Anda di halaman 1dari 125

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.

A YANG
MENGALAMI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DENGAN HIPERTERMIA DI RUANG MELATI
RSUD UNGARAN

DISUSUN OLEH :

ELSA DEWI RAHAYU


NIM.P.14016

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.A YANG
MENGALAMI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN
HIPERTERMIA DI RUANG MELATI
RSUD UNGARAN

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

ELSA DEWI RAHAYU


NIM.P.14016

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Elsa Dewi Rahayu


NIM : P14016
Program studi : D3 Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan pada An.R dan An.A
yang mengalami demam berdarah dengue
(DBD) dengan Hipertermia di Ruang Melati
RSUD Ungaran.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri .

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 26 Juli 2017

Yang Membuat Pernyataan

ELSA DEWI RAHAYU


NIM.P.14016

ii
Motto :

”Tidak Ada Hasil Yang Menghianati Kerja Keras”

“Dream the impossible to reach the stars”


(Gantungkan cita –citamu setinggi langit)

“A dream doesn’t become reality througgh magic, it takes sweat,


determination and hard work”
(sebuah mimpi tidak dapat menjadi nyata hanya melalui sihir,
dibutuhkan keringat, tekad serta kerja keras)

“Your future is created by what you do today not tomorrow”


(Masa depanmu diciptakan melalui yang kamu lakukan hari ini, bukan
esok hari)

“Be strong when you are weak, Brave when you are scared, and
Humble when you are victorius”
(Kuatlah ketika kamu lemah, Beranilah ketika kamu takut, dan
Rendah hatilah ketika kamu berada dalam kejayaan)

iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan pada An.R dan An.A yang
mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan Hipertermia di Ruang Melati
RSUD Ungaran.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan sekaligus sebagai dewan
penguji yang telah memberikan masukan serta bimbingan terkait karya
tulis ilmiah ini.
3. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi
D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk
dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

vii
6. Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan pengelolaan kasus.
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat, kepercayaan, kasih sayang, cinta, nasihat dan dukungan dalam
segala bentuk serta atas do’anya selama iniyang tidak terbalas oleh apapun
untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan


ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 26 juli 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................ i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ........ ii
MOTO .................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................ iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI .. v
HALAMAN PENGESAHAN.............................. vi
KATA PENGANTAR ......................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................. 1
1.2 Batasan Masalah .............................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ............................................ 4
1.4 Tujuan .............................................................. 4
1.4.1 Tujuan umum ......................................... 4
1.4.2 Tujuan khusus ........................................ 4
1.5 Manfaat ........................................................... 5
1.5.1 Manfaat teoritis ..................................... 5
1.5.2 Manfaat praktis ..................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep penyakit DBD .................................... 7
2.1.1 Definisi .................................................. 7
2.1.2 Etiologi .................................................. 7
2.1.3 Manifestasi klinis .................................. 8
2.1.4 Klasifikasi ............................................. 9
2.1.5 Patofisiologi .......................................... 10
2.1.6 Komplikasi ............................................ 11
2.1.7 Fase perjalanan penyakit ........................ 12
2.1.8 Penatalaksanaan .................................... 14
2.1.9 Pemeriksaan diagnostic ..................... ... 15
2.2 Definisi hipertermia ......................................... 16
2.3 Asuhan keperawatan ........................................ 16
2.3.1 Pengkajian ............................................. 16
2.3.2 Diagnosa keperawatan .......................... 19
2.3.3 Perencanaan keperawatan ..................... 20

ix
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian.............................................. 31
3.2 Batasan istilah ................................................. 31
3.3 Patisipan .......................................................... 31
3.4 Lokasi dan waktu ............................................ 32
3.5 Pengumpulan data ........................................... 32
3.6 Uji keabsahan data ........................................... 34
3.7 Analisa data ..................................................... 34
BAB IV HASIL
4.1 Hasil ................................................................. 36
4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data ...... 36
4.1.2 Pengkajian ............................................. 37
4.1.3 Analisa data ........................................... 56
4.1.4 Diagnosa keperawatan .......................... 59
4.1.5 Intervensi keperawatan ......................... 60
4.1.6 Implementasi keperawatan .................... 62
4.1.7 Evaluasi .................................................. 67
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan ..................................................... 72
5.1.1 Pengkajian ............................................. 72
5.1.2 Diagnosa keperawatan .......................... 75
5.1.3 Intervensi keperawatan ......................... 76
5.1.4 Implementasi keperawatan ................... 76
5.1.5 Evaluasi .................................................. 77
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan ..................................................... 80
6.1.1 Pengkajian ............................................. 80
6.1.2 Diagnosa keperawatan .......................... 81
6.1.3 Intervensi keperawatan ......................... 81
6.1.4 Implementasi keperawatan ................... 81
6.1.5 Evaluasi .................................................. 82
6.1.6 Analisa hasil .......................................... 82
6.2 Saran ............................................................... 83
6.2.1 Bagi rumah sakit ................................... 83
6.2.2 Bagi tenaga kesehatan ........................... 83
6.2.3 Bagi institusi pendidikan keperawatan . 83
6.2.4 Bagi penulis .......................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas klien ....................................................... 37

Tabel 4.2 Riwayat penyakit.................................................. 38

Tabel 4.3 Pengkajian pola kesehatan fingsional .................. 43

Tabel 4.4 Pemeriksaan fisik ................................................. 48

Tabel 4.5 Hasil pemeriksaan penunjang .............................. 52

Tabel 4.6 Terapi medis......................................................... 53

Tabel 4.7 Analisa data .......................................................... 56

Tabel 4.8 Diagnosa keperawatan ......................................... 59

Tabel 4.9 Intervensi keperawatan ........................................ 60

Tabel 4.10 Implementasi keperawatan ................................. 62

Tabel 4.11 Evaluasi .............................................................. 67

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Genogram klien 1 ............................................. 47

Gambar 4.2 Genogram klien 2 ............................................. 47

xii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3. Lembar Audience Uji Sidang Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4. Asuhan Keperawatan Pada An.R dan An.A

Lampiran 5. Format Pengkajian Anak

Lampiran 6. Pengkajian nyeri pada anak

Lampiran 7. Format Prosedur Umum

Lampiran 8. Jurnal Tindakan

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa

terdapat sekitar 2,5 miliar orang di dunia beresiko terinfeksi virus demam

berdarah dengue (DBD) terutama didaerah tropis maupun subtropis,

dengan perkiraan 500.000 orang memerlukan rawat inap setiap tahunnya

dan 90% dari penderita ialah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun

(WHO, 2011).

Pada tahun 2014 jumlah penderita Penyakit demam berdarah

dengue (DBD) tercatat sebanyak 100.347 kasus dengan jumlah kematian

sebanyak 907 orang ( IR / Angka kesakitan sebanyak 39,8 per 100.000

penduduk dan CFR / angka kematian sebanyak 0,9%). Dibandingkan

tahun 2013 dengan kasus sebanyak 112.511 serta IR 45,85 terjadi

penurunan kasus pada tahun 2014 sebesar kurang lebih 51 per 100.000

penduduk (Kemenkes, 2014).

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sebagian besar

menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang

dewasa. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi

Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit

DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2015 sebesar 47,9 per 100.000 penduduk, mengalami

peningkatan bila dibandingkan tahun 2014 yaitu 36,2 per 100.000

1
2

penduduk. Hal ini berarti bahwa IR DBD di Jawa Tengah lebih rendah dari

target nasional (<51/100.000) penduduk, namun lebih tinggi jika

dibandingkan dengan target RPJMD (< 20/100.000). Di Kabupaten

Semarang IR DBD menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2015 sebanyak 99,43 per 100.000 penduduk (Dinkes Jateng, 2015).

Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah virus dengue

(arbovirus) yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegepty (Misnadiarly,

2009). Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang

ditandai panas (demam) serta perdarahan. Demam berdarah dengue

merupakan bentuk yang lebih parah dari demam dengue, dimana

perdarahan dan dengue syok syndrome (DSS) yaitu bila disertai dengan

kegagalan fungsi sirkulasi, kehilangan protein, dan dapat berakibat fatal,

terkadang dapat terjadi yang berakibat pada kematian. Demam berdarah

dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Orang yang digigit

nyamuk Aides Aegypti dalam waktu 1 minggu dapat menderita sakit

demam berdarah. Virus ada di dalam darah selama kurang lebih 7 hari.

Dalam waktu kurang dari 7 hari, penderita dapat meninggal bila tidak

ditolong dengan cepat dan tepat (Pudiastuti, 2011). Karakteristik klinis

yaitu hepatomegali dan perdarahan saluran cerna merupakan faktor

prognosis terjadinya syok pada DBD, hasil penelitian menunjukan bahwa

angka kejadian syok mencapai 103 (37,3%) pasien, terutama pada hari

keempat kejadian syok mencapai (81,6%) pasien (Raihan dkk, 2010).


3

Salah satu manifestasi klinis yang khas pada DBD adalah

terjadinya demam/hipertermia. Hipertermia terjadi pada 1 dari 2000 kasus

anak berumur 1-10 tahun yang dirujuk ke unit gawat darurat pediatrik.

Hipertermia pada anak yang tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan

berakibat seperti halnya bisa menyebabkan kejang demam pada anak,

dehidrasi bahkan terjadi syok, dan gangguan tumbuh kembang pada anak

(Sodikin, 2012). Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah

kasus hipertermia di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 –

600 ribu kematian tiap tahunnya. Di Indonesia penderita demam sebanyak

465 (91,0%) dari 511 ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam

pada anak mereka sedangkan sisanya 23,1 saja menggunakan thermometer

(Setyowati dalam jurnal kesehatan holistik, 2016)

Peran perawat dapat menunjukkan bahwa ada hubungan antara

perawat sebagai care giver dengan tingkat kepuasan pasien yang diberikan

selama 24 jam dimulai diruangan, pasien akan terus berinteraksi dengan

perawat. Perawat juga akan merawat pasien dan memenuhi kebutuhan

dasarnya dalam pemulihan dan penyembuhan pasien (Laksono, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada An.R dan An.A

yang mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan Hipertermia di

Ruang Melati RSUD Ungaran.


4

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini difokuskan pada Asuhan

Keperawatan pada An.R dan An.A yang mengalami demam berdarah

dengue (DBD) dengan Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An.R dan An.A yang

mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan Hipertermia di Ruang

Melati RSUD Ungaran.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Penulis dapat melaporkan kasus Asuhan Keperawatan pada

An.R dan An.A yang mengalami demam berdarah dengue (DBD)

dengan Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada An.R dan An.A yang

mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan

Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada An.R dan An.A yang

mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan

Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran.

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada An.R dan An.A

yang mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan

Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran.


5

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada An.R dan An.A

yang mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan

Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran.

5) Melakukan evaluasi pada An.R dan An.A yang mengalami

demam berdarah dengue (DBD) dengan Hipertermia di Ruang

Melati RSUD Ungaran.

1.5 Manfaat

Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif pada An.R dan An.A yang mengalami

demam berdarah dengue (DBD) dengan Hipertermia di Ruang Melati

RSUD Ungaran.

1.5.1 Teoritis

1) Sebagai wacana untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

asuhan keperawatan pada An.R dan An.A yang mengalami

demam berdarah dengue (DBD) dengan Hipertermia di Ruang

Melati RSUD Ungaran.

2) Sebagai wacana untuk studi kasus berikutnya disbanding

kesehatan terutama dalam asuhan keperawatan pada An.R dan

An.A yang mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan

Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran.

1.5.2 Praktis

1) Rumah sakit

a) Hasil studi ini digunakan sebagai masukan perbaikan dalam

pemberian asuhan keperawatan pada An.R dan An.A yang


6

mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan

Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran.

b) Meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan pada

An.R dan An.A yang mengalami demam berdarah dengue

(DBD) dengan Hipertermia di Ruang Melati RSUD

Ungaran.

2) Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai

dengan profesi yang penulis tekuni sebagai perawat, sehingga

nantinya dapat diterapkan dilapangan.

3) Institusi pendidikan

Digunakan sebagai informasi bagi institusi bagi institusi

pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu

pendidikan dimasa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenal penyakit dan

asuhan keperawatan demam berdarah dengue (DBD) Konsep penyakit yang akan

diuraikan terdiri dari definisi, konsep penyakit, patofisiologi, penatalaksanaan.

Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah - masalah yang muncul pada

penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan teori asuhan keperawatan yang

terdiri dari pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

2.1 Konsep penyakit demam berdarah dengue (DBD)

2.1.1 Definisi demam berdarah dengue (DBD)

Demam dengue (dengue fever, DF) adalah suatu sindrom

bersifat akut dan benigna disebabkan oleh arbovirus yang ditandai

oleh demam bifasik, nyeri otot / sendi, ruam kulit, selfalgia, dan

limfadenopati. Infeksi sekunder oleh virus dengue dengan serotype

berbeda merupakan faktor risiko atas timbulnya demam berdarah

dengue di mana penyakit berlangsung berat dengan febris,

manifestasi perdarahan, dan dapat terjadi bentuk yang dikenal

sebagai sindrom renjatan dengue atau dengue shok syndrome (DSS)

yaitu bila disertai dengan kegagalan fungsi sirkulasi, kehilangan

protein, dan dapat berakibat fatal (Widagdo, 2011).

2.1.2 Etiologi demam berdarah dengue (DBD)

Virus dengue termasuk family Flaviviridae, secara serologi

terdapat 4 tipe, yaitu tipe 1, 2, 3, dan 4. Dikenal 3 macam lagi

7
8

arbovirus yaitu Chikungunya dan O’nyong – nyong dari genus

Togavirus, dan West Nile fever dari genus Flavivirus, yang

mengakibatkan gejala demam dan ruam yang mirip dengan DF

(Widagdo, 2011).

Penyakit infeksi virus dengue adalah penyakit yang

disebabkan oleh dengue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh

nyamuk aedes aegypti dan aedes albocpitus. Jika nyamuk

menggigit orang dengan demam berdarah, maka virus dengue

masuk ke tubuh nyamuk bersama darah yang dihisapnya. Didalam

tubuh nyamuk virus berkembang biak dan menyebar keseluruh

tubuh bagian nyamuk, dan sebagian berada dikelenjar air liur.

Selanjutnya waktu nyamuk menggigit orang lain, air liur bersama

virus dengue dilepaskan terlebih dahulu agar darah yang akan

dihisap tidak membeku, dan pada saat inilah virus dengue

ditularkan ke orang lain (Soegijanto, 2008).

2.1.3 Manifestasi klinis demam berdarah dengue (DBD)

Menurut (Widagdo, 2011), manifestasi klinis yang terjadi

pada bayi dan anak balita gejalanya berupa demam 1-5 hari, radang

tenggorokan, rhinitis, dan batuk ringan. Pada anak > 5 tahun,

gejalanya adalah demam yang dengan cepat meningkat sampai 39-

40ºC, terjadinya demam (back-break-fever). Dalam 1-2 hari

demam, timbul macula atau ruam kulit yang ringan, bradikardia

relative, myalgia dan arthralgia. Dalam hari ke 2-6 masa demam,

timbul nausea, muntah, limfadenopati umum, hiperestesia dan


9

hiperalgia, gangguan rasa kecap, dan anoreksia. 1-2 hari masa

febris timbul ruam makulopapel yang luas sehingga meliputi

telapak tangan dan kaki, setelah 1-5 hari ruam mengalami

deskuamasi. Suhu yang tadinya sudah normal, pada saat timbul

ruam kedua, menjadi sedikit meningkat lagi, sehingga memberi

gambaran kurva bifasik yang khas.

2.1.4 Klasifikasi demam berdarah dengue (DBD)

Klasifikasi klinis demam berdarah dengue (DBD) menurut

(Misnadiarly, 2009) antara lain :

1) Derajad I adalah demam yang disertai gejala klinis tidak khas,

satu satunya gejala perdarahan adalah hasil uji tourniquet yang

positif.

2) Derajat II adalah gejala yang timbul pada DBD derajad I

ditambah perdarahan spontan biasanya dalam bentuk

perdarahan kulit dan atau bentuk perdarahan lainnya.

3) Derajat III adalah kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan

denyut nadi yang cepat dan lemah. Menyempitnya tekanan

nadi 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, ditandai dengan

kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah.

4) Derajat IV adalah syok berat dengan tidak terabanya denyut

nadi maupun tekanan darah.


10

2.1.5 Patofisiologi demam berdarah dengue (DBD) menurut (Suriadi &

Rita, 2010).

1) Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan

nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan

antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam

sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat

aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptide

yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan

mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas

dinding pemuluh darah dan menghilangkan plasma melalui

endotel dinding itu.

2) Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulai (protrombin, factor V, VII, IX, X

dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya

perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal

pada DHF.

3) Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume

plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis

hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

4) Nilai hematokit meningkat bersamaan dengan hilangnya

plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan

hilangnya plasma klien mengalami hypovolemic. Apbila tidak


11

diatasi bisa terjadi anoreksia jaringan, asidosis metabolic dan

kematian.

2.1.6 Komplikasi demam berdarah dengue (DBD)

Adapun komplikasi klinis demam berdarah dengue (DBD)

menurut (Soedarto, 2012) :

1) Komplikasi susunan saraf pusat adalah komplikasi pada SSP

dapat berbentuk konvulsi, kaku kuduk, perubahan kesadaran dan

paresis. Kejang-kejang kadang terlihat pada waktu fase demam

pada bayi. Keadaan ini mungkin akibat tingginya demam,

karena pada pemeriksaan cairan serebrospinal tidak terjadi

kelainan.

2) Ensefalopati adalah komplikasi neurologic ini terjadi akibat

pemberian cairan hipotonik yang berlebihan selain itu

ensefalopati juga dapat disebabkan oleh terjadinya koagulasi

intravaskuler.

3) Infeksi adalah pneumonia, sepsis atau flebitis akibat pencemaran

bakteri Gram-negatif pada alat-alat yang digunakan pada waktu

pengobatan.

4) Overhidrasi adalah pemberian cairan yang berlebihan dapat

menyebabkan terjadinya gagal pernapaan (respiratory failure)

atau gagal jantung (heart failure).

5) Gagal hati adalah komplikasi yang terjadi pada DBD/DSS,

biasanya gagal hati dijumpai bersama terjadinya ensefalopati.


12

6) Gagal ginjal adalah gagal ginjal akut dan sindrom uremia

hemolitik dapat terjadi pada penderita yang sebelumnya telah

menderita difisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase

(G6PD) dan hemoglobinopati.

2.1.7 Fase perjalanan penyakit demam berdarah dengue (DBD)

Terdapat tiga fase perjalanan penyakit demam berdarah

yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Fase Demam

Berlangsung 2 –7 hari suhu tubuh saat demam berkisar 39ºC

samapai 40ºC, kemudian pada fase akut biasanya disertai

dengan warna kemerahan pada wajah, eritema pada kulit, rasa

nyeri pada seluruh tubuh dan sakit kepala, adapun beberapa

pasien juga mengeluh kesulitan menelan, nyeri faring, dan

nyeri konjungtiva, selain itu gejala yang dirasakan oleh pasien

yaitu: sering mengeluh tidak nafsu makan, mual, muntah, untuk

fase demam diperlukan pengobatan untuk menghilangkan

gejala yang timbul, karena selama fase awal demam sulit

dibedakan antara demam dengue dengan DHF perbedaannya

yaitu, pada pasien dengan demam dengue setelah terbebas dari

demam 24 jam tanpa penurun panas makan pasien akan

memasuki fase penyembuhan, sedangkan pada DHF setelah

fase demam selesai maka akan memasuki fase kritis (Setiawati,

2011)

.
13

2) Fase kritis

Suhu tubuh pada fase kritis menurun sekitar 37,5ºC sampai

38ºC atau justru berada dibawahnya, umumnya terjadi pada

hari ketiga sampai kelima demam, kemudian pada fase kritis

terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan

kebocoran 11 plasma,karena fase kritis berlangsung antara 24

jam sampai 48 jam, apabila tidak terjadi kebocoran plasma

maka kondisi pasien memburuk, namun jika terjadi kebocoran

plasma yang berkepanjangan dan keterlambatan penanganan

dapat menyebabkan pasien mengalami syok (Setiawati, 2011).

Pasien harus dirawat dirumah sakit pada saat fase kritis karena

memerlukan pengawasan khusus yang lebih intensif yaitu,

pengawasaan kusus seperti : tingkat kesadaran, tanda-tanda

vital, intake dan outputcairan, nyeri abdomen, terjadi akumulasi

cairan pada rongga tubuh, adanya peleburan hati 2 cm, dan

perdarahan yang timbul, kemudian ada fase ini dapat terjadi

efusi pleura dan asites, selain itu pemeriksaan darah dilakukan

secara berkala meliputi hematokrit, trombosit, hemoglobin, dan

leukosit, adapun pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan Ultra

Sonografi (USG) yang dapat dilakukan pada fase kritis

(Setiawati, 2011) .

3) Fase Penyembuhan

Pasien yang telah melewati fase kritis, terjadi proses

penyerapan kembali cairanyang berlebih pada rongga tubuh


14

dalam waktu 2 samapai 3 hari dan secara terhadap kondisi

pasien secara keseluruhan akan membaik (Setiawati, 2011).

Fase penyembuhan berlangsung antara 2-7 hari, umumnya

penderita demam berdarah yang telah berhasil melewati fase

kritis akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu kurang lebih

24 –8 jam setelah syok, kemudian fase penyembuhan ditandai

dengan kondisi umum penderita yang mulai membaik, nafsu

makan yang mulai meningkat, dan tanda-tanda vital yang

stabil, selain itu pada fase ini pemberian cairan infuse biasanya

mulai dihentikan, kemudian diganti dengan pemberian nutrisi

secara oral (Anggraeni, 2010).

2.1.8 Penatalaksanaan demam berdarah dengue (DBD) Menurut

(Lestari, 2016)

1) DBD Tanpa Renjatan (syok)

Pada pasien dengan demam tinggi, anoreksia dan sering

muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien

minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh

manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit.

Apabila hiperpireksia diberikan anti piretik dan kompres es

atau alcohol 70%, pemberian infuse dilaksanakan pada klien

apabila :

a) Muntah, sulit makan per oral, muntah mengancam dapat

terjadinya dehidrasi dan asidosis.

b) Nilai hematokrit tinggi.


15

2) DBD Disertai Renjatan

Pada pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera

dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat

kebocoran plasma. Cairan yang diberikan yaitu Ringer laktat.

Biasanya pemberian infus dengan tetesan cairan sebanyak 200

ml, lalu diguyur. Pada pasien mengalami renjatan berkali – kali

harus dipasang CVP (Central Venous Pressure) yang berfungsi

sebagai pengaturan vena sentral untuk mengatur tekanan vena

sentral melalui vena jugularis. Biasanya pemasangan alat ini

dilakukan pada klien yang dirawat di ICU.

3) Pengobatan bersifat simtomatis dan supportif.

2.1.9 Pemeriksaan diagnostik demam berdarah dengue (DBD)

Menurut (Lestari, 2016), pemeriksaan diagnostik sebagai berikut:

1) Darah

a) Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari kedua

atau ketiga.

b) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan

hemokonsentrasi.

c) Pada pemeriksaan kimia darah : hipoproteinemia,

hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan pH darah mungkin

meningkat.

2) Urine

Mungkin ditemukan albuminuria ringan.


16

2.2 Definisi hipertermia

Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik

tetap (set point). Suhu tubuh manusia memiliki suatu tingkatan rentang

dari hipotermia (suhu dibawah 25ºC) sampai dengan hiperpireksia (suhu

39,5ºC dan diatasnya). Suhu badan normal biasanya berkisar 36º-37ºC.

Jadi seseorang dikatakan demam setelah suhu badan mencapai 37,5ºC atau

lebih (Sodikin, 2012).

Sebagian besar hipertermia pada anak merupakan akibat dari

perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-

penyakit yang ditandai dengan adanya hipertermia dapat menyerang

system tubuh. Selain itu hipertermia mungkin berperan dalam

meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam

membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian menurut (Lestari, 2016) :

1) Identitas pasien

Nama, umur (pada DBD paling sering menyerang anak-anak

dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, pendidikan.

2) Keluhan utama

Alasan keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang

kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.


17

3) Riwayat yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DBD anak

biasanya mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus

lain.

4) Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka

kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

5) Riwayat gizi

Status gizi anak DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan

status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat

factor presdisposisinya. Anak yang menderita DBD sering

mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.

Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan

nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami

penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.

6) Pemeriksaan fisik

Meliputi keadaan umum klien, tanda – tanda vital, inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi, dari ujung rambut sampai ujung

kaki. Berdasarkan tingkatan DBD keadaan anak adalah sebagai

berikut :

a) Keadaan umum

Pasien sadar, gelisah dan rewel (DBD tanpa syok), pasien

tidak sadar , lemah, lesu, lunglai tekanan darah menurun

(DBD dengan syok).


18

b) Kepala

(1) Muka

Muka tampak kemerahan karenan demam (flusy).

(2) Hidung

Hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada

grade I, III, IV.

(3) Telinga

Terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II, III, IV).

(4) Mata

Mata anemis.

(5) Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,

terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara

tenggorokan mengalami hyperemia pharing.

c) Kulit

Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan

muncul keringat dingin, dan lembab.

d) Dada

Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak.

e) Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)

danasites
19

f) Ekstremitas

Dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang. Kuku

sianosis atau tidak

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Menurut NANDA Internasional (2015-2017), diagnosa

keperawatan pada pasien dengan DBD (Demam Berdarah Dengue)

yaitu sebagai berikut :

1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat

mual dan nafsu makan yang menurun.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

volume caira secara aktif.

4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (nyeri

otot dan sendi).

5) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas

terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri,

hipoventilasi.

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

7) Resiko syok (hypovolemic) berhubungan dengan perdarahan

yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler.
20

2.3.3 Perencanaan Keperawatan

Menurut Bulechek dkk (2015) Perencanaan Keperawatan

pada Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu :

1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

NOC : Tanda-tanda vital

Kriteria Hasil :

1) Suhu tubuh dalam rengtang normal (36-37 derajat celcius).

2) Nadi dan RR dalam rentang normal

3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC :

Perawatan demam :

1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.

2) Monitor warna kulit dan suhu.

3) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan,

tergantung pada fase demam (yaitu: selimut hangat pada fase

dingin dan pakaian atau linen tempat tidur ringan pada fase

demam dan fase bergejolak).

4) Dorong konsumsi cairan.

Pengaturan suhu :

1) Monitor suhu paling tidak tiap 2 jam.

2) Berikan pengobatan antipiretik.

Perawatan hipertermia :

1) Berikan metode pendinginan eksternal (kompres hangat).

2) Monitor AGD.
21

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat

mual dan nafsu makan yang menurun.

NOC :

1) Status Nutrisi : masukan makanan dan cairan

2) Status Nutrisi : Asupan Makanan

3) Kontrol berat badan

Kriteria Hasil :

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.

2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.

3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi.

5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan atau

menelan.

6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

NIC :

Menejemen Nutrisi

1) Kaji adanya alergi makanan.

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.

4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin

C.

5) Berikan substansi gula.


22

6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi.

7) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan

dengan ahli gizi).

8) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.

9) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.

10) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan.

Monitor Nutrisi

1) Berat badan pasien dalam batas normal.

2) Monitor adanya penurunan berat badan.

3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan.

4) Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan.

5) Monitor lingkungan selama makan.

6) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam

makan.

7) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.

8) Monitor turgor kulit.

9) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah.

10) Monitor mual dan muntah.

11) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.

12) Monitor makanan kesukaan.

13) Monitor pertumbuhan dan perkembangan.


23

14) Monitor pucat, kemerahan, dan kekerangan jaringan

konjungtiva.

15) Monitor kalori dan intake nutrisi.

16) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan

cavitas oral.

17) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif.

NOC :

1) Keseimbangan cairan

2) Hidrasi

3) Status nutrisi : masukan makanan dan cairan

Kriteria Hasil :

1) Mempertahankan Urine Output sesuai dengan usia dan

berat badan, urine normal, HT normal.

2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas nomal.

3) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit

baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang

berlebihan.

NIC :

Menejemen Cairan

1) Timbang popok/pembalut jika diperlukan.

2) Pertahankan catatan intake dan output jika diperlukan.

3) Monitor status hidrasi.


24

4) Monitor vital sign.

5) Monitor masukan makanan /cairan dan hitung intake kalori

harian.

6) Kolaborasi pemberian cairan intravena IV.

7) Monitor status nutrisi.

8) Dorong masukan oral.

9) Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.

10) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

11) Kolaborasi dengan dokter bila tanda cairan berlebih muncul

memburuk.

12) Atur kemungkinan transfuse.

13) Persiapan transfuse.

Manajemen Hipovolemi

1) Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan.

2) Pelihara IV line.

3) Monitor tingkat HB dan hematokrit.

4) Monitor tanda vital.

5) Monitor respons pasien terhadap penambahan cairan.

6) Monitor betar badan.

7) Dorong pasien untuk menambah intake oral.

8) Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala

kelebihan volume cairan.


25

4) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

NOC :

1) Kepuasan anak: manajemen nyeri

2) Status kenyamanan: fisik

Kriteria Hasil :

1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunankan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri, mencari bantuan).

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajement nyeri.

3) Mampu mengenali nyari (skala, intensitas, frekuensi, dan

tanda nyeri).

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

5) Tanda vital dalam tentang normal.

NIC :

Menejemen Nyeri

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor

presipitasi.

2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.

3) Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien.

4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.

5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.


26

6) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan control nyeri masa lampau.

7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan.

8) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

9) Kurangi faktor presipitasi nyeri.

10) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,

nonfarmakologi, dan interpersonal).

11) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

12) Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi.

13) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

14) Evaluasi keefektifan control nyeri.

15) Tingkatkan istirahat.

16) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan

nyeri tidak berhasil.

17) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.

Pemberian Analgesik

1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat.

2) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi.

3) Cek riwayat alergi.

4) Pilih analgesik yang perlu dilakukan untuk kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih dari satu.


27

5) Tentukan pilihan anlgesik tergantung tipe dan bersatnya

nyeri.

6) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis

optimal.

7) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri

secara teratur.

8) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali.

9) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.

10) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek

samping).

5) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas

terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri,

hipoventilasi.

NOC :

Status pernafasan: kepatenan jalan nafas

Kriteria hasil :

1) Frekuensi pernafasan dalam batas normal.

2) Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

3) Irama pernafasan teratur.

NIC :

Manajemen jalan nafas :

1) Monitor status pernafasan dan oksigenasi.

2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.


28

Monitor pernafasan :

1) Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas.

2) Monitor pola nafas.

3) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrian, penggunaan

otot batu nafas dan retraksi pada intercosta.

Pengaturan posisi :

Monitor status oksigenasi sebeleum dan setelah perubahan

posisi.

Terapi oksigen :

Monitor efektifitas terapi oksigen.

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

NOC : Menejemen energy

Kriteria Hasil :

Pasien mampu melakukan aktifitas secara bertahap.

NIC :

Menejement Energi

1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan

sesuai dengan konteks usia dan perkembangan.

2) Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan

untuk ketahanan.

3) Batasi jumlah pengunjung.

4) Rencakan periode aktifitas ketika pasien lagi berenergi.

5) Bantu pasien identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas yang

akan dilakukan.
29

6) Anjurkan pasien untuk memilih aktivitas-aktivitas yang

membangun ketahanan.

7) Evaluasi program peningkatan aktifitas.

7) Resiko syok (hypovolemic) berhubungan dengan perdarahan

yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler.

NOC : Manajemen Hypovolemic

Kriteria hasil :

1) Tidak terjadinya penurunan tekanan darah.

2) Pasien rileks, tidak gelisah, tidak terjadi penurunan

kesadaran.

3) Nadi dalam batas normal.

4) Tidak terjadi aritmia.

NIC :

1) Monitor status hemodinamik, meliputi nadi, tekanan darah.

2) Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (misalnya turgor kulit

buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah/thready pulse,

sangat haus, membran mukosa kering, dan penurunan urin

output).

3) Monitor adanya hipotensi ortotastik dan pusing saat berdiri.

4) Dukung asupan cairan oral (misalnya, berikan cairan lebih

dari 24 jamdan berikan cairan dengan makanan), jika tidak

ada kontraindikasi.
30

5) Berikan cairan IV isotonik bolus yang diresepkan pada

aliran tetesan yang tepat untuk menjaga integritas

hemodinamik.

6) Berikan produk darah yang diresepkan untuk meningkatkan

tekanan plasma onkotik dan mengganti volume darah,

dengan tepat.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Studi kasus ini menjabarkan mengenai Asuhan keperawatan pada

An.R dan An.A yang mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan

Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran. Maka penyusun studi kasus

harus menjabarkan tentang konsep demam berdarah dengue (DBD).

Batasan istilah disusun secara naratif dan apabila diperlukan ditambahkan

informasi kualitatif sebagai penciri dari batasan yang dibuat oleh penulis.

3.2. Batasan istilah

Fokus studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan pada An.R dan

An.A yang mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan

Hipertermia di Ruang Melati RSUD Ungaran, maka penyusunan studi

kasus harus menjabarkan tentang konsep Demam Berdarah Dengue

(DBD). Batasan istilah disusun secara naratif dan apabila diperlukan

ditambahkan informasi kualitatif sebagai penciri dari batasan yang dibuat

oleh penulis.

3.3. Partisipan

Subyek studi dalam kasus ini adalah An.R dan An.A yang

mengalami demam berdarah dengue (DBD) dengan Hipertermia di Ruang

Melati RSUD Ungaran. Subyek yang digunakan adalah 2 klien (2 kasus)

dengan diagnose medis yang sama.

31
32

3.4. Lokasi dan waktu

3.4.1. Lokasi

Pada kasus ini tempat pengambilan kasusdilakukan di

RSUD Ungaran. Dilakukan pada An.R dan An.A yang mengalami

demam berdarah dengue (DBD) dengan Hipertermia di Ruang

Melati RSUD Ungaran

3.4.2. Waktu

Rencana pelaksanaan studi kasus ini secara keseluruhan

membutuhkan waktu 6 bulan,bulan Januari 2016-Juli 2017.Rincian

kegiatan dimulai dari penyusunan proposal dan pengurusan ijin

pengambilan kasus yang membutuhkan waktu kurang lebih 4 bulan

3.5. Pengumpulan Data

Sehubungan dengan pendekatan penelitian diatas, teknik

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research), dilakukan dengan cara mengunjungi

langsung ke objek penelitian yaitu RSUD Ungaran. MetodePengumpulan

data yang digunakan adalah:

1. Teknik pengumpulan data primer

Yakni pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada

lokasipenelitian atau objek yang diteliti. Dalam hal ini data diperoleh

dengancara-cara sebagai berikut:

1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada

objek penelitian terhadap pasien yang mengalami masalah


33

demam berdarah dengue (DBD). Dengan melakukan asuhan

keperawatan pada pasien.

2) Wawancara, yaitu melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak

yangberhubungan dengan masalah penelitian wawancara

dinyatakan sebagai suatu percakapan dengan bertujuanuntuk

memperoleh kontruksi yang terjadi sekarang tentang

orang,kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi,

pengakuan, kerisauandan sebagainya.peneliti melakukan

pengkajian terhadap pasien (hasil pengkajian berisi tentang

identitas klien,keluhan utama,riwayat penyakit sekarang-dahulu-

kelurga dll).sumber data dari klien,keluarga,perawat lainnya.

2. Teknik pengumpulan data sekunder Merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang

perlu untuk mendukung data primer. (hasil dari pemeriksaan

diagnostik dan data yang relevan).Pengumpulan data sekunder dapat

dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

1) Studi Kepustakaan (Library research)

Yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dari buku-buku, karya

ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah

yang diteliti.

2) Studi Dokumentasi (Documentary)

Yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan

catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta


34

sumber-sumber lain yang menyangkut masalah diteliti dengan

instansi yang terkait.

3.6. Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksud dengan mengambil data baru (here

and now) dengan menggunakan instrumen pengkajian yang sesuai

sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Pengkajian

menggunakan klien, perawat, keluarga klien sebagai sumber informasi

dan sumber dokumentasi. Menegakkan diagnosa keperawatan

menggunakan NANDA, intervensi dengan NIC, dan implementasi dengan

NOC, penatalaksanaan dengan menggunakan SOP tentang pelaksanaan

secara verbal, evaluasi dengan menggunakan evaluasi formatif dan

evaluasi surmatif.

3.7. Analisa data

Setelah melakukan asuhan keperawatan akan dilakukan analisa

data dengan metode membandingkan antara tindakan yang dilakukan

dengan jurnal penelitian dan teori didalam buku.

3.7.1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi.Hasil ditulis dalam bentuk transkip (catatan

terstruktur).

3.7.2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan


35

menjadi data subjektif dan objektif,dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3.7.3. Penyajian Data

Penyatian data dapat dilakukan dengan tabel,gambar,bagan

maupun teks naratif.kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

3.7.4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan,kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan metode induksi.

Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.


BAB IV
HASIL

Memuat keseluruhan hasil yang telah dilaksanakan dan selanjutnya dibuat

pembahasan sesuai dengan kaidah pembahasan :

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah Rumah Sakit

Umum Daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang,

yang mempunyai tugas melaksanakan upaya pelayanan kesehatan

secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,

terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan pencegahan dan

melaksanakan upaya rujukan. Rumah Sakit Umum Daerah

Ungaran ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas C .Pada tanggal 29

Maret 2010 RSUD Ungaran telah lulus akreditasi penuh tingkat

lanjut.

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran berada di wilayah

Kabupaten Semarang yang terletak di kota Ungaran ( Ibukota

Kabupaten Semarang ) luas tanah serta bangunan RSUD Ungaran

adalah 9.555 m² / 8.204 m², Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran

mempunyai kapasitas 187 tempat tidur (tt), dari data tahun 2016

diketahui bahwa Bed Occupancy Rate (BOR) rata - rata 72.5 % ;

Length of Stay ( LOS ) rata - rata 4.5 hari ; Turn Over Internal

(TOI ) 0,5 hari dan Bed Turn Over ( BTO ) 67.3 kali.

36
37

BOR 72.5 % tersebut tersebar di ruangan - ruangan yang

terdiri dari Paviliun Anggrek, Ruang Cempaka, Ruang Melati,

Ruang Flamboyan, Ruang Dahlia, Ruang Mawar dan Ruang

Baugenvil. disamping itu juga terdapat fasilitas Ruang One Day

Care dan ICU. Instalasi yang ada meliputi : Instalasi Rawat Jalan,

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi

Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Bedah Sentral,

Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Rehabilitasi Medik,

Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit dan Instalasi

Pemulasaran Jenazah.

4.1.2 Pengkajian

Fokus pengkajian adalah identitas klien, hasil pemeriksaan

fisik, keluhan dan riwayat penyakit (sekarang, dahulu dan keluarga

yang disertai dengan genogram). Presentasi hasil dalam KTI

dengan teknik uraian atau tabel.

1. Identitas klien

Tabel 4.1

IDENTITAS KLIEN Klien 1 Klien 2


Nama An.R An.A
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
Tanggal lahir 21 Agustus 2010 13 Juli 2007
usia 7 tahun 8 tahun
Tanggal dirawat 24 Mei 2017 29 Mei 2017
Alamat Karanganyar, Sumurjurang, Gunung
Banyumanik pati
No. RM 228641 154388
Diagnosa Medis DBD DBD
Tanggal pengkajian 25 Mei 2017 30 Mei 2017
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama orangtua Tn.N Ny.R
Pendidikan Ayah/Ibu S1 SLTA
Pekerjaan Ayah/Ibu Swasta Karyawan
Usia Ayah/Ibu 37 tahun 36 tahun
38

Hubungan dengan Ayah Ibu


Klien

2. Riwayat penyakit

Tabel 4.2

RIWAYAT
Klien 1 Klien 2
PENYAKIT
Keluhan utama Badan panas selama 4 Badan panas selama 3
hari. hari.
Riwayat Ayah klien mengatakan Ibu klien mengatakan
penyakit pada hari senin 22 mei An.A panas dari tanggal
sekarang 2017 pagi An.R panas. 28 mei 2017 sebelum
Sebelum masuk rumah masuk rumah sakit An.A
sakit An.R sudah diberi sudah dipriksakan ke
obat penurun panas tetapi bidan tetapi sudah 2 hari
selama 3 hari tidak turun panas tidak kunjung turun
kemudian An.R dibawa kemudian pada tanggal 29
ke IGD RSUD Ungaran mei 2017 jam 21.07 WIB
pada tanggal 24 mei 2017 An.A dibawa ke IGD
dengan keluhan badan RSUD Ungaran dengan
panas, kepala terasa keluhan panas dan nyeri
pusing dan lemas. Di IGD pada ulu hati. Di IGD
An.R mendapat terapi An.A mendapat terapi
infus RL 12tpm, pamol infus RL 20tpm, injeksi
supp 250 mg, injeksi ranitidine 12,5 mg
ranitidine 12,5 mg/12 /12jam, injeksi ceftriaxon
jam, injeksi ondancentron 600mg/12jam,
2 mg /12jam, paracetamol paracetamol syrup 3x
syrup 3x1cth. Dari hasil 2cth. Dari hasil
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
tampak lemas, panas TTV tampak lemas, panas TTV
: TD 110/80 mmHg, Nadi : TD 100/60 mmHg, Nadi
144x/menit, suhu 38,9ºC, 77x/menit, suhu 39,0ºC,
RR 20x/menit, SPO2 RR 22x/menit, SPO2
98%. kemudian pasien 98%. Kemudian pasien
dikirim ke bangsal Melati dikirim kebangsal Melati
untuk mendapatkan untuk mendapatkan
tindakan lebih lanjut. tindakan lebih lanjut.
Riwayat a. Kehamilan a. Kehamilan
penyakit dahulu 1. Jumlah gravida : 1. Jumlah gravida :
G1P1A0 G2P2A0
2. Usia gestasi saat 2. Usia gestasi saat
lahir : 37 minggu lahir : 40 minggu
3. Kesehatan saat ibu 3. Kesehatan saat ibu
hamil : baik hamil : baik
4. Pemeriksaan 4. Pemeriksaan
kehamilan : ayah kehamilan : ibu
klien mengatakan klien mengatakan
ibu dari An. R rutin periksa
rutin periksa sesuai anjuran
sesuai anjuran bidan
bidan 5. Konsumsi obat :
5. Konsumsi obat : selama hamil ibu
39

selama hamil ibu An.A


An.R mengkonsumsi
mengkonsumsi obat kehamilan
vitamin kehamilan b. Kelahiran
b. Kelahiran Ibu klien mengatakan
Ayah klien kelahiran normal,
mengatakan kelahiran lahir ditempat bidan
normal, lahir ditempat c. Post natal
bidan 1. Berat badan 3000
c. Post natal gram dan panjang
1. Berat badan 2900 badan 50cm.
gram dan panjang 2. Kondisi kesehatan
badan 48 cm. : bayi baik.
2. Kondisi kesehatan 3. Kelainan bawaan :
: bayi baik. ibu klien
3. Kelainan bawaan : mengatakan An. A
ayah klien tidak ada kelainan
mengatakan An.R bawaan.
tidak ada kelainan d. Penyakit sebelumnya
bawaan. 1. Ibu klien
d. Penyakit sebelumnya mengatakan An.A
1. Ayah klien belum pernah
mengatakan An.R sakit seperti ini
belum pernah sebelumnya ,
sakit seperti ini hanya panas,
sebelumnya, batuk, pilek dan
hanya panas, diperiksakan
batuk, pilek dan kedokter sembuh.
diperiksakan 2. Komplikasi yang
kedokter sembuh. terjadi : batuk,
2. Komplikasi yang pilek, panas.
terjadi : batuk, e. Ibu klien mengatakan
pilek, panas. dalam keluarganya
e. Ayah klien tidak ada yang
mengatakan dalam mempunyai penyakit
keluarganya tidak ada menular maupun
yang mempunyai menurun seperti
penyakit menular hipertensi, DM, dan
maupun menurun asma
seperti hipertensi, f. Respon emosi saat
DM, dan asma hospitalisasi : klien
f. Respon emosi saat rewel
hospitalisasi : klien g. Keadaan cidera : ibu
rewel klien mengatakan
g. Keadaan cidera : ayah An.A tidak pernah
klien mengatakan mengalami cidera,
An.R tidak pernah baru satu kali ini
mengalami cidera, dirawat inap
baru satu kali ini h. Alergi : Ibu lkien
dirawat inap mengatakan An.A
h. Alergi : ayah lkien tidak memiliki alergi
mengatakan An.R makanan ataupun
tidak memiliki alergi yang lainnya
makanan ataupun i. Pengobatan saat ini
yang lainnya 1. Infus Asering 15
i. Pengobatan saat ini tpm
1. Infus RL 12 tpm 2. Injeksi
2. Injeksi Ranitidine Ranitidine
40

12,5mg/12jam 12,5mg/12jam
3. Injeksi 3. Injeksi
Ondancentron Asamtranexsama
2mg/12jam t 125mg/12jam
4. Injeksi j. Imunisasi
Asamtranexsamat 1. BCG: diberikan 1
125mg/12jam kali
j. Imunisasi 2. Hepatitis:
1. BCG: diberikan 1 diberikan 1 kali
kali 3. Polio: diberikan 3
2. Hepatitis: kali umur 2 bulan,
diberikan 1 kali 4 bulan, dan 6
3. Polio: diberikan 3 bulan
kali umur 2 bulan, 4. DPT: diberikan 3
4 bulan, dan 6 kali
bulan 5. Campak:
4. DPT: diberikan 3 diberikan 1 kali
kali
5. Campak:
diberikan 1 kali
Pertumbuhan a. Berat badan saat lahir a. Berat badan saat lahir
dan 2900 gram, berat 3000 gram, berat
perkembangan badan saat ini 18 kg, badan saat ini 25 kg,
sebelum sakit 19 kg sebelum sakit 26 kg
b. Ayah klien b. Ibu klien mengatakan
mengatakan pertumbuhan gigi
pertumbuhan gigi tidak ada masalah,
tidak ada masalah, jumlah gigi 32 buah.
jumlah gigi 32 buah. c. Usia mengontrol
c. Usia mengontrol kepala dan duduk
kepala dan duduk tanpa support 3-9
tanpa support 3-9 bulan, berjalan pada
bulan, berjalan pada usia 9-12 bulan.
usia 9-12 bulan. d. Ibu klien mengatakan
d. Ayah klien An.A sekolah SD
mengatakan An.R e. Ibu klien mengatakan
sekolah SD An.A berinteraksi
e. Ayah klien dengan baik dengan
mengatakan An.R teman-teman
berinteraksi dengan sebayanya.
baik dengan teman- f. Perkembangan anak
temannya 1. Personal sosial :
f. Perkembangan anak Ibu klien
1. Personal sosial : mengatakan An.A
ayah klien mampu
mengatakan An.R berinteraksi
mampu dengan
berinteraksi lingkungannya
dengan 2. Adaptif motorik
lingkungannya halus
2. Adaptif motorik 3. Bahasa jawa dan
halus indonesia
3. Bahasa jawa dan 4. Motorik kasar :
indonesia motorik halus
4. Motorik kasar :
motorik halus
41

Kebiasaan a. Pola tingkah laku : a. Pola tingkah laku :


ayah klien ibu klien mengatakan
mengatakan An.R jika An.A mempunyai
mau tidur harus kebiasaan jika mau
berdekatan dengan tidur harus dalam
adiknya keadaan gelap
b. Aktivitas sehari-hari : b. Aktivitas sehari-hari :
ayah klien ibu klien mengatakan
mengatakan An.R An.A tidur malam
tidur malam jam jam 21.00 WIB.
20.30 WIB. Bangun Bangun jam 06.00
jam 06.00 WIB WIB
c. Ayah klien c. Ibu klien mengatakan
mengatakan An.R An.A tidak
tidak menggunakan menggunakan obat
obat terlarang,tidak terlarang, tidak
mengkonsumsi mengkonsumsi
alkohol, kopi atau alkohol, kopi atau
merokok merokok
Riwayat nutrisi a. Ayah klien a. Ibu klien mengatakan
dan cairan mengatakan An.R An.A diberikan ASI
diberikan ASI selama selama 2 tahun,
2 tahun, kadang juga kadang juga diberikan
diberikan susu susu formula bila ibu
formula. sedang kerja.
b. Ayah klien b. Ibu klien mengatakan
mengatakan An.R An.A diberikan susu
diberikan susu formula pada usia 40
formula pada usia 40 hari.
hari. c. Susu formula yang
c. Susu formula yang diberikan SGM,
diberikan Lactogen, diberikan selama 4
SGM, diberikan tahun.
selama 4 tahun. d. Jumlah pemberian
d. Jumlah pemberian susu formula 3 botol
susu formula 3 botol sehari.
sehari. e. Pemberian cairan
e. Pemberian cairan ekstra : teh.
ekstra : teh. f. Ibu klien mengatakan
f. Ayah klien An.A makan 3x
mengatakan An.R sehari, An.A suka
makan 3x sehari, makan snack dan
An.R suka makan coklat.
snack dan makanan g. Pemberian vitamin :
yang manis. ya.
g. Pemberian vitamin : h. Nafsu makan : ibu
ya. klien mengatakan
h. Nafsu makan : ayah An.A sebelum sakit
klien mengatakan An. makan 3x sehari
R sebelum sakit dengan 1 porsi habis ,
makan 3x sehari nasi, sayuran,
dengan 1 porsi habis , lauk,minum 5-6 gelas
nasi, sayuran, sehari, teh, air putih.
lauk,minum 5-6 gelas Saat sakit An.A
sehari, teh, air putih, makan 1/2 porsi nasi,
susu. Saat sakit An. R sayur, lauk, buah,
makan 1/2 porsi nasi, minum 4-5 gelas.
sayur, lauk, buah, Kebiasaan sarapan :
42

minum 3-4 gelas. Ya, jumlah makan


Kebiasaan sarapan : perhari 3 kali.
Ya, jumlah makan i. Makan favorit : nasi
perhari 3 kali. dengan ayam kecap.
i. Makan favorit : nasi j. Kebiasaan makanan
dengan sayur sup dan manis/snack : iya,
ayam goreng. (coklat).
j. Kebiasaan makanan k. Kebiasaan gosok gigi
manis/snack : iya, : setiap mandi.
(coklat).
k. Kebiasaan gosok gigi
: setiap mandi.
Riwayat Ayah klien mengatakan Ibu klien mengatakan
kesehatan dalam keluarganya tidak dalam keluarganya tidak
keluarga ada penyakit menular dan ada penyakit menular dan
menurun seperti DM, menurun seperti DM,
hipertensi , asma. hipertensi , asma.
Riwayat sosial a. Struktur keluarga a. Struktur keluarga
1. Komposisi 1. Komposisi
keluarga keluarga
Ayah klien Ibu klien
mengatakan mengatakan
tinggal satu rumah tinggal satu rumah
dengan istri, 1 dengan suami, 1
anak laki-laki dan anak perempuan
1 anak dan 2 anak laki-
perempuan. laki.
2. Lingkungan 2. Lingkungan
rumah dan rumah dan
komunikasi komunikasi
Ayah klien Ibu klien
mengatakan mengatakan
lingkungan rumah lingkungan rumah
bersih tidak ada bersih tidak ada
tumpukan sampah tumpukan sampah
disekitar rumah disekitar rumah
dan bertetangga hanya saja jarang
rukun. menguras bak
b. Pendidikan dan mandi, dan
pekerjaan bertetangga rukun.
Ayah klien b. Pendidikan dan
mengatakan An.R pekerjaan
sekolah SD, ayahnya Ibu klien mengatakan
bekerja sebagai An.A sekolah SD,
karyawan dan ibu ayahnya bekerja
sebagai ibu rumah sebagai karyawan
tangga. lulusan SLTA dan ibu
c. Tradisi budaya dan sebagai karyawan
agama lulusan SLTA.
Keluarga klien c. Tradisi budaya dan
mengatakan beragama agama
islam dan Keluarga klien
menjalankan sholat 5 mengatakan beragama
waktu. islam dan
menjalankan sholat 5
waktu.
Fungsi keluarga a. Interaksi dan peran a. Interaksi dan peran
keluarga keluarga
43

Ayah klien Ibu klien mengatakan


mengatakan anggota anggota keluarga
keluarga saling saling berhubungan
berhubungan baik. baik.
b. Observasi b. Observasi
Keluarga klien sangat Keluarga klien sangat
menyayangi dan menyayangi dan
khawatir melihat khawatir melihat
anaknya sakit. anaknya sakit.
c. Pembuat keputusan c. Pembuat keputusan
dan problem solving dan problem solving
Ayah klien Ibu klien mengatakan
mengatakan jika ada jika ada masalah
masalah dalam dalam keluarganya
keluarganya selalu selalu
dimusyawarahkan dimusyawarahkan
untuk mengambil untuk mengambil
keputusan. keputusan.
d. Komunikasi d. Komunikasi
Ayah klien Ibu klien mengatakan
mengatakan anggota anggota keluarganya
keluarganya selalu selalu memberi
memberi masukan masukan tentang
tentang kesehatan kesehatan anaknya.
anaknya.
Riwayat An.R berjenis kelamin An.A berjenis kelamin
seksualitas laki-laki. laki-laki.

3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional

Tabel 4.3

POLA
KESEHAT Klien 1 Klien 2
AN
Pola Ayah klien mengatakan Ibu klien mengatakan bahwa
persepsi bahwa sehat adalah sehat adalah keadaan dimana
dan keadaan dimana bisa bisa melakukan aktivitas
pemelihara melakukan aktivitas sehari- sehari-hari.
an hari.
kesehatan
Pola nutrisi 1. Sebelum sakit 1. Sebelum sakit
dan a. Antropometri a. Antropometri
metabolik BB:(TB)m²=19kg:1 BB:(TB)m²=26kg:1,2
=19kg/m 1=21kg/m
b. Biochemichal :- b. Biochemichal :-
c. Clinical : rambut c. Clinical : rambut
hitam, kulit sawo hitam, kulit sawo
matang. matang.
d. Diet d. Diet
Frekuensi : 3x Frekuensi : 3x sehari
sehari Jenis : nasi, sayur,
Jenis : nasi, sayur, lauk, teh, air putih.
lauk, teh, air Keluhan : tidak ada.
putih, susu.
44

Keluhan : tidak ada. 2. Selama sakit


2. Selama sakit a. Antropometri
a. Antropometri BB:(TB)m²=21kg:1,2
BB:(TB)m²=18kg:1 1=20kg/m
=18kg/m b. Biochemichal : HB
b. Biochemichal : HB 12,5gr/dl, HT 36,4%
10,8gr/dl, HT c. Clinical : lemas,
31,4% mukosa bibir kering,
c. Clinical : lemas, turgor kulit lambat/
mukosa bibir tidak elastis.
kering, turgor kulit d. Diet
lambat/ tidak Frekuensi : 3x sehari
elastis. Jenis : nasi, sayur,
d. Diet lauk,buah, teh,
Frekuensi : 3x air putih.
sehari Keluhan : klien
Jenis : nasi, sayur, mengeluh
lauk,buah, kurang nafsu
teh, air putih. makan karena
Keluhan : kurang lidah terasa
nafsu makan pahit.
Pola 1. BAB 1. BAB
eliminasi a. Sebelum sakit a. Sebelum sakit
Frekuensi 1x sehari. Frekuensi 1x sehari.
Konsistensi lunak, Konsistensi lunak,
berbentuk. Warna berbentuk. Warna
kuning kecoklatan. kuning kecoklatan.
Bau khas. Keluhan Bau khas. Keluhan
tidak ada. tidak ada.
b. Selama sakit b. Selama sakit
Frekuensi 1x sehari. Frekuensi 1x sehari.
Konsistensi lunak Konsistensi lunak
berbentuk. Warna berbentuk. Warna
kuning kecoklatan. kuning kecoklatan.
Bau khas. Keluhan Bau khas. Keluhan
tidak ada. tidak ada.
2. BAK 2. BAK
a. Sebelum sakit a. Sebelum sakit
Frekuensi 6-8x Frekuensi 6-7x
sehari. Warna sehari. Warna
kuning bening. Bau kuning bening. Bau
amoniak. Keluhan amoniak. Keluhan
tidak ada. tidak ada.
b. Selama sakit b. Selama sakit
Frekuensi 4-5x Frekuensi 4-5x
sehari. Warna sehari. Warna
kuning bening. Bau kuning bening. Bau
amoniak. Keluhan amoniak. Keluhan
tidak ada. tidak ada.
Pola 1. Sebelum sakit 1. Sebelum sakit
aktivitas Pola aktivitas dan Pola aktivitas dan latihan
dan latihan latihan klien seperti klien seperti
makan/minum, mandi, makan/minum, mandi,
toileting, berpakaian, toileting, berpakaian,
mobilitas ditempat mobilitas ditempat tidur,
tidur, berpindah, dan berpindah, dan
ambulasi/ROM ambulasi/ROM dilakukan
dilakukan secara secara mandiri.
45

mandiri. 2. Selama sakit


2. Selama sakit Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas dan klien seperti
latihan klien seperti makan/minum, mandi,
makan/minum, mandi, toileting, berpakaian
toileting, berpakaian selama dirumah sakit
selama dirumah sakit dibantu oleh keluarganya
dibantu oleh sedangkan mobilitas
keluarganya sedangkan ditempat tidur, berpindah,
mobilitas ditempat dan ambulasi/ROM
tidur, berpindah, dan dilakukan secara mandiri.
ambulasi/ROM
dilakukan secara
mandiri
Pola 1. Sebelum sakit 1. Sebelum sakit
istirahat Ayah klien mengatakan Ibu klien mengatakan
tidur An.R tidur nyenyak , An.A tidur nyenyak ,
tidur siang jam 12.00- tidur siang jam 12.00-
14.00 WIB dan malam 14.00 WIB dan malam
hari 20.30-06.00 WIB. hari 21.00-06.00 WIB.
2. Selama sakit 2. Selama sakit
Ayah klien mengatakan Ibu klien mengatakan
selama sakit An.R bisa selama sakit An.A bisa
tidur siang dan malam. tidur siang dan malam.
Pola 1. Ayah klien mengatakan 1. Ibu klien mengatakan
kognitif sebelum sakit An.R sebelum sakit An.A
perseptual sangat aktif, sering sangat aktif, sering
bermain dengan teman- bermain dengan teman-
temannya, tidak pernah temannya, tidak pernah
rewel. rewel.
2. Selama sakit ayah klien 2. Selama sakit ibu klien
mengatakan An.R mengatakan An.A sering
rewel karena berbaring karena
merasakan badannya merasakan sakit pada
yang sakit. bagian perut yang nyeri.
P : klien mengatakan nyeri
perut saat duduk
Q : klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan nyeri
pada bagian ulu hati
S : skala nyeri 5
T : klien mengatakan nyeri
terus-menerus
Pola 1. Gambaran diri : klien 1. Gambaran diri : klien
persepsi berumur 7 tahun. berumur 8 tahun.
konsep diri 2. Identitas diri : klien 2. Identitas diri : klien anak
anak pertama, sekolah kedua, sekolah SD,
SD, berjenis kelamin berjenis kelamin laki-laki.
laki-laki. 3. Peran diri : klien sebagai
3. Peran diri : klien anak kedua dalam
sebagai anak laki-laki keluarganya.
pertama dalam 4. Ideal diri : ibu klien
keluarganya. mengatakan anaknya bisa
4. Ideal diri : ayah klien cepat sembuh dari
mengatakan anaknya penyakitnya.
bisa cepat sembuh dari 5. Harga diri : orang tua
penyakitnya. klien menyayangi dan
46

5. Harga diri : orang tua menjaga klien dengan


klien menyayangi dan senang hati.
menjaga klien dengan
senang hati.
Pola Ayah klien mengatakan Ibu klien mengatakan
hubungan hubungan dengan tetangga hubungan dengan tetangga
peran rumahnya baik. rumahnya baik.
Pola An.R seorang anak berjenis An.A seorang anak berjenis
seksualitas kelamin laki-laki tidak ada kelamin laki-laki tidak ada
reproduksi kelainan. kelainan.
Pola Ayah klien mengatakan Ibu klien mengatakan apabila
mekanisme apabila mendapat masalah mendapat masalah kesehatan
koping kesehatan ataupun yang ataupun yang lainnya selalu
lainnya selalu dimusyawarahkan bersama
dimusyawarahkan bersama dan diselesaikan secara
dan diselesaikan secara bersama.
bersama.
Pola nilai Ayah klien mengatakan Ibu klien mengatakan semua
dan semua keluarganya keluarganya beragama islam
keyakinan beragama islam dan rutin dan rutin beribadah.
beribadah.
47

Genogram :

Klien 1

Gambar 4.1

Klien 1

Gambar 4.2

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Keturunan

: Menikah

: Tinggal satu rumah

: Klien
48

4. Pemeriksaan fisik

Tabel 4.4

Keterangan Klien 1 Klien 2


Pengukuran
pertumbuhan
a. Panjang badan 100 cm. 110 cm.
b. Lingkar kepala 45 cm. 50 cm.
c. Lingkar lengan 25 cm. 26 cm.
d. Lingkar dada 50 cm. 53 cm.
e. Berat badan 18 kg. 25 kg.
Pemeriksaan tanda-
tanda vital
a. Suhu 38,5 ºC. 38,8 ºC.
b. Pernafasan 20x/ menit. 22x/ menit.
c. Tekanan darah 110/80 mmHg. 100/70 mmHg.
d. Denyut nadi 89x/ menit. 80x/ menit.
Keadaan umum Lemah. Lemah.
Kesadaran Composmentis. Composmentis.
Tingkah laku Aktif Aktif
Perkembangan Baik Baik
Kulit Turgor kulit Turgor kulit
lambat/tidak elastis, lambat/tidak elastis,
kulit tampak kulit tampak
kemerahan, ptekie (+). kemerahan, ptekie (+).
Struktur asesoris :
1. Rambut Warna hitam, Warna hitam,
kebersihan rambut kebersihan rambut
bersih, tidak ada bersih, tidak ada
ketombe. ketombe.

2. Kuku Kuku tidak ada Kuku tidak ada


kotoran, bersih, warna kotoran, bersih, warna
kuku merah muda, kuku merah muda,
rapi, dan pendek. rapi, dan pendek.
Kelenjar limfe Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe. kelenjar limfe.
Kepala Mesochepale Mesochepale
Mata - Palpebra normal - Palpebra normal
- Konjungtiva anemis - Konjungtiva anemis
- Sklera tidak ikterik - Sklera tidak ikterik
- Pupil isokor - Pupil isokor
- Diameter ka/ki sama - Diameter ka/ki sama
- Reflek cahaya +/+ - Reflek cahaya +/+
Telinga
1. Kebersihan Bersih tidak ada Bersih tidak ada
serumen, kesimetrisan serumen, kesimetrisan
simetris kanan dan kiri. simetris kanan dan kiri.

2. Kemampuan Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan


pendengaran pendengaran. pendengaran.
Hidung Bersih, simetris,tidak Bersih, simetris,tidak
terdapat polip, tidak terdapat polip, tidak
49

ada gangguan ada gangguan


penciuman. penciuman.
Mulut Mukosa bibir kering, Mukosa bibir kering,
simetris, tidak ada simetris, tidak ada
sianosis. sianosis.
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, tidak kelenjar tyroid, tidak
ada kaku kuduk. ada kaku kuduk.
Dada 1. Paru-paru 1. Paru-paru
- Inspeksi : simetris - Inspeks : simetris
kanan dan kiri, kanan dan kiri,
tidak ada retraksi tidak ada retraksi
dinding dada. dinding dada.
- Palpasi : vocal - Palpasi : vocal
vremitus kanan dan vremitus kanan dan
kiri sama, tidak ada kiri sama, tidak ada
nyeri tekan. nyeri tekan.
- Perkusi : sonor - Perkusi : sonor
diseluruh lapang diseluruh lapang
paru. paru.
- Auskultasi : - Auskultasi :
vesikuler, tidak ada vesikuler, tidak ada
suara tambahan. suara tambahan

2. Jantung 2. Jantung
- Inspeksi : Tidak ada - Inspeksi : Tidak
jejas dan lesi, ictus ada jejas dan lesi,
cordis tidak ictus cordis tidak
nampak, bentuk nampak, bentuk
simetris. simetris.
- Palpasi : ictus - Palpasi :ictus
cordis teraba di ics cordis teraba di ics
V, teraba kuat. V, teraba kuat.
- Perkusi : kanan atas - Perkusi : kanan
ICS II linea para atas ICS II linea
sternalis dextra, para sternalis
kanan bawah ICS dextra, kanan
IV linea para bawah ICS IV
sternalis dextra, kiri linea para sternalis
bawah ICS IV linea dextra, kiri bawah
clavicularis sinistra, ICS IV linea
kiri atas ICS II linea clavicularis
para stormalis sinistra, kiri atas
sinistra. ICS II linea para
- Auskultasi :S1 LUB stormalis sinistra.
S2 DUB (reguler) - Auskultasi : S1
tidak ada suara LUB S2 DUB
tambahan. (reguler) tidak ada
suara tambahan.
Abdomen - Inspeksi : simetris, - Inspeksi : simetris,
tidak ada bekas luka, tidak ada bekas
tidak nampak acites. luka, tidak nampak
- Auskultasi : bising acites.
usus 18x/menit. - Auskultasi:bising
- Perkusi : kuadran 1 usus 16x/menit.
pekak karena hepar, - Perkusi : kuadran 1
kuadran 2 sampai 4 pekak karena
tympani. hepar, kuadran 2
50

- Palpasi : kuadran 1-4 kembung diarea


tidak terdapat nyeri lambung, kuadran
tekan. 3 dan 4 tympani.
- Palpasi : ada nyeri
tekan di ulu hati
Genetalia Tidak terpasang Tidak terpasang
kateter,jenis kelamin kateter,jenis kelamin
laki-laki, tidak ada laki-laki, tidak ada
kelainan pada genetalia kelainan pada genetalia
Anus Tidak ada hemoroid, Tidak ada hemoroid,
bersih. bersih.
Ekstremitas
1. Atas - Kekuatan otot : - Kekuatan otot :
normal 5 normal 5
- Perubahan bentuk - Perubahan bentuk
tulang : tidak ada tulang : tidak ada
perubahan bentuk perubahan bentuk
tulang. tulang.
- ROM : aktif - ROM : aktif
- Capilary refil : - Capilary refil :
kurang dari 2 detik. - kurang dari 2 detik.
- Perabaan akral : - Perabaan akral :
hangat. hangat.

2. Bawah - Kekuatan otot : - Kekuatan otot :


normal 5 normal 5
- Perubahan bentuk - Perubahan bentuk
tulang : tidak ada tulang : tidak ada
perubahan bentuk perubahan bentuk
tulang. tulang.
- ROM : aktif - ROM : aktif
- Capilary refil : - Capilary refil :
kurang dari 2 detik. kurang dari 2 detik.
- Perabaan akral : - Perabaan akral :
hangat. hangat.

5 5 5 5
5 5 5 5

Infus terpasang Infus terpasang


ditangan kanan. ditangan kanan.

ANALISA BALANCE CAIRAN

KLIEN 1 (Tanggal 25 Mei 2017)

INTAKE OUTPUT ANALISA


Makan : 230 cc Urin : 400 cc Intake : 1.302,39 cc
Minum : 200 cc Feses : 200 cc Output : 1354 cc
Infus : 864 cc IWL : 754 cc
Obat : 8,39 cc
Total : 1.302,39 cc Total : 1.354 cc Total : -51,61 cc
51

IWL : (30 – Usia ) x BB

24 Jam

: (30 – 7 ) x 18 kg

24 Jam
: 23 x 18 kg
24jam
: 17,25 cc/jam x 24
: 405 cc/24 jam

SUHU : 414 + 200 (38,5 – 36,8)


: 414 + 200 (1,7)
: 414 + 340
: 754 cc

KLIEN 2 (Tanggal 30 Mei 2017)

INTAKE OUTPUT ANALISA


Makan : 150 cc Urin : 600 cc Intake : 1.709,37 cc
Minum : 400 cc Feses : 250 cc Output : 1.800 cc
Infus : 1152 cc IWL : 950 cc
Obat : 7,37 cc
Total : 1.709,37 cc Total : 1.800 cc Total : -90,63 cc

IWL : (30 – Usia ) x BB

24 Jam
: (30 – 8 ) x 25 kg

24 Jam
: 22 x 25 kg
24 jam
: 22,9 cc/jam x 24
: 550 cc/24 jam

SUHU : 550 + 200 (38,8 – 36,8)


: 550 + 200 (2)
: 550 + 400
: 950 cc
52

5. Hasil pemeriksaan penunjang

Klien 1

Tanggal pemeriksaan : 25 Mei 2017

Tabel 4.5

Jenis Nilai
Hasil Satuan Metode
pemeriksaan rujukan
DARAH RUTIN
Hemoglobin 10,8 11.5-16.5 gr/dL Elek impedance
Leukosit 2,7 5.0-14.0 10^3/uL Elek impedance
Trombosit 65 150-440 10^3/uL Elek impedance
Hematokrit 31,4 35.0-49.0 % Integral Vol.RI
Eritrosit 4,20 4.1-5.8 10^6/uL Elek impedance
HITUNG JENIS
Granulasit 63,0 25-60 % Elek impedance
Limfosit 28,0 20-50 % Elek impedance
Monosit 8,2 0-9 % -
INDEX
ERITROSIT
MCV 75 82-92 fL Elek impedance
MCH 25,7 27-31 Pg Elek impedance
MCHC 34,5 32-36 g/Dl Elek impedance
RDW 15,2 14,9-18,7 % Elek impedance

Klien 2

Tanggal pemeriksaan : 30 Mei 2017

Jenis Nilai
Hasil Satuan Metode
pemeriksaan rujukan
DARAH RUTIN
Hemoglobin 12,5 11.5-16.5 gr/Dl Elek impedance
Leukosit 8,8 5.0-14.0 10^3/uL Elek impedance
Trombosit 35 150-440 10^3/uL Elek impedance
Hematokrit 36,4 35.0-49.0 % Integral Vol.RI
Eritrosit 4,96 4.1-5.8 10^6/uL Elek impedance
HITUNG JENIS
Granulasit 49,3 25-60 % Elek impedance
Limfosit 31,6 20-50 % Elek impedance
Monosit 19,1 0-9 % -
INDEX
ERITROSIT
MCV 73 82-92 fL Elek impedance
MCH 24,5 27-31 Pg Elek impedance
MCHC 33,4 32-36 g/dL Elek impedance
RDW 15,2 14,9-18,7 % Elek impedance
53

6. Terapi Medis

Klien 1

Tabel 4.6

TANGGAL JENIS DOSIS GOLONGAN FUNGSI dan


TERAPI FARMAKOL
OGI
KLIEN 1
25 Mei Cairan :
2017 Infus RL 12tpm Larutan Pengganti
makro elektrolit Cairan Elektrolit

Parenteral :
Paracetam 3x120mg Analgesik non Meredakan Rasa
ol syrup narkotik Sakit dan
Demam

cefixime 2x200mg Antibiotik Untuk


mengatasi
inveksi yang
disebabkan oleh
bakteri atau
virus

PSIDI 3x5ml Obat Untuk


tradisional meningkatkan
trombosit

Parental :
Injeksi 12,5mg/ Antasida Untuk
ranitidine 12jam menghambat
sekresi asam
lambung

Injeksi 2mg/12 Antasida Untuk


ondancentr jam mengatasi mual
on muntah

Injeksi 125mg/ Antikoagulan Untuk


asamtranex 12Jam mengatasi
samat perdarahan
26 Mei Cairan :
2017 Infus RL 12tpm Larutan Pengganti
makro elektrolit Cairan Elektrolit

Parenteral :
Paracetam 3x120mg Analgesik non Meredakan Rasa
ol syrup narkotik Sakit dan
Demam

cefixime 2x200mg Antibiotik Untuk


mengatasi
inveksi yang
disebabkan oleh
bakteri atau
54

virus

PSIDI 3x5ml Obat Untuk


tradisional meningkatkan
trombosit
Parental :
Injeksi 12,5mg/ Antasida Untuk
ranitidine 12jam menghambat
sekresi asam
lambung

Injeksi 2mg/12ja Antasida Untuk


ondancentr m mengatasi mual
on muntah

Injeksi 125mg/1 Antikoagulan Untuk


asamtranex 2 mengatasi
samat Jam perdarahan
27 Mei Cairan :
2017 Infus RL 12tpm Larutan Pengganti
makro elektrolit Cairan Elektrolit

Parenteral :
Paracetam 3x120mg Analgesik non Meredakan Rasa
ol syrup narkotik Sakit dan
Demam

cefixime 2x200mg Antibiotik Untuk


mengatasi
inveksi yang
disebabkan oleh
bakteri atau
virus

PSIDI 3x5ml Obat Untuk


tradisional meningkatkan
trombosit
Parental :
Injeksi 12,5mg/ Antasida Untuk
ranitidine 12jam menghambat
sekresi asam
lambung

Injeksi 2mg/12 Antasida Untuk


ondancentr jam mengatasi mual
on muntah
KLIEN 2
30 Mei Cairan :
2017 Infus 15tpm Larutan Untuk
Asering makro elektrolit pengobatan
asidosis yang
berhubungan
dengan
dehidrasi dan
kehilangan ion
alkali dari tubuh
55

Parenteral :
Paracetam 3x120 Analgesik non Meredakan Rasa
ol syrup mg narkotik Sakit dan
Demam

PSIDI 3x5ml Obat tradisional Untuk


meningkatkan
trombosit
Parental :
Injeksi 12,5/12 Antasida Untuk
ranitidine jam menghambat
sekresi asam
lambung

Injeksi 125mg/ Antikoagulan Untuk


asamtranex 12 mengatasi
samat Jam perdarahan
31 Mei Cairan :
2017 Infus 15tpm Larutan Untuk
Asering makro elektrolit pengobatan
asidosis yang
berhubungan
dengan
dehidrasi dan
kehilangan ion
Parenteral : alkali dari tubuh

Paracetam 3x120 Analgesik non Meredakan Rasa


ol syrup mg Sakit dan
narkotik
Demam

PSIDI 3x5ml Obat tradisional Untuk


meningkatkan
Parental : trombosit

Injeksi 12,5mg Antasida Untuk


ranitidine /12 jam menghambat
sekresi asam
lambung

Injeksi 125mg/ Untuk


Antikoagulan
asamtranex 12 mengatasi
samat Jam perdarahan
1 Juni Cairan :
2017 Infus 15tpm Larutan Untuk
Asering makro elektrolit pengobatan
asidosis yang
berhubungan
dengan
dehidrasi dan
kehilangan ion
alkali dari tubuh

Parenteral :
Paracetam 3x120 Analgesik non Meredakan Rasa
ol syrup mg narkotik Sakit dan
Demam
56

PSIDI 3x5ml Obat tradisional Untuk


meningkatkan
trombosit

Parental :
Injeksi 12,5mg Antasida Untuk
ranitidine /12 jam menghambat
sekresi asam
lambung

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.7

ANALISA DATA PROBLEM ETIOLOGI


KLIEN 1
Ds: kekurangan volume Kegagalan mekanisme
- Klien mengatakan cairan regulasi
badannya lemas.

Do:
- Mukosa bibir
kering
- Turgor kulit
lambat
- Anak tampak
pucat dan lemas
- Balance cairan -
51,61cc
Ds : Hipertermia proses penyakit (viremia).
- Ayah klien
mengatakan An.R
panas sudah 4 hari
Do :
- Akral teraba
hangat , kulit
tampak
kemerahan,
mukosa bibir
kering
- Suhu tubuh
38,5ºC
- Nadi : 89x/menit
- Rr : 20x/menit
- TD : 110/80
mmHg
- Trombosit 65ˆ³/Ul
- Leukosit 2,7ˆ³/Ul
Ds : Resiko Perdarahan Koagulopati inheren
- Ayah klien (trombositopenia)
mengatakan hasil
LAB trombosit
pada An.R turun.
- Ayah klien
mengatakan
anaknya ada
57

bintik-bintik
merah pada
badan.
Do :
- Klien tampak
lemas
- Tampak bintik
merah pada
badan.
- Hasil
laboratorium
Hemoglobin: 10,8
gr/dL
Leukosit : 2,7 ˆ³/uL
Trombosit : 65 ˆ³/uL
Hematokrit : 31,4 %
KLIEN 2
Ds: kekurangan volume Kegagalan mekanisme
- Klien mengatakan cairan regulasi
badannya lemas.

Do:
- Mukosa bibir
kering
- Turgor kulit
lambat
- Anak tampak
pucat dan lemas
- Balance cairan -
90,63cc
Ds : Hipertermia proses penyakit (viremia).
- Ibu klien
mengatakan An.A
panas sudah 3 hari
Do :
- Akral teraba
hangat , kulit
tampak
kemerahan
- Suhu tubuh
38,8ºC
- Nadi : 80x/menit
- Rr : 22x/menit
- TD : 100/70
mmHg
- Trombosit 35ˆ3Ul
- Leukosit 8,8ˆ3/Ul
Ds : Nyeri akut Agen cidera biologis
- Klien mengatakan
nyeri pada perut
P : klien mengatakan
nyeri perut saat
duduk
Q : klien mengatakan
nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan
nyeri pada bagian
58

ulu hati
S : skala nyeri 5
T : klien mengatakan
nyeri terus-
menerus
Do :
- Klien tampak
meringis
kesakitan saat
dipalpasi bagian
perut (ulu hati)
- Tand-tanda vital:
- TD : 100/70
mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu tubuh
38,8ºC
- Rr : 22x/menit
Ds : Resiko Perdarahan Koagulopati inheren
- Ibu pasien (trombositopenia)
mengatakan hasil
LAB trombosit
pada An.A turun.
- Ibu pasien
mengatakan
anaknya ada
bintik-bintik
merah pada
tangan.
Do :
- Pasien tampak
lemas
- Tampak bintik
merah pada
tangan.
- Hasil
laboratorium
Hemoglobin:12,5gr/dL
Leukosit : 8,8 ˆ3/uL
Trombosit : 35 ˆ3/uL
Hematokrit : 36,4 %

4.1.4 Diagnosa keperawatan

Tabel 4.8

NO KLIEN 1 KLIEN 2
DIAGNOSA
1 Kekurangan volume cairan Kekurangan volume cairan
b.d kegagalan mekanisme b.d kegagalan mekanisme
regulasi. regulasi.
Ditandai dengan pasien Ditandai dengan pasien
mengatakan badannya mengatakan badannya
lemas. Mukosa bibir kering, lemas. Mukosa bibir kering,
Turgor kulit lambat, Anak Turgor kulit tidak elastic,
59

tampak pucat dan lemas, Anak tampak pucat dan


Balance cairan -51,61cc. lemas, Balance cairan
-90,63cc.
2 Hipertermia b.d proses Hipertermia b.d proses
penyakit (viremia). penyakit (viremia).
Ditandai dengan ayah klien Ditandai dengan ibu klien
mengatakan An.R panas mengatakan An.A panas
sudah 4 hari. Akral teraba sudah 3 hari. Akral teraba
hangat, wajah tampak hangat, wajah tampak
kemerahan, mukosa bibir kemerahan, Suhu tubuh
kering, Suhu tubuh 38,5ºC, 38,8ºC, Nadi : 80x/menit, Rr
Nadi : 89x/menit, Rr : : 22x/menit, TD : 100/70
20x/menit, TD : 110/80 mmHg, Trombosit 35ˆ3Ul,
mmHg, Trombosit 65ˆ3/Ul, Leukosit 8,8ˆ3/Ul
Leukosit 2,7ˆ3/Ul.
3 Resiko perdarahan b.d Nyeri akut b.d agen cidera
koagulopati inheren biologis. Ditandai dengan
(trombositopenia). Klien mengatakan nyeri
Ditandai dengan ayah klien pada perut, pengkajian nyeri
mengatakan hasil LAB P : klien mengatakan nyeri
trombosit pada An.R turun, perut saat duduk
Ayah klien mengatakan Q : klien mengatakan nyeri
anaknya ada bintik-bintik seperti ditusuk-tusuk
merah pada badan. Pasien R : klien mengatakan nyeri
tampak lemas, Tampak pada bagian ulu hati
bintik merah pada badan. S : skala nyeri 5
Hasil laboratorium : T : klien mengatakan nyeri
Hemoglobin : 10,8 gr/dL terus-menerus.
Leukosit : 2,7 ˆ3/uL Klien tampak meringis
Trombosit : 65 ˆ3/uL kesakitan saat dipalpasi
Hematokrit : 31,4 % bagian perut (ulu hati)
4 - Resiko perdarahan b.d
koagulopati inheren
(trombositopenia).
Ditandai dengan Ibu pasien
mengatakan hasil LAB
trombosit pada An.A turun.
Ibu pasien mengatakan
anaknya ada bintik-bintik
merah pada badan. Pasien
tampak lemas, Tampak
bintik merah pada tangan.
Hasil laboratorium
Hemoglobin : 12,5 gr/dL
Leukosit : 8,8 ˆ3/uL
Trombosit : 35 ˆ3/uL
Hematokrit : 36,4 %
60

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.9

DIAGNOSA TUJUAN dan KRITERIA PERENCANAAN


KEPERAWATAN HASIL
KLIEN 1
Kekurangan Setelah Dilakukan Tindakan Manajemen
volume cairan b.d Keperawatan Selama 3x24 elektrolit/cairan :
Kegagalan Jam Diharapkan Kebutuhan 1. Monitor tanda-
mekanisme regulasi Cairan Dapat Terpenuhi tanda vital
. Dengan KH: 2. Pantau adanya
a. Frekuensi Dan Irama tanda dan gejala
Nadi Dalam Batas dehidrasi
Normal 3. Tingkatkan intake
b. Keseimbangan intake dan cairan per oral
output dalam 24 jam pasien yang
terpenuhi sesuai
c. Elasitas Turgor Baik 4. Monitor balance
d. Membran Mukosa cairan
Lembab
Hipertermia b.d Setelah Dilakukan Tindakan Perawatan demam :
proses penyakit Keperawatan Selama 3x24 1. Monitor suhu dan
(viremia) Jam masalah diharapkan tanda-tanda vital
hipertermia dapat teratasi lainnya
dengan Kreiteria Hasil: 2. Monitor warna
a. Suhu tubuh dalam rentang kulit dan suhu
normal (36,5-37,5ºC) 3. Anjurkan klien
b. Nadi dan respiratory rate untuk
dalam rentang normal menggunakan
c. Tidak ada perubahan selimut atau
warna kulit dan tidak ada pakaian tipis
pusing 4. Berikan metode
pendinginan
eksternal
(kompres
hangat).
Pengaturan suhu :
1. Monitor suhu
paling tidak tiap 2
jam
2. Berikan
pengobatan
antipiretik
Resiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
b.d koagulopati keperawatan selama 3x24 jam tanda-tanda
inheren diharapkan masalah resiko vital.
(trombositopenia). perdarahan dapat teratasi 2. Observasi
dengan kriteria hasih : tanda-tanda
a. Vital sign dalam batas perdarahan.
normal 3. Catat nila hasil
TD: 120/80mmHg laboratorium
N: 70-100x/menit secara rutin
S: 36,5ºC-37,5 ºC terutama nilai
RR: 16-24x/menit trombosit.
b. Tidak ada tanda-tanda 4. Anjurkan
61

perdarahan (ptekie, keluarga klien


perdarahan gusi, untuk
mimisan). meningkatkan
c. Hasil pemeriksaan intake
laboratorium dalam batas makanan yang
normal mengandung
Hemoglobin:11,5-16,5 vitamin K.
gr/Dl 5. Kolaborasi
leukosit 5,0-14,0ˆ3ul dengan dokter
trombosit 150-440ˆ3/ul dalam
hematokrit 35,0-49,0 %. pemberian
obat.
KLIEN 2
Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen
volume cairan b.d keperawatan selama 3x24 jam elektrolit/cairan :
Kegagalan diharapkan kebutuhan cairan 1. Monitor tanda-
mekanisme regulasi dapat terpenuhi dengan KH: tanda vital
a. Frekuensi Dan Irama 2. Pantau adanya
Nadi Dalam Batas tanda dan gejala
Normal dehidrasi
b. Keseimbangan intake dan 3. Tingkatkan intake
output dalam 24 jam cairan per oral
terpenuhi pasien yang
c. Elasitas Turgor Baik sesuai
d. Membran Mukosa 4. Monitor balance
Lembab cairan.
Hipertermia b.d Setelah Dilakukan Tindakan Perawatan demam :
proses penyakit Keperawatan Selama 3x24 1. Monitor suhu dan
(viremia). Jam masalah diharapkan tanda-tanda vital
hipertermia dapat teratasi lainnya
dengan Kreiteria Hasil: 2. Monitor warna
a. Suhu tubuh dalam rentang kulit dan suhu
normal (36,5-37,5ºC) 3. Anjurkan klien
b. Nadi dan respiratory rate untuk
dalam rentang normal menggunakan
c. Tidak ada perubahan selimut atau
warna kulit dan tidak ada pakaian tipis
pusing 4. Berikan metode
pendinginan
eksternal
(kompres
hangat).
Pengaturan suhu :
1. Monitor suhu
paling tidak tiap 2
jam
2. Berikan
pengobatan
antipiretik
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi vital
cidera biologis. keperawatan selama 3x8 jam sign
diharapkan masalah nyeri 2. Observasi nyeri
dapat teratasi dengan kriteria klien dengan
hasi : mengkaji nyeri
a. Klien dapat mengontrol (P,Q,R,S,T)
nyeri (mampu melakukan 3. Ajarkan teknik
cara mengontrol nyeri mengontrol nyeri
dengan teknik non relaksasi nafas
62

farmakologi relaksasi dalam


nafas dalam) 4. Kolaborasi
b. Klien myatakan nyeri dengan dokter
akut berkurang dari 6-0 dalam pemberian
c. Klien tampak nyaman dan analgetik
rileks
d. Vital sign dalam batas
normal :
TD: 120/80mmHg
N : 70-100x/menit
S : 36,5ºC-37,5ºC
RR : 16-24x/menit
Resiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
b.d koagulopati keperawatan selama 3x24 jam tanda-tanda
inheren diharapkan masalah resiko vital.
(trombositopenia). perdarahan dapat teratasi 2. Observasi
dengan kriteria hasih : tanda-tanda
a. Vital sign dalam batas perdarahan.
normal 3. Catat nila hasil
TD: 120/80mmHg laboratorium
N: 70-100x/menit secara rutin
S: 36,5ºC-37,5 ºC terutama nilai
RR: 16-24x/menit trombosit.
b. Tidak ada tanda-tanda 4. Anjurkan
perdarahan (ptekie, keluarga klien
perdarahan gusi, untuk
mimisan). meningkatkan
c. Hasil pemeriksaan intake makanan
laboratorium dalam batas yang
normal mengandung
Hemoglobin:11,5-16,5 vitamin K.
gr/Dl 5. Kolaborasi
leukosit 5,0-14,0ˆ3ul dengan dokter
trombosit 150-440ˆ3/ul dalam
hematokrit 35,0-49,0 %. pemberian obat.

4.1.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.10

N 25 MEI 2017 26 MEI 2017 27 MEI 2017


O KLIEN 1
IMPLEMENTASI
1 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji
keadaan keadaan keadaan
umum dan umum dan umum dan
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
vital klien. vital klien. vital klien.

08.30 Mengkaji 12.00 Mengkaji 08.10 Mengkaji


tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
dehidrasi dehidrasi dehidrasi

08.45 Memonitor 12.30 Memonitor 08.30 Memonitor


Balance Balance Balance
cairan cairan cairan
63

09.00 Menganjurk 12.45 Menganjurkan 08.45 Menganjurka


an keluarga keluarga klien n keluarga
klien untuk untuk klien untuk
memberikan memberikan memberikan
banyak banyak banyak
minum pada minum pada minum pada
klien klien (±1400- klien (±1400-
(±1400- 2000cc) per 2000cc) per
2000cc) per hari hari
hari
11.00 Menginjeksi 12.00 Menginjeksi
11.00 Menginjeksi ranitidine ranitidine
ranitidine 12,5mg 2mg/12jam
12,5mg /12jam
/12jam 12.00 Menginjeksi
11.00 Menginjeksi ondancentron
11.00 Menginjeksi ondancentron /12jam
ondancentro 2mg /12jam
n 2mg
/12jam 11.00 Menginjeksi
asamtranexsa
11.00 Menginjeksi mat
asamtranexs 125mg/12jam
amat
125mg/12ja
m
2 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji
keadaan keadaan keadaan
umum dan umum dan umum dan
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
vital klien. vital klien. vital klien.

08.10 Memberikan 08.10 Memberikan 10.00 Memantau


kompres kompres suhu tubuh
hangat pada hangat pada dan warna
klien. klien. kulit klien

08.10 Memberikan 11.00 Memberikan 12.00 Memberikan


obat oral obat oral obat oral
paracetamol paracetamol paracetamol
syrup syrup syrup
3x120mg 3x120mg 3x120mg

11.00 Memberikan 11.00 Memberikan 12.00 Memberikan


obat oral obat oral obat oral
cefixime cefixime cefixime
2x200mg 2x200mg 2x200mg

13.00 Memantau 13.00 Memantau


suhu tubuh suhu tubuh
dan warna dan warna
kulit klien kulit klien

13.15 Menganjurkan
keluarga klien
untuk
memakaikan
selimut dan
64

pakaian yang
tipis
3 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji
keadaan keadaan keadaan
umum dan umum dan umum dan
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
vital klien. vital klien. vital klien.

09.00 Mengkaji 09.00 Mengkaji 11.00 Mengkaji


tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
perdarahan perdarahan perdarahan

09.15 Menganjurk 09.10 Menganjurkan 11.15 Menganjurka


an keluarga keluarga klien n keluarga
klien untuk untuk klien untuk
memberikan memberikan memberikan
minum jus minum jus minum jus
jambu pada jambu pada jambu pada
klien 1 gelas klien 1 gelas klien 1 gelas
(±200cc) (±200cc) (±200cc)

11.00 Memberikan 09.15 Memberikan 12.00 Memberikan


obat oral obat oral obat oral
PSIDI PSIDI 3x5ml PSIDI 3x5ml
3x5ml
11.15 Menganjurkan 11.30 Menganjurka
keluarga klien n keluarga
untuk klien untuk
meningkatkan meningkatka
intake n intake
makanan yang makanan
mengandung yang
vitamin K mengandung
vitamin K
N 30 MEI 2017 31 MEI 2017 01 JUNI 2017
O KLIEN 2
IMPLEMENTASI
1 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji
keadaan keadaan keadaan
umum dan umum dan umum dan
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
vital klien. vital klien. vital klien.

08.30 Mengkaji 08.45 Mengkaji 08.15 Mengkaji


tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
dehidrasi dehidrasi dehidrasi

08.45 Memonitor 09.00 Memonitor 08.30 Memonitor


Balance Balance Balance
cairan cairan cairan

09.00 Menganjurk 09.10 Menganjurkan 08.45 Menganjurka


an keluarga keluarga klien n keluarga
klien untuk untuk klien untuk
memberikan memberikan memberikan
banyak banyak banyak
minum pada minum pada minum pada
klien klien (±1400- klien (±1400-
65

(±1400- 2000cc) per 2000cc) per


2000cc) per hari hari
hari
11.00 Menginjeksi 11.00 Menginjeksi
11.00 Menginjeksi ranitidine ranitidine
ranitidine 12,5mg/12jam 12,5mg/12ja
12,5mg m
/12jam 11.00 Menginjeksi
asamtranexsa
11.00 Menginjeksi mat
asamtranexs 125mg/12jam
amat
125mg/12ja
m
2 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji
keadaan keadaan keadaan
umum dan umum dan umum dan
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
vital klien. vital klien. vital klien.

09.30 Memberikan 08.15 Memberikan 10.00 Memantau


kompres kompres suhu tubuh
hangat pada hangat pada dan warna
klien. klien. kulit klien

09.30 Memberikan 08.15 Memberikan 11.00 Memberikan


obat oral obat oral obat oral
paracetamol paracetamol paracetamol
syrup syrup syrup
3x120mg 3x120mg 3x120mg

12.00 Memantau 12.00 Memantau


suhu tubuh suhu tubuh
dan warna dan warna
kulit klien kulit klien

12.10 Menganjurkan
keluarga klien
untuk
memakaikan
selimut dan
pakaian yang
tipis
66

3 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji


keadaan keadaan keadaan
umum dan umum dan umum dan
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
vital klien vital klien vital klien

10.20 Mengobserv 10.10 Mengobservas 09.00 Mengobserva


asi nyeri i nyeri klien si nyeri klien
klien dengan dengan dengan
mengkaji mengkaji mengkaji
nyeri nyeri nyeri
(P,Q,R,S,T) (P,Q,R,S,T) (P,Q,R,S,T)

10.30 Mengajarkan 10.20 Mengulang 09.15 Menganjurka


teknik non teknik non n klien untuk
farmakologi farmakologi melakukan
relaksasi relaksasi nafas teknik non
nafas dalam dalam farmakologi
relaksasi
10.45 Berkolabora 11.00 Berkolaborasi nafas dalam
si dengan dengan dokter jika nyeri
dokter dalam dalam muncul
pemberian pemberian
obat obat
(Menginjeks (Menginjeksi
i ranitidine ranitidine
12,5mg 12,5mg
/12jam) /12jam)
4 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji 08.00 Mengkaji
keadaan keadaan keadaan
umum dan umum dan umum dan
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
vital klien. vital klien. vital klien.

10.00 Mengkaji 09.45 Mengkaji 10.30 Mengkaji


tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
perdarahan perdarahan perdarahan

10.10 Menganjurk 10.00 Menganjurkan 10.45 Menganjurka


an keluarga keluarga klien n keluarga
klien untuk untuk klien untuk
memberikan memberikan memberikan
minum jus minum jus minum jus
jambu pada jambu pada jambu pada
klien 1 gelas klien 1 gelas klien 1 gelas
(±200cc) (±200cc) (±200cc)

11.00 Memberikan 11.00 Memberikan 11.00 Memberikan


obat oral obat oral obat oral
PSIDI PSIDI 3x5ml PSIDI 3x5ml
3x5ml
11.10 Menganjurkan 11.15 Menganjurka
keluarga klien n keluarga
untuk klien untuk
meningkatkan meningkatka
intake n intake
makanan yang makanan
mengandung yang
67

vitamin K mengandung
vitamin K

4.1.7 Evaluasi

Tabel 4.11

NO HARI 1 HARI 2 HARI 3


DX
KLIEN 1
1 S: S: S:
Ayah klien Ayah klien Ayah klien
mengatakan mengatakan An.R mengatakan An.R
An.R sudah sudah mulai sudah mulai
minum banyak minum banyak minum
sebanyak sebanyak ±400cc sebanyak ±700cc
±200cc dalam dalam satu hari dalam satu hari
satu hari O: O:
O: - Pasien tampak - Pasien tampak
- Pasien tampak lemas, mukosa sudah tidak
lemas, Mukosa bibir lemas, mukosa
bibir tampak kering,turgor bibir lembab,
kering, turgor kulit tidak elastis. turgor kulit
kulit tidak - Balance cairan elastis
elastis. -11,61cc - Balance cairan
- Balance cairan A: 537,14 cc
-51,61cc Masalah A:
A: kekurangan Masalah
Masalah volume cairan kekurangan
kekurangan belum teratasi volume cairan
volume cairan P: teratasi
belum teratasi lanjutkan P:
P: intervensi Hentikan
Lanjutkan - Monitor balance intervensi
intervensi cairan
- Monitor - Anjurkan klien
balance cairan. banyak minum
- Anjurkan klien (±1400-2000cc)
banyak minum per hari
(±1400-2000cc)
per hari
2 S: S: S:
Ayah klien Ayah klien Ayah klien
mengatakan mengatakan mengatakan
anaknya panas anaknya masih anaknya sudah
hari ke 4 panas tidak panas
O: O: O:
- Kulit teraba - Kulit teraba - Kulit teraba
panas ,kulit panas ,kulit hangat ,kulit
tampak tampak tampak tidak
kemerahan, kemerahan, suhu kemerahan, suhu
suhu tubuh tubuh 37,8 ºC tubuh 37,0 ºC
38,2ºC panas - Hasil - Hasil
hari ke 4 laboratorium laboratorium
- Hasil Trombosit : 40ˆ³/ul Trombosit :120ˆ³/ul
laboratorium Leukosit : 4,1ˆ³/ul Leukosit : 7,1ˆ³/ul
68

Trombosit:65ˆ³/ul A: A:
Leukosit :2,7ˆ³/ul Masalah Masalah
A: hipertermia hipertermia sudah
Masalah belum teratasi teratasi
hipertermia P : P :
belum teratasi Lanjutkan Hentikan
P : intervensi intervensi
Lanjutkan - Monitor suhu
intervensi tubuh
- Monitor suhu - Berikan kompres
tubuh hangat pada
- Berikan bagian aksila
kompres hangat - Anjurkan banyak
pada bagian minum
aksila - Anjurkan
- Anjurkan keluarga klien
banyak minum untuk
- Kolaborasi mengenakan
pemberian obat selimut dan baju
oral yang tipis pada
paracetamol klien
- Kolaborasi
pemberian obat
oral paracetamol
3 S: S: S:
Ayah klien Ayah klien Ayah klien
mengatakan mengatakan mengatakan
anaknya ada bintik-bintik bintik-bintik
bintik-bintik merah pada merah pada
merah pada anaknya sudah anaknya sudah
badan berkurang tidak ada
O: O: O:
- Pasien tampak -Pasien tampak - Tampak ptekie
lemas lemas sudah tidak ada,
- Tampak bintik - Tampak bintik tidak terjadi
merah pada merah pada perdarahan gusi,
badan. badan sudah maupun melena.
- Hasil mulai berkurang. - Hasil
laboratorium - Hasil laboratorium
Hemoglobin:10,8 laboratorium Hemoglobin:10,7
gr/dl Hemoglobin:12,0 gr/dl
Leukosit:2,7ˆ³/ul gr/dl Leukosit : 7,1 ˆ³/uL
Trombosit:65ˆ³/ul Leukosit : 4,1ˆ³/uL Trombosit:120ˆ³/ul
Hematokrit:31,4 Trombosit:40 ˆ³/uL Hematokrit :31,9 %
% Hematokrit : 35,1%
A: A: A:
Masalah resiko Masalah resiko Masalah resiko
perdarah pada perdarah pada perdarah pada
kulit (ptekie) kulit (ptekie) kulit (ptekie)
belum terarasi belum terarasi teratasi sebagian
P: P: P:
Lanjutkan Lanjutkan Lanjutkan
intervensi intervensi intervensi
- Pantau tanda- - Pantau tanda- - Anjurkan
tanda tanda perdarahan keluarga klien
perdarahan (gusi, ptekie, untuk
(gusi, ptekie, melena) memberikan jus
melena) - Berikan jus jambu merah
69

- Berikan jus jambu merah (±200cc) saat


jambu merah (±200cc) dirumah untuk
(±200cc) - Anjurkan meningkatkan
- Anjurkan keluarga klien trombosit
keluarga klien untuk menanbah - Anjurkan
untuk intake makanan keluarga klien
menanbah yang untuk menanbah
intake makanan mengandung intake makanan
yang vitamin K yang
mengandung mengandung
vitamin K vitamin K saat
dirumah

KLIEN 2
1 S: S: S:
Ibu klien Ibu klien Ibu klien
mengatakan mengatakan mengatakan
An.A sudah An.A sudah An.A sudah
minum mulai banyak mulai banyak
sebanyak minum sebanyak minum sebanyak
±400cc dalam ±500cc dalam ±700cc dalam
satu hari satu hari satu hari
O: O: O:
- Pasien tampak - Pasien tampak - Pasien tampak
lemas, Mukosa lemas, mukosa sudah tidak
bibir tampak bibir lemas, mukosa
kering, turgor kering,turgor bibir lembab,
kulit lambat kulit lambat turgor kulit
- Balance cairan - Balance cairan elastis/baik
-90,63cc -30,63cc - Balance cairan
A: A: 408,12cc
Masalah Masalah A:
kekurangan kekurangan Masalah
volume cairan volume cairan kekurangan
belum teratasi belum teratasi volume cairan
P: P: teratasi
Lanjutkan lanjutkan P:
intervensi intervensi Hentikan
- Monitor - Monitor balance intervensi
balance cairan cairan
- Anjurkan klien - Anjurkan klien
banyak minum banyak minum
(±1400-2000cc) (±1400-2000cc)
per hari per hari
2 S: S: S:
Ibu klien Ibu klien Ibu klien
mengatakan mengatakan mengatakan
anaknya panas anaknya masih anaknya sudah
sudah 3 hari panas tidak panas
O: O: O:
- Kulit teraba - Kulit teraba - Kulit teraba
panas ,kulit panas ,kulit hangat ,kulit
tampak tampak tampak tidak
kemerahan, kemerahan, suhu kemerahan, suhu
suhu tubuh tubuh 37,8 ºC tubuh 36,8 ºC
38,5ºC panas - Hasil - Hasil
hari ke 3 laboratorium laboratorium
- Hasil Trombosit : 52ˆ³/ul Trombosit: 110ˆ³/ul
70

laboratorium Leukosit : 5,8ˆ³/ul Leukosit : 4,1ˆ³/ul


Trombosit:35ˆ³/ul A: A:
Leukosit : 8,8ˆ³/ul Masalah Masalah
A: hipertermia hipertermia sudah
Masalah belum teratasi teratasi
hipertermia P : P :
belum teratasi Lanjutkan Hentikan
P : intervensi intervensi
Lanjutkan - Monitor suhu
intervensi tubuh
- Monitor suhu - Berikan kompres
tubuh hangat pada
- Berikan bagian aksila
kompres hangat - Anjurkan banyak
pada bagian minum
aksila - Anjurkan
- Anjurkan keluarga klien
banyak minum untuk
- Kolaborasi mengenakan
pemberian obat selimut dan baju
oral yang tipis pada
paracetamol klien
- Kolaborasi
pemberian obat
oral paracetamol
3 S: S: S:
Klien Klien Klien
mengatakan mengatakan mengatakan
nyeri pada nyeri sudah nyeri pada perut
perut berkurang sudah tidak
P: klien mengatakan P: klien mengatakan terasa
nyeri perut saat nyeri perut saat P: klien mengatakan
duduk duduk sudah tidak nyeri
Q:klien mengatakan Q:klien mengatakan perut
nyeri seperti nyeri seperti Q: -
ditusuk-tusuk ditusuk-tusuk R: -
R:klien mengatakan R:klien mengatakan S:skala nyeri 0
nyeri pada bagian nyeri pada bagian T:klien mengatakan
ulu hati ulu hati nyeri sudah tidak
S:skala nyeri 5 S:skala nyeri 3 muncul
T:klien mengatakan T:klien mengatakan O:
nyeri terus- nyeri terus- - Klien tampak rileks
menerus menerus dan tersenyum
O: O: - Tand-tanda vital:
- Klien tampak - Klien tampak rileks TD : 120/80 mmHg
meringis - Tand-tanda vital: Nadi : 70x/menit
kesakitan saat TD : 110/70 mmHg Suhu tubuh 36,8ºC
dipalpasi bagian Nadi : 82x/menit RR : 22x/menit
perut (ulu hati) Suhu tubuh 38,0ºC A:
- Tand-tanda vital: RR : 24x/menit Masalah nyeri
TD : 100/70 mmHg A: akut teratasi
Nadi : 80x/menit Masalah nyeri P:
Suhu tubuh 38,8ºC belum teratasi Hentikan
RR : 22x/menit P: intervensi
A: Lanjutkan
Masalah nyeri intervensi
belum teratasi - Kaji status nyeri
P: klien (P,Q,R,S,T)
71

Lanjutkan - Ajarkan teknik non


intervensi farmakologi
- Kaji status nyeri relaksasi nafas
klien (P,Q,R,S,T) dalam
- Ajarkan teknik - Kolaborasi dengan
non farmakologi dokter dalam
relaksasi nafas pemberian
dalam analgetik
- Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
analgetik
4 S: S: S:
Ibu klien Ibu klien Ibu klien
mengatakan mengatakan mengatakan
anaknya ada bintik-bintik bintik-bintik
bintik-bintik merah pada merah pada
merah pada tangan anaknya tangan anaknya
tangan sudah berkurang sudah tidak ada
O: O: O:
- Pasien tampak - Pasien tampak - Tampak ptekie
lemas lemas sudah tidak ada,
- Tampak bintik - Tampak bintik tidak terjadi
merah pada merah pada perdarahan gusi,
lengan. lengan sudah maupun melena.
- Hasil mulai berkurang. - Hasil
laboratorium - Hasil laboratorium
Hemoglobin:12,5 laboratorium Hemoglobin:11,8
gr/dl Hemoglobin:11,5 gr/dl
Leukosit:8,8ˆ³/uL gr/dl Leukosit : 4,1ˆ³/uL
Trombosit:35ˆ³/ul Leukosit :5,8 ˆ³/uL Trombosit:110 ˆ³/ul
Hematokrit:36% Trombosit:52 ˆ³/uL Hematokrit :35,0 %
Hematokrit:34,0 %
A: A: A:
Masalah resiko Masalah resiko Masalah resiko
perdarah pada perdarah pada perdarah pada
kulit (ptekie) kulit (ptekie) kulit (ptekie)
belum terarasi belum terarasi teratasi sebagian
P: P: P:
Lanjutkan Lanjutkan Lanjutkan
intervensi intervensi intervensi
- Pantau tanda- - Pantau tanda- - Anjurkan
tanda tanda perdarahan keluarga klien
perdarahan (gusi, ptekie, untuk
(gusi, ptekie, melena) memberikan jus
melena) - Berikan jus jambu merah
- Berikan jus jambu merah (±200cc) saat
jambu merah (±200cc) dirumah untuk
(±200cc) - Anjurkan meningkatkan
- Anjurkan keluarga klien trombosit
keluarga klien untuk menanbah - Anjurkan
untuk intake makanan keluarga klien
menanbah yang untuk menanbah
intake makanan mengandung intake makanan
yang vitamin K yang
mengandung mengandung
vitamin K vitamin K saat
dirumah
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan

pada An.R dan An.A yang mengalami demam berdarah dengue di

Bangsal Melati RSUD Ungaran yang sudah dilaksanakan penulis pada

tanggal 22 Mei 2017-24 Mei 2017 dengan masalah hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

5.1.1 Pengkajian

Dalam hasil pengkajian penulis pada klien 1 dan klien 2

didapatkan data bahwa An.R datang dengan keluhan utama

mengalami hipertermia sudah 4 hari dan An.A mengalami

hipertermia sudah 3 hari. Menurut jurnal penelitian gejala DBD

ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu demam tinggi 2-7 hari,

perdarahan terutama pada kulit, hepatomegali (wiwik dkk, 2013).

Hal ini menunjukan bahwa antara hasil studi kasus dan teori tidak

terdapat kesenjangan karena klien 1 dan klien 2 demam terjadi pada

batasan karakteristik demam berdarah dengue. Sesuai dengan

pendapat Ridha (2014), bahwa dalam pengkajian awal pada kasus

demam berdarah dengue, keluhan utama yang ditemukan yaitu

demam tinggi selama 2-7 hari.

Pada tahap pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan

data pada klien 1 ayah klien mengatakan pada hari senin 22 mei

2017 pagi An.R panas. Sebelum masuk rumah sakit An.R sudah

72
73

diberi obat penurun panas tetapi selama 3 hari tidak turun kemudian

An.R dibawa ke IGD RSUD Ungaran pada tanggal 24 mei 2017

dengan keluhan badan panas, kepala terasa pusing dan lemas. Pada

klien 2 ibu klien mengatakan An.A panas dari tanggal 28 mei 2017

sebelum masuk rumah sakit An.A sudah dipriksakan ke bidan tetapi

sudah 2 hari panas tidak kunjung turun kemudian pada tanggal 29

mei 2017 jam 21.07 WIB An.A dibawa ke IGD RSUD Ungaran

dengan keluhan panas dan nyeri pada ulu hati. Dalam karakteristik

DBD fase demam berlangsung 2 –7 hari suhu tubuh saat demam

berkisar 39ºC samapai 40ºC, kemudian pada fase akut biasanya

disertai dengan warna kemerahan pada kulit, eritema pada kulit, sakit

kepala, untuk fase demam diperlukan pengobatan untuk

menghilangkan gejala yang timbul, karena selama fase awal demam

sulit dibedakan antara demam dengue dengan DBD perbedaannya

yaitu, pada pasien dengan demam dengue setelah terbebas dari

demam 24 jam tanpa penurun panas makan pasien akan memasuki

fase penyembuhan, sedangkan pada DBD setelah fase demam selesai

maka akan memasuki fase kritis (Setiawati, 2011). Hal ini

menunjukkan bahwa antara studi kasus dan teori yang sudah ada

tidak terdapat kesenjangan.

Dari hasil pengkajian pemeriksaan fisik dan laboratorium yang

didapatkan oleh penulis pada klien An.R adalah klien tampak lemas,

mata anemis, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, mukosa

bibir kering. Pada tanda-tanda vital didapatkan hasil suhu 38,5ºC,


74

pernafasan 20x/menit, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 89x/menit,

muncul ptekie pada badan. Penulis juga mendapatkan hasil

pemeriksaan laboratorium pada tanggal 25 Mei 2017 yaitu hasil,

Trombosit 65 ribu/µL (nilai normal 15-440 ribu/µL). Sedangkan

hasil pengkajian yang didapatkan oleh penulis pada klien An.A

adalah klien tampak lemas, mata anemis, kulit teraba hangat, kulit

tampak kemerahan, mukosa bibir kering. Pada tanda-tanda vital

didapatkan hasil suhu 38,8ºC, pernafasan 22x/menit, tekanan darah

100/70 mmHg, nadi 80x/menit, muncul ptekie pada tangan. Penulis

juga mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 30

Mei 2017 yaitu, Trombosit 35 ribu/µL (nilai normal 15-440

ribu/µL).

Pada teori pengkajian yang dikemukaan oleh (Lestari, 2016)

bahwa pada klien dengan DBD akan tampak pengkajian seperti

klien sadar, gelisah dan rewel (DBD tanpa syok), pasien tidak sadar ,

lemah, lesu, lunglai tekanan darah menurun (DBD dengan syok).

Muka tampak kemerahan karenan demam (flusy), Mata anemis,

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa bibir kering, Adanya ptechiae

pada kulit, turgor kulit menurun. Hal ini menunjukan bahwa antara

hasil studi kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan karena klien 1

dan klien 2 demam terjadi pada batasan karakteristik demam

berdarah dengue.
75

5.1.2 Diagnosa keperawatan

Pada studi kasus yang diuraikan penulis menetapkan diagnosa

keperawatan pada klien An.R dan An.A yaitu hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

Data yang mendukung diagnosa hipertermia yaitu suhu tubuh

diatas batas normal, pada klien 1 data subyektif ayah klien

mengatakan An.R badannya panas sudah 4 hari data obyektifnya

akral teraba hangat , kulit tampak kemerahan, mukosa bibir kering,

tanda- tanda vital suhu tubuh 38,5ºC, nadi 89x/menit, Rr 20x/menit,

TD 110/80 mmHg. Pada klien 2 data subyektif ibu klien mengatakan

An.R badannya panas sudah 3 hari dan data obyektifnya akral teraba

hangat , kulit tampak kemerahan, mukosa bibir kering, tanda- tanda

vital suhu tubuh 38,8ºC, nadi 80x/menit, Rr 22x/menit, TD 100/70

mmHg.

Menurut teori tentang tanda-tanda DBD pada saat fase demam

yaitu demam berlangsung 2 –7 hari suhu tubuh saat demam berkisar

39ºC samapai 40ºC, kemudian pada fase akut biasanya disertai

dengan warna kemerahan pada kulit, eritema pada kulit, mukosa

bibir kering (setiowati 2011). Sedangkan batasan karakteristis

hipertermia konvulsi, kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh

diatas kisaran normal, dan kulit teraba hangat (Heather Hermand,

2015).
76

Dari hasil pengkajian dan batasan karakteristik dapat

disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan

kenyataan.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit (viremia) penulis melakukan intervensi selama 3x24 jam

diharapkan masalah hipertermia dapat teratasi dengan kreiteria hasil

: Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5ºC), nadi dan

respiratory rate dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna

kulit dan tidak ada pusing (Moorhead, et al 2016).

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada

klien 1 dan klien 2 berdasarkan NIC dan berpedoman menggunakan

ONEC (Observation, Nursing, Education, Colaboration) yaitu

perawatan demam monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya,

monitor warna kulit dan suhu, anjurkan klien untuk menggunakan

selimut atau pakaian tipis, berikan metode pendinginan eksternal

(kompres hangat). Pengaturan suhu monitor suhu paling tidak tiap 2

jam, berikan pengobatan antipiretik (Bulechek, et al, 2015).

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Penulis telah melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari,

yang dilakukan sesuai intervensi yang sudah direncanakan yaitu

memonitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya, memonitor warna

kulit dan suhu, menganjurkan klien untuk menggunakan selimut atau

pakaian tipis, memberikan metode pendinginan eksternal (kompres


77

hangat pada bagian aksila), memonitor suhu paling tidak tiap 2 jam,

memberikan pengobatan antipiretik.

Dalam kasus yang dialami An.R dan An.A penulis menggunakan

tindakan nor farmakologis yaitu pemberian kompres sesuai dengan

jurnal penelitian yang dikemukaan oleh Susanti (2012) bahwa

memberikan kompres hangat pada pasien yang bertujuan untuk

membantu menurunkan panas, kompres hangat pada dahi, leher, dan

ketiak dapat menghambat shivering dan dapat menginduksi

vasodilatasi perifer sehingga dapat meningkatkan pengeluaran panas

didalam tubuh. Sedangkan pada kasus ini penulis memberikan

kompres hangat pada bagian aksila sesuai dengan jurnal penelitian

yang dikemukaan oleh Ayu,dkk bahwa kompres hangat pada daerah

aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak

terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat

apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan

memperluad daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan

memungkinkan percepatan perpindahan panas dalam tubuh ke kulit

hingga delapan kali lipat lebih banyak dan pada penelitian ini

didapatkan hasil kompres pada bagian aksila penurunan suhu tubuh

mencapai 0,247ºC sedangkan pada dahi 0,111ºC.

5.1.5 Evaluasi

Pada evaluasi penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu

sesuai SOAP (Subyektif, Obyektif, Asesment, dan Planning).

Evaluasi dilakukan setiap hari selama tiga hari yaitu dari tanggal 25
78

Mei 2017-27 Mei 2017. Hasil evaluasi pada klien 1 terhap An.R

diperoleh hasil sebagai beriku Subyektif ayah klien mengatakan

anaknya sudah tidak panas. Obyektif kulit teraba hangat, kulit

tampak tidak kemerahan, mukosa bibir lembab, suhu tubuh 37,0ºC,

Hasil laboratorium Trombosit : 120ˆ³/ul, Leukosit : 7,1ˆ³/ul.

Asesment masalah hipertermia sudah teratasi. Planning hentikan

intervensi.

Hasil evaluasi pada klien 2 terhap An.A diperoleh hasil sebagai

beriku Subyektif Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas.

Obyektif Kulit teraba hangat ,kulit tampak tidak kemerahan,

mukosa bibir lembab, suhu tubuh 36,8 ºC, Hasil laboratorium

Trombosit : 110ˆ³/ul, Leukosit : 4,13³/ul. Analisa Masalah

hipertermia sudah teratasi. Planning hentikan intervensi.

Kesimpulan dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan

selama tiga hari sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan

serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang

sudah didapatkan pada diagnosa keperawatan hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit (viremia) pada klien 1 dan 2

teratasi dengan kriteria hasil yang diharapkan dan intervensi

dipertahankan. Kriteria hasil yang tercapai adalah terdapat

menurunan suhu tubuh pada klien 1 dari 38,5ºC menjadi 37,0ºC

sedangkan penurunan suhu tubuh pada klien 2 dari 38,8ºC-36,8 ºC

(suhu tubuh dalam rentang normal 36,5ºC-37,5ºC), nadi dan


79

respiratory rate dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna

kulit dan tidak ada pusing (Moorhead, et al 2016).

Kemudian aplikasi pada jurnal penelitian oleh Ayu,dkk

“Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap

Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU

Muhammadiyah Kutoarjo” didapatkan hasil bahwa antara teori

dengan hasil studi kasus tidak ada kesenjangan hal ini terbukti

dengan hasil data sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat.

Kompres hangat sangat efektif untuk menurunkan demam karena

selain menurunkan demam juga dapat mengurangi rasa tidak

nyaman akibat gejala demam yang dirasakan (Susanti 2012).


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi tentang asuhan keperawatan An.R dan An.A

dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruang Melati RSUD Ungaran

metode mengaplikasikan hasil metode pemberian kompres air hangat pada

klien DBD maka dapat ditarik kesimpulan :

6.1.1 Pengkajian

Pada saat pengkajian pada klien 1 dan klien 2 didapatkan data bahwa

An.R datang ke IGD RSUD Ungaran dengan keluhan utama mengalami

hipertermia sudah 4 hari dan An.A mengalami hipertermia sudah 3 hari.

Dari hasil pengkajian yang didapatkan oleh penulis pada klien An.R

adalah kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, mukosa bibir kering.

Pada tanda-tanda vital didapatkan hasil suhu 38,5ºC, pernafasan

20x/menit, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 89x/menit, muncul ptekie

pada badan. Penulis juga mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium

pada tanggal 25 Mei 2017 yaitu, Hamoglobin 10,8 gr/dl (nilai normal

11,5-16,5 gr/dl), Leukosit 2,7 juta/µL (nilai normal 5,0-14,0 juta/µL),

Trombosit 65 ribu/µL (nilai normal 15-440 ribu/µL), Hematokrit 31,4%

(nilai normal 35,0-49,0%). Sedangkan hasil pengkajian yang didapatkan

oleh penulis pada klien An.A adalah kulit teraba hangat, kulit tampak

kemerahan, mukosa bibir kering. Pada tanda-tanda vital didapatkan hasil

suhu 38,8ºC, pernafasan 22x/menit, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi

80
81

80x/menit, muncul ptekie pada tangan. Penulis juga mendapatkan hasil

pemeriksaan laboratorium pada tanggal 30 Mei 2017 yaitu, Hamoglobin

12,5 gr/dl (nilai normal 11,5-16,5 gr/dl), Leukosit 8,8 juta/µL (nilai

normal 5,0-14,0 juta/µL), Trombosit 35 ribu/µL (nilai normal 15-440

ribu/µL), Hematokrit 36,4% (nilai normal 35,0-49,0%).

6.1.2 Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data-data yang didapatkan penulis dari hasil pengkajian

pada An.R dan An.A penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan

hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

6.1.3 Intervensi keperawatan

Berdasarkan diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit (viremia) penulis melakukan intervensi selama 3x24 jam

diharapkan masalah hipertermia dapat teratasi dengan kreiteria hasil :

Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5ºC), nadi dan respiratory

rate dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada

pusing. Intervensi : perawatan demam monitor suhu dan tanda-tanda vital

lainnya, monitor warna kulit dan suhu, anjurkan klien untuk

menggunakan selimut atau pakaian tipis, berikan metode pendinginan

eksternal (kompres hangat pada aksila). Pengaturan suhu monitor suhu

paling tidak tiap 2 jam, berikan pengobatan antipiretik.

6.1.4 Implementasi

Dalam asuhan keperawatan pada An.R dan An.A dengan demam

berdarah dengue diruang Melati RSUD Ungaran penulis telah melakukan

implementasi berdasarkan perencanaan yang penulis rumuskan


82

sebelumnya, penulis menekankan penggunaan kompres hangat pada

bagian aksila.

6.1.5 Evaluasi

Setelah penulis melakukan implementasi, penulis melakukan evaluasi

selama 3kali 24 jam didapatkan hasil, masalah keperawatan hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit (viremia) pada An.R teratasi

dengan hasil yang maksimal sesuai kriteria hasil yang diharapkan, sutu

tubuh klien turun dari 38,5ºC menjadi 37,0ºC. Analisa masalah

hipertermia sudah teratasi, dan planning intervensi dihentikan.

Setelah penulis melakukan implementasi, penulis melakukan evaluasi

selama 3kali 24 jam didapatkan hasil, masalah keperawatan hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit (viremia) pada An.R teratasi

dengan hasil yang maksimal sesuai kriteria hasil yang diharapkan, sutu

tubuh klien turun dari 38,8ºC menjadi 36,8ºC. Analisa masalah

hipertermia sudah teratasi, dan planning intervensi dihentikan.

6.1.6 Analisa hasil

Analisa kondisi pada klien An.R dan An.A yang mengalami demam

berdarah dengue yaitu pasien mengatakan badannya sudah tidak panas

suhu dalam batas normal (36,5ºC-37,5 ºC), mukosa bibir lembab, kulit

tidak tampak kemerahan, badan tidak teraba hangat, klien tampak lebih

segar, dan masalah hipertermia teratasi karena implementasi yang

dilakukan penulis sudah sesuai intervensi yang disusun oleh penulis.


83

6.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD), penulis akan memberikan usulan dan

masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :

6.2.1 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Ungaran dapat

memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerjasama baik

antar tim kesehatan maupun dengan pasien sehingga asuhan

keperawatan yang diberlakukan dapat mendukung kesembuhan pasien.

6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan

yang baik dan selalu berkoodinasi dengan tim kesehatan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien, keluarga, perawat dan tim

kesehatan lain mampu membantu dalam kesembuhan klien serta

memenuhi kebutuhan dasarnya.

6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang

lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang

terampil, inovatif, dan profesional yang mampu memberikan asuhan

keperawatan.

6.2.4 Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

seekfektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan

pada klien secara optimal dan diharapkan bisa memberikan tindakan


84

pengelolaan selanjutnya pada klien dengan DBD dalam pemberian

terapi non farmakologi mengajarkan teknik pemberian kompres air

hangat untuk menurunkan demam.


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, et al. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. 2016.

Singapore: Elsevier.

Dinkes Jateng. (2015). Profil Kesehatan provinsi jawa tengah Tahun 2015,

pemerintahan jawa tengah.

Herdman, Heather. T. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Edisi 10.

2015. Jakarta : EGC.

Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, pemerintahan jawa

tengah.

Laksono. (2008). Analisa Kepuasan dan Hubungan dengan Loyalitas Pasien

Rawat Inap di rumah Sakit Dedi Jaya Kabupaten Brebes. Tesis.

Semarang Universitas Dipenogoro.

Lestari,titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Moorhead, et al. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. 2016.

Singapore : Elsevier.

Misnadiarly. (2009). Demam Berdarah Dengue (DBD) : Ekstrak Daun Jambu Biji

Bisa untuk Mengatasi DBD .Ed.1.- Jakarta. Pustaka Populer Obor.

Nisa Wiwik Durrotum, Notoatmojo Haryono, Rohmani Afiana. (2013),

Karakteristik Demam Berdarah Dengue pada Anak di Rumah Sakit


Roemani Semarang. Jurnal kedokteran Muhamadiyah. Vol 1, No 2,

Tahun 2013.

Pudiastuti ,ratna .(2011). Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : PT INDEKS.

Raihan, Hadinegoro Sri Rejeki, Tumbelaka Alan. Faktor Prognosis Terjadinya

Syok pada Demam Berdarah Dengue. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni

2010.

Setiawati, S. (2011). Thesis Analisis Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Dengue

Syok Sindrom (DSS) pada Anak dengan Demam Berdarah (DBD) di

RSUP Persahabatan dan RSUD Budhi Asih Jakarta. NPM : 0906504991.

Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu

Keperawatan Depok.

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam pada Anak. Penerbit Pustaka Pelajar

EGC, Jakarta, hal 27 –141.

Soedarto. (2012). Buku ajar demam berdarah dengue haemorhagic fever. Jakarta

: EGC

Soegeng, Soegijanto. (2008). Demam Berdarah Dengue Haemoragic fever.

Jakarta: Sugeng Seto.

Suriadi dan R. Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV

Sugeng Seto.
Susanti Nurlaili. (2012). Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat pada

Penatalaksanaan Demam, UIN Maliki, Malang. Saintis. Vol 1, No 1,

September 2012.

Widagdo. (2011). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta :

CV Sugeng Seto.

Wardiyah Aryanti, Setiawati, Romayati Umi. (2016), Perbandingan efektifitas

pemberian kompres hangat dan tepid sponge terhadap penurunan suhu

tubuh anak yang mengalami demam di ruang alamanda RSUD dr. H.

Abdul Moeloek provinsi lampung tahun 2015. Jurnal kesehatan holistik.

Vol 10, No 1, Januari 2016 : 36 – 44.

World Heath Organization. 2011. World Health Statistics 2011. France.

http://www.who.int/mediacenter/factsheets/fs330/en/.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elsa Dewi Rahayu

Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 25 September 1996

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat rumah : Brongkos Rt 02 / Rw 01, Sambi, Sambi, Boyolali

Riwayat pendidikan : TK PERTIWI JATISARI

SD N 2 JATISARI

SMP N 1 SAMBI

SMA N 1 SIMO

Riwayat pekerjaan :-

Riwayat organisasi : PMR WIRA PRASTA BAKTI

Publikasi :-
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
(DIATAS 1 TAHUN )
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An................... DENGAN ............................................
DI........................................

Nama pengkaji :
Tanggal dan jam pengkajian :
Tanggal masuk :
Tanggal praktek :

1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama :
Tempat tanggal lahir :
Nama ayah/ibu :
Pekerjaan ayah :
Pekerjaan ibu :
Alamat :
Agama :
Suku bangsa :
Pendidikan ayah :
Pendidikan ibu :
No.RM :
Diagnosa Medik :
b. Keluhan utama
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Pre natal :
Intra natal :
Paska natal :
c. Riwayat kesehatan masa lampau
- Penyakit waktu kecil :
- Pernah dirawat di RS:
- Obat-obtan yang digunakan:
- Tindakan operasi:
- Alergi :
- Kecelakaan :
- Imunisasi :
d. Riwayat kesehatan keluarga
- Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga:
- Penyakit yang sedang diderita anggota keluarga:
- Genogram :
e. Riwayat sosial
- Yang mengasuh:
- Hubungan dengan anggota keluarga:
- Hubungan dengan teman sebaya:
- Pembawaan secara umum:
- Lingkungan rumah:
f. Kebutuhan dasar sebelum sakit dan selama sakit
a. Makanan yang disukai/ tidak disukai
- Selera makan :
- Frekuensi :
- Porsi makan :
b. Alat makan yang digunakan :
c. Pola tidur
- Kebiasaan sebelum tidur :
- Tidur siang :
d. Mandi
e. Aktifitas bermain
f. Eliminasi
g. Kesehatan saat ini
- Diagnosa medis:
- Tindakan operasi :
- Status nutrisi :
- Obat-obtan :
- Aktivitas :
- Tindakan keperawatan :
- Hasil laboratorium :
- Hasil rontgen :
- Data tambahan :
h. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum :
- TB/BB:
- Lingkar kepala < 2tahun :
- Mata :
- Hidung :
- Mulut :
- Telinga :
- Tengkuk :
- Dada :
- Jantung :
- Paru-paru :
- Perut :
- Punggung :
- Genetalia dan anus :
- Ekstermitas :
- Kulit :
- Pemeriksaan neurologi :
- Tanda-tanda vital
Suhu :
Nadi :
Tekanan darah :
i. Pemeriksaan tingkat perkembanagan ( menggunakan KPSP)
- Adaptasi sosial :
- Bahasa :
- Motorik halu :
- Motorik kasar :
- Kesimpulan pemeriksaan perkembangan :
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Hari/tgl/jam Jenis Hasil & Nilai Analisa
pemeriksaan satuan normal

b. Pemeriksaan diagnostik
Hari/tgl/jam Jenis pemeriksaan Hasil

c. Terapi medis
Tanggal Jenis terapi Cara Dosis Fungsi
pemberian pemberian

d. Ringkasan riwayat kesehatan


.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
ANALISA DATA
Inisial klien : No.RM :
Umur : Tanggal :
No Tgl/jam Data fokus Problem Etiologi TTD

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.
2.
3.

RENCANA KEPERAWATAN
Inisial klien : No.RM :
Umur : Tanggal :
No. Diagnosa Tujuan & KH Intervensi TTD

IMPLEMENTASI
Inisial klien : No.RM :
Umur : Tanggal :
No.Diagnosa Tgl/jam Implementasi Respon TTD
klien
S:
O:
EVALUASI
Inisial klien : No.RM :
Umur : Tanggal :
NO.Diagnosa Tgl/jam Evaluasi TTD
S:
O:
A:
P:
FORMAT PROSEDUR TINDAKAN UMUM

Menurut Purwanti dan Ambarwati (2008) prosedur yang dilakukan yaitu

pemeriksaan tekanan darah terlebih dahulu, suhu tubuh, kemudian diberikan

tindakan kompres air hangat dengan langkah sebagai berikut :

1. Fase orientasi

a. Memberikan salam.

b. Memperkenalkan diri.

c. Kontrak waktu.

d. Menjelaskan tujuan tindakan dan langkah prosedur.

e. Menyiapkan alat (air hangat, alat pengukur suhu thermometer, waslap,

handuk yang bersih, dan baskom yang berisi air hangat.

2. Fase kerja

a. Mencuci tangan.

b. Mengecek terlebih dahulu air hangat dengan menggunakan jari tangan

(hangat suam-suam kuku).

c. Membantu klien pada posisi yang nyaman, terlentang, posisi duduk,

atau tergantung kondisi klien.

d. Mengukur suhu tubuh sebelum diberikan kompres hangat.

e. Kompres air hangat dilakukan sebelum pemberian antipiretik, kompres

air hangat dilakukan sebanyak 3 kali.

f. Mengukur pengukuran suhu tubuh kembali setelah diberikan kompres

hangat.

g. Merapikan pasien.

h. Merapikan alat.
i. Mencuci tangan.

3. Fase terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan.

b. Melakukan kontrak waktu untuk rencana tindak lanjut.

c. Berpamitan.
PENGKAJIAN NYERI PADA ANAK

Menurut Novitasari, et al pengkajian nyeri pada anak adalah sebagai berikut :


1. Pengkajian Nyeri Untuk pasien bayi 0-1 tahun, digunakan skala NIPS
(Neonatal Infant Pain Scale).

Assessment nyeri

Ekspresi wajah

0- Otot relaks Wajah tenang, ekspresi netral

1- Meringis Otot wajah tegang , alis berkerut (ekspresi wajah negatif )

Tangisan

0- Tidak menangis Tenang, tidak menangis

1- Merengek Mengerang lemah intermiten

2- Menangis keras Menangis kencang, melengking terus menerus

(catatan: menangis tanpa suara diberi skor bila bayi


diintubasi)

Pola napas

0- Relaks Bernapas biasa

Tarikan ireguler, lebih cepat dibanding biasa, menahan


1- Perubahan nafas napas, tersedak

Tungkai

0- Relaks Tidak ada kekakuan otot, gerakan tungkai biasa

1- Fleksi/ ekstensi Tegang kaku

Tingkat kesadaran

0- Tidur/ bangun Tenang tidur lelap atau bangun

1- Gelisah Sadar atau gelisah


Interpretasi:

Skor 0 : tidak perlu intervensi

Skor 1-3 : intervensi non-farmakologis

Skor 4- 5 : terapi analgetik non-opioid

Skor 6-7 : terapi opioid

2. Pengkajian Nyeri Pada anak usia <3 tahun atau anak dengan gangguan

kognitif atau untuk pasien-pasien anak yang tidak dapat dinilai dengan

skala lain, Menggunakan parameter perubahan perilaku (ekspresi wajah,

motoric, dan respon fisiologis) dan pendapat orang tua. Dan digunakan

skala FLACC BehavioralTool. FLACC singkatan daridari Face, Legs,

Activity, Cry, and Consolability.

0 1 2

Tidak ada perubahan Menyeringai, berkerut, Menyeringai lebih sering,


Face = wajah ekspresi (senyum) menarik diri, tidak tertarik tangan mengepal,

menggigil, gemetar

Legs = Tidak nyaman, gelisah, Mengejang/ tungkai


tungkai Posisi normal atau relaksasi tegang dinaikkan ke atas

Activity = Posisi nyaman dan normal, Menggeliat, tegang, badan Posisi badan melengkung,
aktivitas gerakan ringan bolak balik, bergerak kaku atau menghentak

tiba tiba, tegang,


pelan, terjaga dari tidur menggesekkan badan

Cry = Tidak menangis/merintih Mengerang, merengek, Menangis keras menjerit,


tangisan (posisi terjaga atau tertidur kadangkala menangis, mengerang, terisak,

pulas) Rewel menangis rewel setiap saat

Tenang, relaks, ingin Tidak nyaman dan tidak ada


Consolability bermain Minta dipeluk, rewel kontak mata
Interpretasi:

Skor total dari lima parameter di atas menentukan tingkat keparahan nyeri dengan
skala 0-10. Nilai 10 menunjukan tingkat nyeri yang hebat.

3) Tahap verbal (3-8 tahun)

Menggunakan self-information melalui gambar wajah Wong Baker

Faces Scale.

Gambar 2.2

Skala Nyeri Muka(Wong Baker Facial Gremace)

Karakteristik :

0 : Tidak Nyeri

1-3 : Nyeri Sedikit

4-5 : Agak mengganggu

6-7 : Mengganggu Aktivitas

8-9 : Sangat Mengganggu

10 : Nyeri Tidak tertahankan

4) Diatas usia 8 tahun

Anak kompeten bisa menggunakan penilaian uni-dimensional yaitu

menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) atau Numeric Rating

Scale (NRS)

Gambar 2.3

Skala Analog Visual


Karakteristik :

0 : Tidak Nyeri

1-3 : Nyeri Ringan

4-6 : Nyeri Sedang

7-10 : Nyeri Berat

Anda mungkin juga menyukai