari uraian di atas, sekiranya penulis hanya dapat memberikan saran semoga para pembaca
dapat menghindari hal-hal atau penyebab terjadinya kanker ginjal khususnya batu ginjal agar
pembaca dapat terhindar dari penyskit batu ginjal tersebut.Amin