Maulina Yuliati
Muji Dwi Lestari
Nadiya Noer Afifah
Nidia Ocktaviani
Silvi Yuliani
Zidna Salma Maulidya
Kelas : XI-Akuntansi
Tugas Agama
Jalur Penyebaran Islam di Indonesia
Jalur penyebaran islam di Indonesia
1. Jalur perdagangan
Islam masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan di perkirakan abad
ke-7 M sampai dengan abad ke-11 M, begitu pula perkembangan Islam. Melalui
para pedagang dari luar Indonesia maupun pedagang Indonesia sendiri, Islam
disebarkan di pelabuhan-pelabuhan sepanjang jalur perdagangan, misalnya di
sekitar selat Malaka, Samudra, Palembang, menyusul Cirebon, Demak, Tuban,
Gresik, Makasar, serta Indonesia Timur.
Agama Islam tersebar pertama kali di pulau Sumatera kira-kira abad ke-7 M
(abad I H). Yang mana disebabkan letak geografinya dan dalam alur pelayaran
serta adanya pelabuhan alam yang menjadi persinggahan para pedagang, baik
untuk memasarkan atau untuk mencari barang dagangan.
Penyebaran agama Islam di Sumatera secara intensif diperkirakan bersamaan
waktunya dengan kemunduran Sriwijaya dan berdirinya Kerajaan-Kerajaan
Islam di Perlak dan Samudera Pasai. Proses penyebaran agama Islam di daerah
Minangkabau pada akhir abad ke-14 dan 15 M sudah memperoleh pengikut
yang amat banyak, sekalipun masih ada hambatan dari penguasa yang masih
beragama Hindu. Agama Islam terus menyebar ke daerah-daerah lain sampai ke
daerah-daerah yang dihuni oleh suku Batak, Daerah ini di-Indonesiakan oleh
orang Aceh. Sedang orang-orang Batak di daerah pesisir banyak yang masuk
Islam karena pengaruh orang-orang suku Melayu.
Untuk mengetahui lebih jauh, penduduk daerah pesisir yang secara ekonomi
bergantung pada perdagangan Internasional, cenderung menerima Islam dalam
rangka mempertahankan para pedagang muslim yang sudah berada di Nusantara
sejak kurang lebih abad ke-7 M untuk tetap mengunjungi dan berdagang di
pelabuhan-pelabuhan mereka. Dengan masuk islam, penguasa local pada batas
tertentu mengadopsi aturan-aturan perdagangan Islam untuk digunakan dalam
masyarakat pelabuhan sehingga pada gilirannya akan menciptakan suasana yang
mendukung bagi perdagangan. Contoh kasus ini adalah Konversi penguasa
Malaka, Prameswara, yang agaknya menerima Islam demi menarik kedatangan
para pedagang muslim ke pelabuhannya yang baru di bangun.
2. Jalur perkawinan
3. Jalur Kesenian
Kurang lebih abad ke-12 M sampai dengan abad ke-14 M, cara akulturasi
budaya ditempuh untuk memberi kesan adanya persesuaian dan agar masyarakat
tidak merasa adanya keterpaksaan dalam memeluk agama Islam. Seperti cara
para Sunan wali songo dalam menyebarkan agama Islam melalui seni wayang,
lagu-lagu, permainan dan lain sebagainya.
Menjelang masuknya Islam di Indonesia telah ada kebudayaan baru hasil
akulturasi antara budaya Indonesia dan budaya Hindu, yaitu melalui Akulturasi
kebudayaan. Setelah islam masuk dengan nilai-nilai budaya maka terjadi lagi
akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Akhirnya, lahirlah
corak kebudayaan baru dalam kebudayaan Indonesia.
Segi bangunan, terutama sekali dalam bentuk bangunan masjid dengan corak
baru beratap tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil.
Jumlah susunannya ganjil, tiga ada juga yang lima. Di Bali atap tumpang masih
di pakai untuk kuil corak baru pada bangunan masjid pada jaman Madya adalah
tudak adanya menara (kecuali masjid Kudus dan masjid Banten).
Segi makam, dalam perkembangannya bentuk makam islam masih
terpengaruh pola lama sebelum Islam, yaitu terletak pada tempat yang dianggap
suci, agak tinggi atau kalau di tempat yang latar diberi undak-undak seperti
punden berundak di jaman pra sejarah. Makam biasanya diberi cungkup
(rumah), bagaikan menggantikan funsi candi dimasa sebelum Islam dalam
makam yang baru biasanya diberi atau dilengkapi masjid
4. Jalur Pendidikan dan Pengajaran
5. Jalur Politik