Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Ketika
terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel–sel darah yang abnormal dan dalam
jumlah yang besar. Saat ini penyakit leukemia menjadi salah satu penyakit yang sangat
menakutkan, hal ini terlihat dari angka harapan hidup penderita kanker yaitu sebesar 60%
dan banyaknya angka kematian.Melihat permasalahan tersebut, maka perlu adanya
pendeteksian penyakit leukemia pada diri remaja.
Pendeteksian penyakit leukemia dapat dilakukan dengan melihat gejala yang
dialami oleh penderita. Pada dasarnya penyakit leukemia dapat dikenali berdasarkan
beberapa aspek diantaranya adalah warna, pola dan tekstur dari sel darah. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk pengenalan tekstur adalah metode run length. metode
run length dapat digunakan untuk membedakan tekstur kasar dan tekstur halus karena
metode ini menghasilkan ciri dari suatu citra.

Menurut data statistic kanker Surveillance, Epidemiology, and End Results


Program National Cancer Institute prevalensi leukemia sebesar 13.7 per 100.000 populasi
per tahun, dan jumlah kematian leukemia sebesar 6.8 per 100.000 populasi per tahun.
Pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak 62.130 kasus baru leukemia dan 24,500 orang
akan meninggalan karena leukemia. Leukemia berada di urutan ke-9 dilihat dari
prevalensi kejadiannya, yaitu sebesar 3.7% dari seluruh kanker di United States.

Solusi dari masalah diatas adalah perluanya deteksi dini khususnya untuk kalangan
anak-anak dan remaja. Peran keluarga disini sangatlah penting karna penyebab terjadinya
leukemia juga dipengaruhi oleh lingkungan baik dari makan maupun kebersihan. Disini
peran mahasiswa juga diperlukan untuk memberikan edukasi yang tepat bagi masyarakat
agar menumbuhkan kesedaran diri sejak dini mengenai bahaya kanker.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada penderita Leukemia?
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mendeskripsikan bagaimana cara Asuhan Keperawatan pada penderita Leukemia.

1|ASKEP LEUKIMIA
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Teoritis Leukimia


1) Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah.Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.Sel darah putih tidak berwarna,
memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding
kapiler / diapedesis.
Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di
dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per
tetes. Dalam setiap millimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata
8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga
50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat
dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen
seperti organisme sel tunggal.Leukosit mampu bergerak secara bebas dan
berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme
penyusup.Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan
cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produkdari sel punca hematopoietic
pluripotent yang adapada sumsum tulang.
Leukosit turunan meliputi : sel NK, Sel biang, Eosinofil, Basofil, dan Fagosit
termasuk makrofag, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa jenis sel darah
putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu:
a. Basofil.
b. Eosinofil.
c. Neutrofil

Dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:

a. Limfosit
b. Monosit.(skema pembelahan sel darah putih)

2|ASKEP LEUKIMIA
2) Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal
leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan
ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam
mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit),
yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan
mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula,
sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua
jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak
besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler:
Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas
granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia
secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar
precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi
darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai
akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses
peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran
lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang
pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan gerakan
amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dengan lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit
beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah
4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai
12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel
darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun
persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).

3|ASKEP LEUKIMIA
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan
badan terhadap mikroorganisme.dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-
memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah.
Melalui mikrosko pada kalanya dapat dijumpai sebanyak 10-
20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. Pada waktu menjalankan fungsi
ini mereka disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakana muboidnyaia dapat bergerak
bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh
bagian tubuh. Dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi
atau cidera, menangkap organism hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan
bahan lain seperti kotoran-kotoran,serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang
sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang
memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih,
peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatan nya tidak berhasil dengan
sempurna, maka dapat terbentuk nanah.Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan -
fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah.demikian juga terdapat
banyak kuman yang mati dalam nanahitu dan ditambahlagi dengan sejumlah besar
jaringan yang sudah mencair. Dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh
granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

3) Definisi
Leukimia adalah poliferasi sel leokosit yang abnormal,ganas sering di sertai
leukosit yang lain daripada normal,jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan
anemia,trombositopeni dan di akhiri dengan kematian.

4|ASKEP LEUKIMIA
No Klasifikasi Etiologi Manifestasi Klinis
1. Leukmia limfositik akut a) Faktor genetik: virus a. Mudah lelah
adalah adanya prolifersi yang menyebabkan b. Letargi
dan akumilasi sel-sel terjadi perubahan c. Pusing
patologis dari sistem struktur gen (Tcell- d. Sesak
limfopoetik yang berakibat leukimia-lhymphoma e. Nyeri dada
organomegali. Lebih sering virus) f. Infeksi,pendarahan
terjadi pada anak-anak usia b) Radiasi: benzena g. Anorexia
3-7 tahun, jika tidak c) Obat-obatan h. Nyeri tulang sendi
dilakukan pengobatan akan imunosupresif,kardioge i. Hypermetabolisme
berakhir kematian karena nik
kegagalan dari sumsum d) Faktor herediter:
tulang belakang. kembar monozigot
2. Leukimia mielositik akut e) Kelainan kromosom: a. Lelah
merupakan sel sistem down syndrom b. Infeksi yang
hematopoetik yang akan disebabkan kegagalan
berdeferensi kesemua susmsum tulang
selmieloid. Lebih sering belakang
terjadi pada dewasa, jika c. Gangguan kesadaran
tidak dilakkan pengobatan d. Hyperurisemia
LNLA akan fatal. e. Hipoglikemia

3. Leukimia limfositik kronik a. Limfadonopati


adalah keganasan limfosit b. Penurunan BB
B . biasa dikenal sebagai c. Kelelahan
kelainan ringan yang d. Anorexia
menyerang individu usia e. Demem,keringat
50-70 tahun. malam

4. Leukimia a. Hipermetabolisme
granulositik/mielositik b. Cepat kenyang akibat
kronik desakan limfa dan
merupakangangguan lambung
meiloproliferatif yang c. Penurunan BB
ditandai dengan produksi d. Anemia

5|ASKEP LEUKIMIA
berlebihan sel meiloid yang e. Petekie
relatif matang. Biasanya f. Ekimosis, demam.
menyerang dewasa usia 40-
50 tahun. Biasa akan
meninggal saat krisis
blastik.

6|ASKEP LEUKIMIA
4) WOC

Factor Pencetus:
Sel neo plasma
- Genetik - Kelainan Kromosom berproliferasi di dalam
- Radiasi - Inveksi Virus sumsum tulang
- Obat-obatan - Paparan bahan
kimia

Infiltrasi sumsum tulang Penyebaran ekstramedular Sel onkogen

MII surkulasi darah MII system limfatik Pertumbuhan berlebih

Pembesaran hati dan Nodus limfe Keutuhan nutrisi


limpa meningkat

Limfa denopati
Hepatosplenomegali
Hipermetabolisme

Peningkatan tekanan
Penekanan ruang abdomen intra abdomen
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Sel normal digantikan kebutuhan tubuh
oleh sel kanker Ganguan rasa nyaman nyeri

Depresi produksi
Suplai oksigen ke Ketidakseimbangan
sumsum tulang perfusi jaringan perifer
jaringan inadkuat

Penurunan eritrosit Resiko perdarahan


Anemia

Penurunan trombosit Trombositopenia Kecenderungan


perdarahan

Penurunan fungsi leukosit Daya tahan tubuh Resiko infeksi

Infiltrasi periosteal Kelemahan tulang

Tulang lunak dan lemah Stimulasi saraf C

(nociceptor)
Fraktur fisioogis
7|ASKEP LEUKIMIA Gngguan rasa nyaman
nyeri
Kerusakan mobilitas fisik
5) Komplikasi
Akibat proliferasimieoloid yang neoplastic, maka produksi elemen darah yang
lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolism (terjadi
granulositositopenia, trombositopenia). Sel- sel leukemia juga menginvasi tulang
di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang. Proliferasisel leukemia dalam
organ mengakibatkan pembesaran limpa atau hepar.
a) Kegagalan sumsum tulang merupakan hipofungsi sumsum tulang primer
sehingga terjadi penurunan produksi semua unsure sel hemopoietik
(pansitopeni). Kegagalan sumsum tulang merupakan ketidakseimbangan
sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan
kerusakan primer stem sel mengakibatkan anemia, leukopenia dan
trombositopenia.
b) Kelelahan. Jika leukosit yang abnormal sel-sel darah merah, maka anemia
dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari keadaan anemia tersebut.
Proses terapi LGK juga dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah
merah.
c) Pendarahan. Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada
keadaan LGK dapat mengganggu proses homeostasis. Keadaan ini dapat
menyebabkan pasien mengalami episteksis, pendarahan darigusi, ptechiae, dan
hematom.
d) Rasa sakit. Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan
ini disebabkan oleh ekspansi sumsum tulang dengan leukosit abnormal yang
berkembang pesat.
e) Pembesaran limpa. Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan
LGK, sebagian berakumulasi dilimpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah
besar bahkan beresiko untuk pecah.
f) Stroke atau clotting yang berlebihan. Beberapa pasien dengan kasus LGK
memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan ,kadar
trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan
clot yang abnormal dan mengakibatkan stroke.
g) Infeksi. Leuokosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat

8|ASKEP LEUKIMIA
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah ,sehingga system imun tidak
efektif.

6) Pemeriksaan Penunjang
a. Darah tepi: adanya pensitopenia,limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat pada sel blast yang
merupakan gejalla patogonomik untuk leukimia.
b. Sum-sum tulang: dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran
yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan
sistem lain akan terdesak.
c. Pemeriksaan lain : biopsi limfa, kimia darah, cairan cerebrospinal, sitogenik.

7) Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
a. Kemotrapi pada LLA
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap,meskipun tidak semua
fase yang digunakan untuk semua orang

b. Kemoterapi pada penderita LMA


Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengradikasi sel-sel leukimia secara maksimal sehingga tercapai remisi
komplit.
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi .
kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi
dan biasanya menggunakan obat jenis dan dosis sama atau lebih besar dari
dosis fase induksi.

c. Kemoterapi penderita LLK


Drajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan strategi
terapi dan prognosis . salah satu sistem penderajatan yang di pakai ialah
klasifikasi Rai:
 Stadium 0 :limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
 Stadium I : limfositosis dan limfadeopati
 Stadium II : limfositosis dan soalenomegali/hematomegali
9|ASKEP LEUKIMIA
 Stadium III: limfositosis dan anemia (Hb <11gr/dl)
 Stadium IV limfositosis dan trombositopenia < 100.000/mm
dengan/tanpa gejala pembesaran hati,limpa, kelenjar.

d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK


Fase kronik : busulfan dan hidroslurea meupakan obat pilihan yang
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan
fase kronik LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transpaltasi sumsum
tulang.
Fase akselerasi: sama denga terapi leukimia akut,terapi respon sangat
rendah.

e. Radioterapi, menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuhsel-sel


leukemia

f. Transpaltasi sumsum tulang belakang, dilakukan untu mengganti sum-sum


tulang yang rusak karena dosis tinggi kemoterapiatau terapi radiasi. Selain
itu juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.

g. Terapi suportif, untuk mengatasi akibat yang ditimbulkan penyakit


leukimia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk
penderita leukimia dengan keluhan anemia,transfusi trombosit untuk
mengatasi pendarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

10 | A S K E P L E U K I M I A
B. Konsep Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut:
1. Riwayat pemajanan pada faktor-faktor pencetus, seperti pemajanan pada
dosis besar radiasi, obata-obat tertentu secara kronis dan riwayat infeksi
virus kronis.

2. Pemeriksaan fisik dapat menunjukan manifestasi:


Pembesaran sumsum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya
menekan fungsi sumsum tulang, sehingga menyebabkan beberapa gejala
di bawah ini :
a. Anemia penurunan berat badan, kelelaha, pucat, malaise,
kelemahan, dan, anoreksia.
b. Trombositopenia perdarahan gusi, mudah memar, petekie, dan
ekimosis.
c. Netropenia demam tanpa adanya infeksi , berkeringat malam
hari.

3. Pemerikasaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan leukimia adalah
sebagai berikut:
a. Darah lengkap menunjukan adanya penurunan hemoglobin,
hematokrit, jumlah sel darah merah dan trombosit. Jumlah sel darah
putih meningkat pada leukimia kronis, tetapi juga dapat turun,
normal, atau tinggi pada leukimia akut.
b. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi memberikan data diagnostik
definitif.
c. Asam urat serum meningkat karena pelepasan oksipurin setelah
keluar masuknya sel-sel leukimia cepat dan penggunaan obat
sitotoksik.
d. Sinar X dada untuk mengetahui luasnya penyakit.
e. Profil kimia, EKG, dan kultur spesiemen untuk menyingkirkan
masalah atau penyakit lain yang timbul.

11 | A S K E P L E U K I M I A
II. Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2016)
1. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah ke
perifer
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi
3. Resiko perdarahan
4. Resiko infeksi
5. Nyeri akkut b.d ilfiltrasi leukosit jaringan sistemik
6. Kerusakan morbilitas fisik b.d kontraktur, kerusakan integritas struktur
tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang)

III. Intervensi Keperawatan


No Dx Tujuan Intervensi
1. Ketidakseimbangan Mengurangi mual, 1. Sesuaikan diet
nutrisi kurang dari muntah sebelum, sebelum dan sesudah
kebutuhan tubuh b.d selama, dan sesudah pemberian obat sesuai
perubahan pemberian dengan kesukaan dan
proliferative kemoterapi, dan toleransi klien.
gastrointestinal dan pasien mendapatkan
2. Kaji kemampuan
efek toksik obat nutrisi yang adekuat.
pasien untuk
kemoterapi
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

3. Pastikan hidrasi cairan


yang adekuat
sebelum, selama, dan
sesudah pemberian
obat. Kaji intake dan
output cairan.

4. Berikan tindakan
pereda nyeri jika

12 | A S K E P L E U K I M I A
diperlukan.

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter dengan
pemeberian
antiemetic, sedative,
dan kortikosteroid
sesuai dengan resep.
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
di butuhkan klien.

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pertahankan teknik


tindakan daya tahan isolasi
tubuh mengalami 2. Anjurkan semua
peningkatan dan pengunjung dan staff
klien bebas dari rumah sakit untuk
tanda dan gejala menggunakan teknik
infeksi mencuci tangan
3. Batasi pengunjung
bila perlu
4. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
5. Tingkatkan intake
nutrisi.
6. Monitor tanda dan
gejala infeksi
7. Berikan terapi
antibiotik bila perlu

13 | A S K E P L E U K I M I A
Infection Protection
8. Dorong istirahat
9. Ajarkan cara
menghindari infeksi

3. Nyeri akut Pasien tidak 1. Kaji karakteristik


mengalami nyeri nyeri : Lokasi,
atau nyeri menurun kualitas, frekuensi,
sampai tingkat yang dan durasi
dapat diterima 2. Tenangkan klien
pasien dan setelah bahwa Anda
dilakukan tindakan mengetahui nyeri
keperawatan nyeri yang dirasakannya
akan berkurang. adalah nyata dan
bahwa Anda akan
membantu klien
dalam mengurangi
nyeri tersebut.
3. Kaji faktor lain yang
menunjang nyeri,
keletihan, dan marah
klien.
4. Berikan analgetik
untuk meningkatkan
peredaran nyeri
optimal dalam batas
resep dokter.
5. Kaji respon perilaku
klien terhadap nyeri
dan pengalaman nyeri.

14 | A S K E P L E U K I M I A
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
klien, dokter, dan tim
kesehatan lain ketika
mengubah
penatalaksanaan nyeri
diperlukan.

15 | A S K E P L E U K I M I A
BAB III
KASUS

An. Oja usia 7 tahun, agama Islam, alamat tinggal jln. Ratu Jambi Cidolod, kelas 2 SD,
masuk rumah sakit tanggal 02/01/2019. Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak
nafas,demam, sakit kepala,lemah, nyeri tulang dan sendi. Saat pemeriksaan fisik didapatkan:
menggunakan otot bantu nafas, CRT > 3 detik, , konjungtiva anemis, akral dingin, BB klien
turun, mual (+) dan muntah(+). Selain itu terdapat pembesaran limfa (splenomegali) dan hati
(hepatomegali). Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh : TD : 80/50 mmHg, N :
80x/I, RR : 37x/I, S : 38,60C. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab : Hb:
6,7 gr/dl, leukosit: 70.500 ml3, trombosit: 44.000 ml3.

Diagnosa Medis : Leukimia Limpositikakut

Asuhan Keperawatan pada klien dengan Leukimia Limpositik Akut


A.Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Identitas Klien
Nama : An. Oja
Umur : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Pelajar
Pendidikan : SD
Suku : Sunda
Alamat : Cidolog
Diagnosa Medis : Akut Leukimia Limpositik
No. RM : 104888
Tanggal masuk RS : 02 Januari 2019
Tanggal / Waktu pengkajian : 04 Januari 2019

16 | A S K E P L E U K I M I A
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nn. G
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Baregbeg
Hubungan dengan pasien : Ibu pasein

2. Keluhan Utama
Sesak nafas

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan sesak napas, sesak bertambah berat kalau anggota tubuhnya banyak
beraktifitas, sesak dirasakan seperti ada sumbatan dijalan nafasnya, sesak disertai dengan
demam, sakit kepala, lemah, nyeri tulang dan sendi, sesak sering terjadi terutama pada
siang hari.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dikluarga klien ada yang memiliki penyakit seperti klien dan juga di kluarga klien tidak
ada yang memiliki penyakit yang diturunkan seperti diabet, kolesterol dan jantung, namun
ayah klien tirbiasa minum obat penambah stamina.

6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda fital
TD : 80/50 mmHg
N : 80x/I
RR : 37x/I
S : 38,60C
b. Head to toe
1) Keadaan umum : sadar/compos mentis
2) Kepala : Lingkar kepala : 35 cm
3) Rambut : Bersih, warnahitam, teksturkasar
17 | A S K E P L E U K I M I A
4) Mata : Sklera normal, konjungtiva anemi, pupil isokor
5) Telinga : Simetris, bersih, pendengaran baik
6) Hidung : Simetris, dan bersih
7) Mulut : Kotor, mukosa kering
8) Leher :Simetris, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9) Dada/pernafasan
Inspeksi : Simetris,pernafasan,menggunakan otot bantu
Palpasi : Tidak teraba masa,tidak ada benjolan dithorax dan aksila
Perkusi : Sonor
Auskultasi: vesikuler,rhonci (-),whizeeng(-)
10) Jantung
Inspeksi : Iktuscordis di RIC V
Auskultasi:Tidak terdengar bunyi tambahan
Palpasi :Tidak ada pengbengkakan,tidak ada nyeri saat dipalpasi
Perkusi : Pekak
11) Paru-paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : Fremitus kiri=kanan
Perkusi :-
Auskultasi: Vesikuler
12) Abdomen
Inpeksi : Simetris
Auskultasi : Terdengar suara bising usus
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
13) Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot 4, akral dingin, turgor > 3 detik
14) Genitalia: Bersih

18 | A S K E P L E U K I M I A
ANALISA DATA

NO Data Subjektif dan Objektif Etiologi Masalah


Ds :
 Klien mengatakan sesak napas
yang tidak tertahan sejak 2 hari
yang lalu. Eritrosit ↓
Do :
 Klien tampak sesak Hb ↓
 Klien tampak menggunakan otot
Gangguan perfusi
bantu pernapasan Komponen
1. jaringan
 RR : 37 x/menit pengangkut O2 ↓
 TD : 80/50 mmHg
 konjungtiva tampak anemis Gangguan perfusi
 ujung jari klien tampak sianosis jaringan
 kafilarevil 4 detik
 akral klien teraba dingin
 Hb : 6,7 gr %

Proses inflamasi
Ds : ↓
 klien mengatakan demam Pirogen endogen
 Klien mengatakan tidak enak dan eksoge
badan ↓
 Klien mengatakan tidak nyaman Angiotensi 1
(gerah) ↓
2.
Do : Angiotensi 2
 klien tampak demam ↓ Hipertermi
 klien tampak berkeringat ↑ set poin
 tubuh klien teraba hangat Hipotalamus
 S : 38,6 0C ↑
 leukosit: 16.500 ml3 Hypertermi

19 | A S K E P L E U K I M I A
Ds :
 klien mengatakan tidak ada nafsu
makan sejak 5 hari yang lalu
 Klien mengatakan BB sebelum Masuknya sel
sakit 60 kg leukosit GIT
Do : ↓
Perubahan nutrisi
 badan klien tampak kurus ↑ asam lambung
3. kurang dari
 klien tampak lemah ↓
kebutuhan tubuh
 mukosa bibir klien kering Mual dan Muntah
 BB klien turun 3 kg sejak sakit ↓
 BB saat pemeriksaan 57 Kg BB menurun
 makan yang dihabiskan hanya ¼
porsi
 mual (+) muntah (+)

3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Tujuan : Mandiri :  Dengan mengetahui
Setelah  Kaji yang men penyebab
Gangguan diberikan dasari dan perawat dapat
perfusi jaringan tindakan banyaknya darah mengkaji dan
(perifer) keperawatan yang keluar menghilangkan
berhubungan selama 3 x 24  Kaji TTV penyebab. Banyaknya
1. dengan jam,  Bantu klien un darah yang
penurunan diharapkan tuk meninggikan dikeluarkan dapat
komponen perfusi posisi kepala lebih diberikan intervensi
pengangkut O2 jaringan tinggi daripada yang tepat
perifer badan  Untuk menentukan
kembali intervensi selanjutnya
efektif dengan  Posisi kepala lebih

20 | A S K E P L E U K I M I A
Kolaborasi : tinggi kira- kira 30 –
Kriteria hasil:  Pemberian O2 s 450 dapat
 Kulit esuai indikasi mempertahankan
membran masukan O2 yang
mukosa adekuat, agar
tidak pucat kebutuhan tubuh
 Saturasi terhadap O2 dapat
oksigen terpenuhi
normal (97 Kolaborasi :
%)  Pemberian O2 sesua
 Capillaryrefi i indikasi dapat
ll normal (2 memenuhi kebutuhan
– 3 detik) O2 klien
 Intake dan
output
seimbang
Setelah Mandiri :
dilakukan 1. Pantau suhu tubuh 1. Suhu 38 sampai 41,1
tindakan pasien perhatikan adanya menujukan adanya
keperawatan mengiggil/diafores. infeksius akut.
selama 2 x 24 2. Suhu ruangan /jumlah
jam 2. Pantu suhu selimut harus di ubah
Hipertermi
diharapkan lingkungan,batasi/tambah untuk mempertahankan
berhubungan
suhu tubuh kan linen tempat tidur suhu mendekati normal.
dengan proses
2. klien kembali sesuai indikasi.
inflamasi
normal dengan 3. Dapat membantu
penyakit
KH : 3. Berikan kompres mengurangi demam,
mandi hangat hindari penggunaan air
penggunaan alkohol. es/aklhokolmungkinmen
Pada daerah frontalis dan yebabkan kedinginan,
 Tidak aksila. peningkatan suhu secara
mengalami actual.
komplikasi 4. Berikan selimut 4. Di gunakan untuk

21 | A S K E P L E U K I M I A
yang pendingin. mengurangi demam
berhubungan. 5. Anjurkan klien umumnya lebih besar
S : 36,5-37,5 memakai pakaian tipis dari 39,5°csampai 40°c
0
C. dan mudah menyerap pada waktu terjadi
 Leukosit : keringat. kerusakan /gangguan
5000- pada otak.
10000/ml3. Kolaborasi:
1. Berikan antipiretik, 5. Dengan pakaian tipis
Misalnya aspirin dan menyerap keringat
asetaminofen maka akan mengurangi
penguapan

1. Di gunakn untuk
memgurangi demam
dengan aksi sentral nya
kepada hipotalamus.
Tujuan: Mandiri:
Setelah  Kaji kebiasaan diet,  Pasien distress
melakukan masukan makan saat pernapasan akut
tindakan ini. Catat derajat sering menderita
keperawatan kesulitan makan karena dispnea,
Perubahan selama 3 x 24 produksi sputum dan
nutrisi kurang jam  Berikan perawatan obat.
dari kebutuhan diharapkan oral sering
3. tubuh nutrisi klien  Rasa tak enak, bau
berhubungan dapat dan penampilan
dengan terpenuhi adalah pencegah
anoreksia secara utama terhadap
adekuat. napsu makan dan
dapat membuat mual
Kriteria Hasil: dan muntah dengan
 Nafsu peningkatan
makan klien kesulitan napas.

22 | A S K E P L E U K I M I A
meningkat  Berikan makanan
 Keadaan porsi kecil dan  Dapat meningkatkan
umum klien sering. masukan
membaik
 Pucat Kolaborasi:  Metode makanan dan
hilang.  Konsul dengan ahli kebutuhan kalori
diet / gizi untuk didasarkan pada
memberi makanan situasi / kebutuhan
yang mudah dicerna. individu untuk
memberikan nutrisi
maksimal.

23 | A S K E P L E U K I M I A
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan oleh sel darah
putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemia akut pada anak
adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putih oleh sumsum tulang
anak maupun gangguan pematangan sel-sel tersebut selanjutnya. Gangguan ini
sekitar 25-30% jumlahnya dari seluruh keadaan keganasan yang didapat pada klien.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan sel kanker yaitu
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK). Gejala – gejala yang
dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah
memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.
Penyebab utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetik berperan cukup penting pada
beberapa penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain, adahu bungannya dengan faktor
keturunan, selain tentunya banyak faktor penyebab lain yang bervariasi sesuai kasus per
kasus dan jenis subtipe yang didapat. Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut
bertujuan untuk menghancurkan sel-sel leukemia dan mengembalikan sel-sel darah yang
normal. Terapi yang dipakai biasanya adalah kemoterapi (pemberian obat melalui
infus),obat-obatan, ataupun terapi radiasi.

B. Saran
Diharapkan para petugas tenaga kesehatan lebih mengoptimalkan pemberian asuhan
keperawatan pada penderita leukimia.

24 | A S K E P L E U K I M I A
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Handayani, Wiwik, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Lubis, T. 2004. Kareteristik Penderita Leukemia Rawat Inap Dirumah Sakit Santa EliSabeth
Medan Tahun 1998-2002. Medan: USU.
NANDA, NIC-NOC. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan . Edisi Revisi. Yogyakarta:
MediAction .

Smeltzer, S. C. dan Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah . Edisi IV.
Jakarta: EGC.
Sudoyo,W. dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: FKUI.

25 | A S K E P L E U K I M I A

Anda mungkin juga menyukai