Anda di halaman 1dari 19

Pengaman Peralatan Dan Manusia

“Sistim Hantaran Pengaman”

Dosen : Yessi Marniati, S.T., M.T.

Oleh Kelompok 4 :

1. Beni Kurniawan (0617303010859)


2. Jurdan Achmad (0617303010864)
3. Rafi Akbar (0617303010873)
4. M Maulana Y. G (0617303010874)

Program Studi Teknik Listrik


Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Sriwijaya
Tahun Akademik 2018 / 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ............................................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................

A. LatarBelakang ....................................................................................................

B. BatasanMasalah..................................................................................................

C. Tujuan ................................................................................................................

D. ManfaatPenulisanMakalah .................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................

A. ISI .......................................................................................................................

B. ISI 2 ....................................................................................................................

C. ISI 3 ....................................................................................................................

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................................

B. Saran ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Sistem Pentanahan


Pentanahan atau lebih dikenal dengan “arde” sebetulnya adalah
peralatan yang paling penting dalam suatu instalasi listrik dimanapun
berada. Entah itu instalasi listrik besar, sedang maupun kecill dengan
berbagai variasi tegangan dari rendah,tinggi sampai extra tinggi, wajib
dipasang instalasi grounding
Sistem pentanahan adalah system hubungan oenghantar yang
menghubunkan system, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau
tanah sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan
mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan atau
arus abnormal. Oleh karena itu, system pentanahan menjadi bagian
esensial dari system tenaga listrik.
Masalah pentanahan merupakan salah satu faktor penting di dalam
perlistrikan seperti pada stasiun pembangkit, gardu induk, system
transmisi dan distribusi, ia mempunyai hubungan erat dengan
perlindungan suatu system berikut semua peralatannya.
Cara kerja system pentanahan ini adalah bila terjadi arus listrik
yang terlalu besar akibat adanya kebocoran,induksi tegangan listrik atau
kegagalan isolasi pada suatu peralatan listrik atau instalasi listrik maka
bagian pentanahan akan secepatnya menyalurkan ke bumi atau tanah, dan
orang yang tidak sengaja memegang peralatan listrik yang bermasalah
akan aman. Juga peralatan listrik akan terhindar dari kerusakan.
Apabila suatu tindakan pengaman/perlindungan yang baik akan
dilaksanakan, maka harus ada system pentanahan yang dirancang dengan
benar. Beberapa waktu yang lalu masih ada pendapat bahwa semua
peralatan yang suh dihubungkan dengan tanah, betapa jeleknya hubugan
tanah itu sudah memberikan jaminan keamananan baik bagi peralatan itu
sendiri maupun bagi operator yang bertugas, pendapat ini menimbulkan
bahaya bagi keselamatan manusia sebagai subjek yang paling penting,
yaitu bila terjadi gangguan pada peralatan itu
Sangatlah perlu bahwa perencanaan system pentanahan dengan
teliti sehingga bisa diperoleh perlindungan yang terpercaya, perlindungan
ini akan menjamin pelayanan yang berkelanjutan dan jangka hidup
peralatan akan bertambah panjang. Sudah menjadi hukum alam bahwa
arus listrik akan selalu mencari tempat yang paling mudah untuk
mengalir,oleh karena itu system pentanahan haruslah terhubung dengan
baik.
BAB II
SISTEM HANTARAN PENGAMAN

Sistem hantaran pengaman merupakan bagian dari pentahan, jenis pentanahan


yang digunakan berdasarkan standar IEEE yang menjadi acuan terhadap sistim
pentanahan pada suatu instalasi, terdiri dari 5 yaitu :

2.1 Jenis-jenis Pentanahan (Sistem Grounding)

1. TN-S (Terre Neutral - Separate) (Pembumian Netral Pengaman (PNP)


2. TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate) (Pembumian Netral Pengaman
(PNP)
3. TT (Double Terre) (Pembumian Pengaman PP)
4. TN-C (Terre Neutral - Combined) (Pembumian Netral Pengaman (PNP)
5. IT (Isolated Terre) (Hantaran Pengaman HP)

Secara keseluruhan jenis pentanahan ini dapat dilihat pada gambar berikut
2.1.1 Sistem TN, seperti dalam IEC 60364 mencakup beberapa sub – system :

 Sistem TN-C : Jika N dan konduktor PE terhubung (PEN)


 Sistem TN-S : Jika N dan konduktor PE terpisah
 Sistem TN-C-S : Gabungan antara TN-C dan TN-S, dalam tingkatan
distribusi listrik TN-S diterapkan pada peralatan dibawah peralatan yang
menggunakan TN-C, biasanya peralatan setelah power suplay.

a. TN-C (Terra Neutral-Combined): Saluran Tanah dan Netral-


Disatukan
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman disatukan
pada sistem secara keseluruhan. Semua bagian sistem mempunyai
saluran PEN yang merupakan kombinasi antara saluran N dan PE.
Disini seluruh bagian sistem mempunyai saluran PEN yang sama.

b. TN-C-S (Terra Neutral-Combined-Separated): Saluran Tanah


dan Netral-disatukan dan dipisah

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman dijadikan


menjadi satu saluran pada sebagian sistem dan terpisah pada
sebagian sistem yang lain. Di sini terlihat bahwa bagian sistem 1 dan
2 mempunyai satu hantaran PEN (combined). Sedangkan pada bagian
sistem 3 menggunakan dua hantaran, N dan PE secara terpisah
(separated).
c. TN-S (Terra Neutral-Separated): Saluran Tanah dan Netral-
dipisah
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman terdapat
pada sistem secara keseluruhan. Jadi semua sistem mempunyai dua
saluran N dan PE secara tersendiri (separated).

2.1.2 Pentanahan Pengaman (PP) / TT (Terra Terra) system:


Saluran Tanah dan Tanah

Sistem yang titik netralnya disambung langsung ke tanah, namun


bagian-bagian instalasi yang konduktif disambungkan ke elektroda
pentanahan yang berbeda (berdiri sendiri). Dari gambar di bawah ini
terlihat bahwa pentanahan peralatan dilakukan melalui sistem
pentanahan yang berbeda dengan pentanahan titik netral.
2.1.3. Hantaran Pengaman (HP) / IT (Impedance Terra)

Sistem rangkaian tidak mempunyai hubungan langsung ke tanah namun


melalui suatu impedansi, sedangkan bagian konduktif instalasi dihubung
langsung ke elektroda pentanahan secara terpisah. Sistem ini juga disebut
sistem pentanahan impedansi. Ada beberapa jenis sambungan titik netral
secara tidak langsung ini, yaitu melalui reaktansi, tahanan dan kumparan
petersen. Antara ketiga jenis media sambungan ini mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Namun, secara teknis jenis sambungan kumparan petersen
yang mempunyai kinerja terbaik. Permasalahannya adalah harganya yang
mahal.

2.2 Kabel Pentanahan

Di pasaran tersedia berbagai jenis cable grounding, yang mana penggunaannya


disesuaikan dengan kebutuhan teknis dan ketersediaan anggaran. Berikut uraian dan
penjelasan dari beberapa kabel konduktor yang dipakai dalam aplikasi sistem grounding /
pentanahan dan sistem proteksi petir. Ada 6 jenis yang umum untuk dipakai, yaitu: kabel
BC, kabel NYA, kabel AAC, kabel Coaxial, Aluminum Tape, Copper Tape. Berikut penjelasan
untuk masing-masing jenis kabel konduktor

2.2.1 KABEL BC - ( KABEL TEMBAGA TELANJANG)

Kabel BC (kabel tembaga telanjang) terbuat dari beberapa kawat tembaga


yang dianyam. Kabel BC paling banyak dipakai untuk membangun sistem
penangkal petir dan sistem grounding. Harganya relatif lebih murah
dibandingkan dengan kabel konduktor jenis NYA yang akan dijelaskan pada
bagian selanjutnya. Kabel BC ini biasanya untuk ditanam di dalam tanah untuk
membangun sistem grounding, atau dipakai sebagai down conductor untuk
menghubungkan air terminal dengan sistem grounding. Di pasaran tersedia
kabel BC dari ukuran penampang 6mm2 s/d 500mm2.

2.2.2 KABEL BCC ( KABEL NYA) - (KABEL TEMBAGA


TERBUNGKUS PVC)
Kabel NYA terbuat dari kabel BC yang dibungkus dengan lapisan
PVC. Kabel NYA banyak dipergunakan untuk aplikasi sistem grounding dan
aplikasi sistem penangkal petir. Kabel ini lebih dipilih ketimbang kabel BC jika
aplikasinya di tempat terbuka (tidak ditanam dalam tanah), untuk menghindari
hubungan pendek dan sedikit menghindari pencurian. Harga kabel NYA lebih
mahal

2.2.3 KABEL AAC (ALL ALUMINUM CABLE)


Kabel AAC terbuat dari beberapa kawat aluminum yang dianyam. Kabel ini
kebanyakan dipergunakan dalam aplikasi jaringan transmisi dan jaringan
distribusi daya listrik. Sehubungan dengan maraknya kasus pencurian kabel BC
dan kabel NYA , saat ini kabel AAC banyak dipakai dalam aplikasi sistem
pentanahan (grounding) dan sistem proteksi petir. Sifat hantar atau konduktifitas
listrik dari kabel jenis AAC ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan kabel
BC atau NYA, tapi dari sisi harga juga lebih murah dibandingkan dengan kabel
BC dan kabel NYA.

2.2.4 ALMUNIUM TAPE


Aluminum tape (berbentuk seperti penggaris) banyak dipakai sebagai
konduktor yang menghubungkan air terminal dengan sistem grounding. Untuk
volume yang sama, aluminum tape lebih ekonomis dibandingkan dengan kabel
BC atau NYA. Untuk volume yang sama aluminum tape bisa memberikan
hantaran listrik yang lebih baik dibandingkan dengan kabel BC atau kabel NYA.

2.2.5 TEMBAGA TAPE – COPPER TAPE


Tembaga tape yang berbentuk seperti penggaris merupakan konduktor yang
paling baik untuk aplikasi sistem grounding dan sistem proteksi petir. Di negara-
negara maju dan di lingkungan industri perminyakan yang mengadopsi standar
eropa, penggunaan copper tape dalam sistem proteksi petir dan sistem grounding
adalah sangat umum.

2.2.6 KABEL COAXIAL - ( COAXIAL CABLE )


Kabel coaxial tipe khusus dipakai dalam aplikasi sistem proteksi petir, sebagai
down conductor. Meskipun performanya sangat baik, namun penggunaan kabel
jenis ini sangat jarang karena harganya yang sangat-sangat mahal. Salah satu
produk yang tersedia di pasaran adalah kabel Ericore buatan Erico.
2.3 Pengaman Sistem tenaga Listrik

2.3.1 Pengertian Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Proteksi sistem tenaga listrik adalah system proteksi yang dilakukan kepada
peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misanya
generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi
sistem itu sendiri.

Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan
lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lainlain.

Mengapa Proteksi diperlukan ?

Proteksi itu diperlukan :

1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan peralatan


akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikitlah pengaruh gangguan
kepada kemungkinan kerusakan alat

2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.

3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.

4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan


pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang
merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoeprasikan
circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut
secara manual. Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat
mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersbut dan selanjutnya
mengistruksikan circuit-circuit yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau
sistem yang terganggu. Peralatan tersebut kita kenal dengan relay. Ringkasnya
proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang sehubungan mempunyai dua
fungsi pokok :

– Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yanglainnya tetap


beroperasi seperti biasa.

– Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-
gaya mekanik dst.

Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus
kerja bertambah melampaui batasaman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau
jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan
mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan
rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula. Perlu diingat bahwa pengaruh
pemanasan adalah sebanding dengankwadrat dari arus :

H = 12 Rt Joules

Dimana :

H = panas yang dihasilkan (Joule)

I = arus konduktor (ampere)

R = tahanan konduktor (ohm)

t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)

Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut


naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau
Circuit Breaker. Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa
merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus
sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing
Capacity. Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal


secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).

2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak

menyebabkan peralatan bekerja

3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.

4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.

5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada


rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap
beroperasi. Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik
diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relative lebih lama
dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus. Proteksi gangguan hubung
singkat dikembangkan jika action dari sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk
membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat
overheating, arcing atau ketegangan mekanik.

2.3.2 Persyaratan Kualitas Proteksi

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif yaitu :

a). Selektivitas dan Diskrimanasi

Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan system dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja

b). Stabilitas

Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).

c). Kecepatan Operasi

Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka
bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan
sinkron kehilangan sinkronisasi dengan system selebihnya. Waktu pembebasan
gangguan yang tipikal dalam sistemsistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana
mendatnag waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay
dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying)

d). Sensitivitas (kepekaan)

Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan
dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atausebagai prosentase dari
arus sekunder (trafo arus).

e). Pertimbangan ekonomis

Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh
karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan
keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistemtrtansmisi justru aspek teknis
yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang
dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau
proteksi utama dan proteksi pendukung (back up)

f). Realiabilitas (keandalan)

Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).

g) Proteksi Pendukung

Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah


dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama
tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti
halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya
triping CB dan trafo-trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap
sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona system daya tertentu. Ada
kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan misalnya antara
trafo-trafo arus dan circuit breakercircuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan
seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan
perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama seperti pada gambar berikut
ini
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem
tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back upa
bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mengeluarkan bagian yang terganggu.

2.3.4 Sistem Pengaman Pada SUTM 20 kV 3 fasa.

1.Pemutus Tenaga

Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu


memutus/menutup rangkaian

pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal ataupun gangguan. Secara singkat
tugas pokok pemutus tenaga adalah :

 Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.


 Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka sehingga
gangguan dapat dihilangkan.

2. Relay Arus Lebih (OCR)

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja
bila arus yang mengalir melebihi nilai settinganya.

a. Prinsip Kerja

Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus
yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang
boleh melewatinya disebut dengan setting.

Macam-macam karakteristik relay arus lebih :

a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)

c. Relay arus lebih waktu terbalik


b. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir
melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 –
20 ms). Dapat kita lihat pada gambar 5.

Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus
lebih dengan karakteristik yang lain.

c. Relay arus lebih waktu tertentu (deafinite timerelay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT padasaat terjadi gangguan
hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka
waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu
tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat gambar 6.
dibawah ini.

d. Relay arus lebih waktu terbalik.

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya
arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya.
Karakteristik ini bermacam-macam. Setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang
berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :

– Standar invers

– Very inverse

– Extreemely inverse

Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:

– Pengamanan hubung singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena
itu, disebut pula Relay fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka
settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In
(In = arus nominal peralatan terlemah).

– Pengamanan hubung tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan
lebih kecil dari arus beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal
berikut:

 Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.
 Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi,
ataubahkan tidak ditanahkan.

Dalam hal demikian, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat
mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap gangguan
tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat
fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini
dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah
jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat
mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)

3.Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara


fisik mempunyai kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara
otomatis untuk mengamankan system dari arus lebih yang diakibatkan adanya
gangguan hubung singkat.

4.Saklar seksi Otomatis (sectionaliser)

Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang


bersama-sama dengan

PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-upnya. Alat ini menghitung


jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-upnya secara
otomatis disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi
hulunya sedang dalam posisi terbuka.

5.Pelebur (fuse cut out)

Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen
yang telah dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk membuka rangkaian
dimana pelebur tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi
suatu nilai dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan
gangguan permanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai
arus gangguan tertentu.
3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Pentanahan atau lebih dikenal dengan “arde” sebetulnya adalah


peralatan yang paling penting dalam suatu instalasi listrik dimanapun
berada. Entah itu instalasi listrik besar, sedang maupun kecill dengan
berbagai variasi tegangan dari rendah,tinggi sampai extra tinggi, wajib
dipasang instalasi grounding
Sangatlah perlu bahwa perencanaan system pentanahan dengan
teliti sehingga bisa diperoleh perlindungan yang terpercaya, perlindungan
ini akan menjamin pelayanan yang berkelanjutan dan jangka hidup
peralatan akan bertambah panjang. Sudah menjadi hukum alam bahwa
arus listrik akan selalu mencari tempat yang paling mudah untuk
mengalir,oleh karena itu system pentanahan haruslah terhubung dengan
baik.

3.2 Saran

Untuk pemasangan pentanahan/grounding harus dilakukan


dengan benar dan tepat agar diperoleh perlindungan yang baik. Juga
harus diperhatikan kabel yg tepat untuk digunakan dalam pemasangan
grounding
Daftar Pustaka

1. Buku Instalasi Listrik Semester 2


2. http://electricalside.blogspot.com/2017/03/mendiskripsikan-prosedur-
pemasangan.html
3. https://www.scribd.com/doc/312336753/Sistem-Pengaman-Dan-Proteksi-
Listrik
4. https://putudiva.wordpress.com/2012/06/26/pengaman-sistem-tenaga-
listrik/

Anda mungkin juga menyukai