Anda di halaman 1dari 112

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN


PENCEGAHAN MALARIA PADA BALITA DI DESA WAIKLIBANG,
KECAMATAN TANJUNG BUNGA, KABUPATEN FLORES
TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan
Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh:
Polikarpus Bala Retu Koten

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
2

HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG


PENCEGAHAN MALARIA PADA BALITA DI DESA WAIKLIBANG,
KECAMATAN TANJUNG BUNGA, KABUPATEN FLORES
TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

Disusun Oleh:
Polikarpus Bala Retu Koten
12/335631/KU/15296

Telah disetujui untuk diujikan dan diseminarkan Pada tanggal:


……………………………

Penguji 1 Penguji 2

Dr. Fitri Haryanti, SKp.,M.Kes Sri Hartini, S.Kep.NS.,MKS,PhD


NIP.19681202 200212 2001 NIP.196812022002122001

Mengetahui,
Pengelola Penelitian

Sri Warsini, S.Kep.Ns.,M.Kes.,PhD


NIP. 19790425 201212 2001
3

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN


PENCEGAHAN MALARIA PADA BALITA DI DESA WAIKLIBANG,
KECAMATAN TANJUNG BUNGA, KABUPATEN FLORES
TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Polikarpus1, Fitri Haryanti2, Sri Hartini3

Intisari
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil.
Angka kejadian infeksi malaria banyak didapatkan di daerah Indonesia Timur yaitu
Nusa Tenggara Timur 21%, Papua 17,2 %, dan Jawa Tengah 9,8%. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan pencegahan
malaria.
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian adalah orang tua yang memiliki balita dan tinggal di Desa
Waiklibang, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Timur Sampel ditentukan secara Systematic Random Sampling sebanyak 30.
Pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis bivariat dengan menggunakan Uji
Spearman Rank untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dan
sikap dengan upaya pencegahan malaria pada balita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan upaya pencegahan penyakit malaria p=0,045 dan nilai OR=0,369 dan terdapat
hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan penyakit malaria p=0,002 dan nilai
OR= 0,534.
Saran; Upaya penyuluhan tentang malaria, termasuk pencegahannya harus
didukung komitmen yang kuat dari masarakat agar tercipta masyarakat yang sehat dan
terhindar dari malaria.

Kata Kunci; Pengetahuan, Sikap, dan Upaya Pencegahan Malaria Pada Balita
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang begitu besar kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah serta

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul

“Hubungan Pengetahuan dan Siap Keluarga Tentang Upaya Pencegahan Malaria Pada

Balita di Desa Waiklibang, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur,

Provinsi Nusa Tenggara Timur”.

Usulan penelitian ini disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan penelitian

dalam rangka penyusunan skripsi. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu

pengetahuan dan sikap keluarga tentang upaya pencegahan malaria pada balita.

Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Sri Warsini, S.Kep.Ns.,M.Kes.,PhD selaku Ketua Koordinator Skripsi Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang

telah memberikan izin penelitian.

2. Dr. Fitri Haryanti, SKp.,M.Kes selaku pembimbing pertama yang sudah memberikan

bimbingan, saran, dan kemudahan dalam penyusunan penelitian.

3. Sri Hartini, S.Kep.Ns.,M.Kes.,PhD selaku pembimbing kedua yang sudah

memberikan bimbingan, saran, dan kemudahan dalam penyusunan penelitian.

4. Heru S, S.Kep.Ns.,MPH selaku penguji yang sudah memberikan bimbingan, saran,

dan kemudahan dalam penyusunan penelitian.

5. Ayah Stefanus Ado Koten dan Ema Maria Kristina Hera yang telah memberikan
5

dukungan dan doa selama penyusunan usulan penelitian.

6. Adik Florentina Urbania Koten dan Tino Koten, Arnold Toulasik, Yuni, Erdin dan

Abang Langga yang sudah membantu dan sudah memberi motivasi dan dorongannya

7. Buat Wemi Efria Toulasik, Azman Dasi Abas, S.Kep, Bonaventura K Lein, S.Kep, Adi
Triaan dan teman-teman yang sudah membantu dan sudah memberi motivasi dan
dorongannya selama ini, sehingga saya bisa menyelesaikan penelitian dengan baik dan
penuh semangat.
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi bekal untuk masa
depan penulis dan atas kebaikannya semoga semuanya diberi berkat yang berlimpah
dan senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa .
Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya penelitian ini. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, September 2018

Penulis

DAFTAR ISI
6

Halaman

A.
B.
C.
D.
E.

A.
B.
C.
D.

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
7

DAFTAR TABEL
Halaman
8

DAFTAR LAMPRAN
Halaman
9

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat

menyebabkan kematian terutama pada risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil,

serta dapat secara langsung menyebabkan anemia dan menurunkan produktivitas

kerja. Penyakit ini masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Oleh karena
10

itu, The United Nations Millenium Development Goals (MDGs) sepakat untuk

mencapai target memberantas malaria pada tahun 2015.


Dua ratus enam belas juta kejadian demam di dunia pada tahun 2010

dikarenakan oleh malaria, dan menyebabkan 655.000 kematian (WHO, 2012).Pada

region Asia Tenggara didapatkan 28 juta kasus infeksi malaria dan 38.000 diantaranya

meninggal pada tahun 2010 (WHO, 2012). Untuk Indonesia terdapat 229.819 kasus

infeksi malaria pada tahun 2010 yang menyebabkan 2400 kematian pada anak di

bawah 5 tahun (WHO, 2012). Angka kejadian infeksi malaria banyak didapatkan di

daerah Indonesia Timur yaitu Nusa Tenggara Timur 21%, Papua 17,2 %, dan Jawa

Tengah 9,8% (Depkes RI, 2006).


Berdasarkan data WHO (2009), terdapat 109 negara endemik malaria, dan 31

diantaranya tercatat sebagai malaria-high burden countries. Diperkirakan 3,3 miliar

sampai separuh dari penduduk dunia berada pada daerah yang berisiko terhadap

malaria. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus malaria.Kasus terbanyak terdapat

di Afrika dan beberapa negara Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa

bagian negara Eropa. Setiap tahun, sekitar 1,2 juta orang di seluruh dunia meninggal

karena penyakit malaria. Malaria membunuh kurang lebih 1 juta anak setiap tahun dan

juga merupakan masalah pokok penyebab kesakitan, health care visits, dan

hospitalisasi di berbagai daerah di dunia (Fischer 2008).


Dari data profil kesehatan Indonesia tahun 2013, kasus malaria pada tahun 2011

terdapat 422.477 kasus dan pada 2012 terjadi penurunan kasus malaria positif menjadi

417.819 kasus. Pada 2013 terjadi kasus malaria sebanyak 343.527 kasus dengan nilai

API 1,38. Walaupun telah terjadi penurunan Annual Parasite Insedence (API) secara
11

nasional, di daerah dengan kasus malaria tinggi angka API masih sangat tinggi

dibandingkan angka nasional, sedangkan pada daerah dengan kasus malaria yang

rendah sering terjadi Kejadian Luar Biasa (Lestari, 2007). Untuk Indonesia terdapat

229.819 kasus infeksi malaria pada tahun 2010 yang menyebabkan 2400 kematian

pada anak di bawah 5 tahun (WHO, 2012). Angka kejadian infeksi malaria banyak

didapatkan di daerah Indonesia Timur yaitu Nusa Tenggara Timur 21%, Papua 17,2

%, dan Jawa Tengah 9,8% (Depkes RI, 2006).


Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari

genius plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles (Anies,

2006).Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat

menyebabkan kematian terutama pada risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil,

serta dapat secara langsung menyebabkan anemia dan menurunkan produktivitas

kerja. Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa malaria menyerang kelompok

umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB)

malaria biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim

hujan, sehingga terjadi peningkatan aktivitas nyamuk anopheles pada musim hujan

yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit malaria pada manusia melalui

gigitan nyamuk, (Sumarmo dkk, 2010).


Pengetahuan masyarakat yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan upaya

positif untuk dapat melakukan suatu tindakan yang berarti guna meminimalkan

terserangnya penyakit malaria bagi keluarganya. Tindakan menjaga kebersihan,

pemakaian obat malaria, menghindar dari gigitan nyamuk, seperti memakai kelambu

atau kasa anti nyamuk, vaksin malaria, memelihara ikan pemakan jentik di
12

kolam/bak-bak penampungan air sepeti ikan kakap merah, menghindari keluar rumah

pada waktu malam hari (Sumarmo, dkk, 2009). Pengetahuan yang terbatas dan sikap

keluarga yang kurang baik juga di asumsikan sebagai determinan penting bagi

munculnya malaria pada keluarga. Melalui pengetahuan dan sikap yang baik, maka

akan tercipta lingkungan yang aman bagi anak. Menurut Depkes RI (2009) kategori

usia anak antara 5 - 12 tahun. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stiniulus atau objek, salah seorang ahli

psikologi sosial, seperti yang dikutip dalam Zulkifli menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak atau bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai penyatan terhadap objek. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa sikap akan berpengaruh pada perilaku keluarga dalam pencegahan

maupun pertolongan terhadap kasus malaria pada anak. Keluarga mempunyai peranan

penting dalam mencegah terjadinya malaria pada angota keluarga selain itu keluarga

merupakan support system utama bagi anak dalam mempertahankan kesehatannya

(Supartini, 2004).
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Provinsi

NTT. Penyakit ini masih menjadi penyebab kematian bagi bayi, balita dan ibu hamil

serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes Provinsi NTT, 2008)

Berdasarkan laporan profil kesehatan kabupaten/ kota se-Provinsi NTT, jumlah kasus

malaria klinis di NTT masih tinggi. Pada tahun 2005 terdapat 672.156 kasus dengan

AMI 167 %.Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah kasus malaria menjadi 618.364

kasus dengan AMI 145%.Pada tahun 2007 terdapat 577.723 kasus malaria dengan
13

AMI 119%. Pada tahun 2010, NTT merupakan Provinsi dengan API tertinggi ketiga

setelah Provinsi Papua dan Papua Barat, yaitu sebesar 12,14 per 1000 penduduk. Pada

tahun yang sama telah dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebesar 365.494 kasus

(76,2%). Tingginya cakupan pemeriksaan sediaan darah di laboratorium tersebut

merupakan kebijakan nasional pengendalian malaria dalam mencapai eliminasi

malaria, yaitu semua kasus malaria klinis hams dikonfirmasi dengan laboratorium.

Pada tahun 2011 API mengalami penurunan 5 per 1000 penduduk dibandingkan tahun

2010, dengan jumlah kasus malaria pada tahun tersebut sebesar 118.494.Pada tahun

2012 terdapat 114.321 kasus (Dinkes Provinsi NTT, 2011).


Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Waiklibang yang dilakukan

pada tanggal 13 Agustus 2017, jumlah balita dari 0-5 tahuan pada tahun 2013

sebanyak 73 balita, dengan jumlah kejadian malaria sebanyak 8 baita yang menderita

malaria, pada tahun 2014 sebanyak 76 balita, dengan kejadian malaria sebanyak 4

balita, dan pada tahun 2015 sebanyak 68 balita, dengan kejadian malaria sebanyak 1

balita. Pada tahun 2016 jumlah anak sebanyak 82 balitadari 461 kepala keluarga

dengan jumlah angka kejadian malaria pada baita sebanyak 1 balita. Berdasarkan

wawancara dengan 10 kepala keluarga yang, 3 orang mengatakan bahwa sudah

mengetahuai tentang penyakit malaria dengan upaya pencegahan malaria, selain

menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu saat tidur, 4 orang

mengatakan setiap harinya bekerja di kebun sehingga belum mengetahui tentang

penyakit malaria, dan 3 orang mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit malaria

tetapi belum mengetahui cara penangananya, karena mereka berfikir bahwa gigitan
14

nyamuk adalah hal yang biasa dan saat tidur tidak mengunakan kelambu.Hasil

laporan dari kader setempat setiap bulanya selalu dilakukan penyuluhan kesehatan

dari tim kesehatan seiring dilakukan posyandu balita dan lebih ditekankan pada kasus

malaria. Mengingat angka kejadian malaria untuk daerah Indonesia bagian timur

khususnya daratan flores merupakan salah satu daerah dengan angka kejadian terbesar

malaria.
Berdasarkan latar belakang permasalahan ini peneliti tertarik untuk meneliti

dengan judul “Hubungan pengetahuan dan sikap Keluarga tentang pencegahan

Malaria pada balita di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores

Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut “ adakah Hubungan pengetahuan dan sikap Keluarga tentang pencegahan

Malaria pada balita di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores

Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur”?


C. Tujuan
Tujuan pada penelitian ini terdiri atas:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang upaya

pencegahan malaria pada balita di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga

Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.


2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan malaria

pada balita di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores

Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.


15

b. Untuk mengetahui sikap keluarga tentang pencegahan malaria pada balita di Desa

Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa

Tenggara Timur.
c. Untuk mengetahui gambaran upaya pencegahan malaria pada balita di Desa

Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa

Tenggara Timur.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran UGM.
Sebagai bahan masukan dan diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa

tentang penyakit malaria.


2. Bagi keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan serta sikap keluarga terutama dalam

pencegahan malaria pada anak.


3. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain dapat dijadikan referensi untuk melakukan peneltian terkait cara

pencegahan malaria pada anak.


E. Keaslian penelitian
1. Fathonah (2010), meneliti dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap

Ibu Dengan upaya Pencegahan Gigitan Nyamuk Anopheles Pada Balita”. Jenis

penelitian yang digunakan pada peneltian ini adalah Penelitian ini survei dengan

pendekatan cross sectional dan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

kombinasi antara cluster sampling dan systimatic sampling. Besar sampel pada

penelitian ini adalah sebanyak 87 orang. Hasil pada penelitian ini adalah Terdapat

korelasi yang signifikan antara pengetahuan responden tentang upaya pencegahan

gigitan nyamuk anopheles dengan upaya pencegahan gigitan nyamuk anopheles pada

balita di Kelurahan Hargotirto dan Hargowilis Kecamatan Kokap Kabupaten


16

Kulonprogo (p<0,05). Tidak ada korelasi yang signifikan antara tingkat pendidikan

dan sikap responden tentang upaya pencegahan gigitan nyamuk anopheles dengan

upaya pencegahan gigitan nyamuk anopheles pada balita di Kelurahan Hargotirto dan

Hargowilis Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo (p>0,05). Perbedaan pada

penelitian ini terletak pada judul, waktu, tempat dan responden yang berbeda.

Sedangkan persaman dengan penelitian ini pada jenis penelitian dan variable

bebasnya.
2. Yahya (2005), meneliti dengan judul pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap

malaria pada anak di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2005, pada

penelitian ini metode dalam pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple

Random Sampling dengan uji statistic yang digunakan adalah uji chi-squar. Hasil pada

penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara pengtahuan dan

perilaku begitupun dengan hubungan antara sikap dan perilaku, akan tetapi walaupun

respoden memiliki pengetahuan dan sikap yang rendah mengenai malaria pada anak

belum tentu mereka memiliki perilaku yang buruk pada anak terkait malaria.

Perbedaan pada penelitian ini terletak judul, waktu, tempat dan responden yang

berbeda, sedangkan persaman dengan penelitian ini pada jenis penelitian dan variable

bebasnya.
3. Sir (2014), Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria di Kecamatan

Kabola, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun 2014,

Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan desain potong lintang. Sejumlah

180 sampel yang diambil dari populasi yang berjumlah 327 orang. Sampel diambil

dengan probability sampling dengan menggunakan teknik Stratified Random


17

Sampling. Basil analisis menunjukkan bahwa pendidikan (p=0,017), penghasilan

(p=0,007), pengetahuan (p=0,016), sikap (p=0,000), tindakan (p=0,012), dan

pemakaian kelambu (p=0,021) berhubungan dengan kejadian malaria. Sedangkan

pekerjaan (v0,063) tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Dapat disimpulkan

bahwa kejadian malaria ada hubungannya dengan pendidikan, penghasilan,

pengetahuan, sikap, tindakan, dan penggunaan kelambu. Sedangkan pekerjaan tidak

ada hubungannya dengan kejadian malaria. Perbedan pada penelitian ini terletak pada

judul, waktu, tempat dan responden yang berbeda. Sedangkan persamaan dengan

penelitian ini yaitu pada teknik pengambilan sampel.


18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Adapun pengetahuan menurut beberapa para ahli dalam Wawan & Dewi

(2010), adalah:
1) Menurut Pudjawidjana (2007), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas

rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan objek dengan indera

dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan sebuah objek tertentu.


2) Menurut Ngatimin (2010), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan

yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat

kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori,

tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang

sesuai.
3) Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari

tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.


Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari

persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya

merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan dan bertindak.


19

Parto Pius dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) pengetahuan

dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

belajar.
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Menurut Notoadmodjo,

2003 dalam dalam Wawan & Dewi (2010), pengetahuan yang cukup didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu.


1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini dalam mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini

adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan

secara benar.orang yang telah paham tentang objek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.


3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi


20

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyetak materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.


c. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap orang

lain menuju ke arah cita– cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya

hal–hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003),

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku


21

seseorang akan pola hidup terutama dalam motifasi untuk sikap berperan

serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah memperoleh informasi.


b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan umumnya

pekerjaan merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu –

ibu akan mempunyai pengaru terhadap kehidupan keluarga.


c) Umur
Menurut Elisabet BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menutut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

akan dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini akan

sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.


2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)

:Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok


b) Sosial Budaya
22

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

d. Krikteria tingkat pengetahuan


Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik : Hasil persentase 76% - 100%


2. Cukup : Hasil persentase 56% -75%
3. Kurang : Hasil persentase >56%
2. Sikap
a. Pengertian
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial

yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Menurut

Eagly and Chaiken (1993) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010)

mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap

obyek sikap yang di ekspresikan kedalam proses-proses kognitif, afektif

(emosi) dan perilaku.


Menurut (Notoatmodjo, 1997) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010)

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau obyek.


b. Fungsi Sikap
Menurut Katz (Lilh.Secord and Backman, 1996) yang di kutip oleh (Wawan

& Dewi, 2010) sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:

1) Fungsi instrumental, penyesuaian atau manfaat.


Di sini sikap merupakan sarana mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat

membantu seseorang untuk mencapai tujuan maka orang akan bersikap


23

positif terhadap obyek tersebut dan sebaliknya orang akan bersikap negatif

bila obyek sikap menghambat pencapaian tujuannya.


2) Fungsi pertahanan ego Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang

demi untuk mempertahankan ego atau angkuhnya. Sikap ini di ambil oleh

seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya.

Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan mengambil

sikap tertentu untuk mempertahankan egonya.


3) Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk

mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan

diri seseorang akan mendapatkan kepuasan.


4) Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk mengerti dengan pengalaman-

pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari

pengalaman yang tidak konsisten akan di ubah menjadi konsisten. Ini

berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek,

menunjukan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap obyek sikap yang

bersangkutan.

c. Komponen Sikap
Menurut Baron and Byrner juga Myers and Gerungan yang dikutip oleh

(Wawan & Dewi, 2010) menyatakan bahwa ada 3 komponen yang membentuk

sikap yaitu:
1) Komponen Kognitif (Komponen Perseptual)
Yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,

keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang

mempersepsi terhadap sikap.


24

2) Komponen Afektif (Komponen Emosional)


Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang

terhadap obyek sikap.Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan

rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan

arah sikap yaitu positif dan negatif.


3) Komponen Konaktif (Komponen Perilaku atau Action Component)
Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak

terhadap objek sikap.Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu

menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku

terhadap objek sikap.


d. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap menurut (Notoatmodjo, 1996) yang di kutip oleh (Wawan

& Dewi, 2010) yaitu meliputi:

1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (Obyek).


2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

tugas itu benar atau salah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misal:

seseorang mengajak ibu yang lain, (tetangga, saudaranya) untuk

menimbang anaknya ke posyandu.


4) Bertanggung jawab (Responsibel)
25

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko. Misalnya: seseorang mau menjadi akseptor KB meskipun

mendapatkan tantangan dari orang tuanya.


e. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative (Heri

Purwanto, 1998) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010) yaitu:
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.


2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, tidak

menyukai obyek tertentu.


f. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut (Heri purwanto, 1998) yang di kutip oleh (Wawan &

Dewi, 2010) yaitu:


1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan di bentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini

membedakanya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.


2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah pada orang-orang bila ada keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah sikap pada orang itu.


3) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu di bentuk, dipelajari, atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.


4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.


26

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki.

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap


Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap

antara lain (Wawan & Dewi, 2010)


1) Pengalaman pribadi Untuk menjadi dasar dalam pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat oleh karena itu,

sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.


2) Pengaruh orang lain yang di anggap pentingPada umumnya individu

cenderung unuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap

orang yang dianggap penting.


3) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhanya.


4) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar, radio maupun media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.


5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dari lembaga

pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah,

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi

sikap.
27

6) Faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).


h. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

lansung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan

responden terhadap suatu objek.Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden

melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap menurut

(Hadi, 1971) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010) yaitu:
1. Keadaan obyek yang diukur
2. Situasi pengukuran
3. Alat ukur yang digunakan
4. Penyelenggaraan pengukuran
5. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran
i. Pengukuran Sikap
Teknik pengukuran sikap menurut (Hidayat, 2009) yaitu dapat

menggunakan Skala Likert (Method of Summated Ranting) yaitu: masing-

masing responden di minta melakukan agreement atau disagrement untuk

masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 3 point (setuju, ragu-ragu,

tidak setuju) semua aitem yang favourabel kemudian di ubah nilainya dalam

angka yaitu setuju nilainya 3, ragu-ragu 2, tidak setuju 1 dan sebaliknya untuk

aitem yang unfavorabel yang setuju nilainya 1, ragu-ragu 2 dan tidak setuju

nilainya 3 (Hidayat, 2009).


j. Faktor-Faktor Perubahan Sikap
Perubahan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor (Wawan & Dewi, 2010) yaitu:
1) Sumber dari pesan
28

Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok atau institusi. Dua ciri

penting dari sumber pesan


2) Kredibilitas Semakin percaya dengan orang yang mengirimkan pesan, maka

seseorang akan semakin menyukai untuk dipengaruhi oleh pemberi pesan.

Aspek penting yang harus dimiliki oleh pengirim pesan dalam kredibilitas

adalah memiliki keahlian dan kepercayaan.


3) Daya Tarik Kredibilitas masih perlu ditambah dengan daya tarik agar lebih

persuasif.
Pesan (Isi Pesan)
Umumnya berisi kata-kata dan simbol-simbol lain yang informasi. Tiga hal

yang berkaitan dengan isi pesan:


4) Usulan
Suatu pernyataan yang diterima seseorang secara tidak kritis dan pesan di

rancang dengan harapan orang akan percaya, membentuk sikap dan terhasut

dengan apa yang dikatakan tanpa melihat faktanya. Misal: iklan di TV.

5) Menakuti
Cara lain untuk membujuk seseorang adalah dengan cara menakut-nakuti.
6) Pesan satu sisi dan dua sisi
Pesan satu sisi paling efektif jika seseorang dalam keadaan netral atau sudah

menyukai suatu situasi pesan.


7) Penerima Pesan
a) Influencibility
Sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya

seseorang untuk di bujuk


b) Arah perhatian dan penafsiran
Pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari persepsi dan

penafsiranya.

3. Anak
a. Pengertian Anak
29

Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam

masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik,

psikologis, sosial, dan spiritual.Anak merupakan individu yang berada dalam

satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang

unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan berkembang (Wulandari Dan

Ernwati, 2016).
b. Filosofi Keperawatan Anak
Filosofi adalah merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki oleh

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak. Tujuannya

adalah pencapaian derajat kesehatan bagi anak sebagai suatu bagian dari sistem

pelayanan kesehatan di keluarga. Untuk menekan pada tujuan tersebut, pada

bagian ini akan diuraikan kunci filosofi keperawatan anak (wulandari dan

Ernwati, 2016), yaitu:


c. Perawatan yang berpusat pada keluarga (Family-centered care)
Filosofi ini memperkenalkan keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan

dan sorang individu yang mendukung, menghargai dan meningkatkan kekuatan

dan kompetensi dalam memberikan asuhan terhadap anak (Johson, 1989). Hal

ini menjelaskan bahwa keluarga merupakan unsur penting dalam merawat anak,

mengingat anak adalah bagian dari keluarga.


Ada dua konsep dasar pada proses filosofi family-centered care, yaitu

enabling dan dukungan (empowering).


1) Enabling
30

Enabling adalah dengan menciptakan kesempatan keluarga untuk

menunjukan kemampuan dan kompetensinya yang berguna dalam

memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.


2) Dukungan (empowering)
Menjelaskan interaksi profesional dengan keluarga di mana keluarga

memerlukan perasaan aman terhadap kehidupan keluarganya dan

mendukung perubahan yang positif sebagai dampak dari perilaku saling

tolong menolong, memperkokoh kemampuan dan tindakan yang diberikan.


d. Perawatan atraumatik (Atraumatic care)
Perawatan atraumatik adalah perawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma

pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut difokuskan dalam pencegahan

terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan anak. Perhatian

khusus kepada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang,

sangat penting karena anak merupakan proses menuju kematangan.

4. Keluarga
a. Pengertian keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat.


Berikut ini pengertian keluarga menurut para ahli (Mubarak, Santoso,

Razikin, & Patonah 2006) Dalam buku ilmu keperawatan komunitas 2 :


1) Menurut WHO, (1969)
Keperawatan keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui tali darah, Adopsi atau perkawinan.


2) Depertemen Kesehatan R.I 1998
Keluarga adalah unit terkecil dari satu masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawa

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.


3) Halvie 1981
31

Keluarga adalah sekelompok keluarga yang tinggal dalam satu rumah

tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.


4) Duvall
Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial

dari tiap anggota.


Dari beberapa pengetian tentang keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik keluarga adalah (Muslimin, 2012) Dalam buku Keperawatan

Keluarga:
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.


2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.


3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai

peran sosial : suami, istri, anak, kakak, dan adik.


4) Mempunyai tujuan yaitu:
a) Menciptakan dan mempertahankan budaya
b) Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota. Oleh

karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam mambentuk

manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spiritual.

Jadi sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan

kesehatan.
b. Fungsi keluarga dan tugas keluarga
Dalam keluarga terdapat beberapa fungsi yang harus dijalankan keluarga

sebagai berikut (Mubarak, Santoso, Razikin, & Patonah 2006) Dalam buku ilmu

keperawata komunitas 2 :
1) Fungsi Biologis
32

a) Untuk meneruskan keturunan


b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi anak
2) Fungsi psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga
b) Memberikan perhatian diantara keluarga
c) Memberikan kedewasaan keperibadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentuk norma-norma tingkah laku anak
c) Meneruskan nilai-nilai budaya
4) Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang

akan datang.
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dan

memenuhi permintaan sebagai orang dewasa.


c) Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.
Ada 5 fungsi dasar keluarga (Friedman, 2002) Dalam buku

Keperawatan Keluarga (Muslimin, 2012) salah satunya adalah fungsi

perawatan kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kesanggupan

keluarga melaksanakan peliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan.


Ada 5 tugas kesehatan keluarga menurut Mubarak (2006), adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang

dialami anggota keluarga .Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota


33

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu mencatat kapan terjadinya,

perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahanya.


2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan

tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat

tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.


3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Seringkali keluarga mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi kaluarga

memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Perawatan

dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga

memiliki kemempuan melakukan tindakan untuk pertologan pertama.


4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah adalah sebagai tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi bagi

anggota keluarga, seingga angota keluarga waktu lebih banyak berhubungan

dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karenanya kondisi rumah haruslah

menjadikan lambang ketenangan, keindahan, dan ketentraman, dan yang lebih

penting adalah dapat menunjukan derajat kesehatan bagi keluarga.


5) Menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat
Keluarga atau anggota keluarga harus memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada di sekitar, apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan

penyakit. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga


34

keperawatan dalam rangka memecahkan problem yang dialami anggota

keluarga, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.


c. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran keluarga terhadap pelaksanaan fungsi

perawatan kesehatan keluarga


Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan hal yang paling penting

dalam pengkajian keluarga. Keluarga merupakan komponen dasar dalam

masyarakat ketika perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan,

dan diamankan. Pemeliharaan kesehatan berlangsung terutama melalui

komitmen dan modifikasi lingkungan serta gaya hidup, hal ini semakin

memperkuat peran pokok keluarga dalam melaksanakan tanggung jawab

terhadap kesehatan para anggota keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peranan keluarga jika

dikaitkan dengan upaya pemenuhan kebutuhan perkembangan balita, maka

keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan

tersebut.
5. Malaria
a. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari

genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan

gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran

limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa

organ misalnya otak, hati dan ginjal. (Prabowo, 2009).


Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium)

yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vector borne desease).
35

Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P. vivax, dan P. ovale.

Pada tubuh manusia, parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati

dan kemudian menginfeksi sel darah merah (Depkes RI, 2008).


Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat

intraseluler dari genus plasmodium Penyakit ini secara alami ditularkan oleh

gigitan nyamuk Anopheles betina.Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa

saja terutama penduduk yang tinggal di daerah dimana tempat tersebut

merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang

(Arisin 2012).
b. Etiologi
Gandahusada (2006) dalam Arisin (2012), mengatakan lebih dari 422

spesies Anopheles di dunia dan sekitar 60 spesies berperan sebagai vektor

malaria yang alami. Di Indonesia hanya ada 80 spesies dan 22 diantaranya

ditetapkan menjadi vektor malaria.18 spesies dikomfirmasi sebagai vektor

malaria dan 4 spesies diduga berperan dalam penularan malaria di Indonesia.

Nyamuk tersebut hidup di daerah tertentu dengan kondisi habitat lingkungan

yang spesifik seperti daerah pantai, rawa-rawa, persawahan, hutan dan

pegunungan.
Penyebab penyakit malaria Indonesia dikenal 4 jenis spesies plasmodium

penyebab malaria pada manusia, yaitu (Depkes, 2005):


1) Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan

malaria yang berat (malaria serebral dengan kematian).


2) Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
3) Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana
4) Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale tetapi jenis ini jarang

dijumpai.
36

Nyamuk Anopheles dewasa adalah vektor penyebab malaria. Nyamuk betina

dapat bertahan hidup selama sebulan.Siklus nyamuk Anopheles sebagai berikut

Arisin (2012).

c. Gejala Klinis Malaria Dan Masa Inkubasi


Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa

malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/strain Plasmodium ,imunitas

tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi

sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan

waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah

disebut periode prepaten Harijanto (2000) dalam Arisin (2012).


37

d. Gejala Umum Malari


Gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval

tertentu (disebut parokisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya

bebas sama sekali dari demam disebut periode laten. Gejala yang khas tersebut

biasanya ditemukan pada penderita non imun.Sebelum timbulnya demam,

biasanya penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu

makan, merasa mual, di ulu hati, atau muntah semua gejala awal ini disebut

gejala prodormal. Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies

Plasmodium yang menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada

malaria falciparum, dan terpanjang pada malaria kuartana (P.malariae). Pada

malaria yang alami, yang penularannya melalui gigitan nyamuk, masa tunas

adalah 12 hari (9-14) untuk malaria falciparum, 14 hari (8-17 hari) untuk

malaria vivax, 28 hari (18-40 hari) untuk malaria kuartana dan 17 hari (16-18

hari) untuk malaria ovale. Malaria yang disebabkan oleh beberapa strain P.vivax

tertentu mempunyai masa tunas yang lebih lama dari strain P.vivax lainnya.

Selain pengaruh spesies dan strain, masa tunas bisa menjadi lebih lama karena

pemakaian obat anti malaria untuk pencegahan (kemoprofilaksis).


e. Pola Demam Malaria
Demam pada malaria ditandai dengan adanya parokisme, yang berhubungan

dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan

panas terjadi berbarengan dengan lepasnya merozit–merozit ke dalam peredaran

darah (proses sporulasi). Untuk beberapa hari pertama, pola panas tidak
38

beraturan, baru kemudian polanya yang klasik tampak sesuai spesiesnya. Pada

malaria falciparum pola panas yang ireguler itu mungkin berlanjut sepanjang

perjalanan penyakitnya sehingga tahapan–tahapan yang klasik tidak begitu

nyata terlihat. Suatu parokisme demam biasanya mempunyai tiga stadia yang

berurutan, terdiri dari :


1) Stadium Dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi

penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari–jari pucat kebiru–biruan

(sianotik). Kulitnya kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada

penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung selama 15

menit – 60 menit.
2) Stadium Demam
Setelah menggigil/merasa dingin, pada stadium ini penderita mengalami

serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering

dandirasakan sangat panas seperi terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan

sering disertai dengan rasa mual atau muntah-muntah. Nadi penderita

menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu

badan bisa meningkat sampai 410C. Stadium ini berlangsung selama 2–4

jam.
3) Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai membasahi

tempat tidur. Namun suhu badan pada fase ini turun dengan cepat, kadang–

kadang sampai di bawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan

pada saat terjaga, ia merasa lemah, tetapi tanpa gejala lain. Stadium ini

berlangsung selama 2-4 jam.Sesudah serangan panas pertama terlewati,


39

terjadi interval bebas panas selama antara 48-72 jam, lalu diikuti dengan

serangan panas berikutnya seperti yang pertama dan demikian selanjutnya.

Gejala–gejala malaria “klasik” seperti diuraikan di atasa tidak selalu

ditemukan pada setiap penderita, dan ini tergantung pada spesies parasit,

umur, dan tingkat imunitas penderita.


4) Mekanisme Periode Panas
Periode demam pada malaria mempunyai interval tertentu, ditentukan oleh

waktu yang diperlukan oleh siklus aseksual/sizogoni darah untuk

mengahasilkan sizon yang matang, yang sangat dipengaruhi oleh spesies

Plasmodium yang menginfeksi. Demam terjadi menyusul pecahnya sizon–

sizon darah yang telah matang dengan akibat masuknya merozoit–merozoit,

toksin, pigmen dan kotoran/debris sel ke peredaran darah.Masuknya toksin–

toksin, termasuk pigmen ke darah memicu dihasilkannya tumor necrosis

factor (TNF) oleh sel–sel makrofag yang teraktifkan. Demam yang tinggi dan

beratnya gejala klinis lainnya, misalnya pada malaria falciparum yang berat,

mempunyai hubungan dengan tingginya kadar TNF dalam darah. Pada

malaria oleh P.vivax dan P.ovale sizon–sizon pecah setiap 48 jam sekali

sehingga demam timbul setiap hari ketiga, yang terhitung dari serangan

demam sebelumnya (malaria tertiana) pada malaria karena P.malariae

pecahnya sizon (sporulasi) terjadi setriap 72 jam sekali. Oleh karena itu,

serangan panas terjadi setiap hari keempat (malaria kuartana). Pada

P.falciparum kejadiannya mirip dengan infeksi oleh P.vivax hanya interval

demamnya tidak jelas, biasanya panas badan di atas normal tiap hari, dengan
40

puncak panas cenderung mengikuti pola malaria tertiana (disebut malaria

subtertiana atau malaria quotidian).


5) Kekambuhan (Relaps Dan Rekrudesensi)
Serangan malaria yang pertama terjadi sebagai akibat infeksi parasit malaria,

disebut malaria primer (berkorelasi dengan siklus sizogoni dalam sel darah

merah). Pada infeksi oleh P.vivax/P.ovale, sesudah serangan yang pertama

berakhir atau disembuhkan, dengan adanya siklus eksoeritrositik (EE)

sekunder atau hipnozoit dalam sel hati, suatu saat kemudian penderita bisa

mendapat serangan malaria yang kedua (disebut: malaria sekunder).

Berulangnya serangan malaria yang bersumber dari siklus EE sekunder pada

malaria vivax atau ovale disebut relaps. Umumnya relaps terjadi beberapa

bulan (biasanya>24 minggu) sesudah malaria primer, disebut long-term

relapse.
f. Faktor-faktor yang Berperan dalam Terjadinya Malaria
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi malaroia yaitu Harijanto

(2000) dalam Arisin (2012). :

1) Faktor Agent ( penyebab infeksi)


Untuk kelangsungan hidupnya, plasmodium sebagai penyebab infeksi

memerlukan 2 macam siklus, yaitu:


a) Siklus di luar sel darah merah (siklus preeritrositer)
Siklus ini berlangsung di dalam sel hati. Jumlah merosoit yang

dikeluarkan skizon hati berbeda untuk setiap spesies.P. falciparum

menghasilkan 40.000 merosoit, P. vivax lebih dari 10.000, P. ovale 15.000

merosoit. Di dalam sel darah merah membelah, sampai sel darah merah

tersebut pecah. Setiap merosoit dapat menghasilakn 20.000 sporosoit.


41

Pada P. vivax dan P. ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di

dalam sel hati dan disebut hipnosoit sebagai suatu fase dari siklus hidup

parasit yang dapat menyebabkan penyakit kumat/kambuh (long term

relapse). Bentuk hipnosoit dari P. vivax bisa hidup sebagai dormant stage

sampai beberapa tahun.Sejauh ini diketahui bahwa P. vivax dapat kambuh

berkali-kali sampai jangka waktu 3–4 tahun, sedangkan P.ovale sampai

bertahun-tahun, bila pengobatan tidak adekuat.P. falciparum dapat

persisten selama 1–2 tahun dan P. malariae sampai 21 tahun.(Depkes,

2009).
b) Siklus di dalam sel darah merah (eritrositer)
Siklus skizogoni eritrositer yang menimbulkan demam.Merosoit masuk

kedalam darah kemudian tumbuh dan berkembang menjadi 9–24 merosoit

(tergantung spesies).Pertumbuhan ini membutuhkan waktu 48 jam untuk

malaria tertiana (P. falciparum, P.vivax dan P.ovale), serta 72 jam untuk

malaria quartana (P. malariae).Fase gametogoni yang menyebabkan

seseorang menjadi sumber penular penyakit bagi vektor malaria. Beberapa

parasit tidak mengulangi siklus seksual, tetapi berkembang menjadi

gametosit jantan dan gametosit betina.Gametosit pada P.vivax dan P.ovale

timbul 2–3 hari sesudah terjadi parasitemia, P. falciparum 6–14 hari dan

P.malariae beberapa bulan kemudian (Depkes, 2003).


2) Vektor Malaria
Penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk hanya dari genus Anopheles.

Di Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24 spesies

diantaranya telah dikonfirmasi sebagai nyamuk penular malaria.Di setiap


42

daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling

banyak 3 spesies Anopheles yang menjadi vektor penting.Vektor-vektor

tersebut memiliki habitat, mulai dari rawa-rawa, pegunungan, sawah, pantai

dan lain-lain (Achmad, 2005).


Hanya nyamuk Anopheles betina yang menghisap darah yang diperlukan

untuk pertumbuhan telur nyamuk. Perilaku nyamuk sangat menentukan

dalam proses penularan malaria (Depkes RI, 1999).


Menurut Achmadi (2005), secara umum nyamuk yang diidentifikasi

sebagai penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang

bervariasi yaitu:

a) Zoofilik : nyamuk yang menyukai darah binatang.

b) Anthropofilik : nyamuk yang menyukai darah manusia.

c) Zooanthropofilik : nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga

manusia.

d) Endofilik : nyamuk yang suka tinggal di dalam rumah/bangunan.

e) Eksofilik : nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.

f) Endofagik : nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah/bangunan.

g) Eksofagik : nyamuk yang suka menggigit di luar rumah

Vektor utama di Pulau Jawa dan Sumatera adalah A. sundaicus, A.

maculatus, A. aconitus dan A. balabacensis.Sedangkan di luar pulau

tersebut, khususnya Indonesia wilayah tengah dan timur adalah


43

A.barbirostis, A. farauti, A. koliensis, A. punctulatus, A. subpictus dan A.

balabacensis (Achmadi, 2005).

3) Faktor Manusia
4) Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Menurut Anies

(2006), manusia menjadi sumber infeksi malaria bila mengandung gametosit

dalam jumlah yang besar dalam darahnya, kemudian nyamuk mengisap

darah manusia tersebut dan menularkan kepada orang lain.


5) Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya

berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan

kepada gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat

perlindungan antibodi maternal yang diperoleh secara transplasental (Anies,

2006). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai

respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun

kehamilan menambah risiko malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai

dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak.Faktor-faktor genetik

pada manusia dapat mempengaruhi terjadinya malaria, dengan pencegahan

invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons immunologik atau

mengurangi keterpaparan terhadap vektor (Harijanto, 2000).


6) Faktor Lingkungan
Lingkungan berperan dalam pertumbuhan vektor penular malaria,

menurut Harijanto (2000) ada beberapa faktor lingkungan yang sangat

berperan yaitu :
7) Lingkungan fisik
Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan

transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap


44

spesies. Pada suhu 26,7°C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk

P.falciparum dan 8-11 hari untuk P.vivax, 14-15 hari untuk P.malariae dan

P.ovale.

8) Suhu
Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk.Suhu yang

optimum berkisar antara 20–30°C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu)

makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin

rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

a) Kelembaban

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak

berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas

paling rendah untuk memungkinkan hidup nyamuk. Pada kelembaban

yang lebih tinggi nyamuk jadi lebih aktif dan lebih sering menggigit,

sehingga meningkatkan penularan malaria.

b) Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan

terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis

dan deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang

diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya

nyamuk Anopheles.

c) Angin
45

Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan

ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Kecepatan

angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat

terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah.

d) Ketinggian

Ketinggian yang semakin naik maka secara umum malaria berkurang, hal

ini berhubungan dengan menurunnya suhu rata-rata. Mulai ketinggian

diatas 2000 m diatas permukaan laut jarang ada transmisi malaria, hal ini

dapat mengalami perubahan bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh

El-Nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria

kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian maksimal yang masih

memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m diatas permukaan laut (di

Bolivia).

e) Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-

beda.A. sundaicus lebih suka tempat yang teduh.A.hyrcanus dan

A.pinctulatus lebih menyukai tempat yang terbuka.A.barbirostris dapat

hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang

f) Arus air.

barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir

lambat, sedangkan A. minimus menyukai aliran air yang deras dan

A.letifer menyukai air tergenang.


46

9) Lingkungan biologic
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat

mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari

atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis

ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan

lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Adanya

ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan

nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh

jaraknya dari rumah.


10) Lingkungan kimiawi
Kadar garam dari tempat perindukan mempengaruhi perkembangbiakan

nyamuk, seperti A. sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar

garamnya 12-18% dan tidak berkembang pada kadar garam 40% keatas.

Namun di Sumatera Utara ditemukan pula perindukan A. sundaicus dalam

air tawar.
11) Lingkungan sosial budaya
Kebiasaan masyarakat berada diluar rumah sampai larut malam, dimana

vektor yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan

nyamuk. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya

malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas

malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan

kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan anti nyamuk

(Achmadi, 2005).
Menurut penelitian Dasril (2005), masyarakat yang berpengetahuan

rendah kemungkinan risiko tertular malaria 3 kali dibandingkan masyarakat


47

yang berpengetahuan baik, sedangkan risiko penularan malaria pada

masyarakat yang memiliki sikap kurang 2,7 kali dibandingkan masyarakat

yang memiliki sikap baik Masyarakat dengan kebiasaan bekerja di luar

rumah malam hari mempunyai risiko tertular malaria 4 kali dibandingkan

masyarakat yang tidak memiliki kebiasaan bekerja di luar rumah malam

hari.
g. Karakteristik Penderita
1) Umur
Penyakit malaria pada umumnya dapat menyerang semua golongan

umur, dan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria. Namun

bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi maternal

yang diperoleh secara transplasental. Telah diamati bahwa ada pengaruh

spesies Plasmodium terhadap penyebaran malaria pada berbagai kelompok

umur, yaitu :P. vivax lebih banyak dijumpai pada kelompok umur muda,

kemudian diikuti oleh P. malaria dan P. falciparum (Harijani, 1992).


2) Jenis Kelamin
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin, perbedaan angka

kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh

berbagai faktor antara lain pekerjaan, pendidikan, migrasi penduduk dan

kekebalan (Depkes RI, 1999).


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respons

imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan

menambah risiko untuk terjadinya infeksi malaria (Harijanto, 2000).

3) Pendidikan
48

Cuming et al (Azwar, 2002) mengemukakan bahwa pendidikan sebagai

suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah

suatu pembentukan watak yaitu nilai dan sikap disertai dengan kemampuan

dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan. Tingkat

pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik

sehingga memungkinkan untuk menyerap informasi-informasi juga dapat

berpikir secara rasional dalam menanggapi suatu informasi atau masalah

yang dihadapi.
Penelitian yang dilakukan oleh Saifuddin (2004), di Kabupaten Bireuen,

menunjukkan bahwa kejadian malaria sebagian besar terjadi pada kelompok

umur 15–49 tahun (36,4%), menyerang lebih banyak laki-laki (56,8%), dan

terbanyak berpendidikan rendah (97%) serta terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dan pendidikan responden dengan kejadian

malaria.
4) Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh

manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas

atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang (Depdikbud, 1999).

Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan

derajat keterpaparan tersebut serta besarnya resiko menurut sifat pekerjaan

juga akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi

karyawan pada pekerjaan tertentu (Notoatmodjo, 2003a). Hal ini sesuai


49

dengan penelitian Piyarat (1986) yang menyatakan bahwa orang yang

tempat bekerjanya di hutan mempunyai risiko untuk tertular penyakit

malaria karena dihutan merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya

nyamuk Anopheles sp dengan kepadatan yang tinggi. Dibuktikan juga oleh

hasil penelitian Budarja (2001) bahwa ada hubungan yang bermakna antara

jenis pekerjaan (berkebun, nelayan dan buruh yang bekerja pada malam

hari) dengan kejadian malaria.


h. Pencegahan
Pencegahan adalah upaya mengekang perkembangan penyakit,

memperlambat kemajuan penyakit, dan melindungi tubuh dari berlanjutnya

penyakit yang lebih berbahaya. Ada tiga tingkat pencegahan menurut Asmadi

(2008) yaitu:
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan sebelum

terjadinya patogenik. Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit dan

trauma. Secara umum pencegahan primer meliputi promosi

kesehatan (health promotion), dan perlindungan khusus (specific protection).

Mecegah terjadinya reinfeksi dengan menghindari gigitan nyamuk bagi

masyarakat yang tinggal di daerah endemis, dianjurkan untuk memakai baju

lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah pada malam hari,

memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan

kelambu saat tidur, juga menggunakan lotion anti nyamuk (mosquito

repellent) saat tidur atau keluar rumah di malam hari.


50

Penelitian Dasril (2005) menunjukkan bahwa resiko penularan malaria

pada rumah yang tidak dipasang kawat kasa 5,2 kali lebih besar

dibandingkan dengan rumah yang dipasang kawat kasa. Masyarakat dengan

kebiasaan tidak menggunakan repellent malam hari kemungkinan risiko 3,2

kali dibandingkan masyarakat dengan kebiasaan menggunakan repellent

malam hari.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada fase

awal patogenik yang bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan intervensi

segera guna untuk menghentikan penyakit pada tahap dini, mencegah

penyebaran penyakit, menurunkan intensitas penyakit dan mencegah

komplikasi serta mempersingkat fase ketidakmampuan. Pencegahan

sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis dini/penanganan segera, seperti

penemu kasus, survei penapisan, pemeriksaan selektif


Penderita malaria diberikan obat anti malaria yang sesuai dengan dosis

dan aturan yang tepat. Seluruh kasus yang telah di konfirmasi dengan

pemeriksaan laboratorium harus mendapatkan pengobatan radikal dengan

primakuin. Pengobatan radikal dapat membunuh semua stadium parasit yang

ada dalam tubuh manusia dan bertujuan mendapatkan kesembuhan klinis

dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan (Depkes, 2006).


3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah atau membatasi

katidakmampuan serta memulihkan klien yang tidak mampu agar berfungsi

secara optimal. Langkah pencegahan ini dilakukan melalui upaya


51

pembatasan ketidakmampuan dan rehabilitas. Langkah yang diambil dalam

pembatasan ketidakmampuan adalah pelatihan tentang cara perawatan diri

dan penyediaan fasilitas. Pemberian primakuin selama 14 hari pada infeksi

oleh P.vivax dapat menghancurkan bentuk hipnozoit dan untuk sterilisasi

gametocyt P.falciparum diberikan primakuin single dose. Perlu ditekankan

kepada penderita untuk menyelesaikan pengobatan secara lengkap (Guerin,

2002).

B. Kerangka Teori

Pengetahuan Upaya
pencegahan:
1. Tahu
1. Primer
2. Memahami
2. Sekunder
3. Aplikasi 3. tersier

4. Analisis

5. Sintesis keluarga
Malaria Pada Anak
6.Sikap
evaluasi

1. Menerima
2. Merespon Faktor Penyebab Malaria
3. Menghargai
4. Bertanggung 1. Faktor Agent
jawab
2. Vektor Malaria

3. Faktor Manusia

4. Faktor Lingkungan
52

Gambar 1. Kerangka teori


Kerangka teori modifikasi berdasarkan teori Arisin (2012).Notoatmodjo (2010),
Wawan & Dewi (2010), Muslimin (2012), dan Wulandari Dan Ernwati (2016)

C. Kerangka Konsep

Varabel Bebas Variable Terikat

Pengetahuan
keluarga
Upaya
Pencegahan
malaria pada
balita
Sikap
keluarga

Keterangan :

: Diteliti
53

Gambar 2. Kerangka konsep Peneliti

D. Hipotesis
1. Ada Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Pencegahan Malaria

Pada Anak Di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten

Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.


2. Ada Hubungan Sikap Keluarga Dengan Pencegahan Malaria Pada

Anak di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores

Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rencangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode Observasional

Analitik dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional dimana penelitan

ini digunakan hanya observasii sekali saja dengan pengukuran dilakukan terhadap

status karakter atau variabel subyek penelitian (Notoatmodjo, 2010).

B. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai bulan September 2018.

Tempat penelitian adalah di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten

Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
54

Populasi adalah total dari semua objek yang memiliki karakteristik tertentu,

jelas, dan lengkap yang akan diteliti (Nursalam 2013). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh keluarga yang memiliki balita dari umur 0-5 tahun dan tinggal di

Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi

Nusa Tenggara Timur.


2. Sampel
Sampel objek yang diteliti dan dianggap keseluruhan dari populasi

(Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik Consecutive sampling dimana pengambilan sampel setiap

pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai

kurun waktu tertentu, hingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi.

(Notoatmodjo, 2010). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah keluarga

yang tinggal di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores

Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 30 sampel.

1. Krikteria inklusi:

a. Keluarga yang memiliki anak balita (0-5 tahun).

b. Tinggal >6 bulan

2. Krikteria ekslusi:

a. Keluarga yang tidak bersedia menjadi responden.

b. Variabel Penelitian

Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seseorang individu atau suatu

organisasi yang dapat diukur atau diobservasi. Variabel biasanya bervariasi dalam
55

dua atau lebih kategori. Variabel dapat diukur atau dinilai berdasarkan suatu skala

(Creswell, 2013).

1. Variabel bebas

Pengetahuan dan sikap keluarga

2. Variabel terikat

Upaya pencegahan malaria.

D. Definisi Oprasinal

1. Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan

pengalaman meliputi pengertian, penyebab, serta penanganan pencegahan malaria.

Kuesioner pengetahuan malaria ini diisi oleh responden. Cara menentukan kategori

tersebut dengan menggunakan rumus persentasi skor nilai (Arikunto, 2006) yaitu:
Rumus:

Skalaukur :Ordinal

Kategori :

a. Baik jika skor 76%-100%

b. Cukup jika skor 56%-75%

c. Kurang jika skor < 56%

2. Sikap yaitu tindakan atau aktifitas dari kepala dalam usaha pencegahaan terhadap

pencegahan malaria meliputi pencegahan dan penatalaksanaan. Kuesioner sikap


56

dalam pencegahan malaria ini diisi oleh responden. Cara menentukan kategori

tersebut dengan menggunakan rumus persentasi skor nilai (Arikunto, 2006) yaitu:
Rumus:

Skalaukur :Ordinal

Kategori :

a. Baik jika skor 76%-100%

b. Cukup jika skor 56%-75%

c. Kurang jika skor < 56%

3. Pencegahan malaria suatu tindakan yang dilakukan yang bertujuan untuk

mencegah penularan malaria. Kuesioner pencegahan malaria ini diisi oleh

responden. Cara menentukan kategori tersebut dengan menggunakan rumus

persentasi skor nilai (Arikunto, 2006) yaitu:


Rumus:

Skala ukur : Ordinal

Kategori :

a. Baik jika skor 76%-100%

b. Cukup jika skor 56%-75%

c. Kurang jika skor < 56%

E. Uji Validitas dan Reliabilitas


57

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang di ukur (Sugiono, 2012). Alat ukur dikatakan sahih apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Uji validitas dalam penelitian ini dilaksanakan di Lebao Kelurahan Puken Tobi

Wangi Bao Larantuka Flotes NTT.


yang berjumlah 15 orang. Perhitungan validitas item dalam penelitian ini

menggunakan korelasi product moment dengan bantuan program Statistic Package

For Social Science For Windows (SPSS). Syarat bahwa item-item tersebut sahih

adalah nilai korelasi (r hitung harus positif dan lebih besar dari r tabel), dimana N=15

dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka diperoleh r tabel adalah 0,514.

Harga r tabel dapat dilihat dari nilai-nilai product moment.


Uji Reliablitas
Suatu kuesioner dikatakan andal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut

konsisten atau stabil dari waktu-kewaktu. Uji keandalan alat kuesioner penelitian ini

dilakukan dengan teknik analisis Alpha Cronbach menurut (Sugiono, 2010) kuesioner

dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,6. Hasil uji kesahihan dari 30

pernyataan pengetahuan keluarga tentang malaria didapatkan hasil 21 soal valid dan 9

soal yang tidak valid pada nomor 2, 9, 15, 19, 22, 23, 26, 27, 30, dan dinyatakan

gugur dengan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,753, hasil uji kesahihan pada 30

pernyataan sikap keluarga tentang malaria didapatkan hasil 11 soal valid dan 19 soal

yang tidak valid pada nomor 1, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 19, 20, 21, 23, 25, 26,

27, 28 dan dinyatakan gugur dengan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,702 sedangkan

pada pernyataan perilaku diketahui hasil uji kesahihan pada 26 pernyataan upaya

pencegahan malaria pada balita didapatkan hasil 20 soal valid dan 6 soal yang tidak
58

valid pada nomor 2, 3, 17, 21, 24, 25 dan dinyatakan gugur dengan nilai Cronbach's

Alpha sebesar 0.756.

F. Alat Penelitian

Dalam penelitian ini alat yang digunakan berupa kuesioner yang digunakan terdiri

dari:

1. Kuesioer Identitas Responden

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui data demografi responden yang

meliputi, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.

2. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 30 item pertanyaan setiap butirnya berisi

pertanyaan dengan dua alternatif pilihan yaitu untuk pertanyaan favourable

jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0, sedangkan untuk

pertanyaan unfavorable jawaban adalah sebaliknya.

Bentuk kisi-kisi instrumen sebagai berikut:

Tabel1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian


Indikator Favourable Unfavourable Jumlah
a. Pengertian 1,3,4,5,6,7 2,6, 8
b. Penyebab 8,9,10 29 4
c. Tanda dan gejala 11 12,13 3
d. Pencegahan
e. Cara penularan 19,20,25,26,27 28 6
14,15,16,17,18,21,22,23,24 30 10

Total 30

3. Kuesioner Sikap
59

Jumlah pertanyaan dalam kuesioner ini adalah 30, dengan mengguakan skala

ordinal yang setiap butirnya berisi pertanyaan dengan 4 alternatif pilihan yaitu

pertanyaan sikap yang favourable melalui kuesioner dimana menjawab tidak

pernah mendapat skor1, kadang-kadang mendapat skor 2, sering mendapat skor 3,

dan sangat sering mendapat skor 4. Sedangkan untuk pertanyaan unfavorable

jawaban adalah sebaliknya.

Kisi-kisi instrumen sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Indikator Favourable Unfavourable Jumlah


a. Tanggapan Keluarga 1,3,4,5,6,7,9,1,12,13,14, 2,8,10,16,18, 30
terhadap pencegahan 15,17,19,20,22,24,26,28, 21,23,25
malaria. 29,30
Total 22 8 30

4. Kuesioner Upaya Pencegahan Malaria

Jumlah pertanyaan dalam kuesioner ini adalah 25, dengan mengguakan skala

ordinal yang setiap butirnya berisi pertanyaan dengan 3 alternatif pilihan sering

mendapat skor 3, kadang-kadang mendapat skor 2 dan tidak pernah mendapat skor

Kisi-kisi instrumen sebagai berikut:

Tabel3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian


Indikator Jumlah
a. Menggunakan lotion anti nyamuk 3
b. Menggunakan pakaian pelindung 5
c. Menggunakan obat nyamuk bakar 1
60

d. Menggunakan kelambu 6
e. Menggunakan obat nyamuk semprot 1
f. Kebiasaan keluar rumah pada malam hari 1
g. Menutup jendela dan pintu rumah 2
h. Menggunakan obat nyamuk elektrik 1
i. Menggunakan kipas angina atau AC (pendingin ruangan) 1
j. Menggunakan obat tradisional 1
k. Kegiatan 3 M 3
Total 25

G. Teknik Pengelolahan

1. Pengelolahan data
Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengelolah data:

a. Editing

Suatu kegiatan pengecekan terhadap kemungkinan adanya kesalahan.

Kemungkinan kesalahan itu bisa terjadi pada beberapa bagian yaitu:

1) Konten atau instrument (kuesioner atau check list) apakah sesuai dengan

kerangka konsep penelitian yang berupa variabel-variabel penelitian,

sehingga instrumen yang disusun terfokus pada data yang dikehendaki oleh

peneliti.

2) Pengisian jawaban pada instrumen penelitian, apakah sudah sesuai dengan

jawaban yang ada, ataukah keluar dari jawaban yang ada atau jawaban yang

tidak lengkap dari instrumen yang ada.

b. Coding
61

Setelah data diedit, langkah selanjutnya adalah coding jawaban agar proses

pengelolahan lebih mudah, yakni mengubah data yang dibentuk kalimat menjadi

data angka atau bilangan.

c. Scor

Memberikan skor terhadap item-item pertanyaan untuk mempermudah

pengelolahan data.

d. Tabulasi

Menyusun dan menghitung data dari hasil pengkodean untuk kemudian

disajikan dengan cara memasukkan angka-angka kedalam tabel dan data untuk

mengetahui angka kumulatif masing-masing variabel.

H. Analisa Data

a. Analisis univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaska atau mendeskripskan dari setiap

Variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk

data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan data deviasi. Pada

umumnya dalam analisis hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentasi

dari tiap variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat (Sugiyono, 2009).
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menerangkan hubungan pengetahuan dan

sikap keluarga tentang pencegahan malaria pada anak dengan rumus menggunakan

uji korelasi spearman rank (Sugiyono, 2010) dengan rumus sebagai berikut:
Rumus spearman rank sebagai berikut:

Keterangan:
62

di2 = Beda antar jenjang setiap objek

rs = koefisien korelasi Spearmen Rank

n = Banyaknya subyek

Mengugnakan taraf kesalahan 5% (0.05), apabila rs hitung ˃ rs Tabel maka Hipotesis

ditolak atau diterima.

I. Jalannya Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap persiapan
Tahap ini mulai dari pengajuan judul, penyusunan proposal, pembuatan instrumen

penelitian, uji instrumen penelitian, dan permohonan izin lahan penelitian.


2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

a. Respoden yang memenuhi kerikteria inklusi diberikan kuesioner.

b. Kepala keluarga yang tinggal bersama balita didatangi setiap rumah dengan

tidak mengganggu kenyamanan mereka dengan di bantu dua teman dalam

pengambilan data.

c. Sebelum mengisi kuesioner, responden diberi dan menandatangani surat

persetujuan mejadi responden.

d. Masing-masing responden diberi waktu 10 menit untuk menjawab kuesioner

tersebut.

e. Setelah kuesioner sudah dijawab maka segera dikumpulkan untuk menghindari

hilangnya kuesioner atau manipulasi data.


63

f. Selanjutnya peneliti mengecek kelengkapan hasil pengisian kuesioner satu

persatu, apabila terdapat item pertanyaan yang belum terisi maka peneliti akan

meminta responden untuk melengkapinya kembali. Apabila responden kesulitan

membaca maka akan dibacakan, apabila responden kesulitan memahami isi

kalimat maka diterjemahkan secara lisan dalam bahasa yang dimengeri oleh

responden dengan tidak merubah isi.

3. Tahap akhir
Tahap terakhir peneliti membuat hasil penelitian dari data yang telah dikumpul,

selanjutnya mengadakan seminar hasil penelitian.

J. Etika Penelitan

Pada penelitian ilmu keperawatan hampir 90% subyek yang digunakan adalah

manusia, maka dari itu peneliti harus memahami perinsip-perinsip dan etika

penelitian.

Menurut Nursalam (2008), perinsip etika penelitian dapat dibedakan menjadi tiga

(3) bagian yaitu:

1) Prinsip Manfaat

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan atau kerugian pada

responden. Penelitian harus betul-betul mempertimbangkan risiko dan keuntungan

pada responden. Responden harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam

penelitian atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-

hal yang dapat merugikan responden tapi untuk pengembangan ilmu.

2) Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (respect human dignity).


64

Calon responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi responden atau tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau berakibat pada

kesembuhanya. Reponden berhak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang

diberikan. Artinya peneliti harus bertanggung jawab jika ada yang terjadi pada

responden. Informed consent (lembar persetujuan ) perlu diberikan pada responden

agar didapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian dan

manfaatnya.

3) Prinsip Keadilan (right to justice)

Responden diprilakukan secara baik, sebelum, selama, dan sesudah keikutsertaanya

dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia

atau dikeluarkan dari penelitian. Dalam penelitian perlu dijaga kerahasiaanya.

Responden mempunyai hak untuk meminta agar data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk itu tidak perlu mencantumkan nama (Anonymity), tapi hanya

berupa kode dan rahasia (Confidentiality) atau cuma penelitian yang tahu kode

responden.
65

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Responden
Karakteristik resonden dalam penelitian ini adalah keluarga yang

memiliki anak balita (0-5 tahun) di Desa Waiklibang Kecamatan

Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Karakteristik responden dalam penelitian ini dikelompokan

meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjan, dan pendidikan.


a. Umur
Pada tabel 1 menunjukan presentase karakteristik responden

berdasarkan umur.
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden menurut Umur
Umur f %
15-19 2 6,7
20-24 4 13,3
25-29 14 46,7
30-34 5 16,7
35-39 3 10,0
40-44 2 6,7
Total 30 100
Sumber data terolah, 2018
66

Berdasarkan golongan umur pada table 1 diatas dapat

disimpulkan bahwa rata-rata umur responden terbanyak berada

antara 28,63 tahun.

b. Jenis kelamin
Pada tabel 2 menunjukan presentase karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin.


Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden menurut
Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin f %
Perempuan 30 100
Total 30 100
Sumber data terolah, 2018

Berdasarkan jenis kelamin pada tabel 2 diatas mayoritas

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 kepala keluarga

(100%)

c. Pekerjaan
Pada tabel 3 menunjukan presentase karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan.
Tabel. 3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden menurut
Pekerjaan.
Pekerjaan f %
IRT (Ibu Rumah
Tangga) 7 23,3
Petani 18 60
Swasta 3 10
Wiraswasta 2 6,7
Total 30 100
Sumber data terolah, 2018
67

Karakteristik responen berdasarkan jenis pekerjan pada tabel 3

diatas adalah sebagian besar responden dengan pekerjan petani

sebanyak 18 responden (60%) dan terendah pada responden bekerja

sebagai wiraswasta sebanyak 2 responden (6,7%).


d. Pendidikan
Pada tabel 4 menunjukan presentase karakteristik responden

berdasarkan pendidikan
Tabel. 4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden menurut
pendidikan.
Pendidikan f %
SD 8 26,7
SMP 10 33,3
SMA 8 26,7
PERGURUAN TINGGI 4 13,3
Total 30 100
Sumber data terolah, 2018

Berdasarkan tingkat pendidikan pada tabel 4 diatas didapatkan

hasil sebagian besar responden berpendidikan SMP sebanyak 10

responden (33,3%) dan perguruan tinggi pada kategori terendah

sebanyak 4 responden (13,3%).

2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan keluarga
Hasil penelitian tentang pengetahuan keluarga tentang malaria

dapat di lihat pada tabel 5 berikut:

Tabel. 5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan keluarga di Desa Waiklibang
Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Pengetahuan f %
Baik 21 70
68

Cukup 8 26,7
Kurang 1 3,3
Total 30 100
Sumber data terolah, 2018

Berdasarkan tabel 5 diatas, dari 30 responden didapatkan hasil

bahwa sebagian besar pengetahuan responden tergolong kategori

baik sebanyak 21 responden (70%) dan terendah pada kategori

kurang sebanyak 1 responden (3,3%).

b. Sikap keluarga
Hasil penelitian Sikap keluarga tentang malaria dapat di lihat pada

tabel 6 berikut:
Tabel. 6
Distribusi Frekuensi Sikap keluarga di Desa Waiklibang
Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Sikap f %
Baik 17 56,7
Cukup 12 40
Kurang 1 3,3
Total 30 100
Sumber data terolah, 2018

Berdasarkan tabel diatas, dari 30 responden didapatkan hasil

bahwa sebagian besar sikap responden tergolong kategori baik

sebanyak 17 responden (56,7%) dan terendah pada kategori kurang

sebanyak 1 responden (3,3%).

c. Upaya Pencegahan Malaria Pada Balita


Hasil penelitian upaya pencegahan malaria pada balita dapat

dilihat pada tabel 7 berikut:


Tabel. 7
69

Distribusi Frekuensi upaya pencegahan malaria pada balita di


Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores
Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Upaya Pencegahan f %
Baik 18 60
Cukup 12 40
Total 30 100
Sumber data terolah, 2018

Berdasarkan tabel 7 diatas, dari 30 responden didapatkan hasil

bahwa upaya pencegahan malaria pada balita baik sebanyak 18

responden (60%) dan cukup sebanyak 12 responden (40%).

3. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Pengetahuan Keluarga dengan Upaya Pencegahan

Malaria Pada Balita.


Analisis hubungan antara pengetahuan keluarga dengan Upaya

Pencegahan Malaria Pada Balitadi Desa Waiklibang Kecamatan

Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara

Timur dengan mengguanakan uji Spearman Rank dapat dilihat pada

tabel 8 dibawah ini


Tabel. 8
Hubungan antara Pengetahuan Keluarga dengan Upaya Pencegahan
Malaria Pada Balita di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga
Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur
Upaya Penycegahan Malaria
Pengetahuan Baik Cukup Total rho p-value
f % f % f %
Baik 15 50 6 20 21 70
Cukup 3 10 5 16,7 8 26,7 0,369 0,045
Kurang 0 0 1 3,3 1 3,3
Total 18 60 12 40 30 100
Sumber data terolah, 2018
70

Tabel 8 menunjukan bahwa tabulasi silang hubungan antara

pengetahuan keluarga dengan upaya pencegahan malaria pada

balita didapatkan hasil tabulasi terbanyak yaitu pada pengetahuan

baik dengan upaya pencegahan malaria baik sebesar 15 responden

(50%), dan upaya pencegahan malaria pada balita cukup 6

responden (20%).

Berdasarkan hasil analisis Sperman Rank diketahui bahwa nilai

sig 0.045 (p-value<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan upaya

pencegahan malaria pada balitadi Desa Waiklibang Kecamatan

Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara

Timur sedangkan nilai Correlation Coefficient sebesar 0.369

dengan arah hubungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi

pengetahuan maka semakin baik upaya pencegahan malaria pada

balita.

b. Hubungan antara Sikap Keluarga dengan Upaya Pencegahan

Malaria Pada Balita.


Analisis hubungan antara sikap keluarga dengan Upaya

Pencegahan Malaria Pada Balita di Desa Waiklibang Kecamatan

Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara

Timur dengan mengguanakan uji Spearman Rank dapat dilihat

pada tabel 9 dibawah ini:


71

Tabel. 9
Hubungan Antara Sikap Keluarga Dengan Upaya Pencegahan
Malaria Pada Balita di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga
Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur
Upaya Penycegahan Malaria
sikap Baik Cukup Total rho p-value
f % f % f %
Baik 14 46,7 3 10 17 56,7
Cukup 4 13,3 8 26,7 12 40 0,534 0,002
Kurang 0 0 1 3,3 1 3,3
Total 18 60 12 40 30 100
Sumber data terolah, 2018

Tabel 9 menunjukan bahwa tabulasi silang hubungan antara

sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan malaria pada

balita didapatkan hasil tabulasi terbanyak yaitu pada perilaku baik

dengan upaya pencegahan malaria pada balita baik sebesar 14

responden (46,7%), upaya pencegahan malaria pada balita cukup

sebesar 3 responden (10%).

Berdasarkan hasil analisis Sperman Rank diketahui bahwa nilai

sig 0.002 (p-value<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan

antara sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan malaria

pada balita di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga

Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur sedangkan

nilai Correlation Coefficient sebesar 0.534 dengan arah hubungan

positif yang berarti bahwa semakin baik sikap keluarga maka

semakin semakin baik upaya pencegahan malaria pada balita.


72

B. PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Keluarga
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan
responden tergolong kategori baik sebanyak 21 responden (70%) dan
terendah pada kategori kurang sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua tentang malaria tergolong
dalam kategori baik dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah tingkat pendidikan. Pendidikan responden pada penelitian ini
sebagian besar responden berpendidikan SMP sebanyak 10 responden
(33,3%) dan SMA sebanyak 8 responden (26,7%) dan perguruan tinggi
sebanyak 4 responden (13,3%). Sesuai dengan pendapat menurut
Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah upaya persuasi atau
pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau melakukan
tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-
masalah), dan meningkatkan kesehatannya dimana semakin tinggi
pendidikan responden maka pengetahuannya akan semakin baik.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Markus
(2015) dengan hasil sebagian besar pengetahuan responden baik
sebanyak 111 responden (67,3%). Peneliti berpendapat hasil ini
dipengaruhi oleh sebagian besar responden sering mengikuti
penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas dari puskesmas,
dan apabila sakit sudah lebih dari 3 hari dengan keluhan panas, sakit
kepala, pusing dan demam langsung memeriksakan ke tempat
pelayanan kesehatan yang terdekat. Menurut Dalmunte (2008)
menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat tentang
penyakit malaria berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam
program pencegahan penyakit malari, apabila masyarakat sering
mengikuti perogram kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
maka akan lebih menjamin pengetahuan masyarakat akan lebih baik.
73

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Septiana Fathonah (2010), dengan judul hubungan antara pengetahuan
dan sikap ibu dengan upaya pencegahan gigitan nyamuk anopheles
pada balita dengan hasil Mayoritas responden yang mempunyai
pengetahuan yang tinggi. Berdasarkan asumsi peneliti umumnya di
daerah endemis banyak dilakukan upaya promotif dari Dinas
Kesehatan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya intensif
pencegahan, pemberantasan dan penelitian malaria. Hasil ini juga telah
dilakukan survei terlebih dahulu yang dilakukan di Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulonprogo didapatkan hasil umumnya penderita malaria
di desa endemik memiliki pengetahuan tinggi (99,35%).
2. Sikap Keluarga
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar sikap
responden tergolong kategori baik sebanyak 17 responden (56,7%) dan
terendah pada kategori kurang sebanyak 1 responden (3,3%). Sikap
yang baik dengan didukung oleh pengetahuan yang baik akan
mendukung perilaku responden dalam upaya pencegahan malaria pada
balita. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu objek atau stimulus atau dengan kata lain yaitu
presisposisi dari perilaku (Sukmadinata, 2010). Sikap responden pada
penelitian ini tergolong baik dipengaruhi oleh pengetahuan serta usia
responden. Pada peneitian ini pengetahua responden sebagian besar
tergolong baik dengan usia terbanyak berada antara usia 25-29 tahun
sebanyak 14 responden (46,7%) dimana usia responden semakin
dewasa atau matang . dapat lebih mudah dapat menerima dan
menganalisis informasi dengan lebih baik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana
Pratamawati (2012), dengan judul gambaran lingkungan dan
hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku pada peningkatan
kasus malarian di desa kalirejo kecamatan kokap kabupaten
74

kulonprogo. Hasil pada penelitian mengunakan studi kasus dan bukan


kasus menunjukkan sikap responden mayoritas mendukung Sikap
dalam pengendalian vaktor, pencarian pengobatan, dan pencegahan
malaria baik. Peneliti berpendapat hasil ini dipengaruhi usia yang
matang serta pendidikan responden menenga pertama hingga
perguruan tinggi banyak. Menurut Notoatmodjo (2009) pendidikan
diperlukan untuk mendapatkan informasi serta pengetahuan mengenai
hal-hal yang dapat menunjang kesehatan dan dengan usia yang matang
atau matur (31-40 tahun) dapat lebih mudah dapat menerima dan
menganalisis informasi dengan lebih baik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yahya
(2005) pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadaip malaria pada
anak di kecamatan sungailiat kabupaten bangka, dengan hasil sebagian
besar sikap responden tergolong dalam kategori positif. Peneliti
berpendapat hasil ini dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan dan
usia responden. Pada penelitian ini sebagian besar responden
berpendidikan menengah/sederajat dengan usia responden terbanyak
berada antara 25-<40 tahun.
3. Upaya Pencegahan Malaria
Berdasarkan hasil bahwa upaya pencegahan malaria pada balita
baik sebanyak 18 responden (60%) dan cukup sebanyak 12 responden
(40%). Baik maupun buruknya upaya pencegahan penyakit malaria ini
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor selain tingkat pengetahuan
adalah faktor karakteristik keluarga, faktor sosial ekonomi, faktor
peran tenaga kesehatan, dan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit
malaria. Hasil ini membuktikan bawa dengan pengetahuan dan sikap
yang baik dapat meningkatkan perilaku yang baik pula. Sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan dan sikap seseorang
tercermin dalam tindakan kesehatan yang dilakukannya.
75

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nurdin (2011)


dimana jumlah responden yang buruk tindakannya lebih banyak pada
kelompok kasus dibanding bukan kasus. Kondisi ini dapat terjadi
karena perilaku kesehatan responden dipengaruhi oleh aspek sosial
budaya yang ada di sekitarnya. Aspek sosial yang mempengaruhi status
kesehatan antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan keadaan
sosial ekonomi (Notoatmodjo, 2010). Sementara aspek budaya yang
dapat berpengaruh pada perilaku kesehatan antara lain tradisi, sikap
fatalism, nilai, ethnocentrism, dan unsur budaya yang dipelajari pada
tingkat awal dalam proses sosialisasi (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahayu (2013) dengan judul hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
upaya pencegahan malaria dengan kejadian malaria pada anak usia 0-9
tahun di puskesmas timika jaya mimika papua, hasil penelitian
mengenai upaya pencegahan penyakit malaria menunjukkan banyak
responden yang buruk dalam upaya pencegahan penyakit malaria.
Peneliti berpendapat salah satu faktor yang mempengaruhi buruknya
upaya pencegahan malaria pada penelitian ini yaitu kesibukan akan
orang tua dalam bekerja. Ibu rumah tangga kesehariannya mereka
bertugas membantu para suami bekerja di ladang. Kesibukan ibu
sebagai penanggung jawab kegiatan rumah serta dituntut untuk
membantu pekerjaan suami di sawah menyebabkan waktu luang ibu
untuk memperhatikan kebersihan rumah maupun lingkungan di sekitar
rumah menjadi kurang. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2007) salah satu faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan adalah
faktor pendorong atau memperkuat terjadinya perilaku dalam arti lain
orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya karenan kesibukan akan pekerjaan dan sebagainya.
76

4. Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Dengan Upaya Pencegahan


Malaria Pada Balita.
Berdasarkan hasil analisis Sperman Rank diketahui bahwa nilai sig
0.045 (p-value<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan keluarga dengan upaya pencegahan
malaria pada balitadi Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga
Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur sedangkan
nilai Correlation Coefficient sebesar 0.369 dengan arah hubungan
positif yang berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan maka semakin
baik upaya pencegahan malaria pada balita. Orangtua sebagai salah
satu orang yang paling dekat dengan anak memiliki peran penting
dalam pengendalian malaria pada balita, baik dalam hal pencegahan
maupun tatalaksana awal. Pengetahuan, sikap, dan upaya pencegahan
yang baik dari orangtua dalam pencegahan dan manajemen malaria
pada balita tentu berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat malaria pada balita.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hartono (2014) dengan judul hubungan antara pengetahuan dan sikap
masyarakat tentang malaria dengan tindakan pencegahan penyakit
malaria di desa jiko utara wilayah kerja puskesmas nuangan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur, hasil analisis bivariat dengan
menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa, tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit
malaria p=0,259.
5. Hubungan Antara Sikap Keluarga Dengan Upaya Pencegahan Malaria
Pada Balita.
Berdasarkan hasil analisis Sperman Rank diketahui bahwa nilai sig
0.002 (p-value<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara
sikap kepala keluarga dengan upaya pencegahan malaria pada balita di
Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur
77

Provinsi Nusa Tenggara Timur sedangkan nilai Correlation Coefficient


sebesar 0.534 dengan arah hubungan positif yang berarti bahwa
semakin baik sikap keluarga maka semakin baik upaya pencegahan
malaria pada balita.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Septiana Fathonah (2010), dengan judul hubungan antara pengetahuan
dan sikap ibu dengan upaya pencegahan gigitan nyamuk anopheles
pada balita dengan hasil tidak berpengaruh atau tidak terdapat
hubungan yang signifikan terhadap perilaku ibu dalam upaya
pencegahan gigitan nyamuk anopheles pada balita. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikansi sebesar 0,561 (p>0,05). Peneliti berpendapat
hasil ini dipengaruhi oleh mayoritas responden yang mempunyai sikap
yang baik memiliki perilaku yang cukup yaitu sebanyak 48 orang
(55,2%). Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam penentuan
sikap yang utuh ini,pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2010).
78

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitinan tentang Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Keluarga tentang Pencegahan Malaria Pada balita Di Desa Waiklibang

Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian tentang pengetahuan keluarga tentang malaria di Desa

Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa

Tenggara Timur diketahui sebagian besar pengetahuan responden tergolong

kategori baik sebanyak 21 responden (70%).


79

2. Hasil penelitian Sikap keluarga tentang malaria di Desa Waiklibang Kecamatan

Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur

diketahui bahwa sebagian besar sikap responden tergolong kategori baik

sebanyak 17 responden (56,7%).

3. Upaya Pencegahan Malaria tergolong baik sebanyak 18 responden (60%) dan

cukup sebanyak 12 responden (40%).

4. Berdasarkan hasil analisis Sperman Rank diketahui bahwa nilai sig 0.045 (p-

value<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Pengetahuan Keluarga Dengan Upaya Pencegahan Malaria Pada Balitadan nilai

Correlation Coefficient sebesar 0.369 dengan arah hubungan positif

5. Berdasarkan hasil analisis Sperman Rank diketahui bahwa nilai sig 0.002 (p-

value<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan signifikanantara Sikap

Keluarga Dengan Upaya Pencegahan Malaria Pada Balitadan nilai Correlation

Coefficient sebesar 0.534 dengan arah hubungan positif.

B. SARAN
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil pembahasan dan penelitian

tersebut adalah:

1. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM.

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam menentukan

kebijakan dalam menyusun panduan perkuliahan terutama yang berkaitan

dengan hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang upaya pencegahan

malaria pada balita.


80

2. Bagi Keluarga

a. Mengadakan penyuluhan pada keluarga tentang pengetahuan Upaya

Pencegahan Malaria Pada Balita.


b. Hendaknya menghimbau keluarga untuk memberikan obat/lotion anti

nyamuk pada balita atau obat-obatan tradisional yang dipercaya dapat

mencegah gigitan nyamuk.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti selanjudnya diharapkan dapat meneliti Upaya keluarga yang

dibutuhkan untuk mencegahan Malaria Pada Balita serta faktor-faktor

mempengaruhinya.

Lampiran
81

Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan


82

Lampiran 2. Surat Studi Pendahuluan


83

Lampiran 3. Etikal Clirent


84

Lampiran 4. Surat Penelitian


85

Lampiran 5. Surat Pernyataan Menjadi Responden

PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada peneliti yang akan dilakukan oleh

Polikarpus Bala Retu Koten, mahasiswa ILMU KEPERAWATAN UGM yang

berjudul “hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan malaria pada
86

balita di Desa Waiklibang Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur.”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak

manapun

Yokyakarta, 2017

Responden,

( )

Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


YOGYAKARTA, 2017
Kepada
Yth. Bapak/ Ibu Responden
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : POLIKARPUS BALA RETU KOTEN
Nim :
Adalah Mahasiswa Program Studi ILMU KEPERAWATAN UGM Yogyakarta
yang akan melaksanakan penelitian dengan judul “hubungan pengetahuan dan sikap
keluarga tentang pencegahan malaria pada balita di Desa Waiklibang Kecamatan
Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur”.
87

Peneliti memohon dengan hormat kepada Bapak/Ibu bersedia menjadi responden


dan mau mengisi data dan menjawab sejumlah pertanyaan yang telah tersedia dengan
sejujur-jujurnya. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat apapun bagi semua
responden dan kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan peneliti. Apabila Bapak/Ibu menyetujui maka saya
mohon kesediannya menandatangani persetujuan ini.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu, peneliti ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

POLIKARPUS BALA RETU KOTEN

Lampiran 7. Kuesioner
KUESIONER

Tanggal Survei :
Nomor Responden :
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pertanyaan dibawah ini, dan jawablah dengan satu jawaban yang

sesuai dengan keadaan anda.


2. Isilah dengan menggunakan tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
3. Usahakan semua pertanyaan anda jawab semua.
4. Data dari anda akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan

penelitian dan ditampilkan sebagai data group bukan data individu.


No :
1) Nama :
2) Umur :
3) Pendidikan terakhir
[ ] Tidak sekolah [ ] Tidak tamat SD [ ] Tamat SD
[ ] SMA [ ] SMP [ ] Perguruan tinggi
4) Pekerjaan
[ ] PNS [ ] Pensiun [ ] Karyawan/swasta
[ ] Petani [ ] Wiraswasta [ ] Tidak bekerja
88

[ ] Buruh

A. KOESIONER PENGETAHUAN

NO PERNYATAAN BENAR SALAH


1 Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit dari nyamuk
2 Penyakit malaria tidak disebabkan karena gigitan nyamuk
anopheles
3 Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh parasit gigitan
nyamuk yang terinfeksi
4 Pada tubuh manusia, parasit membelah diri dan bertambah
banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah
merah
5 Penyakit malaria ini secara alami ditularkan oleh gigitan
nyamuk Anopheles betina.
6 Penyakit malaria ini secara alami ditularkan oleh gigitan
nyamuk Anopheles janatan.
7 Nyamuk anopheles hidup di daerah pantai, rawa-rawa,
persawahan, hutan dan pegunungan.
8 Perkembang biakan Nyamuk Anopheles betina dapat
bertahan hidup selama sebulan
9 Penyebab penyakit malaria Indonesia Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale,
10 Gejala umum penyakit malaria adalah demam tinggi.
11 Gejala umum penyakit malaria lainnya biasanya penderita
merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu
makan, merasa mual, di ulu hati, atau muntah
12 Anak yang menderita penyakit malaria tidak mengalami
sakit kepala
13 Anak yang menderita penyakit malaria tidak akan
mengalami kejang
14 Nyamuk malaria suka tinggal di rumah dan bangunan.
15 Tempat sarang nyamuk malaria pada tempat yang tergenang
air.
16 Nyamuk malaria suka menggigit di luar rumah dan di
89

gudang
17 Nyamuk malaria aktif menggigit malam dan siang hari
18 Lingkungan yang disukai nyamuk malaria Lingkungan
yang banyak genangan air dan rawa-rawa
19 penyakit malaria bisa disembuhkan
20 cara penyembuhan Nyamuk malaria Minum obat dan
memelihara kesehatan diri serta lingkungan.
21 Tempat sarang nyamuk malaria pada air yang mengalir.
22 Suhu lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan
malaria
23 Musim hujan dapat memudahkan perkembangan nyamuk
24 Penyakit malaria rentan menyerang pada anak-anak
25 Mecegah terjadinya reinfeksi dengan menghindari gigitan
nyamuk
26 Pada daerah endenis malaria dianjurkan untuk memakai
baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah
pada malam hari,
27 Dengan menggunakan kelambu pada saat tidur dapat
mengurangi risiko gigitan nyamuk malaria
28 Penyakit malaria tidak dapat disembuhkan
29 Penyebab penyakit malaria Indonesia tidak disebabkan oleh
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale,
30 Lingkungan yang tidak disukai nyamuk malaria
Lingkungan yang banyak genangan air dan rawa-rawa
90

B. KOESIONER SIKAP

PETUNJUK PENGISIAN:

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS :Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan untuk
mencegah perkembangbiakan nyamuk penular penyakit
malaria
2 Saya tidak peduli dengan kebersihan lingkungan kerena
itu tidak berpengaruh terhadap kesehatan keluarga saya
3 Apabila ada salah satu anggota keluarga mengalami
menggigil dan kedingin sebaiknya segera dibawa ke
fasilitas kesehatan.
4 Saya berkeyakinan untuk memberantas tempat yang dapat
menjadikan nyamuk anopheles berkembangbiak.
5 Penyakit malaria dapat dicegah dengan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan sekitar
6 Saya tidak menggunakan kelambu saat tidur dirumah saya
karena tidak begitu penting untuk mencegah gigitan
nyamuk.
7 Melakukan pencegahan penyakit malaria lebih baik
daripada mengobati
8 Saya berkeyakinan bahwa gigitan nyamuk dan penyakit
malaria tidak dapat mematikan
9 Adanya genangan air di sekitar rumah dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit malaria
10 Musim hujan tidak mempengaruhi perkembangbiakan
malaria.
11 Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan
91

malaria dari tenaga kesehatan di sarana pelayanan


kesehatan seperti puskesmas
12 Untuk mencegah perkembangbiakan rumah saya, saya
menjaga kelembaban dan suhu lingkungan rumah
13 Saya sering mengikuti kegiatan kebersihan lingkungan
desa sekali dalam seminggu.
14 Saya menggunakan obat atau loction anti nyamuk pada
anak sya saat tidur malam.
15 Saya menganjurkan anak dan keluarga untuk
menggunakan pakayan panjang pada saat keluar malam.
16 Penyakit malaria merupakan penyakit keturunan
17 Penyakit malaria bukan merupakan penyakit keturunan
dan dapat disembuhkan.
18 Saya tidak menggunakan obat atau loction anti nyamuk
pada anak saya saat tidur malam
19 Menghilangkan jentik nyamuk dengan penyemprotan
adalah salah satu pencegahan penyakit malaria
20 Saya menjaga kesehatan anak saya dengan segera berobat
apa bila sakit
21 Apabila ada keluarga yang sakit saya segera berobat ke
dukun.
22 Kandang ternak sebaiknya diletakkan disekitar rumah
asalkan terjaga kebersihannya.
23 Untuk mencegah perkembangbiakan rumah saya, saya
tidak menjaga kelembaban dan suhu lingkungan rumah
24 Adanya penderita malaria di keluarga disebabkan tidur
tidak memakai kelambu atau tidak memakai obat anti
nyamuk.
25 Saya berpendapat saat sakit dan panas merupakan hal
yang biasa.
26 Saya memiliki ternak dan saya sering membersihkan
kandangnya agar tetap bersih.
27 Petugas kesehatan sebaiknya berkunjung ke masyarakat
untuk memberikan penyuluhan tentang malaria dan
pencegahannya.
28 Saya menguras bak mandi 2 kali dalam semingu
29 saya menggunakan bubuk abate untuk memberantas
nyamuk
30 Saya menggunakan baskom untuk alat penampung mandi
dan digunakan saat mandi agar menghindar
perkembangbiakan nyamuk.
92

C. KOESIONER PENCEGAHAN MALARIA

Lembar Observasi

NO PERNYATAAN ya tidak
1 Menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah
2 Menggunakan kelambu pada saat tidur malam hari
3 Menggunakan obat anti nyamuk pada saat tidur malam hari
4 Menggunakan baju lengan panjang ketika keluar rumah pada
malam hari
5 Memiliki kebiasaan tidak menggantung baju dirumah seperti di
belakang pintu
6 Memelihara predator nyamuk Anopheles seperti ikan gambus,
nila dan mujair
7 Gantungan pakayan di dalam rumah.
8 Tidak ada tempat yang dapat menimbulkan genangan air
9 Aliran air di sekitar lokasi tidak ada yang tersendat
10 Tidak ada tumbuhan liar atau semak belukar

Lampiran 8. Data Mentah Uji Validitas dan Relibilitas


93

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Relibilitas


94

A. pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.753 .950 31
95

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 .7333 .45774 15
VAR00002 .6667 .48795 15
VAR00003 .6667 .48795 15
VAR00004 .7333 .45774 15
VAR00005 .8000 .41404 15
VAR00006 .7333 .45774 15
VAR00007 .5333 .51640 15
VAR00008 .6667 .48795 15
VAR00009 .7333 .45774 15
VAR00010 .6667 .48795 15
VAR00011 .7333 .45774 15
VAR00012 .6000 .50709 15
VAR00013 .6000 .50709 15
VAR00014 .7333 .45774 15
VAR00015 .7333 .45774 15
VAR00016 .7333 .45774 15
VAR00017 .7333 .45774 15
VAR00018 .8000 .41404 15
VAR00019 .8000 .41404 15
VAR00020 .8000 .41404 15
VAR00021 .8000 .41404 15
VAR00022 .7333 .45774 15
VAR00023 .8667 .35187 15
VAR00024 .6667 .48795 15
VAR00025 .6667 .48795 15
VAR00026 .6667 .48795 15
VAR00027 .8000 .41404 15
VAR00028 .8667 .35187 15
VAR00029 .7333 .45774 15
VAR00030 .6000 .50709 15
96
97

Item-Total Statistics
Scale
Scale Mean Variance if Corrected Squared Cronbach's
if Item Item Item-Total Multiple Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted
VAR00001 42.4667 279.124 .709 . .743
VAR00002 42.5333 281.838 .494 . .746
VAR00003 42.5333 275.267 .906 . .739
VAR00004 42.4667 279.124 .709 . .743
VAR00005 42.4000 281.257 .630 . .745
VAR00006 42.4667 277.410 .823 . .741
VAR00007 42.6667 278.667 .652 . .743
VAR00008 42.5333 281.267 .530 . .745
VAR00009 42.4667 286.267 .239 . .750
VAR00010 42.5333 280.981 .547 . .745
VAR00011 42.4667 279.981 .652 . .744
VAR00012 42.6000 276.543 .793 . .741
VAR00013 42.6000 274.257 .932 . .738
VAR00014 42.4667 277.410 .823 . .741
VAR00015 42.4667 282.838 .463 . .747
VAR00016 42.4667 279.124 .709 . .743
VAR00017 42.4667 277.410 .823 . .741
VAR00018 42.4000 280.686 .671 . .745
VAR00019 42.4000 283.829 .442 . .748
VAR00020 42.4000 280.686 .671 . .745
VAR00021 42.4000 280.686 .671 . .745
VAR00022 42.4667 284.838 .332 . .749
VAR00023 42.3333 285.381 .393 . .749
VAR00024 42.5333 280.124 .601 . .744
VAR00025 42.5333 280.124 .601 . .744
VAR00026 42.5333 283.552 .388 . .748
VAR00027 42.4000 286.971 .216 . .751
VAR00028 42.3333 281.667 .710 . .745
VAR00029 42.4667 281.981 .519 . .746
VAR00030 42.6000 281.971 .466 . .746
VAR00031 21.6000 72.543 1.000 . .945
98

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
43.2000 290.171 17.03442 31

B. sikap

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's Alpha Based on
Alpha Standardized Items N of Items
.702 .766 27
99

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00002 3.8667 .35187 15
VAR00003 3.4667 .51640 15
VAR00004 3.8667 .35187 15
VAR00005 3.6000 .50709 15
VAR00006 2.2000 .77460 15
VAR00007 3.2000 .94112 15
VAR00008 2.8000 .41404 15
VAR00009 3.4000 .63246 15
VAR00011 3.8000 .41404 15
VAR00012 3.3333 .48795 15
VAR00013 2.6667 .48795 15
VAR00014 3.0667 .70373 15
VAR00016 3.4000 .63246 15
VAR00017 3.6667 .48795 15
VAR00018 2.8667 .91548 15
VAR00019 3.0667 .59362 15
VAR00020 3.6000 .50709 15
VAR00021 3.9333 .25820 15
VAR00022 2.6000 1.05560 15
VAR00023 3.4667 .51640 15
VAR00024 3.3333 .61721 15
VAR00025 2.6667 .72375 15
VAR00027 3.9333 .25820 15
VAR00028 2.7333 .59362 15
VAR00029 3.4000 .50709 15
VAR00030 3.1333 .83381 15
VAR00031 98.0667 5.75036 15
100
101

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Squared Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
VAR00002 179.2667 127.781 .548 . .692
VAR00003 179.6667 122.952 .790 . .680
VAR00004 179.2667 132.638 -.061 . .705
VAR00005 179.5333 125.552 .568 . .687
VAR00006 180.9333 131.495 .010 . .706
VAR00007 179.9333 121.210 .491 . .680
VAR00008 180.3333 129.238 .304 . .697
VAR00009 179.7333 123.067 .627 . .681
VAR00011 179.3333 127.810 .458 . .693
VAR00012 179.8000 136.600 -.401 . .716
VAR00013 180.4667 140.124 -.701 . .724
VAR00014 180.0667 119.638 .788 . .672
VAR00016 179.7333 120.210 .841 . .673
VAR00017 179.4667 128.981 .275 . .696
VAR00018 180.2667 117.638 .694 . .669
VAR00019 180.0667 136.067 -.300 . .715
VAR00020 179.5333 127.267 .415 . .692
VAR00021 179.2000 130.600 .271 . .699
VAR00022 180.5333 116.410 .647 . .667
VAR00023 179.6667 138.381 -.525 . .720
VAR00024 179.8000 121.314 .778 . .676
VAR00025 180.4667 128.410 .203 . .697
VAR00027 179.2000 129.457 .467 . .696
VAR00028 180.4000 140.543 -.613 . .726
VAR00029 179.7333 122.924 .808 . .680
VAR00030 180.0000 120.143 .625 . .675
VAR00031 85.0667 33.067 1.000 . .732
102

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
1.8313E2 132.267 11.50072 27

C. Upaya Penycegahan Malaria Pada Balita

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.756 .947 24
103

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 2.6000 .50709 15
VAR00002 2.8000 .56061 15
VAR00003 2.8667 .35187 15
VAR00004 2.7333 .45774 15
VAR00005 2.8000 .41404 15
VAR00006 2.4000 .91026 15
VAR00007 2.2667 .70373 15
VAR00008 2.1333 .83381 15
VAR00009 2.3333 .72375 15
VAR00010 2.7333 .70373 15
VAR00011 2.5333 .74322 15
VAR00013 2.7333 .70373 15
VAR00014 2.7333 .70373 15
VAR00015 2.6667 .72375 15
VAR00016 2.2000 .77460 15
VAR00017 2.3333 .81650 15
VAR00020 1.8667 .99043 15
VAR00021 2.6000 .73679 15
VAR00022 2.8000 .41404 15
VAR00023 2.5333 .51640 15
VAR00024 2.3333 .81650 15
VAR00025 2.6667 .61721 15
VAR00026 2.6000 .63246 15
VAR00027 67.2667 10.27109 15
104

Item-Total Statistics
Scale Squared
Scale Mean Variance if Corrected Multiple Cronbach's
if Item Item Item-Total Correlati Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation on Deleted
VAR00001 122.9333 404.924 .823 . .746
VAR00002 122.7333 416.067 .245 . .754
VAR00003 122.6667 418.238 .251 . .755
VAR00004 122.8000 408.457 .720 . .748
VAR00005 122.7333 410.781 .657 . .750
VAR00006 123.1333 398.410 .626 . .742
VAR00007 123.2667 394.210 .976 . .738
VAR00008 123.4000 390.829 .924 . .736
VAR00009 123.2000 396.600 .862 . .740
VAR00010 122.8000 402.743 .664 . .745
VAR00011 123.0000 401.714 .662 . .744
VAR00013 122.8000 402.743 .664 . .745
VAR00014 122.8000 402.743 .664 . .745
VAR00015 122.8667 400.410 .727 . .743
VAR00016 123.3333 391.952 .960 . .737
VAR00017 123.2000 407.029 .434 . .748
VAR00020 123.6667 387.667 .855 . .734
VAR00021 122.9333 411.210 .342 . .751
VAR00022 122.7333 411.638 .605 . .750
VAR00023 123.0000 407.714 .671 . .748
VAR00024 123.2000 409.029 .372 . .750
VAR00025 122.8667 412.552 .361 . .752
VAR00026 122.9333 406.781 .580 . .747
VAR00027 58.2667 105.495 1.000 . .938
105

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
1.2553E2 421.981 20.54217 24

Lampiran 10. Data Mentah Hasil Penelitian


106

Lampiran 11. Hasil Penelitian

a. Pengetahuan
107

PENGETHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 21 70.0 70.0 70.0
CUKUP 8 26.7 26.7 96.7
KURANG 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Histogram

b. Sikap
108

SIKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 17 56.7 56.7 56.7
CUKUP 12 40.0 40.0 96.7
KURANG 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Histogram

c. Upaya pencegahan malaria pada balita


109

PERILAKU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 18 60.0 60.0 60.0
CUKUP 12 40.0 40.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Histogram

Crosstabs
110

PENGETHUAN * PERILAKU Crosstabulation


PERILAKU
BAIK CUKUP Total
PENGETHUAN BAIK Count 15 6 21
Expected Count 12.6 8.4 21.0
% within
71.4% 28.6% 100.0%
PENGETHUAN
% of Total 50.0% 20.0% 70.0%
CUKUP Count 3 5 8
Expected Count 4.8 3.2 8.0
% within
37.5% 62.5% 100.0%
PENGETHUAN
% of Total 10.0% 16.7% 26.7%
KURA Count 0 1 1
NG Expected Count .6 .4 1.0
% within
.0% 100.0% 100.0%
PENGETHUAN
% of Total .0% 3.3% 3.3%
Total Count 18 12 30
Expected Count 18.0 12.0 30.0
% within
60.0% 40.0% 100.0%
PENGETHUAN
% of Total 60.0% 40.0% 100.0%

Crosstabs
111

SIKAP * PERILAKU Crosstabulation


PERILAKU
BAIK CUKUP Total
SIKAP BAIK Count 14 3 17
Expected Count 10.2 6.8 17.0
% within SIKAP 82.4% 17.6% 100.0%
% of Total 46.7% 10.0% 56.7%
CUKUP Count 4 8 12
Expected Count 7.2 4.8 12.0
% within SIKAP 33.3% 66.7% 100.0%
% of Total 13.3% 26.7% 40.0%
KURANG Count 0 1 1
Expected Count .6 .4 1.0
% within SIKAP .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% 3.3% 3.3%
Total Count 18 12 30
Expected Count 18.0 12.0 30.0
% within SIKAP 60.0% 40.0% 100.0%
% of Total 60.0% 40.0% 100.0%
112

Correlations
PENGETHUAN PERILAKU
Spearman's PENGETHUAN Correlation Coefficient 1.000 .369*
rho Sig. (2-tailed) . .045
N 30 30
PERILAKU Correlation Coefficient .369* 1.000
Sig. (2-tailed) .045 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
SIKAP PERILAKU
Spearman's rho SIKAP Correlation Coefficient 1.000 .534**
Sig. (2-tailed) . .002
N 30 30
PERILAKU Correlation Coefficient .534** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai