Anda di halaman 1dari 25

SISTEM TRANSPORTASI II

REVIEW 5 JURNAL
BERKAITAN DENGAN PERENCANAAN TRANSPORTASI
KHUSUS TENTANG TATA GUNA LAHAN TERHADAP
PERENCANAAN TRANSPORTASI

Oleh:

I GEDE DENDI

1761121104

C3

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2018/2019
Judul : PENERAPAN KONSEP INTERAKSI TATA GUNA
LAHAN SISTEM TRANSPORTASI DALAM
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN
TRANSPORTASI.
Jurnal : PWK – 34.
Volume & Halaman : Vol.8,No3/Juli1997.
Tahun : 1997.
Penulis : Ofyar Z. Tamin dan Russ Bona Frazilia.
1. Perumusan Masalah
Dalam perencanaan suatu sistrm jaringan transportasi hendaknya di
pertimbangkan factor yang sangat mempengaruhi system antara lain
karaktaristik permintaan, tata guna lahan serta kondisi yang ada di suatu
daerah.
2. Tujuan Penelitian
Untuk penerapan jaringan jalan raya yang tidak sesuai dengan tata guna lahan,
kataristik permintaan, kondisi daerah setempat, serta tidak melalui suatu
perencanaan yang baik sering menimbulkan masalah yang suliy di tanggulangi.
3. Ringkasan Materi
Transportasi merupakan hal yang kompleks terkait pembangunan yang
pastinya memiliki berbagai permasalahan. Masalah transportasi atau
perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang
telah maju (developed) dan juga oleh negara-negara yang sedang berkembang
(developing) seperti Indonesia baik di bidang transportasi perkotaan (urban)
maupun transportasi antar kota (regional). Terciptanya suatu sistem transportasi
atau perhubungan yang menjamin pergerakan manusia dan/atau barang secara
lancar, aman, cepat, murah dan nyaman merupakan tujuan pembangunan di
sektor perhubungan (transportasi).

Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang


sangat luas, sangat dirasakan kebutuhan adanya suatu sistem transportasi
(perhubungan) yang efektif dalam arti murah, lancar, cepat, mudah teratur dan
nyaman baik untuk pergerakan manusia dan/atau barang. Setiap tahap
pembangunan sangat memerlukan sistem transportasi yang efisien sebagai salah
satu prasyarat guna kelangsungan dan terjaminnya pelaksanaan pembangunan
tersebut. Salah satu komponen penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi
adalah jaringan prasarana dasar, dalam hal ini prasarana sistem jaringan
transportasi.
Sejak Pembangunan Jangka Panjang I (PJP I) sampai sekarang
pembangunan prasarana jalan raya mendapat prioritas utama, karena dengan
memadai maka kegiatan ekonomi akan dapat bertumbuh kembang sesuai dengan
yang diharapkan. Sistem transportasi mana yang sesuai untuk diterapkan pada suatu
daerah tergantung kondisi fisik/alami wilayah yang bersangkutan maupun kondisi
sosial-ekonomi, sektor pembangunan yang ada serta potensi lainnya yang dimiliki
oleh daerah tersebut. Dalam membuat perencanaan suatu sistem jaringan
transportasi hendaknya dipertimbangkan faktor yang sangat mempengaruhi sistem
antara lain karakteristik permintaan, tata guna lahan serta kondisi yang ada di suatu
daerah.
Pendalaman dilakukan dengan pendekatan secara sistem dimana sistem
transportasi (makro) sebenarnya terdiri dari beberapa sistem transportasi mikro
yang saling terkait dan saling mempengaruhi.
Sistem mikro tersebut adalah:
a. Sistem Kegiatan
b. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
c. Sistem Pergerakan Lalulintas
d. Sistem Kelembagaan
Sistem Kegiatan mempunyai tipe kegiatan tertentu yang akan ‘membangkitkan’
pergerakan (generation) dan akan ‘menarik’ pergerakan (attraction). Sistem
tersebut merupakan sistem pola kegiatan tata guna tanah berupa kegiatan sosial,
ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain.
Ketiga sistem mikro ini saling berinteraksi satu dengan yang lainnya yang
terkait dalam suatu sistem transportasi makro. Untuk menjamin terwujudnya suatu
sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah dan sesuai dengan
lingkungannya, terdapat Sistem Kelembagaan yang terdiri beberapa individu,
kelompok, lembaga, instansi pemerintah serta swasta yang terlibat dalam masing-
masing sistem mikro tersebut. Di Indonesia sistem kelembagaan (instansi) yang
berkaitan dengan masalah transportasi adalah:
Sistem Kegiatan : BAPPENAS, BAPPEDA, BANGDA, PEMDA
Sistem Jaringan : Departemen Perhubungan (Darat, Laut, Udara), Bina Marga
Sistem Pergerakan : DLLAJ, Organda, Polantas, masyarakat

Gambar 1. Sistem Transportasi Makro


Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktifitas seperti: industri,
parawisata, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan lain-lain. Aktifitas ini
mengambil tempat pada sepotong tanah (industri, sawah, tambang, perkotaan,
daerah parawisata dan lain-lain). Dalam pemenuhan kebutuhan, manusia
melakukan perjalanan antara tata guna tanah tersebut dengan menggunakan sistem
jaringan transportasi. Hal ini akan menyebabkan timbulnya pergerakan arus
manusia, kendaraan dan barang.
Sasaran umum dari perencanaan transportasi adalah membuat interaksi
menjadi semudah dan seefisien mungkin. Sebaran geografis antara tata guna tanah
(sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem
jaringan) digabung bersama untuk mendapatkan volume dan pola lalulintas (sistem
pergerakan). Volume dan pola lalulintas pada jaringan transportasi akan
mempunyai efek feedback atau timbal balik terhadap lokasi tata guna tanah yang
baru dan perlunya peningkatan prasarana. Hubungan dasar antara Sistem Kegiatan,
Sistem Jaringan dan Sistem Pergerakan disatukan dalam beberapa urutan konsep.
Konsep inilah yang dijadikan dasar peramalan kebutuhan pergerakan yang bersama
dengan kondisi jaringan dapat diketahui kinerja dari jaringan jalan bersangkutan.
Konsep perencanaan transportasi biasanya dilakukan secara berturut sebagai
berikut:
a. Aksesibilitas : suatu ukuran potensial atau kesempatan untuk melakukan
perjalanan. Konsep ini dapat digunakan untuk mengalokasikan problem
yang terdapat dalam sistem transportasi dan mengevaluasi solusi-solusi
alternatif.
b. Pembangkit Lalulintas : bagaimana perjalanan dapat dibangkitkan oleh tata
guna tanah.
c. Sebaran Pergerakan : bagaimana perjalanan tersebut disebarkan secara
geografis di dalam daerah perkotaan.
d. Pemilihan Moda Transportasi : menentukan faktor yang mempengaruhi
pemilihan moda transportasi untuk suatu tujuan perjalanan tertentu.
e. Pemilihan Rute : menentukan faktor yang mempengaruhi pemilihan rute
antara zona asal dan tujuan. Hal ini diperuntukkan khusus untuk kendaraan
pribadi.
f. Hubungan antara Waktu, Kapasitas dan Arus Lalulintas : waktu tempuh
perjalanan akan sangat dipengaruhi oleh kapasitas ruas jalan yang ada dan
jumlah arus lalulintas yang menggunakannya. (Tamin & Bona, 1997)
4. Metedeologi Penenelitian
 Studi kasus jawa timur.
Luas wilayah propinsi wilayah jawa timur adalah 47.921 km2 yang di
bagi ke dalam 37 Daerah Tingkat II, 29 Daerah tingkat II Kabupaten,
dan 8 Daerah tingkat II Kota madya. Propinsi Jawa Timur merupakan
propinsi yang cukup besar dengan penduduk yang cukup padat dan
mempunyai pertumbuhan ekonomi pada sektor yang dapat di katakan
mewakili (pertanian, industri , pertambangan, pariwisata dan jasa).
Propinsi ini juga menjadi cukup dominan karena merupakan salah satu
pintu menuju Indonesia bagia timur. Oleh karena itu Propinsi jawa timur
mempunyai posisi yang penting dalam konteks nasioal sebgai
pendukung utama ibukota nasional.
 Pembetukan Data Base Jaringan
Data base jaringan jawa timur d perlukan adalah :
a. Data simpul, berupa nomor kode dan jenis simpul (Centroid/Node)
b. Dat Ruas (yang menghubungkan dua simpul), berupa panjang,
kecepatan arus bebas(free flow speed), kapasitas, kode, jenis ruas,
tarif dan arah.
Data base jaringan jalan propinsi jawa timur untuk penelitian terdiri dari
170 simpul dan 454 ruas

Terlihat pada gambar diatas bahwa pada jringan pada tahun 2015
sebagian besar dari sistem jaringan jalan yang ada sudah sangat
membutuhkan dana yang sangat besar. Hal ini akan semakin parah pada
tahun 2030 di mana hampir seluruh jaringan primer (arteri dan kolektor)
di propinsi jawa timur membutuhkan pelebaran jalan.
5. Kesimpulan
1. Perencanaan transportasi yang mengikut sertakan potensi wilayah/ tata
guna lahan dalam perhitungannya merupakan metode yang lebih cocok
terutama perencanaan strategis yang harus mengevaluasi suatu rencana
jaringan yang di perkirakan memiliki dampak luas terhadap prilaku
pemilihan rute di dalam jaringan dan seringkali bersifat perencanaan
jangka panjang.
2. Jaringan pada tahun 2015 sebagian besar dari sistem jaringan jalan yang
ada sudah sangat membutuhkan dana yang sangat besar. Hal ini akan
semakin parah pada tahun 2030 di mana hampir seluruh jaringan primer
(arteri dan kolektor) di propinsi jawa timur membutuhkan pelebaran
jalan
6. Kelebihan dan kekurangan jurnal
Kelebihan dari jurnal ini adalah pendekatan yang digunakan dalam
penentuan sistem transportasi didasarkan pada penggunaan lahan dan potensi
wilayah sehingga dapat merencanakan transportasi jangka panjang.

Sedangkan kekurangannya adalah pembuatan peta yang tidak sesuai dengan


kaidah kartografis dengan adanya unsur-unsur yang tidak dicantumkan, hal tersebut
mengakibatkan kesulitan dalam analisis. Secara keseluruhan jurnal ini mampu
menjelaskan keterkaitan antara penggunaan laha dengan perencanaan sistem
jaringan transportasi berdasarkan aspek dan pendekatan yang dilakukan. Penerapan
jurnal cocok dilakukan di indonesia dimana penggunaan lahan yang bervariasi antar
wilayah maupun antar pulau sehingga perbedaan antara wilayah satu dengan yang
lain dapat dioptimalkan dengan perencanaan transportasi menggunakan konsep
interaksi penggunaan lahan (Giyarsih, 2010).
Judul :PENGARUH GUNA LAHAN DAN POLA
PERGERAKAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN
JALAN DI SEKITAR BANDARA SOEKARNO HATTA.
(LAND USE AND MOVEMENT PATTERNS INFLUENCE
AGAINST ROAD SERVICE LEVEL AROUND SOEKARNO
HATTA AIRPORT.)
Jurnal : Jurnal Arsitektur
Volume & Halaman : Volume 15/ Nomor 1
Tahun : 2015
Penulis : Riska Damayanti, Dedes Nur Gandarum & Jimmy S.
Juwan
1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang coba di angkat peneliti adalah adanya perbedaan
tingkat pelayanan jalan sebagai akses langsung di sekitar Bandara Soekarno Hatta.
2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh dari fungsi lahan terhadap pola pergerakan yang
berhubungan langsung dengan tingkat pelayanan jalan di kawasan sekitar Bandara
Soekarno Hatta.
3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan yang akan diajukan dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana hubungan pola pergerakan dengan tingkat pelayanan jalan
2. Bagaimana tata guna lahan dan pola pergerakan mempengaruhi tingkat
aksesibilitas di sekitar kawasan Bandara
4. Ringkasan Materi
Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu masalah yang dihadapi pada
akses pencapaian sekitar Bandara Soekarno Hatta. Fenomena hambatan samping
pada akses non-Toll sekitar Bandara Soekarno Hatta perlu diidentifikasi guna
memperoleh gambaran aktual pengaruhnya pada kemacetan, atau menurunnya
kinerja jalan. Perpaduan dan kombinasi dari faktor-faktor guna lahan dan kinerja
jalan akibat pola pergerakan yang terjadi merupakan potensi penyebab kemacetan
pada ruas jalan di sekitar Bandara. Dengan latar belakang kondisi faktual tersebut
maka perlu dilakukan studi yang mengkaji kinerja jalan, khususnya yang
disebabkan oleh hambatan samping (pergerakan) sebagai pengaruh dari
penggunaan lahan disekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
pengaruh pola penggunaan lahan terhadap pola pergerakan pada kawasan sekitar
Bandara Soekarno Hatta.
a. Tata Guna Lahan
Jayadinata (1992: 101) mengemukakan bahwa tata guna tanah perkotaan
menunjukan pembagian dalam ruang dan peran kota. Penggunaan lahan dapat
diartikan juga sebagai wujud atau bentuk usaha kegiatan, pemanfaatan suatu
bidang tanah pada suatu waktu (Jayadinata, 1992).
b. Jaringan Prasarana Jalan
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan menjadi:
1. Jalan arteri.
2. Jalan kolektor.
3. Jalan lokal dan.
4. Jalan lingkungan.
c. Pola Pergerakan
Pergerakan terbentuk akibat adanya aktifitas yang dilakukan bukan di tempat
tinggalnya. Artinya keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah berperan dalam
menciptakan perjalanan dan pola sebaran tata guna lahan sangat mempengaruhi
pola perjalanan orang (Tamin, 1997).
d. Hambatan Samping.
Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu-lintas dari
aktivitas samping segmen jalan.
Tabel1: Kelas Hambatan Samping
untuk Jalan Perkotaan
Kelas Hambatan
Kode
Samping
Sangat rendah VL
Rendah L
Sedang M
Tinggi H
Sangat tinggi MH
(MKJI,1997)
e. Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat pelayanan (level of service, LOS) adalah suatu ukuran kualitatif yang
menjelaskan kondisi-kondisi operasional di dalam suatu aliran lalu lintas dan
persepsi dari pengemudi dan penumpang terhadap kondisi-kondisi tersebut.
f. Hubungan Guna Lahan, Pola Pergerakan dan Tingkat Pelayanan Jalan
Kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi. Bila
akses transportasi kesuatu ruang kegiatan diperbaiki, ruang kegiatan tersebut
menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih berkembang. Tingkat Pelayanan
Jalan (level of service) menunjukkan ukuran kualitas suatu jalan
(mempertimbangkan faktor kenyamanan dan geometrik jalan), dan digunakan
sebagai ukuran untuk membatasi volume lalu lintas suatu jalan (Tamin, 2000).
5. Metedeologi Penenelitian
 Variabel pola pergerakan

Gambar 9. Kondisi Jenis Tundaan TetapBerupa Traffic Light

 Variabel tingkat pelayanan

Gambar 10. Diagram Tingkat Pelayanan Jalan pada Waktu Sibuk dan
Waktu Biasa
Terlihat bahwa pada jam sibuk kecepatan hanya berkisar anatara 10 km-
30 km/jam, sedangkan pada jam biasa kecepatan dapat berkisar anatara
40-80 km/jam. Pada Gambar 10 Perbandingan paling mencolok adalah
pada jam sibuk jalan sering terhenti dan terdapat antrian panjang sebesar
19 kejadian, sedangkan pada jam biasa 0. Pada jam biasa arus stabil,
manuver rendah sebanyak 12 kejadian, sedangkan pada jam sibuk 0. Pada
jam biasa arus stabil, bebas manuver, bebas lajur sebanyak 6 kejadian,
sedangkan pada jam sibuk 0.
 Variabel tata guna lahan
Tabel3:Guna Lahan pada Lokasi Studi

FUNGSI LAHAN PRESENTASE Industri - Jasa -


Pertanian 6.67%
Hunian - Industri 3.33%
Hunian - Industri -
Hunian - Kantor 3.33% 6.67%
Jasa - Kantor
Hunian - Pertanian 10.00% Hunian - Industri -
10.00%
Hunian - Industri - 3.33% Jasa - Pertanian
Jasa Hunian - Industri -
Kantor - Pertanian 10.00%
Hunian - Industri -
3.33% Hunian - Jasa -
Kantor 13.33%
Hunian - Industri - Kantor -Pertanian
3.33% Hunian - Industri -
Pertanian 3.33%
Jasa - Kantor -
Hunian - Jasa - Kantor 3.33% Pertanian
Hunian - Jasa -
13.33%
Pertanian
Hunian - Kantor -
6.67%
Pertanian
6. Kesimpulan
1. Pada waktu jam sibuk, guna lahan tidak mempangaruhi secara signifikan
terhadap tingkat pelayanan pada akses pencapaian di sekitar Bandara
Soekarno Hatta.
2. Tingkat pelayanan dipengaruhi oleh tipe jalan, jumlah hambatan yang
dijumpai serta waktu tempuh pencapaian. Semakin banyak tipe jalan yang
dilewati dan jumlah hambatan yang dijumpai, maka tingkat pelayanan
akan semakin rendah dengan mengakibatkan arus tidak stabil dan
cenderung dipaksakan.
3. Pada waktu di luar jam sibuk, baik guna lahan maupun pola pergerakan
tidak mempengaruhi sama sekali terhadap tingkat pelayanan pada akses
pencapaian di sekitar Bandara Soekarno Hatta. Dari pengambilan data
yang di ambil dari waktu sibuk maupun waktu tidak sibuk dapat
disimpulkan pengguna jasa Bandara yang melewati jalan kolektor tidak
signifikan.
7. Kekurangan Jurnal
1. Perlunya prasarana jalan yang memadai sebagai akses pencapaian
langsung menuju Bandara
2. Perencanaan jalan agar sudah meramalkan adanya perubahan fungsi ruang
yang berdampak
Judul : PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN
TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI
KOTA KEPANJEN
Jurnal : JURNAL REKAYASA SIPIL
Volume & Halaman : Volume 9, No.2 – 2015 ISSN 1978 - 5658
Tahun : 2015
Penulis : Eddu Pandika1, Ludfi Djakfar2, Surjono3
1. Perumusan Masalah
Permasalahan lalu lintas sebagai dampak perubahan guna lahan yang
berpotensi menimbulkan bangkitan dan tarikan pergerakan baru di Kecamatan
Kepanjen.
2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pola pergerakan, kinerja jalan dan guna lahan eksisting.
b. Untuk memprediksikan dampak pemindahan ibukota kabupaten dan
perubahan guna lahan terhadap kinerja jalan di Kota Kepanjen.
c. Untuk mengetahui kebutuhan pengembangan jaringan jalan di Kecamatan
Kepanjen pasca pemindahan ibu kota kabupaten malang.
3. Ringkasan Materi
Interaksi guna lahan dan transportasi perlu diketahui untuk memahami
bagaimana sistem kegiatan (land use) mempengaruhi perubahan arus lalu lintas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pemindahan pusat
pemerintahan Kabupaten Malang menuju Kecamatan Kepanjen terhadap rencana
penyediaan jaringan jalan. Prediksi kondisi yang akan datang dilakukan dengan
metode pemodelan empat tahap (Four Step Modelling) menggunakan alat bantu
software Contram 5,09 untuk proses pembebanan jaringan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pelayanan jaringan jalan utama di Kota Kepanjen pada
tahun 2019 menurun menjadi E, terdapat tambahan pergerakan menuju lokasi pusat
perkantoran Jl. Trunojoyo dan Jl. Panji sebanyak 363 kendaraan/jam pada periode
puncak. Ke depan, perlu dilakukan kajian pembangunan jalan lingkar untuk
mendistribusikan beban lalu lintas yang ada dan mengalihkan lintas angkutan
barang sekaligus mengurangi mix traffic di kawasan perkotaan sehingga dapat
meningkatkan kinerja jalan dan factor keselamatan berkendara.

4. Metedeologi Penenelitian
Secara umum penelitian Pengaruh Perubahan Guna Lahan Terhadap
Penyediaan Jaringan Jalan di Kota Kepanjen dilaksanakan dalam beberapa tahapan
sesuai dengan tujuan penelitian sesuai bagan alir pada Gambar 1

5. Hasil Dan Pembahasan


 Lalu Lintas dan Pola Pergerakan
Diketahui bahwa tingkat pelayanan pada jam puncak sudah mendekati
0,75 (tingkat pelayanan C) pada ruas Jl. P.Sudirman, Jl. Talangagung dan
Jl. Kawi, ruas – ruas jalan ini merupakan jaringan penghubung koridor
utara – barat antara Kota Malang dan Kabupaten Blitar.
 Analisis Perwilayahan
Sesuai dengan batasan masalah penelitian ini prediksi bangkitan dan
tarikan hanya dikaji untuk peruntukan pusat pemerintahan,permukiman
dan pedagangan jasa. Kawasan terbangun perumahan mulai berkembang
di BWP Kepanjen dengan lokasi yang menyebar dan cenderung mengarah
ke bagian Selatan, Timur dan Barat dengan jumlah rumah permanen pada
tahun 2011 mencapai 22.244 buah.
 Prakiraan Parameter Model
Dengan mengacu pada rencana pemindahan instansi pemerintahan, data
jumlah pegawai dan hasil penelitian sebelumnya (Efendi,2012)
diperkirakan pusat pemerintahan akan diperkirakan akan menimbulkan
tarikan pergerakan sebesar 999 pergerakan pada tahun 2014 dan bertambah
lagi 363 pergerakan per hari pada tahun 2019 dengan sebaran perjalanan
diproporsikan terhadap sebaran jumlah penduduk masing – masing
kecamatan di Kabupaten Malang.
6. Kesimpulan
a. Untuk ruas akses keluar Kepanjen ke arah Kota Malang memiliki tingkat
pelayanan C dengan VCR 0,58 – 0,63.
b. Untuk ruas akses keluar Kepanjen ke arah Blitar memiliki tingkat
pelayanan C dengan VCR 0,65 - 0,67.

c. Tujuan perjalanan berbasis rumah tangga di Kecamatan Kepanjen


didominasi ke arah pusat kota Kepanjen (Zona 2) sebesar 45,2% dan
menuju Kota Malang (Zona 10) sebanyak 24,8%.
d. Asal perjalanan berbasis pergerakan eksternal didominasi dari arah
Blitar (Zona 7) sebesar 31,6% dan dari arah Kota Malang (Zona 10)
sebesar 44,9%.
e. Peningkatan tarikan ke kawasan Jl. Panji dan Jl. Trunojoyo sebesar 999
kendaraan pada tahun 2019 dan 363 kendaraan lagi pada tahun 2024
f. Peningkatan perjalanan berbasis rumah tangga akibat tambahan
permukiman sebesar 6702
pergerakan per hari pada tahun 2019 dan 5280 pergerakan per hari pada
tahun 2024.
7. Kekurangan Jurnal
a. Perlu dilakukan studi/penelitian lanjutan untuk mengetahui karakteristik
perjalanan berbasis rumah tangga di Kecamatan kepanjen.

b. Perlu dilakukam studi/penelitian untuk mengidentifikasi trase


potensial pengembangan jalan lingkar di Kecamatan kepanjen.
c. Bagi instansi terkait perlu dilakukan pengendalian penggunaan lahan
pada koridor rencana pembangunan jalan sekaligus upaya land
banking untuk menghindari kesulitas pengadaan lahan untuk
pembangunan jalan pada masa yang aakn datang.
d. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan
dalam prioritasi rencana pengembangan jaringan jalan sesuai pola
pergerakan yang ada.
e. Perlu dilakukan kajian kebijakan penyediaan angkutan umum
perkotaan (SAUM) untuk mengantisipasi berpindahnya jaringan lintas
ke jalan lingkar.
Judul : PENGARUH PEMANFAATAN TATA GUNA LAHAN
PADA KORIDOR PASE KOTA LHOKSEUMAWE
TERHADAP SISTEM TRANSPORTASI
Jurnal : JURNAL PORTAL, ISSN 2085-7454
Volume & Halaman : Volume 2 No. 1, April 2010, halaman: 16

Tahun : 2010
Penulis : Munardi

1. Perumusan Masalah
Pengaruh perubahan pemanfaatan lahan, khususnya di sekitar koridor Pase,
sangat mempengaruhi arus pergerakan sistem transportasi di sekitarnya.
2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh perubahan pemanfaatan tata guna lahan kota
pada Koridor Pase Kota Lhokseumawe terhadap sistem transportasi.
3. Ringkasan Materi
Di Kota Lhokseumawe, pengaruh perubahan pemanfaatan lahan, khususnya
di sekitar koridor Pase, sangat mempengaruhi arus pergerakan sistem transportasi
di sekitarnya. Fenomena lain, perkembangan kawasan pinggiran kota yang secara
fisik dicirikan dengan hampir dekatnya Kota Lhokseumawe dengan wilayah Keude
Cunda (fenomena mega urban) turut pula membebani arus pergerakan yang terjadi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggetahui aspek-aspek yang mempengaruhi
pemanfaatan lahan koridor Pase Kota Lhokseumawe terhadap sistem transportasi.
Survei kuisioner dilakukan terhadap penghuni kawasan koridor pase yang meliputi
Meunasah Kota, Keude Aceh, dan Mon Geudong dengan metode pengambilan
sampel simple random sampling. Identifikasi faktor pengaruh didapatkan dari
analisis terhadap aspek-aspek transportasi, lingkungan perumahan,
perdagangan/jasa, dan pendidikan berdasarkan nilai rerata aspek. Aspek
transportasi yang dijadikan variabel penelitian meliputi: aksesibilitas, kelancaran
lalulintas, lebar jalan, waktu perjalanan, keamanan. Aspek lingkungan perumahan
meliputi: aksesibilitas lingkungan perumahan. Aspek daerah perdagangan/jasa
meliputi: aksebilitas daerah perdagangan/jasa, kebisingan, parkir. Aspek
lingkungan pendidikan meliputi: aksesibilitas lingkungan pendidikan, kebisingan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh dari
perkembangan lahan terhadap sistem transportasi adalah variabel aksesibilitas.
4. Metedeologi Penenelitian
 Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi objek penelitian ini pada Kecamatan Banda sakti
tepatnya pada pusat Kota Lhokseumawe, terjadi perubahan pemanfaatan
tata guna lahan khususnya di sekitar Koridor Pase (Meunasah Kota, Keude
Aceh, Mon Geudong) sangat mempengaruhi arus pergerakan sistem
transportasi di sekitarnya.
 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data ini dilakukan berdasarkan metode simple random
sampling. survei pemanfaatan tata guna lahan kota dan pengaruhnya
terhadap sistem transportasi pada Koridor Pase Kota Lhokseumawe.
 Survei pendahuluan
Berdasarkan dari survei pendahuluan jumlah bangunan pada kawasan
koridor pase wilayah Meunasah Kota sejumlah 33 ≈ 35 bangunan, pada
wilayah Keude Aceh sejumlah 118 ≈ 120 bangunan, dan pada wilayah Mon
Geudong sejumlah 72 ≈ 75 bangunan, jadi total populasi sejumlah 223
bangunan. Maka jumlah sampel minimum yang dapat diambil berdasarkan
Tabel Krecjie untuk populasi yang merupakan jumlah seluruh sampel
bangunan sepanjang koridor kota yang dijadikan penelitian yaitu pada
kawasan koridor pase wilayah Meunasah Kota sejumlah 32 bangunan, pada
wilayah Keude Aceh sejumlah 92 bangunan, dan pada wilayah Mon
Geudong sejumlah 63 bangunan jadi total sampel sejumlah 187 bangunan.
 Survei Wawancara
a. Wawancara pengaruh sistem transportasi dari pemanfaatan tata guna
lahan.
Survei dilakukan dengan mewawancarai responden pemilik bangunan
dengan membagikan kuisioner yang diisi langsung oleh surveyor.
b. Wawancara pemanfaatan tata guna lahan
Pada survei ini untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan Tata
guna lahan pada daerah sepanjang Koridor Pase Kota Lhokseumawe
agar sesuai atau relevan dengan survei pengaruhnya dari
pemamfaatan tata guna lahan tersebut.
c. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya direkap dengan bantuan
Software Microsof Excel.
5. Hasil Dan Pembahasan
Tabel 3. Hasil Prioritas Aspek Desa Keude Aceh
No Variabel Rerata Persentase
1 Aksesibilitas 3.8913 10.24
2 Kelancaran lalu lintas 3.2065 8.44
3 Lebar Jalan 2.9674 7.81
4 Waktu Perjalanan 3.5652 9.38
5 Keamanan 3.6957 9.72
6 Aksesibilitas Lingkungan Perumahan 4.6196 12.15
7 Aksesibilitas Lokasi Perdagangan dan Jasa 3.4348 9.04
8 Kebisingan 3.0652 8.06
9 Parkir 3.1304 8.24
10 Aksesibilitas Daerah Pendidikan 3.4348 9.04
11 Kebisingan 3.0000 7.89
Jumlah 38.0109 100.00
Tabel 4. Hasil Prioritas Aspek Desa Mon Geudong
No Variabel Rerata Persentase
1 Aksesibilitas 4.0000 10.44
2 Kelancaran lalu lintas 3.2540 8.50
3 Lebar Jalan 3.0635 8.00
4 Waktu Perjalanan 3.5714 9.32
5 Keamanan 3.6508 9.53
6 Aksesibilitas Lingkungan Perumahan 4.7778 12.47
7 Aksesibilitas Lokasi Perdagangan dan Jasa 3.4127 8.91
8 Kebisingan 3.1429 8.21
9 Parkir 3.1270 8.16
10 Aksesibilitas Daerah Pendidikan 3.2857 8.58
11 Kebisingan 3.0159 7.87
Jumlah 38.3016 100.00

Berdasarkan Tabel 3 dan 4 dapat bahwa aksesibilitas dalam transportasi akan


mengikuti daerah aksebilitas lingkungan perumahan dan akan berpegaruh besar
terhadap pergerakan terhadap interaksi sisi ruang koridor dengan sisi dalam koridor
lainnya (perumahan), permasalahan yang akan timbul pada sistem transportasi pada
wilayah desa Mon Geudong sama dengan desa Keude Aceh, pergerakan dari daerah
perumahan akan besar hingga arus lalu lintas dalam jangka waktu yang lebih lama
semakin bertambah sehingga pola tata guna lahan dan sistem transportasi yang
telah ada akan berubah. Perubahan dalam arti pemanfaatan lahan mempunyai
peranan penting dalam perubahan sistem transportasi yang telah ada, hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh oleh variabel tersebut dari 92
responden yang dijadikan sampel penelitian adalah 4.6196 dan 3.8913 atau 12.15%
dan 10.24%, dan variabel item pertanyaan Desa Mon Geudong dari 63 responden
yang dijadikan sampel penelitian adalah 4.7778 dan 4.0000 atau 12.47% dan
10.44%.
6. Kesimpulan

a. Desa Meunasah Kota aksesibilitas dalam transportasi (variable terikat)


akan berpengaruh besar terhadap pergerakan interaksi sisi ruang koridor
Pase pada desa meunasah kota. maka sistem transportasi akan berubah
pada saat yang sama atau dalam jangka waktu yang lebih lama.
b. Desa Keude Aceh dan Desa Mon Geudong aksesibilitas dalam
transportasi (variable terikat) akan mengikuti daerah aksebilitas
lingkungan perumahan dan akan berpegaruh besar terhadap pergerakan
terhadap interaksi sisi ruang koridor dengan sisi dalam koridor lainnya
(perumahan).
c. Koridor Pase dari hasil analisis persentase pilihan per variabel didapat
variabel yang sangat berpengaruh dari perkembangan lahan terhadap
sistem transportasi adalah item variabel terikat yaitu aksesibilitas pada
koridor Pase, dimana tingkat persetujuan memiliki nilai tertinggi
(setuju), diikuti aksesibilitas perdagangan/jasa, perumahan, pendidikan,
untuk kinerja sistem pada lebar jalan, kenyamanan, kelancaran, dan
keamanan tingkat pengaruhnya terhadap sistem transportasi tidak begitu
signifikan.
d. Seperti dijelaskan pada poin 3 tingkat pengaruhnya yang terbesar adalah
aksesibilitas, tetapi meskipun tata guna lahan sudah menpunyai
aksesibilitas yang tinggi (mudah dicapai) karena terhubung oleh jaringan
yang baik atau volume yang tidak begitu besar belum tentu sistem
transportasi tidak terganggu, dari hasil survei dilapangan tiap tikungan
pada koridor Pase mengalami perubahan sistem yang telah ada
diakibatkan pekembangan yang ada disekitar koridor Pase.
Judul : PEMETAAN PERKEMBANGAN TATA GUNA LAHAN PADA
JALAN TOL KOTA MAKASSAR.

Jurnal : Jurnal Penelitian Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas


Hasanuddin
Penulis : Muh. Syahrizal R, Syafruddin Rauf, Mubassirang Pasra.

1. Perumusan Masalah
Terjadinya Perubahan Guna Lahan Yang Signifikan Pada Beberapa Wilayah
Yang Berpengaruh Baik Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Terhadap
Pengembangan Jalan Tol.
2. Tujuan Penelitian
Untuk menjamin adanya keseimbangan yang efisien antara aktifitas tata guna
lahan dengan kemampuan transportasi Pola tata guna lahan kota yang sesuai
dengan fungsi dan kegiatan penduduk dapat digunakan untuk mengetahui bentuk,
karakter atau profil dari perjalanan penduduk kota di Kota Makassar.
3. Ringkasan Materi

Salah satu tujuan utama perencanaan setiap tata guna lahan dan sistem
transportasi adalah untuk menjamin adanya keseimbangan yang efisien antara
aktifitas tata guna lahan dengan kemampuan transportasi Pola tata guna lahan kota
yang sesuai dengan fungsi dan kegiatan penduduk dapat digunakan untuk
mengetahui bentuk, karakter atau profil dari perjalanan penduduk kota. Studi kasus
tata guna lahan pada Jalan Tol Reformasi dan Ir.Sutami menunjukkan terjadinya
perubahan guna lahan yang signifikan pada beberapa wilayah yang berpengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pengembangan Jalan Tol.
Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan aplikasi Open Source
Quantum GIS Wroclaw 1.7.2. menjadikan sebuah sistem untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah (memanipulasi), menganalisis, dan
menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu wilayah.
Klasifikasi Zona Buffer pada jalan Tol Makassar berpngaruh secara signifikan.
Zona 1 yang merupakan kawasan dengan aksesbilitas Tinggi merupakan kawasan
dengan proporsi pembangunan tertinggi dalam kurun waktu 2007-2010 mencapai
29,64%.

 Konsep Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan pada suatu kota umumnya memiliki pola tertentu dan
perkembangannya dapat diestimasikan. Keputusan-keputusan pembangunan kota
biasanya berkembang bebas, tetapi diupayakan sesuai dengan perencanaan
penggunaan lahan.

 Perubahan Guna Lahan


Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pola tata guna lahan pada
kawasan permukiman dan perkotaan berjalan dan berkembang secara dinamis dan
natural terhadap alam, dan dipengaruhi oleh:
a) Faktor manusia, yang terdiri dari: kebutuhan manusia akan tempat
tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi.
b) Faktor fisik kota, meliputi pusat kegiatan sebagai pusat-pusat
pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas
kemudahan pencapaian.
c) Faktor bentang alam yang berupa kemiringan lereng dan ketinggian
lahan.

Perencanaan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh manusia, aktifitas


dan lokasi, dimana hubungan ketiganya sangat berkaitan, sehingga dapat dianggap
sebagai siklus perubahan penggunaan lahan.

Perubahan yang terjadi adalah perubahan struktur penggunaan lahan


melalui proses perubahan penggunaan lahan kota, meliputi:

a) Perubahan perkembangan (development change), yaitu perubahan yang


terjadi setempat dengan tidak perlu mengadakan perpindahan,
mengingat masih adanya ruang, fasilitas dan sumber-sumber setempat.
b) Perubahan lokasi (locational change), yaitu perubahan yang terjadi
pada suatu tempat yang mengakibatkan gejala perpindahan suatu
bentuk aktifitas atau perpindahan sejumlah penduduk ke daerah lain
karena daerah asal tidak mampu mengatasi masalah yang timbul dengan
sumber dan swadaya yang ada.
c) Perubahan tata laku (behavioral change), yakni perubahan tata laku
penduduk dalam usaha menyesuaikan dengan perkembangan yang
terjadi.
4. Metedeologi Penenelitian
Data Penduduk Kota Makassar tahun 2007 dan 2010 bertujuan untuk
mengetahui perubahan nilai statistik penduduk selama 5 tahun yang bermukim di
sekitar kawasan Jalan Tol Ir.Sutami dan Reformasi akibat Pengembangan Jalan Tol
Ir.Sutami dan Reformasi yang akan dianalisis secara deskriptif. Data
Kependudukan ini dirinci menurut kelurahan, terkhusus bagi kelurahan yang
bersinggungan langsung dengan objek penelitian yakni Jalan Tol Ir.Sutami dan
Reformasi.
Untuk kepadatan penduduk berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat
Statistik pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa Kecamatan Ujung Tanah
merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi mencapai 34.578
jiwa setiap kilometer persegi.
Hasil buffer Jalan Toll Reformasi dan Ir.Sutami mencakup 7 Kecamatan
yakni Ujung Tanah, Wajo, Bontoala, Tallo, Panakukkang, Biringkanaya dan
Tamalanrea. Zona 1 pada Jalan Toll Ir.Sutami merupakan zona dengan wilayah
yang paling luas dengan 1071,80 Hektar sedangkan zona 3 pada Jalan Toll
Reformasi merupakan zona dengan cakupan wilayah terkecil yakni 413,82 Hektar.
Dari lahan terbangun dapat dilihat bahwa Kecamatan Makassar yang
termasuk dalam Kawasan Pusat Kota dan Ujung Tanah yang termasuk ke dalam
Kawasan Pelabuhan Terpadu dengan kepadatan penduduk 345,78 jiwa/Ha telah
melebihi kepadatan penduduk rencana yakni 300 jiwa/Ha. Kecamatan
Bontoala dengan kepadatan penduduk 298,71 jiwa/Ha telah mendekati Batas
Kepadatan Penduduk Rencana yakni 300 Jiwa/Ha. Sedangkan Kecamatan
Lainnya masih dalam Kepadatan Penduduk yang jauh dari Kepadatan rencana.
Kecamatan Makassar yang termasuk dalam Kawasan Pusat Kota dan
Ujung Tanah yang termasuk ke dalam Kawasan Pelabuhan Terpadu dengan
kepadatan penduduk 345,78 jiwa/Ha telah melebihi kepadatan penduduk
rencana yakni 300 jiwa/Ha. Kecamatan Bontoala dengan kepadatan penduduk
298,71 jiwa/Ha telah mendekati Batas Kepadatan Penduduk Rencana yakni 300
Jiwa/Ha.
Kawasan Bandara Terpadu menyisakan Luas Lahan
Terbesar untuk pembangunan industri dan pergudangan sampai
dengan tahun 2030 yakni 502,041 hektar.

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada pembahasan sebelumnya maka
dapat sebagai berikut:
1. Laju Pertumbuhan Penduduk meningkat secara signifikan di Kawasan
Jalan Tol Ir.Sutami. Kecamatan Tamalanrea menjadi Kecamatan dengan
laju pertumbuhan tertinggi dan meningkat setiap tahunnya dari 2,48% pada
tahun 2008 meningkat menjadi 2,61% pada tahun 2009 dan mencapai
puncak tertinggi pada tahun 2010 dengan 3,61%.
2. Klasifikasi Zona Buffer pada jalan Tol Makassar berpngaruh secara
signifikan. Zona 1 yang merupakan kawasan dengan aksesbilitas Tinggi
merupakan kawasan dengan proporsi pembangunan tertinggi dalam kurun
waktu 2007-2010 mencapai 29,64%.
3. Dari hasil digitasi Peta Rancangan RTRW Kota Makassar 2010-2030
untuk lahan terbangun didapatkan hasil bahwa Kawasan Pusat Kota dan
Kawasan Pelabuhan Terpadu telah melebihi Kapasitas Rencana. Pada
Kawasan Pusat Kota Luas Pemukiman Rencana terjadi overload seluas
133,2%. Pada Kawasan Pelabuhan terjadi overload seluas 134,10% dari
Luas Rencana.
6. Kelebihan dan kekurangan jurnal
Sistem Infomasi Geospasial (SIG) dengan Aplikasi Quantum GIS sangat
efektif dalam analisis data spasial, beberapa keuntungan yang dihasilkan antara
lain biaya yang jauh lebih murah dibanding survey
lapangan dan ketepatan koordinat sehingga membantu dalam administrasi
pertanahan
Disamping keuntungan yang diberikan, SIG juga menunjukkan beberapa
kekurangan diantaranya identifikasi bangunan yang cukup sulit dibedakan,
sehingga hanya terbatas pada dimensi bangunan. Untuk data spasial sangat
bergantung pada gambar peta hasil digitasi sehingga kadang tidak up to-date.
DAFTAR PUSTAKA

Tamin, O. Z., & Bona, R. F. (1997). TATA GUNA LAHAN-SISTEM


TRANSPORTASI, 8(3), 34–52.

Riska Damayanti, Dedes Nur Gandarum & Jimmy S. Juwana. (2015).


PENGARUH GUNA LAHAN DAN POLA PERGERAKAN TERHADAP
TINGKAT PELAYANAN JALAN DI SEKITAR BANDARA SOEKARNO
HATTA. (LAND USE AND MOVEMENT PATTERNS INFLUENCE
AGAINST ROAD SERVICE LEVEL AROUND SOEKARNO HATTA
AIRPORT.)

Eddu Pandika1, Ludfi Djakfar2, Surjono3. (2015). PENGARUH PERUBAHAN


GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI
KOTA KEPANJEN

Munardi. (2010). PENGARUH PEMANFAATAN TATA GUNA LAHAN


PADA KORIDOR PASE KOTA LHOKSEUMAWE TERHADAP SISTEM
TRANSPORTASI.

Muh. Syahrizal R.,Syafruddin Rauf, & Mubassirang Pasra. PEMETAAN


PERKEMBANGAN TATA GUNA LAHAN PADA JALAN TOL KOTA
MAKASSAR.

Anda mungkin juga menyukai