Anda di halaman 1dari 20

Bagian Ilmu Kesehatan Mata Maros, 8 April 2019

RSUD SALEWANGAN MAROS

LAPORAN KASUS
EPISKLERITIS

PENYUSUN :
Siti Ramdhani Yugie Prajamukti

111 2017 2022

PEMBIMBING :
dr. Munjia Assagaf, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019

1
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................. i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
Daftar Gambar ....................................................................................................... iii
BAB 1 LAPORAN KASUS ................................................................................. 1
1.1 Identitas Pasien .............................................................................................. 1
1.2 Anamnesis ...................................................................................................... 1
1.3 Pemeriksaan Fisis........................................................................................... 2
1.4 Pemeriksaan Oftalmologi............................................................................... 2
1.5 Resume ........................................................................................................... 4
1.6 Diagnosis ........................................................................................................ 5
1.7 Diferential Diagnosis ..................................................................................... 5
1.8 Penatalaksanaan ............................................................................................. 5
1.9 Prognosis ........................................................................................................ 5
1.10 Gambar .......................................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Anatomi dan Fsisiologi .................................................................................. 7
2.2 Definisi.......................................................................................................... 9
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko ........................................................................... 10
2.4 Patogenesis.................................................................................................... 10
2.5 Klasifikasi ..................................................................................................... 12
2.6 Diagnosis ...................................................................................................... 13
2.7 Diferential Diagnosis .................................................................................... 15
2.8 Penatalaksanaan ............................................................................................ 15
2.9 Prognosis ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

2
DAFTAR GAMBAR

2.1 Anatomi Skelera ............................................................................................ 7


2.2 Anatomi Episklera ......................................................................................... 8
2.3 Episkleritis Difus........................................................................................... 12
2.4 Episkleritis Nodus ......................................................................................... 13

3
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A

Tanggal lahir/umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku / bangsa : Bugis / Indonesia

Alamat : Dusun Lalang Tedong , Maros

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

No. Reg : 228477

Tanggal pemeriksaan : 29 Maret 2019

Rumah Sakit : RSUD Salewangan Maros

Pemeriksa : dr. M

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Merah pada mata kiri

Anamnesis :

Seorang pasien perempuan berusia 36 tahun datang ke poli mata dengan

keluhan merah pada mata kiri yang dirasakan sejak kurang lebih 4 hari yang

lalu. Pasien mengaku mata kirinya terasa sakit, sedikit gatal, dan rasa tidak

nyaman pada mata. Keluhan lain seperti penglihatan kabur, silau, air mata

1
berlebih, dan secret tidak ada. Riwayat keluhan yang sama (-), riwayat

menggunakan kacamata (-). Tidak ada riwayat trauma, DM dan hipertensi

disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIS

Keadaan Umum : Sakit sedang/gizi cukup/Compos mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu :36,50

IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

A. Inspeksi

Pemeriksaan OD OS

Palpebra Edema(-), Hiperemis(-) Edema (-), Hiperemis (-),

Krusta (-) Krusta (-)

Apparatus lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)

Silia Sekret (-) Sekret (-)

Konjungtiva Injeksio episklera (-) Injeksio episklera (+)

Bola Mata Normal Normal

Mekanisme

muscular

2
Kornea Jernih Jernih

Bilik mata depan Kesan normal Kesan normal

Iris Coklat Coklat

Pupil Bulat Bulat

Lensa Jernih Jernih

B. Palpasi

Pemeriksaan OD OS

Tekanan Okular Tn Tn

Nyeri tekan (-) (-)

Massa Tumor (-) (-)

Glandula pre-aurikular Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Visus

OD Visus OS

20/20 Uncorrected Visual Acuity 20/20

- Correction -

- Best corrected visual acuity -

- Near visual acuity -

- Correction -

- Best corrected near visual acuity -

3
D. Penyinaran Oblik

Pemeriksaan OD OS

Konjungtiva Injeksio episklera (-) Injeksio episklera (+)

Kornea Jernih Jernih

BMD Normal Normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, isokor, RC (+) Bulat, isokor, RC (+)

Lensa Jernih Jernih

E. Slit Lamp

SLOD : Palpebra edema (-). Konjungtiva injeksio episklera (-).

Kornea jernih. BMD normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat,

sentral, refleks cahaya (+).

SLOS : Palpebra edema (-). Konjungtiva injeksio episklera (+).

Kornea jernih. BMD normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral,

refleks cahaya (+).

V. RESUME

Pasien Perempuan , 36 tahun datang ke poli mata dengn keluhan mata

merah yang diasakan ejak kurang lebih 4 hari yang lalu. Keluhan disertai

nyeri , gatal, dan rasa tidak enak pada mata.

Pada pemeriksaan fisis: Pemeriksaan oftalmologis VODS 20/20, tampak

konjungtiva injeksio episklera pada OS, kornea jernih, BMD normal, iris

4
coklat kripte (+), pupil isokor, diameter normal, lensa jernih, reflek cahaya

(+).

VI. DIAGNOSIS

OS Episkleritis Difus

VII. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Skleritis

Konjungtivitis

VIII. PENATALAKSANAAN

 Edukasi : - Menjaga kebersihan mata

- Kompres air dingin

 Sistemik :

 Sanbe Tears ED ( Dextran , Hydroxypropyl, Methylcellulose)

3 dd 1 OS

IX. PROGNOSIS

Qua ad vitam : Bonam

Qua ad sanam : Bonam

Qua ad visum : Bonam

Qua ad kosmeticum : Dubia ad Bonam

5
X. GAMBAR

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Anatomi Sklera

Sklera dapat juga dikatakan merupakan bagian kelanjutan dari kornea.

Sklera bewarna putih buram dan merupakan bagian yang tidak tembus cahaya.

Kecuali di bagian depan yang bersifat transparan yang disebut kornea. Sklera

merupakan lapisan fibrous dan elastik yang merupakan 5/6 bagian dinding luar

bola mata dan membentuk bagian putih mata. Pada anak-anak, sklera lebih tipis

dan menunjukkan sejumlah pigmen yang tampak sebagai warna biru, sedangkan

pada dewasa karena terdapatnya deposit lemak, sklera tampak sebagai garis

kuning.1

7
Sklera dapat dimulai dari limbus, dimana dari limbus berlanjut ke kornea

dan berakhir pada kanalis optikus yang berlanjut pada duramater. Enam otot

ekstrakuler berada pada sklera. Sklera merupakan organ avaskuler yang

menerima ransangan sensoris dari nervus siliaris posterior. Pada sklera memiliki

dua lubang utama, yaitu foramen sklerasis anterior yang berdekatan dengan

kornea yang merupakan tempat meletaknya kornea pada sklera sedangkan

foramen sklerasis posterior merupakan pintu keluar dari nervus optikus.1

Secara histologist, sklera merupakan berkas – berkas jaringan fibrosa

yang teranyam sejajar, tebalnya mencapai 10-16µm dan lebar 100-140µm yakni

terdiri dari episklera, stroma, lamina fuska dan endotelium. Struktur histologi

dari sklera sangat mirip dengan struktur kornea.2

Gambar 2. Anatomi Epikslera

Episklera mengandung banyak pembuluh darah yang menyediakan nutrisi

untuk sklera dan permeabel terhadap air, glukosa dan protein. Episklera juga

8
berfungsi sebagai lapisan pelicin bagi jaringan kolagen dan elastis dari sklera dan

akan bereaksi hebat jika terjadi inflamasi pada sklera.1

Jaringan fibroelastis dari episklera mempunyai dua lapisan yaitu lapisan

viseral yang lebih dekat ke sklera dan lapisan parietal yang bergabung dengan

fasia dari otot dan konjungtiva dekat limbus. 1

Pleksus episklera posterior berasal dari siliari posterior , sementara itu di

episklera anterior berhubungan dengan pleksus konjungtiva, pleksus episklera

superfisial dan pleksus episkera profunda.1

Sklera memiliki fungsi dalam menyediakan sistem perlindungan terhadap

komponen intraokuler. Sklera merupakan pembungkus ocular yang bersifat

viskoelastis yang memungkinkan pergerakan bola mata tanpa menimbulkan

deformitas otot-otot perggeraknya. Komponen pendukung dari sklera berupa

jaringan kolagen berperan seperti cairan sinovial sehingga pada beberapa kondisi

dapat terganggu mengenai baik struktur artikuler sampai pembungkus sklera dan

episklera.3

2. Definisi

Episkleritis adalah suatu reaksi inflamasi pada jaringan episklera yang

terletak di antara konjungtiva dan sklera, bersifat ringan, dapat sembuh sendiri,

dan bersifat rekurensi.4 Episkleritis adalah penyakit pada episklera yang sering,

ringan, dapat sembuh sendiri dan biasanya mengenai orang dewasa dan

berhubungan dengan penyakit sistemik penyertanya tetapi tidak dapat

berkembang menjadi skleritis.5

9
3. Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab episkleritis belum diketahui dengan pasti, namun dalam

beberapa kasus episkleritis disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap

penyakit seperti tuberculosis, penyakit kolagen vaskuler :5

 Rheumatic Arthritis

 Crohn’s disease

 ulcerative colitis

 Systemic Lupus Eritematosus

Seseorang yang mempunyai riwayat episkleritis sebelumnya mempunyai

factor risiko lebih tinggi menderita episkleritis. Episkleritis biasanya di

hubungkan dengan factor hormonal terutama pada perempuan. Episkleritis

biasanya terjadi pada usia 20 - 50 tahun.5

4. Patofisiologi

Patofisiologi belum diketahui secara pasti namun ditemukan respon

inflamasi yang terlokalisir pada superficial episcleral vascular network,

patologinya menunjukkan inflamasi nongranulomatous dengan dilatasi vascular

dan infiltrasi perivascular. Penyebab tidak diketahui, paling banyak bersifat

idiopatik namun sepertiga kasus berhubungan dengan penyakit sistemik dan

reaksi hipersensitivitas mungkin berperan.5

Penyakit-penyakit sistemik tertentu misalnya

10
 Collagen vascular disease : Polyarteritis nodosa, seronegative

spondyloarthropathies-Ankylosing spondylitis, inflamatory bowel disease,

Reiter syndrome, psoriatic arthritis, artritis rematoid

 Infectious disease : Bacteria including tuberculosis, Lyme disease dan

syphilis, viruses termasuk herpes, fungi, parasites.

 Miscellaneous : Gout, Atopy, Foreign bodies, Chemicals

 Penyebab lain/yang berhubungan (jarang) : T-cell leukemia,

Paraproteinemia, Paraneoplastic syndromes-Sweet syndrome,

dermatomyositis, Wiskott-Aldrich syndrome, Adrenal cortical

insufficiency, Necrobiotic xanthogranuloma, Progressive hemifacial

atrophy, Insect bite granuloma, Malpositioned Jones tube, following

transscleral fixation of posterior chamber intraocular lens 5

Hubungan yang paling signifikan adalah dengan hiperurisemia dan gout. 6

Terdapat dua tipe klinik yaitu simple dan nodular. Tipe yang paling

sering dijumpai adalah simple episcleritis (80%), merupakan penyakit inflamasi

moderate hingga severe yang sering berulang dengan interval 1-3 bulan, terdapat

kemerahan yang bersifat sektoral atau dapat bersifat diffuse (jarang), dan edema

episklera. Tiap serangan berlangsung 7-10 hari dan paling banyak sembuh

spontan dalam 1-2 atau 2-3 minggu. Dapat lebih lama terjadi pada pasien dengan

penyakit sistemik. Pada anak kecil jarang kambuh dan jarang berhubungan

dengan penyakit sistemik. Beberapa pasien melaporkan serangan lebih sering

11
terjadi saat musim hujan atau semi. Faktor presipitasi jarang ditemukan namun

serangan dapat dihubungkan dengan stress dan perubahan hormonal. Pasien

dengan nodular episcleritis mengalami serangan yang lebih lama, berhubungan

dengan penyakit sistemik (30% kasus, 5% berhubungan dengan artritis rematoid,

7% berhubungan dengan herpes zoster ophthalmicus atau herpes simplex dan 3%

dengan gout atau atopy) dan lebih nyeri dibandingkan tipe simple. Nodular

episcleritis (20%) terlokalisasi pada satu area, membentuk nodul dengan injeksi

sekelilingnya.5,6,7

5. Klasifikasi

Episkleritis terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. Episkleritis Simple / Episkleritis Difus

Ini adalah jenis episkleritis yang paling umum dari episkleritis.

Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung

selama sekitar 7-10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai tiga

minggu. Pasien dapat mengalami serangan dari kondisi tersebut, biasanya

setiap satu sampai tiga bulan. Penyebabnya seringkali tidak diketahui.5

Gambar 3. Episkleritis Difus

12
2. Episkleritis Nodular

Hal ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis simple dan

berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu bagian mata

saja dan mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan pada

permukaan mata. Ini sering berkaitan dengan kondisi kesehatan, seperti

rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.5

Gambar 4. Episkleritis Nodular

6. Diagnosis

A. Anamnesis

Keluhan pasien dengan episkleritis berupa mata terasa kering, dengan

rasa sakit yang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang kemotik,

terlihat mata merah unilateral yang disebabkan vasodilatasi pembuluh darah

dibawah konjuntiva.4

Gejala episkleritis meliputi :1

- Sakit mata dengan rasa nyeri

- Mata merah pada bagian putih mata

- Kepekaan terhadap cahaya

13
- Tidak mempengaruhi visus

Jika pasien mengalami episkleritis nodular, pasien mungkin memiliki satu

atau lebih benjolan kecil atau benjolan pada daerah putih mata. Pasien

mungkin merasakan bahwa benjolan tersebut dapat bergerak di permukaan

bola mata.4

B. Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisis biasanya ditandai dengan adanya hiperemia

lokal sehingga bola mata tampak berwarna merah muda atau keunguan. Juga

terdapat infiltrasi, kongesti, dan edem episklera, konjungtiva diatasnya dan

kapsula tenon di bawahnya. Tidak ada penurunan visus pada episkleritis.7

 Episkleritis Difus

Gambaran yang paling sering ditandai dengan kemerahan sektoral dan

gambaran yang lebih jarang adalah kemerahan difus. Jenis ini biasanya

sembuh spontan dalam 1-2 minggu.1

 Episkleritis Nodus

Gambaran nodul berwarna pink atau ungu di kelilingi oleh injeksio

episklera disekitarnya, biasanya berada 2 – 3 mm dari limbus. Nodul ini

berada di atas konjungtiva dan dapat beergerak bebas bila digerakkan.

Bila nodul ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak diatas

nodul akan memberikan rasa sakit yang menjalar di sekitar mata.1

14
Mata merah disebabkan oleh melebarnya pembuluh darah episklera

yang letaknya dibawah konungtiva, sehingga pada penetesan vasokonstriktor

(contoh fenilefrin 2,5%) maka pembuluh darah tidak akan mengecil. Hal ini

membedakan episkleritis dari konjungtivitis dimana pada konjungtivitis,

setelah penetesan vasokonstriktor maka pembuluh darah akan mengecil.1

7. Diferential Diagnosis

 Konjungtivitis

Disingkirkan dengan sifat episkleritis yang lokal dan tidak adanya

keterlibatan konjungtiva palpebra. Pada konjungtivitis ditandai dengan

injeksi konjungtiva, adanya sekret, dan tampak adanya folikel atau papil

pada konjungtiva tarsal inferior. 4

 Skleritis

Dalam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler 5.untuk

mendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya dengan

episkleritis, konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di

bawah sinar matahari (jangan pencahayaan artifisial) disertai penetesan

epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% yang menimbulkan konstriksi pleksus

vaskular episklera superfisial dan konjungtiva. 4

8. Penatalaksanaan

Episkleritis merupakan penyakit yang self limiting atau dapat sembuh

sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Episkleritis tidak menyebabkan kerusakan

15
yang permanent pada mata, oleh sebab itu pasien dengan episkleritis tidak

memerlukan pengobatan apapun. Namun pasien akan menuntut untuk

dilakukan terapi. Prinsip pengobatan pada episkleritis adalah mengurangi

gejala yang timbul. Salah satunya menggunakan artificial tears untuk

mengurangi gejala mata kering yang digunakan selama 1-2 minggu. Namun

apabila gejala tidak berkurang dapat digunakan kortikosteroid topical selama

24-48 jam, seperti Prednisolon 0,5 %, 1-2 tetes, 2-4 kali sehari, atau

menggunakan Dexamethasone 0,1 %, 1-2 tetes setiap 1 jam pada siang hari

dan setiap 2 jam pada malam hari.4,5

Jika episkleritis tidak responsif terhadap terapi topikal dapat digunakan

terapi sistemik golongan NSAID seperti flurbiprofen 100 mg diberikan 3 kali

sehari atau indomethacin 100 mg setiap hari. Selain pengobatan farmakologi

pasien juga disarankan untuk istirahat sekitar 7-10 hari dan kompres dingin

pada palpebra. 4,5

9. Prognosis
-
Umumnya kelainan ini sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun

kekambuhan dapat terjadi selama bertahun-tahun7

- Pada kebanyakan kasus perjalanan penyakit dipersingkat dengan


pengobatan yang baik.7

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Bagian Ilmu Kesehatan Mata FK – UMI 2017

2. Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta : EGC

3. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Ke 8. Jakata : EGC

4. Ilyas S, Rahayu S. 2015. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi ke 5. Jakarta : Badan

Penerbit FK UI

5. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology

5th Edition. Great Britain. 2003. Butterworth-Heinemann.

6. Pavan-Langston, Cornea and External Disease in Manual of Ocular Diagnosis

and Therapy 5th Edition pp. 125-126. Philadelphia. 2002. Lippincott Williams

& Wilkins

7. Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14.. Jakarta.

2000. Widya Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai