Anda di halaman 1dari 3

MENGEVALUASI PENJAJAHAN PEMERINTAH

HINDIA BELANDA
September 9, 2014 · Filed under Uncategorized

BAB II

PEMBAHASAN

1. Tokoh Daendels dan Pandangan – Pandangan

A. Tokoh Seoranng Daendels

Herman Willem Daendels (lahir di Hattem,Gelderland, Republik Belanda, 21


Oktober 1762 – meninggal di Elmina, Belanda Pantai Emas, 2 Mei 1818 pada umur 55
tahun), adalah seorang politikus Belanda yang merupakan Gubernur – Jenderal Hindia
Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang
dikuasai oleh Perancis.

Pada tahun 1780 dan 1787 ia ikut para kumpulan pemberontak di Belanda dan kemudian
melarikan diri ke Perancis. Di sana ia menyaksikan dari dekat Revolusi Perancis dan lalu
menggabungkan diri dengan pasukan Batavia yang republikan. Akhirnya ia mencapai
pangkat Jenderal dan pada tahun 1795 ia masuk Belanda dan masuk tentara Republik
Batavia dengan pangkat Letnan-Jenderal. Pada tahun 1806 ia dipanggil oleh Raja Belanda,
Raja Louis untuk berbakti kembali di tentara Belanda. Ia ditugasi untuk
mempertahankanprovinsi Friesland dan Groningen dari serangan Prusia. Lalu setelah sukses,
pada tanggal 28 Januari 1807 atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte, ia dikirim ke Hindia
Belanda sebagai Gubernur-Jenderal.

Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis sehingga mereka
menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua raja pribumi harus mengakui raja
Belanda sebagai junjungannya dan minta perlindungan kepadanya. Bertolak dari konsep ini,
Daendels mengubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo dan kraton Yogya dari residen
menjadi minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai pejabat Belanda melainkan sebagai
wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton Jawa. Oleh karena itu Daendels membuat
peraturan tentang perlakuan raja-raja Jawa kepada para Minister di kratonnya. Para bupati
diperintahkan menyediakan tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari
kewajiban kerja bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan.
Sementara itu para bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Semua proyek
ini akan diawasi oleh para prefect yang merupakan kepala daerah pengganti residen VOC.
Dari hasil kesepakatan itu, proyek pembangunan jalan diteruskan dari Karangsambung ke
Cirebon. Pada bulan Agustus 1808 jalan telah sampai di Pekalongan.

Sekembali Daendels di Eropa, Daendels kembali bertugas di tentara Perancis. Dia juga ikut
tentara Napoleon berperang keRusia. Setelah Napoleon dikalahkan
di Waterloo dan Belanda merdeka kembali, Daendels menawarkan dirinya kepada
RajaWillem I, tetapi Raja Belanda ini tidak terlalu suka terhadap mantan Patriot dan tokoh
revolusioner ini. Tetapi biar bagaimanapun juga, pada tahun 1815 ia ditawari pekerjaan
menjadi Gubernur-Jenderal di Ghana. Ia meninggal dunia di sana akibat malaria pada
tanggal 8 Mei 1818

B. Pandangan Terhadap Daendels

Daendels adalah kaum patriot dan liberal yangbsangat dipengaruhi oleh ajaran Revolusi
Perancis. Daendels ingin menanamkan jiwa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di
lingkungan masyarakat Hindia. Ia ingin memberantas praktik – praktik feodalisme agar
masyarakat lebih produktif untuk kepentingan negeri induk. Juga mencegah penyalahgunaan
kekuasaan dan membatasi hak – hak bupati atas tanah dan tenaga rakyat.

2. Dampak pemerintahan Daendels bagi kehidupan ekonomi dan social kemasyarakatan


di Indonesia.

Daendles membuat beberapa kebijakan, di antaranya:

 Membuat Grote Postweg (Jalan Raya Pos) dari Anyer (Banten) sampai Panarukan
(Jawa Timur); jalan ini didirikan agar di setiap kota/kabupaten yang dilaluinya
terdapat kantor-kantor pos; dengan adanya pos-pos ini maka penyampaian berita akan
lebih cepat sehingga berita apa pun akan lebih cepat diterima.
 Mendirikan benteng-benteng pertahanan sebagai antisipasi terhadap serangan dari
tentara Inggris yang juga ingin menguasai Jawa.
 Membangun pangkalan angkatan laut di Merak dan Ujung Kulon.
 Menambah jumlah pasukan dari 4.000 orang menjadi 18000 orang, yang sebagian
besar orang-orang Indonesia (dari Maluku, Jawa).
 Mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.

Selain itu, Daendels juga mengubah sistem pemerintahan tradisional dengan sistem
pemerintahan Eropa. Pulau Jawa di bagi menjadi sembilan prefektur (keresidenan), yang
dikepalai oleh seorang residen yang membawahkan beberapa bupati (kabupaten). Para bupati
ini diberi gaji tetap dan tidak diperkenanan meminta upeti kepada rakyat.

Dampaknya

 kewibawaan para bupati dihadapan rakyatnya menjadi merosot, karena bupati adalah
pegawai pemerintah yang harus tunduk kepada keinginan pemerintah.
 Rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang sangat hebat. Selain dituntut untuk
membayar pajak-pajak pemerintah, mereka juga diharuskan terlibat dalam kerja paksa
(rodi) pelaksanaan pembangunan Jalan Raya Pos.
 Untuk menutupi biaya pembangunan, tanah-tanah rakyat dijual kepada orang-orang
partikelir Belanda dan Tionghoa. Penjualan tanah juga termasuk penduduk yang
mendiami wilayah tersebut, sehingga penderitaan rakyat kecil semakin bertambah
akibat dari tindakan sewenang – wenang para pemilik tanah.
 Ribuan rakyat Indonesia meninggal dalam pembuatan Jalan Raya Pos dikarenakan
kerja yang sangat berat sedangkan mereka tidak dibayar dan diberi makan dengan
layak.

3. Penyebab digantikannya Daendels dengan Janssen dan apa yang dilakukan


Janssen pada masa pemerintahannya

Pada bulan Mei 1811 kedudukan Daendels digantikan oleh Willem Janssens. Janssens tidak
lama memerintah di Indonesia, karena pada tanggal 18 September 1811 Janssens menyerah
kepada Inggris di dekat Salatiga, setelah gagal dalam menahan serangan Inggris di Semarang
bersama dengan Legiun Mangkunegara, pecahan Mataram.

Pada saat Jansens memerintah,kedudukan Inggris di Indonesia makinkuat dan makin dekat un
tuk menguasaipulau Jawa. Pada tahun 1811 Jansensmenyerah kepada Inggris di daerahTuntan
g, Salatiga (Jawa Tengah). Pada tahun 1811 Belanda, Prancis menyerah kalah kepada Inggris
di daerah Tuntang, daerah sekitar Salatiga Jawa Tengah. Pemerintah kolonial Belanda
terpaksa menandatangani perjanjian yang disebut Kapitulasi Tuntang tahun 1811, yang berisi:

 Seluruh kekuatan militer Belanda yang berada wilayah asia tenggara harus diserahkan
kepada Inggris
 Utang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris
 Pulau Jawa, Madura dan semua pangkalan militer Belanda di luar Jawa menjadi
wilayah kekuasaan Inggris.

Anda mungkin juga menyukai