Anda di halaman 1dari 13

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN
- Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak

terkendali atau terjadi diluar keinginan (Brunner and Suddarth, 2002).

- Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak terkendali

pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan

jumlahnya,yang mengakibatkan masalah social dan higienis penderitanya (FKUI,

2006).

- Menurut International Continence Sosiety, inkontinensia urine adalah kondisi

keluarnya urin tak terkendali yang dapat didemonstrasikan secara obyektif dan

menimbulkan gangguan hygiene dan social.

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Inkontinensia Urine menurut (H. Alimun Azis, 2006)
a. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengluaran urin tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat
untuk berkemih.
b. Inkontinensia Total
Inkontinensia Total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urin terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.
c. Inkontinensia Stres
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan urin kurang dari 50
ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
d. Inkontinensia refleks
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluran urin yang tidak
dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung
kemih mencapai jumlah tertentu.
e. Inkontinensia fungsional
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin tanpa disadari
dan tidak dapat diperkirakan.
C. ETIOLOGI
Etiologi Inkontinensia Urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono, 2001) :
a. Poliuria, nokturia
b. Gagal jantung
c. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh :
1) Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek
akibat melahirkan dapat mgengakibatkan penurunan otot-otot dasar panggul.
2) Perokok, Minum alkohol.
3) Obesitas
4) Infeksi saluran kemih (ISK)

D. TANDA DAN GEJALA


a. Tanda-tanda Inkontinensia Urine menurut (H.Alimun Azis, 2006)
1) Inkontinensia Dorongan
a) Sering miksi
b) Spasme kandung kemih
2) Inkontinensia total
a) Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b) Tidak ada distensi kandung kemih.
c) Nokturia dan Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil.
3) Inkontinensia stres
a) Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen.
b) Adanya dorongan berkemih.
c) Sering miksi.
d) Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.
4) Inkontinensia refleks
a) Tidak dorongan untuk berkemih.
b) Merasa bahwa kandung kemih penuh.
c) Kontraksi atau spesme kandung kemih tidak dihambat pada interval.
5) Inkontinensia fungsional
a) Adanya dorongan berkemih.
b) Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin.
E. PATOFISIOLOGI
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
1. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem Perkemihan Vesika Urinaria
(Kandung Kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml.
Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih dapat
ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih
atau miksi terjadi pada otot detrusor kontraksi dan sfingter internal dan sfingter
ekternal relaksasi,yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir semua
urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan,
tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap adekuat. Jumlah yang lebih dari
100 ml mengindikasikan adanya retensi urine. Perubahan yang lainnya pada
peroses penuaan adalah terjadinya kontrasi kandung kemih tanpa disadari. Wanita
lansia, terjadi penurunan produksi esterogen menyebabkan atrofi jaringan uretra
dan efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar
(Stanley M & Beare G Patricia, 2006).
2. Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih,
urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi sfingter
yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Inkontinensia Urine menurut (Soeparman&Waspadji
S, 2001). Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat
mahal. Sisa-sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis.
Pengukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi urin.
Merembesnya urin pada saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi
tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan
keinginan untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi
litotomi atau berdiri. Merembesnya urin seringkali dapat dilihat. Informasi yang dapat
diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan berkemih, ada atau tidak adanya
kontraksi kandung kemih tak terkendali, dan kapasitas kandung kemih.
a. Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan
fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria. Tes laboratorium tambahan
seperti kultur urin, blood urea nitrogen, creatinin, kalsium glukosasitol.
b. Catatan Berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan ini
digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami inkontinensia
urine dan tidak inkontinensia urine, dan gejala berkaitan denga inkontinensia
urine. Pencatatan pola berkemih tersebut dilakukan selam 1-3 hari. Catatan
tersebut dapat digunakan untuk memantau respons terapi dan juga dapat dipakai
sebagai intervensi terapeutik karena dapat menyadarkan pasien faktor pemicu.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan inkontinensia urin adalah untuk mengurangi faktor resiko,
mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan,
medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan.
Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan kartu catatan berkemih yang dicatat pada kartu tersebut misalnya
waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal,
maupun yang keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan
jenis minuman yang diminum.
b. Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia
urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi,
dan lain-lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah : Melakukan latihan
menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik
relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan
dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. Lansia
dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam,
selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3
jam. Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai
dengan kebiasaan lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari
lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas
atau pengasuhnya bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan
gangguan fungsi kognitif (berpikir). Melakukan latihan otot dasar panggul dengan
mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang.
Adapun cara-cara mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah
dengan cara :
Berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian
pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri ± 10 kali, ke depan ke belakang ± 10
kali. Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan
± 10 kali. Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra
dapat tertutup dengan baik.
c. Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah
antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate,
Imipramine. Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu
pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Pada sfingter
relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfakolinergik antagonis
seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.
d. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi,
bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe
overflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan
retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia
prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita).
e. Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan
inkontin
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Kasus
Ny M (60 thn) datang ke RS. B diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny. M sering
kencing tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah
terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia
bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Klien memakai popok dan
menggantinya 2x sehari sehingga terasa lembab. Kira-kira Ny.M minumnya tiap hari sekitar
200 ml. Sebelumnya Ny. M ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat
diuretik. Klien mengatakan disekitar area genitalia/perineal terasa nyeri, panas dan gatal.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TB&BB Ny M adalah 150cm, 45kg, TD
180/140mmHg, Nadi 80 x/menit, respirasi 18 x/menit dan suhu 36,50C, output 2100cc.
Terdapat ruam kemerahan pada sekitar area genitalia, kelembaban bibir kering. Terdapat
distensi kandung kemih. Ny. M adalah menjadi guru mengaji, akan tetapi semenjak ia sering
mengompol kegiatan menjadi terganggu.
1. PENGKAJIAN
a. Data Biografi
Nama : Ny. M
Umur : 60 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tinggi badan/berat badan : TB : 150 cm BB : 45 kg
Penampilan umum : Baik
Alamat : Jl. Banteng,kel. Kambu

Orang yang mudah dihubungi : :Tn. P


Hubungan dengan klien : Anak
Alamat dan telepon : Jl. Ahmad Nasution 7 (021) 8678869
Diagnosa medis : Inkontinensia Urine

Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Guru mengaji
Pekerjaan sebelumnya :-
Sumber-sumber pendapatan : uang dari anak-anaknya
Kecukupan terhadap kebutuhan : Cukup

b. Riwayat penyakit sekarang


Keluarga klien mengatakan Ny.M sering kencing tanpa disadari (ngompol),klien
mengatakan tidak bisa menahan jika ingin BAK, klien juga mengatakan saat dia
bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar air kencing.

c. Riwayat penyakit terdahulu


Klien pernah mengalami riwayat hipertensi selam 2 tahun dan mengonsumsi obat
diuretik.
d. Aktivitas Hidup Sehari-hari
Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz

1 Mandi Dapat mengerjakan sendiri


2 Berpakaian Seluruhnya tanpa bantuan
3 Pergi ke toilet Memerlukan bantuan
4 Berpindah (berjalan) Tanpa bantuan
5 BAB dan BAK Kadang-kadang ngompol / defekasi di tempat tidur
6 Makan Tanpa bantuan

Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan


C karena berdasarkan pengamatan, klien hanya mampu memenuhi 4 kebutuhan
dasar yaitu mandi, berpakaian, berjalan. dan makan
Psikologis
- persepsi klien : persepsi klien terhadap penyakitnya klien
merasa wajar karena sudah tua
- konsep diri : baik karena klien mampu memandang dirinya
secara positif
- emosi : stabil
- adaptasi : klien mampu beradaptasi dengan baik
- mekanisme pertahanan diri : klien mengatakan lebih senang tinggal dirumah
karena bisa berkumpul dengan anak-anaknya

e. Pemeriksaan Fisik (Tinjauan Sistem)


1. Keadaan umum
Baik, klien tampak bersih
2. Tingkat kesadaran
 Refleks membuka mata (eye): Spontan = 4
 Respon Motorik (motorik):Respon baik dengan perintah: 6
 Respon Verbal (verbal) : Orientasi baik : 5
 Jumlah Nilai GCS = 15
 Interpretasi GCS : Normal (Compos Mentis)
3. Tanda-tanda vital
 TD :180/140 mmHg
 Nadi : 80 kali/menit
 RR : 18 kali/menit
 Suhu : 36,5 ° C
4. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi: ictus cordis pada ICS-5 pada linea medio klavikularis kiri
 Palpasi: teraba ictus kordis dengan telapak jari II-III-IV dan lebar iktus kordis
1 cm
 Perkusi:
- batas atas jantung : ICS 3
-batas kanan : linea midsternalis dextra
-batas kiri : mid aksilaris sinistra
 Auskultasi : bunyi jantung I dan II terkesan murni,tunggal,irama jantung
teratur
5. Sistem pernafasan
 Inspeksi : dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
 Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, fremitus taktil normal
 Perkusi : bunyi normal, resonan/vesikuler, suara paru ka/ki sama dan
seimbang
 Auskultasi : tidak ada ronkhi, wheezing, krekels basah
6. Sistem integumen
- Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput (+)
- Palpasi: turgor kulit jelek
- Inspeksi : terdapat ruam kemerahan pada sekitar area genitalia
7. Sistem perkemihan
 Inspeksi : saat ini klien terpasang kateter indwelling
 Palpasi : terdapat distensi pada kandung kemih
8. Sistem muskuloskeletal
 ROM klien baik/penuh
 Ekstremitas atas : Terpasang infuse Rl 2000cc/24 jam pada tangan kanan,
tonus otot baik,kekuatan otot tangan kiri kanan sama yaitu pada skala 5
 Ekstremitas bawah : Kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu pada skala
5
 Tidak ada nyeri persendian
 Osteoporosis (-), tidak ada kelainan tulang
9. Sistem endokrin
- Klien mengatakan tidak menderita kencing manis.
- Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar
10. Sistem immune
- Klien mengatakan sudah lengkap imunisasi
- Riwayat penyakit yang berkaitan dengan imunisasi tidak ada
11. Sistem gastrointestinal
 Bising usus normal pada auskultasi abdomen
 Klien mengatakan tidak ada kesulitan mengunyah makanan
12. Sistem reproduksi
- Klien mempunyai 2 orang anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti
menstruasi 10 tahun yang lalu.
13. Sistem persyarafan
 N.I (Olfaktorius):fungsi penghiduan/penciuman
Ketika pasien diminta menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung
kemudian disuruh untuk menghidu bau kopi, pasien dapat menyebutkan
dengan benar
 N.II (Optikus) fungsi penglihatan
Pasien dapat menyebutkan angka yang ditunjukan pada jarak 2 meter
 N.III,IV,VI(Okulomotorius,Troklearis,Abdusens)
Ukuran pupil kiri kanan sama (Isokor) Refleks cahaya lambat,bola mata
mampu digerakkan ke segala arah.
 N.V (Trigeminus)
Sensorik:Pasien dapat merasakan usapan kapas pada daerah pipi dengan mata
tertutup setelah dilakukan berulang-ulang
Motorik:Terdapat gerakan tonus muskulus maseter ketika pasien disuruh
mengunyah
 N.VII (Fascialis)
Sensorik:Pasien dapat merasakan teh manis yang diberikan
Motorik:Pasien dapat menaikan alis mata dan mengerutkan dahi
 N.VIII (Akustikus)
Pasien dapat mendengar detakan jam perawat ketika diletakan dibelakang
telinga
 N.IX (Glossofaringeus)
Kemampuan menelan baik walaupun dilakukan perlahan-lahan ketika minum
air
 N.X (Vagus)
Gerakan uvula saat pasien mengatakan “ah” dan letak uvula di tengah
 N.XI ( Assesorius)
Pasien mampu menggerakan bahu kiri dan kanan dengan perlahan-lahan
 N.XII (Hypoglosus)
Pasien dapat menjulurkan lidah keluar ,dan gerakan lidah mendorong pipi kiri
dan kanan dari arah dalam
Analisa Data
Data etiologi Problem
DS : Gangguan Kehilangan
 Klien mengatakan tidak dapat menahan eliminasi urin kemampuan untuk
jika sudah terasa ingin BAK menghambat
 Klien juga mengatakan saat dia bersin, kontraksi kandung
membungkuk, batuk tiba-tiba keluar kemih
sedikit air kencing
 Keluarga mengatakan Ny. M sering
kencing tanpa disadari (ngompol).
 Sering ngompol terutama malam hari.

DO :
 Sebelumnya Ny. M ada riwayat
hipertensi 2 tahun lalu dan
mengonsumsi obat diuretik.
 Frekuensi berkemih tiap hari sekitar 15-
18x
 Terdapat distensi kandung kemih
DS : Resiko kerusakan Irigasi konstan
 Klien mengatakan disekitar area integritas kulit oleh urine
genitalia terasa nyeri, panas dan gatal

DO :
 Terdapat iritasi dan ruam kemerahan
pada sekitar area genitalia dan
pangkal paha.
 Klien menggunakan popok namun
sehari hanya menggantinya 2x
sehingga terasa lembab
DS : Resiko kekurangan Intake yang tidak
 Ny.M mengatakan minumnya tiap volume cairan adekuat
hari sekitar 200 ml tubuh
DO :
 Saat dilakukan pengkajian Ny.M
kelembaban bibir kering.
 TB&BB 150cm, 45kg
 Klien terpasang infuse RL 2000cc/24
jam
 output 2100cc, balance cairan 100cc

Anda mungkin juga menyukai

  • HargaDiriRendah
    HargaDiriRendah
    Dokumen27 halaman
    HargaDiriRendah
    D'nata Ardi Prasetya
    Belum ada peringkat
  • Konsep Medis
    Konsep Medis
    Dokumen22 halaman
    Konsep Medis
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • RPS Rahmawaty
    RPS Rahmawaty
    Dokumen1 halaman
    RPS Rahmawaty
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kesling
    Makalah Kesling
    Dokumen11 halaman
    Makalah Kesling
    Laksmi Sri Wardana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen19 halaman
    Bab I
    Maria Kusuma CandraWati
    Belum ada peringkat
  • Bu Cici
    Bu Cici
    Dokumen7 halaman
    Bu Cici
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Otitis Eksternal Bu Dama
    Otitis Eksternal Bu Dama
    Dokumen16 halaman
    Otitis Eksternal Bu Dama
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Dari Jurnal
    Ringkasan Dari Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Ringkasan Dari Jurnal
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen13 halaman
    ASKEP
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen24 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Bu Tina
    Bu Tina
    Dokumen17 halaman
    Bu Tina
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen1 halaman
    Nikel
    mohammad idris hamdala
    Belum ada peringkat
  • Askep Asthma Bronchial
    Askep Asthma Bronchial
    Dokumen15 halaman
    Askep Asthma Bronchial
    Bayu Setyiawan
    0% (1)
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen18 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Gagal Nafas - Anak
    Gagal Nafas - Anak
    Dokumen20 halaman
    Gagal Nafas - Anak
    Sposato Con Kedju Sharma
    Belum ada peringkat
  • Brosur Ninda
    Brosur Ninda
    Dokumen2 halaman
    Brosur Ninda
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Kasus OMA
    Kasus OMA
    Dokumen14 halaman
    Kasus OMA
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Diabetes Mellitus
    Askep Diabetes Mellitus
    Dokumen19 halaman
    Askep Diabetes Mellitus
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Nikel
    Nikel
    Dokumen1 halaman
    Nikel
    mohammad idris hamdala
    Belum ada peringkat
  • Gout Artritis (Kel - Ii)
    Gout Artritis (Kel - Ii)
    Dokumen3 halaman
    Gout Artritis (Kel - Ii)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Tuli Bu Winti
    Tuli Bu Winti
    Dokumen24 halaman
    Tuli Bu Winti
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Dokumen17 halaman
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Oedema Paru
    Askep Oedema Paru
    Dokumen5 halaman
    Askep Oedema Paru
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak TB Paru Anak
    Askep Anak TB Paru Anak
    Dokumen22 halaman
    Askep Anak TB Paru Anak
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • Askep Bronkhopneumonia
    Askep Bronkhopneumonia
    Dokumen9 halaman
    Askep Bronkhopneumonia
    bayu interisti
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Bronkitis Alergika
    Askep Anak Bronkitis Alergika
    Dokumen8 halaman
    Askep Anak Bronkitis Alergika
    Yuktika RiYu
    Belum ada peringkat
  • Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Dokumen6 halaman
    Anfis Muskuloskeletal (Kel.I)
    Nur Hasnah Khairunnisa Al-taher
    Belum ada peringkat
  • LP Udem Paru
    LP Udem Paru
    Dokumen8 halaman
    LP Udem Paru
    ariemamamaehan
    Belum ada peringkat
  • Askep Asma Bronchiale
    Askep Asma Bronchiale
    Dokumen15 halaman
    Askep Asma Bronchiale
    vaniafildza
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Tuberkulosis
    Meningitis Tuberkulosis
    Dokumen5 halaman
    Meningitis Tuberkulosis
    Putri Viruzz Maenjaa
    Belum ada peringkat