ETIOLOGI Hiposmia dapat disebabkan oleh proses-proses patologis di sepanjang jalur olfaktorius. Kelainan ini dianggap serupa dengan gangguan pendengaran yaitu berupa defek konduktif atau sensorineural. Pada defek konduktif (transport) terjadi gangguan transmisi stimulus bau menuju neuroepitel olfaktorius. Pada defek sensorineural prosesnya melibatkan struktur saraf yang lebih sentral. Secara keseluruhan, penyebab defisit pembauan yang utama adalah penyakit pada rongga hidung dan/atau sinus, sebelum terjadinya infeksi saluran nafas atas karena virus; dan trauma kepala PATOFISIOLOGI
Indra penciuman tergolong ke dalam sistem penginderaan
kimia (chemosensation). Proses yang kompleks dari mencium di mulai ketika molekul–molekul dilepaskan oleh substansi di sekitar kita yang menstimulasi sel syaraf khusus dihidung, mulut atau tenggorokan. Sel–sel ini menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa khusus di identifikasi. Sel – sel olfaktori (saraf penciuman) di stimulasi oleh bau busuk di sekitar kita. Contoh aroma dari mawar adonan pada roti. Sel–sel saraf ini ditemukan di sebuah tambahan kecil dari jaringan terletak diatas hidung bagian dalam, dan mereka terhubung secara langsung ke otak penciuman (olfaktori) terjadi karena adanya molekul-molekul yang menguap dan masuk kesaluran hidung dan mengenal olfactory membrane. KLASIFIKASI
Gangguan penghidu dapat berupa (Huriyati, Efy., Nelvia, Tuti.
2014) .: • Anosmia yaitu hilangnya kemampuan menghidu. • Agnosia yaitu tidak bisa menghidu satu macam odoran. • Parsial anosmia yaitu ketidak mampuan menghidu beberapa odoran tertentu. • Hiposmia yaitu penurunan kemampuan menghidu baik berupa sensitifitas ataupun kualitas penghidu. • Disosmia yaitu persepsi bau yang salah, termasuk parosmia dan phantosmia. Parosmia yaitu perubahan kualitas sensasi penciuman, sedangkan phantosmia yaitu sensasi bau tanpa adanya stimulus odoran/ halusinasi odoran. • Presbiosmia yaitu gangguan penghidu karena umur tua.