Nancy Embriologi Muskuloskeletal
Nancy Embriologi Muskuloskeletal
Sistem rangka berasal dari lapisan embriogenik mesoderem paraksial, lempeng lateral dan
sel-sel kista neuralis. Akhir minggu ke 3, mesoderem paraksial menjadi semacam balok-
balok yang disebut somit.
Somit terbagi 2 :
o Dorsolateral
Disebut demomytome, bagian myotome membentuk myoblast, dermatom membentuk
dermis
o Ventromedial
Disebut skleroton, pada akhir mingguke 4 akanmenjadi sel-sel mesenkim (jaringan
penyambung mudigah), kemudian berpindah dan berdiferensiasi menjadi fibroblas,
kondroblas, dan osteoblas.
A. Tulang Tengkorak
Terdiri atas :
o Neurokranium (batok pelindung disekitar otak)
o Viserokranium (kerangka/tulang wajah)
A.1. Neurokranium
o Bagian membranosa terdiri dari tulang-tulang pipih yang melindungi otak sebagai suatu
kubah.
Berasal dari :
o Sel-sel krista neuralis,membentuk atap dan sebagian besar tulang tengkorak o
Mesoderm paraksial, membentuk daerah oksipital dan posterior rongga mata
o Bagian kartilaginosa (kondrokranium) membentuk tulang-tulang dasar tengkorak, berasal
dari :
o Sel-sel krista neuralis, membentuk kondrokranium prakordal
o Mesoderm paraksial, membentuk kondrokranium kordal
A.2. Viserokranium
o Dibentuk oleh 2 lengkung faring pertama
o Lengkung pertama :
o Bagian dorsal (prosesus maxilaris)
Berjalan kedepan dibawah mata (os. Maxilaris, os. Zigomatikum, os. Temporalis)
o Bagian ventral (prosesus mandibularis)
Melindungi kartilago meckel
o Mesenkim sekitar kartilagomeckel memadat, menulang, dan mengalami osifikasi
(penulangan) membranosa membentuk mandibula
o Ujung dorsal prosesus mandibularis dan lengkung faring ke 2(inkus, maleus,stapes)
pada bulan ke 4
o Mesenkimuntuk pembentukan wajahberasal dari sel-sel krista neuralis.
Korelasi Klinik :
Kubah tengkorak gagal terbentuk (kraniolisis) dan jaringan otak yang terpapar amnion
mengalamidegenerasi sehingga terjadi anensefali, disebabkan kegagalan neuropore
kranial untuk menutup
Jaringan otak dan selaput otak mengalami herniasi (ensefalokel atau meningokel kranial)
Penutupan satu atau beberapa sutura secara prematur (kraniosinostosis).
Bentuk tengkorak tergantung pada sutura mana dulu yang menutup
o Akrosefali (tengkorak menara, pendek/tinggi) karena penutupan dini sutura koronalis
o Skaposefali (tengkorak panjang dan sempit disertai penonjolan frontalis dan oksipitalis)
karena penutupan dini sutura sagitalis
o Plagiosefali (kraniosinostosis asimetrik) akibat kegagalan penutupan sutura keronalis
dan sutura lambdadea pada satu sisi
B. Anggota Badan
o Tunas anggota badan mulai tampak sebagaikantung-kantung pada akhir minggu ke 4 o
Tunas anggota badan terdiri dari inti mesenkim yang berasal dari lapisan mesoderm lempeng
lateral yang dibungkus oleh selapis ektoderm kuboid. Intimesenkim memberi signal kepada
ektoderm dinujung badan untuk menebal dan membentuk rigi ektodermal apeks (REA).
Proses ini berlangsung pada minggu ke 5.
o Minggu ke 6 ujung tunas anggota badan menjadipipih membentuklempeng tangan dan kaki.
o Jari-jari tangan dan kaki terbentuk ketika kematian sel di rigi ektodermal apeks
memisahkannya menjadi 5 bagian.
o Sementara itu mesenkim dalam tunas mulaimemadat membentukmodel kartilago
hialin yang pertama yang merupakan bakal tulang anggota badan.
o Osifikasi intrakartilago dimulai menjelang akhir masa mudigah.
o Pada mingguke 12 kehamilan dari pusat osifikasi primer di diafisis, osifikasi
intrakartilago berangsur-angsur meluas kearah ujung model kartilago.
o Waktu lahir, diafisis tulang telah menjadi tulang seluruhnya, tapi ujung-ujungnya (epifisis)
tetap berupa kartilago pusat osifikasi sekunder untukproses pemanjangan tulang.
o Apabila tulang telah mencapai panjangnya yang penuh,lempeng epifisis menghilang
dan epifisis bersatu dengan tulang.
Korelasi Klinis :
Meromelia : tidak ada satu /beberapa anggota badan
Amelia : tidak ada ekstremitas
Fokomelia : tidak ada tulang panjang, tangan dan kaki rudimenter menempel
dibadan melalui tulang-tulang kecil yang berbentuktidak beraturan
Mikromelia : terdapat semua unsur anggota badan tapi sangat pendek
Polidaktili : penambahan jumlah jari tangan dan kaki
Ektrodaktili : hilangnya 1 jari, bersifat unilateral
Sindaktili :jari-jari tangan atau kaki menyatu karena mesenkim gagal membelah pada
lempeng tangan atau kaki
Lobster claw : celah yang dalam pada telapak tangan atau kaki yang berhubungan
dengan sindaktili jari
Dislokasi panggul kongenital : tidak berkembangnya asetabulum dan caput femuris
C. Kolumna Vertebralis
o Berasal dari sel-sel sklerotom yang berpindah posisi mengelilingi medula spinalis dan
notokord.
o Bagian kaudal masing-masing sklerotom mengalami proliferasi dan memadat serta meluas
ke jaringan antara segmen dibawahnya, terjadi perlekatan setengah kaudal sklerotom dengan
setengah sefalik sklerotom di bawahnya.
o Sel-sel diantara bagian sefalik dan kaudal membentuk diskus invertebralis (cakram
antar ruas)
Korelasi Klinis :
Skoliosis (vertebrae melengkung ke samping) karena pada proses pembentukan dan
penyusunan kembali sklerotom segmen terjadi 2 vertebrae yang berurutan menyatu secara
asimetrik atau setengah bagian vertebrae tulang
Sindrom Klippel Feil : jumlah vertebrae servikalis kurang sementara vertebrae yang
lain menyatu atau bentuknya abnormal.
Spina bifida : fusi lengkung-lengkung vertebra tidak sempurna
o Berkembang dari mesoderm kecuali otot-otot iris yang terbentuk dari ektoderm piala optik
o Otot rangka berasal dari mesoderm paraksial
o Otot polos berasal dari mesoderm splanknik o
Otot jantung berasal dari mesoderm splanknik
EMBRIOLOGI TULANG
Skleretom pada akhir minggu ke-4 menjadi polimorfik mesenkim fibroblas,
kondroblas, osteoblas Lapisan mesoderm somatik dinding tubuh juga sel mesoderm
gelang bahu, gelang panggul, tulang-tulang panjang ekstremitas.
Sel-sel krista neuralis di daerah kepala berdiferensiasi menjadi mesenkim dan ikut
serta membentuk tulang-tulang wajah dan tengkorak.
Pada sebagian tulang, seperti tulang pipih tengkorak, mesenkim di dermis berdiferensiasi
secara langsung menjadi tulang, prosesnya disebut osifikasi intramembranosa.
Sedangkan pada sebagian besar tulang lainnya, sel-sel mesenkim mula-mula menghasilkan
model kartilago hialin yang mengalami penulangan, disebut osifikasi endokondral.
Viscerokranium:
Processus maxillaris --> os maxilla, os zygomaticum, sebagian os
temporalis Processus mandibularis --> mengandung kartilago meckel
Fontanella (ubun-ubun):
- Fontanella anterior --> menutup usia sekitar 18 bulan
- Fontanella posterior --> menutup usia sekitar 3 bulan
Jika fontanella terlalu cepat menutup, akan menyebabkan kraniosinostosis.
Fungsi fontanella:
- untuk proses kelahiran
- agar perkembangan otak maksimal
- sebagai indikasi kesehatan bayi
FISIOLOGI TULANG
TULANG SEBAGAI STRUKTUR DAN ORGAN Tulang membentuk rangka penunjang dan
pelindung bagi tubuh dan menjadi tempat melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka
tubuh. Tulang adalah jaringan yang berstruktur dengan baik dan mempunyai lima fungsi
Fungsi utama tulang : 1. Membentuk rangka badan 2. sebagai pengumpila dan tempat
melekat otot. 3. sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat
dalam (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru-paru). 4. sebagai tempat
mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan garam. 5. ruang ditengah tulang
tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu sebuah jaringan
hemopoietik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Komponen
utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organic (kolagen dan proteoglikan).
Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada
matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organic tulang juga disebut osteid. Sekitar 70%
dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik
lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan. Hampir semua tulang berongga
dibagian tengahnya. Struktur demikian memaksimalkan kekuatan struktur tulang dengan
bahan yang relative kecil atau ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen
dan mineral dalam jaringan tulang. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamellar.
Tulang yang berbentuk anyaman terlihat asal pertumbuhan cepat, seperti waktu
perekembangan janin atau sesudah terjadinya patah tulang selanjutnya keadaan ini akan
diganti oleh tulang yang lebih matur berbentuk lamellar. Pada orang dewasa, tulang anyaman
ditemukan pada insersi ligamentum atau tendon. PERTUMBUHAN TULANG
Pertumbuhan intertisial tidak dapat terjadi di dalam tulang. Oleh karena itu, pertumbuhan
intertisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi
pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang yaitu : 1. Tulang rawan artikuler.
Pertumbuhan tulang panjang terjadi pada daerah tulang rawan artikuler dan merupakan
tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang pendek,
pertumbuhan tulang terjadi pada seluruh daerah tulang. 2. Tulang rawan lempeng epifisis.
Tulang rawan lempeng epifisis memberi kemungkinan metafisis dan diafisis untuk
bertumbuh memanjang. Pada daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses
yaitu : - Proses pertumbuhan. Adanya pertumbuhan intertisial tulang rawan dari lempeng
epifisis memungkinkan terjadinya penebalan tulang - Proses klasifikasi. Kematian dan
penggantian tulang rawan pada daerah permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi
endokondral.
ANATOMI TULANG Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam : 1. Tulang panjang
(long bone), misalnya femur ,tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah batas disebut diafisis
dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Didaerah ini sangat
sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini merupakan daerah
metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan
perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan
tulang. 2. Tulang pendek (short bone), misalnya tulang-tulang karpal 3. Tulang pipih (flat
bone), misalnya tulang parietal, iga, scapula, dan Spelvis. 4. Tulang takberaturan (irregular
bone), misalnya tulang vertebrata 5. Tulang sesamoid, misalnya tulang patella. 6. Tulang
Sutura (sutura bone) ada diatap tengkorak. Tulang terdiri atas tulang yang kompak pada
bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa
berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal
dari pada orang dewasa, yang memungkinkan penyembuhan tulang anak lebih cepat
dibangdingkan orang dewasa. HISTOLOGI TULANG Berdasarkan histologisnya,
pertumbuhan tulang terbagi menjadi dalam 2 jenis : 1. Tulang imatur (non-lamelar bone,
woven bone, fiber bone), terbentuk pada perkembangan embrional dan tidak terlihat lagi pada
usia 1 tahun tulang imatur banyak mengandung jaringan kolagen 2. Tulang matur (mature
bone, lemelar bone), ada dua jenis, yaitu tulang kortikal (corikal bone, dense bone, compact
bone) dan tulang trabekular (cancellous bone, trabecular bone, spongiosa). Secara histologis,
perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel, jaringan kolagen, dan
mukopolisakarida. Diafisis atau batang merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk
silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besar. Metafisis
adalah bagian tulang yang melebar didekat ujung akhir batang tulang. Daerah ini terutama
disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah.
Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis dan dan diafisis tulang. Pada anak-anak,
sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam dari tulang panjang tetapi kemudian
diganti oleh sumsum kuning sejalan dengan semakin dewasanya anak tersebut. Pada orang
dewasa, aktivitas hematopoietik menjadi terbatas hanya pada sternum dan Krista iliaka walaupun
tulang yang lain masih berpotensi aktif lagi bila diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat pada
diafisis tulang orang dewasa terutama terdiri dari atas sel-sel lemak. Metafisis juga menopang
sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk pelekatan tendon dan ligament pada
epifisis. Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini
akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang lekatnya dekat sendi tulang panjang
bersatu dengan matafisis sehingga pertumbuhan tulang terhenti. Seluruh lapisan tulang diliputi
oleh lapisan fibrosa yang disebut peristeum, yang mengandung sel-sel yang dapat berfloriferasi
dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang
mempunyai arteri nutrisi. Lokasi dan keutuhan pembuluh-pembuluh inilah yang menentukan
berhasil atau tidaknya proses penyebuhan suatu tulang yang patah. Histologi yang spesifik dari
lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan ini merupakan factor yang penting untuk memahami
cedera pada anak-anak. Lapisan sel paling atas yang letaknya dekat epifisis disebut daerah sel
istirahat. Lapisan berikutnya adalah zona proliferasi. Pada zona ini terjadi pembelahan sel aktif
dan disinilah mulainya pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel aktif ini didorong kea rah batang
tulang, ke dalam daerah hipertrofi, tempat sel-sel ini membengkak, menjadi lemah dan secara
metabolik menjadi tidak aktif. Patah tulang epifisis pada anak-anak sering terjadi di tempat ini
dan cedera dapat meluas ke daerah kalsifikasi provinsional. Di dalam daerah kalsfikasi
provisinonal inilah sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal. Bila daerah
proliferasi mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal. Bila daerah proliferasi mengalami
kerusakan, pertumbuhan dapat terhenti karena retardasi pertumbuhan longitudinal anggota gerak
tersebut atau terjadi deformitas profresif bila hanya sebagian lempeng tulang yang mengalami
kerusakan berat. FISIOLOGI SEL TULANG Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang
tersusu tiga jenis sel : osteoblas, osteosit, dan osteoklas. 1. Osteoblas, membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui
suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
mensekresikasikan sejumlah besar fosfatase alkali dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian
dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali di dalam darah
dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. 2. Osteosit, adalah sel tulang dewasa yang
bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. 3.
Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang
dapat diabsopsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas megikis tulang. Sel ini
menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks tulang dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. Dalam
keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absopsi pada suatu tingkat yang konstan,
kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan daripada
absorpsi tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini dapat membuat
tulang dapat berespons terhadap tekanan yang meningkata dan mencegah terjadi patah tulang,
Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat.
Perubahan tersebut juga membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan.
Matriks organic yang sudah dapat berdegenerasi sehigga membuat tulang relatif menjadi lemah
dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organic baru sehingga memberi
tambahan kekuatan pada tulang. BIOKIMIA TULANG Struktur tulang berubah sangat lambat
terutama setelah periode pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini perubahan tulang lebih
banyak terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktivitas fisiolgis tulang sebagai
organ biokimia tulang. Komposisi tulang terdiri atas subtansi organic 33% dan subtansi inorganic
67% 1. Subtansi tulang terdiri atas sel-sel tulang serta subtansi organic intraselular atau matriks
kolagen dan
merupakan bagian terbesar dari matriks tulang (90%), sedangkan sisanya adalah asam
hialuronat dan kondroitin asam sulfat. 2. subtansi inorganik terutama terdiri atas kalsium dan
fosfat dan sisanya adalah magnesium, natrium, hidroksil, karbonat dan fluorida. Enzim tulang
adalah fosfatase alkali yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai
peranan yang penting dalam produksi organ matriks tulang sebelum terjadi kalsifikasi
METABOLISME TULANG Metabolisme tulang diatur beberapa hormone. Peningkatan
kadar hormone paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang, yang
menyebabkan kalsium dan fosfat diabsobsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu,
peningkatan kadar hormon paratriroid secara perlahan menyebabkan peningkatan jumlah dan
aktivitas osteoklas sehingga terjadi dimeneralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal. Metabolisme kalsium
dan fosfat sangat berkaitan erat. Tulang mengandung 99% dari serum fosfat tubuh. Kalsium
beberapa fungsi penting dalam tubuh. Fungsi penting kalsium dalam tubuh : 1. Dalam
mekanisme pembekuan darah 2. Transmisi impuls neuromuscular 3. Keseimbangan asam-
basa 4. Permeabilatas memberan sel 5. Sebagai pelekat (adhesiveness) diantara sel-sel 6.
Memberi rigiditas dan kekuatan mekanik tulang Pengaturan konsentrasi ion kalsium dan
cairan ekstrasel sangat penting dalam proses homeostatis asam-basa. Beberapa organ yang
terlibat dalam proses homeostatis pengaturan ion kalsium tersebut meliputi ginjal, intertinal,
dan tulang. Pada keadaan konsentrasi ion kalsium melebihi kisaran (kadar) normal dalam
cairan ekstrasel (>11mg/dl), organ intertinal dengan kalsitriol akan berupaya menurunkan
absorpsi ion kalsium ekstrasel. Ginjal kemudian membiarkan pelepasan ion kalsium keluar
bersama urine sehingga kadar ion kalsium dalam ekstrasel dapat menurun. Tulang membantu
proses penurunan konsentrasi ion kalsium oleh osteoklas dan penguncian dan pengeluaran ion
kalsium dari matriks tulang oleh osteoblas. ] Pada keadaan konsentrasi ion kalsium dibawah
kisaran (kadar) normal dalam cairan ekstrasel (<8,5 mg/dl), organ intestinal dengan kalsitriol
akan berupaya menigkatkan absorpsi kalsium dari ekstrasel. Ginjal kemudian
mempertahankan ion kalsium agar tidak keluar bersama urine sehingga kadar ion kalsium
dalam ekstrasel dapat tetap stabil. Tulang membantu kadar peningkatan konsentrasi ion
kalsium ini dengan mekanisme penigkatan simulasi pelepasan dan penyimpanan ion kalsium
oleh osteoklas tulang. Vitamin D, mempengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin
dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang seperti yang terlihat pada kadar
hormone paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada vitamin D, hormone paratiroid tidak akan
menyebabkan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu kalsifikasi
tulang, antara lain dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.
Estrogen menstimulasi osteoblas. Penurunan estrogen setelah menopause mengurangi
akrtivitas osteoblastik, yang menyebabkan penurunan matriks organic tulang. Umumnya,
kalsifikasi tulang tidak terpengaruh oleh osteoporosis yang terjadi pada wanita sebelum usia
65 tahun. Akan tetapi, berkurangnya matriks organiklah yang merupakan penyebab
osteoporosis. ANATOMI SENDI Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada tiga tipe sendi sebagai berikut : 1. Sendi fibrosa
(sinartrodial) merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi fibrosa tidak memiliki
lapisan tulang rawan. Tulang yang satu dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan
penyambung fibrosa. Salah satu contohnya adalah sutura pada tulang-tulang tengkorak.
Contoh yang kedua sindemosis yang terdiri dari suatu membrane interoseus atau ligamen
diantara tulang. Serat-serat ini me memungkinkan sedikit gerakan, tetapi bukab gerakan
sejati. Perlekatan tulang dan tibia dan fibula bagian distal adalah contoh tipe fibrosa ini. 2.
Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Sendi
kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan hialin,
disokong oleh ligament, dan hanya dapat sedikit bergerak. Tipe sendi kartilaginosa sebagai
berkut : - Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang diliputi oleh tulang rawan hialin, sendi-sendi
kondral, adalah contoh sinkondrosis - Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki
hubungan fibrokartilago dan selapis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.
Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contohnya 3. Sendi sinovial
(diartrodial) merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas sendi ini memiliki rongga
sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin. Kapsul sendi terdiri dari selaput
penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung
berpembuluh darah banyak, serta sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi
seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas
melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan sendi secara
penuh. Lapisan-lapisan bursa diseluruh persendian membentuk sinovium. Peristeum tidak
melewati kapsul sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna.
Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relative kecil (1-3ml). Hitung sel darah putih
pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama sel-sel monokuler. Asam
hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas visikositas cairan sinovial dan
disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial juga bertindak
sebagai nutiris bagi tulang rawan sendi. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang
menanggung beban tubuh pada sendi sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting
dalam membagi besar bagian tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar
subntansi dasar. Subtansi dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang
dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi
sangat hdrofilik sehingga memungkinkan tulang rawan tersebut mampu menahan kerusakan
sewaktu sendi menerima beban yang berat Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak
mendapat aliran darah, limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme dibawa
oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan
pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah. Beberapa
kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa.
Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan ini berarti
tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban
sangat berat. Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan hidrostatik yang terjadi
pada cairan intertisial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan
mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan
pergeseran sendi kedepan mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak ke belakang
kembali kebagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-
tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah selam gerakan selaput cairan ini. Selama
terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus meskipun terlalu banyak
digerakkan. Aliran darah ke sendi banyak menuju sinovium. Pembuluh darah mulai masuk
melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal dibagian
sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan di
dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat
menonjol karena di sonovium karena di daerah tersebut banyak mendapat aliran darah dan
juga terdapat banyak sel mast dan sel lain serta zat kimia yang secara dinamis berinteraksi
untuk merangsang dan memperkirakan respons peradangan. Saraf otonom dan sensorik
tersebar luas pada ligament, kapsul sendi, dan sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk
memberi sensivitas pada struktur-struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung
saraf pada kapsul, ligament, dan adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap
peregangan dan perpurtaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung
difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf perifer yang menyebrangi
sendi. Ini berarti nyeri dari satu sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi lainnya misalnya
nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut. JARINGAN
PENYAMBUNG Jaringan yang ditemukan adalah pada sendi dan daerah yang berdekantan
terutama adalah jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua
macam sel yang ditemukan pada jaringan penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan
tetap berada pada jaringan penyambung (seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit,
leukosit polimorfonuklear). Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi imunitas dan
peradangan yang terlihat pada penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam jaringan
(sepertin fibroblast, kondrosit, dan osteoblas). Sel-sel ini menyintesis berbagai macam serat
dan proteoglikan dari subtansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan penyambung memiliki
susunan sel yang tersendiri. Serat-serta yang terdapat di dalam subtansi dasar adalah kolagen
dan elastin. Setidaknya terdapat 11 bentuk kolagen yang dapat diklasifikasikan menurut
rantai molekul, lokasi dan fungsinya. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase.
Enzim proteolitik ini membuat molekul stabil dan berubah menjadi molekul tidak stabil pada
suhu fisiologis dan selanjutnya dihidroslisis oleh proses lain. Perubahan sintesis kolagen
tulang rawan terjadi pada orang-orang yang usianya semakin lanjut. Peningkatan aktivitas
kolagenase terlihat pada bentuk penyakit reumatik yang diperantarai imunitas, seperti artritirs
reumatoid. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat ini terdapat dalam
ligament, dinding pembuluh darah besar, dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim yang
disebut elatase. Elatase dapat menjadi penting pada proses pembentukan arteriosclerosis dan
emfisema. Ada bukti-bukti yang menunjukan bahwa perubahan sistem kardiovaskuler karena
penuaan, dapat terjadi akibat peningkatan pemecahan serat elastin. Selain serat, proteoglikan
adalah zat yang penting yang ditemukan dalam subtansi dasar. Proteoglikan adalah molekul
besar terbuat dari rantai polisakarida yang panjang yang melekat pada pusat polipeptida.
Proteoglikan pada tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi sehingga sendi dapat
menahan beban fisik yang berat. Hubungan antara proteoglikan dengan proses imunologi dan
peradangan adalah kompleks. Limfokin dapat menginduksi sel-sel jaringan penyambung
untuk memproduksi proteoglikan baru, menghambat produksi, atau meningkatkan
pemecahan proteoglikan. Proteoglikan dapat menjadi focus aksi autoimun pada gangguan
seperti arthritis reumatoid. Pertambahan usia mengubah proteoglikan di dalam tulang rawan
proteoglikan ini akan kurang melekat satu dengan lainnya dan berinteraksi dengan kolagen.
Perubahan fungsional dan structural utama yang menjadi bagian dari proses penuaan normal
menyebabkan perubahan biokimia jaringan penyambung, dan terjadi terutama pada serat dan
proteoglikan.
Proses Pembentukan & Pertumbuhan Tulang - Rangka manusia terbentuk pada akhir
bulan kedua atau awal bulan ketiga pada waktu perkembangan embrio. Tulang yang
terbentuk mula-mula adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal dari jaringan mesenkim
(jaringan embrional). Sesudah kartilago terbentuk, rongga yang ada di dalamnya akan terisi
oleh osteoblas.
Sel-sel osteoblas terbentuk secara konsentris yaitu dari dalam keluar. Setiap sel melingkari
pembuluh darah dan serabut saraf yang membentuk sistem Havers. Substansi di sekitar tulang
disebut matriks tulang, tersusun atas senyawa protein. Selanjutnya terjadi pengisian kapur
dan fosfor sehingga matriks tulang menjadi keras. Pengerasan tulang disebut osifikasi.
Proses pertumbuhan tulang manusia dimulai sejak janin berusia delapan minggu sampai
umur kurang lebih 25 tahun, bahkan lebih dari itu masih terjadi pembentukan tulang.
Perhatikan Gambar 4.12. Urutan proses pembentukan tulang (osifikasi) sebagai berikut.
a. Tulang rawan pada embrio mengandung banyak osteoblas, terutama pada bagian tengah
epifisis dan bagian tengah diafisis, serta pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan.
b. Osteosit terbentuk dari osteoblas, tersusun melingkar membentuk sistem Havers. Di tengah
sistem Havers terdapat saluran Havers yang banyak mengandung pembuluh darah dan
serabut saraf.
c. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang. Setelah
mendapat tambahan senyawa kalsium dan fosfat tulang akan mengeras.
d. Selama terjadi penulangan, bagian epifisis dan diafisis membentuk daerah antara
yang tidak mengalami pengerasan, disebut cakraepifisis. Bagian ini berupa tulang rawan
yang mengandung banyak osteoblas.
f. Di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoblas yang merusak tulang sehingga
tulang menjadi berongga kemudian rongga tersebut terisi oleh sumsum tulang.
ANATOMI TULANG
2. JENIS-JENIS TULANG
Ketika kita masih bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita beranjak dewasa
beberapa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga akhirnya menjadi 206 tulang. Dari
206 tulang ini terdapat beberapa jenis tulang. Jenis-jenis tulang ini ada yang dibedakan
berdasarkan matriksnya dan ada yang berdasarkan jaringan dan sifat fisik (keras tidaknya)
tulang. Untuk mengetahui lebih lanjut pelajari jenis-jenis tulang di bawah ini.
1. Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a.1. Tulang rawan hialin: tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung
serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat kita temukan pada laring,
trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung
dan rangka janin.
a.2. Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang rawan
elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada telinga) dan laring.
a.3. Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat
kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku. Tulang ini dapat kita
temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang
pubis. Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan
anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan beberapa tempat, yaitu cuping
hidung, cuping telinga, antar tulang rusuk (costal cartilage) dan tulang dada, sendi-sendi
tulang, antarruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.
3. STRUKTUR TULANG
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material
yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel
pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan
tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan
nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
4. TERMINOLOGI TULANG
Digunakan istilah khusus (nomenklatur) untuk menamai masing-masing bagian stuktur
tubuh. istilah dari bahasa latin dan yunani adalah Nomenklatur Regional. Istilah anatomi
untuk bangunan utama tubuh : kepala (caput), wajah (facies), leher (collum), badan (truncus),
anggota badan (membrum)
POSISI ANATOMIS
Posisi spesifik dari tubuh untuk keperluan/ memudahkan dilakukan deskripsi tubuh. Posisi
tidur /telentang (supine), miring atau telungkup (prone), tetap mengacu pada posisi anatomi.
Posisi Anatomi : berdiri tegak, mata lurus ke depan, lengan di samping, kedua telapak tangan
hadap depan dengan ibu jari mengarah ke samping badan, kaki dengan mata kaki berhimpit,
telapak kaki, ibu jari kaki ke depan, tidak ada bagian tulang panjang yang menyilang, bagian
kanan & kiri merujuk pada sisi kanan dan kiri subyek yang diamati.
Terminologi Gerakan :
1. Fleksi : penekukan/ pengurangan sudut; Dorsofleksi ; pleksi kaki ke arah dorsal,
plantar fleksi ; fleksi ke arah plantar
2. Ekstensi : pelurusan/penambahan sudut
3. Abduksi: gerakan menjauhi bidang median
4. Adduksi : gerakan ke arah bidang median
5. Rotasi: mengelilingi aksis panjang, khusus ekstrimitas ; endorotasi = rotasi medial
dan eksorotasi = rotasi lateral
6. Sirkumduksi: gerakan memutar dengan puncak kerucut, kombinasi fleksi, ekstensi,
abduksi adduksi
7. Eversi : gerakan telapak kaki menjauhi bidang median, gerakan waktu permukaan
lat diangkat
8. Inversi : gerakan telapak kaki ke arah bidang median
9. Supinasi: gerakan memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap anterior
10. Pronasi: gerakan memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap posterior
11. Protrusi : gerakan ke anterior
12. Retrusi: gerakan ke posterior
13. Protraksi: gerakan menggerakkan bahu ke anterior
14. Retraksi: menarik bahu ke posterior
15. Opposisi: gerakan ujung jari tangan ke ujung jari lainnya
16. Reposisi: gerakan jari tangan kembali ke posisi anatomis
17. Elevasi: gerakan mengangkat atau menaikkan bahu
18. Depresi: gerakan menurunkan atau mengerakkan bahu ke bawah
1. Tulang Spongiosa atau tulang seperti spons (L. cancello = membuat kisi-kisi) Tulang ini
terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L. singkatan dari
trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk
membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh
sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon
(busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
2. Tulang Kompakta
Tulang yang membentuk masa yang padat tanpa terlihat ruangan. Pars kompakta teksturnya
halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak
mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat
dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan
dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak
mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
A. PERIOSTEUM
Terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblast. Berkas serat kolagen periosteum
yang disebut serta Sharpey, memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada
tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak mengandung sel, terdiri atas sel-sel
mirip fibroblast yang disebut sel osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melauli
mitosis dan berkembang menjadi osteoblas
B. ENDOSTEUM
Endosteum melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel
osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karenanya endosteum lebih tipis
daripada periosteum.
Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah member nutrisi kepada jaringan tulang
dan menyediakan osteoblas baru secara kontinu untuk memperbaiki pertumbuhan tulang.
b. Osteosit
merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa
bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk
ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-
tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa
kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam
sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan
melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-
ion di antara osteosit yang berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel
osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau
osteoklas. Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian
nutrisi pada tulang.
c. Osteoklas
merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti
sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam tahun
1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang.
Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan
jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas
terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled
border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat
mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim
proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses
persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari
permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b).
resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari
pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi
pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.Osteoklas merupakan sel fagosit yang
mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu
memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit
makrofag.
d. Sel osteoprogenitor
merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast selama
pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal
menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam
penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar
tulang kompak yang kaku dan padat.
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan
pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti, namun disini akan
dibahas garis besarnya.
Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari proses metabolisme kalsium dan fosfat. Bahan-
bahan mineral yang akan diendapkan semula berada dalam aliran darah. Osteoblas berperan
dalam mensekresikan enzim alkali fosfatase. Dalam keadaan biasa, darah dan cairan jaringan
mengandung cukup ion fosfat dan kalsium untuk pengendapan kalsium Ca3(PO4)2 apabila
terjadi penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-ion tersebut diperoleh dari
pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal tersebut juga dapat diperoleh dari
pengaruh hormone parathyreoid dan pemberian vitamin D atau pengaruh makanan yang
mengandung garam kalsium tinggi.
Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi yang agak asam
lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada Ca3(PO4)2. Karena CaHPO4 lebih
mudah larut, maka untuk mengendapkannya dibutuhkan kadar fosfat dan kalsium yang lebih
tinggi daripada dalam kondisi alkali untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang dapat
larut.
Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan khondrosit
hipertrofi disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan melepaskan fosfat dari senyawa
organik yang ada di sekitarnya.
Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti pengendapan, sehingga
kristal-kristal kalsium akan tersusun sepanjang serabut.
Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya, karena tulang akan dapat
tumbuh membesar dengan cara menambah jaringan tulang baru dari permukaan luarnya
yang dibarengi dengan pengikisan tulang dari permukaan dalamnya.
Resorpsi tulang yang sangat erat hubungannya dengan sel-sel osteoklas, mencakup
pembersihan garam mineral dan matriks organic yang kebanyakan merupakan
kolagen. Dalam kaitannya dengan resorpsi tersebut terdapat 3 kemungkinan :
osteoklas bertindak primer dengan cara melepaskan mineral yang disusul dengan
depolimerisasi molekul-molekul organic,
osteoklas menyebabkan depolimerisasi mukopolisakarida dan glikoprotein sehingga garam
mineral yang melekat menjadi bebas,
sel osteoklas berpengaruh kepada serabut kolagen
Rupanya, cara yang paling mudah untuk osteoklas dalam membersihkan garam mineral
yaitu dengan menyediakan suasana setempat yang cukup asam pada permukaan kasarnya.
Bagaimana cara osteoklas membuat suasana asam belum dapat dijelaskan. Perlu pula
dipertimbangkan adanya lisosom dalam sitoplasma osteoklas yang pernah dibuktikan.
Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu osteogenesis desmalis dan
osteogenesis enchondralis. Keduanya menyebabkan jaringan pendukung kolagen primitive
diganti oleh tulang, atau jaringan kartilago yang selanjutnya akan diganti pula menjadi
jaringan tulang. Hasil kedua proses osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang
selanjutnya akan mengalami remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi untuk membentuk
tulang dewasa yang tersusun dari lamella tulang. Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang
terjadi pada rasio yang jauh lebih kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi karena
fungsi dan untuk mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan tulang ini diatur oleh
hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.
Osteogenesis Desmalis
Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis intramembranosa, karena terjadinya
dalam membrane jaringan. Tulang yang terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal.
Yang mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang atap tengkorak.
Mula-mula jaringan mesenkhim mengalami kondensasi menjadi lembaran jaringan pengikat
yang banyak mengandung pembuluh darah. Sel-sel mesenkhimal saling berhubungan melalui
tonjolan-tonjolannya. Dalam substansi interselulernya terbentuk serabut-serabut kolagen
halus yang terpendam dalam substansi dasar yang sangat padat.
Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan tulang yaitu matriks yang
terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh darah yang berdekatan. Oleh karena di daerah yang
akan menjadi atap tengkorak tersebut terdapat anyaman pembuluh darah, maka matriks
yang terbentuk pun akan berupa anyaman. Tempat perubahan awal tersebut dinamakan
Pusat penulangan primer.
Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang memulai
sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid kemudian bertambah sehingga berbentuk lempeng-
lempeng atau trabekulae yang tebal. Sementara itu berlangsung pula sekresi molekul-molekul
tropokolagen yang akan membentuk kolagen dan sekresi glikoprotein.
Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas tersebut disusul oleh proses pengendapan
garam kalsium fosfat pada sebagian dari matriksnya sehingga bersisa sebagai selapis
tipis matriks osteoid sekeliling osteoblas.
Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam dalam matriks yang
mengapur sehingga sel tersebut dinamakan osteosit. Antara sel-sel tersebut masih terdapat
hubungan melalui tonjolannya yang sekarang terperangkap dalam kanalikuli. Osteoblas yang
telah berubah menjadi osteosit akan diganti kedudukannya oleh sel-sel jaringan pengikat di
sekitarnya. Dengan berlanjutnya perubahan osteoblas menjadi osteosit maka trabekulae
makin menebal, sehingga jaringan pengikat yang memisahkan makin menipis. Pada bagian
yang nantinya akan menjadi tulang padat, rongga yang memisahkan trabekulae sangat sempit,
sebaliknya pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang berongga, jaingan pengikat yang
masih ada akan berubah menjadi sumsum tulang yang akan menghasilkan sel-sel darah.
Sementara itu, sel-sel osteoprogenitor pada permukaan Pusat penulangan mengalami mitosis
untuk memproduksi osteoblas lebih lanjut
Osteogenesis Enchondralis
Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder di daerah epiphysis, maka
teradapatlah sisa – sisa sel khondrosit diantara epiphysis dan diaphysis. Sel – sel tersebut
tersusun bederet –deret memanjang sejajar sumbu panjang tulang. Masing – masing deretan
sel kartilago dipisahkan oleh matriks tebal kartilago, sedangkan sel –sel kartilago dalam
masing – masing deretan dipisahkan oleh matriks tipis. Jaringan kartilago yang
memisahkan epiphysis dan diaphysis berbentuk lempeng atau cakram sehingga dinamakan
Discus epiphysealis.
Sel –sel dalam masing – masing deretan tidak sama penampilannya. Hal ini disebabkan
karena ke arah diaphysis sel – sel kartilago berkembang yang sesuai dengan perubahan –
perubahan yang terjadi pada pusat penulangan. Karena perubahan sel –sel dalam setiap deret
seirama, maka discus tersebut menunjukan gambaran yang dibedakan dalam daerah – daerah
perkembangan.
1. Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel – sel gepeng.
2. Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah besar.
3. Zona hypertrophy : sel –sel membesar dan bervakuola.
4. Zona kalsifikasi : matriks cartílago mengalami kalsifikasi.
5. Zona degenerasi : sel – sel cartílago berdegenerasi diikuti oleh terbukanya lacuna sehingga
terbentuk trabekula.
Karena masuknya pembuluh darah, maka pada permukaan trabekula di daerah ke arah
diaphysis diletakan sel –sel yang akan berubah menjadi osteoblas yang selanjutnya akan
melanjutkan penulangan.
Dalam proses pertumbuhan discus epiphysealis akan semakin menipis, sehingga akhirnya pada
orang yang telah berhenti pertumbuhan memanjangnya sudah tidak deketemukan lagi.
Pertumbuhan tulang pipa selain memanjang melalui discus epiphysealis juga mengalami
pertambahan diameter dengan cara pertambahan jeringan tulang melalui penulangan oleh
periosteum lapisan dalam yang dibarengi dengan pengikisan jaringan tulang dari
permukaan dalamnya.
Dengan adanya proses pengikisan jaringan tulang ini, walau pun diameter tulang
bertambah namun ketebalannya tetap dipertahankan. Hal ini penting,karena tanpa
pengikisan,berat tulang akan bertambah terus sehingga mengganggu fungsinya.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-mula
pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang
sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan
tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada
bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel
tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya
zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan
menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari zat-
zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah
ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi
pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa
tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan
satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian
tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga
rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum
membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.
Di dalam tubuh kita tulang dapat berhubungan secara erat maupun tidak erat. Hubungan
antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya disebut artikulasi. Agar artikulasi
tersebut dapat bergerak diperlukan struktur khusus yang dinamakan dengan sendi. Sendi
dibentuk dari kartilago yang berada di daerah sendi.
Di dalam sistem rangka manusia terdapat tiga jenis hubungan antartulang, yaitu:
a.Suture
Suture adalah hubungan antartulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut ikat
padat. Contohnya pada tulang tengkorak.
b.Sinkondrosis
Sinkondrodis adalah hubungan antartulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin.
Contohnya hubungan antara epifisis dan diafisis pada tulang dewasa.
2.Amfiartrosis
Amfiartrosis adalah sendi yang dihubungkan oleh kartilago sehingga memungkinkan
untuk sedikit digerakkan.
Amfiartrosis dibagi menjadi dua, yaitu:
a.Simfisis
Pada simfisis, sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih. Contohnya pada
sendi antartulang belakang dan pada tulang kemaluan. b.Sindesmosis
Pada sindesmosis, sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen.
Contohnya sendi antartulang betis dan tulang kering.
3.Diartrosis
Diartrosis adalah hubungan antartulang yang kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh
jaringan sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan antartulang diartrosis ini sering
juga disebut sendi.
Contoh hubungan antartulang yang bersifat diartrosis adalah sebagai berikut:
a.Sendi engsel
Pada sendi engsel, kedua ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu. Gerakannya hanya
satu arah seperti gerak engsel pintu. Misalnya gerak sendi pada siku, lutut, mata kaki, dan
ruas antarjari.
b.Sendi pelana
Pada sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi seperti pelana dan berporos dua,
tetapi dapat bergerak lebih bebas seperti orang naik kuda. Misalnya sendi antara tulang
telapak tangan dengan pergelangan tangan.
c.Sendi putar
Pada sendi ini, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk
seperti ini memungkinkan gerakan rotasi dengan satu poros. Misalnya sendi antara tulang
hasta dan pengumpil, dan sendi antara tulang atlas dengan tulang tengkorak. d.Sendi
luncur/Geser
Pada sendi luncur, kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan
menggeser dan tidak berporos. Contohnya sendi antartulang pergelangan tangan, antar
tulang pergelangan kaki, antar tulang selangka dan tulang belikat. e.Sendi peluru
Pada sendi ini, kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini
memungkinkan gerakan bebas ke segala arah dan berporos tiga. Misalnya sendi antara
tulang gelang bahu dan lengan atas, dan antara tulang gelang panggul dan paha. f.Sendi
kondiloid/ ellipsoid
Sendi kondiloid memungkinkan gerakan berporos dua dengan gerakan ke kiri dan ke kanan,
ke depan dan ke belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk ke dalam suatu
lekuk berbentuk elips. Misalnya sendi antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan
tangan.
b.Rangka Apendikuler
Rangka apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak. Rangka apendikuler
terdiri atas bahu, tulang-tulang tangan, telapak tangan, panggul, tungkai, dan telapak
kaki. Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak, tangan dan kaki.