Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah yang disebabkan oleh virus, jamur dan
bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun pada bayi di bawah lima tahun dan bayi
merupakan salah satu kelompok yang memiliki system kekebalan
tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012).
Sampai saat ini ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 di New York
jumlah penderita ISPA adalah 48.325 anak dan memperkirakan di
Negara berkembang berkisar 30-70 kali lebih tinggi dari Negara maju
dan diduga 20% dari bayi yang lahir di Negara berkemban ggagal
mencapai usia 5 tahundan 25-30% dari kematian anak disebabkan
oleh ISPA. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat ISPA. Kematian akibat penyakit ISPA pada balita
mencapai 12,4 juta pada balita golongan umur 0-5 tahun setiap tahun
diseluruh dunia, dimana dua pertiganya adalah bayi, yaitu golongan
umur 0-1 tahun dan sebanyak 80,3% kematian initer jadi di Negara
berkembang (Kemenkes, 2010). ISPA dapat disebabkan oleh tiga
faktor, yaitu factor individual anak, factor perilaku dan factor
lingkungan.Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir,
status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi
perilaku pencegahandan

1
2

Penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/


masyarakat dalam menangani penyakit ISPA.Faktorlingkunganmeliputi:
pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran
bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi),
ventilasi rumah dan kepadatan hunian (Prabu, 2009). Kebiasaan
merokok orang tua didalam rumah menjadikan balita sebagai
perokokpasif yang selalu terpapara saprokok. Rumah yang orang
tuanya mempunyai kebiasaan merokok berpeluang meningkatkan
kejadian ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan dengan rumah balita
yang orang tuanya tidak merokok di dalam rumah. Sementara itu
jumlah perokok dalam suatu keluarga cukup tinggi (Rahmayatul,
2013).

Dengan jumlah perokok yang cukup tinggi dapat meningkatkan


angka kejadian ISPA. Di Indonesia khususnya di Kalimantan Barat
kasus Infeksi saluran Pernafasan Akut selalu menempati urutan
pertama kematian pada bayi tahun 2009 mencapai 32,1%, serta
kematian pada balita tahun 2010 mencapai 18,2% dan tahun 2011
mencapai 38,8%. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10
penyak itu terbanyak di rumah sakit.Berdasarkan data dari P2 program
ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%,
hasil yang di peroleh 18.749 kasus sementara target yang ditetapkan
sebanyak 16.534 kasus. Survey yang dilakukan pada tahun 2010
menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita
(Kemenkes RI, 2012).
3

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 14


November 2016 yang dilakukan di Puskesmas Depok III Sleman
Yogyakarta di peroleh jumlah data kejadian ISPA pada balita umur 1-
4 tahun pada 1 tahun terakhir berjumlah 295 kasus.
Dari fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitin tentang Hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga
dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di
Puskesmas Depok III Sleman Yogyakarta 2016.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas maka dapat ditarik rumusan
masalahnya adalah “Apakah ada kebiasaan merokok anggota
Keluarga dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
pada balita di Puskesmas Depok III Sleman Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga
dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada
balita di Puskesmas Depok III Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karateristik responden di Puskesmas Depok
III Sleman Yogyakarta.
b. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok keluarga
dengan kejadian ISPA.
4

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang di peroleh di jenjang kuliah dan
pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian tentang
kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA.
2. Bagi Puskesmas Depok III
Dapat di gunakan sebagai masukan dalam meningkatkan
pelayanan bagi keluarga terutama penyuluhan tentang bahaya
merokok pada balita.
3. Bagi Stikes Wira Husada Yogyakarta
Dapat menambah masukan dan sumber bacaan di
perpustakaan khusus tentang bahaya merokok pada balita.

E. Keaslian Penelitian
Adapun penelitian sejenis antara lain yang di lakukan oleh:
1) Winarni (2009) dengan judul “Hubungan Antara Perilaku Merokok
Orang Tua Dan Anggota Keluarga Yang Tinggal Dalam Satu
Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun 2009’’.
Hasil penelitian menunjukan kebiasaan merokok dengan kejadian
ISPA sebanyak 65 responden dengan kategori 44 responden kasus
ISPA dan 21 responden bukan ISPA. Mentode Penelitian ini
merupakan penelitian korelasi dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder.Persamaan penelitian ini terletak pada kasus
penelitian, sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada jenis
penelitian, teknik pengambilan sampling menggunakan teknik
5

purposive sampling, waktu, tempat penelitian dan jumlah


responden.
2) Salma (2014) dengan judul “Hubungan Kebiasaan Merokok Di
Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA pada Anak Umur 1-5 Tahun
Di Puskesmas Sario Kota Manado”. Desain penelitian yang
digunakan adalah desain Cross Sectional dan data dikumpulkan
dari responden menggunakan lembar kuisioner. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 51 responden yang didapat menggunakan
teknik consecutive sampling. Hasil penelitian uji statistic
menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95% (α ≤
0,05), maka didapatkan nilai p= 0,002. Ini berarti bahwa nilai p< α
(0,05). Persamaan penelitian ini terletak pada kasus penelitian,
sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian,
teknik pengambilan sampling menggunakan teknik purposive
sampling, waktu, tempat penelitian dan jumlah responden.
3) Alifia (2015) denganjudul “Hubungan Antara Kebiasaan Merokok
Dalam Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah
Puskesmas Bayan Kabupaten Purworejo”. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian secara Survey Analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Subyek yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu seluruh keluarga yang memiliki balita berjumlah
79 keluarga. Pengambilan sampel menggunakan Purposive
Sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji chi square. Uji
Statistik yang digunakan adalah Coefisien Contingensi. Hasil
penelitian didapatkan hubungan signifikan antara kebiasaan
merokok keluarga dengan kejadian ISPA balita, dengan uji nilai Chi
Square 16,090, nilai p value 0,000 < 0,05 dan nilai Oods Ratio 10x
6

Serta Coefisien Contingensi 0,411 yang artinya berhubungan


sedang. Persamaan penelitian ini terletak pada kasus penelitian,
sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian,
teknik pengambilan sampling menggunakan teknik purposive
sampling, waktu, tempat penelitian dan jumlah responden.

Anda mungkin juga menyukai