Anda di halaman 1dari 5

PANTUN

Anak ikan dimakan ikan,


Besar dibabat anak tenggiri,
Emas bukan saudara bukan,
Budi sedikit orang hargai.

Cantik sekali wajah pengantin,


banyak hati yang tertambat.
Pergi sekolah harus rajin,
penuh semangat agar hebat.

Tidur bayi di ayunan,


ayunan kecil dari papan.
Sekolah adalah perjuangan,
untuk meraih masa depan.

Waktu hujan berbasah-basah,


main di kolam untuk berenang.
Waktu kecil bersusah-susah,
dewasa kelak bersenang-senang.

Bangau turun ke dalam rawa,


terbang menuju kebun salak.
Ibu Bapak selalu berdoa,
moga dirimu sukses kelak.

Makan sate di dalam oplet,


petik jagung sama singkong,
Maaf nih gue lagi di toilet,
ngetik pantun sambil nongkrong.

Orang mudik bawa barang,


pakai kain jatuh terguling,
Sudah senang dilirik orang,
setelah sadar ternyata juling.

Tanam ubi di halaman rumah,


bunga melati daunnya merah,
Jangan benci jangan marah,
karena benci jadi masalah.
Mancari ikan di bawah emapang,
air keruh ikannya mati,
Mencari kawan tidaklah gampang,
mencari musuh mudah sekali.

Anak bermain layang-layang,


bermainnya sambil bersanda gurau,
Orang tua selalulah disayang,
agar hidup tak jadi kacau
Angin bertiup dari timur,
membawa sejuk peneduh jiwa,
Janganlah bergantung pada umur,
ajal tak peduli muda dan tua.

Arang dan kayu bakar,


dibakar untuk memasak nasi,
Jangan kamu suka bertengkar,
sucikan diri tenangkan hati.

Asal kapas menjadi benang,


dari benang dibuat kain,
Barang yang lepas janganlah dikenang,
sudah menjadi hak orang lain.

Air jernih air terlaga,


Pelan mengalir sampai muara,
Rukun baik dengan tetanga,
Hidup anda pasti bahagia.

Dengarkan suara music gamelan,


Dengan tarian sekapur sirih,
Mungkin hanya sekian,
Sampai jumpa dan trima kasih.
PUISI

“KEPADA KAWAN”
Sebelum ajal mendekat dan menghianat
Mencengkam dari belakang ketika kita tidak melihat
Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa

Belum bertugas kecewa dan gentar belum ada


Tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam
Layar merah berkibar hilang dalam kelam
Kawan, mari kita putuskan kini di sini
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri

Jadi,
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju
Jangan tembatkan pada siang dan malam

Dan,
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat
Tidak minta ampun atas segala dosa
Tidak memberi pamit siapa saja

Jadi,
Mari kita putuskan sekali lagi
Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi
Sekali lagi kawan, sebaris lagi
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu..!!
“RUMAHKU”
Rumah ku dari unggun timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Ku lari dari gedong lebar halaman

Aku tersesat tak dapat jalan


Kemah ku dirikan ketika senja kala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumah ku dari unggun timbun sajak

Di sini aku berbini dan beranak


Rasanya lama lagi
Tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu

SYAIR

“UNTUK MASA DEPANMU”


Dengarlah wahai anakanda
Rajinlah belajar sepanjang masa
Ilmu tiada pernah habis dieja
sebagai bekal sepanjang usia

Dengan ilmu engkau terjaga


Dari suramnya waktu dan masa
Cemerlang akan senantiasa
Menyinari dirimu di masa dewasa
“SEMANGAT BELAJAR”
Belajar haruslah semangat
Rajin tekun serta giat
Agar ilmu mudah didapat
Masa depan semakin dekat

Ilmu didapat tiada cepat


Mesti sabar hatinya kuat
Moga Tuhan berikan rahmat
Maka jaga hati serta niat.

Anda mungkin juga menyukai