Anda di halaman 1dari 3

PONDASI PADA TANAH LAHAN

BASAH KALIMANTAN
Pengertian lahan basah

Lahan basah atau wetland (Ingg) adalah wilayah-wilayah di mana


tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman.
Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh
lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di antaranya,
adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang
menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau atau asin.
Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem.

Di atas lahan basah tumbuh berbagai macam tipe vegetasi (masyarakat


tetumbuhan), seperti hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau,
paya rumput dan lain-lain. Margasatwa penghuni lahan basah juga tidak kalah
beragamnya, mulai dari yang khas lahan basah seperti buaya, kura-kura, biawak,
ular, aneka jenis kodok, dan pelbagai macam ikan; hingga ke ratusan jenis burung
dan mamalia, termasuk pula harimau dan gajah.

Lahan gambut merupakan lahan yang sangat fragile dan produktivitasnya


sangat rendah. Kendala sifat fisik gambut yang paling utama adalah sifat kering
tidak balik (irriversible drying), sehingga gambut tidak dapat berfungsi lagi sebagai
koloid organik. Produktivitas lahan gambut yang rendah karena rendahnya
kandungan unsur hara makro maupun mikro yang tersedia untuk tanaman, tingkat
kemasaman tinggi, serta rendahnya kejenuhan basa. Tingkat marginalitas dan
fragilitas lahan gambut sangat ditentukan oleh sifat-sifat gambut yang inherent,
baik sifat fisik, kimia maupun biologisnya.
Beberapa sifat fisik yang perlu diperhatikan kaitannya dengan konservasi
tanah gambut adalah kadar air serta kapasitas memegang air. Kadar air tanah
gambut berkisar antara 100 – 1.300% dari berat keringnya(13 kali bobotnya)
menyebabkan BD menjadi rendah.

Kondisi Lahan Basah Kalimantan


Tanah di wilayah Kotamadya Banjarmasin pada umumnya adalah tanah
rawa yang daya pikulnya sangat kecil yaitu 0,2 kg/cm 2
(Bouven in Indonesia, JPB Gmelig Mayling).
Sehingga praktis pondasi yang dipakai adalah pondasi tak langsung.
Kalimantan merupakan pulau yang besar, sebagian besar wilayah
daratannya didominasi oleh lahan basah berupa sungai, rawa, pesisir pantai
yang secara tidak langsung berperan dalam proses hidrologi di pulau ini. Luas
wilayah Kalimantan Selatan 37.531 km 2 dengan luas lahan basahnya mencapai
382.272 ha. Lahan basah di Kalimantan Selatan merupakan daerah cekungan
pada dataran rendah yang pada musim penghujan tergenang tinggi oleh air
luapan dari sungai atau kumpulan air hujan, pada musim kemarau airnya
menjadi kering. Kebanyakan lahan basah di Kalimantan Selatan adalah
kawasan rawa.

Lahan gambut di Kalimantan umumnya terletak pada zona lahan


rawa air tawar, dan sebagian pada zona lahan rawa pasang surut. Secara
spesifik, lahan gambut menempati berbagai satuan fisiografi/landform,
yaitu kubah gambut, cekungan dataran danau, rawa belakang sungai,
cekungan sepanjang sungai besar termasuk oxbow lake atau meander
sungai, dan dataran pantai. Dataran dan kubah gambut terbentang pada
cekungan luas di antara sungai-sungai besar, dari dataran pantai ke arah
hilir sungai hingga mencapai jarak 10-30 km. Keracunan terjadi bila
lapisan gambut telah menipis, baik karena kesalahan dalam pembukaan
maupun karena terjadinya subsidence, sehingga senyawa pirit teroksidasi
dan menghasilkan asam sulfat dan besi.
Contoh pondasi pada tanah rawa
Untuk di tanah rawa, Banjarmasin khususnya, jenis pondasi tak langsung
yang dikenal antara lain :
A. 1. Pondasi Kalang Galam untuk banguna kayu, kecil/ringan
2. Pondasi Kalang Kacapuri Galam, untuk bangunann kayu, besar/agak
berat
B. 1. Pondasi Kalang Batang, untuk bangunan kayu, besar/permanen/berat
2. Pondasi Kalang Batang, untuk rumah batu (permanen)
C. Pondasi dengan tiang pancang kayu.

A. 1. Pondasi Kalang Galam


Pondasi Kalang Galam yaitu suatu konstruksi yang membagi beban tekan
melalui bidang yang cukup luas, merata pada tanah sehingga tekanan pada
tiap cm2 tanah menjadi kecil.
Lubang pondasi diperoleh dengan menguakkan lumpur sampai
mendapatkan tanah yang agak keras.
Tiang-tiang (tongkat) dari kayu ulin yang telah dilengkapi dengan sunduk dari
kayu ulin ditempatkan di atas/ disela kalang-kalang galam dan ditumbuk
sampai kalang-kalang galam tenggelam mantap di atas pondasi.
Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan sloof dan lain-lain untuk
pelaksanaan pendirian bangunan di atas pondasi tersebut.
Pondasi kalang galam

A. 2. Pondasi Kalang Kacapuri Galam


Bila bangunan agak besar/berat maka digunakan pondasi kalang
kacapuri galam yang konstruksinya sama dengan pondasi kalang galam.
Tetapi ditambah di bawahnya dengan selapis kalang galam lagi yang
arahnya tegak lurus kalang galam yang pertama.
Pondasi kacapuri kalang galam mini banyak digunakan untuk bangunanbangunan di
daerah pasang surut
pondasi kalang kacapuri galam

B. 1. Pondasi Kalang Batang


Untuk rumah kayu permanen, besar/berat digunakan pondasi kalang batang.
garis tengah (diameter) berkisar antara 40-60 cm.
Pada batang tersebut diletakkan dua bidang rata yaitu untuk pemasangan
tiang (tongkat) ulin dan bagian yang akan terletak pada tanah pondasi.
Untuk mencegah agar batang tidak timbul di waktu air pasang dimana
lubang pondasi penuh air, maka dibuat suatu konstruksi atap yang disebut
“pakau”.
Untuk lebih memantapkan dapat ditancapkan tiang-tiang pancang galam
diameter 10-12 cm dengan jarak ±1 meter.

B.2. Pondasi Kalang Batang


(untuk rumah batu)
Untuk rumah batu, pelaksanaannya sama dengan pondasi kalang batang untuk
rumah kayu.
Hanya saja pada pondasi ini disesuaikan dengan lebar alas pondasi,
ditempatkan 2 buah batang bergandengan.
Diatasnya dipakukan papan ulir arah tegak lurus batang tersebut. Di atas papan
itulah dibangun pondasi dari batu kali atau beton bertulang.
Pada pondasi ini, untuk lebih memantapkan kadang-kadang ditambah dengan
tiang pancang galam dengan jarak ±1 meter.

C. Pondasi dengan Tiang


Pancang Kayu
Untuk pondasi jenis ini, menggunakan kayu kapurnaga dengan panjang
8-9 meter dan diameter 15-20 cm. Karena panjang yang sangat terbatas,
maka tidak mungkin mencapai tanah keras sehingga daya pikul tiangtiang ini
berdasarkan daya pikul tanah dan daya lekat tanah.
Berdasarkan pengalaman yang ada, tiang kapurnaga dengan panjang 8-9
meter dan diameter 15-20 cm dapat memikul3,5 ton.

Anda mungkin juga menyukai