PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memililki fungsi
utama yakni untuk menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin.(www.klik dokter.com)
Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh
dunia.Diperkirakan 15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes
mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang
terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di Amerika
Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan kematian
lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab
utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi diabetes diyakini
termasuk kematian yang tidak tidak terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan
penyebab kematian. Diabetes adalah penyebab utama dari kebutaan. Lebih
dari 60 sampai 65% penderita diabetes menderita hipertensi. Hal yang
mengejutkan biaya pengeluaran untuk pengobatan secara langsung dan tidak
langsung untuk diabetes pada tahun 1997 diperkirakan mencapai 98 juta dolar.
Banyaknya biaya tidak memberikan timbal balik yang kehidupan patien
diabetes dan keluarganya.(Sharon n Margaret 2000)
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya, hal ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan.
Persentase penderita diabetes mellitus lebih besar di kota daripada di desa,
14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat keenam
di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat
penting dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian yang disebabkan karena diabetes mellitus,
sehingga diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memahami dan menguasai
konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Diabetes Melitus
2. Apa saja Etiologi Diabetes Melitus
3. Bagaimana Patofisiologi Diabetes Melitus
4. Apa saja Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
5. Apa saja Gejala Kronik Diabetes Melitus
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus
7. Apa Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus
8. Apa saja Komplikasi Diabetes Melitus
9. Bagaiamana Konsep Keperawatan Diabetes Melitus
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui Etiologi Diabetes Melitus
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
5. Untuk mengetahui Gejala Kronik Diabetes Melitus
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus
8. Untuk mengetahui Komplikasi Diabetes Melitus
9. Untuk mengetahui Konsep Keperawatan Diabetes Melitus
2
BAB I
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.(Arif
Mansyoer, 1997 : 580)
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks
yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau hormonal
karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C. Long, 1996:4)
Diabetes Mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai
oleh hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas, metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Abmormalitas metabolik ini mengarah pada
perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular, neurogenik dan
kardiovaskuler (Hotma Rumoharba, Skp, 1997).
Diabetes Mellitus adalah penyakit herediter (diturunkan) secara
genetis resesi berupa gangguan metabolisme KH yang disebabkan kekurangan
insulin relatif atau absolut yang dapat timbul pada berbagai usia dengan
gejala hiperglikemia, glikosuria, poliuria, polidipsi, kelemahan umum dan
penurunan berat badan.
Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Association (1997) sesuai
anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut):
a. Autoimun
b. Idiopatik
3
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai terutama defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin).
3. Diabetes tipe lain
a. Defek genetik fungsi sel beta:
1) Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3
2) DNA mitokondria
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
1) Pankreatitis
2) Tumor / pankreatektomi
3) Pankreatopati fibrotakalkus
d. Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, dan
hipertiroidism.
e. Karena obat / zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukokortikoid, hormon tiroid
3) Tiazid, dilantin, interferona, dll.
f. Infeksi: rubela kongenital, sitomegalovirus
g. Penyebab imunologi yanng jarang : antibodi antiinsullin
h. Sindrom genetik lain yanng berkaitan dengan DM: sindrom down,
sindrom kllinefelter, sindrom turner, dll.
4. Diabetes Mellitus Gestasional
B. Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau Diabetes Melitus
Tergantung Insulin ( DMTI ) di sebabkan oleh destruksi sel beta pulau
lengerhands akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (
DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
4
C. Patofisiologi
Karena proses penuaan, gaya hidup, infeksi, keturunan, obesitas dan
kehamilan akan menyebabkan kekurangan insulin atau tidak efektifnya insulin
sehingga sehinga terjadi gangguan permeabilitas glukosa di dalam sel.
Di samping itu juga dapat di sebabkan oleh karena keadaan akut
kelebihan hormon tiroid, prolaktin dan hormon pertumbuhan dapat
menyebabkan peningkatan glukosa darah.peningkatan kadar hormon –
hoormon tersebut dalam jangka panjang terutama hormon pertumbuhan di
anggap diabetogenik ( menimbulkan diabet ). Hormon – hormon tersebut
merangsang pengeluaran insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta pulau
lengerhans paankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel
terhadap innsulin dan apabila hati mengalami gangguan dalam mengolah
glukoosa menjadi glikogen atau proses glikogenesis maka kadar gula dalam
darah akan meningkat.
Dan apabila ambang ginjal dilalui timbullah glukosuria yang
menybebkan peningkatan volume urine, rasa haus tersimulasi dan pasien akan
minum air dalam jumlah yang banyak ( polidipsi )karena glukosa hilang
bersama urine, maka terjadi ekhilangan kalori dan starvasi seeluler, slera
makan dan orang menjadi sering makan ( polifagi ).
Hiperglikemia menyebabkan kadar gula dalam keringat meningkat,
keringat menguap, gula tertimbun di dalam kulit dan menyebabkan iritasi dan
gatal – gatal. Akibat hiperglikemia terjadi penumpukan glukosa dalam sel
yang yang merusak kapiler dan menyebabkan peningkaatan sarbitol yang
akan menyebabkann gangguan fungsi endotel. Kebocoran sklerosis yang
menyebabkan gangguan – ganguan pada arteri dan kepiler.
Akibat hiperglikemia terjadi penimbunan glikoprotein dan penebalan
membran dasar sehingga kapiler terganggu yang akan menyebebkan gangguan
perfusi jaringan turun yang mempengaruhi organ ginjal, mata, tungkai bawah,
saraf. ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
5
D. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Polifagia
4. Penurunan berat badan
5. pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang
dan kram otot, ( gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis ).
Gejala lain yangmungkin di dikeluhkan pada pasien adalah kesemutan, gatal-
gatal, mata kabur dan impotaansi pada pria. ( Mansjoer, 1999 )
E. Gejala Kronik
Gejala Kronik Diabetes Mellitus
Kadang-kadng pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus tidak
menunjukkan gejala akut ( mendadak ), tapi pasien tersebut menunjukkan
gajala sesudah beberapa bulan atau beberapa bulan mengiap penyakit DM.
gejala ini disebut gejala kronik atau menahun, adapun gejala kronik yang
sering timbul adalah :
- Kesemutan
- Kulit terasa panas ( medangen ) atau seperti terusuk jarum
- Rasa tebal di kulit sehingga seeehingga kalau berrjalan seperti di
atas bantal atau kasur
- Kram
- Mudah mengntuk
- Capai
- Mata kabur, biasanya seeing ganti kaca mata
- Gatal sekitar kemaluan, terrutama pda wanita
- Gigi mudaah lepas daaan mudaah goyah
- kemempuan seksual menurun atau bahkan impoten
- terjaddi hambatan dalam pertumbuhan dalam anak-anak
( Tjokro Prawito, 1997 )
6
Adapun kelompok resiko tinggi yang memudahkan terkena penyakit
diabetes melitus adalah:
- kelompok resiko tinggi untuk penyakit diabetes mellitus
- kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun)
- kegemukan
- tekanan darah tinggi
- riwayat keluarga DM
- riwayat DM pada kehamilan
- riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi 4 kg
- riwayat terkena penyakit infeksi virus, misal virus morbili
- riwayat lama mengkonsumsi obat-obatan atau suntikan golongan
kortikosteroid.
( Tjokro Prawito, 1997 )
F. Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah: meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma (keton): positif secara menyolok
Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum: menngkat tetapi biasanya kurang dari 330 m
Osm/l
Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
Fosfor: lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat: kadarnya menngkat 2 – 4 kali lipat
Gas darah arteri: biasanya menunjukkan PH rendah dan penurunan
pada HCO3 (Asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentraasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum/Kreatinin: mungkin meningkat atau normal
(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
7
Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari Diaabetes melitus (Diabetik
ketoasidosis)
Pemeriksaan fungsi ttiroid: peningkatan aktifitas hormon tiroid
dapat menongkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
Urin: gula dan asetan positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi saaluran
kemih, infeksi pernafasan, dan infeksi pada luka.
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya
komplikasi akut dan kronis. Jika pasien berhasil mengatasi diabetesnya,ia
akan terhindar dari hiperglikemia dan hipoglikemia.
Penatalaksanaan medis pada pasien diabetes mellitus tergantung pada
ketepatan interaksi tiga faktor:
Aktivitas fisik
Diit
Intervensi farmakologi dengan preparat hipoglikemik oral atau
insulin.
Intervensi yang direncanakan untuk diabetes harus individual, harus
berdasarkan pada tujuan, usia, gaya hidup, kebutuhan nutrisi, maturasi, tingkat
aktivitas, pekerjaan, tipe diabetes pasien dan kemampuan untuk secara
mandiri melakukan ketrampilan yang dibutuhkan oleh rencana
penatalaksanaan.
Tujuan awal untuk pasien yang baru didiagnosa diabetes atau pasien dengan
kontrol buruk diabetes harus difokuskan pada yang berikut ini:
Elminasi ketosis, jika terdapat
Pencapaian berat badan yang diinginkan
Pencegahan manifestasi hiperglikemia
Pemeliharaan kesejahteraan psikososial
Pemeliharaan toleransi latihan
8
Pencegahan hipoglikemia
Pengelolaan Hipoglikemia:
a. Stadium permulaan (sadar):
Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/
permen gulamurni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/
gula diabetes) dan makanan yang pengandung hidrat arang
Stop obat hipoglikemik sementara, periksa glukosa darah
sewaktu
b. Stadium lanjut (koma hipoglikemia):
Penanganan harus cepat
Berikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon melalui
vena setiap glukosa darah dalam nilai normal atau di atas normal
disertai pemantauan glukosa darah
Bila hipoglikemia belum teratasi, berikan anatagonis
insulin seperti: adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagon 1
mg intravena/ intramuskular
Pemantauan kadar glukosa darah.
I. Komplikasi
a. Akut
Koma hipoglikemia
Ketoasidosis
Koma hiperosmolar nonketotik
b. Kronik
Makroangiopati, menegnai pembuluh darah besar, pembukluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
Mikroangiopati, mengenaipembuluh darah kecil, retino diabetik,
nefropati diabetik
Neuropati diabetik
Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitas, dan infeksi
saluran kemih
Kaki diabetik.
9
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
Informasi Umum:
Umur
Sex
BB sebelum dan sesudah sakit
TB
Jika klien telah terdiagnosa
Gejala spesifik
Kapan gejalan tersebut muncul
Obat-obat diabetes: nama, berapa lama, cara penyuntikan
RX. Obat
Jenis stressor: pekerjaan, rumah atau keluarga,penyaakit
lain
Jenis monitoring: darah, urin
Program latihan: jenis
Riwayat kesehatan dan masa lalu
Riwayat keluarga: DM, penyakit jantung, stroke, obesitas, riwayat
lahhir mati, kelahiran, dengan bayi 9 bulan
Riwayat kesehatan saat ini:
Pandangan double kabur
“Cramp” kaki pada saat jalan dan saat istirahat tidak
nyaman
Pada extrimitas terasa: baal, perubahan warna, dingin,
kesemutan, nyeri.
Jika terdapat diare: fekol inkontinensia, kapan terjadinya
Adakah masalah pemasukan
10
Adakah masalah pemasukan: urin tersisa di vesicaurinaria
menyebabkan rasa penuh yang aba
Concern klien dan keluarga: harapan dan kebutuhhan
khusus
2. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran → orientasi klien respon terhadap stimulasi
Tanda vital: N, S, TD, P, nafas bau aseton
Manifestasi komplikasi: tanda retinopati → ophtamoncopic
Suhu kulit, nadi lemah (posterior tibial dan dorsalis pedia)
Sensasi: tumpul dan tajam
Reflex
c. Psikososia
Gambaran klien tentang dirinya sebelum terdiagnosa dan persepsi
saat ini.
Kapan klien terhadap kemampuan untuk melakukan tugas dan
fungsi
Interaksi klien dengan anggota keluarga yang lain dan orang dalam
pekerjaan dan sekolah
Kapan kien merasa lebih stress
Suport dan pelayanan orang di sekitarnya
Depresi merasa kehilangan fungsi, kebebasan dan kontrol.
d. Laboratorium
Serum elektrolit (k dan Na)
Glukosa darah
BUN dan serum cretinin
Microalbuminuria
Glycosylated hemoglobin (HbA1c)
Nilai PH dan PCO2
11
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan
Dapat berhubungan dengan : Diuresis osmotik (dari hiperglikemia),
kehilangan gastrik berlebihan, diare,
muntah, masukan dibatasi, mual, kacau
mental.
Kemungkinan dibuktikan oleh : Peningkatan keluaran urine, urine encer.
Kelemahan, haus, penurunan BB tiba-
tiba, kulit /membran mukosa kering,
turgor kulit buruk, hipotensi, takikardi,
pelambatan pengisian kapiler.
Hasil yang diharapkan/
12
Kriteria evaluasi pasien akan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat
dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik,keluaran urine
tepat secara individu, dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai dengan indikasi:
Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa
dextrasa
Albumin, plasma atau dextran.
R/ - Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respon pasien secara individual.
- Plasma ekspander (pengganti kadang dibutuhkan jika
kekurangan mengancam kehidupan atau tekanan darah).
Pasang atau pertahankan kateter urine tetap terpasang
R/ Memberikan pengukuran yang tepat atau akurat terhadap
pengukuran keluaran urine terutama jika neuropati otonom
menimbulkan gangguan kantong kemih (retensi urine atau
inkontinensia).
Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui intravena dan atau
melalui sesuai indikasi.
R/ Kalium harus ditambahkan pada intravena (segera aliran adekuat)
untuk mencegah hipokalemia.
Tindakan / Intervensi
Pantau TTV, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
R/ Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Suhu, warna kulit, atau kelembabannya.
13
R/ Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal yang
umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang
kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.
Kaji adanya perubahan mental/ sensori
R/ Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi
atau yang rendah (hiperglikemia), elektrolit yang abnormal,
asidosis, penurunan perfusi serebral dan berkembangnya hipoksia.
14
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger
stiek”
R/ Analisa keadaan di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat
(menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan) daripada
memantau gula dalam urine (reduksi urine yang tidak cukup
akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah.
Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin
normal.
R/ Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa
gula darah kira-kira 250 mg/dl.
Lakukan konsultasi dengan ahli diit.
R/ Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diit untuk
memenuhi kebutuhan nitrisi pasien.
Tindakan / Intervensi
Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
R/ Mengindentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapetik.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat
dicerna,pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
R/ Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat menurunkan mobilitas atau fungsi lambung (distensi atau
ilius paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik atau kultur.
R/ Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
pencernaan makanan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
15
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi
dan utilisasinya).
4. Kelelahan
Dapat dihubungkan dengan : penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah : insufisiensi
insulin, peningkatan kebutuhan energi :
status hieper metabolik / infeksi.
Kemungkinan di buktikan oleh : kurang energi yang berlebihan,
ketidakmampuan untuk
16
mempertahakan rutinitas biasanya,
penutunan kinerja, kecenderungan
untuk kecelakaan.
Hasil yang di harapkan / kriteria
Evaluasi pasien akan : mengungkapkan peeningkatan tingkat
energi, menunjukkan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas yang di inginkan.
Tindakan / Intervensi
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
R/ pendidikan apat memberikan motivasi untuk meninkatkan tingkat
aktivitas meskipun passien mungkin sangat lelah.
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup /
tanpa di ganggu.
R/ mencegah kelelahan yang berlebihan.
Pantau nadi, frekuensi pernapsan dan tekanan darah sebelum atua
sesudah melakukan aktivitas.
R/ mengindikasikan tingkat aktivitass yang dapat di toleransi secara
fisiologis.
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai degnan yang dapat di toleransi
R/ meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai
tingkat aktifitas yang dapat di toleransi pasien.
17
instruksi terjadinya komplikasi yang
dapat di cegah.
Hasil yang di harapkan / kriteria
Evaluasi pasien akan : mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit. Mengidentifikasi hubungan
tanda atau gejala degnan proses
penyakit dn menghubungkan gejala
dengan faktor penyebab. Dengan benar
melakukan prosedur yang perlu dan
menjelaskan rasional tindakan.
Melakukan perubahan gaya hidup dan
beraprtisipassi dalaam program
pengobatan.
Tindakan / Intervensi
Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien.
R/ memperhatikan dan menanggapi perlu perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang
diharapkan
R/ pertisipasi dalaam perencanaan meningkatkan antusias dan bekerja
sama dengan pasien dengan prinsip-prinsip yang di pelajari.
Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan makanan tinggi serta
dan cara untuk melakukan makan di luar rumah.
R/ kesadaran tentang pentingnya kontrrol diit akan membantu pasien
dalam emrancanakan makan atau menaati program.
Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin, anjurkan
pasien untuk menghentikan merokok.
R/ nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil daan absorbsi insulin
di perlambat selama pembuluh darah ini mengalami konstriksi.
Identifikasi sumber – sumber yang ada di masyarakat, bila ada.
18
R/ dukungan kontinue biassanya penting untuk menumpang
perubahan gaya hidup dan meningkatkan penerimaan atas diri
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
19