Anda di halaman 1dari 13

Latar Belakang

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan tingkat tinggi (Anthophyta) yang hidup dan tumbuh

terbenam di lingkungan laut; berpembuluh, berimpang (rhizome), berakar, dan berkembang biak

secara generatif (biji) dan vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruasruas yang

tumbuh terbenam dan menjalar dalam substrat pasir, lumpur dan pecahan karang.

Peran lamun secara ekologi adalah sebagai habitat bagi biota akuatik (wilayah

pengembalaan, wilayah pemijahan, dan tempat mencari makan), produsen primer, carbon sink,

penangkap sedimen dan nutrien, serta penahan gelombang. Ekosistem ini sering dijumpai pada

daerah pasang surut pinggir daratan, dekat terumbu karang, dan terkadang menyatu dengan

terumbu karang (Tomascik et al. 1997). Hal tersebut semakin diperkuat oleh Penelitian Eddy

Yusron (2015), yang menunjukan terdapat 12 jenis fauna ekhinodermata yang termasuk dalam

tiga kelas yaitu kelas Holothuroidea (teripang) diwakili oleh empat jenis, Kelas Echinoidea (bulu

babi) diwakili oleh empat jenis, dan kelas Ophiuroidea (bintang mengular) diwakili empat jenis

yang ditemukan di wilayah pantai Gunung Kidul.

Di Indonesia, kondisi padang lamun telah dikategorikan dalam Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004. Dalam Kepmen tersebut, kondisi padang lamun

terbagi menjadi 3 kategori, yaitu sehat, kurang sehat dan miskin. Kategori sehat jika penutupan

lamun di suatu daerah > 60%, kurang sehat jika 30-59,9% dan tidak sehat jika pentupan antara 0-

29,9%. Mengikuti Kepmen LH 200 tahun 2004, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan

P2O-LIPI persentase tutupan lamun di Indonesia yang dihitung dari 166 stasiun pengamatan

adalah 41,79% , maka status padang lamun di Indonesia termasuk dalam kondisi ’kurang sehat”.
Pantai Gunung Kidul sebagai salah satu objek wisata yang sering dikunjungi oleh

wisatawan pada umumnya merupakan perairan pantai berkarang yang ditumbuhi rumput laut

(seaweed) dan tumbuhan lamun (seagrass) yang cukup luas dan rumah bagi berbagai jenis bota

laut seperti Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea (bulu babi) dan Holothuroidea

(teripang). Akan tetapi, tingginya jumlah wisatawan yang semakin meningkat tidak diiringi

dengan peningkatan upaya pelestarian ekosistem pesisir di wilayah Gunung Kidul . Dampak

nyata yang dapat dilihat yaitu tingkat pertumbuhan lamun yang relative lebih lambat dan

keadaan morfologi lamun yang cukup memperhatikan. Ancaman pada ekositem lamun

didominasi oleh pengaruh antropogenic yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti tindakan

menginjak lamun, pembangunan daerah pantai, dan aktivitas perahu dan kapal. Selain itu,

kurangnya kesadaran masyarakat sekitar selaku “tuan rumah” dalam mengingatkan wisatawan

yang berkunjung. Sehingga menyebabkan perilaku wisatawan menjadi acuh tak acuh ketika

beraktivitas di sekitar wilayah ekositem padang lamun.

Dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat

Tentang Lamun Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Upaya Konservasi Lamun Di Kawasan

Pantai Sundak Gunung Kidul”.

Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat tentang lamun dengan perilaku

masyarakat dalam upaya konservasi lamun di kawasan pantai Sundak Gunung Kidul?”.
Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara pengetahuan dan

sikap masyarakat tentang lamun dengan perilaku masyarakat dalam upaya konservasi

lamun di kawasan pantai Sundak Gunung Kidul.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah pantai Sundak Gunung

Kidul tentang lamun.

b. Mengetahui kualitas sikap masyarakat di wilayah pantai Sundak Gunung Kidul

tentang konseravasi lamun .

c. Mengetahui kualitas perilaku masyarakat di wilayah pantai Sundak Gunung Kidul

sebagai upaya konservasi lamun.

d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang lamun dengan

perilaku masyarakat dalam upaya konservasi lamun di kawasan pantai Sundak

Gunung Kidul.

e. Mengetahui hubungan antara sikap masyarakat tentang lamun dengan perilaku

masyarakat dalam upaya konservasi lamun di kawasan pantai Sundak Gunung

Kidul.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tingkat

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang lamun yang berhubungan dengan

upaya konservasi lamun, sehingga masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan,


sikap dan perilaku mengenai lamun sehingga dapat mencegah resiko kerusakan

ekosistem lamun.
A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan Lamun
a. Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuanlainnya seperti
seni dan agama. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistemologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu diketahui,
disusun (Suriasumantri dalam Khamid Muh, 2010). Pengetahuan masyarakat dalam
penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh masyarakat tentang lamun.
b. Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan tingkat tinggi (Anthophyta) yang hidup dan

tumbuh terbenam di lingkungan laut; berpembuluh, berimpang (rhizome), berakar, dan

berkembang biak secara generatif (biji) dan vegetatif. Rimpangnya merupakan batang

yang beruasruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam substrat pasir, lumpur dan

pecahan karang.

Ekosistem lamun umumnya berada di daerah pesisir pantai dengan kedalaman kurang dari 5

m saat pasang. Namun, beberapa jenis lamun dapat tumbuh lebih dari kedalaman 5 m

sampai kedalaman 90 m selama kondisi lingkungannya menunjang pertumbuhan lamun

tersebut (Duarte, 1991). Ekosistem lamun di Indonesia biasanya terletak di antara ekosistem

mangrove dan karang, atau terletak di dekat pantai berpasir dan hutan pantai. Dalam

ekosistemnya, padang lamun memiliki berbagai macam fungsi, antara lain:

1. Sebagai media untuk fi ltrasi atau menjernihkan perairan laut dangkal.

2. Sebagai tempat tinggal berbagai biota laut, termasuk biota laut yang bernilai ekonomis,

seperti ikan baronang/lingkis, berbagai macam kerang, rajungan atau kepiting, teripang dll.

Keberadaan biota tersebut bermanfaat bagi manusia sebagai sumber bahan makanan.
3. Sebagai tempat pemeliharaan anakan berbagai jenis biota laut. Pada saat dewasa, anakan

tersebut akan bermigrasi, misalnya ke daerah karang.

4. Sebagai tempat mencari makanan bagi berbagai macam biota laut, terutama duyung

(Dugong dugon) dan penyu yang hampir punah

5. Mengurangi besarnya energi gelombang di pantai dan berperan sebagai penstabil sedimen

sehingga mampu mencegah erosi di pesisir pantai.

6. Berperan dalam Berperan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim (Kennedy & Björk,

2009; McKenzie, 2008; Dorenbosch et al., 2005; Green & Short, 2003; Nagelkerken et al.,

2002; Nagelkerken et al., 2000).

Penurunan luas padang lamun di Indonesia dapat disebabkan oleh faktor alami dan hasil

aktivitas manusia terutama di lingkungan pesisir. Faktor alami tersebut antara lain

gelombang dan arus yang kuat, badai, gempa bumi, dan tsunami. Sementara itu, kegiatan

manusia yang berkontribusi terhadap penurunan area padang lamun adalah reklamasi

pantai, run-off, limbah, budidaya, kesadaran tentang lamun yang rendah, penggunaan alat.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengetahuan lamun adalah segala
sesuatu yang diketahui oleh masyarakat yang berkaitan dengan lamun. Pengetahuan lamun
dapat diperoleh secara formal, informal, dan non formal.

2. Sikap dan Perilaku Konservasi Lamun


a. Sikap
Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan
untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Purwanto H, 1998 :62). Struktur sikap terdiri atas 3
komponen yang saling menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen
kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat
disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem
yang kontroversial.
2) Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah
yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseoran komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
3) Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang
dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak /
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.

Menurut Purwanto, Heri (1998: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat
pula bersifat negatif;

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan


obyek tertentu.

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak


menyukai obyek tertentu.

b. perilaku

Perilaku masyarakat pada hakikatnya adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoadmojo,
2007:133)

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: 1) Awareness (kesadaran), yakni
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, 2)
Interest, yakni mulai tertarik pada stimulus, 3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan
tidaknya stimulus dari dirinya), hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi, 4) Trial, orang
telah mulai mencoba perilaku baru, 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari
oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi
kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo 2003).

b. Konservasi Lamun
Permen No 17 Tahun 2008 ttg Kawasan Konservasi di
WP3K menyebutkan bahwa Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah
upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragamannya (pasal 1 butir 7).

Kegiatan-kegiatan konservasi yang termuat dalam UU No.5 Tahun 1990 Pasal 5


yaitu:

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan,

b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta


ekosistemnya,

c. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sikap konservasi lamun yaitu
pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk melestarikan,
melindungi keberadaan lingkungan hidup.

3. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Hipotesis
yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “Adanya hubungan antara
pengetahuan dan sikap masyarakat tentang lamun dengan perilaku masyarakat dalam
upaya konservasi lamun di kawasan pantai Sundak Gunung”.
Metode Penelitian

B. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah korelasional dimana dalam penelitian ini mengkorelasikan
atau menghubungkan antara pengetahuan masyarakat di pantai Sundak tentang lamun
dengan perilaku masyarakat dalam upaya konservasi lamun.

2. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat di wilayah pantai
Sundak, desa Sidoarjo, kec. Tepus.
Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk Kec. Tepus

Sumber: http://akademik.unnes.ac.id/index.php

3. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


Sampel adalah sebagian wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Menurut
Arikunto, apabila jumlah populasi besar dan relatif homogen dapat diambil antara 10-15% atau
20-25 % atau dapat juga lebih. Arikunto menyatakan apabila jumlah populasi kurang dari 100,
lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto
2006:134). Karena jumlah populasi lebih dari 100 maka dilakukan pengambilan sampel dengan
diambil 20 % dari Jumlah mahasiswa jurusan geografi angkatan 2008 pada tahun 2011.

Teknik pengambilan sampel ini menggunakan sampling incidental yaitu suatu teknik
yang digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata
secara proporsional (Sugiyono, 2010: 120). Jurusan Geografi FIS Unnes pada tahun 2011
memiliki 2 Prodi yaitu prodi pendidikan geografi, dan prodi geografi. Dalam pengambilan sampel
penelitian dilakukan secara Proportionate Stratified Random Sampling dengan memperhatikan
karakteristik dan jumlah mahasiswa jurusan geografi angkatan 2008 pada tiap program studi.

4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang diungkapkan yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahanya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010: 61). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap masyarakat tentang lamun yang
menggunakan kisioner.
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 61). Dalam penelitian ini variabel
terikat yaitu perilaku masyarakat dalam upaya konservasi lamun. Sikap yang akan
diteliti yaitu sikap positif dan sikap negatif.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Observasi
Observasi adalah cara suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi, 1986 dalam Sugiyono). Metode
ini digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan hidup yang ada jurusan geografi
dan di sekitar kampus Universitas Negeri Semarang Kota Semarang.
b. Metode Kuesioner/ Angket
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2010: 199). Metode angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang sikap
mahasiswa jurusan geografi angkatan 2008 tentang konservasi lingkungan hidup, sehingga
dapat diketahui kualitas sikapnya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, report, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto
dalam Khamid Muh 2010: 42). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendokumentasikan
gambaran nyata mengenai lingkungan hidup di jurusan geografi dan di sekitar Universitas
Negeri Semarang. Selain itu juga untuk mencari data tentang sikap konservasi lingkungan
hidup mahasiswa jurusan geografi angkatan 2008 FIS Unnes.

6. Teknik Analisis Data


a. Tahap Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu intstrumen (Arikunto,2006: 168). Untuk mengetahui validitas dapat
diukur dengan menggunakan rumus korelasi product moment oleh Pearson yaitu:

N  XY   X  Y 
r xy 
N  X 2

  X  N  Y 2   Y 
2 2

Keterangan:

r XY  Koefisien regresi

 XY  Jumlah perkalian skor X dan Y

X = Jumlah skor butir soal

Y = Jumlah total skor

N = Jumlah sampel (Arikunto 2002: 146).


Menurut Arikunto (2002:162) bahwa jika r xy > r tabel butir angket dikatakan valid, dan

jika r xy < r tabel butir angket dikatakan tidak valid.

2) Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006:162), suatu tes di katakan reliabel (dapat dipercaya) jika
memberikan hasil yang tepat apabila digunakan berkali-kali. Rumus yang di gunakan yaitu:

2.r xy

r11=
2.r xy

Keterangan:

r11: reliabilitas instrumen

r xy: banyaknya butir soal atau butir pertanyaan

SUMBER DATA

MAHASISWA JURUSAN GEOGRAFI ANGKATAN 2008

METODE PENGUMPULAN DATA

METODE METODE METODE METODE


ANGKET

Kondisi Pengetahuan Sikap Konservasi Gambaran


Konservasi LH dan
Lingkungan Tentang Lingkungan Hidup Sikap Konservasi

ANALISIS DATA
Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai