Anda di halaman 1dari 3

1. Perbedaan otitis media efusi dengan otitis media adhesive?

a. Otitis Media Efusi


b. Otitis Media Adhesiva
Otitis Media Adhesiva adalah jenis otitis media kronis yang terjadi ketika
membran timpani melekat ke dinding medial telinga tengah oleh proses adhesi fibrosa.
Keadaan ini diketahui sebagai sekuel dari otitis media efusi yang terabaikan oleh karena
disfungsi tuba Eustachius yang sudah berlangsung lama atau akibat proses peradangan
yang berlangsung lama sebelumnya. Keadaan tersebut dapat melemahkan beberapa area
membrane timpani , sehingga membrane timpani melekat pada dinding medial telinga
tengah atau ke ossicular chain, yang mengarah ke proses fibrosis.
Diagnosis otitis media adhesif ditegakkan menggunakan pemeriksaan
otomikroskopi yang menunjukkan retraksi permanen dan adhesi membrane timpani ke
dinding medial telinga tengah, dikonfirmasi dengan manuver Valsava.

2. Kapan rhinitis alergi dioperasi?


Operasi yang biasa dilakukan pada pasien dengan rhinitis alergi adalah inferior turbinate
reduction pada pasien RA dengan obstruksi jalan napas hidung dan pembesaran konka
inferior yang tidak berhasil diobati dengan terapi medikamentosa.

- Manfaat: Perbaikan gejala, peningkatan kualitas hidup, berkurangnya penggunaan obat,


tidur yang lebih baik
- Risiko, bahaya, biaya: Operasi yang tidak perlu, biaya operasi, risiko operasi, rinitis
atrofi

Konka inferior adalah jaringan yang terletak di dinding lateral bagian dalam hidung
yang terdiri dari tulang yang ditutupi dengan jaringan yang dapat membesar dan
membengkak sebagai respons terhadap peradangan. Obstruksi jalan napas nasal, sekunder
akibat hipertrofi konka inferior, adalah gejala umum dari RA. Beberapa prosedur bedah telah
tersedia untuk mengatasi hipertrofi konka inferior. Ini umumnya melibatkan metode yang
berbeda untuk menghilangkan (1) seluruh bagian konka/turbinat (turbinektomi) atau (2)
hanya jaringan antara penutup mukosa dan/atau tulang turbinat (reseksi submukosa); atau
menyusutkan volume konka (ablasi jaringan). Meskipun secara umum dianggap aman,
inferior turbinate reduction dapat menimbulkan perdarahan hidung, pembentukan scar, atau
pengerasan kulit (crusting). Rinitis atrofi ("empty nose syndrome") merupakan komplikasi
yang jarang terjadi, di mana pasien memiliki sensasi sumbatan hidung karena kurangnya
sensasi aliran udara.

3. Kapan rhinosinusitis harus diobati dan kapan dioperasi?

Terapi medikamentosa merupakan lini pertama tatalaksana rhinosinusitis kronik. Tujuan


terapi rhinosinusitis adalah 1) mempercepat penyembuhan; 2) mencegah komplikasi; dan 3)
mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM
sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
Terapi yang dipilih adalah pemberian dekongestan dan antibiotic untuk rhinosinusitis
bacterial untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka ostium
sinus. Pada rhinosinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman gram negative
dan anaerob. Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan seperti
analgetik, mukolitik, steroid oral/topical, cuci hidung dengan NaCl atau diatermi.
Tindakan operasi yang biasa dilakukan untuk rhinosinusitis kronik adalah Bedah Sinus
Endoskopi Fungsional (BSEF/FESS). Indikasinya berupa: Rhinosinusitis kronik yang tidak
membaik setelah terapi adekuat, rhinosinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang
irreversible, polip ekstensif, adanya komplikasi dari rhinosinusitis.

4. Kenapa abses peritonsil termasuk kegawatan?


Karena adanya komplikasi yang dapat terjadi, seperti:
a. Abses pecah spontan, yang dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau piemia
b. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. Pada
penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadi mediastinitis.
c. Bila terjadi penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus sinus
karvernosus, meningitis dan abses otak.

5. Sebutkan contoh facial palsy yang temasuk kegawatan?

Peripheric Facial Palsy (PFP) adalah manifestasi yang paling menonjol dari gangguan saraf
wajah (1). Kelemahan motorik wajah dapat bervariasi dan dapat disertai dengan gejala lain
seperti dysgeusia, xerostomia, perubahan sensasi wajah, disfungsi vestibular, dan
paranesthesia faring. Facial palsy tidak hanya disebabkan dari difungsi parasimpatis dan
sensorik khusus dari saraf wajah, tetapi dapat juga disebabkan oleh hubungan dengan saraf
kranial lainnya. PFP mungkin bawaan (ditentukan secara genetik atau terkait kelahiran) atau
didapat (1,2). Kondisi yang didapat dapat berupa trauma (pembedahan, trauma kepala),
infeksi (virus varicella zoster, otitis media), inflamasi (penyakit autoimun, sarkoidosis),
neurologis (sklerosis multipel, sindrom Guillain-Barré), atau idiopatik (Bell's palsy)

6. Systematic review terapi OMA?

Anda mungkin juga menyukai