Anda di halaman 1dari 31

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

ISK atau infeksi saluran kemih adalah adanya bakteri pada urin yang disertai
dengan gejala infeksi. Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang
disertai adanya mikroorganisme patogenik (yang menyebabkan penyakit) pada urin,
uretra (saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan dunia luar), kandung kemih,
atau ginjal.

ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian
ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar
disbanding bayi dengan berat lahir normal (0.1-1%).

Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan:


a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena infeksi
hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.
c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.

Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya adalah
uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur
ke kandung kemih.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Saluran Kemih?
2. Apa saja tanaman herbal yang digunakan mengobati infeksi saluran kemih?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan infeksi saluran kemih.
2. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Obat Herbal didefinisikan sebagai bahan baku atau sediaan yang berasal dari
tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia, komposisinya dapat berupa bahan mentah atau bahan yang telah mengalami
proses lebih lanjut yang berasal satu jenis tumbuhan atau lebih.
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam system
kemih, yaitu ginjal ureter kandung uretra mengalami infeksi. Umumnya, ISK terjadi
pada kandung kemih dan uretra. Sebagian ISK disebabkan oleh bakteri, meskipun
kadang-kadang jamur dan virus dapat merupakan agen etiologi ISK.

2.2 Tanaman Obat Infeksi Saluran Kemih


a. Biji Seledri

Seledri (Apium graveolens L.), adalah satu jenis tanaman yang telah dikenali oleh
masyarakat. Berdasarkan taksonominya, tanaman seledri diklasifikasikan sebagai berikut
(Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, 2011)
Seledri merupakan herba tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatic yang khas, batang
persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak, berwarna hijau pucat. Daun
majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai yang
panjangnya 1-2,7 cm, petualangan menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga
majemuk berbentuk payung, 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih mekar secara bertahap.
Buahnya buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, dan berwarna hijau kekuningan.
Seledri biasanya tumbuh dengan ketinggian 1sampai 2 kaki. Batangnya agak keras dan
bergalur, memiliki daun majemuk (segmented) dengan tepi bergerigi. Biji seledri memiliki
bau yang khas dengan rasa agak pahit. (Dalimartha, 2003).

 Taksonomi Biji Seledri


Kingdom : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Umbelliferales

2
Famili : Umbelliferae
Genus : Apium
Species : Apium graveolens L.

 Khasiat Untuk Pengobatan


Khasiat biji seledri yang dilakukan dengan uji klinis
1). Efek terhadap Ginjal
Biji seledri memiliki efek langsung terhadap ginjal yaitu meningkatkan
eliminasi air dan mempercepat pengeluaran toksin-toksin yang terakumulasi
dalam ginjal dan memberikan dampat positif terhadap kondisi
artritis(Sowbhagya, 2014).
Penelitian kami juga mengungkapkan bahwa ekstrak air dan fraksi-fraksinya
memiliki efek sebagai antikalkuli (peluruh batu ginjal) jenis batu kalsium dan
magnesium baik secara in vitro (Rusdiana, 2015) maupun in vivo(Rusdiana,
2015). Penelitian secara in vivo dilakukan terhadap tikus yang diinduksi oleh
zat kimia pembentuk kristal batu kalsium yaitu L-hidroksiprolin dan etilen
glikol. Ekstrak air seledri menunjukan efek meluruhkan kristal kalsium yang
lebih signifikan dibandingkan fraksi-fraksinya (Rusdiana, 2015).

3
2). Efek antiinflamasi
Momin dan Noir (2002) telah melakukan pengujian efek penghambatan
siklooksigenase dan topoisomerase dari fraksi biji seledri. Dilaporkan bahwa
ekstrak seledri menunjukkan efek antiinflamasi pada tikus yang dibuktikan
dengan supressi edema kaki hewan yang diinduksi oleh karagenan. Peneliti
lain juga telah melakukan pengujian terhadap ekstrak seledri yang
menunjukkan aktivitasnya untuk mengatasi dan mencegah inflamasi dan iritasi
gastrointestinal.Mengenai kandungan fitokimia seledri yang memiliki khasiat
sebagai antiinflamasi ditunjukkan oleh penelitian Hostetler et al (2012). Dalam
penelitian tersebut ekstrak seledri yang kaya akan flavon glikon dan aglikon
memiliki aktivitas antiinflamasi dengan mekanisme menurunkan produksi
TNF- dan menghambat aktivitas transkripsional NF-kB (Hostetler G, 2012).
Powanda et al melaporkan bahwa ekstrak etanol dari biji seledri (CSE : celery
seed extract) menunjukkan aktivitas supersi terhadap artritis pada model
poliartritis yang sama efektifnya dengan aktivitas aspirin, ibuprofen dan
naproxen. Selain itu CSE juga dapat memberikan efek proteksi melawan atau
menurunkan iritasi lambung yang disebabkan oleh NSAIDs (Powanda MC,
2015).

3). Khasiat & kegunaan:


Menurunkan kolesterol, mencegah kanker, menurunkan tekanan darah tinggi,
meningkatkan kesehatan. Biji Seledri membantu dalam mengurangi asam urat.
Jadi, seledri baik untuk orang yang bermasalah dengan kandung kemih,
masalah ginjal, biji Seledri juga membantu dalam menghindari infeksi saluran
kemih pada wanita.
Manfaat seledri lainnya, adalah: Makan seledri secara teratur membantu untuk
menghindari penyakit ginjal, hati pankreas, dan kantong empedu, neuritis,
sembelit, asma, tekanan darah tinggi, radang selaput lendir hidung, dan gusi
basal, otak atas pekerjaan, asidosis, anemia, obesitas dan TBC. Hal ini juga
membantu dalam perbaikan gigi. Catatan: biji Seledri mengandung minyak
atsiri, flavonoid, dan asam linoleat coumarin dan karena itu tidak baik bagi
wanita hamil karena dapat menyebabkan kontraksi pada rahim.

4
 Kandungan Kimia
Herba seledri mengandung flavonoid, saponin, tannin 1%, minyak atsiri
0,033%; flavor-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagines, zat pahit, dan
vitamin (A,B, dan C). Setiap 100 g herba seledri mengandung air sebanyak 93 ml;
protein 0,9 g; lemak 0,1 g; karbohidrat 4 g; serat 0,9 g; kalsium 50 mg; besi 1 mg;
fosfor 40 mg; yodium 150 mg; kalium 400 mg; magnesium 85 mg; vitamin A 130 IU;
vitamin C 15 mg; riboflavin 0,05 mg; tiamin 0,03 mg; dan nikotinamid 0,4 mg
(Dalimartha, 2003).

 Uji Pra-klinik

Penelitian secara in vivo dilakukan terhadap tikus yang diinduksi oleh zat
kimia pembentuk kristal batu kalsium yaitu L-hidroksiprolin dan etilen glikol.
Ekstrak air seledri menunjukan efek meluruhkan kristal kalsium yang lebih
signifikan dibandingkan fraksi-fraksinya (Rusdiana, 2015).

 Toksisitas
Minyak daun seledri memiliki efek toksik yang signifikan untuk membunuh
larva A. aegypti dengan LC50 sebesar 59.32 ppm dan LC90 sebesar 127.69 ppm.
Aktivitas imunotoksisitas yang dihasilkan bergantung terhadap konsentrasi minyak
seledri yang digunakan. Pada konsentrasi 12.5 ppm, kematian hewan uji hanya
mencapai 8%, sedangkan pada konsentrasi 200 ppm kematian hewan uji dapat
mencapai nilai maksimum, yakni 98% (Nagella et al, 2012).

 Interaksi Obat
1). Interaksi seledri dengan warfarin
Penggunaan produk herbal yang mengandung seledri dapat meningkatkan
resiko pendarahan karena meningkatkan potensiasi efek terapi warfarin (Heck
et al., 2000). Seledri memiliki aktivitas sebagai antikoagulan sehingga bekerja
sinergis bersama dengan warfarin (DIH, 2009).Senyawa aktif yang memiliki
aktivitas antikoagulan dalam seledri adalah kumarin (Gloth, 2004).

5
2). Interaksi seledri dengan anti-lipid
Seledri dapat menghambat produksi lipid dengan menurunkan serum
trigliserida, kadar LDL-C, dan trigliserid hepatik (Rouhi-Boroujeni et al.,
2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa meminum ekstrak aqueous seledri
selama 8 minggu dapat menurunkan serum kolestrol total pada tikus.
Mekanisme ini disebabkan oleh peningkatan ekskresi asam empedu
(Skidmore-Roth, 2010). Penggunaan herbal yang mengandung seledri dengan
obat-obat anti-lipid menyebabkan additive effect.
3). Interaksi seledri dengan sedatif
Kandungan pthalide dalam minyak biji seledri memiliki aktivitas sedasi(Peter,
2012). Hasil penelitian uji efek anti-depressant dari ekstrak metanol biji
seledri dengan dosis 100 dan 200 mg/kg secara in vivo pada tikus dan mencit
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut menghasilkan efek anti-depressant yang
signifikan pada tikus maupun mencit. Mekanisme aksinya mirip dengan obat
standar yang digunakan yaitu imipramine. Efek anti-depressant dari ekstrak
metanol biji seledri dengan dosis 200 mg/kg lebih baik dibandingkan dengan
imipramine 20 mg/kg. Senyawa 3,n-butylphthalide dan sedanenolide yang
diisolasi dari minyak seledri dan diujikan pada model tikus menunjukkan
aktivitas sedatif yang lemah, memperlama efek narkosis pentobarbital, dan
menyebabkan mencit segera tertidur setelah diberi perlakuan menggunakan
barbiturat (Srinivasa et al., 2012).
4). Interaksi seledri dengan analgesik (parasetamol dan aminopyrine)
Jakovljevic et al. (2002) menguji efek pemberian jus seledri pada mencit yang
diberi analgesik yaitu parasetamol dan aminopyrine. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian jus seledri pada mencit dapat meningkatkan
dan memperlama efek analgesik parasetamol dan aminopyrine.Parasetamol
dan aminopyrine merupakan obat yang dimetabolisme di sitokrom P450.
Pemberian jus seledri menyebabkan penurunan aktivitas CYP450 di hati yang
signifikan dibandingkan dengan kontrol.
5). Interaksi seledri dengan anti-diabetes
Ekstrak biji seledri mengandung senyawa apigenin dan luteolin yang memiliki
efek sebagai antioksidan, antiinflamasi dan menstimulasi regenerasi sel (Jang
et al., 2008; Lin et al., 2007). Hasil pengujian ekstrak biji seledri pada tikus
6
yang diinduksi streptozotocin menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji
seledri dapat menurunkan kadar glukosa dan meningkatkan kadar insulin
dibandingkan dengan kontrol negatif. Tidak terdapat perbedaan kadar glukosa
yang signifikan antara pemberian glibenklamid (1 mg/kg) dengan ekstrak biji
seledri (100 dan 200 mg/kg). Kadar insulin yang meningkat menunjukkan
bahwa seledri mampu melawan stres oksidatif dan histopatological injury pada
toksisitas pankreas yang diinduksi streptozotocin melalui mekanisme
antioksidan, regenerasi sel dan antiinflamasi yang dimilikinya (Tashakori-
Sabzevar et al., 2016).
6). Interaksi seledri dengan anti-hipertensi
Terjadinya penurunan SBP, DBP, MABP dan HR pada tikus yang normotensi
dan hipertensi setelah pemberian ekstrak heksan biji seledri, menunjukkan
bahwa ekstrak heksan biji seledri memiliki efek hipotensi. Efek hipotensi
mungkin disebabkan karena adanya kandungan n-butylphthalide pada biji
seledri, efek ini ditunjukkan dengan terjadinya bradikardi dan vasodilatasi
pada tikus. Mekanisme vasodilator yakni melalui pemblokiran kanal Ca2+
pada jalur endotelial maupun non-endotelial. Efek vasorelaksan ekstrak
heksan biji seledri hampir sama dengan nifedipin (Tashakori-sabzevar et al.,
2016). Penelitian yang dilakukan oleh Brankovic et al. (2010) menunjukkan
bahwa ekstrak etanol dan ekstrak aqueous biji seledri (0,5-15 mg/kg) dapat
menurunkan SBP, DBP, MABP pada kelinci yang dianastesi. 15 mg/kg
ekstrak aqueous biji seledri menurunkan 14,35%, sedangkan 15 mg/kg ekstrak
etanol biji seledri dapat menurunkan sekitar 45,8% MABP.
7). Interaksi seledri dengan NSAID
Ibuprofen dan indometasin merupakan obat golongan NSAID yang dapat
menyebabkan gastritis. Penggunaan ekstrak biji seledri mungkin dapat
mengurangi gastropati akibat penggunaan NSAID (Herbs & Natural
Supplement, 2015). 150 mg/kg ekstrak biji seledri dapat merunkan 70% lesi
lambung yang diakibatkan oleh penggunaan ibuprofen, selain itu tingkat
keparahan lesi juga berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak biji
seledri bersifat gastroprotektan (Whitehouse et al., 2001). Ekstrak biji seledri
dapat menghambat eksresi asam lambung dan menghambat pembentukan
ulcer. Aktivitas tersebut disebabkan karena adanya aktivitas antioksidan yang

7
dimiliki sehingga dapat mereduksi peroksidasi lipid dan meningkatkan
perlindungan mukosa lambung (Al-howiriny et al., 2010).

 Kontra Indikasi
a. Seledri sebaiknya tidak dikonsumsi oleh pasien yang urinenya mengandung zat
putih telur (protein+). Protein positif bisa membuat urine timbul busa bila
dikocok. Kandungan minyak atsiri dalam seledri dapat mengiritasi ginjal sehingga
penderita infeksi ginjal dilarang minum rebusan seledri.
b. Pada beberapa penggunaan biji seledri bisa timbul reaksi alergi berupa radang
kulit (dermatitis). Wanita hamil harus berhati-hati saat mengkonsumsi biji seledri
karena dapat menyebabkan kontraksi uterus.

 Efek Samping
Efek sampingnya termasuk meningkatnya sensitifitas kulit terhadap matahari
sehingga akan muncul bintik merah. Jika Anda mengonsumsi biji seledri dalam dosis
yang terlalu banyak, Anda bisa mengalami depresi, mudah lelah, dan menurunnya
rata-rata detak jantung.

 Pemakaian
Untuk penggunaan sehari-hari rebus 3-4 tangkai seledri, lalu minum airnya
dan biji seledrinya bisa dimakan untuk mengatasi infeksi saluran kemih (ISK).

b. Akar Alang-alang

Alang-alang adalah rumput tahunan berakar rimpang yang tumbuh menyebar


mendatar di bawah permukaan tanah, bagian yang ada di atas permukaan tanah mudah
terbakar. Walaupun berulang kali terbakar, alang-alang tidak musnah, karena dari akar
rimpangnya akan tumbuh tunas baru (Mac Donald dkk., 2002 dalam Pudjiharta dkk.,
2008). Alang-alang tumbuh liar di hutan, ladang, lapangan rumput, dan tepi jalan
daerah kering yang mendapat sinar matahari, juga bisa ditemukan pada ketinggian 1-
2700 meter di atas permukaan laut.
Menurut Rachmawaty (2007), Alang-alang merupakan gulma perennial, dengan
sistem rhizoik yang meluas serta tinggi batang mencapai 60-100 cm, daun agak tegak,
pelepah daun lembut, tulang daun utama keputihan, daun atas lebih pendek dari pada

8
daun sebelah bawah, ligula pendek. Rhizome bersifat regeneratif yang kuat, dapat
berpenetrasi 15-40 cm, akar vertikal ke dalam sekitar 60-150 cm. Rhizome berwarna
putih, sukulen, terasa manis, beruas pendek dengan cabang lateral membentuk jaring-
jaring yang menyatu dalam tanah.

 Taksonomi alang-alang

Menurut Backer and Van Den Brink (1965), taksonomi) alang-alang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kindom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Anak kelas : Commelinidae
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae (Gramineae)
Marga : Imperata
Jenis : Imperata cylindrica (L.)

 Penggunaan Untuk Obat

 Penggunaan yang didukung data klinis

Alang-alang dapat menyembuhkan 27 kasus dari 30 penderita nefritis akut.


Pada nefritis akut, herba alang-alang dapat mengurangi edema, dan
menurunkan tekanan darah

9
 Penggunaan secara tradisional

Alang-alang digunakan untuk menambah nafsu makan, mengobati


pembengkakan akibat radang ginjal akut, pembengkakan karena terbentur,
mengobati infeksi pada saluran pencernaan, pendarahan akibat panasnya darah
(misal mimisan, batuk darah, muntah darah, pendarahan pada wanita), susah
buang air kecil atau kencing terus menerus, demam yang diserta haus, urat
saraf melemah, radang paru-paru, keputihan pada wanita, gangguan
pencernaan, jantung koroner, batuk, flu, diare, asma, kencing nanah, kencing
darah, tekanan darah tinggi.
 Kandungan kimia

Alang-alang mengandung air (81,00714%), karbohidrat (6,3072%), serat


(5,8580%), abu (1,1301%), monitol, senyawa K, sakarosa, glukosa, malic acid,
citric acid, arundoin, cyllindrin, fernenol, simiarenol, anemonin yang berguna untuk
memperlancar pengeluaran air seni (diuretik), menurunkan panas (antipiretik) dapat
menurunkan tekanan darah tinggi (Ariani dalam Mursito, 2000).
Selain itu terdapat aktivitas antioksidan yang terdapat pada akar alang-alang
karena adanya kandungansenyawa flavon (flavonoid, iso flavon, din flavonol) yang
tergolong dalam antioksidan (Putra, 2007)
Hasil penelusuran pustaka, akar alang-alang mengandung air (81,00714%),
karbohidrat ( 6,3072%),serat (5,8580%), abu (1,1301%), monitol, senyawa K,
sakarosa, glukosa, malic acid, citric acid, arundoin, cyllindrin, fernenol, simiarenol
(Nana dkk., 2012).
 Uji Klinik dan Pra Klinik
- Pra Klinik
Infusa rimpang alang-alang berefek sebagai diuretika, atas dasar peningkatan
konsentrasi elektrolit (Na,K,Cl) urin tikus putih jantan. Pemberian infusa akar
alang-alang dengan dosis 40, 50, 60, 70 g/kgBB berefek antipiretik pada marmot.
- Klinik
Alang-alang dapat menyembuhkan 27 kasus dari 30 penderita nefritis akut. Pada
nefritis kronis, herba alang-alang dapat mengurangi edema dan menurunkan
tekanan darah.

10
 Toksisitas
Uji toksisitas dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk memperkirakan
bioaktivitas dari setiap ekstrak. Larva udang dipilih untuk pengujian ini karena lebih
ekonomis dan cukup akurat sebagai uji toksisitas awal. Akar alang-alang dengan
nilai LC50 ekstrak etanol 30% yaitu sebesar 136,3 ppm dan etanol 50% yaitu sebesar
80,82 ppm.

 Interaksi Obat
Terjadi penurunan aktivitas pada penggunaan obat-obatan antihipertensi yang
membutuhkan sintesis prostaglandin sebagai vasodilator kardiovaskular jika
digunakan bersamaan dengan flavonoid dari alang-alang karena mekanisme kerjanya
yang menginhibisi cyclooxygenase
 Kontra Indikasi
Penggunaan alang-alang yang berlebihan pada anak-anak dapat mengganggu
keseimbangan flora normal pada tubuh guna pertahanan tubuh dari benda asing yang
masuk. Bagi penderita lambung lemah dan banyak kencing dilarang.
 Efek Samping
Penggunaan alang-alang menimbulkan efek samping pusing, mual,
peningkatan rasa ingin buang air besar dan kadang-kadang terjadi pada penggunaak
klinik.
 Pemakaian
Akar alang-alang dengan dosis 250-300 g, 2 kali sehari pada pagi dan sore
 Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik

c. Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)


Rosella (Hibiscus sadbariffa L.) merupakan anggota famili Malvaceae. Rosella
dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman rosella hidup
berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 0,5-5 meter, memiliki batang yang
berbentuk silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Ketika masih
muda, batangnya berwarna hijau. Dan ketika beranjak dewasa dan sudah berbunga,
batang rosella berwarna cokelat kemerahan. Pada batang rosella melekat daun-daun

11
yang tersusun, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari dan
tepi beringgit. Ujung daun rosella ada yang meruncing dan tulang daunnya berwarna
merah. Panjang daun rosella dapat mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang
menopang batangnya berupa akar tunggang. Mahkota bunganya berbentuk corong
yang tersusun dari 5 helai daun mahkota.

 Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus sabdariffa Linn

 Kandungan kimia yang terdapat Pada Kelopak Bunga Rosella


- Antosianin
Antosianin merupakan salah satu bagian penting dalam kelompok pigmen
setelah klorofil. Antosianin berasal dari bahasa Yunani, anthos yang berarti
bunga dan kyanos yang berarti biru gelap. Antosianin merupakan pigmen yang
larut dalam air, menghasilkan warna dari merah sampai biru, dan tersebar luas
dalam buah, bunga, dan daun.

12
- Fenolik dan Sifat Antioksidan
Fenolik merupakan salah satu senyawa yang terdapat banyak pada tumbuhan.
Senyawa ini diberi nama sesuai dengan nama senyawa induknya yaitu fenol.
Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH-)
dan gugus–gugus lain penyertanya. Ketersediaan senyawa fenolik di alam
sangat luas, mempunyai variasi struktur yang luas, mudah ditemukan dalam
bagian tanaman (batang, daun, bunga, dan buah).
Penelitian-penelitian terkait aktivitas antioksidan bunga rosella sudah banyak
dilakukan. Melaporkan bahwa bunga rosella mempunyai kandungan kimia
antara lain antosianin, betakaroten, vitamin C, tiamin, riboflavin, flavonoid
dan niasin. Kandungan kimia yang berperan sebagai antioksidan dalam
kelopak bunga rosella adalah pigmen antisianin yang termasuk dalam
golongan flavonoid.

 Penggunaan secara tradisional


.Bagian kelopak bunga Hibiscus sabdariffa, famili Malvaceae, merupakan
salah satu tanaman yang saat ini populer digunakan masyarakat. Kelopak
Bunga rosela dapat digunakan sebagai bahan pembuatan minuman kesehatan
antara lain sirup rosela, stup rosela, agar-agar rosela dan jaam rosela.
Sirup rosela dapat dibuat dengan komposisi sebagai berikut: 250 g bunga
rosela segar, gula pasir 1 kg dan air 2 L. Semua bahan direbus sampai air
tinggal kirakira 1 L. Setelah itu dilakukan pendinginan dan dilanjutkan
penyaringan. Sirup rosela siap dikemas dan dapat digunakan sebagai minuman
kesehatan. Ampas dari pembuatan rosela dapat digunakan sebagai bahan
pembuat jaam rosela. Selain digunakan sebagai bahan pembuatan sirup, bunga
rosela dapat digunakan untuk membuat stup rosela. Bahan-bahan yang
diperlukan adalah Bunga rosella(100 g), kulit jeruk orange (4 potong), gula
pasir(250 g), cengkih(3 biji), jahe dimemarkan, air 1 Liter. Cara
pembuatannya adalah sebagai berikut: Kelopak rosella dicuci bersih, direbus
bersama bahan lain sampai mendidih. Kemudian semua bahan tersebut
dimasukkan dalam wadah dan ditutup rapat dibiarkan selama 24 jam. Setelah
itu dilakukan penyaringan dan disajikan dengan sebagai minuman kesehatan
dan dingin. Bunga rosella juga dapat diolah menjadi agar-agar rosela. Bahan-
13
bahan yang diperlukan adalah 10 bunga rosella, 1 bungkus agar-agar tanpa
warna, 150 g gula pasir dan 4 gelas air. Semua bahan direbus sampai mendidih
dan dilanjutkan dengan penyaringan. Setelah disaring, agar-agar dicetak dan
didingankan sampai agar-agar kenyal. Hasil yang diperoleh berupa agar-agar
yang berwarna merah dengan pewarna alami rosella yang berguna bagi
kesehatan.

 Uji klinis dan Pre – klinis


Penelitian khasiat rosela pada hewan percobaan adalah sebagai berikut :
 Pemberian rosela pada tikus dengan dosis 200 mg/kg berat badan
secara signifikan meningkatkan fungsi liver yang diinduksi
parasetamol. Dilihat secara hystologi dan biokimia, kerusakan liver
mengalami perbaikan dan menjadi normal.
 Pada kelinci yang diberi makanan dengan kadar kolesterol tinggi,
terjadinya atehroclerosis dapat dihambat dengan pemberian ekstrak
rosela. Selain itu bisa terjadi penurunan trigliserida, kolesterol dan
LDL-C (Low Density Lipoprotein Cholesterol).
 Pemberian ekstrak rosela dengan dosis 250 mg/hari/kg berat badan
tikus yang dibuat bertekanan darah tinggi, mnunjukkan adanya
penurunan tekanan darah.
 Pemberian ekstrak rosela secara intraperitoneal(melalui membran tipis
dan transparan pada rongga perut) pada tikus ternyata mampu
menurunkan transit intestinal hingga 13 - 45 % dibandingkan dengan
pemberian nefepidin dan papaverin sebagai relaksan. Khasiat bunga
rosela tidak terlepas dari komposisi kimia dalam kelopak bunga rosela.

 Efek samping
- Merangsang menstruasi
- Menimbulkan efek halusinasi
- Memicu reaksi alergi
- Menurunkan tekanan darah

14
 Kontra indikasi
Tidak boleh di berikan pada pasien dengan penyakit gangguan ginjal, ibu
hamil, dan ibu menyusui.

 Penyimpanan
Simpan di tempat yang sejuk dan kering hindari dari panas sinar matahari
secara langsung.

 Interaksi obat
Tidak boleh di berikan secara bersamaan dengan obat antihipertensi dan obat
diabetes mellitus.

 Dosis
Dapat di berikan dengan dosis 2 x 2 gram/hari secara teratur.

d. Daun Kumis Kucing


Kumis kucing yang punya nama latin Orthosiphon aristatus ini banyak tumbuh di
negara-negara Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Selain sebagai tanaman hias,
tanaman kumis kucing juga biasa dijadikan obat herbal untuk banyak kondisi kesehatan
tertentu. Salah satu manfaat kumis kucing yang paling tersohor adalah mengobati infeksi
saluran kencing dan penyakit ginjal. Tanaman kumis kucing mempunyai daun tunggal
yang berbentuk bulat oval, lonjong, lanset atau belah ketupat. Daun kumis kucing
memiliki bulu-bulu yang halus dengan bagian tepi daunnya bergerigi kasar takteratur.
 Taksonomi Kumis kucing
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledon
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : O. aristatus

15
 Khasiat untuk pengobatan
Manfaat kumis kucing ini pernah dilaporkan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan
di jurnal Ethnoparmhacology yang melakukan pengujian pada beberapa tikus lab. Tikus-
tikus ini diberikan minum air yang telah ditambahkan ekstrak kumis kucing. Hasilnya
diketahui bahwa di dalam tubuh, ekstrak kumis kucing bekerja memicu peningkatan
produksi urin yang membuat Anda jadi lebih sering buang air kecil. Secara tidak
langsung, bolak-balik buang air kecil dapat membantu membilas bakteri yang masuk ke
dalam kandung kemih. Hal ini pun membantu mengurangi kemungkinan bakteri untuk
bisa menempel pada sel-sel di dinding saluran kemih, yang dapat menimbulkan infeksi.
 Kandungan Kimia
Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa Kumis
kucing mengandung beberapa senyawa aktif Flavonoid, Alkaloid, Terpenoid, dan
Saponin.
 Toksisitas
Daun kumis kucing telah terbukti sangat aman tanpa toksisitas secara in vitro dan in
vivo. Sehingga dapat disimpulkan daun kumis kucing tidak menimbulkan toksisitas.
 Interaksi Obat
Tidak boleh diberikan bersamaan dengan obat antihipertensi dan diuretic karena
dapat menyebabkan buang air kecil secara berlebihan sehingga meningkatkan resiko
kekurangan kalium.
 Kontraindikasi

16
Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan pasien yang alergi
terhadap kumis kucing.
 Efek Samping
Efek samping dari kumis kucing yaitu sakit ginjal, sakit perut, keracunan, sesak nafas
dan mengakibatkan darah rendah.
 Penyimpanan
Simpan pada tempat yang sejuk dan kering, jauhkan dari panas dan kelembapan.
 Dosis
7 helai daun direbus dengan 2 gelas air hingga tinggal separuhnya, diminum 3x sehari.

e. Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Batang tanaman tidak bergetah, basah, berbentuk bulat, tinggi kurang dari 50 cm,
bercabang dan berwarna hijau. Daun bersirip genap dan setiap satu tangkai terdiri dari dau
majemuk yang mempunyai ukuran kecil berbentuk bulat telur. Panjang 5 mm dan lebar 3
mm, pada bagian bawah daun terdapat bintik berwarna kemerahan. Bunga melekat pada
ketiak daun dan menghadap ke arah bawah, warna bunga putih kehijauan. Buah berbentuk
bulat pipih berdiameter 2-2,5 mm, licin, berbiji seperti bentuk ginjal, keras dan berwarna
coklat. Akar meniran berbentuk tunggang (tap rot), yaitu akar utama yang pada umumnya
merupakan pengembangan radikula lembaga, tumbuh tegak ke bawah dan bercabang. Pada
tanaman meniran dewasa, panjang akar dapat mencapai 6 cm (Jaka et al., 2004).
 Klasifikasi Tanaman
Menurut Kardinan dan Kusuma (2004) taksonomi tumbuhan meniran
adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatopphyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri Linn.

17
 Khasiat tanaman
herba dan akar digunakan untuk penyakit radang, infeksi saluran kencing,
serta untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum), untuk penyembuhan diare,
busung air, infeksi saluran pencernaan, dan penyakit yang disebabkan karena
gangguan fungsi hati. Buahnya berasa pahit digunakan untuk luka dan scabies. Akar
segar digunakan untuk pengobatan penyakit kuning. Dapat digunakan untuk
penambahan nafsu makan dan obat anti demam (Sudarsono, dkk., 1996).
Meniran banyak digunakan sebagai obat penggugur kandungan, dan pada
pemakaian berlebih dari phyllanthi Herba dapat menyebabkan impoten. Chairul, 2007
menjelaska flavonoid yang terkandung dalam miniran memberikan efek menghambat
kerja enzim xanthin oksidase sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengobatan
mengurangi kelebihan asam urat dan batu dinjal.

 Kandungan kimia

Meniran banyak mengandung kalium dan zat filanti, kandungan utamanya


adalah triterpen, flavonoid, tanin, alkaloid dan asam fenolat (Jaka et al., 2004). Selain
itu meniran juga mengandung asam risinoleat dan asam linoleat (Ahmad et al., 2001).
 Uji Klinik dan Pra Klinik
 Pra Klinik
Meniran mengandung geraniin. Senyawa ini memiliki efek kronotropik
negatif, inotropik negatif, hipotensif dan ACE Inhibitor dari studi pada hewan
dari tikus, mencit. Oleh karena itu, tanaman ini dapat memperkuat efek obat
anti hipertensi beta bloker, dan medikasi jantung lainnya (termasuk obat-obat
kronotropik dan inotropik).

18
 Klinik
Dari berbagai uji klinik yang dilakukan diberbagai Negara, meniran
menunjukkan aksinya sebagai immunomodulator. Immunomodulator berperan
membuat system imun tubuh lebih aktif menjalankan tugasnya, sekaligus
menguatkan system imun (immunomodulator) tubuh. Jika system imun
meningkat kekebalan atau daya tahan tubuh terhadap serangan virus, bakteri
atau mikroba juga meningkat.

 Efek samping
Pemakaian berlebih dari phyllanthi Herba dapat menyebabkan impoten, menjelaskan
flavonoid yang terkandung dalam meniran memberikan efek menghambat kerja enzim
xanthin oksidase sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengobatan menguranggi
kelebihan asam urat dan batu ginjal.
 Interaksi obat
Menurut Taylor (2003), interaksi obat yang terjadi selama pengkonsumsian tanaman
ini adalah :
a. Meniran dapat memperkuat efek insulin dan obat antidiabetik.
b. Meniran dapaf memperkuat efek obat diuretik
 Kontraindikasi
a. Meniran mempunyai efek antifertilitas pada tikus. Penggunaannya
dikontraindikasikan untuk wanita yang ingin hamil atau sedang menggunakan
obat fertilitas walaupun belum ada studi antifertilitas pada mencit
b. Meniran telah dibuktikan memiliki efek hipotensif pada hewan. Pasien dengan
kondisi penyakit jantung daan sedang menerima resep medikasi jantung harus
berkonsultasi kepada dokter sebelum menggunakan meniran.
 Pemakaian
Untuk herna yang diminum, rebus 15-30 gram herba meniran kering atau 30-60 gram
herba segar lalu rebusannya diminum.

19
f. Keji Beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume)

Keji beling merupakan tumbuhan liar di hutan, tepi sungai, tebing-tebing dan sering
ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan atau taman. Tanaman ini terdapat dari
Madagaskar sampai Indonesia, yang tumbuh pada ketinggian 50 m sampai 1200 m dpl
(Dalimartha, 2007: 38-39).
 Klasifikasi tumbuhan

Klasifikasi tumbuhan keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume) menurut


Backer & Bakhuizen (1963: 139), Kim Bich & Tap (2003: 385-388), dan Cronquist
(1981: 8-18) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Anak kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes crispa (L.) Blume.
Sinonim : Sericocalyx crispus (L.) Bremek
Nama umum : Keji beling (Indonesia); pecah beling (Jawa)

Deskripsi tumbuhan
Habitat dari kejibeling (Strobilanthes crispa (L.) Blume) yaitu semak, tinggi 1-2 m. Batang
beruas, berbentuk bulat, berbulu kasar, percabanganmonopodial, berwarna hijau. Daun jenis
tunggal, berhadapan, berbentuk lanset atau lonjong, tepi bergerigi, ujung meruncing, pangkal
runcing, panjang 9-18 cm, lebar 3-8 cm, bertangkai pendek, pertulangan menyirip, berwarna

20
hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, mahkota bentuk corong, berambut, berwarna ungu,
kelopak berambut pendek, ungu, benang sari empat, putih, kuning. Buah berbentuk bulat,
berwarna coklat. Biji berbentuk bulat, kecil, pipih, berwarna coklat. Akar tunggang berwarna
coklat muda (Dalimatha, 2007: 38-39).
Kandungan kimia
Keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume) mengandung beberapa senyawa kimia
seperti saponin, flavonoid, glikosida, sterol, golongan terpen, lemak dan mineral (kalium
dengan kadar tinggi, asam silikat, natrium, kalsium). Keji beling juga mengandung vitamin
(asam askorbat, riboflavin, dan tiamin), asam fenolat (p-hydroxybenzoic acid, p-coumaric
acid, caffeic acid, asam vanilat,asam gentinat dan asam ferulat), kafein, tanin, alkaloid, dan
katekin (Dalimartha, 007: 39; Tatt Limet al, 2012: 948-952).
Khasiat dan manfaat daun keji beling (Strobilanthes crispa (L.)Blume)
Daun keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume) di Indonesia digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengobati batu ginjal, batu kandung empedu, kencing kurang lancar,
kencing manis (diabetes melitus), sembelit dan wasir. Di Malaysia daun keji beling secara
tradisional digunakan untuk pengobatan diabetes melitus, sebagai diuretik, dan pengobatan
hipertensi. Penggunaan secara tradisional lainnya yaitu sebagai laksativ, antioksidan,
antiAIDS dan antikanker (Dalimartha, 2007: 39; Fadzelly et al, 2006: 6-11; Tatt Lim et al.,
2012: 948-952).
 uji klinik dan uji praklinis
 pra klinik

daun tanaman keji beling (Strobilanthes crispus) menunjukkan adanya respon hambat
terhadap pertumbuhan Salmonella typhi YCTC interpretasi sedang dengan nilai hambat
sebesar 5 mm. Ekstrak metanol batang dan bunga jarak tintir (Jatropha multifida L)
menunjukkan adanya aktifitas antioksidan sebesar 55.83 µg/mL dan 59.41 µg/mL

 klinik

(Strobilanthes crispa (L.) Blume) dosis 500 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB dapat berefek
menurunkan kadar glukosa darah (Baroroh dkk, 2011: 43-53). Penelitian lain menunjukkan
bahwa teh dari daun keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume) yang difermentasi dan yang
tidak difermentasi mampu mereduksi glukosa darah yang sebelumnya telah diiduksi
streptozotocin (Fadzelly et al., 2006: 6-11).

21
 Uji toksisitas

Toksisitas ditentukan dengan melihat harga LC50 yang dihitung berdasarkan analisis
probit. Ekstrak dikatakan toksisk jika memiliki nilai LC50 < 1000 μg/ml (ppm). LC50
(Lethal Concentration 50) merupakan konsentrasi zat yang menyebabkan terjadinya kematian
pada 50% hewan uji. Parameter yang ditunjukkan untuk mengetahui adanya aktivitas biologi
pada suatu senyawa terhadap hewan uji ialah dengan menghitung jumlah larva yang mati
karena pengaruh pemberian senyawa dengan dosis atau konsentrasi yang telah ditentukan.
Pengujian toksisitas dimulai dengan mencari satu konsentrasi terkecil yang sudah dapat
membunuh hampir semua hewan uji. Untuk menentukan nilai tersebut maka dilakukan trial
atau uji orientasi dari 3 sampel yang digunakan. Pengujiannya yaitu dengan menggunakan
konsentrasi 5000 µg/mL, 2000 µg/mL, dan 1000 µg/mL yang diambil dari larutan induk
10.000 µg/mL dibuat masing-masing dalam 10 mL. Dari hasil uji orientasi selanjutnya
diambil satu konsentrasi terkecil yang sudah dapat membunuh hampir semua larva Artemia
salina. Konsentrasi tersebut dibuat dalam 5 variasi konsentrasi serta kontrol masing-masing
dengan 3 kali replikasi yang digunakan untuk menentukan nilai LC50.
efek samping
Keji beling pada umumnya aman untuk dikonsumsi oleh manusia dalam jumlah wajar.
Sedangkan efek sampingnya belum diketahui sampai sekarang. Namun, jika mengalami
gejala efek samping setelah mengkonsumsinya, maka disarankan untuk segera menghentikan
pengggunaan kemudian berkonsultasi dengan dokter.
Kejibeling selain dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan
ginjal, menurut penelitian tanaman ini memiliki efek samping jika dikonsumsi melebihi 2
gram serbuk sekali minum. Dengan konsumsi melebihi dosis dapat menimbulkan iritasi
saluran kemih, selain itu ternyata ditemukan adanya sel-sel darah merah dengan jumlah
melebihi batas normal pada urine pasien yang mengonsumsi keji beling untuk mengobati
sakit batu ginjal. Hal ini karena daun kejibeling mengandung potassium dan menyebabkan
tanaman ini digolongkan sebagai golongan diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi
pada saluran kemih. Diuretik adalah golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan
produksi urine dan biasa digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi. Selain
itu adanya asam silikat menyebabkan penderita gastritis dilarang keras untuk mengonsumsi
kejibeling.

22
Yang menjadi permasalahan mendasar obat herbal adalah belum adanya standar dosis
pada setiap tanaman obat agar dapat digunakan sebagai bahan terapi. Daun kejibeling ini
belum banyak diteliti karena itu efek samping yang ditimbulkanpun belum banyak diketahui.
Hal ini dapat menyebabkan penderita salah dalam mengonsumsi karena jika dosis yang
digunakan berlebihan juga dapat menimbulkan efek samping.

 Dosis

Dosis modern untuk keji beling belum memiliki dosis yang disepakati. Tetapi
menurut penelitian yang telah ada sebelumnya, keji beling tidak boleh dikonsumsi
melebihi 2 gram serbuk sekali minum. Oleh sebab itu, penderita sebaiknya membatasi
konsumsi kejibeling untuk terhindar dari adanya efek samping.

g. Herba Sidaguri

Tumbuhan sidaguri merupakan tumbuhan berjenis semak yang dengan tinggi


mencapai mencapai 2 m. Batangnya berkayu, bulat, dan berwarna putih kehijauan.
Daun tunggalnya berseling, berbentuk jantung, dan ujungnya bertoreh. Pangkal daun
tumpul, tepi bergerigi, berbulu, pertulangannya menjari, dan berwarna hijau. Bunga
tunggal, berbentuk bulat telur, terletak diketiak daun,
kelopak hijau muda. Mahkota bulat telur, ujung melengkung, dan berwarna
kuning. Buah dengan 8-10 kendaga (Dalimarta, 2003). Akar tunggang berwarna
kecoklatan, ringan, lurus dengan banyak serat akar lateral. Akar lateral yang lebih
panjang, lebih tipis dan memiliki banyak akar kecil, lurus, dan kasar seperti kawat.
Sidaguri tumbuh liar di tepi jalan, halaman berumput, hutan, ladang, dan tempat-
tempat dengan sinar matahari cerah atau sedikit terlindung. Tanaman ini tersebar
pada daerah tropis di seluruh dunia dari dataran rendah sampai 1.450 mdpl
(Dalimarta, 2003).
 Klasifikasi Tumbuhan

Berdasarkan Integrated Taxonomy Information System (2016), tumbuhan


sidaguri (Sida rhombifolia L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Divisi : Tracheophyta

23
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Suku : Malvaceae
Genus : Sida
Spesies : Sida rhombifolia L.

 Manfaat dan Kandungan Tumbuhan Sidaguri

Herba digunakan untuk mengatasi: influenza, demam, radang amandel


(tonsilitis), difteri, TBC kelenjar (scrofuloderma), radang usus (enteritis), disentri, sakit
kuning (jaundice), malaria, batu saluran kencing, sakit lambung, wasir berdarah,
muntah darah, terlambat haid, dan cacingan, sedangkan akar digunakan untuk
mengatasi: influenza, sesak napas (asma bronkhiale), disentri, sakit kuning, rematik
gout, sakit gigi, sariawan, digigit serangga berbisa, susah buang air besar (sembelit),
terlambat haid, dan bisul yang tak kunjung sembuh, dan bunga digunakan untuk obat
luar pada gigitan serangga. Akar dan kulit sidaguri kuat, dipakai untuk pembuatan tali.
Perbanyakan dengan biji atau setek batang. Kandungan kimia dari tumbuhan sidaguri,
daun mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tannin, asam amino, dan minyak atsiri.
Batang mengandung kalsium oksalat dan tannin. Akar mengandung alkaloid, dan
steroid (Dalimarta, 2003).

 Kandungan Kimia

Tanaman ini kaya kandungan kimia yang bermanfaat. Herba sidaguri


mengandung senyawa kimia tanin 26%, flavonoid,alkaloida, leucoantosianidin,

24
steroid atau triterpenoid. Daunnya mengandung alkaloid, kalium oksalat,tanin,
saponin, phenol,asam amino,dan minyak terbang, serta zat phlegmatic untuk
ekspektoran dan lubricane. Batangnya mengandung kalsium oksalat dan tannin.
Tanaman ini bersifat antiradang dan menghilangkan sakit (analgesik). Khusus bagian
akar, memiliki sifat manis, tawar,dan sejuk. Efek farmakologi ini diperoleh dari
penggunaan seluruh tanaman, dalam bentuk segar atau kering.

 Efek farmakologi
Herba sidaguri berkhasiat untuk antiinflamasi, diuretik dan analgetik, diaforetik,
antipiretik dan menyembuhkan penyakit kulit.

 Uji klinik dan praklinik


 Uji klinik :

Ekstrak sidaguri dapat digunakan sebagai antihiperurisemia dengan mekanisme


menghambat akifitas enzim xantin oksidase.
 Uji praklinik :

Ekstrak etanol daun sidaguri menunjukkan aktivitas anti-inflamasi. Edema yang


diinduksi dengan menyuntikkan karagenan mengalami penurunan pada perlakuan
pemberian ekstrak (400 mg/kg BB) secara oral dibandingkan dengan kelompok
kontrol (p < 0,05). Hasil ini mendukung penggunaan ekstrak etanol daun sidaguri
dalam mengurangi peradangan. Flavonoid dari ekstrak sidaguri secara in vitro
menghambat aktivitas xanthine oxidase (XO) sampai 55% sehingga mempunyai
efek antihiperurisemia dan efek inhbisinya 48-71% pada konsentrasi 100-800 mg/l.
studi kinetic mendapatkan inhibisi flavonoid adalah inhibisi kompetitif dengan
afinitas 2,32 dan p < 0,01. Fraksionasi menghasilkan 11 fraksi dengan aktifitas
paling tinggi pada fraksi 4 yaitu 79%.
 Uji toksisitas

Uji toksisitas akut daun sidaguri dilakukan sesuai dengan pedoman WHO
(World Health Organization) untuk evaluasi keamanan dan efektivitas obat herbal.
Ekstrak etanol tumbuhan sidaguri ini diadministrasikan peroral ke kelompok tikus
dalam dosis oral tunggal 4, 8, 12 dan 16 g / kg berat badan masing-masing. Kelompok
control menerima volume yang sama dari air suling sebagai pembawa. dilakukan

25
dengan menggunakan ekstrak air sidaguri yang diberikan secara per oral pada hewan
tikus putih. Ekstrak air daun sidaguri menghasilkan nilai LD 50 sebesar 8,5 g/kg BB.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstraksi dingin yaitu maserasi.
Pemilihan metode ini dikarenakan metode ini cepat, tidak membutuhkan banyak
pelarut, dan merupakan metode yang cocok bagi metabolit sekunder yang tidak tahan
panas. Fraksinasi senyawa alkaloid dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair
dengan menggunakan pelarut kloroform dalam suasana basa. Pemeriksaan
sitotoksisitas dilakukan terhadap 5 kosentrasi dan 2 kontrol. Pemilihan konsentrasi
tersebut diinginkan agar mendapat hasil yang linear. Pemeriksaan sitotoksisitas ini
meggunakan metode BSLT dan meggunakan nauplii Artemia Salina Leach. Metode
ini merupakan awal pencarian senyawa anti kanker karena hasil uji toksisitas
memiliki kolerasi positif dengan aktivitas sitotoksisitas anti kanker.

 Kontraindikasi
Penggunaan ramuan tanaman ini Tidak dianjurkan untuk ibu hamil.
 Efek Samping
Tidak ada efek samping karena termasuk obat herbal jika diminum secara normal
(tidak berlebihan).
 Dosis
15-30 g akar kering atau 30-60 g akar segar direbus dengan air 600 cc hingga tersisa
200 cc. disaring, kemudian diminum.

h. Daun Tempuyung
Tempuyung (Sanchus arvensis L.) adalah tanaman yang tumbuh secara pesat pada
daerah berketinggian 50-1.650 meter di atas permukaan laut. Akarnya besar dan
lurus, tangkainya berbentuk silinder dan mengeluarkan getah, daunnya oval dan
rasanya pahit, bunganya kuning, dan buahnya keras, tipis berwarna coklat
kekuningan. Penelitian membuktikan bahwa tempuyung mengandung alfa-laktoserol,
mannitol, inositol, silica, kalium, flavonoid, dan taraxasterol.

 Klasifikasi
Difisi : Spermatophyta
Subdifisi : Angiospermae

26
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Suku/Family : Compositae
Marga : Sonchus
Spesies : Sonchus arvensis Linn
Nama umum : Tempuyung

 Morfologi :
Tempuyung adalah tanaman tahunan, tinggi 1-2 m, akar tunggang kokoh, batang
berusik, bergetah putih. Daun bagian bawah terpusat membentuk roset, bentuk
lonjong atau berbentuk lancet, berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur, pangkal
daun berbentuk panah atau jantung. Ujung daun bercuatan pendek, panjang daun 6-48
cm, lebar daun 10 cm. Bunga berbentuk bonggol yang bergabung dalam malai,
bonggol bunga berukuran 2 cm -2,5 cm, panjang bonggol 1 cm-8 cm, mahkota bunga
panjang 2 cm sampai 2,5 cm, mula-mula berwarna kuning terang, lama-kelamaan
berwarna coklat. Panjang biji 4 mm sampai 4,5 mm, berusuk, panjang papus 1,5 cm.
Tumbuh liar di Jawa, di daerah yang banyak hujan pada ketinggian 50 m sampai
1.650 m di atas permukaan laut. Tumbuh di tempat terbuka atau sedikit kenaungan, di
tempat yang bertebing di pematang, di pnggir saluran air.

 Efek Farmakologi :
Tempuyung dapat digunakan sebagai diuretik, obat batu ginjal, kegemukan
(Dalimarta,2002 ; 158). Selain itu ekstrak tempuyung bisa memecah batu ginjal dan
batu saluran kencing.

27
 Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tempuyung berupa ion-ion mineral,
seperti silika; kalium; magnesium; natrium; dan senyawa organik, seperti flavonoid
(kaempferol, luteolin-7-Oglukosida, dan apigenin-7-o-glukosida), kumarin,
taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan vanilat). Kandungan
flavonoid total dalam daun tempuyung sekitar 0,1044%. Sementara itu, kandungan
senyawa flavonoid total dalam akar sekitar 0,5%. Flavonoid terbesar yang terkandung
dalam akar adalah apigenin-7-O-glukosida. Selain berguna sebagai antiradang,
senyawa flavonoid dalam daun tempuyung juga berguna untuk menjaga kesehatan.
Senyawa ini bermanfaat untuk memperkuat dinding kapiler. (Winarto, 2004:6-7).

 Uji Klinik dan Pra Klinik


 Pra Klinik
Telah dilakukan penelitian uji toksisitas akut pada tikus mengenai sediaan dek
ok daun tempuyung (Sonchus arvensis
L.), yang secara tradisional telah dimanfaatkan sebagai obat alternatif untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Pengamatan yang
dilakukan adalah profil farmakolgi dari tikus betina dan tikus jantan dan bobot
badan tikussetiap hari selama 14 hari.
Hasilnya tikus betina dan tikus jantan antara kelompok kontrol dan kelompok
uji tidak ada perbedaan profil farmakologi. Bobot badan tikus percobaan betin
a dan jantan, secara umum baik kelompok kontrol maupun kelompok uji meng
alami kenaikan. Dekok Sonchus arvensis
L., pada pemakaian tunggal dengan takaran maksimal 5g/kg BB tidak menimb
ulkan efektoksik.

 Klinik
Penelitiannya yang dilakukan oleh Prof Sarjito, yang namanya kini
diabadikan sebagai nama rumah sakit umum Dr Sarjito di kompleks
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia meneliti daya penghancuran
batu ginjal manusia dengan melakukan pemeriksaan kristal dalam air seni dan

28
dengan menggunakan sinar rontgen. Hasilnya diketahui, tempuyung dapat
menghancurkan batu ginjal. Di dalam daun tempuyung itu terkandung kalium
berkadar cukup tinggi.
Kehadiran kalium ini membuat batu ginjal, berupa kalsium karbonat, tercerai
berai, karena kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan
senyawa karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal.
Hingga akhirnya endapan batu ginjal itu larut dan hanyut keluar bersama
urine.

 Efek samping
Pemakaian berlebih dapat menyebabkan impoten, flavonoid yang terkandung dalam
tempuyung memberikan efek menghambat kerja enzim xanthin oksidase sehingga
dapat dimanfaatkan dalam pengobatan menguranggi kelebihan asam urat dan batu
ginjal.

 Interaksi obat
Interaksi obat herba tempuyung belum diketahui

 Kontraindikasi
Penggunaan pada wanita hamil dan ibu menyusui sebaiknya dikonsultasikan
sebelumnya pada dokter.

 Pemakaian
Ambil 5 lembar daun tempuyung kemudian dicuci lalu diasapkan sebentar dan
kemudian dicampur dengan parutan kepala
Cara pemakaian: Dimakan bersama nasi sebagai lalapan dan dapat dikonsumsi 3 kali
sehari atau ambil 5 lembar daun tempuyung, 6 buah jagung muda, 3 jari gula aren,
dicuci bersih lalu dipotong-potong seperlunya. Kemudian digodok dengan air tiga
gelas hingga tersisa 2 1/4 gelas untuk diminum tiga kali sehari, masing-masing 3/4
gelas.

29
III . PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam system
kemih, yaitu ginjal ureter kandung uretra mengalami infeksi. Umumnya, ISK terjadi
pada kandung kemih dan uretra.
2. Tanaman yang di gunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih yaitu :
- biji seledri
- akar alang-alang
- kelopak bunga rosella
- daun kumis kucing
- herba meniran
- daun tempuyung
- daun kecibeling
- herba sidaguri

3.2 Saran
Penyusun berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Kami penyusun
juga berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dalam
penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha S. 2005. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarat: Swadaya.


Hlm.58, 86.

Dalimartha S. 2008. Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat. Jakarta: Swadaya. Hlm. 44,
55-56, 79.

Deasywaty. (2011). Aktivitas Antimikroba dan Indentifikasi Komponen Aktif Rimpang


Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). Tesis. Depok: FMIPA UI.

Mun’im, A. & Hanani, E. (2011). Fitoterapi Dasar. Jakarta : PT Dian Rakyat.

31

Anda mungkin juga menyukai