PENDAHULUAN
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan
metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga
dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketifa pada pasien
yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia
sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal
setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakanpenyakit hati yang sering ditemukan
dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar
kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti
perdarahan saluran cernabagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites,
Spontaneous bacterialperitonitis serta Hepatosellular carsinoma.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi saluran hepatis?
2. Apa definisi dari sirosis hepatis?
3. Apa saja etiologi dari sirosis hepatis?
4. Bagaimana partofisiologi dari sirosis hepatis?
5. Apa saja komplikasi yang ada pada sirosis hepatis?
6. Apa saja manifestasi klinis dari sirosis hepatis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari sirosis heaptis?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit sirosis hepatis?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penyakit sioris hepatis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang konsep teoritis dan
konsep asuhan keperawatan dari penyakit sirosis hepatis.
1.4 Manfat
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan menambah wawasan
pengetahuan dalam memahami tentang konsep konsep teoritis dan konsep asuhan
keperawatan dari penyakit sirosis hepatis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Anatomi Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat kurang
lebih 1,5 kg (Junqueira dkk., 2007). Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak
di bawah kerangka iga (Sloane, 2004).
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis
tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus
costalis dextra dan hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo,
pericardium, dan cor.
3
vena portae hepatis, dan sebuah cabang ductus choledochus (trias 12 hepatis).
Darah arteria dan vena berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan
dialirkan ke vena centralis (Sloane, 2004).
b. Fisiologi Hati
Hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan
glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa
menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa
kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat.
2. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:
mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang
lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein,
membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
3. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh,
pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan
membentuk senyawa lain dari asam amino.
4. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan
vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati
membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah
banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon
dan zat lain.
4
2) Definisi Sirosis Hepatis
Sirosis hepatitis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi
arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula
regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulator normal (Sylvia Price,
1994).
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui,1996)
B. Sirosis Postnekrotik
- Terdapat pita jaringan parut sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus (B
dan C) yang terjadi sebelumnya
- Terjadi karena kelainan metabolik, infeksi, dan post intoksikasi zat kimia
C. Sirosis Biliaris
- Terbentuk jaringan parut disekitar saluran empedu/ duktus biliaris
- Terjadi akibat obstruksi biller yang kronis dan infeksi (kolangitis).
5
5) Komplikasi Sirosis Hepatis
a. Hipertensi portal
b. Edema di kaki dan perut
c. Pembuluh darah yang melebar
d. Ensefalopati hepatik
e. Penyakit kuning
f. Kanker hati
B. Tanda Klasik:
- Telapak tangan merah
- Pelebaran pembuluh darah
- Ginekomastia bukan tanda yang spesifik
- Peningkatan waktu protombin adalah tanda yang lebih khas
- Ensefelopati hepatitis dengan hepatitis fulminan akut dapat terjadi dalam
waktu singkat dan pasien akan merasa mengantuk, delirium, kejang, dan
koma dalam waktu 24 jam.
- Onset enselopati hepatitis dengan gagal hati kronik lebih lambat dan
lemah.
6
- Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme
protein)
- Peningkatan bilirubin serum (disebakan oleh kerusakan metabolisme
protein)
- PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan faktor
pembekuan)
b. Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan
c. Scan CT, atau MRI dilakukan untuk mengakaji ukuran hepar, derajat obstruksi
dan alira darah hepatik
d. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia
(disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respons terhadap
kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites)
e. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan
SDP (hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan
kerusakan metabolisme nutrien)
f. Urinalis menunjukkan bilirubinuria
g. SGOT, SPGT, LDH (meningkat)
h. Endoskopi retrograd kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus
koledukus
i. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
j. Biposi hepar & ultrasonografi
8) Penatalaksanaan
a. Umum
- Istirahat
- Diit rendah garam, bila asites diit rendah garam
- A.B non hepatotoksik
- memperbaiki status gizi, vit B Comp
7
b. Edema/ asites
- DRG 0,5 gr/ hari
- diuretik (spirolaktan) - ideal penurunan BB 1 kg/hari
I. Pengkajian
a) Identitas Klien
b) Riwayat kesehatan :
RKS
- Biasanya klien datang dengan keluhan lemah/ letih, otot lemah
- Anorexia, nausea
- Kembung
- Perut terasa tidak enak
- BB menurun
- Keluhan perut semakin membesar
- Perdarahan husi
- Gg BAK (inkontinensia urin) - BAK spt teh pekat
- Gg BAB (Konstipasi/ diare)
- Sesak napas
- Hemel
RKD
- Apakah ada riwayat konsumsi alkohol?
- Apakah ada riwayat penyakit Hept Kronis sebelumnya?
8
- Apakah ada riwayat gagal jantung kiti/kanan?
- Riwayat pemekaian obat-obatan, merokok, ripampisin.
RKK
- Apakah ada keluarga yang menderita hepatitis/ sirosis hepatis?
c) Pemeriksaan fisik
- Letargi
- Asites
- Dispnea
- Hepatomegali/ splenomegali
- Edema
- Kulit kering, turgor buruk
- Ikterik
- Perdarahan gusi
d) Eritema palmaris, pruritus
e) Tremor
f) Spidenevi
g) Cavut medusa
h) Varises esophagus, hemel
i) Atropi testis ginekomastia
9
h. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
i. Ketidakmampuan koping keluarga
j. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
k. Resiko perdarahan
l. Resiko gangguan fungsi hati
10
III. Intervensi Keperawatan
- HR 105x/m
Ekspansi paru terganggu
- RR 30x/m
11
rontok
Lemak tidak dapat diemulsikan dan tidak
D : porsi makan tidak habis, makan
dapat diserap oleh usus halus
hanya 2-4 sendok
12
- TD 130/90 mmHg
- Nadi 80x/m
- RR 30 x/m
- Suhu 36,80c
13
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Kaji adanya adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui adanya alergi pada
kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak 2. Kaji BB pasien dalam batas normal makanan atau tidak
adekuat sekunder terhadap anorexia 3. Monitor interaksi anak atau orangtua 2. Untuk mengetahui BB dalam batas normal
Kriteria Hasil : selama makan 3. Untuk mengetahui terdapat interaksi antara
a. Setelah dilakukan tindakan 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan px dengan orantua selama makan
keperawatan 3x24 jam diharapkan kalori 4. Untuk mengetahui jumlah nutrisi dan
pasien menunjukkan peningkatan 5. Beri makanan sering tapi sedikit kandungan kalori dalam asupan mkan px
berat badan sesuai dengan tujuan 6. Monitor mual dan muntah 5. Untuk membantu memenuhi asupan
b. Mampu mengidentifikasi 7. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kebutuhan tubuh
kebutuhan nutrisi, Tidak ada dan kadar Ht 6. Untuk mengetahui adanya mual atau
tanda-tanda malnuutrisi 8. Kolaborasi pada tim medis lainnya (ahli muntah
gizi untuk menyediakan diet yang 7. Untuk mengetahui kadar albumin, total
disesuaikan dengan kebutuhan klien, protein, Hb, dan kadar Ht setelah dan
pemberian obat penambah nafsu makan, sebelum makan
anti mual/muntah) 8. Untuk mengetahui diit atau asupan
makanan yang dianjurkan oleh px
14
- Nyeri Akut 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui skala nyeri dan
Kriteria Hasil : 2. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau penyebab nyeri
a. Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor penanganan nyeri ( farmakologi 2. Untuk mengethaui pengalaman nyeri
keperawatan 3x24 jam diharapkan dan non farmakologi) terdahulu
pasien dapat mengontrol nyeri dan 4. Observasi TTV 3. Untuk mengendalikann nyeri secara non
mengatakan nyeri berkurang atau 5. Tingkatkan istirahat pada pasien farmakologi maupun farmakologi
hilang 6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari 4. untuk menentukan terapi atau relaksasi
b. Mampu mengendalikan nyeri dan menemukan dukungan yang sesuai pada pasien.
7. Kolaborasi dengan tim yang lain 5. Untuk membantu meringankan beban nyeri
dengan istirahat yang maksimal
6. Untuk menentukan terapi atau pemberian
obat yang sesuai pada pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Saferi, Wijaya. 2013. KMB 1 Kperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori Dan
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3 Edisi Keempat. Jakarta:
Internal Publishing.
Deni Yasmara, dkk. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
16