Anda di halaman 1dari 22

STRUKTUR BAJA I

NAMA KELOMPOK :
1. NI PUTU NINA EKADEWI (1761121003/C1)
2. RAI ANGGARENING SINTIA DEWI (1761121020/C1)
3. I MADE PANDE ADI WIJAYA (1761121036/C1)
4. IDA AYU MADE SURYATI (1761121106/C3)
Probabilitas Terhadap Keamanan
Struktur
Faktor keamanan (factor of safety) merupakan
rasio kuat batas atau resistensi elemen struktur
terhadap beban rencana yang akan dipikul struktur.
Dengan adanya variasi kekuatan tiap elemen dan
variasi besarnya beban yang bekerja, sehingga perlu
mencari konsep reabilitas atau probabilitas
keruntuhan yang terjadi. Faktor keamanan elemen
dan sistem struktur sangat tergantung pada ketahanan
struktur (R : bahan dan geometri), dan beban yang
bekerja (S : beban mati, beban hidup, beban gempa,
beban angin, dan sebagainya).
Prinsip-prinsip umum untuk mengatur faktor keamanan
didefinisikan sebagai analisis perilaku dan ketahanan struktur akibat
beban yang bekerja pada struktur tersebut. Perkembangan metode
perencanaan berdasarkan faktor keamanan, seperti berikut :
1. Metode Tegangan Kerja (Working Stress Method)
2. Metode Perencanaan Plastis (Plastic Method) dan Metode
Tegangan Ultimit (Ultimate Stress Method)
3. Metode Perencanaan Batas (Limit State Method)
Metode Tegangan Kerja (Working Stress
Method)
Metode tegangan kerja atau sering disebut juga
dengan metode tegangan ijin, hal ini dikarenakan
penggunaan tegangan ijin yang merupakan tegangan
leleh (runtuh) bahan dibagi dengan angka tertentu yang
disebut dengan faktor keamanan (SF).
𝐹𝑢
𝑆𝐹 =
𝐹𝑖
𝑆𝐹 = Faktor Keamanan
𝐹𝑢 = Tegangan leleh / ultimit
𝐹𝑖 = Tegangan ijin
Metode Perencanaan Plastis (Plastic Method) dan
Metode Tegangan Ultimit (Ultimate Stress
Method)
Dalam metode ini, faktor keamanan ditentukan
dengan memperbesar nilai beban layan yang disebut juga
dengan beban runtuh. Faktor pembesaran (multiplier) ini
disebut sebagai faktor beban, yang didefinisikan sebagai rasio
antara beban ultimit dengan beban layan.

𝑃𝑢
𝐿𝐹 =
𝑃𝑆
𝐿𝐹 = Faktor beban
𝑃𝑢 = Beban ultimit
𝑃𝑆 = Beban layan
Faktor perencanaan sesuai dengan batasan keamanan, reliabilitas
dan probabilitas terjadinya keruntuhan, yaitu :

 Variasi mutu material untuk struktur yang berkaitan langsung dengan kekuatan.

 Ketidakpastian terhadap besarnya beban rencana yang akan bekerja pada masa
mendatang.

 Kemungkinan berkurangnya kekuatan struktur akibat faktor – faktor alami.

 Besarnya kerusakan yang timbul akibat kegagalan suatu komponen struktur


tersebut.

 Kualitas mutu pekerjaan yang dilaksanakan.


Metode Perencanaan Batas
Kondisi batas adalah tercapainya suatu kondisi bagian struktur atau
struktur menjadi tidak aman, atau tidak berfungsi sesuai dengan kriteria
perencanaan awal. Kriteria perencanaan memastikan bahwa kondisi batas
harus kecil kemungkinan terlampaui, caranya dengan memilih kombinasi
gaya, faktor tahanan dan nilai ketahanan yang tidak mungkin terlampaui
berdasarkan kriteria perencanaan yang ada.
Ada dua jenis kondisi batas yang diterapkan pada struktur, yaitu :
1. Kondisi batas kekuatan (ultimate strength), yang menetapkan
besarnya keamanan terhadap kondisi beban ekstrim selama masa
pakai struktur.
2. Kondisi batas layan yang menetapkan batasan-batasan agar
struktur dapat berfungsi sesuai yang direncanakan.
Fokus perencanaan struktur berbasis AISC-LRFD adalah kondisi
batas kekuatan (limit states of strength) yang menjamin keselamatan public
(manusia dan barang miliknya).

Kondisi batas kekuatan yang umum Kondisi batas layan umumnya


digunakan adalah :
meliputi :
Terjadinya leleh baja sampai
Lendutan atau drift elstis yang
terbentuknya sendi plastis dan
mekanisme plastisnya berlebihan
Ketidak stabilan elemen dan Struktur yang bergetar melebihi
struktur. ambang tertentu
Tekuk torsi lateral, tekuk local Lendutan permanen
Deformasi yang berlebihan
Sesuai SNI1729-2015 untuk menerapkan kondisi batas pada
perencanaan struktur, terdapat ketentuan LRFD yang pada dasarnya
terdiri dari parameter-parameter berikut.
Dimana :
∑γ𝑖 𝑄𝑖 ≤ ϕ Rn
∑ = penjumlahan
i = menunjukkan berbagai kondisi yang ditinjau
𝑄𝑖 = pengaruh beban nominal
γ𝑖 = faktor beban terkait beban 𝑄𝑖 yang ditinjau
γ𝑖𝑄𝑖 = kuat perlu, dari kondisi batas yang paling ekstrim
Rn = kuat nominal, kekuatan elemen yang dihasilkan
ϕ = faktor tahanan sesuai jenis struktur yang ditinjau
ϕRn = kuat rencana, kekuatan struktur yang direncanakan
KETENTUAN LRFD
LRFD adalah metode perencanaan struktur
baja yang mendasarkan perencanaan dengan
membandingkan kekuatan struktur yang telah diberi
suatu faktor resistensi (ϕ) terhadap kombinasi beban
terfaktor yang direncanakan bekerja pada struktur
tersebut (∑γ𝑖 𝑄𝑖). Sesuai SNI1729-2015
Berdasarkan peraturan SNI 1729-2015 tentang Pembebanan untuk
perancangan bangunan gedung dan struktur lain, digunakan
kombinasi dasar pembebanan metode desain kekuatan sebagai
berikut :
1). 1,4 D
2). 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau H)
3). 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
4). 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau R)
5). 1,2 D ± 1,0 E + L
6). 0.9 D + 1.0 W
7). 0,9 D ± 1.0E

Keterangan :
D = Beban mati atau permanen
L = Beban hidup atau beban yang bisa bergerak
Lr = Beban hidup pada atap.
R = Beban hujan
W = Beban Angin
E = Beban gempa
Ketentuan LRFD – SNI 03-1729-2015 (Mengacu
pada AISC 2010)
Perencanaan LRFD dianggap memenuhi syarat jika
kuat perlu, Ru lebih kecil dari kuat rencana, ϕ Rn dengan ϕ
adalah faktor tahanan yang nilainya bervariasi tergantung
perilaku aksi komponen yang ditinjau. Konsep dasar ketentuan
LRFD adalah :
Dengan :
𝑅𝑢 =Kekuatan yang dihitung
menggunakan kombinasi beban DFBK
𝑅𝑁 = Kekuatan nominal 𝑅𝑢 ≤ ∅𝑅𝑛
∅ = Faktor tahanan
∅𝑅𝑛 = Kekuatan desain
 Kuat perlu (Ru) adalah nilai maksimum dari berbagai
kombinasi beban terfaktor yang dengan bantuan
analisis struktur.

 Untuk mencari kuat perlu (Ru) untuk tiap-tiap elemen


struktur, maka diperlukan analisa struktur secara
menyeluruh (global).

 ϕ adalah faktor tahanan yang nilainya bervariasi


tergantung perilaku aksi komponen yang ditinjau
Kondisi Batas Faktor Ketahanan SNI 1729 : 2015
𝜱
Tarik : leleh Tarik 0.90 D2
Tarik : putus Tarik 0.75
Tekan 0.90 E1
Balok : lentur 0.90 F1
Balok : geser
- WF gilas panas dengan h/tw≤ 2.24
𝐸/𝐹𝑌 1.00 G1
- Lainnya 0.90 G1
Las 0.75 J3
Sambungan : tarik, geser, dan 0.75 J3.6, J3.7
kombinasi geser dan tarik
BATANG TARIK
Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen
batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni
dan umumnya terdapat pada struktur rangka batang. Gaya
tarik tersebut dikatakan sentris, jika garis gaya berimpit
dengan garis berat penampang.

TARIK (+)

TEKAN (-)
Gambar Penampang Batang Tarik
Batang tarik umumnya dijumpai pada struktur
rangka baja seperti:

Struktur jembatan rangka Rangka atap (struktur kuda-kuda)

Menara transmisi
Contoh soal
Suatu struktur pelat lantai ukuran 6m x 4m di pikul oleh balok dari profit WF 450.200.9.14
dengan jarak antar balok adalah sebesar 2,5 m(as ke as). Beban mati pelat lantai sebesar 2,5
Kn/m2 dan beban hidup plat lantai sebesar 4 Kn/m2. Hitunglah beban terfaktor yang harus
di pikul oleh balok tersebut sesuai kombinasi LRDF (SN1 03-1729-2015)

Penyelesaian
6m
6m
1

c
4m d

t
a 4m

b
C a Mencari luas b ( karena kita meninjau luas plat b)
B
Dengan rumus trapezium
2m c
𝒂+𝒃 .𝒕
Ab = 𝟐
A
𝟐+𝟔 .𝟐
Ab = 𝟐
𝟏𝟔
𝒂 Ab = = 8 m2
Tanα = 𝒃 𝟐
𝒂 Menghitung beban mati dan hidup yang berada di plat b
Tan 45⁰ =
𝟐 dengan rumus
𝒂
1= 𝟐
Beban mati = D.Ab Beban hidup = L.Ab
a=2
Beban mati = 2,5. 8 = 20Kn Beban hidup = 4.8 = 32Kn
Menentukan beban mati dan beban
Menentukan factor beban yang dipukul
hidup pada balok
balok
dengan rumus
U=1,4D = 1,4(3,3) = 4,62 Kn/m
a. untuk beban mati
𝐷𝑃𝑙𝑎𝑡 U=1,2D + 1,6L +0,5(Ld atau H)
Dbalok = U=1,2(3,3) + 1,6(5,3) + 0,5(0) = 12,44
𝐿
20
Dbalok = =3,3 Kn/m Kn/m
6
b. untuk beban hidup
𝐿𝑃𝑙𝑎𝑡
Lbalok =
𝐿 Jadi dapat disimpulkan bahwa beban
32
Lbalok = = 5,3 Kn/m terfaktor pada balok sebasar 12,44
6
Kn/m

Anda mungkin juga menyukai