Anda di halaman 1dari 20

TUGAS GEOTEKNIK

UJI IN-SITU

Oleh :

Donald Silitonga
(112 123)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2015
1. CBR (California Bearing Ratio) Test
CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang
dikembangkan oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini adalah
pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan cara ini dapat
dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat perkerasan.
Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR sesuai dengan SNI-1744-1989. Nilai kekuatan
tanah tersebut digunakan sebagai acuan perlu tidaknya distabilisasi setelah dibandingkan
dengan yang disyaratkan dalam spesifikasinya.
Pengujian CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Nilai CBR dihitung pada
penetrasi sebesar 0.1 inci dan penetrasi sebesar 0.2 inci dan selanjutnya hasil kedua
perhitungan tersebut dibandingkan sesuai dengan SNI 03-1744-1989 diambil hasil terbesar.
Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen) antara tekanan yang diperlukan untuk
menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3 inch2dengan kecepatan 0,05
inch/menit terhadap tekanan yang diperlukan untuk menembus bahan standard tertentu.
Tujuan dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar
air pemadatan. Untuk menentukan kekuatan lapisan tanah dasar dengan cara percobaan CBR
diperoleh nilai yang kemudian dipakai untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan di
atas lapisan yang nilai CBRnya tertentu (Wesley,1977) Dalam menguji nilai CBR tanah dapat
dilakukan di laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada kontruksi jalan baru merupakan
tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai
kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar
tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tersebut tanah
dipadatkan. CBR ini disebut CBR rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut
CBR laborataorium. Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan perkerasan
diatasnya akan semakin tipis dan semakin kecil nilai CBR (daya dukung tanah rendah), maka
akan semakin tebal lapisan perkerasan di atasnya sesuai beban yang akan dipikulnya. Ada dua
macam pengukuran CBR yaitu :
1. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 0.254 cm (0,1”) terhadap penetrasi standard
besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi). Nilai CBR = (PI/70,37) x 100 % ( PI dalam kg /
cm2 )
2. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm (0,2”) terhadap penetrasi
standard yang besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi) Nilai CBR =PI/105,56) x 100 %
( PI dalam kg / cm2 ) Dari kedua hitungan tersebut digunakan nilai terbesar.
CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
a. CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)
b. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked Design CBR)
Pada pengujian CBR laboratorium rendaman pelaksanaannya lebih sulit karena membutuhkan
waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR laboratorium tanpa rendaman. Sedang
dari hasil pengujian CBR laboratorium tanpa rendaman sejauh ini selalu menghasilkan daya
dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR laboratorium rendaman.

Pelaksanaan pengujian CBR Lapangan diatur dalam SNI 1738-2011 (Cara Uji CBR
Lapangan)

a. Peralatan Pengujian CBR Lapangan :

1. Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton, dilengkapi dengan “swivel head”.
2. Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas : 1,5 ton (3000 lbs), 3 ton (6000 lbs), 5
ton (10.000 lbs), atau sesuai dengan kebutuhan.
3. Torak (Piston) penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
4. Arloji penunjuk (dial penetrasi) untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01 mm
(0,001”) dilengkapi dengan balok penyokong dari besi propil sepanjang lebih kurang 2,5
meter.
5. Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm (10”) berlubang di tengah dengan
berat +/- 5 Kg (10 Pound) dan beban-beban tambahan seberat 2,5 Kg (5 Pound) yang
dapat ditambahkan bilamana perlu.
6. Sebuah truck yang dibebani sesuai dengan kebutuhan atau alat-alat berat lainnya (vibro,
Excavator, buldozer, dll) dan dibawahnya dapat dipasang sebuah dongkrak CBR
mekanis.
7. Dua dongkrak truck, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-alat perata, waterpas dan
lain-lain.
b. Pemasangan Alat :

1. Tempatkan truk/alat berat lainnya, sedemikan rupa sehingga posisi penempatan dongkrak
CBR mekanis harus tepat diatas lubang pemeriksaan.
2. As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang diperiksa.
3. Truk/alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan lagi oleh per kendaraan
(jika tertahan per maka pembacaan akan tidak tepat karena terpengaruh pengenduran gaya
per kendaraan)
4. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya piston penetrasi berada 1
atau 2 cm dari permukaan yang akan diperiksa.
5. Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga torak dalam keadaan vertikal.
6. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris dan tidak
melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang disyaratkan
7. Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah torak penetrasi
sehingga torak penetrasi tepat masuk kedalam lubang keping beban tersebut.
8. Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian rupa sehingga
jarum pada dial penetrasi menempel pada keping beban/plat baja

c. Persiapan Lokasi Pengujian :

1. Tanah digali sampai lapisan yang dikehendaki dan diratakan (luas galian kira-kira 60 cm x
60 cm) – harus level dan tidak ada kemiringan (cek dengan waterpass).
2. Dipastikan bahwa permukaan : rata dan padat
3. Dipastikan bahwa di permukaan yang akan diuji (sub grade, sub base, base course, dsb)
tidak ada butiran lepas (bersihkan semua debu, pasir, kerikil yang lepas/berserakan)
4. Untuk tanah dasar yang belum ada perkerasan dan pemadatan, cukup dibersihkan akar
rumput dan bahan organik lain (biasanya sampai kedalaman 50 cm).
5. Selama pemasangan alat-alat, permukaan tanah atau permukaan yang sudah dibersihkan
harus dijaga supaya tidak kelembabannya tidak berubah dari kondisi awal, jika perlu
ditutup dengan plastik apabila cuaca sangat panas
6. Mulailah pemeriksaan ini secepat mungkin sesudah persiapan tempat.
7. Apabila dibutuhkan, diperiksa pula kadar air dan berat isi bahan setempat.
d. Pembacaan Waktu dan Penetrasi :

1. Torak penetrasi diturunkan sehingga piston penetrasi memberikan beban permulaan


sebesar 5 Kg (10 Lbs) – jika diperlukan, dapat gunakan beban-beban tambahan.
2. Arloji cincin penguji (proving ring) dan arloji penunjuk penetrasi (dial penetrasi) diatur
sehingga menunjuk pada angka nol.
3. Pembebanan ditambah dengan teratur, agarkecepatan penetrasinya mendekati
kecepatan tetap 1,25 mm (0,05”) per menit – penambahan pembebanan ini yang sering
terlupa atau tidak terlaksana dengan baik konsistensi kecepatan penetrasi per menitnya
4. Pembacaan beban dicatat pada penetrasi (angka di belakang = angka tabel SNI yang
direvisi):

e. Perhitungan Nilai CBR Lapangan :

1. Tentukan beban yang bekerja pada torak


2. Hitung tegangan di tiap kenaikan penetrasi
3. Plotkan hasilnya pada grafik dan buat kurvanya
4. Cek kurva apakah perlu koreksi atau tidak (lihat contoh di bawah) – pada keadaan
tertentu, kurva penetrasi dapat berbentuk lengkung ke atas sehingga perlu dikoreksi dan
titik inisial bergeser dari titik nol
5. Gunakan hasil tegangan yang terkoreksi untuk analisa hitungan berikutnya
6. Ambil nilai tegangan pada penetrasi : 0,1 inchi/2,54 mm dan 0,2 inchi/5,08 mm
7. Hitung CBR dengan pembagian terhadap tegangan standar :
 0,71 kg/mm2 (1000 Psi) (untuk penetrasi 0,1 inch atau 2,54 mm )

 1,06 kg/mm2 (1500 Psi) (untuk penetrasi 0,2 inch atau 5,08 mm)

Jika tegangan maksimum yang terjadi menghasilkan penetrasi di bawah 0,2 inchi, maka tegangan
dasar dapat diinterpolasi
Umumnya CBR dinyatakan pada penetrasi 0,1 inchi
Jika CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar pada CBR pada penetrasi 0,1 inchi maka pengujian
harus dilakukan minimal 3 kali pada lokasi yang berdekatan
Jika dari 3 hasil pengujian menunjukkan CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar dari CBR pada
penetrasi 0,1 inchi maka ditetapkan nilai CBR adalah CBR pada penetrasi 0,2 inchi
2. Standart Penetration Test
Adalah suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui,
baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik
penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah,
disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal.
Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara
berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu
berturut-turut setebal 150 mm untuk masing -masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai
dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan
untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).

a. Peralatan Standart Penetration Test

Peralatan yang diperlukan dalam uji penetrasi dengan SPT adalah sebagai berikut:
a) Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya;
b) Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya;
c) Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi seperti diperlihatkan pada
dibawah (ASTM D 1586-84);
d) Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ± 1%.
e) Alat penahan (tripod);
f) Rol meter;
g) Alat penyipat datar;
h) Kerekan;
i) Kunci-kunci pipa;
j) Tali yang cukup kuat untuk menarik palu;
k) Perlengkapan lain.
Alat pengambilan contoh tabung belah

b. Bahan dan Perlengkapan

Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah:


a. bahan bakar (bensin, solar);
b. bahan pelumas;
c. balok dan papan;
d. tali atau selang;
e. kawat;
f. kantong plastik;
g. formulir untuk pengujian;
h. perlengkapan lain.

c. Pengujian Standart Penetration Test

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT adalah:
a. Peralatan harus lengkap dan laik pakai;
b. Pengujian dilakukan dalam lubang bor;
c. Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m s.d 2,00 m (untuk lapisan
tanah tidak seragam) dan pada kedalaman 4,00 m kalau lapisan seragam;
d. Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka (open
cone); dan pada lapisan pasir dan kerikil, digunakan ujung split barrel berbentuk
konus tertutup (close cone);
e. Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler;
f. Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu;
g. Jika ada air tanah, harus dicatat;
h. Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya gesekan
antara palu dengan pipa;
i. Formulir-formulir isian hasil pengujian.

Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada saat diperlukan,
sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku. Petugas pengujian ini adalah laboran
atau teknisi yang memenuhi persyaratan kompetensi yang berlaku dalam pengujian
penetrasi lapangan dengan SPT, dan diawasi oleh tenaga ahli geoteknik.

2. Persiapan Pengujian
Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan sebagai berikut (Gambar
dibawah):
1) Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
2) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas penahan;
3) Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekas-bekas
pengeboran;
4) Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan dengan pipa
bor yang telah dipasangi blok penahan
5) Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman pengujian
yang diinginkan
6) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm.

3. Langkah kerja :
a. Bersihkan lubang bor sampai kedalam dasar
b. Pasang split spoon sampler pada batang bor
c. Turunkan batang bor sampai kedasar lubang dan beri tanda setiap kedalaman 15 cm
sampai 3x dari permukaan tanah keatas
d. Sambung batang ini dengan unit kepala penumbuk dan penumbuk serta batangnya
e. Tumbukkanlah batang penumbuk dengan tinggi jatuh 76 cm, dan catatlah jumlah
tumbukan utuk setiap masuk kedalaman tanah sebesar 15 cm sampai 15 x 3, yaitu N1, N2
dan N3 ( nilai N = N2+N3)
f. Angkatlah split spoon perlahan-lahan agar tanah sampel tidak terlepas.

3. Uji Penetrasi Konus ( Cone Penetration Test)

Riwayat penetrometer konus lapangan dimulai dari suatu desain oleh the Netherlands
Department of Public Works pada tahun 1930. Penetrometer buatan Belanda atau alat sondir
adalah alat yang dioperasikan secara mekanik menggunakan manometer untuk pembacaan
beban dan pasangan batang dalam dan luar yang didorong dalam interval 20 cm. Pada tahun
1948 konus elektronik mulai digunakan untuk pengujian menerus ke bawah. Pada tahun 1965
tambahan penutup alat ukur friksi juga digunakan untuk pengujian secara tidak langsung
dalam membantu mengklasifikasi jenis-jenis tanah. Kemudian, pada tahun 1974 penggunaan
konus elektronik digabung dengan pisoprobe sehingga membentuk
penetrometer pisokonus pertama.
Uji penetrasi konus atau uji sondir adalah uji lapangan yang paling terkenal di Indonesia,
karena dapat dilakukan dengan cepat, ekonomis, dan memberikan gambaran profil lapisan
tanah yang kontinu untuk digunakan dalam evaluasi karakteristik tanah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam uji CPT ialah sebagai berikut.
a) Uji ini dapat dilakukan untuk alat dengan sistem mekanik konvensional (SNI 03-2827,
ASTM D-3441), dan alat dengan sistem elektronik (ASTM D 5778). Pengujian dilakukan
dengan mendorong probe baja silindris ke dalam tanah dengan kecepatan konstan 20
mm/detik dan mengukur besarnya tahanan konus. Penetrometer standar mempunyai ujung
yang berbentuk konus bersudut puncak 600, diameter selubung 35,7 mm (luas proyeksi
=10 cm2), dan lengan friksi 150 cm2. Tahanan terukur pada ujung atau tahanan ujung
konus dinyatakan dengan qc, sedangkan tahanan gesek terukur atau friksi dinyatakan
dengan fs. Alat dengan diameter konus lebih besar, yaitu 43,7 mm (luas ujung 15 cm2 dan
lengan 200 cm2) juga diperbolehkan dalam standar ASTM.
b) Uji CPT dapat digunakan dalam tanah lempung sangat lunak sampai pasir padat, tetapi
tidak memadai untuk kerikil atau batuan. Uji CPT memberikan hasil yang lebih akurat dan
lebih dapat dipercaya (lebih handal) untuk analisis, tetapi tidak dapat digunakan untuk
pengambilan contoh uji. Oleh karena itu, hasilnya sangat bermanfaat untuk melengkapi
hasil pengeboran dengan pengambilan contoh yang diuji di laboratorium dan uji SPT.
Keuntungan dan kerugian uji CPT dijelaskan sebagai berikut.
 Keuntungan CPT
(1) cepat dan menghasilkan profil tanah yang kontinu,
(2) ekonomis dan produktif,
(3) hasilnya tidak bergantung pada operator, tetapi pada peralatan elektronik,
(4) dasar interpretasi dapat dipertanggung jawabkan secara teoritis,
(5) cocok untuk tanah lunak.
 Kerugian CPT
(1) investasi modal tinggi,
(2) perlu dikalibrasi pada setiap pengujian, perlu diperiksa electronic drift dan
bising(noise),
(3) tidak diperoleh contoh tanah,
(4) tidak cocok untuk deposit kerikil atau bongkah
c) Akhir-akhir ini, telah dilakukan tambahan sensor untuk membentuk alat khusus seperti
konus resistivitas, konus akustik, konus gempa, konus getar, alat tekanan konus, dan konus
tegangan lateral. Selain itu, dengan pemeliharaan tanda, penyaringan, pengerasan, dan
pendigitisasi telah digabung dengan probe, sehingga menjadi konus elektronik (Mayne
dkk, 1995).
d) Pada umumnya kabel yang diperlukan konus elektronik, dipasang melalui batang-batang
yang dihubungkan dengan sumber tenaga (mesin) dan sistem data akuisisi di permukaan.
Alat konversi digital analog dengan komputer laptop dapat digunakan untuk pengumpulan
data pada interval kira-kira 1 detik.
e) Kedalaman ujung konus dipantau dengan menggunakan baik potensiometer (wirespooled
LVDT), roda pengukur kedalaman dengan kabel ataupun sensor ultra sonik. Sistem ini
dapat diberi tegangan dengan menggunakan generator (AC) atau batere (DC), atau diganti
dengan aliran listrik. Pengembangan baru yang ada terdiri atas
1) penggunaan signal audio untuk memindahkan data digital pada batang tanpa kabel
2) penggunaan sistem memokonus dengan chip komputer dalam penetrometer yang
dapat menyimpan data waktu pendugaan.

f) Profil CPT
4. In-situ Density Test
Density test disini yakni merupakan tes kepadatan tanah, ada banyak cara untuk
melakukan tes kepadatan ini, salah satunya dengan menggunakan pasir.
Alat yang digunakan dalam pengujian :
 Silinder
 Meteran
 Batang baja
 Hammer
 Skrup Besar
 Sendok dibber
 Pasir atau silika wadah
 Sarung tangan
 Kaca piring
 Logam nampan, 500mm persegi, kedalaman 50mm dengan 200mm dia.
lubang di tengah
 Wadah (kantong plastik atau wadah plastik)
Prosedur untuk melakukan tes Pemadatan atau In-Situ Density tes :

1. Tempatkan nampan logam. Teknisi sekarang dapat menempatkan baki logam


sebagai per Konsultan atau Kualitas Insinyur pilihan lokasi. Sebagai Engineer
Kualitas, Anda harus memastikan bahwa daerah yang akan diuji adalah
dipadatkan dan dalam wilayah yang diajukan dalam Permohonan Inspeksi.

2. Menandai sampel kontainer. Sebagai QC Engineer, Anda harus memastikan


bahwa samplecontainer ditandai oleh teknisi dari lokasi dan tanda lainnya yang
terkait, pastikan semua tanda yang benar.

3. Menggali tanah. Seorang pembantu akan mulai menggali tanah dengan


menggunakan batang runcing baja (250mm panjang 16 - 20 mm dia.) Dan palu.
Kepala batang yang bisa diabaikan pada kecepatan lambat dan pada tekanan
bersyarat. Gunakan sarung tangan untuk perlindungan tangan untuk mencegah
cedera tangan.
4. Menempatkan tanah yang gembur dalam sampel kontainer. Tanah yang gembur
digali harus ditempatkan dalam wadah sampel, pastikan tidak ada setiap
potongan tanah akan sia-sia jika tidak, itu akan mempengaruhi hasil pemadatan.

5. Mengukur kedalaman lubang. Sementara penggalian berlangsung, memantau


kedalaman lubang dengan mengukur penggaris, pastikan bahwa kedalaman 200
mm atau 150 mm tergantung pada kebutuhan spesifikasi. Jika kedalaman belum
tercapai terus menggali hingga mencapai kedalaman yang diinginkan atau
dibutuhkan.

6. Menuangkan silika dalam lubang. Setelah lubang berbentuk benar dengan


diameter 200 mm hanya diameter yang sama bahwa lubang baki logam dan
kedalaman mencapai. Tempatkan silinder mengalir ke baki logam. Tuangkan
silika dalam silinder menuangkan memastikan tidak ada yang akan memegang
atau menyentuh silinder menuangkan yang dapat menyebabkan getaran.

7. Mengambil silika dari lubang. Lubang, sekali diisi dengan silika dan ketika
lubang telah diisi penuh, hapus silika dan menempatkannya ke wadah ekstra
mungkin menggunakan lagi untuk set berikutnya pemadatan.

Rumus untuk menghitung uji pemadatan atau in-situ tes kepadatan :

Det. kepadatan bulk Pasir.

Dimana,
Formula untuk Kepadatan Massal dari Pasir :

Formula for Bulk Density of Sand

ρs Bulk density of sand (Mg/m³)


Ms Mass of sand to fill the container (in gm.)
V Vol. of container (in mL)
M1 Mass of sand before pouring in the container (in mg.)
M2 Mass of sand in cone (in gm.)
M3 Mass of sand after pouring the container (in gm.)

Kepadatan Massal Tanah :

Bulk Density of Soil

Ρso Bulk density of soil (Mg/m³)


Me Mass of soil excavated (in gm.)
Mf Mass of sand required to fill the hole (in gm.)
M1 Mass of sand before pouring into the hole (in gm.)
M2 Mass of sand in cone (in gm.)
M4 Mass of sand after pouring into the hole (in gm.)

Det. bulk density tanah.

di mana,
Det. kepadatan kering.

Det. tingkat pemadatan.


Daftar Pustaka
1. https://indrajhon.wordpress.com/my-blogs/civil-engineering/cbr/
2. http://lauwtjunnji.weebly.com/cbr-lapangan.html
3. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact
=8&ved=0CDYQFjADahUKEwjv-N-
kqpnIAhVFPo4KHb4OCv8&url=http%3A%2F%2Fwww.astm.org%2FStandards%2FD15
86.htm&usg=AFQjCNHhsuN6Xrg4pA2GU-ujELRNfLZV6w&bvm=bv.103388427,d.c2E
4. SNI 03-4148-1996, “Metode pengujian penetrasi dengan SPT”
5. ASTM D 1586-84, “Standard penetration test and split barrel sampling of soils”
6. ASTM D 1586-84 (1984), “Standard method for penetration test and split barrel
sampling of soils”.
7. ASTM G 57-78 (1978), “Method for field measurement of soil resistivity using Wenner
Four-Electrode method”.
8. Departemen Pekerjaan Umum, 2005, “Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi
bangunan air”, Vol.1: Penyusunan program penyelidikan, metode pengeboran dan
deskripsi log bor (Pd.T 03.1- 2005-A), Vol.2: Pengujian lapangan dan laboratorium (Pd.T
03.2-2005-A), dan Vol.3: Interpretasi hasil uji dan penyusunan laporan penyelidikan
geoteknik (Pd.T 03.3-2005-A), Kep.Men. Pekerjaan Umum No: 498/KPTS/M/2005,
Jakarta, tgl. 22 Nov 2005.
9. FHWA NHI-01-031, “Manual on subsurface investigation”.
10. Kulhawy, F.H., and Mayne, P.W. (1990), “Manual on Estimating Soil Properties for
Foundation Design”, Report EPRI-EL 6800, Electric Power Research Institute, Palo Alto.
11. McGregor, J.A. and Duncan, J.M. (1998), “Performance and Use of the Standard
Penetration Test in Geotechnical Engineering Practice“, Report of a study performed by
the Virginia Tech Center for Geotechnical Engineering, Virginia Polytechnic Institute and
State University , October, 1998.
12. Youd, T.L. and Idriss, I.M. (2001), “Liquefaction Resistance of Soils : Summary Report
from the 1996 NCEER Workshops on Evaluation of Liquefaction Resistance of Soil“,
Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering , ASCE, April 2001, Vol. 127
No. 4, 297 – 313.
13. Skempton, A.W. (1986), “SPT Procedures and the Effects in Sands of Overburden
Pressure, Relative Density, Particle Size, Aging, and Overconsolidation“, Geotechnique,
Vol.36, No. 3, 425-447.
14. Baguelin, F., Jezequel, J. F., and Shields, D. H. (1978) “The Pressuremeter and
FoundationEngineering”, Trans Tech Publication, Switzerland.

15. Briaud, J. L. (1989), "The pressuremeter test for highway applications", Report FHWA -
IP- 89-005,Federal Highway Administration, Washington, D.C., 148.

16. BURLAND, J.B. (1989), “Small is beautiful: The stiffness of soils at small strains“,
Canadian
17. Geotechnical Journal, Vol. 24 (4).
18. CAMPANELLA, R.G., and ROBERTSON, P.K. (1981), ”Aplied cone research“, Cone
Penetration Testing and Experience, ASCE Reston/VA.

19. CAMPANELLA, R.G. (1994), ”Field methods for dynamic geotechnical testing“,
Dynamic
20. Geotechnical Testing II (STP 1214), ASTM, Philadelphia.

21. CHANDLER, R.J. (1988), “The in-situ measurement of the undrained shear strength of
clays using the field vane“, Vane Shear Strength Testing in Soils: Field and Laboratory
Studies, ASTM STP 1014, American Society for Testing Materials.

22. Clarke, B.G.(1995), “Pressuremeters in Geotechnical design”, International Thomson


Publishing/UK, and BiTech Publishers, Vancouver.

23. Dunnicliff, J. (1988), “Geotechnical Instrumentation for Monitoring Field Performance”,


John Wiley& Sons, Inc., New York.

24. HOAR, R.J. and STOKOE, K.H. (1978), “Generation and measurement of shear waves in-
situ“,Dynamic Geotechnical Testing (STP 654), ASTM , Philadelphia.

25. HOLTZ, R.D. and KOVACS, W.D. (1981), “An Introduction To Geotechnical
Engineering”,
26. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ.

27. HOULSBY, G.T., and THE, C.I. (1988), “Analysis ofv the piezocone in clay”, Penetration
Testing1988, Vol.2, Balkema, Rotterdam.

28. JAMIOLKOWSKI, M., LADD, C.C., GERMAINE, J.T., and LANCELLOTTA, R.


(1985), “New
29. developments in field and laboratory testing of soils“, Proceedings, 11th International
Conference on Soil Mechanics & Foundation Engineering, Vol. I, San Fransisco.

30. KULHAWY, F.H., and MAYNE, P.W. (1990), “Manual on estimating soil properties for
foundation design”, Report EPRI-EL 6800, Electric Power Research Institute, Palo Alto.

31. LADD, C.C. and FOOTT, R. (1974), “A new design procedure for stability in soft clay“,
Journal of Geotechnical Engineering, ASCE, Vol. 100 (3).

Anda mungkin juga menyukai