PENDAHULUAN
1
4. Apa saja faktor penyebab dari kegawatdaruratan psikiatri?
5. Apa saja jenis-jenis dari kegawatdaruratan psikiatri?
6. Bagaimana pertimbangan dalam penegakan diagnosis dan terapi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang konsep
kegawatdaruratan psikiatrik (Pscyhiatric Intensive Care Unit-PICU).
1.4 Manfaat
2
BAB II
3
b. Fase intensif II adalah fase perawatan pasien dengan observasi kurang
ketat sampai dengan 72 jam. Berdasarkan hasil evaluasi, maka pasien
pada fase ini memiliki empat kemungkinan yaitu dipulangkan,
dipindahkan ke ruang fase intensif III, atau kembali ke ruang fase
intensif I.
c. Pada fase intensif III, pasien dikondisikan sudah mulai stabil, sehingga
observasi menjadi lebih berkurang dan tindakan-tindakan keperawatan
lebih diarahkan kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini berlangsung
sampai dengan maksimal 10 hari. Merujuk kepada hasil evaluasi maka
pasien pada fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit jiwa
atau unit psikiatri di rumah sakit umum, ataupun kembali ke ruang fase
intensif I atau II.
4
Adapun skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kedaruratan
pasien adalah skala General Adaptive Function (GAF) dengan rentang skor 1–30
skala GAF. Kondisi pasien dikaji setiap sif dengan menggunakan skor GAF.
5
Secara umum, pasien yang dirawat di UPIP adalah pasien dengan
kriteria berikut.
1) Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut.
2) Penyalahgunaan napza atau kedaruratan yang terjadi akibat napza.
3) Kondisi lain yang akan mengalami peningkatan yang bermakna dalam
waktu singkat.
Sementara itu, berdasarkan masalah keperawatan maka pasien yang
perlu dirawat di unit perawatan intensif psikiatri adalah pasien dengan
masalah keperawatan sebagai berikut.
1) Perilaku kekerasan.
2) Perilaku bunuh diri.
3) Perubahan sensori persepsi: halusinasi (fase IV).
4) Perubahan proses pikir: waham curiga.
5) Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan dengan kondisi pasien
putus zat dan overdosis, seperti perubahan kenyamanan berupa nyeri,
gangguan pola tidur, gangguan pemenuhan nutrisi, gangguan eliminasi
bowel, dan defisit perawatan diri.
6
2.6 Pertimbangan Dalam Penegakan Diagnosis Dan Terapi
I. Diagnosis
Meskipun pemeriksaan gawat darurat tidak harus lengkap, namun ada
beberapa hal yang harus dilakukan sesegera mungkin untuk
keakuratan data, misalnya penapisan toksikologi (tes urin untuk
opioid, amfetamin), pemeriksaan radiologi, EKG dan tes
laboratorium. Data penunjang seperti catatan medik sebelumnya,
infromasi dari sumber luar juga dikumpulkan sebelum memulai
tindakan.
II. Terapi
Pemberian terapi obat atau pengekangan harus mengikuti prinsip
terapi Maximum tranquilization with minimum sedation. Tujuannya
adalah untuk:
a. Membantu pasien untuk dapat mengendalikan dirinya kembali
b. Mengurangi/menghilangkan penderitaannya
c. Agar evaluasi dapat dilanjutkan sampai didapat suatu
kesimpulan akhir.
Obat-obatan yang sering digunakan adalah :
a. Low-dose High-potency antipsyhotics seperti haloperidol,
trifluoperazine, perphenazine.
b. Atypical antipsyhotics seperti risperidone, quetiapine,
olanzapine.
c. Injeksi benzodiazepine. Kombinasi benzodiazepine dan
antipsikotik kadang sangat efektif.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Kaplan dan Sadock (1998), kedaruratan psikiatri adalah gangguan
alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik
segera, sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah perlu penanganan segera.
Oleh karena itu, kedaruratan psikiatri di Indonesia sering disebut dengan unit
perawatan intensif psikiatri (UPIP) atau psychiatric intensive care unit (PICU).
Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah kondisi darurat dan
tindakan intensif yang segera. Berdasarkan prinsip segera, penanganan
kedaruratan dibagi dalam fase intensif I (24 jam pertama), fase intensif II
(24–72 jam pertama), dan fase intensif III (72 jam–10 hari).
Secara umum, pasien yang dirawat di UPIP adalah pasien dengan
kriteria berikut.
4) Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut.
5) Penyalahgunaan napza atau kedaruratan yang terjadi akibat napza.
6) Kondisi lain yang akan mengalami peningkatan yang bermakna dalam
waktu singkat
3.2 Saran
a. Untuk mencegah perilaku dari jenis kegawatdaruratan yang sudah
dijelaskan diatas, ada beberapa diantaranya: selalu berfikiran positif
akan segala hal, selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa,
menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang positif, dan jangan
mencoba-coba sesuatu hal yang tidak baik.
b. Untuk keluarga klien, sisihkanlah waktu untuk mengunjungi klien
selama dirawat di RSJ dan terimalah klien apa adanya serta berikan
dukungan dan perhatian yang dapat mempercepat proses penyembuhan
klien
8
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. 2007. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.
Kusuma, Widjaja. 1997. Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek. Jakarta:
Professional Books.
Morgan. 1991. Segi Praktis Psikiatrik. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.
Jakarta: EGC.