PENDAHULUAN
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal
sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap
infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan
lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi organisme dari mata
(Muzakkar, 2007).
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa
bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut
memiliki mekanisme kerja tertentu. Kelainan pada organ sensoris, yaitu mata
berdasarkan struktur anatominya, dapat dikelompokkan atas kelainan bagian
anterior, tengah dan posterior bola mata dan struktur mata (Vaughan & Asbury,
2010).
Apapun etiologi dari kelainan/penyakit tersebut, obat harus dapat
mencapai daerah yang mengalami kelainan (farmakokinetika), baru dapat berkerja
mengatasi kelainan tersebut (farmakodinamika). Terdapat beberapa rute yang
dapat dipilih untuk memberikan obat dengan bentuk sediaan tertentu. Setiap rute
memiliki kelebihan dan kekurangan. Rute-rute tersebut adalah:
1. Topikal : bentuk sediaan obat : tetes (solution dan suspensi), salep
2. Oral : tablet, kapsul, sirup, eliksir
3. Parenteral :
a. Intravena, intra muskuler, subkutan, intrakutan
b. Injeksi subkunjungtiva, sub-Tenon's, dan retrobulbar, intaokuler,
Intravitreal.
Pemberian secara topikal, umumnya ditujukan untuk efek lokal pada
daerah yang diaplikasikan, misalnya mata atau telinga bagian luar saja. Namun,
beberapa obat topikal, terutama pada penggunaan dosis besar atau penggunaaan
jangka panjang, dapat menimbulkan efek samping sistemik (obat tersebut berhasil
mencapai aliran darah sistemik dan mempengaruhi berbagai sistem organ)
(Aziz,2011).
Pemberian obat per oral, secara pasti akan menimbulkan efek sistemik,
karena obat tersebut harus berhasil masuk ke dalam aliran darah sistemik, baru
dapat mencapai daerah yang mengalami kelainan, baik di mata, telinga atau
maupun organ. Oleh karena itu, harus dipertimbangan farmakokinetika (absorbsi,
distribusi, metabolisme/ biotransformasi, dan ekskresi) obat tersebut serta
kemungkinan efek samping pada saluran cerna dan efek samping sistemiknya
(Aziz,2011).
Pemberian obat secara parenteral (injeksi), farmakokinetikanya tergantung
pada tempat injeKsinya. Secara umum, rute pemberian ini tidak dipengaruhi oleh
faktor absorbsi, karena obat langsung mencapai aliran darah sistemik atau daerah
yang mengalami kelainan. Rute pemberian ini, membutuhkan suatu keahlian
untuk mengaplikasikannya. Efek samping sistemik juga harus dipertimbangkan
(Aziz,2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dikenal beberapa bentuk dan kerja obat tertentu yang banyak dipakai di
dalam bidang ilmu penyakit mata. Obat mata dibuat khusus dan selamanya
bertanda obat mata, hal ini disebabkan obat mata biasanya berkonsentrasi rendah
dibandingkan dengan obat luar lainnya.
Contoh sediaan obat tetes mata golongan Miotik dan Anti Glaukoma.
2.5 Larutan Lensa Kontak
Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada
kornea mata dimana memiliki fungsi yang sama dengan kacamata, yaitu
mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi dan kosmetik.
Lensa kontak dapat terbuat dari gelas atau bahan plastik, untuk menutupi
kornea dan sebagian sklera. Ruang di antara lensa kontak dan kornea diisi dengan
larutan garam fisiologis.
Sistim ini dapat menghilangkan astigmatisme kornea dan mengadakan
koreksi ametropia.Lensa kontak mulai dipakai pada tahun 1930-an, di mana
lensanya besar dan terbuat dari gelas. Pada tahun 1947 mulai dikenal lensa kontak
yang terbuat dari plastik yang lebih kecil dan lebih tipis dari yang semula.