Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI URAT (VEIN) SULFIDA MENGGUNAKAN METODE INDUKSI

POLARISASI DI DAERAH KEMAWI

Alamsyah Wibowo, Lantu, Syamsuddin


Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin
Kampus UNHAS Tamalanrea, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245
E-mail: alamsyah_wibowo@yahoo.com
Sari Bacaan
Metode induksi polarisasi merupakan pengembangan dari metode tahanan jenis yang
didasarkan pada pengukuran efek polarisasi yang terjadi akibat induksi arus. Pada penelitian
ini dilakukan pengolahan, analisis dan interpretasi data pengukuran induksi polarisasi untuk
mengidentifikasi sebaran mineralisasi sulfida pada daerah Kemawi, Jawa Tengah. Data yang
digunakan berjumlah 11 lintasan dengan spasi 200 meter antar lintasan dan spasi elektroda
50 meter. Pengukuran dilakukan dalam domain frekuensi menggunakan konfigurasi dipole-
dipol.

Pengolahan data menghasilkan nilai resistivitas, nilai percent frequency effect (PFE) dan nilai
metal factor (MF) yang selanjutnya dibuat penampang 2-D dan model 3-D. Penampang dan
model tersebut dianalisis dengan bantuan data pendukung berupa informasi geologi daerah
penelitian untuk mendapatkan gambaran sebaran mineralisasi sulfida di daerah penelitian.

Dari hasil interpretasi data, diperoleh anomali yang memiliki prospek mineralisasi sulfida
berada di sebelah Utara daerah penelitian yang ditunjukan dengan resistivitas rendah yakni
<50 ohm-m, PFE ≥3 % dan MF ≥150 mhos/m yang berada pada zona alterasi argilik dengan
hostrock berupa breksi andesit.
Kata kunci: Induksi polarisasi, mineralisasi sulfida, resistivitas, percent frequency effect
(PFE), alterasi argilik.
ABSTRACT
Induced polarization method is development of resistivity method which is based on the
measurement of polarization effect due to the current induction. This research is done by
processing, analysis and interpretation of induced polarization data measurement to identify
the dissemination of sulphide mineral in Kemawi, Jawa Tengah. Total of data used are 11
lines with space 200 metres between the line and 50 metres between the electrodes. The
measurement was done in the frequency domain using dipole-dipole configuration.

Data processing produces resistivity, percent frequency effect (PFE) and metal factor (MF)
values and then 2-D sections and 3-D models created. The sections and models is analyzed
using geological information of the research area to get the description of the dissemination
of sulphide mineralization in the research area.

From data interpretation is obtained that prospect anomaly of sulphide mineralization is


located in the north side of the research area which is indicated by low resistivity that is <50
ohm-m, ≥3 % of PFE and ≥150 mhos/m of MF which is at argillic alteration of breccias
andesite hostrock.
Keywords: Induced polarization, sulphide mineralization, resistivity, percent frequency
effect (PFE) ,argillic alteration.

PENDAHULUAN Penelitian ini dibatasi pada pengolahan,


analisis dan interpretasi data pengukuran
Mineral sulfida merupakan mineral hasil induksi polarisasi untuk identifikasi
persenyawaan antara unsur tertentu sebaran mineral sulfida. Data sekunder
(umumnya logam) dengan sulfur yang digunakan adalah hasil pengukuran
(belerang). Mineral sulfida termasuk yang telah dilakukan oleh PT.ANTAM
mineral pembentuk bijih (ores). Oleh Tbk di daerah Kemawi, Jawa Tengah.
karena itu, mineral sulfida memiliki nilai Pengolahan data menghasilkan nilai
ekonomis yang cukup tinggi untuk resistivitas, nilai percent frequency effect
dieksplorasi. Beberapa contoh mineral (PFE) dan nilai metal factor (MF) yang
sulfida antara lain: pyrite (FeS3), selanjutnya dibuat penampang 2-D dan
chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan model 3-D. Penampang dan model tersebut
sphalerite (ZnS). dianalisis dengan bantuan data pendukung
berupa informasi geologi daerah penelitian
Berdasarkan hasil survei geologi yang
untuk mendapatkan gambaran sebaran
telah dilakukan, ditemukan beberapa
mineralisasi sulfida bawah permukaan di
daerah yang memiliki prospek mineral
daerah penelitian.
sulfida di kawasan Kemawi, Jawa Tengah.
Keberadaan mineral tersebut ditunjukkan LANDASAN TEORI
oleh kenampakan zona alterasi argilik dan
silisifikasi di beberapa tempat. Akan tetapi Efek induksi polarisasi (IP) dapat
mineralisasi di daerah penyelidikan tidak diilustrasikan dengan menggunakan
memperlihatkan adanya indikasi di konfigurasi empat elektroda dalam
permukaan yang cukup menarik seperti pengukuran tahanan jenis, dimana pada
urat (vein) maupun urat-urat halus (veinlet) elektroda arus (C1 dan C2) dialiri arus
mineralisasi yang begitu jelas listrik searah (DC) maka pada elektroda
(PT.ANTAM Tbk, 2011). potensial (P1 dan P2) akan terukur beda
potensial (∆V) sebagaimana diilustrasikan
Untuk mendeteksi zona alterasi dan pada Gambar 1.
mineralisasi serta kemenerusannya di
bawah permukaan, dibutuhkan suatu
penyelidikan geofisika yang diharapkan I
dapat memberikan informasi tentang
V
penyebaran zona mineralisasi serta pola C1 P P C
struktur yang mengontrolnya berdasarkan r1 r2 22
anomali geofisika. Suatu metode geofisika 1

yang cukup efektif dan mampu r


2
r
memberikan informasi mengenai kondisi
geologi bawah permukaan hingga 3 4

mencapai kedalaman 200 meter adalah


metode induksi polarisasi. Metode ini Gambar 1. Konfigurasi elektroda dengan
dapat mendeteksi mineral-mineral sulfida masing-masing dua elektroda potensial (P1
yang tersebar merata maupun terperangkap dan P2) dan dua elektroda arus (C1 dan C2).
dalam struktur bukaan seperti vein
berdasarkan kontras sifat fisis berupa Ketika aliran arus pada elektroda arus
resistivitas. dihentikan, maka nilai beda potensial
antara kedua elektroda potensial tidak
secara langsung bernilai nol melainkan Gambar 3. Susunan elektroda konfigurasi dipol-
mengalami penurunan secara perlahan- dipol (Kearey, 2002).
lahan hingga bernilai nol. Fenomena yang
Keterangan :
sama terjadi ketika arus listrik dinyalakan.
AB : elektroda arus r1 = AM = (n+1)a
Pada keadaan awal, nilai beda potensial
MN : elektroda potensial r2 = BM = na
meningkat secara perlahan-lahan selama
AB = MN = a (dalam satuan meter) r3 =
interval waktu tertentu hingga bernilai
AN = (n+2)a r4 = BN = (n+1)a
konstan. Medium yang mengalami efek
tersebut dinamakan medium yang dapat Sehingga untuk konfigurasi dipol-dipol,
terpolarisasi. Efek IP ditunjukkan selama rumus untk menghitung factor
interval waktu penurunan beda potensial geometrinya menjadi:
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2
(Kearey, 2002).
(1)

Dengan K merupakan faktor geometri


yang nilainya bervariasi bergantung pada
jarak dari “a”. Kemudian dengan
mensubtitusi nilai K dengan persamaan
(1), maka dapat dihitung nilai resistivitas
semu untuk tiap kedalaman, yaitu:

(2)
Gambar 2. Fenomena induksi polarisasi.
Teknik pengukuran efek IP dapat dibagi
Pada waktu t0 arus dihentikan dan diukur
menjadi dua jenis yaitu pengukuran
beda potensialnya, kemudian terjadi
kawasan waktu dan pengukuran kawasan
penurunan nilai beda potensial dari
frekuensi. Pengukuran IP domain waktu
keadaan konstan (∆Vc) menuju nol secara
melibatkan pemantauan peluruhan beda
perlahan-lahan. Tahapan yang sama terjadi
potensial setelah arus dihentikan.
pada saat arus dimatikan pada waktu t3. A
Parameter yang biasanya diukur adalah
menggambarkan daerah di bawah kurva
chargeability (M), yang didefinisikan
peluruhan pada interval waktu t1-t2
sebagai daerah (A) di bawah kurva
(Kearey, 2002).
peluruhan selama interval waktu tertentu
Metode IP (t1–t2) dengan beda potensial pada keadaan
tetap ∆Vc (Gambar 2) yang secara
Metode IP menggunakan konfigurasi matematis dituliskan (Kearey, 2002):
dipol-dipol ketika melakukan pengukuran
di lapangan, yaitu kedua elektroda arus
bergerak menjauhi kedua elektroda (3)
tegangan seperti pada gambar 3.
Mineral dapat dibedakan berdasarkan
karakteristik chargeability, sebagai contoh
pirit memiliki nilai M = 13,4 ms pada
interval waktu 1 detik dan magnetit
memiliki nilai M = 2.2 ms pada interval
waktu yang sama.
Sedangkan untuk teknik domain frekuensi
melibatkan pengukuran resistivitas semu
(apparent resistivity) pada dua atau lebih PFE = Percent Frequency Effect (%)
frekuensi searah (AC). Gambar 3.
menunjukkan hubungan resistivitas semu ρ1 = merupakan resistivitas semu yang
dan frekuensi log arus. Daerah 1 memiliki diukur pada frekuensi 10 Hz (Ωm)
frekuensi rendah dimana resistivitasnya
ρ2 = merupakan resistivitas semu yang
bersifat independen terhadap frekuensi.
diukur pada frekuensi 0.1 Hz (Ωm)
Daerah 2 adalah daerah Warberg, dimana
resistivitas merupakan sebuah fungsi linear METODA PENELITIAN
dari log frekuensi. Sedangkan daerah 3
adalah daerah induksi elektromagnetik, Mulai

dimana aliran arus mengalami induksi.


Studi

Data Induksi

Data Penunjang Data Penunjang

Pengolahan Data

Data Geologi Data


Geomagnet

Resistivitas 2D MF2D
PFE 2D

Resistivitas, PFE dan MF 3D


Gambar 4. Hubungan resistivitas semu dan
frekuensi log arus (Kearey, 2002).

Karena hubungan yang diilustrasikan pada Interpretasi


gambar di atas bervariasi terhadap tipe
batuan dan konsentrasi mineral, Kesimpulan & Saran

pengukuran induksi polarisasi biasanya


dibuat pada atau di bawah frekuensi 10 Hz
Selesai
agar tetap dalam daerah non induksi. Dua
Gambar 5. Diagram alir penelitian
pengukuran yang umumnya dilakukan
yaitu Percent Frequency Effect (PFE) dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metal Factor (MF). PFE didefinisikan
sebagai perbandingan antara beda Data yang digunakan pada penelitian ini
potensial pada frekuensi rendah dengan merupakan data sekunder yang diambil di
beda potensial pada frekuensi tinggi yang daerah Kemawi, Kabupaten Banyumas
terukur pada elektroda potensial. Nilai FE pada tahun 2010. Lintasan pengukuran
atau PFE merupakan respon dari berjumlah 11 lintasan dengan panjang
keberadaan mineral yang terdapat dalam lintasan 1 kilometer untuk lintasan KW
pori-pori batuan. Semakin tinggi +1000, KW +800, KW +600, KW +400,
konsentrasi mineral dalam batuan semakin KW +200, KW -200 dan KW -400.
besar nilai PFE begitu pula sebaliknya. Sedangkan untuk lintasan KW 0, KW
Adapun persamaan untuk menghitung PFE -600, KW -800, KW -1000 panjang
diberikan oleh (Telford, 1990): lintasan mencapai 2 kilometer. Lintasan
seluruhnya berarah Utara- Selatan, dengan
(4) spasi 200 meter antar lintasan dan spasi
elektroda 50 meter.

Dimana:
Hasil dari pengolahan data menunjukkan Pemetaan Daerah Prospek Mineralisasi
distribusi nilai resistivitas semu (apparent Sulfida
resistivity), percent frequency effect (PFE)
dan metal factor (MF) yang bervariasi Dari 3 blok wilayah pengukuran, yakni
untuk n=1 hingga n=6 pada daerah Blok Poncol, Blok Wanasari dan Blok
penelitian. Adapun rentang nilai resitivitas Wagir, terlihat bahwa Blok Poncol
semu yang dihasilkan adalah 5-340 Ωm, memiliki beberapa anomali geofisika yang
rentang nilai PFE adalah 0.2-5.8 % dan dicurigai merupakan zona mineralisasi
rentang nilai MF adalah 0-850 mhos/m. sulfida berupa zona alterasi argilik yang
pada beberapa lintasan menerus dari n1
hingga n6. Kemenerusan zona mineralisasi
PETA GEOLOGI DAERAH KEMAWI
BANYUMAS, JAWA TENGAH
dapat terlihat mulai dari lintasan KW
+200 hingga lintasan KW +800.
Sedangkan untuk Blok Wanasari dan Blok
Wagir, hasil yang diperoleh kurang
maksimal akibat kurangnya data
pengukuran pada wilayah tersebut.

Zona
KW
Lintasan Pengukuran IP
prospek
x
KW

Gambar 6. Peta geologi daerah penelitian dan letak


lintasan pengukuran IP (PT. ANTAM, 2010)

Analisis Data
Gambar 8. Model 3-D daerah prospek mineralisasi
Lintasan KW +200
Berdasarkan kesimpulan di atas, dibuatlah
model 3-D untuk memetakan daerah
Gambar IV.6 merupakan tampilan hasil prospek mineralisasi sulfida di daerah
overlay antara penampang resistivitas Kemawi berdasarkan anomali nilai
semu, PFE dan MF pada lintasan KW resisitivitas, nilai PFE dan nilai MF seperti
+200. Dari gambar terlihat bahwa terdapat yang diperlihatkan pada Gambar IV.14.
tiga lokasi yang memperlihatkan adanya Pada model tersebut hanya ditampilkan
prospek mineralisasi sulfida. Dari ketiga daerah yang memiliki nilai resistivitas ≤50
lokasi tersebut, zona mineralisasi sulfida Ωm, nilai PFE ≥3 % dan nilai MFE ≥ 150
diduga berada pada lokasi nomor 2 karena mhos/m yang diinterpretasikan sebagai
adanya kemenerusan anomali dari n1 zona prospek mineralisasi sulfida pada
hingga n6. daerah Kemawi, tepatnya pada Blok
U PSEUDOSECTION LINTASAN KW +200 S Poncol.

1 3 resistivitas ≤50 Ωm
PFE ≥3%
Gambar 7. Overlay penampang resisitivitas,MFPFE
dan MF lintasan KW +200
≥150
mhos/m KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kearey, dkk. 2002. An Introduction to
Adapun kesimpulan dari penelitian ini, Geophysical Exploration.
antara lain: Blackwell Science Ltd. London.
1. Berdasarkan hasil pengolahan data, PT. Antam Tbk, 2011. Laporan
diketahui bahwa nilai resitivitas Pengukuran Geofisika Desa
semu pada daerah Kemawi Kemawi, Kab. Banyumas, Jawa
berkisar antara 5-340 Ωm, nilai Tengah. Departemen Geofisika dan
PFE berkisar antara 0.2-5.8 % dan Geodesi PT. Antam Tbk. Jakarta.
nilai MF berkisar antara 0-850
mhos/m. Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E.
2. Dari penampang 2-D data 1990. Applied Geophysics.
resisitivitas semu, PFE dan MF Cambridge Univ. Press.
daerah Kemawi, dapat Cambridge.
diidentifikasi kemungkinan adanya
mineralisasi sulfida pada semua
lintasan pengukuran.
3. Berdasarkan model 3-D data
resisitivitas semu dan PFE daerah
Kemawi, terlihat bahwa daerah
prospek mineralisasi sulfida berada
di bagian Utara daerah penelitian,
tepatnya pada Blok Poncol.

Saran

Untuk keperluan penelitian lebih lanjut


dan memaksimalkan hasil penelitian, perlu
diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dibutuhkan data analisis petrografi


dan geokimia batuan di sekitar
daerah prospek mineralisasi sulfida
untuk memperkuat dugaan yang
dihasilkan dari pengukuran IP.
2. Perlu dilakukan survei geofisika
lainnya seperti survei gravitasi dan
geomagnet untuk mengetahui pola
struktur yang bekerja pada daerah
penelitian agar diperoleh
interpretasi struktur bawah
permukaan secara lebih detail.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Tinjauan Geologi

Anda mungkin juga menyukai