Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KONSEP MEDIS
CA GINJAL

A. PENGERTIAN

Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno
karsinoma renalis, hipernefroma).

B. ETIOLOGI

1. Merokok
2. Kegemukan (obesitas)
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko tinggi,
juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
5. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki
resikotinggi)
6. Penyinaran
7. Penyakit Von Hippel-Lindau
8. Makanan tinggi lemak
9. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
10. Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis jangka panjang,
penggunaan analgesicdalam waktu lama dan hipertensi.

C. MANIFESTSI KLINIS

Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejalaPada stadium


lanjut,gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria (adanya darah di dalam
air kemih(.Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak kemerahan atau
diketahui melalui analisa air kemih. Selain itu terjadi tekanan darah tinggi akibat tidak
adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu
dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah.

Gejala lainnya yang mungkin terjadi :


- Nyeri pada sisi ginjal yang terkena
- Penurunan berat badan
- Kelelahan
- Anemia
- Terdapat massa
- Tanda metalase
- KED Meningkat
- Hipertensi
- Demam
Polisitemia, hiperkalsemia

D. PENATALAKSANAAN MEDIS

Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan pengangkatan
kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai vena kava,
tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih bisa memberikan
harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar dengan cepat, terutama ke
paru-paru.

Saat ini pengobatan standar untuk kanker yang masih terbatas di ginjal adalah
pembedahan untuk mengangkat seluruh ginjal (nefrektomi simplek atau nefrotomi radikal).
Pada nefrektomi radikal, dilakukan pengangkatan ginjal dan kelanjar adrenal diatasnya,
jaringan di sekitar ginjal serta beberapa kelenjar getah bening.Pada nefrektomi simplek,
dilakukan pengangkatan ginjal saja.Pada prosedur embolisasi arteri, disuntikkan suatu zat
khusus ke dalam pembuluh darah yang menuju ke ginjal. Dengan menyumbat pembuluh ini,
tumor akan kekurangan oksigen dan zat gizi lainnya.
Embolisasi arteri bisa digunakan sebelum pembedahan atau untuk mengurangi nyeri dan
perdarahan jika pembedahan tidak mungkin dilakukan.Embolisasi arteri bisa menyebabkan
mual, muntah atau nyeri yang bersifat sementara.Terapi penyinaran biasanya digunakan
untuk mengurangi nyeri pada kanker yang telah menyebar ke tulang.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah kulit di tempat penyinaran menjadi merah atau
gatal, mual dan muntah.Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan
kanker. Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis, misalnya
interferon atau interleukin-2.Secara normal, zat tersebut dihasilkan oleh tubuh dan juga
dibuat di laboratorium untuk membantu mengobati penyakit.Efek samping yang timbul
berupa menggigil, demam, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.
Daris ekian banyak jenis kanker, kanker sel ginjal (renal cell carcinoma/RCC) bisa
dikatakan jenis kanker yang paling bandel. Bila kanker lainbisa diobati dengan kemoterapi
maupun radiasi, kanker RCC tidak mempan alias tetap membandel. Celakanya, kanker jenis
ini tidak di deteksi pada stadium awal, sehingga saat berhasil dideteksi sel kanker sudah
menyebar (bermetastasis) ke organ lain.
Dengan demikian, kemungkinan melakukan operasi untuk mengangkat sel kanker tertutup.
Operasi hanya dapat dilakukan bila sel kanker masih terlokalisir di satu tempat atau pasien
dengan prognostic yang baik.
Obat yang umumnya digunakan dari golongan sitokin seperti interleukin – 2 (ILN-2) dan
interferon (IFN) ternyata tidak mampu memperpanjang usia penderita kanker RCC. ILN – 2
dan IFN memang dapat mengecilkan tumor, tetapi hanya 10-20 persen pasien yang
memberikan respon terhadap pengobatan itu dan diikuti dengan efek samping yang parah
dengan tingkat harapan hidup rata-rata hanya 10 bulan.
Karena itu diperlukan pilihan pengobatan baru, jenis obat yang bekerja langsung pada sel
kanker atau targeted therapy. Obat-obatan jenis ini, jelas Rainy disebut obat jenis inhibitor
angiogenesis, termasuk didalamnya bevacizumab, suntitib dan sorefenib (penghambat multi
kinase oral untuk sel tumor).Jika kanker telah menyebar ke tempat yang jauh, maka
prognosisnya jelek karena itu tidak dapat diobati dengan penyinaran, kemoterapi maupun
hormon.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Tempat/tanggal lahir :
Agama :
Suku bangsa :
Nomor rekamedik :

Nama penanggung jawab :


Alamat :
Hubungan :
Agama :
Suku banggsa :

2. riwayat kesehatan dahulu


a. Merokok
b. Kegemukan (obesitas)
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
d. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko tinggi, juga
pekerja yang terpapar oleh asbes)
e. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki resiko
tinggi)
f. Penyinaran
g. Penyakit Von Hippel-Lindau
h. Makanan tinggi lemak
i. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
j. Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis jangka panjang,
penggunaan analgesicdalam waktu lama dan hipertensi.

3. riwayat kesehatan sekarang


a. Nyeri pada sisi ginjal yang terkena
b. Penurunan berat badan
c. Kelelahan
d. Anemia
e. Terdapat massa
f. Tanda metalase
g. LED Meningkat
h. Hipertensi
i. Demam
j. Polisitemia, hiperkalsemia
4. riwayat kedehatan keluarga
Apakah keluaga pasian pernah menderiata CA?

B. DIAGNOSA
1. Retensi urine b.d obstruksi anatomic,disuria

2. resiko ketidakefektifan perfusi ginjal b.d penurunan sirkulasi darah ke ginjal,asidosis


metabolic

3. nyeri akut b.d efek fisiologis dari neoplasma

4. gangguan rasa nyaman berhubungan dengan b.d gejala terkait penyakit dan terapinya

5. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan


metabolismne

2. INTERVENSI
a. Mandiri
Awasi denyut jantung, tekanan darah, CVP (tanda-tanda vital)
Catat pemasukan dan pengeluaran cairan secara akurat
Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam pembantasan multipel
Kaji/catat pemasukan diet
Berikan makanan sedikit tapi sering
Berikan pasien/orang terdekat daftar makanan/cairan yang diizinkan
Evaluasi laporan kelelahan, kesulitan menyelasaikan tugas
Identifikasi faktor stres
Kaji ulang proses pengakit
Kaji ulang fungsi ginjal
b. Kolaborasi
Perbaiki penyebab yang dapat kembali karena GGA
Awasi pemeriksaan laboratorium
Berikan/batasi cairan sesuai indikasi
Berikan obat sesuai indikasi
Konsul dengan ahli gizi
Awasi kadar eletrolif termasuk kalsium,megnesium, dan kalsium.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis kanker
ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno karsinoma
renalis, hipernefroma) paling sering terjadi pada usia 40-70 tahun dan pria memiliki 2
kali lebih besar dibandingkan wanita.
Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandungan kemih
sedangkan Ca ureter adalah kanker yang terjadi pada sel-sel yang melapisi ureter. Gejala
awal pada Ca ureter bisanya berupa hematuria (darah didalam air kemih) jika aliran air
kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul
atau diperut bagian bawah :

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges, 2000,


Rencana asuhan keperawatan, Jakarta, EGC
HAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA GINJAL (BATU GINJAL)

January 11, 2010 · Filed under Uncategorized

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


CA GINJAL (BATU GINJAL) PRE DAN POST OPERASI

Di Susun oleh:
Nama : Suedah
Tingkat: II
NIM 3.73.20.3.08.041
Dosen Pembimbing: Dra. Ns. Wartonah S, Kep

POLTEKKES DEPKES JAKARTA III


PRODI KEPERAWATAN PERSAHABATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2010

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… i
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN CA GINJAL ……………………………………………….. 1
A.ETIOLOGI…………………………………………………………………….1
B. METATASE …………………………………………………………………1
C. KLASIFIKASI TADIUM …………………………………………………… 1
D. TNM CA GINJAL …………………………………….…………………….. 1
E. GAMBARAN KLINIK ……………………………………………………… 2
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG …………………………….……………….2
G. PENANGGULANGAN ………………………………………….……………2
H. ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………………….. 3
BAB II : TINJAUAN TEORI ……………………………………………….……………4
A. KONSEP DASAR MEDIS …………………………………………………. 4
1. Anatomi Fisiologi …………………………………………..………… 4
2. Definisi ……………………………………………………….……… 7
3. Etiologi ……………………………………………………………….. 8
4. Patofisiologi ……………………………………………………..……9
5. Manifestasi klinik ……………………………………………….….. 10
6. Pemeriksaan Diagnostik …………………………………………….. 10
7. Penatalaksanaan Medis ……………………………………………… 11
8. Komplikasi ………………………………………………………….. 12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………..13
1. Pengkajian ……………………………………………………………..…13
2. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………..…15
3. Intervensi Keperawatan ……………………………………………….…16
BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………………21
1. KESIMPULAN ………………………………………………………….21
2. SARAN ………………………………………………………………….21

ii
BAB I
Pendahuluan
CA GINJAL
 Ditemukan pada usia 40 -70 tahun
 Insidens laki-laki lebih sering daripada wanita

A. ETIOLOGI
 Merokok merupakan resiko tinggi
B. METATASE
 Pembuluh limfe
 Vena renalis
 Sering ke kelanjar getah bening,paru-paru,hati,tulang.

C. KLASIFIKASI STADIUM
Stadium I
Stadium II

Stadium III

Stadium IV Tumor terbatas pada parenkim ginjal


Tumor menjalar kejaringan perinefrik tetapi tidak menembus fasia Gerota
IIIA Tumor menembus fasia Gerota dan masuk ke V renalis
IIIB Kelenjar limfe regional
IIIC Pembulh darah lokal
IVA Dalam organ ,selain adrenal
IVB Metatase jauh

D. TNM CA GINJAL
T
T1
T2
T3
T3a
T3b
T4

N
N0
N1
N2
N3 Tumor
Terbatas pada ginjal 2,5 Cm
Keluar gingal tidak menembus fasia Gerota
Masuk adrenal atau jaringan perinefrik
Masuk Vena Renalis/V. kava
Menembus fasia Gerota

Kelenjar regional/hilus,paraaorta,parakava
Tidak ada penyebaran
Kelenjar tunggal 5 Cm
E. GAMBARAN KLINIK:
o Nyeri daerah renal
o Hematuri
o Anemia
o Terdapat massa
o Tanda metatase
o KED meningkat
o Hipertensi
o Demam
o Polisitemia, hiperkalsemia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
 USG
 RPG
 Arteriografi
 CT Scan

G. PENANGGULANGAN :
 Nefrektomi radikal pada stadium I,II,IIIA
 Terapi paliatif bila sudah metatase jauh
 Radioterapi untuk menghilangkan metatase jauh (otak,tulang,paru).

2
H. ASUHAN KEPERAWATAN :
Pre operasi :
 Gangguan rasa nyaman nyeri
 Potensial perubahan volume cairan (kelebihan / kekurangan)
 Gg suhu tubuh
 Resiko infeksi sekunder

Post Operasi:
 Nyeri shdgn incisi pembedahan
 Potensial kekurangan volume cairan
Potensial terhadap ketidakefektifan pola pernafasan
 Perubahan pola eliminasi
 Resiko tinggi infeksi

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Batu Ginjal

A.Konsep Dasar Medis.


1. Anatomi Fisiologi.
a. Anatomi
1). Anatomi Ginjal ( Renal ).
Ginjal suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vetebra lumbalis III, melekat langsung dinding belakang
abdomen. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri
lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita. ( Syaifuddin, 1996 ).

4
2). Anatomi Ureter
Ureter terdiri dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a) Dinding luar jaringan ikat ( Fibrosa ).
b) Lapisan tengah lapisan otot polos
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap lima menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih. Gerakan peristaltik urin melalui
ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran melalui
osteum uretralis masuk ke kandung kemih.

3). Anatomi Vesika Urinaria


Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempes, terletak di belakang
simfisis pubis dan kandung kemih mempunyai tiga muara, dua muara ureter serta satu muara
uretra. Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikus
medius.( Sylvia A. Price Lorrance W., 1995 )
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a). Fundus yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium rectovesikale yang teisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika
seminalis dan prostat.
b). Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c). Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.

5
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan:
• Lapisan sebelah luar (Peritonium),
• Tunika Muskularis (lapisan otot),
• Tunika Submukosa, dan
• Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

4). Proses Miksi atau Rangsangan Berkemih


Distensi kandung kemih oleh air kemih akan merangsang stresreseptors yang terdapat pada
dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat
yang sama terjadi relaksasi spinter internus, segera diikuti oleh relaksasi spinter eksternus,
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi
kandung kemih dan relaksasi spinter internus dihantarkan melalui serabut-serabut saraf para
simpatis. Kontraksi spinter eksternus secara volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila ada kerusakan
pada saraf-saraf tersebut maka terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus-menerus tanpa
disadari) dan retensi urin (kencing tertahan). Persyarafan dan peredaran darah vesika urinaris.
Persyarafan diatur torako lumbar dan kranial dari sistem persyarafan otonom. Torako lumbar
berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna peritonium melapisi
kandung kemih sampai kira-kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritonium dapat
digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih berisi penuh.

5). Pembuluh Darah


Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman
di bawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatikus sepanjang arteri
umbilikalis ( Syaifuddin, 1996 ).

b. Fisiologi
Kandung kemih juga sering disebut buli-buli. Adapun fungsi dari kandung kemih adalah :
1). Muara tempat akhir zat-zat sisa dari makanan yang kita makan yang tidak diperlukan
tubuh atau tidak direasorbsi tubuh.
2). Tempat penampungan atau menyimpan air kemih yang akan dikeluarkan melalui uretra (
Syaifuddin, 1996 ).
Ginjal juga merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting. Ginjal berfungsi sebagai :
1). Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
2). Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
3). Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
4). Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
5). Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, amoniak (
Syaifuddin, 1996 ).

2. Definisi.
a. Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau
kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare,
2000 ).
b. Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang
nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia.
Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid,
diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria
terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat,
dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001).

7
c. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau
fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).

3. Etiologi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :
a. Faktor Endogen (Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan
hiperoksalouria.)
b. Faktor Eksogen. (Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral
dalam air minum.)
c. Faktor lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk
yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli ( Syaifuddin, 1996
).
Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium
fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa
faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses
pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih
besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi
yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obat-
obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi.(
Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk, 2001 ).

4. Patofisiologi.
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat dengan
inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu pembentukan
batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum
di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat
meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi
pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau vesika urinari,
stasis urine, priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak
waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada
wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi saluran kemih.
( Brunner and Suddarth. 2001 )
Faktor-faktor resiko mencangkup :
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih
b. Usia dan jenis kelamin
c. Kelainan morfologi
d. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
e. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
f. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
g. Masukan cairan kurang dari pengeluaran
h. Profesi sebagai pekerja keras
i. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.
( Brunner and Suddart, 2001 ).

5. Manifestasi Klinis
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan
muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak
dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar
kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan
kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1
cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
( Brunner and Suddarth. 2001).

6. Pemeriksaan Diagnostik.
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :
a. Urinalisa
- Warna kuning, coklat atau gelap.
b. Foto KUB
- Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
c. Endoskopi ginjal
- Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil

10
d. EKG
- Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
e. Foto Rontgen
- Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
f. IVP ( intra venous pylografi ) :
- Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi
kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
g. Vesikolitektomi ( sectio alta ):
- Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
- Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
i. Pielogram retrograd
- Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat
diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu
kandung kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001 ).

7. Penatalaksanaan medik.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat
batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer,
et.al.2000) adalah :

11
a. Vesikolitektomi atau secsio alta.
b. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.
c. Ureteroskopi.
d. Nefrostomi.

8. Komplikasi.
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai
sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter
dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara
urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan
timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat
terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil
metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan
kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan
kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil,
sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kamih
f. Perforasi pada kandung kemih

12
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronis
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
( Soeparman, et.al. 1960 )

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving ( pemecahan
masalah ) yang memerlukan ilmu, tekhnik, dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien. (Nursalam, 2001).
Sedangkan yang dikutip dari Iyer, et al.1996 dalam ( Nursalam, 2001 ) mengemukakan lima
tahap yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.Pengkajian
a. Anamnesa
1). Identitas Klien
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa
yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah.
2). Data Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian.
3). Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah berkemih, merasa
tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan
ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat
berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan
fungsi seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan
konstipasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1). Status Kesehatan Umum
Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-tanda vital.
2). Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat masa bekas
terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien.
3). Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis otot muka dan
otot rahang.
4). Mata
Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak mata,
kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya penglihatan klien masih
baik.
5). Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan benda asing,
membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat mendengar dengan baik.
6). Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah terdapat
secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih baik.
7). Mulut Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa mulut apakah
terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik, pada tonsil dan palatum
masih utuh atau tidak.

14
8). Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi
pembesaran atau tidak.
9). Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
10). Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic usus
meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada
abdomen.
11). Inguinal /Genetalia/ anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan scrotum,
apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula
maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk
mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya.
12). Ekstermintas
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi atau edema,
bagaimana kekuatan otot dan refleknya

2. Diagnosa Keperawatan post operatif vesikolitektomi


a). Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan mitasi
kateter/ badan.
b). Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan
mengontrol pendarahan, pembatasan pemasukan pra-operasi.
c). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap :
prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung
kemih.

15
d). Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks
spasme otot : prosedur bedah dan atau tekanan dari balon kandung kemih.
e). Resiko tinggi terhadap komplikasi, hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
sekunder terhadap vesikolitektomi atau sectia alta.
f). Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber sumber informasi.

3. Intervensi Keperawatan post operatif


1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanikal: bekuan darah,
edema, trauma, prosedur bedah, tekanan dan iritasi kateter atau balon.
Tujuan :
Klien menunjukan kemajuan eliminasi urine yang jernih.
Kriteria evaluasi :
1. Berkemih dengan adekuat tanpa bukti distensi kandung kemih.
2. Jumlah residu urine kurang dari 50 ml.
Mandiri :
1. Mengkaji haluaran urine dan system kateter atau drainase, khususnya selama irigasi
kandung kemih.
2. Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan ukuran aliran urine di urine bag.
3. Dorong pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2-4 jam per
protocol.
4. Dorong pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi. Batasi cairan pada malam hari setelah
kateter dilepas.
Kolaborasi :
1.Pertahankan irigasi kandung kemih kontinyu sesuai indikasi pada periode pasca operasi
dini.

16

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan


mengontrol perdarahan, pembatasan pemasukan pre operasi.
Tujuan :
Kebutuhan cairan klien terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
1. Tanda-tanda vital stabil.
2. Pengisian kapiler baik.
3. Membran mukosa lembab.
4. Menunjukan tak ada perdarahan aktif.
Mandiri :
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran.
2. Inspeksi balutan atau luka drain. Timbang balutan bila di indikasikan, perhatikan
pembentukan hematoma.
3. Evaluasi warna, konsistensi urine. Contoh: merah terang dengan bekuan merah.
4. Awasi tanda-tanda vital, peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah,
diafrosis, pucat, perlambatan pengisian kapiler dan membran mukosa kering.
Kolaborasi :
1. Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. Contoh : Hb/Ht, jumlah sel darah merah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
prosedur bedah, prosedur alat invasife alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung
kemih.

17
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama pemasangan kateter dan retensi urine.
Kriteria evaluasi :
1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, nyeri bertambah, luka berbau).
2. Warna urine jernih, dan tidak berbau.
3. Suhu dalam batas normal (36.5-37.5° ).
Mandiri :
1. Pertahankan system kateter steril : berikan perawatan kateter regule dengan sabun dan air,
berikan salep antibiotik disekitarsisi kateter.
2. Ambulasi dengan kantung drainase dependen.

3. Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat,
gelisah, peka, disorientasi.
4. Observsi drainase dari luka supra pubik dan foley kateter.
Kolaborasi :
1. Berikan antibiotik sepalosporin, misalnya: cetroxone sesuai program medis.
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks
spasme otot: prosedur dan atau tekanan dari balon kandung kemih.
Tujuan :
Rasa nyeri berkurang atau hilang setelah diberikan perawatan.
Kriteria Evaluasi :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang.
2. Raut muka tampak rileks.
3. Skala nyeri berkurang 0-4.

18
Mandiri :
1. Kaji nyeri, perhatikan loksi, intensitas (skala 0-10).
2. Pertahankan patensi kateter dan sistemdrainase. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan
bekuan.
3. Tingkatkan pemasukan cairan 3000 ml / hari sesuai toleransi.
4. Berikan tindakan kenyamanan dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan tekhnik
relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman imajinasi.
Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai instruksi untuk nyeri dan spasme.

5. Resiko terhadap komplikasi hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder


terhadap vesikolitotomi/ section alta.
Tujuan :
Tidak tampak tanda-tanda komplikasi.
Kriteria Evalusi :
Tidak ada perdarahan, infeksi, dan inkontinensia urine.
Mandiri :
1. Pantau :
a. Tekanan darah, nadi, dan pernafasan tiap 24 jam.
b. Masukan dan haluaran tiap 8 jam.
c. Warna urine.
2. Sediakan diet makan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi jika ada
riwayat konstipasi.
3. Pastikan masukan cairan setiap hari paling sedikit 2-3 liter tanpa ada kontraindikasi.
19
4. Lakukan kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien, gunakan
sarung tangan ketika kontak dengan darah atau cairan yang keluar dari tubuh pasien) pada
semua prosedur tindakan keperawatan.
Kolaborasi :
1. Berikan terapi antibiotik dan mengevaluasi efektivitas obat.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, proknosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interprestasi.
Tujuan :
Klien dan keluarga kliean mengerti secara umum penyakitnya.
Kriteria Evaluasi :
Klien dan keluarga dapat menjelaskan secara sederhana tentang proses penyakit, pencegahan,
dan pengobatannya.
Mandiri :
1. Kaji implementasi prosedur harapan masa depan.
2. Tekankan perlunya nutrisi yang baik : dorong konsumsi buah, meningkatkan diet tinggi
serat.
3. Diskusikan pembatasan aktivitas awal, contoh: menghindari mengangkat berat, latihan
keras, duduk/ mengendarai mobil terlalu lama, memanjat lebih dari dua tingkat tangga
sekaligus.
4. Dorong kesinambungan latihan perineal.
5. Instruksikan perawatan kateter urin bila ada identifikasi sumber alat atau dukungan

20

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Konsep dasar diatas dibuat untuk memudahkan pemahaman kita nantinya dalam melakukan
asuhan keperawatan terutama dalam pengkajian dan pemberian intervensi keperawatan.
Adapun konsep dasar ini terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofosiologi dan
skema, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan seperti yang telah di
jabarkan di atas.

2. Saran
Dari uraian di atas, sekiranya penulis hanya dapat memberikan saran semoga para pembaca
dapat menghindari hal-hal atau penyebab terjadinya kanker ginjal khususnya batu ginjal agar
pembaca dapat terhindar dari penyskit batu ginjal tersebut.Amin

TUGAS REKONSILASI BANK

Anda mungkin juga menyukai

  • HargaDiriRendah
    HargaDiriRendah
    Dokumen27 halaman
    HargaDiriRendah
    D'nata Ardi Prasetya
    Belum ada peringkat
  • Konsep Medis
    Konsep Medis
    Dokumen22 halaman
    Konsep Medis
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Asthma Bronchial
    Askep Asthma Bronchial
    Dokumen15 halaman
    Askep Asthma Bronchial
    Bayu Setyiawan
    0% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen19 halaman
    Bab I
    Maria Kusuma CandraWati
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kesling
    Makalah Kesling
    Dokumen11 halaman
    Makalah Kesling
    Laksmi Sri Wardana
    Belum ada peringkat
  • Otitis Eksternal Bu Dama
    Otitis Eksternal Bu Dama
    Dokumen16 halaman
    Otitis Eksternal Bu Dama
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Bu Cici
    Bu Cici
    Dokumen7 halaman
    Bu Cici
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Kasus OMA
    Kasus OMA
    Dokumen14 halaman
    Kasus OMA
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Bu Tina
    Bu Tina
    Dokumen17 halaman
    Bu Tina
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen1 halaman
    Nikel
    mohammad idris hamdala
    Belum ada peringkat
  • Brosur Ninda
    Brosur Ninda
    Dokumen2 halaman
    Brosur Ninda
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen13 halaman
    ASKEP
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • RPS Rahmawaty
    RPS Rahmawaty
    Dokumen1 halaman
    RPS Rahmawaty
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Dari Jurnal
    Ringkasan Dari Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Ringkasan Dari Jurnal
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Gagal Nafas - Anak
    Gagal Nafas - Anak
    Dokumen20 halaman
    Gagal Nafas - Anak
    Sposato Con Kedju Sharma
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen24 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Diabetes Mellitus
    Askep Diabetes Mellitus
    Dokumen19 halaman
    Askep Diabetes Mellitus
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen24 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Dokumen6 halaman
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Gout Artritis (Kel - Ii)
    Gout Artritis (Kel - Ii)
    Dokumen3 halaman
    Gout Artritis (Kel - Ii)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen1 halaman
    Nikel
    mohammad idris hamdala
    Belum ada peringkat
  • Askep Oedema Paru
    Askep Oedema Paru
    Dokumen5 halaman
    Askep Oedema Paru
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Bronkitis Alergika
    Askep Anak Bronkitis Alergika
    Dokumen8 halaman
    Askep Anak Bronkitis Alergika
    Yuktika RiYu
    Belum ada peringkat
  • Askep Bronkhopneumonia
    Askep Bronkhopneumonia
    Dokumen9 halaman
    Askep Bronkhopneumonia
    bayu interisti
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak TB Paru Anak
    Askep Anak TB Paru Anak
    Dokumen22 halaman
    Askep Anak TB Paru Anak
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • LP Udem Paru
    LP Udem Paru
    Dokumen8 halaman
    LP Udem Paru
    ariemamamaehan
    Belum ada peringkat
  • Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Dokumen17 halaman
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Tuberkulosis
    Meningitis Tuberkulosis
    Dokumen5 halaman
    Meningitis Tuberkulosis
    Putri Viruzz Maenjaa
    Belum ada peringkat
  • Askep Asma Bronchiale
    Askep Asma Bronchiale
    Dokumen15 halaman
    Askep Asma Bronchiale
    vaniafildza
    Belum ada peringkat