Anda di halaman 1dari 42

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENGELOLAAN KELAS INDUSTRI


PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
2018

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Jl. Pemuda No. 134 Sekayu Semarang Tengah Kota semarang Jawa Tengah 50132
www.pdkjateng.go.id Telp: 024-351 5301 Fax: 024-356 5451

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa pada akhirnya kami berhasil
menyelesaikan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Kelas Industri sebagai
bentuk dan upaya memberikan pedoman bagi penyelenggaraan SMK di Jawa Tengah.
Pedoman ini diharapkan mampu memberikan arah pelaksanaan teknis bagi penyelenggaraan
pengelolaan kelas industri.

Sebagaimana dipahami bahwa Instruksi Presiden nomor : 9 tahun 2016 tentang


Revitalisasi SMK dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing SDM Indonesia telah
mengamanatkan bahwa perlunya dilakukan penyelarasan kurikulum SMK dengan dunia
usaha dan industri, peningkatan kerjasama SMK, penguatan guru produktif serta sertifikasi
kompetensi. Terbitnya pedoman teknis ini diharapkan dapat membantu percepatan
implementasi program revitalisasi SMK di tingkat satuan pendidikan.

Disadari bersama bahwa kebekerjaan lulusan SMK di era ekonomi disrupsi dan
menyongsong revolusi industri 4.0 yang diwarnai oleh gejala otomatisasi, globalisasi dan
kolaborasi menuntut kesiapan satuan pendidikan SMK melakukan pembenahan-
pembenahan dalam bidang kurikulum dan manajemen pembelajaran. Pendidik SMK perlu
terus didorong untuk mengembangkan inovasi pembelajaran dan membekali peserta didik
dengan kecakapan praktik, inovasi dan kreativitas yang memungkinkan kompetensi lulusan
SMK dapat diterima sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri.

Mengingat perkembangan kurikulum SMK selalu dinamis dan berkembang maka


pedoman teknis ini juga terus disesuaikan dengan menerima masukan dan saran untuk
relevansi dan perbaikannya. Harapan kami semoga pedoman teknis ini dapat bermanfaat
bagi penyelenggaraan pengelolaan kelas industri di SMK.

Semarang, Desember 2018

KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH

Drs. GATOT BAMBANG HASTOWO, M.Pd


Pembina Utama Madya
NIP 19581212 198603 1 024

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................... 1
Kata pengantar ........................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 4
B. Dasar .............................................................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Kelas Industri .............................................................. 7
D. Ruang Lingkup ............................................................................................. 7
E. Sistematika ................................................................................................... 9

BAB II. KONSEP DASAR KELAS INDUSTRI


A. Pengertian Kelas Industri............................................................................... 10
B. Ciri ciri Kelas Industri ................................................................................... 10
C. Proses Kelas Industri ..................................................................................... 13
D. Organisasi Kelas Industri ............................................................................. 14

BAB III. PENYELENGGARAAN KELAS INDUSTRI


A. Perencanaan Kelas Industri .......................................................................... 17
B. Pengelolaan Kelas Industri ………………………………………………… 18
C. Strategi Pelaksanaan Kelas Industri .............................................................. 19
D. Prasyarat kelas Industri ................................................................................. 19
E. Pemberdayaan Kelas Industri ....................................................................... 21

BAB IV. INDIKATOR KEBERHASILAN ……………………………………….. 22

BAB V. MONITORING DAN EVALUASI KELAS INDUSTRI ........................... 23


A. Pengertian monitoring dan Evaluasi progam Kelas Industri ......................... 23
B. Latar Belakang Diperlukannya Monitoring & Evaluasi Progam KI ............. 23
C. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Progam KI ................................................ 24
D. Prinsip-prinsip Monitoring dan Evaluasi Progam KI .................................... 24
E. Proses Monitoring dan Evaluasi Progam KI ................................................. 26

BAB. VI. PENUTUP ……………………………………………………………… 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 29

LAMPIRAN
- Petunjuk Penggunaan Instrumen .................................................................. 30-32
- Instrumen monitoring dan evaluasi ……………………………………….. 33-41

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran penting Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK) dalam menghasilkan
lulusan yang terampil dan kompeten sesuai bidangnya masih menjadi perhatian serius
pemerintah dan pemangku kepentingan terkait pengguna lulusan PMK. Hal ini sejalan
dengan penjelasan pasal 15 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. PMK
diharapkan menghasilkan lulusan yang mampu memenangkan tantangan persaingan
dibidang tenaga kerja nasional maupun global.
Sementara permasalahan internal dan eksternal yang dihadapi dunia Pendidikan
Menengah Kejuruan (PMK) kian hari semakin kompleks. Rendahnya mutu lulusan SMK
didalam mengisi pasar kerja nasional masih disuarakan nyaring oleh Dunia Usaha/Dunia
Industri (DU/DI) sebagai mitra utamanya. Sedangkan permasalahan exsternal dibidang
globalisasi industri dan perdagangan bebas dunia seperti World Trade Organization
(WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Economic Community
(AEC), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN FreeTrade Area
(AFTA) mulai membawa dampak isu membanjirnya tenaga asing di Indonesia.
Sementara perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat diramalkan
akan menghantarkan pada revolusi teknologi yang secara fundamental akan mengubah
pola hidup, tata kerja dan komunikasi. Revolusi teknologi tersebut adalah Revolusi 4.0
yang akan mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
Untuk itu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk pendidikan
menengah kejuruan perlu dikembangkan dengan strategi, kebijakan dan terobosan yang
tepat, agar lulusan SMK dapat memenuhi tuntutan dunia usaha/dunia industri dan
memiliki daya saing di tingkat nasional maupun global. Hal ini diperkuat dengan
Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Inpres tersebut
mengatur tentang; 1) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas,
fungsi dan kewenangan masing-masing untuk melakukan revitalisasi SMK guna
meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia; 2) Menyusun
peta kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan SMK berpedoman pada peta jalan

4
pengembangan SMK; 3) Instruksi khusus kepada 12 Kementerian, Kepala Lembaga
Pemerintah non Kementerian dan 34 Gubernur;
Untuk itu berbagai terobosan penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang mengacu
pada kompetensi sesuai dengan tuntutan pasar kerja (work based competence) dan
peningkatan hubungan sinergis antara SMK dengan DU/DI harus segera direliasisasikan.
Salah satu program yang digulirkan pemerintah provinsi Jawa Tengah melalui Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan adalah penyelenggaraan program Kelas Industri di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Kelas Industri adalah sebuah pendekatan dalam proses
pengelolaan pembelajaran di SMK berbasis industri. Ini mengandung pengertian bahwa
manajemen penyelenggaraan dan pengelolaan kelas industri dilakukan bersama secara
langsung antara SMK dengan DU/DI mitra. Mulai dari penyusunan perencanaan,
pengorganisasian, sarana dan prasarana, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran, budaya dan etos kerja, monitoring dan evaluasi serta program tindak lanjut
Kelas Industri, semua dilaksanakan sesuai dengan standar industri yang sesungguhnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen Kelas Industri adalah
sistem pengelolaan pengajaran berbasis industri yang dilaksanakan bersama antara SMK
dengan DU/DI mitra, secara profesional di sekolah maupun di industri untuk
menghasilkan lulusan sesuai dengan tuntutan industri. Hal ini tidak akan dapat terwujud
dengan baik bila tidak ada hubungan kerjasama intens antar SMK dengan DU/DI mitra,
dukungan dan perhatian penuh dari DU/DI dan semangat merevitalisasi pendidikan
SMK.
Beberapa alasan penting perlunya penyelenggaraan pembelajaran dengan
pendekatan Kelas Industri di sekolah antara lain:
1. Peningkatan relevansi kompetensi yang dikembangkan di SMK dengan kompetensi
yang dibutuhkan DU/DI sesuai bidangnya;
2. Meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran di SMK sesuai tuntutan standar
industri;
3. Meningkatkan kompetensi guru dan siswa;
4. Peningkatan kerjasama secara langsung dibidang pengembangan model pembelajaran
yang dirancang bersama antara SMK dengan DU/DI mitra untuk menghasilkan
lulusan yang terampil, kompeten dan berdaya saing tinggi.
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas keterserapan lulusan SMK dalam dunia usaha/
dunia industri;

5
Kebijakan pengembangan Kelas Industri di sekolah Menengah Kejuruan ini
merupakan bagian dan upaya peningkatan mutu pendidikan SMK di Provinsi Jawa
Tengah. Untuk itu diharapkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri maupun swasta yang
memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk segera merintis pengembangan dan
penyelenggaraan Kelas Industri. Secara kelembagaan, kelas industri dapat dijalankan
dalam bentuk kelas khusus atau bentuk-bentuk lainnya yang tidak bertentangan dengan
aturan dan perundangan yang berlaku, dan dijalankan secara terintegrasi dalam kegiatan
pembelajaran baik di sekolah maupun di industri mitra. Pengorganisasian dan mekanisme
di masing-masing sekolah sangat mungkin ada perbedaan mengingat situasi dan kondisi
serta lingkungan sekolah yang berbeda-beda. Dengan adanya buku Petunjuk Teknis
Penyelengaraan Kelas Industri ini, dapat dijadikan referensi dan acuan dalam penyusunan
dan pelaksanaan program, sehingga penyelenggaran Kelas Industri disekolah dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Dasar
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana perubahan kedua Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 4496);
3. Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan, sebagaimana perubahan Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK);
5. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompentensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
6. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
7. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;

6
8. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah;

C. Tujuan dan Manfaat Kelas Industri


Tujuan penyelenggaraan Kelas Industri di SMK adalah:
1. Membangun program kerjasama antara SMK dengan Dunia Usaha/Dunia Industri
(DU/DI) mitra dibidang penyelenggaraan pembelajaran Kelas Industri;
2. Meningkatkan relevansi kompetensi yang dikembangkan di SMK dengan kompe-
tensi yang dibutuhkan DU/DI sesuai bidangnya;
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK sesuai tuntutan standar industri
(teaching factory), yang dirancang bersama antara sekolah dengan industri mitra;
4. Meningkatkan kompetensi guru dan peserta didik, sehingga menghasilkan
kompetensi peserta didik yang unggul dan relevan sesuai dengan tuntutan DU/DI;
5. Mendorong SMK untuk melakukan inovasi teknologi dan pengembangan tempat uji
kompetensi dengan peralatan sesuai standar industri.
6. Menghasilkan lulusan yang kompeten dibidangnya, berdaya saing tinggi dan
meningkatkan jumlah keterserapan lulusan SMK di DU/DI;
Adapun manfaat Kelas Industri antara lain: .

1. Tercapainya peningkatan hubungan kerjasama yang sinergis antara SMK dengan


DU/DI mitra khususnya dibidang pengelolaan pembelajaran secara langsung;
2. Sarana peningkatan kompetensi guru dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembela-
jaran berbasis industri;
3. Peningkatan kompetensi siswa sesuai dengan tuntutan industri;
4. Sebagai sarana transformasi budaya industri dalam pembentukan karakter peserta
didik;
5. Sebagai sumber belajar yang ideal bagi guru dan peserta didik;

D. Ruang lingkup
Pelaksanaan Kelas Industri mencakup serangkaian fase kegiatan yang membantu
mengartikulasikan peran peserta didik, guru , sekolah dan Dunia Usaha Dunia Industri.
Ruang lingkup ideal dalam penyelenggaraan kelas Industri yang diadobsi program kelas
industry PLN, meliputi :
1. Tahap I : Nota Kesepahaman

7
Sekolah bersama Dunia Usaha dan Dunia Industri membuat Nota kesepahaman
dalam melaksanakan program kelas Industri yang meliputi :
- Pengembangan dan penyelarasan kurikulum pembelajaran
- Dukungan proses pembelajaran bagi guru dan peserta didik
2. Tahap II : Sinkronisasi Kurikulum
Sinkronisasi kurikulum adalah merupakan suatu kegiatan pengaturan jalannya
proses pembelajaran di sekolah dan proses kerja di Dunia Usaha / Dunia Industri
pengguna lulusan yang dikondisikan secara bersama sama.
3. Tahap III : Magang dan Sertifikasi Guru
Program magang guru bermanfaat untuk mengatasi kesenjangan antara kompetensi
yang diajarkan di sekolah, dengan yang dibutuhkan di industri. Tujuan akhirnya
dalam rangka meningkatkan profesionalisme para guru. Dan dibuktikan dengan
sertifikat uji kompetensi guru sesuai dengan kompetensi yang dipelajari
4. Tahap IV : Penyusunan Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau
tatanan kurikulum yang sudah di sinkronisasikan dengan DU/DI ke dalam praktek
pembelajaran.
5. Tahap V : Penyusunan Perangkat pembelajaran
Perencanaan dalam pembelajaran sangat penting untuk mencapai keberhasilan
belajar, sehingga diperlukan penyusunan perangkat pembelajaran yang meliputi, :
- Rencana Program pembelajaran (RPP)
- Modul pembelajaran
- Jobsheet
6. Tahap VI : Seleksi peserta didik
Dalam tahap ini akan dilaksanakan seleksi bagi peserta didik untuk mengikuti
magang di DU/DI yang sudah mengikuti pembelajaran dengan kurikulum
implementasi dan diajar oleh guru yang sudah tersetifikasi serta menggunakan
perangkat pembelajaran yang di buat bersama DU/DI.
7. Tahap VII : Magang dan sertifikasi Peserta didik
Pelaksanaan magang peserta didik di DU/DI untuk meningkatkan pembelajaran
praktek serta mendapatkan sertifikat uji kompetensi.
8. Tahap VIII : Rekruitment
Proses terakhir adalah recruitment bagi peserta didik yang lulus uji kompetensi.

8
E. Sistematika
Sistematika penulisan Petunjuk teknis kelas Industri dirumuskan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN, bab ini menguraikan : latar belakang, dasar, maksud dan
tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan

BAB II. KONSEP DASAR KELAS INDUSTRI, meliputi : pengertian kelas


industry, ciri ciri kelas industry, proses kelas industry dan organisasi kelas
industry

BAB III. PENYELENGGARAAN KELAS INDUSTRI, meliputi : perencanaan


kelas industri, pengelolaan kelas industri, strategi pelaksanaan kelas industry ,
prasyarat kelas industry, pemberdayaan kelas industry

BAB IV. INDIKATOR KEBERHASILAN, meliputi beberapa indicator keberhasilan

BAB V. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KELAS INDUSTRI, meliputi :


Pengertian monitoring dan Evaluasi progam Kelas Industri, Latar Belakang
Diperlukannya Monitoring & Evaluasi Progam KI, Tujuan Monitoring dan
Evaluasi Progam KI, Prinsip-prinsip Monitoring dan Evaluasi Progam KI,
Proses Monitoring dan Evaluasi Progam KI

BAB VI PENUTUP

9
BAB II
KONSEP DASAR KELAS INDUSTRI

A. Pengertian Kelas Industri


Kelas industri adalah sebuah setrategi atau pendekatan pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan bersama secara langsung antara SMK dengan DU/DI mitra. Mulai dari
penyusunan perencanaan program, pengorganisasian, penataan sarana dan prasarana,
model pembelajaran dan evaluasi pembelajaran, pembentukan budaya dan etos kerja,
sistim sertifikasi kompetensi siswa, monitoring dan evaluasi serta program tindak lanjut
kelas industri, semua dilaksanakan sesuai dengan standar industri yang sesungguhnya.
Dengan pendekatan kelas industri diharapkan tercipta suasana belajar yang kondusif dan
mendukung pencapaian hasil belajar atau kompetensi yang direncanakan.
Program kelas industri ini diharapkan menjadi program kelas unggulan di SMK, dan
sebagai usaha peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Kelas Industri menurut Dan
Waldorf, dkk dan Cal Poly adalah pengajaran yang menggabungkan teori dan aplikasi
atau praktek. Ini mengandung pengertian bahwa sekolah melakukan pembelajaran
berbasis produk dengan perencanaan produksi dan pengendalian mutu sesuai industri
atau pabrik (produsen). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kelas Industri
adalah sistem pengelolaan pembelajaran sesuai standar industri yang dilaksanakan di
sekolah maupun di industri secara profesional, mulai dari perencanaan, pengerjaan
produk, pengawasan dan pengendalian mutu produk, serta pelaporan hasil produk,
sehingga menghasilkan produk sesuai dengan standar industri.

B. Ciri Ciri Kelas Industri


Dalam rangka mencapai keberhasilan atas tujuan yang ditetapkan pada
penyelenggaraan kelas industri, maka perlu ditegakkan prinsip-prinsip manajemen sesuai
kondisi dan situasi yang diperlukan, antara lain; kemandirian, akuntabilitas,
responsibility, tranparansi, kemitraan, efektif, dan efisien.
1. Kemandirian .
Kemandirian ialah keberanian dalam mengatur dan menentukan arah diri
sendiri. Manajemen Kelas Industri SMK dilakukan secara mandiri mengandung arti
bahwa manajemen mampu memutuskan secara benar bahwa program
penyelenggaraan kelas industri betul-betul sangat dibutuhkan untuk pengembangan

10
sekolah dan inovasi pembelajaran di SMK. Kemandirian penyelenggaraan kelas
industri juga harus didukung dengan otonomi khusus dalam hal merencanakan,
mengorganisasikan, kepemimpinan, memotivasi, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, berkomunikasi, berkoordinasi secara sinergi, dan melakukan perubahan
organisasi. Selain itu otonomi harus ditopang dengan perilaku jujur, adil, demokratis,
transparan, adaptif, antisipatif, bertanggung jawab, ulet dan tidak mudah menyerah.

2. Akuntabilitas
Akuntabilitas ialah pertanggung jawaban tertulis PJP Kelas Industri kepada
pimpinan sekolah. Adanya prinsip akuntabilitas dalam manajemen Kelas Industri
dapat mengurangi bahkan menghindarkan kecurigaan telah terjadi penyimpangan
kebijakan. Penerapan prinsip akuntabilitas dalam manajemen Kelas Industri juga
dapat memberikan pembelajaran bagi siswa bahwa setiap mendapat tugas harus
diselesaikan dengan penuh tanggungjawab dan mampu mempertangung jawabkan
hasilnya kepada pihak pemberi tugas. Penyelesaian suatu pekerjaan harus dilaporkan
dan dipertanggung jawabkan, sehingga diharapkan mampu menghasilkan tamatan
yang bertanggung jawab baik bagi dirinya maupun orang lain.

3. Responsibility
Responsibility ialah tanggung jawab akan keterlaksanaan program, yaitu
pelanggan puas dengan kualitas pelayanan yang diberikan. PIP harus
mempertanggungjawabkan keterlaksanaan program kepada Kepala Sekolah.
Responsibility juga dapat dimaknai bahwa kegiatan Kelas Industri harus memberi
manfaat dan pengaruh yang berarti dalam pencapaian tujuan institusi, yaitu output
dan outcome SMK yang kompeten dan professional.

4. Transparan
Transparan ialah keterbukaan. Keterbukaan dalam manajemen Kelas
Industri SMK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa saling curiga antara
warga sekolah. Keterbukaan hanya akan efektif jika ada komunikasi yang efektif .
Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen Kelas Industri sebagai
pembelajaran bagi siswa bahwa dalam pelaksanaan program perlu keterbukaan
karena keterbukaan berhubungan timbal balik dengan kejujuran.Penerapan prinsip
keterbukaan dalam manajemen Kelas Industri adalah pengelola terbuka dalam hal
keuangan maupun proses pembelajarannya.

11
5. Kemitraan
Kemitraan ialah kerja sama saling menguntungkan dalam huburgan setara
dan interaktif, aktif, dan positif. Dalam pelaksanaan Kelas Industri manajemen
harus memikirkan dengan siapa akan bermitra dengan mempertimbangkan
Kompetensi Keahlian yang ada. Kemitraan akan berjalan efektif bila saling untung
(profit), saling kebersamaan (together), saling emphaty, saling membantu (assist),
saling dewasa (maturity), saling berkeinginan (willingness), saling teratur
(oiganization), saling menghormati (respect), dan saling berbaik hati (kindness) atau
disingkat P-TEAMWORK (Fasli Jalal & Edy Supriyadi, 2006).

6. Efektif
Efektif ialah setiap upaya untuk mencapai hasil/output yang sesuai dengan
persyaratan yang diinginkan pelanggan. Rendah atau kurangnya keefektifan
(effectiveness) diukur oleh tingkatan di mana proses menghasilkan output tidak
sesuai/sejalan dan tidak sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan
(dapat dilihat pada rendahnya mutu output). Sedangkan keefektifan ialah keadaan di
mana pencapaian hasil sesuai dengan acuan yang direncanakan dan diharapkan untuk
memenuhi kepuasan pelanggan dan pengguna hasil pendidikan. Hasil yang
diharapkan dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

7. Efisien
Efisien ialah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang dipersyaratkan
dengan penggunaan sumber daya yang paling minimal. Sumber daya terutama biaya,
waktu, dan tenaga. Dalam hal ini, proses – proses yang dilakukan selalu menghindari
terjadinya pemborosan atau kerugian-kerugian percuma yang tidak perlu. Proses
efisiensi diukur dengan perbandingan antara output yang dicapai dengan biaya-biaya
untuk menghasilkan output yang diharapkan. Biaya-biaya ini lazimnya dinyatakan
dalam bentuk satuan sumber biaya yang telah dikeluarkan (baik dalam bentuk rupiah,
jam kerja, satuan energi yang digunakan). Sedangkan yang dimaksud efisiensi ialah
acuan terukur kinerja dimana hasil yang dicapai dibandingkan dengan biaya-
biaya/pengorbanan sumber daya yang telah dikeluarkan bagi pencapaian hasil
tersebut.

12
C. Proses Kelas Industri
Proses terbentuknya kelas industry digambarkan dengan diagram di bawah ini, dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Kerja sama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan Dunia Usaha / Dunia
Industri dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas sekolah.
2. Ditandai dengan adanya Nota Kesepahaman tentang pelaksanaan kelas industry yang
ditindak lanjuti dengan sinkronisasi kurukulum
3. Dengan pembelajaran kelas industri, guru dan peserta didik melaksanakan magang
serta uji kompetensi, dalam penyiapan lulusan uang akan direkruit oleh DU/DI

KERJA
SMK DU/DI
SAMA

KELAS INDUSTRI

NOTA SINKRONISASI KEBUTUHAN


KESEPAHAMAN KURIKULUM INDUSTRI

MAGANG & MAGANG &


LULUSAN PENYALURAN
SERTIFIKASI GURU SERTIFIKASI PESERTA
LULUSAN
GURU TAMU DIDIK

13
D. Organisasi Kelas Industri
1. Struktur Organisasi (Contoh)

KEPALA DU / DI
SEKOLAH

WAKA
WAKA WAKA KETENAGAAN
KURIKULUM HUB.IND & SARPRAS

KETUA GURU
KOMPETENSI

PESERTA DIDIK

2. Uraian Tugas Personal (Job description)


Berikut adalah contoh uraian tugas yang dapat digunakan sebagai salah satu referensi
dalam pengorganisasian Kelas Industri di sekolah.
a. Kepala Sekolah, bertangung jawab :
- Secara aktif mempromosikan Kelas Industri kepada industri atau masyarakat
tentang keberadaan program ini dengan segala aktifitasnya.
- Melaksanakan MoU dengan industri mitra untuk pelaksanaan Kelas Industri.
- Menyusun visi dan misi
- Menetapkan struktur organisasi
- Melakunan evaluasi dan pembinaan bersama industri berkenaan dengan
pengembangan Kelas Industri
b. Dunia Usaha / Dunia Industri, bertanggung jawab :
- Melaksanakan MoU dengan sekolah untuk pelaksanaan Kelas Industri
- Bersama sekolah menyusun Kurikulum kelas industri
- Secara langsung terlibat dalam pengelolaan proses pembelajaran kelas
industri di sekolah maupun di industri

14
- Membantu pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi peserta didik serta
guru
- Membantu pelatihan/ magang kepada guru dan peserta didik
- Membantu peningkatan alat-alat/mesin praktek di sekolah
- Membantu pemasaran/penyerapan tamatan kelas industri
c. Wakil Kepala Sekolah Hubungan Industri bertangung jawab :
- Menyusun program Kelas Industri
- Mengkoordinasikan setiap kegiatan dengan Kepala Sekolah , Wakil Kepala
Sekolah Kurikulum dan Ketua Kompetensi Keahlian sesuai bidangnya
berkaitan dengan sinkronisasi kurikulum
- Melaksanakan program kegiatan Kelas Industri, baik jangka pendek maupun
jangka panjang
- Menjalin komunikasi inten dengan industri mitra untuk mensukseskan
capaian program kegiatan Kelas Industri
- Membuat laporan berkala kepada kepala sekolah tentang berbagai hal
pelaksanaan kegiatan kelas industri.
d. Wakil Kepala Sekolah Kurikulum, bertanggung jawab :
- Melaksanakan sinkronisasi kurikulum kelas industri
- Bersama Industri menyusun kurikulum implementasi Kelas Industri.
- Melakukan monitoring pembelajaran teori/praktek kelas industri secara
intensif
- Melakukan pelayanan maksimal untuk terselenggaranya pembelajaran kelas
industri
- Mengatur jadwal kegiatan Kelas Industri
- Membantu dan memfasilitasi instruktur/ guru tamu dari industri mitra dalam
pelaksanaan pembelajaran kelas industri
- Membantu dan memfasilitasi assessor dalam pelaksanaan evaluasi atau uji
kompetensi peserta didik kelas industri
- Membuat laporan berkala kepada Kepala Sekolah tentang perkembangan
pembelajaran kelas industri
e. Wakil Kepala Sekolah Ketenagaan dan Sarana prasarana, bertanggung jawab :
- Membuat pemetaan kompetensi guru pada masing masing Kompetensi
keahlian

15
- Menyiapkan Guru yang akan menjadi peserta Magang dan uji kompetensi di
Dunia Usaha dan Dunia Industri
- Membuat administrasi dalam pelaksanaan kegiatan magang guru dan uji
kompetensi
- Membuat laporan berkala kepada kepala Sekolah tentang pengembangan
kompetensi guru
f. Ketua Kompetensi Keahlian, bertanggung jawab :
- Melaksanakan kegiatan pembelajaran kelas industri sesuai program pembela-
jaran yang telah ditetapkan bersama
- Melaporkan kepada Wakil kepala Sekolah Hubungan Industri segala
permasalahan dalam proses pembelajaran Kelas Industri
- Melakukan pemantauan dan pendampingan secara intens kepada siswa
ketika belajar di industri
- Mentransfer karakter, budaya, soft skill maupun hard skill kepada siswa
Kelas Industri
g. Peserta Didik, bertanggung jawab :
- Melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai tindak lanjut dari kerjasama
kelas industri
- Melaksankan implementasi kurikulum dalam proses pembelajaran
- Melaporkan hasil pembelajaran kepada guru sesuai dengan job sheet yang
telah dibuat bersama dengan industri
- Melaksanakan magang dan uji komptensi di Dunia Usaha dan Dunia Iindustri

Catatan : Struktur organisasi, uraian tugas dan mekanismenya bisa dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan di setiap sekolah yang kemungkinan berbeda, termasuk karakter produksinya.

16
BAB III
PENYELENGGARAAN KELAS INDUSTRI

A. Perencanaan Kelas Industri


Sekolah bersama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri melaksanaan kegiatan
perencanaan Kelas industri secara matang. Fokus dalam perencaanaan kelas industri ini
adalah kekhususan pada peningkatan kompetensi kejuruan peserta didik. Tamatan dalam
kelas khusus ini diharapkan memiliki kompetensi yang siap kerja dan sesuai kebutuhan
Dunia Usaha / Dunia Industri. Semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kelas
industri diatur dalam nota kesepahaman antara sekolah dengan industri mitra. Semua
kegiatan perencanaan yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya dan Kompetensi
Keahlian pada khususnya fokus pada tujuan baru kebutuhan kerja individu peserta didik
untuk meningkatkan daya saing.
Perencanaan yang baik tentuanya akan menjadikan kegiatan berjalan dengan baik
dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan, perencanaan dalam kelas industri
meliputi :
- Penyiapan peserta didik, karena tujuan akhir adalah penyerapan lulusan maka
direncanakan adalah peserta didik di tingkat akhir, dengan menyiapkan soft skill dan
hard skill siswa sesuai dengan tuntutan Dunia Usaha dan dunia Industri, serta
memberikan pengetahuan tentang kesehatan.
- Perencanaan sumber daya manusia/ guru, kompetensi guru dalam mengajar juga
harus match dengan materi yang dibutuhkan Dunia usaha dan Dunia Industri tertuang
dalam kurikulum implementasi , maka guru disiapkan untuk mengikuti magang dan
uji kompetensi.
- Perencanaan pembelajaran, bersama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri
melaksanakan sinkronisasi kurikulum.
- Penyiapan perangkat pembelajaran, meliputi modul, RPP dan jobsheet yang dibuat
bersama Dunia Usaha dan Dunia Industri
- penyiapan sarana dan prasarana pembelajaran., dalam sinkronisasi kurikulum bukan
hanya menyiapkan perangkat pembelajaran namun juga terdapat analisis peralatan ,
apabila diperlukan maka dapat melaksanakan praktek di Industri.

17
B. Pengelolaan Kelas Industri
Pengelolaan pelaksanaan di SMK yang sangat erat dengan dimensi ketrampilan
diperlukan pengembangan yang melibatkan Dunia Usaha / Dunia Industri. Pembelajaran
materi kejuruan di SMK meliputi pelaksanaan pembelajaran teori, pelaksanaan
pembelajaran praktik yang dapat dilaksanakan di sekolah ataupun di Dunia Usaha / Dunia
industry . Pembelajaran di Industri dapat dilaksanakan dengan Praktek Kerja Lapangan,
pembelajaran dengan model teaching factory dan melaksanakan magang di Industri.
Pada saat bersamaan dengan adanya program penyelenggaraan Kelas Industri
diharapkan dapat meningkatkan kemajuan sekolah secara komprehensif.
Ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas industri, yaitu:
- kemana kita akan menuju (tujuan perencanaan harus jelas);
- dimana posisi kita sekarang;
- bagaimana kita akan mencapai tujuan tersebut.
Tahapan penyelenggaraan kelas industri harus betul-betul diperhatikan secara cermat,
terarah dan dilengkapi dengan data-data pendukung yang akurat. Pada tahap awal perlu
dibentuk tim kecil untuk mengkaji program penyelenggaraan Kelas Industri secara
sistematis. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- Isu-isu strategis tentang tantangan dan peluang lulusan SMK abad 21;
- Konsep dan tujuan program kelas industri;
- Analisis kemampuan SDM, sarana dan prasarana Sekolah;
- Melakukan sosialisasi dan pendekatan ke DU/DI mitra untuk mendapatkan saran dan
masukan tentang rencana program kelas industri;
- Menyusunan perencanaan program penyelenggaraan kelas industri;
- Dokumentasikan seluruh kegiatan dan tetapkan menjadi bagian program strategis
sekolah.
Pada tahap selanjutnya perlu dibentuk satuan tugas pelaksana program kelas industri
yang akan bertanggung jawab dan mengelola kelas industri. Sebagaimana diuraikan
dalam Uraian Tugas Personal (Job description) di atas, satuan tugas pelaksana program
kelas industri ini.

18
C. Strategi pelaksanaan Kelas Industri
Langkah-langkah strategis yang harus dikerjakan oleh tim satuan tugas pelaksana
program Kelas Industri, antara lain :
- Menyusun buku profil Kelas Industri;
- Membuat proposal program kelas industri;
- Menyiapkan Draft MoU program kelas industri;
- Menyampaikan proposal program kelas industri ke industri-industri terkait;
- Melakukan Launching Event penandatangan Nota kesepahaman tentang
kerjasama Penyelenggaraan Kelas Industri antara SMK dengan DU/DI Mitra.
Adapun hal-hal penting atau kesepakatan yang harus diatur dalam isi MoU antara lain:
- Kerjasama Program Penyelenggaraan Kelas Industri;
- Pengembangan Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Kelas Industri;
- Peningkatan Kompetensi Guru (antara lain workshop dari industri dan magang
guru);
- Guru tamu atau instruktur dari industri mitra;
- Tempat Praktek Industri Siswa;
- Sistem Evaluasi hasil belajar siswa;
- Uji Kompetensi dan Sertifikasi siswa;
- Penyerapan atau rekruitmen lulusan Kelas Industri;

D. Prasyarat Kelas Industri


Pada taraf implementasi pelaksanaan program Kelas Industri, ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi agar pengelolaan Kelas Industri berjalan dengan baik.
Beberapa ketentuan atau prasyarat tersebut antara lain:
1. Visi dan Misi
Visi adalah pandangan masa depan tentang cita-cita atau hasil ideal yang hendak
dicapai dari program kelas industry. Sedangkan Misi adalah daya upaya dan
komitmen yang kuat yang harus dilaksanakan agar cita-cita dan tujuan program kelas
industri dapat tercapai sesuai dengan harapan dan standar DU/DI mitra.
2. MoU dengan DU/DI Mitra
Adalah bukti tertulis adanya kesepakatan kerjasama antara pihak sekolah dengan
industri mitra dalam pelaksanaan program kelas industri dan faktor-faktor
pendukungnya.

19
3. Kurikulum Terpadu
Adalah kurikulum pembelajaran yang kompetensi-kompetensi dan prasyarat untuk
pencapaianya sudah diselaraskan dengan kebutuhan dan harapan dari dunia usaha
dan dunia industri (DU/DI) mitra agar menghasilkan lulusan sesuai tuntutan industri.
4. Program Kerja Penyelenggaraan Kelas Industri
Adalah berisi tentang penjabaran rinci dari kesepakatan-kesepakatan yang
dituangkan dalam MoU, dan Kurikulum Terpadu untuk dapat dilaksanakan secara
baik dan menghasilkan produk keluaran susuai tuntutan DU/DI mitra.
5. Program Peningkatan Kompetensi Guru oleh Industri
Adalah program yang diharapkan dapat meningkatan kompetensi guru produktif
oleh industri bertujuan agar proses pembelajaran kelas industri berjalan dengan
lancar sesuai tuntutan industri. Program kerja sama ini dapat berupa work shop dari
industry atau kesempatan magang guru produktif di DU/DI mitra.
6. Guru Tamu dari Industri
Adalah praktisi dari industri yang ikut memberikan pembelajaran produktif dalam
kelas industri.
7. Support Peralatan dari Industri
Adalah bantuan alat dari industri untuk mendukung proses pembelajaran kelas
industri yang di maksudkan sebagai rangsangan pada pihak sekolah untuk dapat
melengkapi sesuai kebutuhan .
8. Adanya Sistem Penilaian
Adalah system penilaian yang dapat mengukur kompetensi siswa sesuai dengan
tuntutan industri.
9. Tempat Praktik Kerja Industri
Adalah industri dapat dijadikan tempat melaksanakan prakerin bagi siswa sebagai
upaya menghasilkan lulusan sesuai tuntutan industri.
10. Uji Kompetensi dan Sertifikasi
Industri melakukan uji kompetensi dan sertifikasi sebagai bukti siswa memiliki
kompetensi sesuai tuntutan industri.
11. Rekruitmen Lulusan
Adalah industri melakukan rekruitmen tenaga kerja untuk membantu pemasaran
tamatan kelas industri.

20
Beberapa ketentuan atau prasyarat tersebut hendaknya sudah terdokumentasikan
dengan baik dan rapi. Mudah dibaca dan diakses oleh guru, karyawan, siswa dan DU/DI
mitra maupun masyarakat umum.

E. Pemberdayaan Kelas Industri


Pengelolaan Sekolah Menengah Kejuruan diperlukan kerjasama sinergis dengan
dunia usaha/dunia industri yang relevan guna peningkatan mutu dan kesesuaian tamatan
dengan kebutuhan industri. Sekolah menerapkan standarisasi yang ditetapkan oleh
industri mitra yang meliputi standart kurikulum atau materi ajar, standar sarana dan
prasarana, standar pendidik, standar proses pembelajaran serta standar penilaian.
Implementasi standar industri pada kelas industri ini dilaksanakan dengan penggabungan
antara standar industry dan standar nasional pendidikan.
Perencanaan kelas industry dilaksanakan oleh sekolah bersama dengan dunia
industri secara aktif. Semua tahapan perencanaan dimaksud dilaksanakan berdasarkan
pada prosedur sebagaimana diatur dalam standar nasional pendidikan dan dilengkapi
dengan prosedur sesuai ketentuan yang diterapkan oleh industri mitra kompetensi
keahlian.
Pengelolaan pelaksanaan kelas industry meliputi pelaksanaan pembelajaran teori,
pelaksanaan pembelajaran praktik di sekolah, pelaksanaan praktik di industri (on the job
training), pembelajaran teaching factory, dan pelaksanaan budaya industri dalam budaya
sekolah. Pengawasan juga dilaksanakan oleh pihak industri mitra guna menjamin
keterlaksanaan program sesuai dengan ketentuan yang disepakati antara sekolah dan
dunia industry. Penilaian pelaksanaan kelas industry dilakukan dalam bentuk akreditasi
guna perbaikan program selanjutnya. Penilaian terhadap kompetensi siswa dilakukan
dengan sertifikasi dari industry mitra sebagai sebuah skill pasport untuk masuk ke dunia
kerja.

21
BAB IV
INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan kelas Industri di SMK yang akan meliputi
kelembagaan, kurikulum, sarana prasarana, Guru dan kemitraan SMK dengan DU/DI.

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR TARGET


1 MOU dan Nota MOU 30 MOU
Kesepahaman
Nota Kesepahaman 30 Nota Kesepahaman
2 Kompetensi Keahlian Semua KK 75 % KK

3 Sarana Prasarana Semua KK 75 % KK

4 Magang Guru Semua Guru produktif 75 % Guru produktif

5 Sertifikasi Guru Guru Produkstif 75% guru produktif

6 Sertfikasi Peserta didik Peserta didik tingkat 75 % peserta didik


akhir

7 Magang Peserta didik Peserta didik tingkat 75 % peserta didik


akhir

8 Kelas Industri Kompetensi Keahlian Minimal 2 Kleas Industri

22
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI KELAS INDUSTRI

Monitoring dan evaluasi Kelas Industri (KI) adalah layanan pemantauan terhadap
pengelolaan Kelas Industri agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara lebih
baik dan berkualitas. Adapun fungsi dasar monitoring dan evaluasi (monev) adalah upaya –
upaya untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja Kelas Industri secara internal yang
bersifat klinis dan fungsi eksternal dalam rangka penilaian kinerja yang berupa akuntabilitas
dalam mengelola program Kelas Industri. Monev merupakan aktivitas yang terprogram,
berencana, dan berlangsung kontinyu. Oleh sebab itu aktivitas monev Kelas Industri harus
dilaksanakan, dikembangkan dan dievaluasi.

A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi Program Kelas Industri


Monitoring dan evaluasi Kelas Industri (Monev KI) adalah pemberian layanan
pemantauan dan penilaian terhadap kinerja pelaksanaan program untuk menentukan
keefektifan dan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan Kelas Industri
yang telah ditetapkan. Dalam evaluasi program Kelas Industri untuk mengetahui
perkembangan yang terjadi, baik internal maupun eksternal terhadap penyelenggaraan
Kelas Industri, sehingga diharapkan terjadi perubahan dan peningkatan kinerja Kelas
Industri dengan melibatkan semua komponen yang berkepentingan.
Evaluasi program Kelas Industri tidak berarti hanya mengevaluasi suatu rencana
program Kelas Industri, melainkan upaya – upaya untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
Kelas Industri telah tercapai. Oleh sebab itu bukan saja programnya yang dievaluasi tetapi
juga proses pelaksanaan dan hasil yang diperoleh Kelas Industri. Bahkan ruang lingkup
evaluasi Kelas Industri menyangkut semua komponen yang terkait dalam pengelolaan Kelas
Industri. Komponen tersebut meliputi kelembagaan, keuangan, kemitraan, dan
keterkaitannya dengan pembelajaran.

B. Latar Belakang Diperlukannya Monitoring & Evaluasi Program Kelas Industri


Salah satu fungsi Monev Kelas Industri adalah untuk menilai proses Kelas Industri.
Lebih penting lagi evaluasi terhadap pengelolaan Kelas Industri, yang tidak bisa dipisahkan

23
dengan peran Kepala Sekolah, dan aspek administrasinya. Sementara ini permasalahan yang
sering dihadapi para pengelola Kelas Industri adalah masih sulit terwujudnya iklim
pembelajaran sesuai dengan lingkungan industri.
Sehingga dengan melaksanakan monev terhadap program Kelas Industri akan
memberikan masukan – masukan terhadap pengelolaan Kelas Industri yang lebih baik, yaitu
dengan mempertimbangkan prinsip - prinsip obyektif, kooperatif, integral, dan kontinyu.

C. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Program Kelas Industri


Tujuan dan monitoring & evaluasi adalah menemukan kebutuhan – kebutuhan
dalam pengelolaan kelas industri sehingga dapat digunakan untuk merencanakan program
selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi program Kelas Industri ini dapat digunakan untuk
melihat perkembangan di bidang:
1. Pertumbuhan dan perkembangan kelas industri dalam mencapai tujuan.
2. Perbaikan di bidang pengelolaan mutu SDM.
3. Perbaikan proses pembelajaran.
4. Perbaikan hubungan Kelas Industri dengan para pelanggan.

Pada prinsipnya evaluasi program Kelas Industri bertujuan untuk meningkatkan


pelaksanaan program secara menyeluruh, baik personel, material, maupun operasionalnya.
Dengan evaluasi program Monev, petugas dapat :
1. Mengetahui sejauh mana pengelolaan Kelas Industri di sekolah apakah dapat mencapai
kemajuan yang diharapkan.
2. Memberikan saran dan pertimbangan perkembangan Kelas Industri di masa yang akan
datang.
3. Mengetahui sejauh mana partisipasi guru, karyawan, siswa dan masyarakat terhadap
pelaksanaan program Kelas Industri.
4. Memberikan pertimbangan dan saran atas peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana
sekolah dalam penyelenggaraan KelasIndustri.

D. Prinsip – Prinsip Monitoring dan Evaluasi Program Kelas Industri


Monitoring dan Evaluasi program Kelas Industri harus dilaksanakan dengan
berpedoman pada prinsip – prinsip tertentu agar dapat benar – benar bermanfaat bagi
peningkatan mutu pengelolaan Kelas Industri di sekolah.

24
Adapun prinsip – prinsip tersebut antara lain :
1. Komprehensif
Bahwa evaluasi program Kelas Industri mencakup bidang sasaran yang luas atau
menyeluruh, baik aspek personalnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya.
2. Kontinyu
Monitoring dan Evaluasi program Kelas Industri dilakukan secara terus – menerus
selama proses pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang
telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini
penting dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas keberhasilan yang
telah dicapai dalam periode waktu tertentu. Aktivitas yang berhasil diusahakan untuk
ditingkatkan, sedangkan aktivitas yang gagal dicari jalan lain untuk mencapai
keberhasilan.
3. Obyektif
Dalam mengadakan Monitoring dan Evaluasi program Kelas Industri harus menilai
sesuai dengan data dan fakta yang ada. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah untuk
kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dikumpulkan
maka makin obyektiflah evaluasi ynag dilakukan.
4. Berdasarkan Kriteria yang Valid
Selain perlu adanya data dan fakta, juga perlu adanya kriteria – kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar memiliki standar yang jelas apabila menilai suatu
aktivitas . Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti kriteria yang dibuat harus
mempertimbangkan hakekat Monitoring dan Evaluasi.
Kriteria dalam Monitoring dan Evaluasi program Kelas Industri ada dua, yaitu
pertama, kriteria objective yang berkenaan dengan patokan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan inilah yang dijadikan kriteria keberhasilan pelaksanaan program Kelas Industri.
Kedua, kriteria metodis yang berkaitan dengan patokan teknik penganalisaan hasil
evaluasi.
5. Fungsional
Hasil Monitoring dan Evaluasi program Kelas industri berarti fungsional apabila
dapat digunakan untuk memperbaiki situasi yang ada pada saat itu. Dengan demikian

25
monev program Kelas Industri benar – benar memiliki nilai guna baik secara internal
maupun eksternal. Kegunaan internalnya adalah hasil Monitoring dan Evaluasi dapat
digunakan untuk perbaikan apa yang dievaluasi secara organisasinya dalam kata lain
dalam upaya penyehatan organisasi Kelas Industri, sedangkan kegunaan eksternalnya
adalah Monitoring dan Evaluasi dimanfaatkan untuk penentuan keperluan pemberian
penghargaan atau bantuan.

E. Proses Monitoring dan Evaluasi Program Kelas Industri


Proses Monitoring dan Evaluasi program Kelas Industri pada dasarnya berupa
prosedur, tahapan – tahapan, atau langkah – langkah yang dapat ditempuh oleh petugas
dalam mengevaluasi keberhasilan program Kelas Industri. Adapun langkah – langkah
yang dapat ditempuh meliputi merumuskan tujuan evaluasi, mengolah hasil – hasil
evaluasi, menyimpulkan hasil evaluasi, dan sebagai langkah terakhir adalah follow up.
Lebih jelasnya ini diuraikan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan evaluasi
Untuk mempermudah proses perumusan tujuan sebaiknya terlebih dahulu diadakan
survey atau analisa sebagai usaha menginventarisasi kebutuhan – kebutuhan , misalnya
dengan cara :
a. Metode analisa : menganalisi tujuan penyelenggaraan Kelas Industri
b. Metode angket : mengumpulkan pendapat secara tertulis dari pihak – pihak
yang bersangkutan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
rangka menentukan kebutuhan – kebutuhan.
c. Metode wawancara : menanyakan langsung secara lisan pendapat dari pihak
– pihak yang bersangkutan mengenai kebutuhan tersebut.
2. Menyusun instrument Monitoring dan Evaluasi
Dalam proses pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi diperlukan berbagai
instrument yang dapat menggambarkan dan mengakomodasi tujuan dari pelaksanaan
penyusun hendaknya mengajak pula pihak – pihak yang berkepentingan untuk
menyumbangkan ide – ide bagi perumusan item – item (pernyataan / pertanyaan) yang
diperlukan. Jika semua sumbangan pikiran itu telah diterima, harus dituangkan dalam
suatu bentuk tertentu dan dilakukan pemeriksaan terhadap hasilnya, apabila ada
kekurangan segera dilakukan perbaikan seperlunya. Kemudian hasil terakhir setelah
disempurnakan, dirumuskan dalam bentuk yang permanen dapatlah digunakan sebagai
alat Monitoring dan Evaluasi.

26
3. Menerapkan alat – alat evaluasi
Alat – alat evaluasi yang telah disusun diberikan kepada pihak – pihak yang
bersangkutan (sample) untuk dijawab. Semua lembaran dikumpulkan atau dikembalikan
kepada panitia secara bebas tanpa membanding – bandingkan jawaban satu responden
dengan responden yang lain. Untuk menghindari saling terpengaruh opini orang lain
maka perlu ditandaskan bahwa pada saat memberikan jawaban / pertimbangan supaya
lepas dari pendapat orang lain.
4. Mengolah hasil – hasil evaluasi
Hasil – hasil yang diperoleh dalam evaluasi perlu diolah menurut tata cara tertentu
untuk menganalisis hasil – hasil tersebut. Adapun tata cara pengolahan biasanya meliputi
kegiatan yang dimulai dari kegiatan pemeriksaan berkas kemudian, diseleksi,
diklasifikasi, dan mungkin saja perlu pula perhitungan – perhitungan statistic seperti
menghitung prosentase, men-tabulasi, dan seterusnya. Hasil pengolahan tersebut perlu
diinterprestasikan guna memperoleh kesimpulan – kesimpulan tertentu mengenai
“sampai dimana terwujudnya tujuan” Kelas Industri yang telah ditetapkan.
5. Menyimpulkan hasi – hasil evaluasi
Tidaklah mudah mengintrepretasikan dan menyimpulkan hasil – hasil suatu kegiatan
evaluasi. Petugas dapat melakukan fungsi ini dengan baik dan efektif apabila terpilih dari
mereka yang cukup ahli untuk mengadakan analisis terhadap hasil – hasil dan implikasi
– implikasinya bagi tindakan. Sehingga nantinya dapat memanfaatkan hasil – hasil
evaluasi.
6. Follow up evaluasi
Agar Monitoring dan Evaluasi program Kelas Industri bermanfaat, maka diperlukan
tindak lanjut atau follow up dari hasil – hasl evaluasi yang diperoleh. Sehingga dapat
dijadikan pengembangan program Kelas Industri.

27
BAB VI
PENUTUP

Faktor Utama yang menentukan keberhasilan pembangunan adalah tersedianya sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk pengembangan
industri dan sector-sektor ekonomi lainnya. Pertumbuhan penduduk usia kerja (angkatan kerja) yang
terus meningkat tanpa diiringi peningkatan kompetensi dan ketrampilan hanya menambah beban
yang harus dipikul bersama oleh masyarakat, angkatan kerja, dunia usaha dan pemerintah.
Sebaliknya, angkatan kerja yang memiliki kompetensi merupakan aset (human capital) yang
dibutuhkan untuk pembangunan berbagai sector perekonomian (priyowiryanto, 2001). Globalisasi
yang sedang dan terus berlangsung meningkatkan persaingan di berbagai bidang, termasuk sector
ketenaga kerjaan. Perkembangan pesat teknologi komunikasi dan informasi (information
communication technology /ICT) dan semakin luasnya jangkauan sarana dan prasarana transportasi
mengakibatkan lalu lintas tenaga kerja (human capital) antar negara semakin meningkat.
Sebagaimana persaingan pada sector-sektor lainnya, manfaat dari situasi seperti ini akan lebih
banyak dinikmati oleh negara-negara maju yang memiliki sumber daya manusia lebih berkualitas.
Keunggulan komparatif (comparative advantage) saja tidak cukup, dibutuhkan keunggulan
kompetitif (competitive advantage) tenaga kerja yang akan memasuki persaingan pasar tenaga kerja.
Penyelenggaraan kelas industri di SMK merupakan wahana bagi warga sekolah untuk
mempersiapkan semua sumber daya sekolah guna mengantarkan lulusannya memasuki dunia kerja.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kompetensi lulusan SMK harus mampu menjawab kebutuhan dunia
kerja dalam semua aspeknya. Kondisi yang demikian tidaklah mudah bagi setiap SMK, sehingga
diperlukan berbagai terobosan yang mungkin diluar kebiasaan yang ada selama ini.
Mencermati kondisi yang demikian, maka inovasi merupakan hal yang mau tidak mau harus
terus dikembangkan. Upaya ini dapat dilakukan melalui keberadaan kelas industri. Kelas industri
harus mampu membangun kemampuan yang memadai, baik pada sisi teknis maupun karakter peserta
didik. Kelas industri harus mampu dimanfaatkan sebagai laboratorium yang mampu mengeksplorasi
setiap potensi sekecil apapun.

28
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Surya. 2007. Manajemen unit produksi/jasa sebagai sumber belajar siswa dan penggalian
dana pendidikan persekolahan. Direktorat tenaga kependidikan direktorat jendral
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan departemen pendidikan nasioanl

Dikmenjur. 2007. Pembinaan Unit Produksi. Jakarta : Dikmenjur

Downey, david. 1989. Manajemen Agribisnis. Penerbit Erlangga : Jakarta

Gibson, J.L., Ivan cevich, J.M., Donnelly, J.H., & Konopaske, R.2003. Organizations : behavior ,
structure, processe, Edition. New York : McGraw – Hill Irwin.

Handoko, Hadi. 2001. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. BPFE : Yogyakarta

Hisrich, Robert, D., & Peters, Michael, P. (2002). Enterpreneurship. Fifth Edition. New York:
McGraw – Hill Irwin.

Husaini, Usman. 2007. Manajemen : Teori, Praktik, Hasil Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Iskandar, Ridwan. Http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/92-tekni-penjualan(diakses


tanggal 1 oktober 2010)

Jalal F. & Supriadi, D.2006.(Editor). Reformasi Pendidikan daam Konteks Otonomi Daerah. Edisi
Kedua. Jakarta : Adicita

Nurdin, Ali. http://alinurdin-wongkitogalo.blogspot.com/2009/12/strategi pemasaran-dengan-


konsep-aida(diakses tanggal 1 oktober 2010)

Stoner, J.A.F & Freeman, R.E 2000. Management. New Jersey : Prentice-Hall Internasional
Editions.

29
LAMPIRAN I

1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penyusunan dan Penandatangan MoU


2. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengembangan Kurikulum Terpadu
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Guru Tamu
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Magang Guru
5. Standar Operasional Prosedur (SOP) PKL Siswa
6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelaksanaan Ujian Unit Kompetensi
7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Uji Sertifikasi Kompetensi

30
Lampiran II

PETUNJUK PENGGUNAAN INSTRUMEN MONITORING


A. UMUM
1. Instrument terdiri dari lima komponen, dan setiap komponen terdiri dari beberapa
aspek.
2. Untuk mengetahui seberapa besar atau seberapa jauh kegiatan Kelas Industri, setiap
aspek di-break down atau dirinci berupa indicator – indicator yang merupakan
gambaran performance atau kinerja dari program Kelas Industri di sekolah tersebut.

B. PENILAIAN
1. Setiap aspek pada masing – masing komponen akan memperoleh nilai sesuai dengan
kinerja yang dicapainya seperti yang tergambarkan dalam indicator. Sebagai contoh
pada komponen pertama (kelembagaan) dalam aspek program kerja di dalam
mengorganisasikan kegiatan Kelas Industri sekolah tersebut memiliki program kerja
yang memuat visi, misi, tujuan. Program baik fisik maupun non fisik, maka akan
mendapat skor antara 71 s.d 85. Sekolah penyelenggara tersebut dapat memperoleh
skor atau nilai mulai dari 71, 72, 73, 74 dan seterusnya sampai dengan maksimal nilai
85, sesuai dengan profesional judgement petugas monitoring.
2. Nilai setiap komponen (X) adalah rata – rata nilai setiap aspek.
X=∑Yn:n
Keterangan :
X : nilai setiap komponen
∑Yn : jumlah nilai seluruh aspek dalam setiap komponen
n : jumlah aspek dalam setiap komponen
sebagai contoh jumlah aspek pada komponen kelembagaan adalah 5 (lima), dengan
demikian = 5.
3. Selanjutnya setiap komponen kelembagaan disebut X1, komponen aktivitas disebut
X2, dst. Samapai dengan komponen KBM disebut X5.

31
4. Setiap komponen kemudian dibobot dengan rincian sebagai berikut :
a. Komponen Kelembagaan (X1) bobot 25%
b. Komponen Aktivitas (X2) bobot 20%
c. Komponen Produksi (X3) bobot 30%
d. Komponen Pemasaran (X4) bobot 10%
e. Komponen KBM (X5) bobot 15%
5. Nilai akhir (NA) dapat dirumuskan sebagai berikut
NA = X1(25%) + X2(20%) + X3(30%) + X4(10%) + X5(15%)
6. Dari nilai akhir tersebut akhirnya dapat diklasifikasi sebagai berikut :
a. 86 – 100 : Amat Baik
b. 71 – 85 : Baik
c. 51 – 70 : Cukup
d. 31 – 50 : Kurang
e. 0 – 30 : Kurang Sekali

C. CATATAN KHUSUS
Selain penilaian dengan menggunakan instrument seperti tersebut di atas, sesuai dengan
professional judgement yang dimilikinya, petugas dapat memberikan beberapa catatan
penting mengenai hal – hal t ertentu yang belum terakomodasi di dalam instrument
penilaian, sebagai bahan masukan untuk pengambilan kebijakan pengembangan Kelas
Industri berikutnya.

32
INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI
PROGRAM KELAS INDUSTRI 2018

NILAI BOBOT
NO KOMPONEN ASPEK INDIKATOR
RENTANG INDIKATOR ASPEK

1 Kelembag 1. Ada program 1. Memiliki program kerja yang memuat 86 – 100


aan kerja visi, misi, tujuan, program (fisik dan 25%
non fisik), jadwal pelaksanaan.
71 – 85
2. Memiliki program kerja yang memuat
visi, misi, tujuan, program (fisik dan
non fisik)
3. Memiliki program kerja yang memuat 51 – 70
program(fisik dan non fisik) dan jadwal
4. Memiliki program kerja yang memuat 31 – 50
visi, misi, tujuan, program(fisik dan
non fisik), jadwal pelaksanaan.
5. Tidak memiliki program. 0 – 30

2. Memiliki 1. Memiliki SOP Monitoring da 86 – 100


mekanis Evaluasi(ME) secara jelas dan catatan
monitoring pelaksanaan ME secara periodic dan
dan evaluasi sistematik.
secara 2. Memiliki SOP ME secara jelas dan 71 – 85
sistematik dan catatan pelaksanaannya
periodik 3. Memiliki catatan pelaksanaan ME 51 – 70
tetapi tidak sistematis dan periodic
4. Memiliki SOP ME tetapi tidak 31 – 50
dilaksanakan
5. Tidak memiliki SOP ME dan catatan 0 – 30
pelaksanaannya
3. Struktur 1. Ada struktur organisasi lengkap dan 86 – 100
organisai uraian kerja yang jelas, ada surat
keputusan / penugasan dari Kepala
Sekolah
2. Ada struktur organisasi lengkap dan 71 – 85
uraian kerja yang jelas, tidak ada surat

33
keputusan / penugasan dari Kepala
Sekolah
3. Ada struktur organisasi lengkap tanpa 51 – 70
kerja, ada surat keputusan / penugasan
dari Kepala Sekolah
4. Ada struktur organisasi, tidak ada
31 – 50
uraian kerja yang jelas, tidak ada surat
keputusan / penugasan dari Kepala
Sekolah
5. Tidak ada struktur organisasi, tidak ada
0 – 30
uraian kerja yang jelas, tida ada surat
keputusam / penugasan dari Kepala
Sekolah
4. Sarana 1. Memiliki sarana pembelajaran yang 86 – 100
pembelajaran cukup lengkap secara terpisah dengan
sarana KBM regular
2. Memiliki sarana pembelajaran yang
71 – 85
cukup lengkap secara terpisah
ditunjang dengan sarana KBM reguler
3. Memiliki sarana pembelajaran yang 51 – 70
lengkap digunakan secara bersama
dengan KBM reguler
4. Memiliki sarana pembelajaran yang
31 – 50
terbatas digunakan bersama dengan
KBM reguler
5. Tidak memiliki alat pembelajaran 0 – 30

5. Sarana 1. Memiliki kantor sendiri dengan ruang 86 – 100


Pendukung yang terpisah dari lainnya lengkap
dengan perabot, alat kantor dan alat
komunikasi
2. Memiliki kantor sendiri dengan ruang 71 – 85
yang terpisah dari lainnya lengkap
dengan perabot, alat kantor tanpa alat
komunikasi
3. Memiliki kantor sendiri dengan ruang 51 – 70
yang tidak terpisah dari lainnya

34
lengkap dengan perabot, alat kantor
dan alat komunikasi
4. Memiliki kantor sendiri dengan ruang 31 – 50
yang tidak terpisah dari lainnya
lengkap dengan perabot, tanpa alat
kantor dan alat komunikasi
5. Tidak memiliki ruangan sendiri, tidak 0 – 30
memiliki inventasi apapun
2 Aktivitas 1. Proses 1) Memiliki aktivitas pembelajaran secara 86 – 100
atau pembelajaran teratur dan berkesinambungan 20%
kegiatan secara rutin tergambarkan dalam jadwal dan jurnal
dan yang teradministrasikan dengan baik
berkesinambu 2) Memiliki aktivitas pembelajaran secara 71 – 85
ngan teratur namun tidak dilengkapi dengan
jadwal dan jurnal kegiatan
3) Aktivitas pembelajaran berjalan tidak
51 – 70
rutin dan tidak berkesinabungan, tetapi
tercatat dalam jurnal kegiatan yang
diadministrasikan dengan baik
4) Memiliki aktivitas pembelajaran yang 31 – 50
tidak teratur
5) Tida melaksanakan aktivitas 0 – 30
pembelajaran
2. Keterlibatan 1. 100 % program studi / kompetensi keahlian 86 – 100
komponen yang ada di sekolah terlibat dalam kegiatan

sekolah KI
2. 75 % program studi / kompetensi keahlian
yang ada di sekolah terlibat dalam kegiatan 71 – 85

KI
3. 50 % program studi / kompetensi keahlian
yang ada di sekolah terlibat dalam kegiatan
51 – 70

KI
4. 25 % program studi / kompetensi keahlian 31 – 50
terlibat dalam kegiatan KI
5. Tidak satupun program studi / kompetensi 0 – 30
keahlian yang terlibat dalam kegiatan KI
0 – 30

35
3. Administrasi 1. Laporan kegiatan dibuat secara 86 – 100
dan pelaporan lengkap dan teratur setiap bulan sekali
2. Laporan kegiatan dibuat secara 71 – 85
lengkap dan teratur satu semester sekali
3. Laporan kegiatan dibuat secara
lengkap dan teratur satu tahun sekali 51 – 70

4. Laporan kegiatan dibuat tidak teratur 31 – 50


kurun waktunya
5. Tidak ada laporan kegiatan 0 – 30

3 Inovasi 1. Hasil inovasi 1. Inovasi selama satu tahun lebih dari 5 86 – 100
dan jenis 30%
Produksi 2. Inovasi selama satu tahun sebanyak 4 71- 85
jenis
3. Inovasi selama satu tahun sebanyak 3 51- 70
jenis
4. Inovasi selama satu tahun 2 sebanyak 31 - 50
jenis
5. Inovasi selama satu tahun tidak ada 0 – 30
atau 1 jenis

2. Keuntungan 1. Keuntungan KI digunakan untuk 86 – 100


penambahan modal usaha dan menjadi
salah satu sember pendapatam APBS

2. Keuntungan KI digunakan untuk 71 – 85


penambahan modal usaha kegiatan KI.

3. Keuntungan KI digunakan menjadi


51 – 70
salah satu sumber pendapatan dalam
APBS
4. Keuntunngan KI habis untuk biaya
31 – 50
operasional kegiatan KI
5. Kegiatan KI belum menghasilkan
keuntungan atau merugi 0 – 30

36
3. Modal usaha 1. Modal usaha lebih dari tiga kali lipat 86 – 100
dari modal usaha awal
2. Modal usaha lebih dari dua kali lipat 71 – 85
dari modal usaha awal
3. Modal usaha lebih dari satu setengah 51 – 70
kali lipat dari modal usaha awal
4. Modal usaha sama dengan modal usaha 31 – 50
awal
5. Modal usaa berkurang atau habis 0 – 30

4 Pemasara 1. pemasaran 1. ada unit yang melakukan kegiatan 86 – 100


n dan pemasaran, aktivitas rutin dan jelas, 10%
kemitraan dengan berbagai strategi dan cara serta
melibatkan seluruh warga sekolah

2. ada unit yang melakukan kegiatan


71 – 85
pemasaran, aktivitas tidak rutin dan
jelas, dengan berbagai strategi dan cara
sederhana

3. pemasaran dilakukan secara sederhana 51 – 70


oleh pngurus KI

4. pemasaran kadang – kadang dilakukan 31 – 50


oleh pengurus KI

5. tidak ada aktivitas pemasaran 0 – 30

2. Kemitraan 1. Melibatkan lebih dari 5 mitra usaha 86 – 100


dalam kegiatan KI, dilengkapi dengan
perjanjian kerja sama
2. Melibatkan lebih dari 3 mitra usaha
71 – 85
dalam kegiatan KI, dilengkapi dengan
perjanjian kerja sama
3. Melibatkan mitra usaha dalam kegiatan 51 – 70
KI, dilengkapi dengan perjanjian kerja
sama

37
4. Melibatkan 1 mitra usaha 31 – 50
5. Kegiatan KI tidak memiliki mitra usaha
0 – 30

5 Keterlibat 2. Keterlibatan 1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan KI, 86 – 100


an KBM Siswa ada jadwal, ada daftar hadir kegiatan, 15%
ada daftar insentif kegiatan

2. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan KI, 71 – 85


ada jadwal, ada daftar hadir kegiatan

3. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan KI, 51 – 70


daftar hadir

4. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan KI, 31 – 50


tanpa ada jadwal, daftar hadir kegiatan,
daftar insentif kegiatan

5. Siswa tidak terlibat dalam kegiatan KI 0 – 30

3. Keterkaitan KI 1. Aktivitas KI sesuai dengan tuntutan 86 – 100


dengan kurikulum dalam rangka peningkatan
kurikulum kompetensi siswa, dilakukan analisis
serta indicator yang jelas dan
didokumentasikan

2. Aktivitas KI sesuai dengan tuntutan 71 – 85


kurikulum dalam rangka peningkatan
kompetensi siswa, dilakukan analisis

3. Aktivitas KI sesuai dengan tuntutan 51 – 70


kurikulum dalam rangka peningkatan
kompetensi siswa, tanpa ada analisis
4. Aktivitas KI tidak sesuai dengan 31 – 50
tuntutan kurikulum dalam rangka
peningkatan kompetensi siswa
5. Aktivitas KI tidak sesuai dengan core
bussines atau program studi yang 0 – 30
diselenggarakan

38
Usul, Saran dan Harapan yang Berkaitan dengan Bantuan Fasilitas Kelas
Industri(KI) ?

39
Laporan petugas monitoring

…………..., …………………….2018
Mengetahui : Petugas Monitoring
Kepala Sekolah

………………………………. …………………………………
NIP. NIP.

40
Sasaran
Sasaran utama pembuatan buku panduan Kelas Industri adalah :
1. Sekolah Menengah Kejuruan penyelenggara program Kelas Industri di Jawa
Tengah.
2. Dunia Usaha / Dunia Industri (DU/DI) mitra sebagai informasi dan panduan
bersama penyelenggaraan kelas industri.
3. Para stakeholder untuk menyamakan persepsi tentang penyelenggaraan kelas
industri, monitoring dan pengawasan sehingga para pemangku kepentingan dapat
memberikan kontribusi positif dalam pembinaan penyelenggaraan Kelas Industri di
sekolah.

F. Hasil yang Diharapkan


Petunjuk teknis ini diharapkan bisa menjadi pedoman dalam penyelenggaraan
kelas industri di SMK khususnya di Provinsi Jawa Tengah maupun di industri mitra,
sehingga dihasilkan kelas industri yang sesuai dengan tuntutan standar industri.

41
42

Anda mungkin juga menyukai