Anda di halaman 1dari 29

“HUBUNGAN GEMPA BUMI DENGAN TEKNIK SIPIL”

Oleh :

I GEDE DENDI
1761121104
C3

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2018/2019
GEMPA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TEKNIK SIPIL
Teknik sipil merupakan salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari
tentang bagaimana merencanakan, merancang, membangun, dan merenovasi tidak
hanya gedung atau infrastruktur lainnya tetapi juga mencakup lingkungan untuk
kepentingan orang banyak. Dalam perencanaan, perancangan, dan pembangunan
suatu bangunan baik berupa gedung atau non-gedung, seorang lulusan teknik sipil
diharapkan mampu menerapkan prinsip keamanan, kenyamanan, dan ekonomis dari
suatu gedung.
Salah satu bencana yang menguji tingkat keamanan suatu gedung adalah
gempa bumi. gempa bumi merupakan getaran atau serentetan getaran yang bersifat
sementara dan menyebar ke permukaan bumi.
Gempa bumi berpengaruh terhadap kuat tidaknya suatu struktur ketika
mendapat beban (beban gempa). Disinilah pentingnya seorang lulusan teknik sipil
mampu merencanakan, merancang serta membangun suatu bangunan yang dapat
bertahan saat gempa, dalam artian struktur tersebut tidak mengalami kerusakan
yang signifikan. Dalam hal ini diperlukan inovasi yang direncanakan oleh lulusan
teknik sipil dalam merancang suatu bangunan yang tahan gempa.
SNI GEMPA DAN BEBAN GEMPA
SN1 03-1726-2012
Peraturan perencanaan beban gempa pada gedung-gedung di Indonesia yang
berlaku saat ini diatur dalam SNI Gempa 1726:2012. Pada peraturan ini dijelaskan
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perhitungan untuk analisis beban
gempa.

• Geografis
• Faktor keutamaan gedung
• Kategori Desain Seismik
• Sistem penahan gaya seismik

Beban Gempa
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi (baik itu gempa
tektonik atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.
Kategori Resiko Struktur Bangunan

Kategori resiko bangunan pada SNI 1726:2012 dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan
jenis penggunaan bangunan dan kaitannya dengan resiko yang akan ditimbulkan
berdasarkan prioritasnya.

Kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:


Jenis Pemanfaatan Kategori

Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa
manusia saat terjadi kegagalan, antara lain: fasilitas pertanian, I
perkebunan, peternakan, perikanan, fasilitas sementara, gedung
penyimpanan, rumah jaga dan struktur kecil lainnya.
Struktur yang tidak termasuk kategori resiko I, III, IV, contohnya
perumahan, ruko, pasar, kantor, apartement/rumah susun, mall,
II
bangunan industri, fasilitas manufaktur, pabrik.

Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tertinggi terhadap jiwa
manusia saat terjadi kegagalan, misalnya bioskop, gedung pertemuan, III
stadion, fasilitas kesehatan tanpa unit bedah dan gawat darurat,
fasilitas penitipan anak dan penjara

Struktur yang ditunjukan sebagai fasilitas penting, seperti bangunan


monumental, gedung sekolah dan fasilitas pendidikan, rumah sakit IV
yang memiliki fasilitas bedah unit gawat darurat, fasilitas pemadam
kebakaran, ambulan, kantor polisi, dan lainnya.
Tabel 2.1 hubungan kategori resiko gempa dengan faktor keutamaan gempa.

Kategori resiko Faktor keutamaan gempa

I atau II 1,0

III 1,25

IV 1,5

Perbandingan SNI-1726-2002 dengan SNI-1726-2012


SNI-1726-2012 mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung merupakan peraturan gempa terbaru yang menggantikan SNI-1726-
2002. Perubahan yang terdapat pada revisi tersebut salah satunya terkait kategori desain
seismik (KDS). Sebagai contoh daerah Bali selatan yang sebelumnya berada pada wilayah gempa
V dengan resiko gempa sedang menjadi KDS D.
Tabel 2.5 Perbandingan SNI-1726-2002 dengan SNI-1726-2012
No SNI-1726-2002 SNI-1726-2012

1
Nilai faktor keutamaan diatur pada Tabel A.1 Dalam menentukan kategori risiko bangunan dan
SNI-1726-2002. Pada SNI faktor keutamaan bangunan bergantung dari
ini nilai I ditentukan berdasarkan fungsi/jenis pemanfaatan bangunan tersebut. Nilai
perkalian nilai I1 dan I2 pada Tabel A.1.
faktor keutamaan
diatur pada Tabel A.2 SNI-1726-2012.
Tabel 2.5 Lanjutan
2 Jenis tanah pada SNI-1726-2002 Pasal Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka
4.6.3 ditetapkan dalam tiga kategori, situs harus diklasifikasi sebagai kelas situs SA,
yakni tanah keras, tanah SB, SC, SD, SE, atau SF.
sedang dan tanah lunak.

3 Penentuan wilayah gempa disesuaikan Parameter spektrum respons percepatan pada


dengan lokasi/daerah pada Peta Wilayah periode pendek (SMS) dan periode 1 detik (SD1)
Gempa Indonesia pada Pasal yang sesuai dengan pengaruh klasifikasi situs,
4.7.1 SNI-1726-2002. Indonesia harus ditentukan dengan perumusan berikut.
ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah SDS = 2 FaSs (2. 6)
3
gempa, wilayah gempa 1 adalah wilayah
dengan kegempaan paling rendah dan SD1 = 2 FvS1 (2. 7)
wilayah 6 dengan kegempaan paling 3

tinggi.

4 Untuk menentukan pengaruh gempa Bila spektrum respons desain diperlukan oleh
rencana pada struktur gedung, maka tata cara ini dan prosedur gerak tanah dari
untuk masing-masing wilayah gempa spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva
ditetapkan Spektrum Respons Gempa spektrum respons desain harus dikembangkan
Rencana C-T, dengan bentuk tipikal dengan mengacu pada
seperti Gambar 2.1 Gambar 2.2 sesuai SNI-1726-2012
Gambar 2.1 Bentuk tipikal spektrum respons Gambar 2.2 Spektrum respons desain
gempa rencana

Sumber: SNI-1726 (2002)


Sumber: SNI-1726 (2012)
5 Nilai faktor reduksi gempa ditentukan Faktor koefisien modifikasi respon (R),
berdasarkan tingkat daktilitas struktur dan jenis pembesaran defleksi (Cd), dan faktor kuat lebih
sistem struktur yang digunakan. Nilai sistem (Ωo) ditentukan berdasarkan Tabel 9
maksimum faktor tersebut (Rm) untuk beberapa SNI- 1726-2012. Faktor-faktor tersebut
sistem struktur diatur pada Tabel 3 SNI-1726- ditentukan berdasarkan sistem penahan gaya
2002. seismik struktur bangunan.
6 Pasal 5.6 SNI-1726-2002 mengatur Untuk menentukan perioda
Pembatasan waktu getar alami fundamental struktur (T), digunakan perioda
Fundamental untuk mencegah fundamental pendekatan (Ta). Periode

Penggunaan struktur gedung yang fundamental pendekatan (Ta) dalam detik,


ditentukan dari persamaan berikut:
terlalu fleksibel. Nilai waktu getar

alami fundamental T1 dari struktur Ta = C hx (2. 9)


tn
gedung harus dibatasi, bergantung pada
Keterangan:
Koefisien ζ untuk wilayah gempa

tempat struktur gedung berada dan Hn = ketinggian struktur dalam (m) di atas

Jumlah tingkatnya menurut dasar sampai tingkat tertinggi struktur

Persamaan

T1 < ζ . n (2. 8)
Keterangan: Koefisien Ct dan x ditentukan berdasarkan Tabel A.9
ζ = koefisein sesuai wilayah gempa (Tabel A.2 Lampiran A.
Lampiran A)
Ta = 0,1N (2. 10)
n = jumlah tingkat
Keterangan:N = jumlah tingkat

7. Gaya geser dasar dari metode statik Persamaan yang digunakan dalam menghitung gaya geser
dasar dalam metode statik ekuivalen adalah sebagai berikut:
Ekuivalen dihitung berdasarkan
persamaan berikut. V = Cs. W (2. 12)

V1 = Wt (2. 11) Keterangan:

V = gaya geser dasar


Keterangan:

V1 = gaya geser dasar nominal Cs = koefisien respons seismik W = berat

C1 = faktor respons gempa bangunan


SDS
untuk waktu getar fundamental Cs = 2. 13)
 R
 ÷
I = faktor keutamaan Ie

R = faktor reduksi gempa Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan tersebut
tidak boleh kurang dari persamaan berikut:
Wt = berat total struktur
Cs=0,044SDSIe>0,01 (2. 14)

Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah


dengan S1 sama dengan atau lebih besar dari 0,6 g, maka Cs
harus tidak kurang dari persamaan berikut:
Cs= 0,5S1 (2. 15)
 R
 ÷
Ie

8. Beban geser nominal (V) menurut Pasal Gaya gempa lateral di tingkat
6.1.2 SNI-1726-2002 harus harus ditentukan dari persamaan
didistribusikan sepanjang tinggi struktur berikut:
gedung menjadi beban-beban gempa
nominal statik ekuivalen Fi yang Fx = Cvx V (2. 17)
menangkap pada pusat massa lantai
tingkat ke-i menurut persamaan: Dan,

wz w hk
Fi = i i V (2. 16) Cvx = x x (2. 18)
w h
n n

 i
k
i
wi i =1
zi i
=1
Keterangan:
Keterangan:
Cvx = faktor distribusi
Fi = gaya statik ekuivalen vertikal wi dan wx = berat total bangunan
pada lantai ke-i pada tingkat i atau x
Wi = berat lantai ke-i (beban mati
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai
dan beban hidup)
tingkat i atau x
Zi = ketinggian lantai ke-i

dari dasar k = eksponen yang

terkait dengan

perioda struktur
KERUSAKAN PADA BANGUNAN

Kerusakaan Permukaan
tanah (Surface Faulting)

Kerusakan Akibat Getaran Kerusakan Akibat


di Permukaan Tanah Bencana Tsunami

Kerusakan Akibat
Kelongsoran Lereng Tanah
KERUSAKAN PADA BANGUNAN
Kerusakan struktur bangunan bisa dikelompokkan berdasar penyebabnya yaitu :
1. Kerusakan struktur bangunan akibat langsung dari Gempa
Kerusakan struktur akibat langsung dari gempa disebabkan oleh kerusakan-
permukaan tanah dan efek getaran yang ditransmisikan dari tanah ke stuktur.

2. Kerusakan struktur banguan akibat tidak langsung dari gempa.


Sedangkan kerusakan struktur bangunan akibat tidak langsung dari gempa
disebabkan oleh, kelongsoran lereng, banjir akibat ke longsoran banjir akibat
bendungan pecah, kebakaran dan tsunami dll.

1. Kerusakan Permukaan Tanah (Surface Faulting)


• Tanah terbelah ambles dan terbuka
Kerusakan permukaan tanah (surface
faulting) adalah kerusakan yang terjadi
pada permukaan tanah pada saat gempa
berlangsung.
• Liquifaksi
Kerusakan yang terjadi pada sebagian
elemen struktur dari bangunan seperti
kolom, balok, pelat, furniture dll akibat
getaran gempa, dan struktur tidak mengalami
keruntuhan total atau masih berdiri.

2. Kerusakan Akibat Getaran di permukaan Tanah


1. Kerusakan non struktural
Kerusukan yang terjadi elemen non struktur
dari bangunan seperti dinding /tembok,
partisi, pintu, jendela, furnitir e dll akibat
getaran gempa.
2. Kerusakan struktur sebagian (partially collapse)
Jika muka air tanah tinggi dan butir tanahnya lepas,
maka pada saat terjadi gempa yang intensitasnya
tinggi dan lama getaran gempa cukup panjang
akan terjadi tekanan air pori hidrostatis yang
berlebihan yang di sebut dengan liquifaksi
(liquefaction).
3. Kerusakan Struktur Total (Totally Collapse)
Kerusakan yang terjadi elemen struktur
dari bangunan yang mengakibatkan
bangunan mengalami kerunfuhan total
akibat getaran Getaran gempa

3. Kerusakan Akibat Kelongsoran Lereng Tanah.


Gempa bumi juga membawa dampak bagi
kondisi lingkungin, seperti terpicunya longsoran dan
terjadi perubahan, struktui tanah pada daerah-daerah
berlereng curam yang berada daram kondisi kritis
akibat Guncangan gempa.

4. Kerusakan Akibat Bencana Tsunami


Tsunami sendiri tejadi akibat gempa tektonik yang
besar di laut (lebih besar dari 7.5 skala Richter dan
kedalaman episentrum lebih kecil dari 70 km) yang
mengakibatkan terjadinya patahan/rekahan vertical
memanjang.
PERENCANAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Non-engineered Building :
5
Engineered Building Structure
bangunan yang dalam
pelaksanaannya memerlukan
perhitungan struktur sesuai
dengan standar bangunan

 SNI 1726:2012 : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung
dan non gedung;
 SNI 1727: 2013 : Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain;
 SNI 2847:2013 : Persyaratan Baton Struktural untuk Bangunan Gedung;
 SNI 1729:2014 : Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural;
 SNI 7973:2013 : Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu
KAIDAH BANGUNAN TAHAN GEMPA
Tingkat kerusakan terhadap kekuatan gempa vs deformasi antar tingkat

Eq Eq
MEKANISME GOYANGAN
Sendi
Mekanisme goyangan ditandai terbentuknya sendi plastis
plastis pada balok berupa lelehnya tulangan balok

Stabilitas struktur harus mempunyai kriteria:


Desain : KOLOM KUAT BALOK LEMAH (sendi plastis harus di balok)
Struktur Daktilitas Penuh

Mk 1

Mb 1 Mb 2
PERILAKU INELASTIK
PERILAKU INELASTIK SISTEM STRUKTUR

PERILAKU INELASTIK 

MATERIAL BAJA
V
TULANGAN Fi

R.Vn
Ve zi

deformasi elastik V

f deformasi R = FAKTOR KETAHAN


inelastik GEMPA
Kekuatan Tarik Maksimum Aktual ( fu )
fu Vu
Putus > 0,25 fy
Vy f
fy Kekuatan Leleh Aktual ( fy ) < 1,3 fy Vn
fy nominal


 y
y maks maks

maks maks
DAKTILITAS (  ) = ( 4 s/d 10 ) DAKTILITAS STRUKTUR (  ) = ( 4 s/d 6 )
y y
BENTUK DENAH & PENAMPANG
Bangunan yang sederhana akan menghasilkan respon gempa yang beraturan pada suatu bangunan sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya konsentrasi gaya gempa hanya pada satu bagian bangunan. Distribusi gaya
gempa yang beraturan akan mengurangi resiko kerusakan bangunan akibatgempa.

Simetris dan Sederhana

Simetris tetapi tidak Sederhana

P
P <3L
Simetris tetapi terlalu panjang
Penampang yang Sederhana
Denah yang Sederhana
Denah bangunan yang terlalu rumit menyebabkan respon dinamik yang tidak
beraturan
BENTUK DENAH
>K2/2

K2
B B
B
A

A
t t
a a
u u

A
t
a a a
A u A
a
A

K1
K1

K1
>K1/2 >K1/2 >K1/2
K1K2
K1, dan
<0,25K2 < 0.25
Aatau0,25BA
Denah persegi panjang tanpa tonjolan,
Tonjolan maksimum = 25 % ukuran terbesar denah arah
tonjolan (Ps.4.2.1 SNI 03-1726-2002)
BENTUK DENAH DAN DELATASI
Simpangan
maksimum
Gaya
Delatasi lateral
gempa

Kurang baik Lebih baik

Delatasi
Delatasi

Kurang Lebih baik


baik

Delatasi > simpangan maksimum


Delatasi
Minimum = maks dari 2.5% tinggi
bangunan atau 75 mm

Kurang baik Lebih baik


Delatasi harus memperhitungkan simpangan maksimum struktur
KEKAKUAN
SNI1726-2012 pasal 4.2.1 mengatur bahwa kekakuan lateral struktur
bangunan harus beraturan tanpa adanya tingkat lunak. Perbedaan
kekakuan antar tingkat harus kurang dari 30% atau kurang dari 20% rata-
rata kekakuan 3 tingkat diatasnya. Ketidak teraturan kekakuan dapat
menyebabkan respon dinamik bangunan yang tidak beraturan yang
berdampak terjadiya konsentrasi kerusakan pada tingkat yang lemah.
MASSA BANGUNAN
K

Perubahan
massa bangunan
pada lantai atas

Berat lantai beraturan dengan perbedaan berat


per tingkat < 150 %
Lantai 1 runtuh
Kontinuitas Elemen Vertikal
• Desain arsitektur seringkali menuntut kebutuhan ruang
yang cukup besar sehingga keberadaan elemen vertikal
(kolom) dianggap mengganggu. Tidak jarang di beberapa
desain bangunan, elemen vertikal tidak menerus sampai ke
fondasi. Kondisi ini dapat berbahaya.
• Struktur memiliki unsur vertikal penahan lateral yang
menerus

Kolom tidak kontinu


ANALISIS TIPE STRUKTUR BANGUNAN
Struktur beraturan Struktur tidak beraturan

 10 lantai atau tinggi total 40 m. Tidak memenuhi kriteria


 Denah persegi dengan bangunan beraturan
maksimum tonjolan = 25 %
ukuran terbesar denah
 Unsur vertikal sistem penahan Analisa Dinamik
lateral menerus • Waktu getar alami and mode
 Bukaan lantai kurang dari 50 % shapes,
 dll • Waktu getar alami tidak boleh
melebihi  n
• Respon dinamik.

Analisa Statik
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai