Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau
jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. 58 Secara historis
kata bisnis dari bahasa Inggris “business”, dari kata dasar “busy” yang berarti “sibuk”
para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan
sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua
bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan
58
Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Bisnis, Edisi ke-VIII, Jilid 1, (Jakarta : Erlangga,
2006), hal. 4, mengatakan bahwa : “Semua organisasi itu disebut bisnis (perusahaan) – organisasi yang
menyediakan barang atau jasa untuk dijual dengan maksud untuk mendapatkan laba. Tentu saja,
prospek mendapatkan laba – selisih antara penerimaan dengan biaya-biaya bisnis – merupakan
pendorong orang-orang untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Laba merupakan imbalan yang
didapat pemilik bisnis dari risiko yang diambil sewaktu menginvestasikan uang dan waktu mereka.
Hak untuk mengejar laba membedakan bisnis dari organisasi-organisasi lain seperti universitas, rumah
sakit, dan lembaga pemerintah, yang beroperasi dengan cara yang sama tetapi umumnya tidak
mengejar laba”.
penggunaansingular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu : kesatuan
yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.
Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya
“bisnis pertelevisian”. Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas
yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian,
definisi “bisnis” yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
menggunakan cara penjualan langsung. Keunggulan bisnis dengan cara MLM adalah
cepat mendapatkan pembeli, namun dalam hal ini sering disalahgunakan kebanyakan
MLM hanya kedok belaka dan pada intinya pebisnis memainkan skema piramida
1. Skema Piramid
Skema Piramid (Pyramid Scheme) jika ditinjau dari segi kata terdiri dari kata
“skema” dan “piramid”. Skema merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa
Inggris, yaitu “schema” yang berarti bagan, rancangan atau rangka-rangka. Perluasan
makna skema dijelaskan dalam kamus A Dictionary of Reading yaitu suatu rencana
piramid berasal dari nama bangunan makam raja-raja mesir kuno (fir’aun) yang
berbentuk limas atau menyerupai bentuk segitiga sama kaki. Skema Piramid dalam
konteks ini dikaitkan dengan praktek bisnis ilegal, yang berarti metode bisnis ilegal
rupa sehingga mirip dengan bentuk piramid. Tujuan penggunaan skema ini adalah
untuk mendapat kekayaan atau keuntungan yang besar dalam waktu singkat dengan
(bisnis)’ dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Kekayaan tersebut diperoleh
59
A Dictionary of Reading (1981) sebagaimana dikutip Lilis Siti Sulistyaningsih, “Teori
Skema”, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Bahasa Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia,
tanpa tahun., hal. 2, yang menyatakan bahwa : “Dalam kamus A Dictionary of Reading (1981)
dijelaskan tentang makna skema sebagai berikut : 1) Skema adalah suatu pemberian yang
digeneralisasikan, suatu rencana atau struktur, seperti yang digunakan dalam kalimat “Skema proses
membaca setiap orang boleh dikatakan tidak pernah sama”; 2) Skema adalah suatu sistem yang
konseptual yang perlu untuk memahami sesuatu, contoh, skema tentang kebudayaan yang dimiliki oleh
si A dapat menolong pemahamannya dalam bidang bahasa; 3) Skema adalah suatu cerita yang
melahirkan kenyataan yang disimpan dalam pikiran, tetapi tidak ditransformasikan lewat pikiran
(piaget)”.
60
Website Resmi World Federation of Direct Selling Association,
www.wfdsa.org/legal_reg/., diakses pada 28 April 2014.
Piramid dalam berbagai yurisdiksi international dikenal dalam praktik surat berantai,
dimana keuntungan yang diperoleh sejumlah orang yang berada pada posisi atas
piramid (anggota lama) dibayarkan dari dana sejumlah orang yang berada pada posisi
bawah piramid (anggota baru). 61 Oleh karena itu, Skema Piramid diartikan pula
sebagai sistem investasi palsu yang membayar peserta lama dari uang peserta baru
yang direkrutnya, bukan dari laba yang riil. Skema ini ditakdirkan untuk runtuh,
sebab pendapatan jika, ada akan kurang untuk pembayaran para peserta. Keilegalan
Skema Piramid terletak pada timbulnya kerugian nasabah pada level terbawah atas
Skema Piramid berasal dari Skema Ponzi yang dimodifikasi. Kedua skema
apabila digunakan akan mirip bentuk piramid, karena keuntungan yang dijanjikan
pada para peserta diperoleh dari sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta baru.
Posisi peserta baru yang jumlahnya lebih banyak ditempatkan di bagian bawah
piramid, sebaliknya posisi peserta lama yang jumlahnya lebih sedikit ditempatkan di
bagian atas piramid, sedangkan promotor atau founder (pendiri) dari skema ini berada
pada posisi paling atas (puncak) piramid. Setiap dana yang ditempatkan dalam skema
akan disisihkan lebih banyak untuk promotor dan sisanya untuk diputar pada peserta
61
Andrias Harefa, Menapaki Jalan DS-MLM, (Yogyakarta : Gradien Books, 2007), hal. 84.
dapat dibedakan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Debra A. Valentine, bahwa :
piramida. Persyaratan Skema Ponzi adalah dengan promosi akan adanya awal, atau
seolah-olah ada, suatu peluang investasi yang riil. Seringkali hal ini melibatkan
pembangunan sumber daya yang bernilai tinggi seperti minyak bumi, gas alam,
mineral, pertambangan, real estate, dan sebagainya, dan apa yang dipromosikan
sering memang benar-benar ada. Sang promotor memiliki sebuah pertambangan, atau
mempunyai investasi di bidang properti, namun, jika sumber daya itu memang betul
ada, si promotor telah melipatgandakan nilainya (overvalued), di sisi lain, aset dan
sumber daya yang menjadi dasar peluang investasi sesungguhnya hanya khayalan
bahwa aset tersebut dapat lebih dikembangkan dengan tambahan modal, dan si
promotor akan berbagai keuntungan dengan investor. Hal ini memberikan gambaran
investasi yang dilakukan, padahal yang sesungguhnya terjadi adalah promotor hanya
62
Debra A. Valentine, Op.cit.
menimbulkan dua hal, pertama para investor awal akan menambah saham
operasinya, kedua akan ada investor baru yang tertarik dengan skema ini. Proses
pembayaran dividen terus berlanjut dan semakin banyak investor baru yang
berdatangan sampai penipuan ini terbuka atau promotor diam-diam melarikan diri
pengertian yang jelas antar partisipan bahwa suksesnya peluang yang ada tergantung
Inti dari kedua penjelasan tersebut adalah seorang anggota dalam Skema
Ponzi tidak diharuskan untuk merekrut anggota baru, juga tidak dijanjikan komisi
yang bergabung lebih awal. Sebaliknya, dalam Skema Piramid keuntungan seseorang
dikaitkan dengan banyaknya jumlah anggota baru yang direkrut oleh dirinya dan
diperoleh akan semakin tinggi. Kedua skema meskipun berbeda dalam hal besarnya
pembagian keuntungan, namun dipastikan akan runtuh dan merugikan banyak orang
secara finansial. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Debra A. Valentine, sebagai
berikut 63 :
63
Ibid.
Istilah lain dari program Skema Piramid adalah praktik penggandaan uang,
money game, arisan berantai, bisnis berkedok MLM, investasi berantai, dan lain-lain.
Skema Piramid umumnya diterapkan dalam bisnis berkedok MLM, dimana Skema
Bisnis MLM murni dan bisnis berkedok MLM sering kali diidentikkan karena
namun demikian, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya terkait dengan sistem
sarana untuk membangun jaringan pelanggan melalui kinerja mitra usahanya dalam
pemasaran produk. Penerapan sistem perekrutan dalam bisnis MLM murni ditujukan
untuk membentuk sebuah organisasi bisnis yang solid dan produktif. Berdasarkan
MLM murni memberikan penghasilan yang layak kepada mitra usahanya. Hal
tersebut bertolak belakang dalam bisnis berkedok MLM yang menggunakan biaya
dibentuk, tetapi jaringan korban. Bisnis berkedok MLM dapat bertahan hanya apabila
Biaya tersebut dipatok dalam jumlah yang relatif tinggi, namun jumlah tersebut akan
Promotor bisnis berkedok MLM umumnya adalah ahli psikologi kelompok, mereka
menciptakan suasana hingar bingar dan antusias dimana terjadi tekanan kelompok
pendaftaran pada saat awal bergabung, namun jumlahnya relatif kecil dan umumnya
dapat dijangkau oleh semua orang. Biaya tersebut lebih bersifat administratif dan
sangat realistis untuk sebuah starter kit (katalog produk, kaset, marketing plan, buku
pedoman distributor, sample produk, dan lain sebagainya), yaitu peralatan yang
diberikan perusahaan untuk keperluan mitra usaha dalam memasarkan produk kepada
konsumen. Setiap mitra usaha yang mensponsori anggota baru tidak memperoleh
keuntungan sepeser pun dari biaya pendaftaran yang dikeluarkan oleh anggotanya
tersebut. Artinya, biaya pendaftaran dalam bisnis MLM murni bukanlah wadah
64
Edy Zaques (Editor), “Membedakan Bisnis DS-MLM dengan Money Game”, Info APLI,
Edisi XXX (Okt-Des, 2005), hal. 8.
65
Andreas Harefa, Op.cit., hal. 88.
sedangkan komisi mitra usaha didasarkan atas jasanya dalam menjual produk kepada
konsumen. Setiap mitra usaha dalam perusahaan MLM memiliki peluang yang sama
untuk meraih kesuksesan sesuai dengan hasil kerja keras mereka masing-masing. Hal
ini seperti yang pernah ditanyakan oleh Debra A. Valentine, sebagai berikut 66 :
tertentu untuk lebih meyakinkan calon anggota, sekaligus untuk menyamarkan Skema
ke konsumen, namun, harga yang ditetapkan untuk produk tersebut terlalu tinggi dan
tidak realistis. Produk tersebut sama sekali tidak bisa bersaing dengan produk sejenis
yang dijual di pasaran, sebab harganya tidak sebanding dengan mutunya. Bisnis
berkedok MLM yang tidak terlalu mudah diidentifikasi sering menggunakan produk
yang biaya produksinya rendah. Produk tersebut diklain sebagai produk ajaib hasil
inovasi atau pengobatan eksotik yang pada intinya kualitas produk terlalu dilebih-
lebihkan oleh promotor, tidak sesuai dengan kualitas asli, bahkan sebenarnya tidak
layak untuk dikonsumsi. Produk dalam bisnis berkedok MLM biasanya diberikan
sebagai ganti biaya pendaftaran yang telah dibayar oleh setiap anggota. Pada
66
Debra A. Valentine, Op.cit.
produk, dan dipastikan tidak ada orang yang bersedia membeli produk tersebut
seharga modal yang telah dikeluarkan. Ilustrasinya, seorang anggota mungkin harus
bermanfaat senilai Rp. 2 juta. Ia dipastikan tidak akan berhasil menjual obat tersebut
kepada orang lain, sebab tidak rasional sama sekali untuk mengeluarkan uang sebesar
Rp. 2 juta untuk obat yang belum jelas khasiatnya. Ia juga tidak mungkin
mengembalikan obat tersebut kepada perusahaan untuk meminta kembali uang Rp. 2
juta-nya, sebab perusahaan tidak memberikan jaminan untuk membeli kembali dan
keuntungan yang lebih besar adalah dengan merekrut banyak peserta baru.
ini hanya demi kepentingan si distributor sendiri, agar mudah memasarkan produk
dan tidak membuat konsumen yang berminat harus menunggu lama). Perusahaan
MLM murni memberikan jaminan untuk membeli kembali atau menukar produk yang
sulit untuk dipasarkan oleh mitra usaha. Dengan demikian mitra usaha tidak akan
67
Andreas Harefa, Op.cit., hal. 91.
uang kembali (money back guarantee), dimana konsumen dapat mengembalikan atau
menukar produk yang telah dibeli dalam waktu tertentu pada distributor yang
kembali bagi konsumen yang tidak puas, dengan alasan apapun, menunjukkan
kepercayaan diri yang tinggi terhadap kualitas produk perusahaan. Hal ini
tidak hanya dapat dijual, tetapi sungguh-sungguh dapat dijual kepada publik. 68
berumur panjang. Perusahaan MLM terkemuka seperti Amway dan CNI telah
merupakan usaha yang tidak saja patuh hukum (legal), tetapi juga memegang teguh
etika bisnis (kode etik dan aturan prilaku yang berlaku secara internasional).
Tidak satupun perusahaan dengan menggunakan Skema Piramid di dunia ini yang
berumur panjang, sebab tidak ada program yang bisa merekrut anggota selamanya.
Kebanyakan dari perusahaan Skema Piramid hanya dapat bertahan dalam hitungan
68
Ibid., hal. 167.
69
Ibid., hal. 85-86.
Piramida selalu muncul di saat industri DS-MLM mengalami perkembangan. Hal ini
terjadi di negara manapun, dimana pada saat industri MLM berkembang dan menaruh
minat banyak orang, maka Skema Piramid memanfaatkan trend tersebut untuk
masyarakat. 70
perusahaan telah menggunakan Skema Piramid dan juga Investasi Surat Berantai
pada tahun 1960-an, seperti Koscot, Bestline, Nutribio, Dare-to-be-Great dan lain-
lain”. 71 Ada pendapat bahwa hal ini telah dilakukan sejak tahun 1920-an dan
mengkaitkannya dengan Skema Ponzi (Ponzi Scheme) yang diambil dari nama pelaku
Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi atau dikenal juga dengan
nama Charles Ponzi adalah seorang imigran asal Italia yang lahir pada tanggal 03
Maret 1882. Ponzi dikenal sebagai salah satu penipu terbesar dalam sejarah Amerika
Serikat. Ponzi mulai pindah dari Italia dan menetap di Kanada pada tahun 1903,
disana ia pernah dua kali masuk penjara karena terlibat kasus pemalsuan dan
penipuan. Setelah dibebaskan dari penjara Kanada, Ponzi kemudian pindah ke Boston
70
Edy Zaqeus, Op.cit., hal. 8.
71
Andrias Harefa, Op.cit., hal. 87.
Sedunia) yang pada masa itu digunakan dalam surat-menyurat internasional sebagai
negara mengirim surat kepada B (biasanya perusahaan atau badan lainnya) yang
pemesanan barang harus disertai PRC. PRC tersebut bisa ditukarkan dengan perangko
untuk mengirim barang-barang yang diminta kliennya melalui jasa pos, maksudnya
agar B tidak dibebani biaya perangko karena A sudah menyediakannya dalam bentuk
Inflasi di Eropa cukup tinggi pasca Perang Dunia II, sehingga terjadi
perbedaan biaya pengiriman lewat pos dari Amerika Serikat ke Eropa dengan dari
Eropa ke Amerika Serikat. Akibatnya, PRC yang dijual di Italia atau di Eropa
harganya lebih rendah dibandingkan dengan di Amerika Serikat. Ide Ponzi adalah
membeli PRC dari Italia, kemudian diuangkan di Amerika Serikat. Ponzi selanjutnya
menginvestasikan uang dengan janji pembayaran bunga sebesar 40% dalam waktu 90
72
Benni Sinaga, Rahasia Gelap di Bursa Saham, Cet. I, (Jakarta : Gerrmedia Pressindo,
2013), hal. 93-94.
73
Debra A. Valentine, “General Counsel for The US. Federal Trade Commission Pyramid
Schemes, presented at the International Monetary Fund’s Seminar on Current Legal Issues Affecting
Central Banks”, Washington DC, 14 May 1998.
Tawaran Ponzi berhasil memikat banyak orang dan hanya dalam waktu 4 bulan,
Ponzi mampu mengumpulkan dana sebesar $. 420.000 (setara dengan 620 Kg emas)
dari para investornya. Perusahaan Ponzi semakin terkenal dan mendapatkan banyak
dana investasi setelah harian The Boston Post menerbitkan artikel yang berisi
Ide Ponzi sesungguhnya telah gagal sejak awal. Hal ini disebabkan karena
jumlah investasi yang diterima Ponzi tidak sesuai dengan PRC yang beredar, dan
PRC sendiri tidak dapat dibeli dalam jumlah banyak. Ponzi kemudian menemukan
ide baru, yaitu membayar uang investor lama dari uang investor baru. Metode ini
diberinya nama bubble burst. Ide tersebut pada mulanya berjalan dengan lancar,
sebab jumlah investor di perusahaan Ponzi mengalami peningkatan. Dana baru yang
masuk bisa menutup pembayaran bunga kepada investor lama, dan kebanyakan dari
bernama Hanover Trust Bank, dan dengan uang tersebut ia dapat menerima bunga
sebesar 5% yang merupakan keuntungan riil dari Security Exchange Company (SEC).
Pola bisnis Ponzi ternyata telah menarik perhatian Clarence Barron, seorang
artikel dalam harian The Boston Post yang berisi analisa bahwa pola bisnis Ponzi di
SEC secara finansial tidak mungkin menguntungkan. Tidak ada kecocokan antara
volume PRC dengan keuntungan yang dijanjikan Ponzi kepada nasabahnya. Berita ini
Hanover Trust Bank yang hanya mendapat bunga sebesar 5% per tahun, sedangkan
SEC sendiri memberi bunga sebesar 40% dalam waktu 90 hari. Kecurigaan tersebut
menuliskan sebuah artikel dalam harian The Boston Post yang berisi pernyataan
bahwa SEC sesungguhnya telah pailit, sebab asetnya tidak mencukupi jumlah yang
harus dibayarkan kepada nasabah. Berita ini kembali membuat para investor
ketika jumlah saldo Ponzi di Hanover Trust Bank tidak lagi mencukupi pembayaran
menyatakan bahwa Ponzi telah bangkrut. Aset yang dimiliki Ponzi hanya sekitar
US$. 1,6 juta jauh di bawah nilai hutangnya pada para investor. Ponzi akhirnya
dijatuhi hukuman penjara selama 5 (lima) tahun oleh Pengadilan Federal dengan
tidak terkecuali MLM. Pengadopsian Skema Ponzi ke dalam bisnis MLM kemudian
Program MLM Turner memiliki empat tingkat distributor dari tingkat paling rendah
adalah peserta potensial yang dimungkinkan untuk masuk pada salah satu dari tiga
nilainya relatif besar. Investasi tersebut memberikan hak bagi setiap anggota untuk
kosmetik untuk dipasarkan ke konsumen dari investasi awal yang dibayarkan dan
menjanjikan komisi kepada setiap anggota yang berhasil merekrut anggota baru.
Pemberian komisi tersebut ternyata diperoleh dari investasi yang dibayarkan oleh
anggota baru. Akibatnya, para anggota lebih fokus melakukan perekrutan terus-
menerus demi mendapat komisi daripada harus menjual produk ke konsumen. Produk
distributor. Koscot sendiri tidak memberi jaminan untuk membeli kembali stok yang
tidak berhasil dipasarkan oleh distributor, sebab pembayaran komisi dibayarkan dari
74
86 FTC. 1106, “In The Matter of Koscot Interplanetary, Inc.”, Order, Opinion Etc., in
Regard to Alleged Violation of The Federal Trade Commission Act and Sec. 2 of Clayton Act.
75
Ibid.
para anggota atau calon anggota Koscot yang memaparkan kesuksesan dan kekayaan
yang menanti mereka. Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah membujuk para anggota
atau calon anggota untuk membeli paket kosmetik yang tersedia di Koscot. 76
pengaduan dari para distributor Koscot ke Federal Trade Commission (FTC), yaitu
November 1975, FTC akhirnya memutus sistem yang digunakan Koscot adalah ilegal
Praktek bisnis dengan konsep Skema Piramid di Indonesia juga berasal dari
Skema Ponzi yang pertama kali diterapkan oleh Jusup Handojo Ongkowidjaja dalam
Yayasan Keluarga Adil Makmur (YKAM) yang didirikannya pada tahun 1987 di
royong” yang menawarkan paket kredit sebesar Rp. 5 juta tanpa bersusah payah.
Syaratnya para peserta cukup membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 50 ribu, dan
menyetor tabungan Rp. 30 ribu sebanyak 7 (tujuh) kali dalam waktu satu bulan.
Pengembalian pinjaman Rp. 5 juta tersebut dapat diangsur selama 15 tahun, dan jika
sudah lunas peminjam juga dijanjikan bonus sebesar Rp. 9,6 juta. Tawaran ini
76
Ibid.
77
Ibid.
78
Debra A. Valentine, Op.cit.
mencapai lebih dari 44.000 orang dengan paket terdaftar sebanyak 70.000 buah,
Selanjutnya, usaha YKAM hanya bertahan sampai bulan Februari 1988. Pada
saat itu, Ongko sedang mengalami kesulitan dalam mencairkan paket kredit yang
sudah jatuh tempo. Rencana pencairan sekitar 291 paket kredit yang berjumlah lebih
dari Rp. 1 miliar gagal, sebab pada saat itu uang yang ada di kas YKAM hanya Rp.
30 juta. Para anggota menjelang hari jatuh tempo seperti biasa mendatangi kantor
YKAM untuk meminta pembagian paket pinjaman. Ongko yang pada saat itu tidak
sebesar Rp. 18 miliar melalui YKAM, tetapi yang sempat menikmati paket kredit
Ongko hanya 2337 orang yang totalnya Rp. 12 miliar, sehingga sisanya Rp. 6 miliar
dinyatakan telah dikorupsi oleh Ongko. Ongko akhirnya divonis 15 tahun penjara
dnegan tuduhan melakukan penipuan tindak pidana korupsi, sampai di tingkat kasasi
Skema Ponzi terapan Ongko ternyata juga telah mengilhami sejumlah orang
79
Harian Suara Merdeka, “Belajar Dari Kasus CV Medical”, diterbitkan Senin, 25 April
2005. Lihat juga : Majalah Tempo, diterbitkan Sabtu, 20 Februari 1988.
80
Ibid.
81
Ibid.
Tabel 1.
Daftar Perusahaan Yang Menggunakan Skema Ponzi
diperkirakan berjumlah lebih dari puluhan ribu jiwa dnegan total kerugian mencapai
Skema Piramid adalah metode yang digunakan dalam bisnis ilegal dengan
melibatkan pertukaran uang terutama untuk mendaftarkan orang lain ke dalam skema.
Bisnis dengan Skema Piramid umumnya tidak menyediakan produk berupa barang
dan/atau jasa untuk ditawarkan. Adakalanya bisnis ini juga menyediakan produk,
namun produk tersebut hanya untuk menyamarkan penipuan agar terlihat seperti
bisnis yang riil. Sistem kerja Skema Piramid dapat digambarkan seperti contoh di
bawah ini 82 :
sebesar Rp. 5 jt untuk bergabung, dan setiap peserta dapat merekrut beberapa peserta
baru. Contoh skema di atas terdiri dari lima level, dan setiap peserta sampai level
Rp. 1,5 jt dari setiap downline yang direkrutnya sendiri, dan akan diberikan bonus Rp.
300 rb untuk setiap peserta baru yang berhasil direkrut oleh jaringannya. 83
perusahaan) Skema Piramid selalu meyakinkan setiap peserta bahwa mereka bisa
82
Andreas Harefa, Op.cit., hal. 85-86.
83
Ibid.
bagian atas matriks. Perspektif ini menunjukkan bahwa orang yang berada pada level
pertama dapat memperoleh Rp. 39,6 jt dari investasi sebesar Rp. 5 jt, keuntungan ini
berarti ada sebesar 792%. Tawaran ini sangat menggiurkan dan patut
Analisa selanjutnya dari skema di atas adalah dengan melihat puncak matriks.
Puncak matriks diduduki peserta level pertama, tetapi sesungguhnya promotor berada
di tempat yang lebih atas dari peserta level pertama. Promotor memandang setiap
anggota baru sebagai alat spekulasi keuntungan, dan membayarkan sedikit beban
untuk sebagian peserta dari pendapatan yang mengalir padanya. Promotor akan
menerima Rp. 5 jt untuk setiap pendaftaran peserta baru, dan paling banyak ia harus
membayar Rp. 2,4 jt untuk setiap peserta (komisi ditambah bonus). Jadi, promotor
akan menerima Rp. 5 jt dari setiap anggota, akan tetapi ia hanya harus membayar Rp.
1,5 jt untuk setiap anggota baru yang berhasil direkrut langsung oleh peserta, dan
membayar bonus Rp. 300 rb kepada upline yang jaringannya berhasil merekrut
Analisa selanjutnya jika diasumsikan skema ini ambruk setelah level kelima
84
Ibid.
85
Ibid.
Analisa selanjutnya adalah dengan melihat dari sudut pandang korban, setelah
seluruh Skema Piramid runtuh. Korban pada level kelima (paling bawah piramida)
yang awalnya merasa memiliki peluang untuk menjadi level pertama seketika
menunjukkan bahwa korban terbanyak dari keruntuhan Skema Piramid adalah orang
yang berada pada level terbawah, setidaknya 70% anggota berada pada level
akan kehilangan Rp. 5 jt, bahkan sering kali orang yang berada satu tingkat di atas
level terbawah piramida tidak dapat mengembalikan modalnya secara utuh. Hal ini
semakin menambahkan jumlah korban menjadi sekitar 89% dari anggota Skema
Piramid (dalam contoh skema di atas adalah 108 orang dari 121 anggota) ditakdirkan
86
Ibid.
87
Ibid.
perusahaan MLM tersebut tidak ada. Sehingga para downline tetap dirugikan karena
berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu,
telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang
dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau
jasa yang ditawarkan bervariasi, baik produk luar negeri maupun produksi dalam
negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen
88
Andrias Harefa, Op.cit., hal. 86.
dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasanuntuk memilih aneka jenis dan
kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. 89
Salah satu cara yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam memenuhi kebutuhan
dengan Sistem Penjualan Langsung Pasal 1 ayat 1 adalah : “Metode penjualan barang
dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra
usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan
Untuk melindungi konsumen dari praktik direct selling palsu dan sekaligus
masyarakat untuk bijak dalam memilih perusahaan direct sellingyang murni dan
palsu sebelum bergabung sebagai mitra usaha sehingga konsumen tidak terjebak
dalam praktek direct selling palsu yang menggunakan sistem pemasaran jaringan
89
Andrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2008), hal. 1.
adalah sebagai berikut : “Penjualan langsung (direct selling) adalah metode penjualan
barang dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan mitra
usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan
Selling (DS) dipilih oleh sebagian banyak perusahaan. Alasan-alasan tersebut antara
perusahaan, distributor, konsumen, sistem kerja, dan komisi. Unsur-unsur ini akan
90
Andrias Harefa, Op.cit., hal. vii-viii.
usaha yang berbentuk badan hukum yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
selaku distributor maupun anggota jaringan. Pengertian distributor atau mitra usaha
mandiri jaringan pemasaran atau penjualan yang berbentuk badan usaha atau
perseorangan dan bukan merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang
memasarkan atau menjual barang dan/atau jasa kepada konsumen akhir secara
langsung dengan mendapatkan imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.
3. Konsumen
DAG/PER/8/2008 adalah : Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa, baik untuk
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
4. Sistem Kerja
91
Priyadi, “Bedan Sistem MLM”, www.priyadi.net., diakses pada 03 Mei 2014.
distributor baru melalui perekrutan yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun
anggotanya. Sistem kerja Direct Selling juga meliputi sistem pelatihan (support
system) berupa pengajaran materi serta motivasi yang bertujuan untuk memudahkan
prestasi tertentu. 93
5. Komisi
pengertian komisi adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha
yang besarnya dihitung berdasarkan hasil kerja nyata, sesuai volume atau nilai hasil
dilakukannya sendiri dan yang dilakukan oleh jaringannya. Komisi tersebut berupa
potongan harga, bonus, atau insentif yang ditetapkan perusahaan secara berjenjang
sesuai dengan nilai penjualan(biasanya disebut volume point, business point, volume
92
Website Resmi Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia, “Saatnya MLM Menggali dan
Mengedepankan Value”, www.apli.or.id., diakses tanggal 03 Mei 2014.
93
Mark Yarnell dan Rene Reid Yarnell, Tahun Pertama Anda Dalam Network Marketing,
(Jakarta : Penerbit Erlangga, 1999), hal. 207.
anggota. 94
kita jumpai di acara iklan televisi yang bersifat khusus. Dalam acara televisi tersebut,
produk bagi konsumen. Produk yang ditawarkan bervariasi seperti alat-alat dapur,
obat herbal, sandal kesehatan, alat-alat olahraga, dan lainlain. Sistem SLM ini
menggunakan metode pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem penjualan langsung
melalui program pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan
komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan/atau jasa yang
dilakukannya sendiri.
Defenisi MLM/ Penjualan Berjenjang secara hukum dapat dijumpai dalam Pasal 1
Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang adalah suatu cara atau metode penjualan secara
kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang
94
Andreas Harefa, Op.cit., hal. 3.
palsu. Pengertian dari Multi Level Marketing palsu tidak disebutkan secara langsung
di dalam Permendag RI No. 32 Tahun 2008, akan tetapi dengan menggunakan istilah
menurut Pasal 1 angka 12 adalah kegiatan usaha dengan nama atau istilah apa pun
memperoleh imbalan yang berasal atau didapatkan terutama dari hasil partisipasi
orang lain yang bergabung kemudian atau sesudah bergabungnya mitra usaha
tersebut, dan bukan dari hasil kegiatanpenjualan barang dan/atau jasa. Dalam
sendiri dengan cara melanggar hukum. Penghasilan utama para mitra usaha dalam
jaringan MLM palsu diperoleh dari komisi/bonus perekrutan anggota, bukan dari
penjualan produk. Dalam MLM palsu produk dijadikan sebagai kedok untuk
menutupi niat tidak baik perusahaan dalam menghimpun dana masyarakat secara
Sebaliknya, MLM asli memiliki surat izin khusus berupa SIUPL diatur secara
tegas dalam Pasal 9 Permendag No. 32 Tahun 2008. SIUPL tersebut berlaku
kegiatan usaha perdagangan dengan sistem MLM diberikan SIUPL sementara dengan
masa berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat ditingkatkan menjadi SIUPL tetap
dengan masa berlaku selama perusahaan menjalankan kegiatan usahanya jika sesuai
Sementara menjadi SIUPL Tetap diajukan 30 hari kerja atau paling lambat 14 hari
kerja sebelum SIUPL Sementara habis masa berlakunya. Perusahaan yang telah
mendapatkan SIUPL Tetap wajib melakukan pendaftaran ulang setiap 5 (lima) tahun.
1. “Memiliki alur distribusi barang dan/atau jasa yang jelas dari perusahaan
sampai kepada konsumen akhir; dan
2. Jumlah komisi dan bonus atas hasil penjualan yang diberikan kepada
seluruh mitra usaha dan jaringan pemasaran dibawahnya paling banyak
40% dari jumlah nilai penjualan barang dan/atau jasa perusahaan kepada
mitra usaha”.
Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan barang dan/atau jasa dengan sistem Direct Selling.
Perusahaan yang melakukan usaha perdagangan dengan sistem Direct Selling sesuai
dengan Pasal 6 ayat (1) harus berbadan hukum Indonesia berbentuk perseroan
terbatas dan perdagangan dengan sistem Direct Selling dapat dilakukan oleh
perusahaan dalam rangka penanaman modal dalam negeri atau penanaman modal
sebagaimana yang tertuang dalam ayat (2). Setiap perusahaan berdasarkan Pasal 9
ayat (1) wajib memiliki SIUPL dan berlaku di seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia seperti yang tertuang dalam ayat (2). Dalam Pasal 9 ayat (3), perusahaan
yang baru melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem direct selling akan
95
Ibid., hal. 30.
berdasarkan Pasal 9 ayat (4), SIUPL sementara dapat ditingkatkan menjadi SIUPL
Peningkatan SIUPL Sementara menjadi SIUPL Tetap dapat diajukan 30 (tiga puluh)
hari kerja sebelum masa berlakunya berakhir atau paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja sebelum SIUPL Sementara habis masa berlakunya dan setiap 5 (lima) tahun
wajib melakukan pendaftaran ulang seperti apa yang tertuang dalam Pasal 9 ayat (6).
memberikan rasa nyaman kepada calon mitra usaha dan calon konsumen agar tidak
akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis oleh pejabat penerbit
SIUPL. Peringatan secara tertulis akan diberikan sebanyak 3(tiga) kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat
peringatan diberikan sesuai dengan Pasal 26 ayat (1). Berdasarkan Pasal 27 ayat (1),
SIUPL dengan jangka waktu 1 (satu) bulan apabila masih tetap menjalankan sistem
pemasaran jaringan terlarang dan sanksi administratif berupa pencabutan SIUPL akan
Mengenai tanggung jawab pelaku usaha terhadap produk yang dijual dengan
sistem penjualan langsung / Direct Selling apabila dirinci secara lebih sederhana,
adanya suatu perjanjian, berarti bahwa dalam melakukan suatu kontrak atau
perjanjian, sudah barang tentu ada yang bertanggung jawab atas sesuatu yang telah
perundang-undangan, berarti tanggung jawab itu dipikul oleh orang yang melakukan
mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Jadi akibat dari perbuatannya itulah yang
menimbulkan adanya suatu tanggung jawab dimana tanggung jawab itu harus dipikul
olehnya sendiri. Baik itu akibat dari perbuatan yang melawan hukum dikehendakinya
maupun tida dikehendakinya oleh si pembuat atau dalam arti karena kurang hati-hati
96
NHT. Siahaan, Hukum Konsumen : Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk,
(Jakarta : Panta Rei, 2005), hal. 52.
produk atau jasa yang ditujukan untuk menyentuh pikiran dan perasaan konsumen.
Wujud penjualan tidak langsung (Soft Sell) dapat ditemui dalam bentuk iklan, humas,
Kelebihan dari penjualan tidak langsung ini adalah konsumen akan lebih setia
(loyal) terhadap suatu merek dikarenakan informasi yang mereka peroleh sebelum
membeli produk tersebut telah masuk dalam pikiran dan hati konsumen. Selain itu,
seperti produk peralatan rumah tangga, makanan dan minuman, keperluan kantor, dan
97
Tom Duncan, Principles of Advertising & IMC, 2nd Ed., (Inggris : Mc.Graw Hill Inc.,
2005), Bab 17.
98
Ibid.
bisnis berkedok MLM, perlu untuk mengetahui perspektif hukum sistem MLM itu
sendiri. Dari mana dalam perspektif sejarah hukum, MLM itu berasal.
Legalitas sistem bisnis MLM pertama kali diakui di Amerika Serikat melalui
penyidikan dan investigasi resmi US.FTC (United State Federal Trade Commission)
pada tahun 1978 di perusahaan Amway. Hakim Timoty melalui penyidikan dan
investigasi resmi menegaskan bahwa pola penjualan dan pemasaran Amway (sebagai
wakil dari perusahaan MLM yang sah) bukanlah pola piramid. Pertimbangannya
jenis piramid karena sistem Amway tidak melibatkan sebuah eksploitasi investasi
distributor baru. Sebuah starter kit yaitu peralatan untuk memasarkan produk ke
99
93 FTC. 618, “In The Matter of Amway Corporation, Inc.”, Final Order, Opinion, etc., In
Regard to Alleged Violation of The Federal Trade Commission Act.
karena : (1) tidak memberi komisi berdasarkan perekrutan; (2) penjualan produk
adalah pra-syarat untuk menerima bonus kinerja; (3) membeli kembali (garansi)
persediaan produk distributor yang berlebihan; (4) mensyaratkan komisi atau bonus
dengan menguji sifat sistem itu sendiri, apakah ia bersifat etis, logis, dan profesional.
Amway (wakil dari perusahaan MLM yang sah), menyatakan sebagai berikut 100 :
All but a few the regularline products sold under the Amway name are
manufactured by Amway or its subsidiary, Nutrilite Products, Inc. Amway’s
plant and equipment are modern and efficient. Amway follows recognized
industry standards of good manufacturing practice. It has a substantial
research and development operation and expends generally as much per sales
dollar as larger competitors in the personal care products field.
Amway’s products have very high consumer acceptance. A market study in the
record shows that of 37 brands of laundry detergent, Amway’s product, with
only a very small market share and no national advertising, was third in
100
Ibid.
What this means overall is that consumers are obviously well served by the
products that Amway supplies them with. In fact, they are so well-served, in
the face of a large number of available substitutes, they purchase Amway
products to a degree which is almost unknown to other brands in the market.
Amway has achieved this consumer acceptance for its products while having
no more than 1,7% of any market in which it competes and while spending a
total of about two million dollars for advertising and sales promotion for the
years 1972 through 1975, while its top five competitors were spending about
2,3 billion dollars for that purpose.
waktu kurang dari 20 tahun Amway telah berhasil mendirikan sebuah perusahaan
pabrikasi yang besar dengan sistem distribusi yang efisien (MLM), dan mampu
dari penyediaan sumber baru tersebut dan memberikan reaksi dengan cara
sebagai wakil dari perusahaan MLM yang sah. Pengalaman sejarah membuktikan
berbasis MLM di seluruh dunia. Keputusan 93 FTC. 618 (common law) ini telah
dijadikan landasan kukuh bagi perusahaan MLM yang sah untuk terus berkembang
Menurut Andrias Harefa, untuk dapat menguji keabsahan bisnis MLM harus
didasarkan pada dua aspek. Aspek pertama mengenai rancangan yang dikemukakan
produk untuk dipergunakan secara pribadi. Aplikasi dari tes ini adalah sama sekali
tidak ada sesuatu yang salah atau ilegal dalam konsumsi pribadi. Aspek kedua adalah
dalam penerapan rencana dari marketing plan tadi, bahwa seorang mitra dalam
(perekrutan downline). Penerapan marketing plan yang baik dan sah dari suatu
perusahaan MLM adalah menyediakan suatu peluang single level untuk memperoleh
keuntungan bagi mitra usaha yang memilih untuk tidak mensponsori orang lain.
orang lain tetap ada saat terjadi peningkatan penjualan (prestasi penjualan produk
Oleh karena itu, sejarah hukum bisnis MLM pertama kali terdapat di Amerika
Serikat pada perkara Amway yaitu salah satu perusahaan MLM yang sah, maka
perusahaan-perusahaan MLM yang ada, dapat bertolak kepada 93 FTC. 618 pada
101
Andrias Harefa, Op.cit., hal. 113-114.
102
Ibid., hal. 126-127.
Dengan kata lain, core business (inti bisnis) dari perusahaan Amway adalah
riil, maka yang perlu diketahui adalah tentang komisi yang dibayarkan apakah
berdasarkan perekrutan atau tidak. Lalu selanjutnya disidik lagi mengenai apakah
produk benar-benar telah dijual dan bonus diberikan dengan hanya dengan syarat
sebagai hasil kerja untuk menjual bukan bonus penjualan melainkan bonus kinerja.
Berikutnya apakah produk tersebut dapat ditukarkan apabila tidak laku dijual di
pasaran. Barulah dapat diketahui bahwa ada penjualan produk atau tidak, apakah
4. Terutama dari biaya partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau
menentukan kegiatan bisnis berkedok MLM atau tidak dengan menggunakan unsur-
dapat menentukan kegiatan usaha tersebut berasal dari hasil kegiatan penjualan
barang atau tidak, apakah ada produk yang diperdagangkan. Bagaimana produknya,
apakah berkualitas atau tidak, bermanfaat atau tidak. Setelah itu, Penyidik Polri dapat
2014 tentang Perdagangan, dimana sebelumnya tidak ada dasar hukum bagi Penyidik
untuk menerapkan ketentuan hukum kepada pelaku bisnis berkedok MLM, maka
Penyidik hanya menggunakan KUHP khususnya ketentuan Pasal 372 dan/atau 378
atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
Pasal 1 angka 1 KUHAP. Jadi, Penyidik dalam hal penanganan perkara tindak pidana
penipuan dan atau penggelapan sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 372 dan/atau
378 KUHP dalam konteks penelitian ini adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
memenuhi unsur pasal apakah ketentuan pasal yang dipersangkakan terpenuhi atau
“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan,
dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling
banyak sembilan ratus rupiah”.
103
Jeremias Lemek, Penuntun Praktis Membuat Pledoi, Cet. II, (Yogyakarta : New Merah
Putih, 2009), hal. 181.
dan penipuan mempunyai perbedaan yang sangat tipis. Unsur “Kekuasaannya Bukan
Karena Kejahatan” harus dibuktikan bahwa uang yang diberikan oleh calon nasabah /
“Barang Siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan cara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau
supaya memberi hutang maupun menghapuskan hutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun”.
yaitu 104:
Unsurpoin c di atas yaitu mengenai “cara” adalah unsur pokok delik yang
104
Ibid., hal. 122.
penipuan (ex Pasal 378 KUHP) adalah terletak pada cara/upaya yang telah digunakan
oleh si pelaku delik untuk menggerakan orang lain agar menyerahkan sesuatu
barang”.
cara melakukan bujuk rayu dan tipu muslihat. Kata kuncinya adalah bujuk rayu dan
tipu muslihat. Bentuk bujuk rayu tersebut dapat berupa janji-janji mendapatkan imbal
hasil lebih besar dari uang yang diinvestasikan. Lalu caranya bagaimana dilakukan
oleh si pelaku.
Tahun 2014 tentang Perdagangan yang pada Pasal 9 melarang distributor barang/jasa
praktek bisnis berkedok MLM dengan Pasal 378 dan 372 KUHP tentang Penipuan
dan Penggelapan.
1934yang lebih banyak mengatur perizinan usaha. Draf RUU Perdangan yang
disetujui DPR melalui Sidang Paripurna pada hari Selasa tanggal 11 Februari 2014,
Menteri. 105
peraturan hukum yang dapat digunakan oleh Penyidik untuk memberantas praktek
Adapun hal-hal yang akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, antara lain 107 :
Adapun hal-hal yang akan diatur melalui Peraturan Presiden, antara lain 108 :
105
Hukum Online, “M. Agus Yozami : Mengintip Aturan Pelaksana UU Perdagangan : Ada
Beberapa Hal Yang Akan Diatur Melalui PP, Perpres, dan Permen”, diakses tanggal 03 Mei 2014.
106
Pasal 121 Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
107
Hukum Online, Loc.cit.
108
Ibid.
Sedangkan hal-hal yang akan diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain 109 :
109
Ibid.
yang terdapat di dalam Pasal 105 terkait dengan Pasal 9 dalam Undang-Undang No. 7
penjualan barang dan/atau jasa dengan menggunakan skema piramida, maka sanksi
terdapat dalam ketentuan Pasal 105, yang menyebutkan bahwa : “Pelaku Usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, dan Tambahan
Sebenarnya tidak ada hubungan antara skema piramida itu dengan bisnis
MLM atau money game. Dimana saja berlaku skema piramida. Pemerintahan,
organisasi, apapun. Presiden hanya satu, menteri hanya satu, ini juga menjadi
jawaban, mengapa pada sistem binari orang perlu membangun beberapa unit usaha,
bukan tidak boleh tetapi untuk apa. Seorang pelaku MLM punya kesempatan untuk
membangun jaringannya. Apabila bisnis MLM itu murni, ada produknya, kualitasnya
terjamin, produk yang tidak laku dapat dikembalikan, bonus, maka MLM yang
menggunakan skema piramida tidak salah dan tidak dapat dikategorikan sebagai
berkedok MLM adalah perbuatan seseorang yang merekrut dengan cara membujuk
rayu orang lain agar ikut menanamkan uangnya. Bujukan itu diiming-imingi oleh
hasil investasi yang menggiurkan, akan tetapi, dalam pelaksanaannya tidak seperti
yang diharapkan dan mengakibatkan orang lain menderita kerugian. Barulah hal ini
perusahaan MLM sering menggunakan skema piramida, dan itu bukan merupakan
110
The Billionare Magazine, “Skema Piramida &Money Game”, Edisi Mei 2012, hal. 28-36.
mencari keuntungan dengan cara-cara yang melawan hukum, maka perbuatan pelaku
tersebu tidak bisa dilepaskan dengan Penjelasan Pasal 9, yang menyatakan bahwa :
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan warga negara indonesia atau
badan hukum yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan bekedudukan dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Idonesia yang melakukan kegiatan usaha di bidang Perdagangan”.
Oleh karena itu, maksud skema piramida dalam Pasal 9 tersebut adalah
kegiatan usaha yang bukan dari hasil penjualan barang. Kegiatan yang memanfaatkan
keikutsertaan mitra usaha untuk memperoleh imbalan atau pendapatan dari partisipasi
orang lain. Skema piramida tetap tidak dapat dipersalahkan apabila sebuah
mencari keuntungan dari perekrutan orang tanpa penjualan barang dagangan inilah
perusahaan MLM yang menerapkan skema piramida, apakah barang tersebut layak
dijual, berkualitas atau tidak, bermanfaat atau tidak, dapat dikembalikan atau tidak.
harus dilakukan penyelidikan terlebih dahulu tentang orang yang sedang diselidiki
tersebut, apakah pada saat membujuk orang lain untuk ikut masuk bergabung tersebut
membawa nama korporasi atau tidak. Lalu, diselidiki lagi apakah korporasi tersebut
perusahaan tanpa adanya suatu barang yang berkualitas dan bermanfaat. Apabila pada
saat perekrutan orang lain, pelaku kejahatan praktek bisnis berkedok MLM tadi tidak
member dan korporasi tersebut merugikan orang lain, maka korporasi tersebutlah
kepada korporasi yang melakukan perbuatan melawan hukum dengan dasar hukum
Pasal 9 Jo. Pasal 105 Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan
maupun tidak dapat dihabiskan, dan dapat diperdagangkan, dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha. Oleh karena itu, apabila barang
yang diperdagangkan oleh perusahaan MLM yang menggunakan skema piramida dan
metode perekrutan member tidak memenuhi Pasal 1 angka 5 ketentuan tersebut, maka