DEVIASI SEPTUM
Disusun oleh :
A. WIDANA ISWARA
Pembimbing
Tipe II :
unilateral yang sudah
mengganggu aliran udara, namun
masih belum menunjukkan gejala
klinis yang bermakna.
Klasifikasi
Tipe III :
Deviasi pada konka media (area
osteomeatal dan meatus media).
Tipe IV :
“S” septum (posterior ke sisi lain,
dan anterior ke sisi lainnya).
Bilateral deformitas.
.
Klasifikasi
Tipe V :
tonjolan besar unilateral pada
dasar septum, sementara di sisi
lain masih normal.
Tipe VI :
Tipe V ditambah sulkus unilateral
dari kaudal-ventral, sehingga
menunjukkan rongga yang
asimetri.
Klasifikasi
Tipe VII :
Kombinasi lebih dari satu tipe,
yaitu tipe I-tipe VI.
Bentuk deformitas septum nasi berdasarkan
lokasinya :
Spina & Krista
Deviasi
Dislokasi
Sinekia
Kelainan struktur akibat deviasi septum
Dinding Lateral • Hipertrofi konka & Bula ethmoidalis
Hidung
• Pipi menjadi datar akibat kompresi
Maksila • Pengangkatan lantai kavum nasi
• Distorsi palatum & abnormalitas ortodonti
• Pembentukan krusta
Perubahan Mukosa • Proteksi mukosa hilang
• Edema obstruksi
Deviasi septum berdasarkan berat atau ringannya
keluhan (Jin RH et al)
• Deviasi kurang dari setengah rongga hidung dan
Ringan belum ada bagian septum yang menyentuh dinding
lateral hidung.
Sadle Reccurence of
Deformity the deviation
PRGNOSIS
Prognosis pada pasien DSN setelah menjalani operasi
cukup baik dan pasien dalam 10-20 hari dapat melakukan
aktivitas sebagaimana biasanya.
Hanya saja pasien harus memperhatikan perawatan
setelah operasi dilakukan. Termasuk juga pasien harus juga
menghindari trauma pada daerah hidung.
KESIMPULAN
• DSN kelainan bawaan sejak lahir atau paling sering terjadi akibat
trauma.
• Risiko DSN meningkat pada laki-laki karena lebih banyak terpapar
dengan lingkungan dan trauma.
• DSN ringan tidak memberikan keluhan, sedangkan yang berat
menyebabkan kesulitan bernapas akibat obstruksi nasal.
• Terapi konservatif untuk obstruksi nasal pemberian obat-obatan
untuk mengatasi gejala pada pasien.
KESIMPULAN
• Tindakan pembedahan sangat penting Mencegah terjadinya
perburukan kondisi pasien.
• Tingkat keberhasilan tindakan pembedahan yang diharapkan
tergantung pada berat ringannya deviasi septum nasi yang terjadi.
• Sebagian besar pasien dengan DSN lebih baik dilakukan tindakan
septoplasty dibandingkan dengan sub-mucous resection (SMR)
karena adanya komplikasi post-SMR, seperti perforasi septum,
perdarahan, dan saddle nose.
DAFTAR PUSTAKA
• Tanagi Toluhula T, Punagi Abdul Q, Perkasa Muhammad F. Hubungan Tipe Deviasi Septum Nasi Menurut Klasifikasi MLADINA dengan Kejadian Rinosinusitis dan Fungsi Tuba
Eustachius. Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran UNHAS. Makassar.
• Walsh WE, Korn RC. Sinonasal anatomy, function, and evaluation. Dalam: Bailey BJ, Johnson JT, penyunting. Head and neck surgery otolaryngology. Edisi ke-4. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006. hlm. 307–34.
• Tamus A.Y, Boesoirie M.Thaufiq S, Aroeman Nur A. Korelasi Antara Visual Analogue Scale dan Peak Nasal Inspiratory Flow (PNIF) sebelum dan Seudah Septoplasti.
MKB,2015. 47(3). Hal 186-91
• Oliviera AKP, Junior EE, Santos LV. Prevalence of deviated nasal septum in Curitiba, Brazil. Int Arch Otorhinolaryngol. 2005;9:288–92
• Budiman Bestari J, Pulungan M. Rusli. Penatalaksanaan Septum Deviasi Dengan Septoplasti Endoskopi Metode Open Book. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala & Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang.
• Higler PA. Hidung : Anatomi dan Fisiologi Terapan. Dalam : Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan Ketiga. Jakarta : EGC. 1997 : hlm
173-188.
• Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. Hidung. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 118-122.
• Probst R, Grevers G, Iro H. Nasal Deformities in Basic Otorhinolaryngology. Thieme: German. 2005. Hal 30
• Mladina R, Skitarelic N, Poje G, Subaric M. Clinical Implication of Nasal Septal Deformities. Balkan Med J. 2015. 32. Hal 137-46
• Budiman BJ, Asyari A. Pengukuran Sumbatan Hidung Pada Deviasi Septum Nasi. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas : Padang. 2011 :hlm 1-7.
• Jin HR, Lee JY, Jung WJ. New Description Method and Classification System for Septal Deviation. Department of Otorhinolaryngology, Seoul National University, College of
Medicine, Boramae Hospital : Seoul. Journal Rhinology, 2007; 14 : 27-31
• Nizar NW, Mangunkusumo E. Kelainan hidung. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2007: p.126-
7
• Park JK, Edward IL. Deviated Septum. The Practice of Marshfield Clinic, American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery. 2005.
• Widjoseno-Gardjito, editor. Kepala dan Leher. Dalam : Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Cetakan I. Jakarta : EGC. 2005 : hlm 365-366
TERIMA KASIH