Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Buta warna adalah ketidak mampuan seseorang untuk mebedakan warna
tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan warna-warna
tertentu saja. Meskipun demikian ada juga orang yang sama sekali tidak bisa
melihat warna. Jadi hanya tanpak hitam, putih dan abu-abu.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari
orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena
kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa
faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada
laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini
menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita
dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna
sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat
berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada
kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut
menderita buta warna.
Buta warna lebih sering terjadi pada seseorang berjenis kelamin lelaki
dibandingkan perempuan. Sebanyak 99% seorang buta warna tidak mampu
membedakan antara warna hijau dan merah. Juga ditemukan kasus penderita yang
tak bisa mengenali perbedaan antara warna merah dan hijau. Cacat mata ini
merupakan kelainan genetik yang diturunkan oleh ayah atau ibu. Belum dapat
dipastikan berkaitan jumlah penderita, akan tetapi sebuah penelitian menyebutkan
sebesar 8 -12% lelaki Eropa adalah pengidap buta warna. Sementara persentase
perempuan Eropa yang buta warna adalah 0,5 -1%. Tingkat buta warna di benua
lain tentu bervariasi. Di Australia yang terjadi pada 8% laki-laki dan 0,4% wanita.
Komunitas yang terisolasi dengan populasi gen yang terbatas, biasanya memiliki
prevalensi yang cukup tinggi.

1
B. RUMUSAN MASALAH

C. Tujuan
Tujuan Umum : Memberikan informasi mengenai buta warna
Tujuan Khusus : Mengetahui kelainan kromosom penyebab buta warna

2
BAB II
KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama)
deutros (kedua) dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3.
Biru. Buta warna adalah ketidakmampuan mata untuk membedakan sebagian
atau seluruh warna.

B. KLASIFIKASI BUTA WARNA

Menurut Ilyas, klasifikasi buta warna dibagi menjadi :

1. Monokromat atau akromatopsia (Total)


Hanya terdapat satu jenis kerucut yang sering mengeluh fotofobia
tajam penglihatan yang kurang
2. Dikromat
Mempunyai dua pigmen kerucut dan mengakibatkan sukar mebedakan
warna-warna tertentu.
a) Protanopia
Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna
merah hijau.
b) Deutranopia
Kekurangan pigmen hijau.
c) Tritanopia

3
Dimana terdapat kesukaran membedakan dengan warna merah dari
kuning.

3. Trikromat
Keadaan pasien yang mempunyai 3 pigmen kerucut yang mengatur
fungsi penglihatan. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna, akan
tetapi dengan interprestasi yang berbeda daripada normal, yang paling
sering ditemukan adalah :
a) Trikromat anomaly
Pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi, satu tidak
normal, pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada
anomaloskop berbeda dengan orang normal.
b) Deutronomaly
Cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi
gangguan lebih banyak pada warna hijau

c) Protanomaly
Diperlukan lebih banyak merah untuk menggabung menjadi kuning
baku pada anomaloskop yang pada pasien terdapa buta berat terhadap
warna hijau merah dimana merah lebih banyak terganggu.

C. ETIOLOGI
Buta warna biasanya adalah suatu gangguan genetik terkait kromosom
sex (X)
Menurut Guyton, Buta warna merupakan kelainan terkait sex dan
disebabkan oleh tidak adanya gen warna dalam kromosom X. Tidak adanya gen
ini,terkait resesif, sehingga gejala buta warna tidak akan tampak selama
kromosom X yang lainya dapat membawa gen yang diperlukan untuk
perkembangan sel kerucut penerima warna yang sesuai.
Oleh karena pria hanya memiliki satu kromosom X saja, maka dalam
satu kromosom ini harus ada ketiga gen warna tersebut bila ia tidak menderita
buta warna.

4
Disamping itu, ada juga penyebab lain yaitu kecelakaan dan keracunan

D. PATOFISIOLOGI
Bentuk warisan paling umum kebutaan warna (merah-hijau) disebabkan
oleh gen terkait-X resesif umum.
Ibu memiliki pasangan kromosom XX membawa materi genetik, dan ayah
memiliki pasangan kromosom XY. Seorang ibu dan ayah masing-masing
menyumbangkan kromosom yang menentukan jenis kelamin bayi mereka. Ketika
kromosom X pasangan dengan X yang lain, adalah perempuan. Dan ketika
pasangan X dengan Y, adalah laki-laki.
Jika anak memiliki bentuk umum dari buta warna disebabkan oleh gen
resesif terkait-X, ibu anak akan menjadi pembawa gen atau kekurangan warna
sendiri.
Seorang anak perempuan yang mewarisi gen warna-kekurangan dari
ayahnya akan hanya pembawa kecuali ibunya juga memiliki gen warna-
kekurangan. Jika anak perempuan mewarisi sifat terkait-X dari kedua ayah dan
ibunya, maka ia akan buta warna serta pembawa.

Contoh :

 Tersebut di atas, ada seorang lai-laki buta warna yang menikah dengan
seorang wanita normal. Kemudian pasangan ini di karuniai 6 orang anak,
di antaranya 3 orang wanita dan 3 orang laiki-laki. Pada gambar terlihat

5
jelas bahwa anak laki-laki dari pasangan tersebut normal. Akan tetapi anak
wanita-nya tergolong sebagai CARRIER FEMALE atau wanita yang
membawa sifat buta warna.

 Pada saat wanita pembawa sifat buta warna atau CARRIER FEMALE ini
menikah dengan seorang laki – laki normal, dan pada gambar di atas
pasangan tersebut dikaruniai 4 orang anak. 2 orang laki – laki dan 2 orang
wanita. peluangnya bisa terjadi:

 1 orang laki-laki buta warna

 1 orang laki-laki normal

 1 orang wanita carrier female/pembawa sifat buta warna

 1 orang wanita normal

E. PEMERIKASAAN DIAGNOSTIK
Pemerikasaan diagnostik buta warna pada umumnya disebut Uji Ishihara
Uji Ishiara merupakan uji untuk mengetahui adanya efek pengelihatan warna,
didasarka pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai
ragam warna (Ilyas, 2008)
Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr, Shidou
Ishihara. Tes ini pertama dipublikasi pada tahun 1917 di jepang. Sejak saat itu, tes
ini terus digunakan di seluruh dunia sampai sekarang. Tes Ishihara terdiri dari
lembaran yang didalamnya terdapa titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran.
Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Karena titik itu
dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan
warna seperti yang dilihat orang normal.

6
Pada orang normal di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis
tertentu. Tetapi pada orang buta warna yang tampak pada lingkaran akan berbeda
seperti yang dilihat oleh orang normal. Tes ishihara biasanya dilengkapi oleh
kunci jawaban untuk setiap lembarnya. hasil tes seseorang akan dibandingkan
dengan kunci jawaban tersebut. dari sini dapat ditentukan apakah seseorang
normal atau buta warna.

F. PENATALAKSANAAN ATAU PENANGANAN


Sampai sekarang belum ditemukan pengobatan untuk pengidap buta warna,
hal ini karena buta warna bukanlah sebuah penyakit melainkan kecacatan yang
bersifat genetik.

G. KOMPLIKASI BUTA WARNA


Komplikasi buta warna antara lain :
1. Dampak pada Keseharian penyandang buta warna :
Penyandang buta warna mengalami kesulitan untuk
membedakan warna pakaian, warna lampu lalu lintas, dan simbol-
simbol tertentu.
2. Dampak pada Bidang pendidikan
Buta warna mempengaruhi penderitanya dalam memilih
program study untuk melanjutkan pendidikannya, bahkan dalam
memilih karir selanjutnya, karena beberapa program study dan
pekerjaan mensyaratkan mahasiswa atau karyawan tidak buta warna.
3. Dampak pada Psikologi
Deskriminasi terhadap orang-orang penyandang buta warna
masih sering terjadi, ketidakmampuan dalam membedakan warna
sering kali menjadi bahan ejekan, yang dapat penyandang buta warna
merasa dikucilkan dan tidak percaya diri.

7
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN BUTA WARNA

KASUS
Ny R membawa anaknya ke RS.Ny R mengatakan bahwa anaknya sulit mengikuti
pelajaran disekolah dikarenakan An.T memiliki masalah mata yaitu terutama pada
penglihatan warna,sehingga klien tidak ingin kesekolah karna malu dengan teman-
temannya.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. T
Umur : 8 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku bangsa : Bugis
Pendidikan : SD
Alamat : Kendari
2. Identitas orang tua
Nama : Ny. R
Usia : 35 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tannga
Alamat : Kendari
Status : ibu An.T

3. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya sulit mengikuti pelajaran di sekolah yang
berhubungan dengan warna, ibu klien juga mengatakan bahwa anaknya tidak
mau pergi sekolah karena malu denan teman-temannya.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang

8
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sulit membedakan warna – warna
An.T selalu menukar nama warna.
b. Riwayat penyakit sebelumnya : -
c. Riwayat penyakit keluarga : ibu klien mengatakan bahwa kakeknya An.T
juga pernah menderita buta warna
5. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Tes penglihatan warna: uji ishihara,tidak bisa membaca warna dengan
benar
b. Pemeriksaan tajam penglihatan : tidak baik
c. Pemeriksaan anatomik dilakukan dengan cara objektif
a) Inspeksi: adanya pembengkakan, kemerahan dan tumor
b) Palpasi: nyeri tekan
d. Pemeriksaan Diagnostik
a) ERG: defisiensi salah satu sel kerucut
b) Oftalmoskop :Retina berwarna kuning-merah dengan bercak-bercak
hitam.
e. Keadaan psikososial klien
1. Bagaimana klien terhadap penyakitnya : Cemas
2. Harapan klien terhadap keadaan kesehatannya : Semoga Cepat sembuh
3. Pola interaksi dengan orang terdekat : klien namak malu
4. Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bila klien menghadapi masalah :
Menolong
5. Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah :
Diskusi bersama Keluarga
6. Bagaimana hubungan klien dengan tenaga kesehatan / keperawatan
selama dirawat : klien nampak menutup diri

6. Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
DS : Ibu klien mengatakan Penurunan Gangguan
1
anaknya sulit mengikuti kromsom X persepsi sensori

9
pelajaran di sekolah yang (penglihatan)
berhubungan dengan warna

DO :
- klien tidak bisa membaca
wana dengan benar
- ERG: defisiensi salah
satu sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak
hitam.

DS : Ibu klien mengatakan Kerusakan foto Resiko terhadap


2
bahwa anaknya sulit pigmen sel cedera
membedakan warna – warna kerucut
An.T selalu menukar nama
warna.

DO : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan
dan tumor

Palpasi: nyeri tekan

DS : ibu klien mengatakan Perubahan Harga diri rendah


3
bahwa anaknya tidak mau penampilan peran
pergi sekolah karna malu
dengan teman temannya

10
DO :
- Klien nampak selalu
menutup diri

B. Dignosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d defek penglihatan warna
2. Resiko terhadap cedera b.d kurangnya interpretasi warna
3. Harga diri rendah b.d Gangguan konsep diri

C. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Catat reaksi pasien terhadap
1 Gangguan 1. Ketajaman
rusaknya penglihatan (misal,
sensori persepsi penglihatan pusat
depresi, menarik diri, dan menolak
(penglihatan) b.d (kiri dan kanan)
kenyataan)
defek 2. Ketajaman
2. Menerima reaksi pasien terhadap
penglihatan penglihatan sekitar
defisiensi penglihatan warna yang
warna (kiri dan kanan)
dimiliki
3. Lapang pandang
3. Andalkan penglihatan pasien yang
pusat (kiri dan
tersisa sebagaimana mestinya.
kanan)
4. Lapang pandang Terapi kegiatan
sekitar (kiri dan
Aktivitas :
kanan)
1. Tentukan komitmen pasien untuk
5. Respon untuk
meningkatkan frekuensi dan/atau
rangsangan
jangkauan kegiatan
penglihatan
2. Bantu untuk menemukan makna
diri melalui aktivitas yang biasa
(misalnya bekerja) dan/atau aktivitas

11
liburan yang disukai
3. Bantu memilih kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi,
dan social
4. Bantu untuk memfokuskan pada apa
yang dapat dilakukan pasien bukan
pada kelemahan pasien
5. Bantu mengidentifikasi dan
memperoleh sumber daya yang
diperlukan untuk kegiatan yang
dikehendaki.

2. Resiko terhadap 1 Kontrol faktor resiko


cedera b.d bahaya lingkungan
1 Sediakan lingkungan yang aman
kurangnya 2 Mengembangkan
untuk klien
interpretasi strategi kontrol resiko
2 Ingatkan klien untuk tetap
warna 3 Mengatur strategi
menggunakan kacamata dengan
kontrol bahaya yang
lensa yang berfilter warna khusus
diperlukan
yang memungkinkan klien untuk
4 Menyatakan resiko
menginterpretasikan warna dengan
5 Modifikasi gaya
baik dan dapat menghindari diri
hidup untuk
dari cidera
menurunkan resiko
3 Menganjurkan keluarga untuk
6 Menghindari paparan
menemani klien.
ancaman kesehatan
4 Memindahkan barang-barang yang
7 Berpartisipasi dlm
dapat membahayakan
skrining utk
5 Berikan penjelasan pada pasien dan
mengidentifikasi
keluarga atau pengunjung adanya
risiko.
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

12
3 Harga diri 1. Menerima bagian 1 Monitor pernyataan pasien tentang
rendah b.d tubuh yang dirinya
Gangguan mengalami gangguan 2 Bantu pasien untuk meningkatkan
konsep diri 2. Puas dengan penilaian dirinya terhadap
penampilan tubuh penghargaan dirinya
3. Puas dengan fungsi 3 Bantu pasien untuk meningkatkan
tubuh kepercayaan dirinya
4 Berikan dorongan kuat untuk
pasien
5 Dorong kontak mata dalam
komunikasi dengan semua orang
6 Berikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga
7 Berikan pendidikan kesehatan pada
klien tentang penyakit

D. Implmentasi

Tgl /
No Diagnosa Implementasi
Jam
1 6 april
Gangguan sensori 1. Mencatat reaksi pasien
2019
persepsi 2. Menerima reaksi pasien terhadap defisiensi
(penglihatan) b.d penglihatan warna yang dimiliki
defek penglihatan 3. Mengandalkan penglihatan pasien yang
warna tersisa sebagaimana mestinya. Terapi
kegiatan
4. Aktivitas : Menentukan komitmen pasien
untuk meningkatkan frekuensi dan/atau
jangkauan kegiatan
5. Membantu untuk menemukan makna diri

13
melalui aktivitas yang biasa (misalnya
bekerja) dan/atau aktivitas liburan yang
disukai
6. Membantu memilih kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi, dan
social
7. Membantu untuk memfokuskan pada apa
yang dapat dilakukan pasien bukan pada
kelemahan pasien
8. Membantu mengidentifikasi dan memperoleh
sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan
yang dikehendaki.
2 06april Environment Management
Resiko terhadap
2019 Aktivitas :
cedera b.d
kurangnya 1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk
interpretasi warna klien
2. Mengingatkan klien untuk tetap
menggunakan kacamata dengan lensa yang
berfilter warna khusus yang memungkinkan
klien untuk menginterpretasikan warna
dengan baik dan dapat menghindari diri dari
cidera
3. Menganjurkan keluarga untuk menemani
klien.
4. Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
5. Memberikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab penyakit.
3 06april
Harga diri rendah Self estem enhancement
2019

14
b.d Gangguan
Aktivitas :
konsep diri

1. Monitor pernyataan pasien tentang dirinya


2. Membantu pasien untuk meningkatkan
penilaian dirinya terhadap penghargaan
dirinya
3. Membantu pasien untuk meningkatkan
kepercayaan dirinya
4. Memberikan dorongan kuat untuk pasien
5. Mendorong kontak mata dalam komunikasi
dengan semua orang
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga
7. Memberikan pendidikan kesehatan pada
klien tentang penyakit
4 06april
Gangguan sensori Peningkatan komunikasi : defisit penglihatan
2019
persepsi
Aktivitas :
(penglihatan) b.d
defek penglihatan 1. Mencatat reaksi pasien terhadap rusaknya
warna penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan
menolak kenyataan)
2. Menerima reaksi pasien terhadap defisiensi
penglihatan warna yang dimiliki
3. Mengandalkan penglihatan pasien yang
tersisa sebagaimana mestinya. Terapi
kegiatan
4. Aktivitas : Menentukan komitmen pasien
untuk meningkatkan frekuensi dan/atau
jangkauan kegiatan
5. Membantu untuk menemukan makna diri
melalui aktivitas yang biasa (misalnya

15
bekerja) dan/atau aktivitas liburan yang
disukai
6. Membantu memilih kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi, dan
social
7. Membantu untuk memfokuskan pada apa
yang dapat dilakukan pasien bukan pada
kelemahan pasien
8. Membantu mengidentifikasi dan memperoleh
sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan
yang dikehendaki.

5 07 Environment Management
Resiko terhadap
april Aktivitas :
cedera b.d
2019
kurangnya 1. Menyediakan lingkungan yang aman untuk
interpretasi warna klien
2. Menegingatkan klien untuk tetap
menggunakan kacamata dengan lensa yang
berfilter warna khusus yang memungkinkan
klien untuk menginterpretasikan warna
dengan baik dan dapat menghindari diri dari
cidera
3. Menganjurkan keluarga untuk menemani
klien.
4. Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
5. Memberikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab penyakit.
6 07 april
Harga diri rendah Self estem enhancement

16
2019 b.d Gangguan
Aktivitas :
konsep diri

1. Monitor pernyataan pasien tentang dirinya


2. Membantu pasien untuk meningkatkan
penilaian dirinya terhadap penghargaan
dirinya
3. Membantu pasien untuk meningkatkan
kepercayaan dirinya
4. Memberikan dorongan kuat untuk pasien
5. Mendorong kontak mata dalam komunikasi
dengan semua orang
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga
7. Memberikan pendidikan kesehatan pada
klien tentang penyakit

E. Evaluasi

No Tgl/Ja Diagnosa Evaluasi


m
1 07april
Gangguan sensori S : Ibu klien mengatakan
2019
persepsi (penglihatan) anaknya sulit mengikuti
b.d defek penglihatan pelajaran di sekolah yang
warna berhubungan dengan warna

O:
- klien tidak bisa membaca
wana dengan benar
- ERG: defisiensi salah satu

17
sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak
hitam.

A : masalah belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan
2 07 april
Resiko terhadap cedera S : Ibu klien mengatakan
2019
b.d kurangnya bahwa anaknya sulit
interpretasi warna membedakan warna – warna
yang An.F lihat dia selalu
menukar nama warna.

O : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan
dan tumor

Palpasi: nyeri tekan

A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan
3 07 april
Harga diri rendah b.d S : ibu klien mengatakan
2019
Gangguan konsep diri bahwa anaknya tidak mau
pergi sekolah karena sering di
ejek – ejek dengan teman -
temannya

O:
- Klien nampak selalu

18
menutup diri

A : masalah teratasi

P : pertahankan intervensi
4 07 april
Gangguan sensori DS : Ibu klien mengatakan
2019
persepsi (penglihatan) anaknya sulit mengikuti
b.d defek penglihatan pelajaran di sekolah yang
warna berhubungan dengan warna

DO :
- klien tidak bisa membaca
wana dengan benar
- ERG: defisiensi salah satu
sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak
hitam.

A : masalah belum terasi

P : intervesi di lanjutkan
5 08 april
Resiko terhadap cedera S : Ibu klien mengatakan
2019
b.d kurangnya bahwa anaknya sulit
interpretasi warna membedakan warna – warna
yang An.F lihat dia selalu
menukar nama warna.

O : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan
dan tumor

19
Palpasi: nyeri tekan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
6 08 april
Harga diri rendah b.d S : ibu klien mengatakan
2019
Gangguan konsep diri bahwa anaknya tidak mau
pergi sekolah karena sering di
ejek – ejek dengan teman -
temannya

O:
- Klien nampak selalu
menutup diri

A : masalah teratasi

P : pertahankan intervensi

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Pasien
tidak atau kurang dapat membedakan warna yang didapat dari faktor keturunan
ataupun didapatkan akibat penyakit tertentu.
Ciri-ciri seorang buta warna adalah retina tidak mampu merespon warna
dengan semestinya. Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan
atau kerusakan permanen.Buta warna merupakan kecacatan yang disebabkan oleh
gen resesif c (color blind) yang terdapat pada kromsom X
Jumlah penderita buta warna di dunia, kira-kira 5-8% pria dan 0,5% wanita
dilahirkan buta warna.
Buta warna dibedakan menjadi tiga yaitu Monokromat, dikromat dan
trikomat

B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini masyarakat dan mahasiswa maupun
para pembaca lainnya dapat memahami dari makalah buta warna sehingga
dapat hidup dengan mata yang sehat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi
ketiga. Hal 83-88. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
tanggal 13 November 2013.

Taufan Nugroho. Januari 2013. Buku buta warna dan strabismus

22

Anda mungkin juga menyukai

  • HargaDiriRendah
    HargaDiriRendah
    Dokumen27 halaman
    HargaDiriRendah
    D'nata Ardi Prasetya
    Belum ada peringkat
  • Konsep Medis
    Konsep Medis
    Dokumen22 halaman
    Konsep Medis
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • RPS Rahmawaty
    RPS Rahmawaty
    Dokumen1 halaman
    RPS Rahmawaty
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kesling
    Makalah Kesling
    Dokumen11 halaman
    Makalah Kesling
    Laksmi Sri Wardana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen19 halaman
    Bab I
    Maria Kusuma CandraWati
    Belum ada peringkat
  • Bu Cici
    Bu Cici
    Dokumen7 halaman
    Bu Cici
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Otitis Eksternal Bu Dama
    Otitis Eksternal Bu Dama
    Dokumen16 halaman
    Otitis Eksternal Bu Dama
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Dari Jurnal
    Ringkasan Dari Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Ringkasan Dari Jurnal
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen13 halaman
    ASKEP
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen24 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Bu Tina
    Bu Tina
    Dokumen17 halaman
    Bu Tina
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen1 halaman
    Nikel
    mohammad idris hamdala
    Belum ada peringkat
  • Askep Asthma Bronchial
    Askep Asthma Bronchial
    Dokumen15 halaman
    Askep Asthma Bronchial
    Bayu Setyiawan
    0% (1)
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen18 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Gagal Nafas - Anak
    Gagal Nafas - Anak
    Dokumen20 halaman
    Gagal Nafas - Anak
    Sposato Con Kedju Sharma
    Belum ada peringkat
  • Brosur Ninda
    Brosur Ninda
    Dokumen2 halaman
    Brosur Ninda
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Kasus OMA
    Kasus OMA
    Dokumen14 halaman
    Kasus OMA
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Diabetes Mellitus
    Askep Diabetes Mellitus
    Dokumen19 halaman
    Askep Diabetes Mellitus
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen1 halaman
    Nikel
    mohammad idris hamdala
    Belum ada peringkat
  • Gout Artritis (Kel - Ii)
    Gout Artritis (Kel - Ii)
    Dokumen3 halaman
    Gout Artritis (Kel - Ii)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen24 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Dokumen17 halaman
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Oedema Paru
    Askep Oedema Paru
    Dokumen5 halaman
    Askep Oedema Paru
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak TB Paru Anak
    Askep Anak TB Paru Anak
    Dokumen22 halaman
    Askep Anak TB Paru Anak
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Bronkhopneumonia
    Askep Bronkhopneumonia
    Dokumen9 halaman
    Askep Bronkhopneumonia
    bayu interisti
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Bronkitis Alergika
    Askep Anak Bronkitis Alergika
    Dokumen8 halaman
    Askep Anak Bronkitis Alergika
    Yuktika RiYu
    Belum ada peringkat
  • Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Dokumen6 halaman
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • LP Udem Paru
    LP Udem Paru
    Dokumen8 halaman
    LP Udem Paru
    ariemamamaehan
    Belum ada peringkat
  • Askep Asma Bronchiale
    Askep Asma Bronchiale
    Dokumen15 halaman
    Askep Asma Bronchiale
    vaniafildza
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Tuberkulosis
    Meningitis Tuberkulosis
    Dokumen5 halaman
    Meningitis Tuberkulosis
    Putri Viruzz Maenjaa
    Belum ada peringkat