PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi Sehat menurut WHO adalah “Tercapainya Suatu Keadaan Sempurna,
Tidak Hanya Jasmani dan Rohani, Tapi Juga Sosial”, dan Sehat menurut UU No.23
th.1992 Keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang
produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok
manusia yang sifatnya mutlak dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
akan kualitas sumber daya manusia. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor
dan diantaranya adalah lingkungan, perilaku dan keturunan. Hidup sehat berarti
tercapainya suatu keadaan sempurna baik secara jiwa dan raga. (UU No.23 th.1992)
Salah masalah kesehatan pada manusia -> gangguan telinga
Gangguan telinga -> otitis eksterna
Otitis eksterna sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek
dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini
seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan
menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas,
lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk
terjadinya otitis eksterna.Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan
penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun
kronik.Kasus otitis eksterna sinistra, Penyakit ini sering ditemukan pada pasien di bidang
telinga, hidung dan tenggorokan. Nan Sati CN dalam penelitiannya di RS.Sumber
Waras/FK UNTAR Jakarta mulai 1 Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980
mendapatkan 1.370 penderita baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633
pria dan 737wanita. Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit
pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan
ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan
mungkin sekret yang berbau akan menetap. ( Suardana, W. dkk. 1992 )
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dengan penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum :
Memberikan informasi dan menambah wawasan khususnya mahasiswa Akper
Pragolopati Pati, dan pembaca pada umumnya mengenai otitis
eksterna, sertamendapatkan gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien otitis
eksterna.
2. Tujuan Khusus yang ingin dicapai penulis dengan penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui definisi otitis eksterna.
b. Untuk mengetahui klasifikasi otitis eksterna.
c. Untuk mengetahui etiologi otitis eksterna.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis otitis eksterna.
e. Untuk mengetahui patofisiologi otitis eksterna.
f. Untuk mengetahui pathways otitis eksterna.
g. Untuk mengetahui komplikasi otitis eksterna.
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang otitis eksterna.
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan otitis eksterna.
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan otitis eksterna.
.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran
telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena
infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008)
Otitis eksterna adalah radang liang telinga, baik akut maupun kronis disebabkan oleh
bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. (Alfarisi,2011)
Otitis eksterna adalah radang teling akut maupun kronik yang di sebabkan bakteri
yang sering timbul bersama penyebab lain seperti jamur, elergi atau virus, sehingga sulit
dibedakan. (Arief Mansjoer.1999.hlm:83 )
B. Klasifikasi
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:
1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat
positif
3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
3. Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan
juga kandida albikans atau jamur lain.(Sosialisman dan Helmi, 2001)
C. Etiologi
a. Kuman penyebab terbanyak ialah Streptococcus aureus dan psedomonas
aeruginosa.
b. Predisposisi
1. Faktor endogen
Keadaan umum yang buruk akibat anemia, hipovitaminosis, diabetes mellitus,
atau alergi.
2. Faktor eksogen
a. Trauma karena tindakan mengorek telinga.
b. Suasana lembab, panas, atau alkalis didalam MAE (Meatus Akustikus
Eksternus).
c. Udara yang lembab dan panas menyebabkan oedema pada stratum korneum
kulit MAE, sehingga menurunkan resistensi kulit terhadap infeksi.
d. Kelembaban kulit yang tinggi setelah berenang/mandi menyebabkan maserasi.
e. Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan kulit
MAE lebih sering dalam keadaan lembab.
f. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan rasa gatal yang mendorong penderita
mengorek telinga, sehingga trauma yang timbul akan memperhebat perjalanan
infeksi.(Subianto, 2010)
F. Komplikasi
1. Paresis atau paralisis nervus fasial
Suatu kondisi ditandai oleh lemahnya gerak badan, atau hilangnya sebagian
gerakan badan atau adanya gangguan gerakan.
2. Kondritis atau perikondritis
Suatu kondisi medis yang ditandai dengan infeksi pada kulit dan jaringan yang
mengelilingi tulang rawan pada telinga luar. Cedera pada telinga sewaktu
pembedahan telinga, tindikan ditelinga ( terutama tindikan dijaringan tulang rawan
) atau olahraga yang bersifat kontak.
3. Osteitis
Suatu penyakit metabolisme pada tulang, dimana tulang tumbuh secara tidak
normal, menjadi lebih besar atau lunak.
4. Osteomielitis
Peradangan tulang akut atau kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau
jamur. Osteomielitis dapat terlokalisasi atau menyebar melalui periosteum,
korteks, sumsum, dan jaringan konselus.
5. Kehancuran tulang temporal / Otitis eksterna maligna
Suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus diliang telinga luar. Biasanya terjadi
pada orang tua dengan penyakit diabetes melitus.
(Arief Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Jumlah leukosit
Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi.
2. Laju endap darah
Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam. Laju
endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis
eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan peningkatan
tes ini.
3. Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah
untuk menentukan intoleransi glukosa basal. Pasien tanpa riwayat diabetes perlu
diperiksa toleransi glukosanya.
4. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian
antibiotic.Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P.
Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies pseudomonas
mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin ( yaitu eksotoksin A,
kolagenase, elastase) dapat menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain
menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati kranial.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis,
perluasanpenyakit, dan respon terapi, antara lain :
1. Technetium Tc 99 metylene diphosphonate bone scan.
Dengan kriteria hasil : terlihat aktifitas osteoblastik yang akan kembali normal
beberapa bulan setelah resolusi klinik.
2. Gallium citrate Ga 67 scan.
Dengan kriteria hasil : terlihat focus inf akut yang akan kembali normal
dengan resolusi infeksi.
3. CT scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi
terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, komplikasi
intracranial.Dengan kriteria hasil : mastoid terlihat kabur dan ada kerusakan
tulang.
4. Otoskop
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati otitis eksterna generalisata, pertama-tama dilakukan
pembuangan sel-sel kulit mati yang terinfeksi dari saluran telinga dengan alat
penghisap atau kapas kering. Setelah saluran telinga dibersihkan, fungsi pendengaran
biasanya kembali normal. Pembersihan liang telinga dengan penghisap yang
biasanya asam menjadi basa. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis dan
membran tymphani. Diaspirasi secara steril bila menjadi abces.
Penatalaksanaan medis
Antibiotik dalam bentuk salep (neomisin, Polimiksin B atau
Basitrasin).Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol
dalam liang telinga selama 2 hari. Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara
steril untuk mengeluarkan nanahnya. Insisi bila dinding furunkel tebal, kemudian
dipasang drain untuk mengalirkan nanah. Obat simptomatik : analgetik, obat
penenang.
Prinsip terapi ditujukan untuk menghilangkan ketidaknyamanan,
mengurangi pembengkakan pada kanalis telinga, dan mengeradikasi infeksi. Tak
jarang pasien mendapat resep analgetik selama 48-92 jam pertama. Bila jaringan di
kanalis eksternus mengalami edema perlu dipasang sumbu untuk menjaga kanalis
tetap terbuka sehingga cairan obat (larutan burrow sediaan antibiotika telinga) dapat
dimasukkan. Obat tersebut dapat diberikan dengan penetes dengan suhu ruangan.
Obat yang dipakai biasanya kombinasi antibiotic dan kortikosteroid untuk
melemaskan jaringan yang terinflamasi. Jika terdapat selulitis atau demam maka
dapat diberikan antibiotic sistemik. Bahan anti jamur dapat diberikan bila perlu.
Pasien diingatkan untuk/tidak membersihkan sendiri canalis auditorius
eksternus menggunakan lidi kapas. Pasien juga dilarang untuk berenang atau
memasukkan air ke dalam telinga ketika mandi atau mencuci rambut. Wool kambing
atau kapas dapat diolesi jel yang tak larut air (vaselin) dan diletakkan di telinga
untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah infeksi dengan
menggunakan preparat antiseptic telinga sehabis berenang seperti swim ear atau ear
dry, kecuali ada riwayat perforasi membrane thimpani atau infeksi telinga berulang.
(Suzanne C. Smeltzer, KMB, 2002)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny. N masuk rumah sakit dengan keluhan mengatakan keluar cairan pada telinga 2
sejak minggu yang lalu disertai dengan nyeri yang hilang timbul. Hal itu dialami karna
telinga klien kemasukan air pada saat berenang dilaut. Klien senang berenang di laut pada
saat subuh menjelang pagi hari. Klien juga sering mengorek-ngorek telinganya sejak
telingnya kemasukan air laut. Klien juga mengeluh pada saat telinganya terasa sangat
gatal, kulit telinganya terkelupas. Klien melakukan hal tersebut karena telinganya terasa
penuh dan kadang terasa nyeri. Beberapa hari setelah telinganya kemasukan air, klien
mengalami demam. Klien merasa cemas akan telinganya, apakah dia bisa sembuh seperti
semula atau akan ada perubahan pada pendengarannya ”.
A. PENGKAJIAN
Biodata klien
Nama : Ny. N
Umur : 79 tahun
Jenis kelamin : perempuan
. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan telinga
“Setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan speculum telinga terdapat granulasi
jaringan didalam telinga”.
b. Uji Weber :
“Klien mengatakan suara yang didengan lebih keras di telinga yang sakit (Telinga
kanan) dibandingkan telinga yang sehat (Telinga kiri)”
c. Uji Rinne :
“Klien mengatakan Suara lebih besar saat ditempelkan di tulang mastoid
dibandingkan
di depan telinga (Bone Conduction > Air Conduction = BC>AC)”
d. Uji Schwabach :
“Uji Schwabach memanjang (Hantaran tulang mastoid klienlebih lama
dibandingkan hantaran tulang mastoid pemeriksa)”
e. Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada
MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke
membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
f. Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien,
maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
ANALISA DATA
DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DS : Nyeri Akut b.d Proses
- Klien mengatakan nyeri Inflamasi
DO :
- Klien nampak meringis
kesakitan
DS : Gangguan Persepsi Sensori :
- Klien mengatakan pendengarannya menurun Pendengaran b.d Penurunan
- Klien mengatakan telinganya terasa penuh pendengaran
DO :
- Terdapat granulasi didalam telinga
- Uji Weber : Lateralisasi ke telinga yang
sakit
- Uji Rinne : BC>AC
- Uji
Schwabach : Memanjang
DS : Hipertermi b.d proses
- Klien mengeluh demam beberapa hari inflamasi
setelah telinganya kemasukan air laut
DDO :
- Klien nampak demam
DS : Cemas b.d koping mal adaptif
- Klien merasa cemas akan penyakit yang
dideritanya
DO:
- Klien nampak
khawatir/cemas
B. DIAGNOSA
1. Nyeri Akut b.d Proses Inflamasi
2. Gangguan Persepsi Sensori : Pendengaran b.d Penurunan pendengaran
3. Hipertermi b.d proses inflamasi
4. Cemas b.d koping mal adaptif
C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri akut KH : - Lakukan pengkajian nyeri
- Mampu secara komprehensif
mengontrol nyeri termasuk lokasi,
(tahu penyebab karakteristik,durasi,frekuens
nyeri mampu i,kualitas dan faktor
mengunakan presipitasi
tehnik - Observasi reaksi nonverbal
nonfarmakologi dari ketidaknyamanan .
untuk mengurangi - Gunakan tehnik komunikasi
nyeri . terapeutik untuk mengetahui
- Melaporkan bahwa pengalaman nyeri pasien
nyeri berkurang - Kaji kultur yang
yeri (skaladengan mempengaruhi respon nyeri.
menggunakan - evaluasi pengalaman nyeri
manajemen nyeri masa lampau
- Mampu
- mengenali evaluasi bersama pasien dan
nyeri tim kesehatan lain tentang
(skala,intensitas, ketidakefektifan kontrol
frekuensi dan nyeri masa lampau.
tanda nyeri - Kontrol lingkungan yang
- Menyatakan rasa dapat mempengaruhi nyeri
nyaman setelah - Ajarkan tehik non
nyeri berkurang. farmakologi
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatan istrahat
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri
2 Gangguan - menerima - Kaji tingkat kerusakan pendengaran
Persepsi pembatasan - Kaji dan bulat cara berkomunikasi
Sensori : yang
Pendengaran disebabkan
b.d Penurunan kerusakan
pendengaran pendengaran
D. IMPLEMENTASI
lokasi,
karakteristik,durasi,frek A : masalah belum teratasi
uensi,kualitas dan
faktor presipitasi P : intervensi lanjutan
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Cemas Minggu 09 S : S : Klien merasa tidak cemas
b.d kopin 15/04/19 00 lagi
g mal
adaptif O : klien nampak biasa
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan