Anda di halaman 1dari 13

BUKU SAKU

D 123 CD

12
11 1

10 2

9 3
8 4
7 5
6

1000 kg

D 123 CD

PEDOMAN PENGOPERASIAN
TEMPAT PEMROSESAN AKHIR
SAMPAH (TPA)
OKTOBER 2013

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
SATUAN KERJA PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN STRATEGIS
JL. PAM Baru I No. 1 Pejompongan _Jakarta Pusat. Telp. (021) 57930562
1
BAB I PENERIMAAN
SAMPAH
TUJUAN
1. Adanya pentahapan penanganan
sampah, dilakukan agar aman bagi
DESKRIPSI TEKNIS

1.2 WAKTU OPERASIONAL TPA


Penerimaan sampah yang masuk ke TPA tidak serta-merta lingkungan maupun kesehatan
masuk dan diurug, melainkan melewati beberapa proses manusia Waktu operasional TPA berlangsung selama 7 hari dalam seminggu dan jam kerja antara 06.00 - 18.00
di TPA seperti pencatatan jumlah sampah masuk, 2. Untuk mengetahui secara lebih (12 jam kerja) yang dibagi menjadi 3 shift dengan masing-masing 4 jam kerja. Untuk kejadian luar
pembongkaran, pengurugan, kegiatan kantor TPA, dll. pasti jumlah sampah yang masuk biasa seperti Hari Raya, Tahun baru, dll yang berpontensi menghasilkan timbulan sampah yang jauh
ke TPA, karena akan mempengaruhi lebih besar dari hari-hari biasa, maka waktu operasional TPA dilakukan lebih panjang sesuai jumlah
masa layan dari TPA sampah yang terdapat di timbulan-timbulan sampah.
1.1 PENERIMAAN SAMPAH
1.3 SAMPAH YANG BOLEH MASUK TPA
LATAR BELAKANG METODE Berhubungan dengan proses perencanaan dan penyiapan lahannya maka sampah yang diper-
1. Penanganan sampah yang baik di TPA mempengaruhi bolehkan untuk ditimbun di TPA domestik adalah sampah rumah tangga atau sampah yang sejenis
kinerja TPA secara keseluruhan : 1. Pengaturan penanganan sampah, sampah rumah tangga, dan residu yang tidak berkategori Bahan Berbahaya dan Berascun (B3) atau
Sampah domestik yang masuk TPA harus melalui berbagai termasuk jenis sampah yang boleh mengandung limbah B3.
macam perlakuan dapat mereduksi potensi dampat masuk TPA, sampai dengan Sampah yang dilarang masuk TPA dengan kategori : 1
negatif yang dapat ditimbulkan. penimbunan sampah - Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga
2. Pencatatan jumlah sampah masuk - Limbah yang berkategori B3, sesuai peraturan perundang-undangan
2. Keteraturan pencacatan sampah yang masuk TPA TPA di jembatan timbang maupun - Limbah medias dari pelayanan kesehatan
menjadi awal pengoperasian TPA yang baik : dengan pencatatan jumlah truk
Jumlah sampah yang masuk TPA akan mempengaruhi sampah yang masuk ke TPA
kebutuhan lahan yang dibutuhkan untuk penimbunan Gambar Simbol-simbol
Jenis Limbah yang tidak boleh ditimbun di TPA

DESKRIPSI TEKNIS

1.1 TAHAPAN UMUM TPA

Setiap truk yang masuk membawa sampah harus melalui petugas registrasi guna pencatatan jumlah
sampah masuk, sumber, serta pencatatan waktu masuk. Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah
sampah yang berasal darii kegiatan rumah tangga, kegiatan pasar, kegiatan komersial, kegiatan
perkantoran, institusi pendidikan, dan kegiatan lain yang menghasilkan limbah sejenis, dalam
suatu Kota ataupun Kabupaten.
Proses 3R (Reduce-Reuse-Recycle) wajib dilakukan seperti daur ulang dan pengomposan, jenis limbah
yang dilarang untuk diurug dalam sebuah TPA :
- Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga
- Limbah yang berkategori B3 PP18/99 jo PP 85/99 Catatan :
- Limbah medis dari kegiatan medis rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya Gambar simbol-simbol limbah yang tidak boleh di tumbun
dalam TPA, dimaksudkan agar TPA aman dan tidak terjadi
Pengoperasian TPA terhadap sampah domestik secara umum : bahaya yang dikarenakan oleh limbah-limbah tersebut
1. Penerimaan dan pencatatan jumlah sampah masuk menggunakan jembatan timbang ataupun
dengan pencatatan jumlah truk masuk ke TPA
2. Pembongkaran dan penimbunan sampah di lokasi yang telah ditentukan
Footnote
3. Perataan sampah dan penimbunan dengan tanah penutup
1 PerMen Pu No. 3 tahun 2013 pasal 34
4. Pengolahan lindi dan gas yang terbentuk
5. Pengolahan sampah daur ulang dan pengomposan
6. Monitoring kualitas lingkungan di TPA
7. Perbaikan kendaraan dan alat berat

2 3
DESKRIPSI TEKNIS

1.4 PENERIMAAN DAN PENCATATAN


BAB II PENANGANAN
SAMPAH TUJUAN
1. Mereduksi berbagai macam
Penanganan sampah harus dilakukan secara baik dan tepat dampak negatif akibat penimbun-
Truk-truk sampah yang akan masuk membawa sampah ke TPA harus melewati prosedur penerimaan agar dampak negatif dari keberadaan TPA seperti timbulnya an sampah
dan pencatatan di pos pendendalian, yang merupakan bagian dari kantor administrasi dan terletak vektor penyakit, masalah kesehatan, lingkungan dan 2. Meningkatakan efisiensi pengguna-
di bagian depan dari TPA : keselamatan kerja TPA an lahan di TPA sehingga dapat
- Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA membawa sampah harus melalui petugas memperpanjang masa layannya
registrasi guna dicatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal, dan waktu masuk
- Pencatatan jumlah truk dan sampah masuk, dimaksudkan agar terdata dengan lebih akurat 2.1 SISTEM PENIMBUNAN SAMPAH
- Bila di TPA tersedia jembatan timbang, maka pencatatan dilakukan di pos jaga, dengan mengurangi
berat truk masuk (isi/berat sampah) dengan berat truk keluar dari TPa (kosong/tidak ada sampah) METODE
- Bila di TPA tidak tersedia jembatan timbangmaka dilakukan pencatatan berdasarkan sumber
LATAR BELAKANG
sampah yang dibawa oleh truk sampah, kemudian dilakukan perkiraan volume sampah di truk 1. Pembuangan sampah secara terbuka me- 1. Pengaturan penggunaan lahan di
dengan membandingkan kapasitas pengangkutan sampah, truk masuk dengan truk keluar nimbulkan berbagai dampak negatif : TPA dengan mempertimbangkan
Sebagai tempat terakhir dimana sampah karakteristik spesifik lokasi TPA
dikembalikan ke alam maka diperlukan berbagai
Gambar Kegiatan macam penanganan terhadap lokasi dan
Penerimaan dan Pencatatan di Pos Pengendalian pengoperasian penimbunan sampah yang baik
2. Pengaturan peruntukan lahan dapat mem- Footnote
perpanjang masa layan TPA :
2 PerMen Pu No. 3 tahun 2013
Selain dapat meningkatkan estetika, pengaturan
lokasi penimbunan sampah di TPA dapat Lampiran III (Halaman 1)
meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sehingga
diharapkan dapat memperpanjang masa layan TPA

DESKRIPSI TEKNIS
Di lokasi pemrosesan akhir tidak hanya ada proses penimbunan sampah tetapi juga wajib terdapat
4 (empat) aktivitas utama penangan sampah yaitu : 2
1. Pemilahan sampah
2. Daur ulang sampah non hayati (non organik)
Catatan : 3. Pengomposan sampah hayati (organik)
Dikarenakan setiap Kota atau Kabupaten memiliki TPA 4. Pengurugan atau penimbunan sampah residu dari proses di atas ke lokasi lahan urug
yang berbeda (kelengkapan fasilitas TPA yang utama
yakni adanya jembatan timbang,serta fasilitas lain) Proses Pemilahan Sampah Untuk di Urug di Lahan Pengurugan

PENDEKATAN PRAKTIS JUMLAH TIMBULAN SAMPAH SAMPAI DI TPA


Karena adanya proses daur ulang, tidak semua timbulan sampah yang dihasilkan di Non Daur
Ya
sumber akan diangkut. Jumlah timbulan sampah sampai di TPA dapat dihitung Organik Ulang
dengan menggunakan jembatan timbang di TPA ataupun melalui pendekatan
berikut : Lahan
Urug / Penimbunan
Jumlah sampah sampai di TPA (ton/hari) =
Jumlah truk (truk/hari) x muatan truk (m3/truk) x 0,35 ton/m3
Contoh : Jumlah truk masuk TPA 10 truk/hari x 10m3/truk x 0,35 ton/m3 = 35 ton/hari Organik
Kegiatan Ya / Tidak
Pengomposan

4 5
DESKRIPSI TEKNIS
TUJUAN
Sistem penimbunan sampah secara terbuka (open dumping) menimbulkan berbagai macam 2.2 OPERASIONAL PENIMBUNAN SAMPAH
dampak negatif diantaranya adalah berkembanya vektor penyakit seperti lalat, tikus dll, 1. Untuk mengurangi potensi
pencemaran udara oleh bau dan gas yang dihasilkan, pencemaran air akibat lindi yang tidak dampak negatif yang dapat di
dikelola dngan baik, estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor, dll. LATAR BELAKANG timbulkan akibat adanya sampah
Mengingat banyaknya dampak negatif yang dapat ditimbulkan maka sitem lokasi dengan pem- yang sampai di TPA
buangan sampah secara terbuka harus ditutup paling lambat 5 (lima) tahun sejak disahkannya 1. Penanganan sampah yang sampai di TPA harus 2. Penggunaan lahan penimbunan
UU No. 18 tahun 2008, yaitu sejak 7 Mei 2013. 3 diatur agar tidak menimbulkan dampak negatif : sampah yang efisien sehingga
Sampah yang berserakan di TPA dapat menjadi dapat memperpanjang masa layan
sarang vektor penyakit, menurunkan estetika, TPA
Sebagai tahapan akhir dari penanganan sampah, pemrosesan akhir sampah dapat dilakukan menimbulkan bau, dan lindi dapat mencemari
dengan menggunakan : 4 lingkungan sekitarTPA, dll
1. Metode lahan urug terkendali (Controlled Landfill) digunakan kota kecil dan sedang 2. Pengaturan lahan untuk sampah dapat mem-
2. Metode lahan urug saniter (Sanitary Landfill) untuk kota besar dan metropolitan, atau perpanjang masa layan TPA : METODE
3. Teknoologi ramah lingkungan Dengan mengurangi sampah yang berserakan,
pengaturan lahan dapat dibuat seefisien mungkin 1. Pengaturan lokasi pembongkaran
dan penimbunan sampah

DESKRIPSI TEKNIS
*jumlah sampah Setelah melalui gerbang masuk untuk dilakukan penimbangan atau pencatatan, secara garis besar
diperkirakan bertambah penanganan sampah yang dilakukan di Zona atau Sub Zona Aktif di TPA dimulai dari kegiatan
2% - 4% setiap tahun pembongkaran atau penurunan sampah dari truk di lokasi yang telah ditentukan (Sel Harian yang
berada di Area Kerja Aktif ). Selanjutnya sampah disebarkan, diratakan, dan dipadatkan sehingga
membentuk sel harian dengan ketebalan lapisan sampah minimal 1 meter sebelum dilakukan
penutupan sampah dengan tanah penutup dan/atau material lain.
Catatan : Contoh perhitungan umur Zona atau Sub Zona Aktif dan kebutuhan lahan untuk sel harian dapat
Metode lahan urug terkendali dan metode lahan urug saniter dilihat pada dokumen teknis lainnya. demikian juga untuk detail penjelasan tentang operasional
berbeda dari jumlah sampah masuk ke TPA dan digunakan penimbunan sampah, mulai dari pembongkaran, penyebaran, perataan dan pemadatan sampah
sesuai dengan ukuran sampah tiap kota (kecil - metropolitan) dapat dilihat pada dokumen teknis terkait. 6

2.2.1 Pembongkaran Sampah


Langkah-langkah memperbaiki pembuangan yang lebih baik dari sebelumnya (open dumping) : 5
1. mengendalikan arus sampah yang masuk TPA Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada pengemudi truk agar
2. Rehabilitasi jalan akses dari jalan operasional di tempat pembuangan mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses berikutnya dapat dilaksanakan dengan
3. Memulai melakukan upgrading (secara rancang bangun) efisien. Area penurunan sampah diatur oleh pengawas lapangan.
4. Manajemen operasional di lokasi Setelah truk menurunkan sampah, dilakukan pencucian minimal dengan membersihkan bak dan
roda truk, agar sampah yang melekat tidak terbawa keluar TPA. Bilasan pencucian ini dialirkan
menuju pengolah lindi, atau dikembalikan ke urugan sampah.
Footnote
3 UU No. 18 tahun 2008 Pasal 44 Footnote
4 PP No. 81 tahun 2012 Pasal 22 Ayat 1 6 PerMen Pu No. 3 tahun 2013 Lampiran III
dan PerMen PU No. 3 tahun 2013 Pasal33 Ayat 1 (Halaman 83), Bahan Ajar sosialisasi dan
5 Bahan Ajar Sosialisasi dan Desiminasi Bidang PLP Sektor Persampahan Desiminasi bidang PLP Sektor Persampahan,
Kementrian PU, 2013 (Halaman 411) Kementrian PU, 2013 (Halaman 746), dan Modul
Pelatihan Operasional TPA, 2013 (Modul 2,
Halaman 2-1)

6 7
TUJUAN DESKRIPSI TEKNIS
2.3 PENUTUPAN SAMPAH
1. Untuk mencegah sampah
Berdasarkan periode penutupannya maka terdapat 3 (tiga) jenis penutupan sampah :
berserakan, bahaya kebakaran,
LATAR BELAKANG 1. Lapisan Penutup Harian
timbulnya bau, berkembang biak-
Dilakukan setiap hari dengan ketebalan lapisan sampah mencapai 1,5m kemudian dipadatkan.
nya lalat dan vektor penyakit lain,
1. Dampak negatif dari adanya penimbunan Ketebalan lapisan penutup harian minimum 15cm. (hanya diaplikasikan pada lahan urug saniter)
dan mengurangi timbulan leachate
terbuka mengakibatkan timbulnya dampak 2. Lapisan Penutup Antara (Intermediate Cover)
2. Agar penutupan sampah dilakukan
negatif: Pada lahan urug saniter, lapisan penutup diaplikasikan setelah terbentuk 3 lapisan, dengan
secara kontinu maka di setiap TPA
Dampak negatif akibat kegiatan di TPA harus segera ketebalan minimum 30cm. Lapisan sampah yang dibatasi lapisan penutup sekitar 5 m, disebut
harus menyediakan lahan untuk
dilakukan penutupan agar tidak menimbulkan sebagai 1 lift dan dibuat dengan kemiringan talud sel 30 derajat 9 .
stok penutup di zona aktif TPA
dampak negatif yang berlanjut Untuk lahan urug terkendali, lapisan penutup diaplikasikan setelah terbentuk lapisan sampah
2. Kegiatan operasional penimbunan sampah yang setinggi 4,5m ang terdiri dari lapisan sampah yang telah dipadatkan setiap 0,5m. ketebalan lapisan
harus segera ditindak lanjuti : penutup minimum 20cm
METODE
Penindaklanjutan dari kegiatan operasional pe- 3. Lapisan Penutup Akhir (Final Cover)
nimbunan sampah yakni penutupan sek sampah. 1. Penggunaan alat berat untuk Merupakan penutup tanah terakhir setelah kapasitas lahan urug terpenuhi. Kemiringan tanah
melakukan penutupan pada sel penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan kemiringan maksimum 1 : 2 untuk meng-
sampah yang siap ditutup hindari terjadinya erosi. Mulai dari lapisan terbawah, lapisan penutup tanah akhir yang terdiri dari :
a. Lapisan pendukung berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup timbunan antara
sebelumnya dan memberikan kemiringan permukaan bukit. Tebal hingga 10cm dan dapat
menggunakan tanah sekitar lokasi
DESKRIPSI TEKNIS b. Lapisan kedap, berfungsi untuk mencegah resapan air hujan atau air permukaan lainnya. Terdiri
dari tanah lempung atau bentukannya dengan persyaratan yang sama dengan pembentukan
Tanah Penutup bisa didapat dari hasil pengupasan lahan selama proses penyiapan lahan TPA atau
lapisan dasar. memiliki ketebalan lapisan 50cm
didatangkan dari luar lokasi TPA. Alternatif sumber tanah penutup dapat berasal dari :
c. Lapisan Penutup akhir, berfungsi untuk menunjang perkembangan tumbuhan penutup bukit
1. Lokasi TPA itu sendiri, tanah dari kegiatan cut and fill dalam penyiapan area penimbunan
dengan ketebalan lapisan minimal 15cm. Bila pasca operasi TPA direncanakan penanaman
2. Luar Lokasi TPA, dengan mendatangkan tanah dari luar lokasi dengan syarat lokasinya tidak terlalu
pohon dengan akar yang dalam, maka ketebalan harus mencapai (1,5 - 2 meter) agar kondisi
Jauh sehingga biaya transportasinya masih layak berdasarkan analisis ekonomi.
pohon cukup kuat dan pertumbuhan akarnya tidak terganggu oleh gas yang terperangkap
dalam lapisan sampah.
Apabila tanah penutup tidak memungkinkan, maka dapat menggunakan : 8
1. Sampah lama yang usianya lebih dari 5 (lima) tahun dengan ditambang kembali (landfill mining)
2. Sampah bangunan (puing-puing bangunan) Footnote
3. Lumpur dari IPL PerMen Pu No. 3 tahun 2013 Pasal 48
4. Kompos dari hasil kegiatan 3R apabila tidak dipasarkan
5. Geomembran atau terpal, plastik biodegradable, dll
9
Untuk lahan urug saniter, penutupan sampah dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk lahan urug
terkendali, penutupan dilakukan sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. 8

Footnote
PerMen Pu No. 3 tahun 2013 Pasal 48 Ayat 4

8 9
BAB III
OPERASIONAL FASILITAS
PERLINDUGNAN
LINGKUNGAN TUJUAN TUJUAN
3.2 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN LINDI
1. Menghilangkan sarang atau 1. Menjamin lindi terbentuk di dasar
Pengoperasian TPA, baik dengan lahan urug terkendali tempat hidup (habitat) vektor lahan urug dan tidak meresap ke
maupun lahan urug saniter harus dapat menjamin berbagai penyakit LATAR BELAKANG tanah dan air tanah
macam fungsi perlindungan lingkungan. 10 2. Menghindari penyebaran berbagai 2. Menjamin keseluruhan unit-unit
macam penyakit ke manusia 1. Karakteristik lindi yang berpotensi mencemari pengolahan di IPL dan dapat
lingkungan : bekerja secara optimal sehingga
Karena merupakan hasil pembilasan dari berbagai efluennya memenuhi baku mutu
3.1 PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT macam jenis sampah maka lindi berpotensi yang dipersyaratkan.
METODE mencemari tanah dan badan air (air tanah dan air
LATAR BELAKANG 1. Penutupan timbunan sampah,
permukaan)
2. Penanganan lindi dimulai dari sistem
1. Terbentuknya sarang vektor penyakit di dalam penyemprotan (spraying) dan METODE
pengumpulan sampai ke pengolahan :
timbunan sampah : pengasapan (fogging),
Berbagai unit pengolahan yang dibangun tidak akan
Berbagai macam vektor penyakit seperti serangga, pemeliharaan sanitasi TPA 1. Pemasangan saluran pengumpul
beroperasi secara optimal bila lindi tidak dapat
nyamuk, tikus, lalat, kecoa dll dapat berkembang- lindi di dasar lahan urug dan pe-
dikumpulkan dan disalurkan menuju Instalasi
biak di lingkungan yang kotor seperti di timbunan nyalurannya menuju ke IPL
Pengolahan Lindi (IPL)
sampah 2. Monitoring setiap unit pengolahan
Footnote yang ada di IPL
2. Berbagai macam penyakit dapat dibawa oleh
10 Sesuai dengan PerMen PU No. 3
vektor penyakit :
Diare, demam berdarah, typhus, dan malaria tahun 2013 Pasal 47
merupakan beberapa contoh penyakit yang dapat DESKRIPSI TEKNIS
ditularkan ke manusia
3.2.1 Pengumpulan dan Penyaluran Lindi
Sistem pengumpulan lindi dipasang bersamaan dnegan konstruksi liner system dari lahan urug.
DESKRIPSI TEKNIS Pengumpul lindi berguna untuk menangkap lindi yang mengalir ke bawah di dasar lahan urug agar
tidak masuk ke tanah dan/atau air tanah.
Timbunan sampah yang kotor merupakan tempat bersarangnya berbagai macam vektor penyakit
Alternatif sistem pengumpulan lindi di lapisan dasar lahan urug :
sehingga prinsip utama dalam pengendalian vektor penyakit adalah dengan menghilangkan
- Menggunakan pipa HDPE / PP diameter 6 - 8 inci yang dibuat berlubang kemudian diselubungi
sarang atau tempat hidupnya (habitat). dengan batuan
Beberapa tindakan untuk pengendalian vektor penyakit di TPA antara lain : - Membuat saluran kemudian saluran tersebut diberi pelapis dan di dalamnya disusun batu kali
- Pemadatan dan penutupan sampah secara berkala, baik untuk lahan urug terkendali ataupun kosong
lahan urug saniter, diharapkan dapat memperkecil ruang masuknya vektor penyakit dan
berkembangnya di dalam timbunan sampah Sistem penyaluran lindi berguna untuk menyalurkan lindi dari akhir saluran pengumpul lindi
- Penggunaan zat kimia seperti insektisida untuk membasmi vektor penyakit dengan menuju ke bak penampungan (sump well) yang selanjutnya diolah di IPL. Penyaluran lindi
penyemprotan atau pengasapan, dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu menggunakan sistem gravitasi. Pipa penyaluran lindi diletakkan diatas tanah atau ditopang dengan
- Menjaga kondisi sanitasi sekitar TPA seperti pembersihan sampah, rumput, tumbuhan, genangan dudukan agar dapat menahan beban ketika pipa terisi dengan lindi sehingga pipa tidak pecah.
air, dan bak-bak air di kantor TPA (untuk memperlambat perkembangan vektor penyakit
- Penggunaan zona penyangga berupa pepohonan di sekeliling TPA untuk menghindari
penyebaran vektor penyakit keluar lingkungan TPA Footnote
6 PerMen Pu No. 3 tahun 2013 Lampiran III
(Halaman 83), Bahan Ajar sosialisasi dan
Desiminasi bidang PLP Sektor Persampahan,
Kementrian PU, 2013 (Halaman 746), dan Modul
Pelatihan Operasional TPA, 2013 (Modul 2,
Halaman 2-1)

10 11
DESKRIPSI TEKNIS 3.3 PENANGANAN GAS
TUJUAN
3.2.2 Penampungan dan Pengolahan Lindi LATAR BELAKANG
1. Mengurasi emisi gasbio yang
Setelah keluar dari lahan urug, lindi akan ditampung terlebih di bak penampung yang befungsi 1. Kontribusi gasbio dalam perubahan iklim dihasilkan lahan urug
diantaranya untuk penyeragaman debit dan karakteristik lindi yang akan masuk ke IPL. Seperti (climate change) dan potensi dampak negatif : 2. Memanfaatkan gas metana yang
halnya di bak pengolahan lindi, dasar di bak penampung lindi dibuat kedap air dan akumulasi Gas metana (CH4 ) yang dominan dalam gasbio dari masih memiliki nilai ekonomis
lumpur pada suatu saat perlu dikuras agar tidak mengurangi kapasitas efektifnya. lahan urug memiliki tingkat bahaya 21 kali lipat dari
pada CO2 terhadap perubahan iklim yang mudah
Karena komposisi sampah di Indonesia didominasi sampah organik maka karakteristik lindi meledak bila dalam konsentrasi tertentu di atmosfer
memiliki konsentasi organik tinggi sehingga pengolahan lindi untuk TPA di Indonesia menitik- dan bersifat racun bagi manusia METODE
beratkan pada proses biologi untuk mengolah materi organik tersebut. Setelah selesai dibangun, 2. Adanya nilai ekonomis yang dimiliki gasbio :
unit pengolahan biologi dikondisikan terlebih dulu (melalui tahapan seeding dan aklimatisasi) agar Gasbio yang didominasi gas CH 4 memiliki nilai kalor 1. Aplikasi tanah penutup sebagai
mikroorganisme yang ada dapat bekerja secara maksimal. Berbagai macam alternatif konfigurasi yang cukup tinggi dan memiliki nilai ekonomis untuk media oksidasi gas metana
IPL, kriteria desain unit dan produser detal pengoperasian dan pemeliharaan IPL dapat dilihat pada dimanfaatkan, termasuk potensi pendapatan dari 2. Penangkapan dan pemanfaatan
dokumen teknis terkait. 11 skema Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean gas metana
Development Mechanism / CDM)
IPL dapat melibatkan penggunaan alat mekanik seperti pompa, blower/aerator, dll. Pengoperasian
alat mekanik tersebut perlu disertai dengan pemeriksaan rutin dan berkala 12. Pengukuran secara
periodik terhadap debit lindi, kualitas influen dan efluen hasil IPL ke laboratorium air terdekat
dilakukan untuk memonitor kinerja dari IPL secara keseluruhan dan dilakukan pencatatan dengan DESKRIPSI TEKNIS
baik.
3.3.1 Oksidasi Gas Metana
3.2.3 Resirkulasi Lindi Ketinggian timbunan sampah yang lebih dari 5 meter mengakibatkan terbentuknya lingkungan
tanpa oksigen (anaerobik) dimana degaradasi materi organik dari sampah akan menghasilkan gas
Resisrkulasi lidi untuk mempercepat proses stabilitas urugan sampah yang dapat dilakukan dengan metana. Adanya potensi dampak negatif yang dimiliki, maka enisi gas metana harus dikendalikan,
3 (tiga) cara yaitu : antara lain merubahnya menjadi gas CO dengan bantuan bakteri pengoksidasi yang terdapat di
- Kembali ke unit pengolahan pertama di IPL (yang biasanya berupa kolam stabilisasi/anaerob) tanah penutup.
- Menuju ke lahan penimbunan sampah
- Menuju ke lahan pengomposan

Komponen yang diperlukan untuk resirkulasi lindi antara lain. Kolam pengumpul, pompa 3.3.2 Sistem Penangkap Gasbio
resirkulasi, dan sistem perpipaan sirkulasi. Besarnya fasilitas yang diperlukan sangat tergantung Sistem pengelolaan gasbio di TPA dimulai dari sistem penangkap gasbio yang dapat berupa :
pada kapasitas produksi lindi dan frekuensi pemompaan. Sebagai contoh untuk suatu TPA dengan - Ventilasi horizontal, yang bertujuan untuk menangkap aliran gas dalam dari satu sel atau lapisan
debit lidi sebesar 1 liter/detik dan frekuensi pemompaan setiap 2 jam, maka akan diperlukan sampah
fasilitas : - Ventilasi vertikal, merupakan ventilasi yang mengarahkan dan mengalirkan gas yang terbentuk ke
- Kolam pengumpul = 8m3 atas yang dipasang di pertemuan pipa penangkap lindi di dasar lahan urug
- Pompa resirkulasi > 1 liter/detik - Ventilasi akhir, merupakan ventilasi yang dibangun pada saat timbunan akhir terbentuk, yang
dapat dihubungkan pada pembakar gas (gas-flare) atau dihubungkan dengan sarana pengumpul
Footnote gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus di tambah dengan
11 Bahan Ajar Sosialisasi dan Desiminasi Bidang PLP Sektor Persampahan Kemen- pipa besi diameter 150mm
terian PU, 2013 (Halaman 335) dan Modul Pelatihan Operasional TPA, 2013
Jarak antara pipa gas vertikal 50 - 70m sehingga diharapkan tidak menggangu jalannya operasional
(Modul 5)
12 penimbunan sampah dan alat berat
Detail pemeliharaan rutin dan berkala terhadap alat mekanik dapat dilihat di
Bahan Ajar Sosialisasi dan desiminasi bidang PLP Sektor Persampahan,
Kementrian PU, 2013 (halaman 774)

12 13
DESKRIPSI TEKNIS
TUJUAN
3.4 ESTETIKA SEKITAR LINGKUNGAN
3.3.3 Pemasangan dan Penyambungan Pipa Gasbio 1. Menjaga estetika sekitar lokasi TPA
agar tidak menimbulkan penolakan
Pipa penangkap gas vertikal dipasang secara progresif ke atas sesuai dengan ketinggian sampah LATAR BELAKANG
dari masyarakat
yang dicapai. Peletakan pipa gas PVC berlubang, harus selurus mungkin dan dilindungi casing yang
berisi kerikil dengan berdiameter 5 - 10cm. Casing pelindung berupa dapat drum metal bekas 1. Potensi penurunan estetika akibat kegiatan
dengan diameter 800mm dan dibuat berlubang, atau ban luar bekas yang dipasang permanen pengoperasian TPA :
sesuai ketinggian timbunan, sehingga penyambungan dilakukan secara bertahap (tidak sekaligus Kondisi lingkungan TPA yang dapat dilihat dan
METODE
pada awal pembangunan). dirasakan secara langsung akan mempengaruhi sikap
dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan dan 1. Penggunaan jaring penutup pada
Teknis penyambungan pipagas vertikal dan vasing sebagai berikut : pengoperasian TPA. Oleh karena itu aspek sekitar TPA timbunan sampah, reduksi bau
- Coupling (sambugan pipa) yang digunakan adalah jenis sambungan dengan lem yang biasa perlu dijaga agar keberadaannya dapat diterima dan pengaturan lingkungan TPA
digunakan pada pipa PVC/PE/HDPE oleh masyarakat sekitar termasuk dengan penyediaan
- Coupling (sambungan drum) yang digunakan adalah jenis sambugan dengan plat pengunci antar zona penyangga
drum yang terbuat dari metal ataupun dapat menggunakan ikatan karet ban, dsb (asalkan aman
terhadap kemungkinan bergesernya posisi

DESKRIPSI TEKNIS
3.3.4 Monitoring dan Pemanfaatan Gasbio Keberadaan dan pengopperasian TPA berpotensi menurunkan estetika sekitar lingkungan karena
sampah yang berserakan, bau, linkungan kumuh, dll. Secara umum, pemeliharaan estetika sekitar
Gas yang ditimbulkan dari proses degradasi di TPA harus di kontrol setiap 1 tahun sekali, dilakukan
lingkungan dapat dilakukan melalui penyediaan zona penyangga dan revegetasi, terutama di
pengambilan sampel gasbio pada 2 (dua) titik yang berbeda, dan dianalisa terhadap kandungan
sekeliling TPA. Pengoperasian zona penyangga dan revegetasi dapat mengacu pada dokumen
CO 2 dan CH 4 . Pemeliharaan rutin yang harus dilakukan cukup sederhana, yaitu dengan
teknis terkait. 14
pemeriksaan kebocoran secara berkala terhadap casing dan pipa, terutama difokuskan pada titik-
titk sambungannya.

Karena nilai kalor yang relatif tinggi, gasbio dapat digunakan untuk berbagai macam pemanfaatan, Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga estetika lingkungan antara lain :
antara lain sebagai pengganti gas LPG, untuk kegiatan memasak, pembangkit listrik, dll. Apabila
gas yang dihasilkan tidak dimanfaatkan, maka sebaiknya di-flaring dengan dipasang burner pada 1. Agar sampah tidak berserakan, sesegera mungkin smapah yang tiba di TPA ditangani dan ditutup
ujung masing-masing pipa ataupun dapat membuat sistem terpusat dan burner hanya dipasang dengan jala untuk sementara waktu dan/atau dengan aplikasitanah penutup material yang lain.
satu di pipa induk pembuangan 2. Untuk mengurangi bau, penyemprotan dengan minyak sereh bercampur solar dapat dilakukan
secara berkala terhadap truk yang sudah membongkar sampahnya sebelum keluar TPA,
persyaratan teknis perpipaan gas, tipikal pemasangan dan penyambungan sistem ventilasi gas tumpukan dan bongkaran sampah di jalan operasional, dan juga di sekitar kantor, pos jaga,
dapat dilihat pada dokumen teknis terkait. 13 jembatan timbang, bengkel, dll. Perbandingan minyak serah : solar adalah 3 : 10
3. Lingkungan kumuh biasanya diakibatkan oleh kehadiran pemukiman pemulung di dalam area
TPA sehingga harus ada peraturan yang tegas dan terpampng di pintu masuk TPA bahwa
pemulung dilarang tinggal dan membuat rumah di dalam area TPA tersebut
Footnote 4. Penurunan estetika bisa juga disebabkan oleh adanya antrian truk sampai ke jalan akses yang
13PerMen PU No. 3 tahun 2013 Lampiran III (Halaman 13) dan Bahan Ajar Sosial- berada disekitar permukiman warga. Antrian truk dapat direduksi dengan pengaturan area aktif
isasi dan Desiminasi Bidang PLP Sektor Persampahan, Kementrian PU, 2013 penimbunan sampah yang lebih luas, sehingga dapat menampung lebih banyak truk dalam
(Halaman 780) sekali operasi. Selain itu pengaturan jam operasional pengangkutan sampah ke TPA juga dapat
dilakukan untuk mengurangi penumpukan datangnya truk pada jam puncak

Footnote
14 PerMen PU No. 19 tahun 2012

14 15
TUJUAN 3.6 TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN & KELONGSORAN
3.5 KESELAMATAN PEKERJA 1. Menjaga kesehatan dan TUJUAN
keselamatan para pekerja di TPA
LATAR BELAKANG 1. Untuk menghindari potensi
LATAR BELAKANG
1. Terbentukna gas metana dapat memicu terjadinya kebakaran dan kelongsoran di TPA
1. Pengoperasian TPA berpotensi menimbulkan
kebakaran :
kecelakaan kerja :
Kehadiran gas metana di timbunan sampah dapat
Adanya penggunaan alat berat, gas metana yang METODE
menimbulkan kebakaran secara sendirinya, terlebih
dihasilkan di TPA dll, bisa membahayakan pekerja TPA
1. Penggunaan Alat Pelindung Diri jika terdapatnya sumber api diatasnya maka akan METODE
sehingga seluruh pekerja harus dilindungi
(APD) yang memadai dan mempercepat proses kebakaran di TPA
standar Kesehatan dan 2. Timbunan sampah yang relatif tinggi mengurangi 1. Memonitoring temperatur dan
Keselamatan Kerja (K3) lainnya kestabilan lereng : komposisi gas di TPA
Tingginya timbunan sampah di TPA dapat 2. Pengaturan kemiringan timbunan
menimbulkan pergerakan antar bagian sampah yang sampah
lebih kuat sehingga berpotensi mengakibatkan
DESKRIPSI TEKNIS longsor, terutama bila terdapat air yang terjebak di
dalam timbunan sampah
Secara umum pelaksanaan keselamatan pekerja dilakukan dengan penyediaan fasilitas kesehatan
di lokasi TPA dan menggunakan peralatan kerja standar untuk menjamin keselamatan pekerja
disaat sedang bekerja
DESKRIPSI TEKNIS

Perlindungan pekerja di lingkungan TPA dapat


3.6.1 Pencegahan dan Penanganan Kebakaran
dilakukan sebagai berikut : Kontrol kebakaran yang muncul akibat pembakaran liar di lokasi, atau karena terbakarnya bagian
sampah yang mudah terbakar, serta tersedianya bahan bakar gasbisa pada timbunan, dapat
1. Petugas operasional TPA terutama staf lapangan dihindari dengan menerapkan peraturan yang ketat, antara lain : 15
harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). - Agar tidak membuang puntung rokok pada area timbunan sampah
APD yang dikenakan meliputi helm, rompi, - Agar tidak membakar sampah pada timbunan sampah
kacamata (gugel), masker, sarung tangan dan - Tidak melakukan pengelasan di area sel
boots. - Peralatan konstruksi harus dilengkapi dengan knalpot vertikal dan percikan api harus dihindari
2. TPA dilengkapi dengan rambu dilarang masuk - Melakukan perawatan pada mesin atau kendaraan bermotor sehingga kebocoran bahan bakar
terutama bagi yang tidak berkepentingan. Bila atau cairan lain dapat dicegah
ada tamu yang masuk ke TPA perlu dilengkapi
dengan penggunaan APD pada tamu. Pemantauan temperatur dan komposisi juga dapat dilakukan untuk mencegah kebakaran di TPA
3. TPA dilengkapi dengan rambu dilarang merokok dan sebagai cara pemantauan untuk memastikan bahwa api telah padam. Hubungan antara
terutama di area penimbunan dan jalur temperatur dan komposisi gas (terutama gas CO) terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran
perpipaan gas. Jika diperlukan, maka pihak dapat dilihat di dokumen teknis terkait. 16
pengelola TPA dapat menyediakan ruangan
khusus untuk merokok. Dalam hal, telah terjadi kebakaran di TPA maka pemadaman api dapat dilakukan dengan cara
4. TPA dilengkapi dengan rambu dan jalur menggunakan air, menggali dan membongkar tumpukan sampah, dan mengatasi oksigen kontak
evakuasi bila terjadi gempa yang mengarah langsung sampah. Alat pemadam kebakaran seperti fire extinguisher harus tersedia dan mudah
pada titik kumpul (master point) yang dirasa diakses. Selain itu, bila kebakaran di TPA telah terjadi dengan besar maka dapat melibatkan instansi
lebih aman. di Kota atau kabupaten yang berkaitan dengan Pelayanan Pemadam Kebakaran
5. Adanya papan informasi yang dibeberapa lokasi
yang mudah dibaca yang berisi nomor telepon Footnote
yang selalu dapat dihubungi ketika ditemukan 15 PerMen PU No. 13 tahun 2013 Lampiran III (Halaman 52)
adanya kecelakaan kerja. 16 PerMen PU No. 13 tahun 2013 Lampiran III (Halaman 56)

16 17
DESKRIPSI TEKNIS
BAB IV PRASARANA SARANA
PENDUKUNG LAINNYA

3.6.2 Pencegahan dan Penanganan Kelongsoran


Agar suatu TPA dapat beroperasi dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam prasarana
Longsor yang terjadi di TPA diakibatkan karena ketidakstabilan lereng timbuann sampah. pendukung lainnya, yaitu : 17
Kestabilan lereng dipengaruhi beberapa faktor antara lain karakteristik dan kestabilan tanah dasar,
- Fasilitas Dasar, yang teridir dari Jalan Masuk, Jalan Operasional, Listrik atau Genset, Drainase, Air
karakteristik dan berat sampah, kandungan air di sampah dan timbunan sampah, kemirignan dan
Bersih, Pagar, dan Kantor
kepadatan sampah.
- Fasilitas Operasional, yang terdiri dari Alat berat, Truk Pengangkut tanah, dan Tanah
- Fasilitas Penunjang, yang terdiri dari Bengkel, Garasi, Tempat Pencucian Alat Angkut dan Alat
Berat, Alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, Jembatan Timbang, Laboratorium, dan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kelongsoran : Tempat Parkir
- Membuat kemiringan lereng timbunan sampah antara 20 - 30 derajat
- Pembuatan terasering selebar minimum 5m untuk setiap ketinggian 5m timbuan
sampah dan dilapisi dengan tanah
- Pemadatan timbunan sampah dengan menggunakan alat berat dozer yang dilakukan Footnote
secara lapis-perlapis 17 PerMen PU No. 3 tahun 2013 Pasal 73
- Pembangunan tanggul pengaman dibuat di sisi-sisi sel sampah. Tanggul dapat dibuat 4.1 FASILITAS DASAR
dari timbunan tanah yang dipadatkan
a. Jalan
Pengoperasian jalan disesuaikan dengan peruntukan dan beban yang masih mampu diterimanya.
Dalam hal kelongsoran TPA, penanganan yang dilakukan didasarkan pada skala kelongsoran, Jalan masuk biasanya yang sering rusak karena beratnya beban truk sampah yang melintasinya.
korban kelongsoran, dan kerusakan fasilitas. Kelongsoran skala kecil dapat dilakukan secara mandiri jalan yang berlubang atau bergelombang menyebabkan kendaraan tidak dapat melintasinya
dengan mengembalikan sampah yang longsor tersebut ke timbunan sampah kembali dengan dengan lancar, sehingga terjadi penurunan kecepatan yang berarti menurunya efisiensi
menggunakan alat berat dan selanjutna dilakukan pemadatan timbunan sampah dan aplikasi pengangkutan, disamping lebih cepat ausnya beberapa komponen seperti kopling, rem, dan
tanah penutup. Dalam hal penanganan evakuasi korban bencana akibat kelongsoran, maka perlu
lain-lain. Agar jalan tidak cepat mengalami kerusakan maka kecepatan truk yang melintasi
melakukan koordinasi dengan instansi terkait penanganan bencana di Kota atau Kabupaten terkait.
diatasnya rata-rata 30km/jam dan menyakinkan berfungsinya dengan baik sistem drainasi di sisi
jalan sehingga tidak terjadinya genangan air ketika turun hujan.

Jalan kerja yang biasanya berupa jalan temporer memiliki faktor kestabilan yang rendah, khususnya
bila dibangun di atas sel sampah. Kondisi jalan yang tidak baik, terutama ketika turun hujan, dapat
menimbulkan kerusakan batang hidrolis pendorong bak pada dump truck, terutama bila
pengemudi memaksa membongkar sampah pada saat posisi kendaraan tidak rata (horizontal).

18 19
b. Listrik atau Genset d. Drainase
Suplai listrik bisa diperoleh dari PLN atau dari Genset. Genset hanya digunakan pada saat listrik dari Kegiatan operasional dan pemeliharaan saluran drainase umumnya akan meliputi kegiatan-
PLN sedang padam. Pemeriksaan sistem kelistrikan dan panelnya harus dilakukan secara rutin kegiatan berikut :
untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dan keamanannya. Pengencangan sambungan atau 1. Pengawasan Rutin, setiap minggu perlu dilakukan sebagai kegiatan rutin untuk mengetahui
hubungan listrik harus diperhatikan untuk mencegah hubungan arus pendek pada listrik. kondisi saluran secara umum dan mengamati peruabahn yang terjadi. Khususnya pada musim
hujan, pengawasan rutin perlu ditingkatkan dengan menambah frekuensi pemeriksaan terutama
Pengoperasian genset memperhatikan spesifikasi teknis yang telah ada, termasuk ketersediaan setelah terjadi hujan lebat.
bahan bakar di tangkinya agar tidak terjadi kehabisan bahan bakar ditengah waktu pengoperasian. 2. Penanganan Endapan, saluran drainase perlu dijaga agar tidak menjadi tempat tertumpuknya
Pemeriksaan genset dapat dilakukan terhadap katup-katup, perpipaan dan aksesorisnya juga perlu endapan pasir dan tanah, terutama dari erosi lapisan tanah penutup TPA. Endapan yang
diperhatikan agar kelancaran bahan bakar maupun udara dapat dipertahankan. Walaupun listrik dibiarkan akan mudah ditumbuhi tanaman rumput atau semak yang cepat sekali membesar atau
dari PLN jarang sekali padam, genset harus dijalankan secara berkala untuk menghindari keausan tumbuh, sehingga menimbulkan kerusakan yang lebih besar pada saluran drainase. Jika
pada motor genset. dijumpai endapan pada saluran drainase maka perlu diupayakan untuk segera memindahkan
endapan tersebut. ada saat yang bersamaan juga perlu dicari lokasi asal endapan tersebut. Bila
dijumpai ada bagian dari lapisan tanah penutup yang mengalami erosi maka perlu segera
dilakukan perbaikan atas tanah penutup tersebut.
3. Penanganan Erosi, tidak jarang saluran yang telah diperkeras dengan plesteran maupun
pasangan batu kali dapat terkikis dan hancur oleh derasnya arus air dalam saluran tersebut
sehingga diperlukan perubahan kemiringan dasar saluran yang diikuti degnan pembuatan
terjunan untuk mengurangi kecepatan aliran air. Sementara itu saluran tanah yang berubah
profilnya akibat erosi perlu segera dikembalikan ke dimensi semula agar dapat berfungsi
mengalirkan air dengan baik.
4. Penanganan Tumbuhan Liar, tumbuhan liar terutama rumput mudah sekali berkembang baik
didasar maupun dinding saluran. Pada saluran yang diperkeras dindingnya, tumbuhan tanaman
ini merupakan ancaman bagi saluran tersebut. Tanaman yang tumbuh pada saluran harus segera
dicabut, dan apabila menimbulkan lubang yang cukup besar harus segera ditutup dengan
plesteran atau pasangan yang sama. hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya
kembali tanaman dari akar yang tertinggal atau terkikisnya tanah oleh aliran air pada saat turun
hujan.

e. Pagar
c. Air Bersih
Pagar sekeliling TPA, baik berupa tanaman, kawat berduri dan/atau tiang beton sebagai pengikat,
Air bersih dapat diperoleh melalui sambungan ke jarignan PDAM atau secara berkala perlu dipantau agar tidak ada bagian TPA yang belum dibatasi degnan pagar.
dengan menggunakan air tanah (sumur). Untuk menjamin ketersediaan air Pemantauan dilakukan oleh petugas dengan mengelilingi sisi terluar dari TPA. Tanaman yang mati
bersih, bak penampuangan air (reservoir) dapat disediakan di TPA. harus segera diganti, kawat yang lepas harus segera dipasang kembali ke posisi semula, tiang
Pembersihan reservoir secara berkala dilakukan untuk menhindari beton yang miring juga perlu diperbaiki dengan sesegera mungkin agar tidak roboh
tumbuhnya lumut di dinding reservoir. Selain itu sistem perpipaan, katup,
dan valve juga diperiksa secara berkala untuk menjamin tidak ada
kebocoran air.

TEMPAT PENGOLAHAN & PEMROSESAN AKHIR


SAMPAH

PROVINSI JAWA BARAT

20 21
4.2 FASILITAS OPERASIONAL

a. Alat Berat dan Truk Pengangkut Tanah b. Tanah

Alat berat yang digunakan untuk operasi penimbunan sampah dan pengangkutan tanah Tanah dibutuhkan untuk pengoperasian TPA, terutama yang berhubungan dengan penutupan
timbunan sampah. Tanah dapat didatangkan dari luar TPA maupun merupakan hasil pengupasan
hendaknya selalu siap untuk dioperasikan setiap hari. Katalog dan tata cara pemeliharaan harus
lahan TPA. Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan boidegradable liners
tersedia di lapangan dan diketahui secara baik oleh petugas yang diberi tugas. Penggunaan dan
seperti plastik biodegradable, kompos, dan terpal sebagai pengganti tanah penutup ataupun
pemeliharaan alat-alat berat harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan rekomendasi pabrik.
lapisan membran biodegradable sintetis.
Karena alat-alat berat tersebut pada dasarnya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan teknik sipil,
Karena dibutuhkan aplikasi tanah penutup harian maka ketersediaannya untuk lahan urug saniter
maka penggunaan pada sampah akan mengakibatkan terjadinya korosi yang berlebihan atau
harus lebih banyak daripada untul lahan urug terkendali. Demikian juga lahan penampungan
bantalan atau sepatu wheel atau hulldozer macet karena terselip potongan jenis sampah tertentu
tanahnya pun harus lebih luas
yang diurug.

Untuk mengurangi resiko kerusakan tersebut, bebrapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : 4.3 FASILITAS PENUNJANG
- Kedisiplinan pemanfaatan jalur track (traficability) pada lahan dan bidang kerja TPA yang telah
disiapkan, jalan operasional, dan tanah penutup
a. Bengkel dan Garasi
- Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk menggunakan dan memelihara alat berat
Bengkel atau garasi atau hangar, berfungsi untuk menyimpan dan atau memperbaiki kendaraan
Peningkatan Managemen after sales service system dengan alokasi dana yang memadai untuk atau alat berat yang rusak. Luas bangunan harus dapat menampung 3 kendaraan. Peralatan
melakukan pemeliharaan secara rutin dan periodik : bengkel minimal yang harus ada di TPA adlah peralatan untuk pemeliharaan dan kerusakan ringan
- Penyediaan garasi atau bengkel dan peralatan yang diperlukan pada kendaraan dan alat berat.
- Pembersihan dan pemeliharaan alat berat harian, dan servis alat berat bulanan
- Penyediaan minyak pelumas atau oli
- Pembelian dan pemasangan spare-part (alokasi budget tahunan)
- Hubungan on-line dengan supplier/dealer alat-alat berat dan pelatihan diusahakan untuk
operator atau mechanic untuk pemahaman lebih lanjut mengenai spesifikasi teknis, penggunaan
dan pelaksanaan perawatan kendaraan secara rutin dan berkala
- Penyiapan record konsumsi bahan bakar, penggunaan minyak pelumas, dan data-data terkait
dengan pemeliharaan rutin dan berkala

Seluruh pemakaian dan pemeliharaan alat berat perlu dilakukan pencatatan yang memadai agar
dapat beroperasi secara efektif dan efisien.

22 23
b. Tampat Pencucian Alat Angkut dan Alat Berat d. Jembatan Timbang
Pencucian alat angkut dan alat berat membutuhkan air dalam jumlah yang sangat besar, sehingga Setiap jembatan timbang selalu dilengkapi dengan bangunan tertutup untuk pengoperasiannya.
sistem penyediaan airnya bisa berasal dari air hujan yang ditampung di bak penampungan. Kran air Setiap hari ruang bangunan jembatan timbang harus dibersihkan untuk menghindari masuknya
harus diyakinkan tidak rusak sehingga mencegah air terbuang percuma. Air hasil pencucian alat debu ke mesin pencatatan berat. Selain itu pembersihan alat jembatan timbang juga perlu
angkut dan alat berat harus disalurkan ke Instalasi Pengolahan Lindi (IPL). dilakukan secara berkala. Komponen mekanik dan komponen elektrik dikalibrasi secara periodik
oleh yang berkompeten. Untuk menhindari kerusakan yang diakibatkan petir dan air sampah pada
saat hujan maka pencatatan dapat dilakukan secara manual setelah mematikan komputer dan
komponen elektrik jembatan timbang.

e. Laboratorium
Karena melibatkan berbagai macam bahan kmia maka laboratorium hanya boleh diakses oleh
pihak yang berkepentingan denga nmenggunakan jas laboratorium untuk menhindari kontak
dengan bahan kimia tersebut. Pemantauan rutin dilakukan terhadap berabgai macam peralatan
perlindungan kerja dari penanganan kecelakaan ringan (seperti eye washer, water spray, kacamata
pelindung, dll).

c. Alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) seperti obat luka, kapas, plester, dll harus selalu
tersedia dan dapat diakses dengan mudah. Karena hanya berfungsi sebagai tindakan pertama,
maka kecelakaan yang menimbulkan luka berat atau serius harus segera dibawa ke Puskesmas atau
Rumah Sakit terdekat.
f. Tempat Parkir
Tempat parkir harus digunakan sesuai dengan peruntukannya, apakah untuk kendaraan kecil
(motor dan mobil yang dibawa oleh pegawai TPA) atau untuk alat berat (kendaraan operasional
TPA). Parkir harus dalam kondisi dapat diakses dengan kondisi mundur, sehingga mempercepat
evakuasi kalau terjadi kejadian diluar dugaan seperti gempa, longsor, kebakaran, dll.

24 25

Anda mungkin juga menyukai