Uji in Situ PDF
Uji in Situ PDF
UJI IN-SITU
Oleh :
Donald Silitonga
(112 123)
Pelaksanaan pengujian CBR Lapangan diatur dalam SNI 1738-2011 (Cara Uji CBR
Lapangan)
1. Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton, dilengkapi dengan “swivel head”.
2. Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas : 1,5 ton (3000 lbs), 3 ton (6000 lbs), 5
ton (10.000 lbs), atau sesuai dengan kebutuhan.
3. Torak (Piston) penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
4. Arloji penunjuk (dial penetrasi) untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01 mm
(0,001”) dilengkapi dengan balok penyokong dari besi propil sepanjang lebih kurang 2,5
meter.
5. Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm (10”) berlubang di tengah dengan
berat +/- 5 Kg (10 Pound) dan beban-beban tambahan seberat 2,5 Kg (5 Pound) yang
dapat ditambahkan bilamana perlu.
6. Sebuah truck yang dibebani sesuai dengan kebutuhan atau alat-alat berat lainnya (vibro,
Excavator, buldozer, dll) dan dibawahnya dapat dipasang sebuah dongkrak CBR
mekanis.
7. Dua dongkrak truck, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-alat perata, waterpas dan
lain-lain.
b. Pemasangan Alat :
1. Tempatkan truk/alat berat lainnya, sedemikan rupa sehingga posisi penempatan dongkrak
CBR mekanis harus tepat diatas lubang pemeriksaan.
2. As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang diperiksa.
3. Truk/alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan lagi oleh per kendaraan
(jika tertahan per maka pembacaan akan tidak tepat karena terpengaruh pengenduran gaya
per kendaraan)
4. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya piston penetrasi berada 1
atau 2 cm dari permukaan yang akan diperiksa.
5. Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga torak dalam keadaan vertikal.
6. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris dan tidak
melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang disyaratkan
7. Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah torak penetrasi
sehingga torak penetrasi tepat masuk kedalam lubang keping beban tersebut.
8. Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian rupa sehingga
jarum pada dial penetrasi menempel pada keping beban/plat baja
1. Tanah digali sampai lapisan yang dikehendaki dan diratakan (luas galian kira-kira 60 cm x
60 cm) – harus level dan tidak ada kemiringan (cek dengan waterpass).
2. Dipastikan bahwa permukaan : rata dan padat
3. Dipastikan bahwa di permukaan yang akan diuji (sub grade, sub base, base course, dsb)
tidak ada butiran lepas (bersihkan semua debu, pasir, kerikil yang lepas/berserakan)
4. Untuk tanah dasar yang belum ada perkerasan dan pemadatan, cukup dibersihkan akar
rumput dan bahan organik lain (biasanya sampai kedalaman 50 cm).
5. Selama pemasangan alat-alat, permukaan tanah atau permukaan yang sudah dibersihkan
harus dijaga supaya tidak kelembabannya tidak berubah dari kondisi awal, jika perlu
ditutup dengan plastik apabila cuaca sangat panas
6. Mulailah pemeriksaan ini secepat mungkin sesudah persiapan tempat.
7. Apabila dibutuhkan, diperiksa pula kadar air dan berat isi bahan setempat.
d. Pembacaan Waktu dan Penetrasi :
1,06 kg/mm2 (1500 Psi) (untuk penetrasi 0,2 inch atau 5,08 mm)
Jika tegangan maksimum yang terjadi menghasilkan penetrasi di bawah 0,2 inchi, maka tegangan
dasar dapat diinterpolasi
Umumnya CBR dinyatakan pada penetrasi 0,1 inchi
Jika CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar pada CBR pada penetrasi 0,1 inchi maka pengujian
harus dilakukan minimal 3 kali pada lokasi yang berdekatan
Jika dari 3 hasil pengujian menunjukkan CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar dari CBR pada
penetrasi 0,1 inchi maka ditetapkan nilai CBR adalah CBR pada penetrasi 0,2 inchi
2. Standart Penetration Test
Adalah suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui,
baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik
penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah,
disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal.
Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara
berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu
berturut-turut setebal 150 mm untuk masing -masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai
dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan
untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).
Peralatan yang diperlukan dalam uji penetrasi dengan SPT adalah sebagai berikut:
a) Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya;
b) Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya;
c) Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi seperti diperlihatkan pada
dibawah (ASTM D 1586-84);
d) Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ± 1%.
e) Alat penahan (tripod);
f) Rol meter;
g) Alat penyipat datar;
h) Kerekan;
i) Kunci-kunci pipa;
j) Tali yang cukup kuat untuk menarik palu;
k) Perlengkapan lain.
Alat pengambilan contoh tabung belah
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT adalah:
a. Peralatan harus lengkap dan laik pakai;
b. Pengujian dilakukan dalam lubang bor;
c. Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m s.d 2,00 m (untuk lapisan
tanah tidak seragam) dan pada kedalaman 4,00 m kalau lapisan seragam;
d. Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka (open
cone); dan pada lapisan pasir dan kerikil, digunakan ujung split barrel berbentuk
konus tertutup (close cone);
e. Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler;
f. Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu;
g. Jika ada air tanah, harus dicatat;
h. Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya gesekan
antara palu dengan pipa;
i. Formulir-formulir isian hasil pengujian.
Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada saat diperlukan,
sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku. Petugas pengujian ini adalah laboran
atau teknisi yang memenuhi persyaratan kompetensi yang berlaku dalam pengujian
penetrasi lapangan dengan SPT, dan diawasi oleh tenaga ahli geoteknik.
2. Persiapan Pengujian
Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan sebagai berikut (Gambar
dibawah):
1) Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
2) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas penahan;
3) Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekas-bekas
pengeboran;
4) Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan dengan pipa
bor yang telah dipasangi blok penahan
5) Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman pengujian
yang diinginkan
6) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm.
3. Langkah kerja :
a. Bersihkan lubang bor sampai kedalam dasar
b. Pasang split spoon sampler pada batang bor
c. Turunkan batang bor sampai kedasar lubang dan beri tanda setiap kedalaman 15 cm
sampai 3x dari permukaan tanah keatas
d. Sambung batang ini dengan unit kepala penumbuk dan penumbuk serta batangnya
e. Tumbukkanlah batang penumbuk dengan tinggi jatuh 76 cm, dan catatlah jumlah
tumbukan utuk setiap masuk kedalaman tanah sebesar 15 cm sampai 15 x 3, yaitu N1, N2
dan N3 ( nilai N = N2+N3)
f. Angkatlah split spoon perlahan-lahan agar tanah sampel tidak terlepas.
Riwayat penetrometer konus lapangan dimulai dari suatu desain oleh the Netherlands
Department of Public Works pada tahun 1930. Penetrometer buatan Belanda atau alat sondir
adalah alat yang dioperasikan secara mekanik menggunakan manometer untuk pembacaan
beban dan pasangan batang dalam dan luar yang didorong dalam interval 20 cm. Pada tahun
1948 konus elektronik mulai digunakan untuk pengujian menerus ke bawah. Pada tahun 1965
tambahan penutup alat ukur friksi juga digunakan untuk pengujian secara tidak langsung
dalam membantu mengklasifikasi jenis-jenis tanah. Kemudian, pada tahun 1974 penggunaan
konus elektronik digabung dengan pisoprobe sehingga membentuk
penetrometer pisokonus pertama.
Uji penetrasi konus atau uji sondir adalah uji lapangan yang paling terkenal di Indonesia,
karena dapat dilakukan dengan cepat, ekonomis, dan memberikan gambaran profil lapisan
tanah yang kontinu untuk digunakan dalam evaluasi karakteristik tanah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam uji CPT ialah sebagai berikut.
a) Uji ini dapat dilakukan untuk alat dengan sistem mekanik konvensional (SNI 03-2827,
ASTM D-3441), dan alat dengan sistem elektronik (ASTM D 5778). Pengujian dilakukan
dengan mendorong probe baja silindris ke dalam tanah dengan kecepatan konstan 20
mm/detik dan mengukur besarnya tahanan konus. Penetrometer standar mempunyai ujung
yang berbentuk konus bersudut puncak 600, diameter selubung 35,7 mm (luas proyeksi
=10 cm2), dan lengan friksi 150 cm2. Tahanan terukur pada ujung atau tahanan ujung
konus dinyatakan dengan qc, sedangkan tahanan gesek terukur atau friksi dinyatakan
dengan fs. Alat dengan diameter konus lebih besar, yaitu 43,7 mm (luas ujung 15 cm2 dan
lengan 200 cm2) juga diperbolehkan dalam standar ASTM.
b) Uji CPT dapat digunakan dalam tanah lempung sangat lunak sampai pasir padat, tetapi
tidak memadai untuk kerikil atau batuan. Uji CPT memberikan hasil yang lebih akurat dan
lebih dapat dipercaya (lebih handal) untuk analisis, tetapi tidak dapat digunakan untuk
pengambilan contoh uji. Oleh karena itu, hasilnya sangat bermanfaat untuk melengkapi
hasil pengeboran dengan pengambilan contoh yang diuji di laboratorium dan uji SPT.
Keuntungan dan kerugian uji CPT dijelaskan sebagai berikut.
Keuntungan CPT
(1) cepat dan menghasilkan profil tanah yang kontinu,
(2) ekonomis dan produktif,
(3) hasilnya tidak bergantung pada operator, tetapi pada peralatan elektronik,
(4) dasar interpretasi dapat dipertanggung jawabkan secara teoritis,
(5) cocok untuk tanah lunak.
Kerugian CPT
(1) investasi modal tinggi,
(2) perlu dikalibrasi pada setiap pengujian, perlu diperiksa electronic drift dan
bising(noise),
(3) tidak diperoleh contoh tanah,
(4) tidak cocok untuk deposit kerikil atau bongkah
c) Akhir-akhir ini, telah dilakukan tambahan sensor untuk membentuk alat khusus seperti
konus resistivitas, konus akustik, konus gempa, konus getar, alat tekanan konus, dan konus
tegangan lateral. Selain itu, dengan pemeliharaan tanda, penyaringan, pengerasan, dan
pendigitisasi telah digabung dengan probe, sehingga menjadi konus elektronik (Mayne
dkk, 1995).
d) Pada umumnya kabel yang diperlukan konus elektronik, dipasang melalui batang-batang
yang dihubungkan dengan sumber tenaga (mesin) dan sistem data akuisisi di permukaan.
Alat konversi digital analog dengan komputer laptop dapat digunakan untuk pengumpulan
data pada interval kira-kira 1 detik.
e) Kedalaman ujung konus dipantau dengan menggunakan baik potensiometer (wirespooled
LVDT), roda pengukur kedalaman dengan kabel ataupun sensor ultra sonik. Sistem ini
dapat diberi tegangan dengan menggunakan generator (AC) atau batere (DC), atau diganti
dengan aliran listrik. Pengembangan baru yang ada terdiri atas
1) penggunaan signal audio untuk memindahkan data digital pada batang tanpa kabel
2) penggunaan sistem memokonus dengan chip komputer dalam penetrometer yang
dapat menyimpan data waktu pendugaan.
f) Profil CPT
4. In-situ Density Test
Density test disini yakni merupakan tes kepadatan tanah, ada banyak cara untuk
melakukan tes kepadatan ini, salah satunya dengan menggunakan pasir.
Alat yang digunakan dalam pengujian :
Silinder
Meteran
Batang baja
Hammer
Skrup Besar
Sendok dibber
Pasir atau silika wadah
Sarung tangan
Kaca piring
Logam nampan, 500mm persegi, kedalaman 50mm dengan 200mm dia.
lubang di tengah
Wadah (kantong plastik atau wadah plastik)
Prosedur untuk melakukan tes Pemadatan atau In-Situ Density tes :
7. Mengambil silika dari lubang. Lubang, sekali diisi dengan silika dan ketika
lubang telah diisi penuh, hapus silika dan menempatkannya ke wadah ekstra
mungkin menggunakan lagi untuk set berikutnya pemadatan.
Dimana,
Formula untuk Kepadatan Massal dari Pasir :
di mana,
Det. kepadatan kering.
15. Briaud, J. L. (1989), "The pressuremeter test for highway applications", Report FHWA -
IP- 89-005,Federal Highway Administration, Washington, D.C., 148.
16. BURLAND, J.B. (1989), “Small is beautiful: The stiffness of soils at small strains“,
Canadian
17. Geotechnical Journal, Vol. 24 (4).
18. CAMPANELLA, R.G., and ROBERTSON, P.K. (1981), ”Aplied cone research“, Cone
Penetration Testing and Experience, ASCE Reston/VA.
19. CAMPANELLA, R.G. (1994), ”Field methods for dynamic geotechnical testing“,
Dynamic
20. Geotechnical Testing II (STP 1214), ASTM, Philadelphia.
21. CHANDLER, R.J. (1988), “The in-situ measurement of the undrained shear strength of
clays using the field vane“, Vane Shear Strength Testing in Soils: Field and Laboratory
Studies, ASTM STP 1014, American Society for Testing Materials.
24. HOAR, R.J. and STOKOE, K.H. (1978), “Generation and measurement of shear waves in-
situ“,Dynamic Geotechnical Testing (STP 654), ASTM , Philadelphia.
25. HOLTZ, R.D. and KOVACS, W.D. (1981), “An Introduction To Geotechnical
Engineering”,
26. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ.
27. HOULSBY, G.T., and THE, C.I. (1988), “Analysis ofv the piezocone in clay”, Penetration
Testing1988, Vol.2, Balkema, Rotterdam.
30. KULHAWY, F.H., and MAYNE, P.W. (1990), “Manual on estimating soil properties for
foundation design”, Report EPRI-EL 6800, Electric Power Research Institute, Palo Alto.
31. LADD, C.C. and FOOTT, R. (1974), “A new design procedure for stability in soft clay“,
Journal of Geotechnical Engineering, ASCE, Vol. 100 (3).