Anda di halaman 1dari 116

P UTU S AN

Nomor 399/Pdt.G/2015/PN.Dps

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Denpasar yang mengadili perkara perdata pada peradilan

tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

1. Marihot Sihombing, bertempat tinggal di Jalan Gunung Athena II Blok 4/A,

Lingkungan Padangsumbu Klod, Kelurahan Padangsambian Kelod,

Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali;

selanjutnya disebut sebagai : Penggugat I ;

2. Perseroan Terbatas (PT) Bali Holiday Point, bertempat tinggal di Jalan Pemelisan

Agung No.12 Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara,

Kabupaten Badung, Provinsi Bali, selanjutnya disebut sebagai

Penggugat II;

Dalam hal ini Penggugat I dan Penggugat II memberikan kuasa

kepada Drs. Sabar Sitorus,SH,MM., Pengacara, beralamat di Jalan

Soekarno Hatta No.262 Kota Bandung-Prov.Jawa Barat,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 2 Maret 2015, yang telah

didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar pada

tanggal 26 Mei 2015 dengan register Nomor: 818/Daf/2015,

selanjutnya disebut sebagai : Para Penggugat ;

Melawan:

1. Harry Suganda, bertempat tinggal di Jalan Sapi IE III No.2b Rt 01,Rw 01,

Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat

selanjutnya disebut sebagai : Tergugat I;


2. Linda, bertempat tinggal di Jalan Gamprit 2 Ujung NO 89, RT 008, RW 014

Kelurahan Jati Uwung, Kecamatan Pondok Gede, Jakarta Timur

selanjutnya disebut sebagai : Tergugat II;

3. I Made Pria Dharsana,SH, bertempat tinggal di Jalan Raya Kuta No.163 Kuta Bali

selanjutnya disebut sebagai : Turut Tergugat I;

4. Indrasari Kresnadjaja,SH, bertempat tinggal di Jalan Tirtayasa VII No.75

Kebayoran Baru selanjutnya disebut sebagai : Turut Tergugat II;

5. Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Badung (Kantor Pertanahan Kabupaten

Badung), bertempat tinggal di Jalan Dewi Saraswati Nomor 3

Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, selanjutnya

disebut sebagai : Turut Tergugat III;

Pengadilan Negeri tersebut ;

Telah membaca surat-surat dalam berkas perkara ;

Telah membaca bukti-bukti surat yang diajukan oleh kedua belah pihak;

Telah mendengar dan mencermati keterangan saksi yang diajukan di persidangan

oleh pihak Para Penggugat ;

Telah mendengar kedua belah pihak berperkara ;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA:

Menimbang, bahwa penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 26 Mei 2015,

yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar tanggal 26 Mei 2015

dalam Register nomor : 399/Pdt.G/2015/PN.Dps, mengemukakan sebagai berikut :

1 Bahwa Para Penggugat adalah pemilik sah tanah dan bangunan dimana tanah

dengan Sertifikat Hak Milik atas nama: MARIHOT SIHOMBING NO 1324/

DESA TIBUBENENG, SELUAS 3100 m2, Kabupeten Badung, kecamatan Kuta

Utara, Desa Tibubeneng, Prov Bali dengan 12 (duabelas) villa di atasnya yang

digunakan Para Penggugat sebagai tempat usaha yaitu menyewakan Villa

terhadap pengunjung yang datang ke Bali.


2 Bahwa terhadap tanah dan bangunan dengan sertifikat hak milik atas nama

Penggugat 1 dan Para Penggugat, hingga saat ini belum pernah dilakukan AKTA

JUAL BELI atau menjual/ mengalihkan hak atas tanah dan bangunan dalam

perkara a qua kepada siapapun baik kepada Tergugat 1 maupun kepada Tergugat

2 atau pihak manapun;

3 Bahwa sekita awal tahun 2014, Para Penggugat sangat membutuhkan dana

pinjaman uang untuk mengembalikan dana pinjaman terhadap salah satu Bank

dengan besarnya pinjaman dan bunga kira-kira Rp. 6.500.000.000,- (enam milyar

lima ratus juta rupiah), sehingga Para Penggugat memerlukan dana talangan atau

uang pinjaman untuk mengembalikan pinjaman ke Bank tersebut, sehingga Para

Penggugat berkenalan dengan Tergugat 2 melalui saudara Bima untuk meminjam

uang karena Tergugat 2 mengaku mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang

dana talangan, dengan jaminan 1 ( satu sertifikat Hak Milik atas nama Marihot

Sihombing, dan 12 Villa yang berdiri di atasnya) yang di jaminkan di sebuah Bank

Swasta, dan dana tersebut di gunakan untuk membayar hutang tersebut.

4 Bahwa pada tanggal 25 Juli 2013, Para Penggugat mengadakan Perjanjian

Pengikatan Jual Beli atas sebidang tanah SHM No. 1324/Desa Tibubeneng, Kec

Kuta, Kab. Badung seluas 3.100 m2 dan 12 unit villa di atas tanah tersebut kepada

Sdr. R. ADAT PRAWIRA BIMA, ST dengan harga Rp. 43.000.000.000,- (empat

puluh tiga milyar rupiah) dengan pendanaan dari kredit bank, dan Sdr. R. Adat

Prawira Bima sangat memerlukan dana cepat untuk biaya administrasi bank sebagai

syarat pencairan kredit tersebut;

5 Bahwa atas saran dan nasehat Sdr. R. Adat Prawira Bima ST, dianjurkan untuk

mencari dana talangan atau bridging loan dan memperkenalkan Sdri. Linda dan

teman-teman atau Tergugat 2 dan menurut pengakuannya sebagai kuasa hukum

dan orang kepercayaan Tergugat 1, dimana Tergugat 2 mengatakan bahwa dana

talangan akan diberikan bila dilakukan peminjaman uang dengan PERJAJIAN


PENGIKATAN JUAL DAN BELI KEMBALI atau SALES AND BUY BACK

AGREEMENT selama 4 (empat) bulan dan akan dikembalikan uang Tergugat

dalam jangka 4 (empat) bulan karena Sdr R Adat Prawira Bima ST akan

mendapatkan dana pinjaman dari Bank Lain.

6 Bahwa Para Penggugat menceritrakan kepada Tergugat 2, bahwa Para

Penggugat akan mengembalikan uang pinjaman tersebut selama 4 (empat bulan)

sejak di pinjam nya uang itu, dan atas permintaan tersebut, Tergugat 2 bersedia

untuk memberikan uang pinjaman untuk menebus sertifikat Para Penggugat

dengan syarat Para Penggugat harus bersedia menyerahkan sertifikat tanah milik

atas nama Marihot Sihombing atau Penggugat 1 sebagai jaminan dan harus di buat

akte jaminan di hadapan Notaris yang ditunjuk oleh Terugat 1 dan Tergugat 2

kepada Turut Tergugat 2

7 Bahwa untuk mendapatkan dana yang di sarankan oleh Sdr R. Adat Prawira Bima

ST, Para Penggugat selalu berhubungan dengan Tergugat 2 dan kawan-kawan,

dan tidak pernah berhubungan dengan Tergugat 1, baik secara fisik (langsung)

maupun tidak langsung melainkan selalu melalui Tergugat 2 dan kawan-kawan,

sehingga Tergugat 2 bersedia memberikan pinjaman uang untuk menebus sertifikat

Para Penggugat yang ada di Bank

8 Bahwa atas saran dan petunjuk dari Tergugat 2 dan teman-temannya, bahwa

apabila dilakukan pinjam-meminjam uang kepada Tergugat 1 maka harus

dibuatkan Perjanjian Perikatan Jual Beli Tanah dan Kuasa, Akta Jual Beli

Bangunan, serta Perjanjian Pengosongan serta sertifikat yang telah di tebus dari

Bank di kuasai oleh Tergugat 1, dan pembatalan semua hak-hak tanggungan

serta perikatan-perikatan yang terjadi atas tanah SHM atas nama Marihot

Sihombing serta atas nama PT BALI HOLIDAY POINT, pembatalan tersebut

telah dilakukan di hadapan Turut Tergugat 1 oleh Penggugat 1 ,adapun perikatan


yang telah dilakukan atas tanah dan bangunan tersebut a qua dalam perkara yang

telah dibatalkan diantaranya adalah:

1 18-06-08 Akta No 83 tanggal 18-06-08 tentang PERJANJIAN HUTANG yang


dibuat Notaris Evi Susanti Panjaitan SH, yaitu Pengakuan Hutang dari
Marihot Sihombing, baik sebagai Direktur PT BALI HOLIDAY POINT
yang mendapat persetujuan dari Robert CH, Komisaris PT BALI
HOLIDAY POINT yang bertindak sebagai Kreditur atau pihak pertama
dan Marihot Sihombing sebagai Pribadi sebagai pihak kedua atau
peminjam/ debitur, dimana pihak kedua mendapat pinjaman fasilitas dari
pihak pertama maksimum RP 2.500.000.000,- untuk jangka waktu tidak
ditentukan lamanya. Dengan jaminan Pasal 7 akta tersebut, yaitu
sebidang tanah di Desa Tibubeneng SHM an Marihot Sihombing No
1324 seluas 3.100 m², Kuta Bali Utara;
2 18-06-08 Akta No 84 tangal 18-06-08 tentang PERNYATAAN, yang di buat di
Notaris Evi Susanti Panjaitan, SH , Marihot S membuat pernyataan
bahwa sesuai dengan akta no 83 tanggal 18-06-08 di atas, pinjaman
tersebut berasal dari PT BALI HOLIDAY POINT, berkedudukan di
Kabupaten Badung, mendapat pinjaman uang sebesar 2.500.000.000,-
yang digunakan untuk pembangunan usaha di wilayah RI.
3 18-06-08 Akta no 85 tanggal 18-06-08 tentang PERNYATAAN yang dibuat di
Notaris Evi Susanti Panjaitan SH, oleh Marihot Sihombing, menyatakan
bahwa dalam pembelian tanah tersebut di atas seluruhnya adalah milik
PT BALI HOLIDAY POINT berkedudukan di Badung, Denpasar Bali,
bahwa dalam membeli tanah yang mana penghadap disebutkan selaku
pihak pembelinya, hal mana disebabkan oleh karena sesuatu dan lain hal
sehingga dengan demikian selaku pemilik dan yang berhak atas tanah
tersebut di atas sebenarnya adalah PT BALI HOLIDAY POINT
berkedudukan di Kabupaten Badung. Pasal 1 mengatakan bahwa tanah
tersebut adalah benar-benar milik perusahaan perseroan PT BALI
HOLIDAY POINT, walaupun surat-suratnya atas nama penghadap. Pasal
3, ijin untuk untuk melakukan tindakan hukum harus persetujuan tertulis
dari PT BALI HOLIDAY POINT;
4 18-06-08 Perjanjian sewa menyewa tanah pada tanggal 18 Juni 2008 dengan akta
No 86, oleh Notaris Evi Susanti Panjaitan, SH, Notaris di Badung, antara
Marihot Sihombing sebagai pihak pertama atau yang menyewakan
kepada Marihot Sihombing sebagai Direktur PT BALI HOLIDAY
POINT yang telah mendapat persetujuan dari Komisaris Perseroan Mr
Robert C sebagai pihak kedua, yang disebut sebagai penyewa, terhadap
sertifikat hak milik no 1324 an. Marihot Sihombing seluas 3100 m2, di
desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, Bali dengan No 398850.
22.03.08.06...01321 dengan daftar isian 13837/2007 yang dikeluarkan
oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Badung selama 30
(tigapuluh tahun) sampai 18-06-2038 dengan sewa sebesar RP. 100 jt
selama 30 tahun. Pembatalan diatur dalam pasal 13;
5 18-06-08 Perjanjian perpanjangan sewa menyewa tanah pada tanggal 18 Juni
2008 dengan akta No 87, oleh Notaris Evi Susanti Panjaitan, SH, Notaris
di Badung, antara Marihot Sihombing sebagai pihak pertama
menyewakan kepada Marihot Sihombing sebagai Direktur PT BALI
HOLIDAY POINT yang telah mendapat persetujuan dari Komisaris
Perseroan Mr Robert C, yang disebut sebagai penyewa, terhadap
sertifikat hak milik no 1324 an Marihot Sihombing seluas 3100 m2, di
desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, Bali dengan No 398850.
22.03.08.06...01321 dengan daftar isian 13837/2007 yang dikeluarkan
oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Badung selama 30
( tigapuluh tahun) lagi sampai 18-06-2068 dengan sewa sebesar RP. 100
jt selama 30 tahun. Dan telah dibayar lunas;
6 18-06-08 Akta No 90 tanggal 18-06-08 tentang WASIAT yang dibuat oleh notaris
Evi Susanti Panjaitan, SH dari Marihot Sihombing, yang berbunyi ‘Saya
tarik kembali dan hapuskan semua wasiat dan surat surat lain yang
mempunyai kekuatan wasiat yang dibuat oleh saya sebelum surat wasiat
ini, khususnya untuk tanah yang akan disebut di bawah ini tidak ada
yang dikecualikan. Saya menghibahkan wasiatkan harta saya kepada
PERUSAHAAN PT BALI HOLIDAY POINT berkedudukan di
Kabupaten Badung, atas sebidang tanah yaitu terhadap sebidang tanah di
Desa Tibubeneng SHM No 1324 seluas 3.100 m2, Kuta Bali Utara atas
nama MARIHOT SIHOMBING, berikut segala sesuatu yang telah
maupun kelak didirikan dan atau tertanam di atasnya yang karena
sifatnya, peruntukannya atau menurut hukum dianggap sebagai benda
tetap, Pelaksanaan wasiat tersebut di atas hanya akan dilakukan setelah
saya meninggal dunia. Pelaksana wasiat saya adalah Direksi PT BALI
HOLIDAY POINT.
7 11-07-08 Akta No 83 tanggal 11 Juli 2008 tentang PEMBERIAN HAK
TERTANGGUNG yang dibuat Notaris Evi Susanti Panjaitan, SH dari
Marihot Sihombing dengan persetujuan Sri Anne Rahayu istri Marihot S,
sebagai Pihak Pertama dan Marihot S, sebagai Direktur PT BALI
HOLIDAY POINT, Kabupeten Badung, sebagai pihak ke dua, selaku
penerima hak tanggungan;
8 08-08-08 Sertifikat hak milik no 1324 an Marihot Sihombing seluas 3100 m2, di
desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, Bali dengan No 398850.
22.03.08.06...01321 dengan daftar isian 13837/2007 yang dikeluarkan
oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Badung telah dibebani hak
tanggungan pertama sebesar RP 2.500.000,- berdasarkan akta pemberian
hak tanggungan yang dibuat , pada tanggal 11-07-2008, oleh Evi Susanti
Panjaitan, SH PPAT kepada perseroan terbatas PT BALI HOLIDAY
POINT berkedudukan di Kab Badung dengan sertifikat hak terganggung
No 2854/2008;
9 10-10-08 Akta No 15 tanggal 10 Oktober 2013, tentang SURAT KUASA, yang
dibuat oleh notaris Evi Susanti Panjaitan, SH, Marihot S sebagai
pemberi Kuasa, terhadap sebidang tanah di Desa Tibubeneng SHM
No 1324 seluas 3.100 m2, Kuta Bali Utara, dengan ini memberi kuasa
dan subsitusi kepada PT BALI HOLIDAY POINT sebagai PENERIMA
KUASA KHUSUS mewakili dan bertindak untuk membatalkan surat
surat akta no 83 tahun 2008, akta no 84, 85, 86, 87, 88, 89, tangal
18-06-08, akta no 14 tahun 2008, No 90 tahun 2008;
10 21-10-13 Pembatalan no 10 jam 00 wit tanggal 21-10-2013, dilakukan pembatalan
di hadapan notaris I Made Pria Dharsana, notaris di Badung, Marihot
Sihombing BERTINDAK setelah mendapat persetujuan dari Sri Annie
Rahayu dengan jabatan sebagai Direktur Perseroan PT. BALI HOLIDAY
POINT, berdasarkan rapat pengurus perseroan tanggal 11-09-2013 no
61, yang mendapat persetujuan dari komisaris perseroan ROBERT
CH;
Sri Anne Rahayu dan Robert Ch setelah akte perjanjian sewa menyewa

tanah tanggal 18-6-2013 no 86 dan akta perpanjangan sewa menyewa

tanah tertanggal 18-6-2013 akta 86 yang dibuat oleh notaris evi susanti

panjaitan, dan keduanya sepakat untuk membatalkan kedua akta


tersebut;

11 21-10-13 Pembatalan no 10 jam 10 wit tanggal 21-10-2013, dilakukan pembatalan


di hadapan notaris I Made Pria Dharsana, notaris di Badung, Marihot
Sihombing mengakui telah mengadakan perikatan sewa menyewa tanah
dengan Sri Anne Rahayu dan Robert Ch dengan akte perjanjian sewa
menyewa tanah tanggal 18-6-2013 no 86 dan akta perpanjangan
sewa menyewa tanah tertanggal 18-6-2013 akta 86 yang dibuat oleh
notaris Evi Susanti Panjaitan, SH dan keduanya sepakat untuk
membatalkan kedua akta tersebut;

9 Bahwa setelah point 8 di atas dilakukan atas nasehat dan saran dari Tergugat 2

dan kawan-kawan, dilakukanlah pinjam meminjam uang selama 4 (empat) bulan

dengan klausula perikatan perjanjian jual beli tanah dan bangunan dan atas

penjelasan yang meyakinkan dari Tergugat 2, dan adanya kebutuhan uang yang

sangat mendesak dari Para Penggugat, maka ditandatanganilah perikatan

perjanjian jual beli dan kuasa serta akta jual beli bangunan dan pengosongan yang

dikenal dengan akta no 25, 26 dan 27 pada tanggal 24-10-2013 antara Para

Penggugat dan Tergugat 1;

10 Sesaat setelah penandatanganan perjanjian antara Para Penggugat dan Tergugat

1, Sdr. R. Adat Prawira Bima, ST. meminta dana pengurusan administrasi di Bank

Penggugat sebesar Rp. 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) agar kreditnya

segera cair dan dapat melunasi pembayaran jual beli tanah dan bangunan antara

R. Adat Prawira Bima ST kepada Para Penggugat yang telah dilakukan pada

tanggal 25 Juli 2013, tetapi Para Penggugat hanya menyanggupi membiayainya

sebesar Rp. 2.886.186.000,- (dua milyar delapan ratus delapan puluh enam juta

seratus delapan puluh enam ribu rupiah) yang Para Penggugat transfer melalui

Bank BCA;

11 Bahwa untuk tujuan di atas, pada tanggal 24-10-2013, telah dilakukan perikatan

antara Para Penggugat dan Tergugat 1 atas bantuan dan pengarahan dari

Tergugat 2 dan kawan-kawan serta di hadapan Turut Tergugat 2 dengan:


a Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa dengan Akta No. 25 tanggal 24

Oktober 2013 di hadapan Turut Tergugat 2 antara Penggugat 1 dengan

Tergugat 1, terhadap sebidang tanah dengan tanda bukti Sertifikat Hak Milik

No. 1324/Desa Tibubeneng, terdaftar atas nama MARIHOT SIHOMBING,

diuraikan dengan Surat Ukur tanggal 10-04-2007/desa tibubeneng/2007 seluas

3.100 m2, sesuai dengan surat penetapan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Badung tanggal 09-07-2007, yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Kuta,

Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng, dengan harga Rp. 15.000.000.000,-

(lima belas milyar rupiah), yang dibayarkan seluruhnya pada saat

penandatanganan Akta ini, dan oleh para pihak akan dibuatkan kwitansi

tersendiri sebagai tanda terima yang sah. Dan menurut Pasal 8 Akta No. 25,

dikatakan bahwa “kedua belah pihak sepakat bahwa perjanjian ini berlaku

terhitung mulai tanggal ditandatanganinya akta ini dan berakhir pada saat

akta jual beli ditandatangani antara Pihak Pertama dengan Pihak Kedua

di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah”;

b Bahwa Telah dilakukan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bangunan dengan Akta

No. 26 tanggal 24 Oktober 2013 di hadapan Turut Tergugat 2, antara

Penggugat 1 selaku Direktur PT. BALI HOLIDAY POINT dan pemegang 80

lembar saham PT. BALI HOLIDAY POINT dengan persetujuan Sdr.

ROBERT SHALACZKIEWICZ sebagai KOMISARIS PERSEROAN

Penggugat 2 dengan Tergugat 1, yang dikenal dengan BUDHA GARDEN

VILLA, Jalan Pemelisan Agung No. 12, Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan

Kuta Utara, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Tidak ada harganya tetapi

sudah merupakan satu paket dengan Akta No. 25, dan untuk penerimaan

jumlah uang tersebut akan dibuatkan kwitansi tersendiri sebagai tanda

penerimaan yang sah;


c Bahwa telah dibuat Perjanjian Pengosongan Tanah dan Bangungan dengan

Akta No. 27 di kantor Turut Tergugat 2, antara Penggugat 1 selaku Direktur

Penggugat 2 dan pemegang saham 80 lembar saham dari Penggugat 2 disertai

persetujuan KOMISARIS PERSEROAN dengan Tergugat 1, berdasarkan

Akta No. 25 dengan segala sesuatu yang sekarang dan telah atau nanti

dikemudian hari ditanam, didirikan dan melekat di atas bidang tanah tersebut,

Pihak Pertama akan mengosongkan selambat lambatnya tanggal 24-02-2014

setelah menerima pembayaran Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta

rupiah) dan menurut Pasal 1 pengosongan ini dibuktikan dengan telah

ditanda tanganinya BERITA ACARA serah terima yang ditandatangani

oleh Pihak Pertama;

d Term of condition dari jual dan beli kembali atau Sales And Purchase

Agreement yang dibacakan dan ditandatangani pada saat penandatangan Akta

No. 25, Akta No. 26 dan Akta No. 27 adalah waktu pembayarannya atau

pembelian kembali tanah dan bangunan adalah tanggal 24 Februari 2014 dan

jumlah pembayaran adalah Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah)

yang mana hingga saat ini Turut Tergugat 2 tidak pernah memberikannya;

12 Bahwa dalam perjalanan waktu, timbul beberapa permasalahan hukum

terhadap Perikatan Jual Beli dan Kuasa tersebut sebagaimana diuraikan

dalam Akta No. 25, Akta No. 26 dan Akta No. 27 yang dibuat oleh Turut

Tergugat 2, yaitu:

a Bahwa semua penandatangan ke tiga akta tersebut di atas a qua perkara ini

tidak disaksikan oleh Turut Tergugat 2 dan Tergugat 1;

b Bahwa Turut Tergugat 2 membuat Akta No. 25 adalah Perikatan Perjanjian

Jual Beli dan Kuasa, yang sebenarnya/seharusnya adalah Akta Jual dan Opsi
Untuk Membeli Kembali setelah 4 (empat) bulan atau yang umumnya disebut

SALES AND PURCHASE AGREEMENT atau pinjam meminjam uang;

c Harga transaksi tertulis harga jual dari Para Penggugat adalah sebesar Rp.

15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) padahal yang sebenarnya adalah

Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah) dengan harga beli kembali

yang akan dilakukan oleh Para Penggugat setelah 4 (empat) bulan adalah

Rp.15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah);

d Notaris atau Turut Tergugat-2 tidak menyaksikan pembayaran transaksi

apakah sudah dilakukan pembayaran sesuai dengan perjanjian atau tidak;

e Bahwa Akta Jual Beli dilakukkan oleh Penggugat 1 dengan Tergugat 1

terhadap sebidang tanah wajib dilakukan dan dihadiri oleh kedua belah pihak,

tetapi dalam perikatan ini, Tergugat 1 tidak pernah menghadiri penandatangan

dan pembacaan minutes/isi akta a qua perkara ini ;

f Akta No. 25, Akta No. 26, dan Akta No. 27 bukan Notaris atau Turut

Tergugat 2 yang membacakan melainkan Staff Notaris yang bernama Putri

Asih Fabiola di Kantor Notaris;

g Penandatanganan Akta No. 25, Akta No. 26, dan Akta No. 27 tidak dilakukan

di hadapan Notaris melainkan di hadapan Staff Notaris yang bernama Putri

Asih Fabiola;

h Akta tersebut dibaca di Bank Mutiara pada saat terjadi pembayaran di Bank

Mutiara;

i Pada saat penandatanganan Akta tersebut tidak pernah dihadiri oleh Tergugat 1

melainkan istri Tergugat 1 yang bernama ANSELA DHW

YOSOWIDAGDO;
j Bahwa harga 12 bangunan Villa dihargai 0 (nol) rupiah;

k Dilaksanakannya upaya pengosongan paksa oleh Tergugat 1 terhadap tanah

dan bangungan berupa Villa tanpa persetujuan dari Penggugat 1 dan tidak

dibuatkan berita acara pengosongan sebagaimana di syaratkan dalam Akta

No. 27;

l Bahwa pengelolaan Villa yang diambil alih oleh Tergugat 1 sangat merugikan

Penggugat 1 dan Penggugat 2;

m Bahwa Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 mengetahui bahwa Penggugat 2

adalah Perusahaan Penanaman Modal Asing dan salah satu komisarisnya adalah

Warga Negara Asing yang memberikan ijin, tetapi Akta No. 25, Akta No. 26

dan Akta No. 27 tidak dibuat dalam Bahasa Inggris;

13 Bahwa sebenarnya transaksi antara Para Penggugat dengan Tergugat 1 adalah

transaksi Jual dan Beli Kembali terhadap tanah dan Villa milik Para

Penggugat seharga Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah) yang akan di

lunasi seharga Rp. 15.000.000.000,- dalam tempo waktu 4 (empat) bulan, bukan

perjanjian sebagaimana disyaratkan dalam Akta No. 25 dan Akta No. 26 yang

dibuat oleh Turut Tergugat 2 oleh sebab itu sudah selayaknya PPJB tersebut

dibatalkan dan digantikan dengan Perjanjian Pengikatan Jual dan Beli

Kembali sebesar Rp. 11. 000.000.000,- (sebelas milyar rupiah) yang akan dilunasi

dalam 4 (empat) bulan sebesar Rp. 15.000.000,000,- (lima belas milyar rupiah);

14 Bahwa Turut Tergugat 2 mengatakan bahwa adapun isi Akte Perjajian Jual Beli

tersebut tertuang mengenai harga jual tanah dan bangunan yang dikenal dengan

nama Buddha Garden Villa yaitu sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar

rupiah) dan atas jual beli tersebut dilakukan pembayaran secara lunas sesuai

dengan kwitansi-kwitansi dan tanda terima pelunasan yang diberikan oleh


MARIHOT SIHOMBING kepada saksi pada tanggal 24 Oktober 2013 dan adapun

kwitansi tersebut antara lain:

a Kwitansi pembayaran sebesar Rp. 6.500.000.000,- (enam milyar lima ratus

juta rupiah) yang ditransfer ke Bank Mutiara Cabang Sudirman a.n. PT. Bali

Holiday Point tanggal Kwitansi adalah 23 Oktober 2013;

b Kwitansi pembayaran sebesar Rp. 4.500.000.000,- (empat milyar lima ratus

juta rupiah) ke Bank BCA KCP Sunset Boulevard Kuta Bali atas nama

MARIHOT SIHOMBING dan tanggal Kwitansi adalah 24 Oktober 2013;

c Kwitansi pembayaran sebesar Rp. 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah)

dibayar cash/tunai sesuai yang tertera dalam kwitansi tertanggal 23 Oktober

2013;

d Bahwa terkait pembayaran sebesar Rp. 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah)

secara cash/tunai Para Penggugat tidak pernah menandatanganinya dan

melihatnya, karena kwitansi ditandatangani tanggal 23 Oktober 2013,

sedangkan perjanjian di lakukan di Jakarta tanggal 24 Oktober 2013;

15 Dari keterangan di atas, sudah tentu harga jual yang dinyatakan dalam Akta Notaris

tersebut tidak sesuai dengan fakta hukum, sebab harga jual yang sebenarnya adalah

Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah) bukan Rp. 15.000.000.000,- (lima

belas milyar rupiah) sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Akta No. 25 tersebut.

Oleh sebab itu Akta No. 25 itu sudah selayaknya dikatakan akta palsu karena berisi

pasal-pasal yang tidak sesuai dengan kebenarannya. Untuk itu sudah selayaknya

Majelis Hakim menolak dan membatalkan Akta Perikatan Perjanjian Jual Beli

seharga Rp 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) melainkan Perjanjian

Jual dan Beli Kembali atau Sales And Purchase Agreement dengan harga Rp.

11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah);


16 Bahwa Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 dalam melakukan transaksi jual beli

tersebut tidak/bukan dengan itikat baik, karena Tergugat 1 membeli tanah dan

bangunan tersebut dari Para Penggugat karena Tergugat 1 ingin menguasai

harta Para Penggugat dengan melawan hukum karena Tergugat 1 ingin dan

mau memanfaatkan kesempatan ini untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-

besarnya dari Para Penggugat;

17 Bahwa Tergugat 1 telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan

mengalihkan hak kepemilikan tanah dan bangungan tersebut kepada Turut

Tergugat 3. Perbuatan ini dilakukan oleh Tergugat 1 tanpa sepengetahuan Para

Penggugat, sehingga hak kepemilikan atas SHM No. 1324/Tibubeneng dari atas

nama Penggugat 1 menjadi atas nama Tergugat 1. Penggugat 1 mengetahui hal

tersebut setelah melakukan pengecekan di Kantor Pertanahan Kabupaten Badung

pada tanggal 13 Maret 2014 sedangkan Penggugat 1 sama sekali tidak pernah

menandatangani Akte Jual Beli di Notaris Turut Tegugat 2 dengan saudara

Tergugat 1. Oleh sebab itu perbuatan Tergugat 1, Turut Tergugat 1, Turut

Tergugat 2 sangat bertentangan dengan perundang-undangan yang ada di

Indonesia, sudah selayaknya Majelis Hakim memerintahkan agar Turut Tergugat 3

membatalkan HAK KEPEMILIKAN atas nama Terggugat 1 terhadap SHM No.

1324/Tibubeneng dan mengembalikannya kepada atas nama Penggugat 1;

18 Bahwa berdasarkan Akta No. 25 dan Akta No. 26, Tergugat 1 pada tanggal 2

Desember 2013 telah melakukan Jual beli (AJB) sesuai Akta No. 290/2013 yang

dibuat oleh Turut Tergugat 1 antara Para Penggugat dengan Tergugat 1,

padahal Para Penggugat sendiri tidak hadir di kantor Turut Tergugat 1 dan

tidak pernah menadatangani akta tersebut sehingga akta tersebut terbukti

tidak sah dan cacat hukum, dan hingga saat gugatan ini diajukan Tergugat 1 dan
Turut Tergugat 1 tidak pernah memperlihatkan Akta No. 290/2013 tersebut di atas

kepada Penggugat 1;

19 Bahwa Tergugat 1 telah melakukan Pencatatan Peralihan Hak (balik nama) objek

sengketa kepada Turut Tergugat 3 (Kantor Pertanahan Kabupaten Badung) atas

objek sengketa untuk dan demi kepentingan hukum atau berdasarkan hukum dan

perbuatan hukum tersebut cacat hukum dan patut dinyatakan tidak sah dan batal

demi hukum;

20 Bahwa pada akhir bulan Februari 2014, sebelum tibanya jatuh tempo atau due date

pada tanggal 24 Februari 2014, Para Penggugat dan Sdr. R. ADAT PRAWIRA

BIMA berusaha untuk menemui Terguggat 1 dan Turut Tergugat 2 di Jakarta

tetapi Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 selalu menghindar dan tidak mau

menemui Para Penggugat padahal Para Penggugat ingin melaksanakan

Perjanjian Jual dan Beli Kembali sebagaiman disyaratkan dalam perjanjian

dalam Akta No. 25, Akta No. 26, dan term of condition pada tangggal 24

Oktober 2014;

21 Bahwa sejak tanggal 24 Februari 2014, Budha Garden Villa telah dikuasai oleh

Tergugat 1 dengan cara mengosongkannya secara paksa tanpa membuat berita

acara di hadapan Para Penggugat dimana Para Pengggugat tidak sempat

membawa apapun dari Villa baik perlengkapan maupun peralatan Villa karena Para

Penggugat 1 sedang berada di Jakarta untuk melakukan pembayaran membeli

kembali kepada Tergugat 1, oleh sebab itu Para Pengggugat sangat dirugikan

sebagai pengelola dan pemilik saham terhadap PT. BALI HOLIDAY POINT akibat

perbuatan Tergugat 1 tersebut. Tanah dan bangunan tersebut telah dikelola dan

hasilnya dinikmati oleh Tergugat 1 meskipun Tergugat 1 mengetahui dan

memahami dengan benar bahwa hubungan hukum antara Para Penggugat dan

Tergugat 1 bukan Jual Beli Tanah dan Bangunan melainkan JUAL DAN BELI
KEMBALI atau SALE AND PURCHASE AGREEMENT selama 4 (empat) bulan.

Adapun kerugian yang dialami Para Penggugat dengan tindakan Tergugat 1

adalah:

a Kerugian pendapatan dari pengelolaan Villa;

b Hilangnya sebahagian dan atau seluruhnya perlengkapan dan peralatan

operasional Villla yang dapat ditaksir Rp. 10.000.000.000,- ( sepuluh milyar

rupiah);

c Hilangnya aset Para Penggugat karena harga Villa untuk sekarang ini adalah

Rp. 60.000.000.000,- ( enam puluh milyar rupiah);

22 Bahwa Budha Garden Villa sekarang dikuasai secara melawan hukum oleh Terugat

1 tanpa seijin dari Para Penggugat, dan semua hasilnya dinikmati oleh Tergugat 1,

oleh sebab itu tindakan Tergugat 1 sangat bertentangan dengan rasa keadilan dan

kepatutan, dimana Budha Garden Villa milik Para Penggugat yang dikuasai oleh

Tergugat 1 dan dikelola oleh Tergugat 1 dengan melawan hukum dan hal ini

sangat merugikan Para Penggugat;

23 Bahwa oleh karena perbuatan Tergugat 1 dan Tergugat 2 serta Turut Tergugat 1

dan Turut Tergugat 2 terhadap Akta No. 25 tanggal 24 Oktober 2013 di hadapan

Turut Tergugat 2 antara Penggugat 1 dengan Tergugat 1, terhadap sebidang

tanah dengan tanda bukti Sertifikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng, terdaftar

atas nama MARIHOT SIHOMBING, diuraikan dengan Surat Ukur tanggal

10-04-2007/desa tibubening/2007 seluas 3.100 m 2, sesuai dengan surat penetapan

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Badung tanggal 09-07-2007, yang terletak di

Provinsi Bali, Kabupaten Kuta, Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng,

Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bangunan dengan Akta No. 26 tanggal 24 Oktober

2013 di hadapan Turut Tergugat 2, antara Penggugat 1 selaku Direktur PT. BALI

HOLIDAY POINT yang dikenal dengan BUDHA GARDEN VILLA, Jalan


Pemelisan Agung No. 12, Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara,

Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Yang tidak ada harganya tetapi sudah

merupakan satu paket dengan Akta No. 25, dan untuk penerimaan jumlah

uang tersebut akan dibuatkan kwitansi tersendiri sebagai tanda penerimaan

yang sah, Perjanjian Pengosongan Tanah dan Bangungan dengan Akta No. 27 di

kantor Turut Tergugat 2, antara Penggugat 1 selaku Direktur Penggugat 2 dan

pemegang saham 80 lembar saham dari Penggugat 2 disertai persetujuan

KOMISARIS PERSEROAN dengan Tergugat 1, berdasarkan Akta No. 25

dengan segala sesuatu yang sekarang dan telah atau nanti dikemudian hari ditanam,

didirikan dan melekat di atas bidang tanah tersebut, Pihak Pertama akan

mengosongkan selambat lambatnya tanggal 24-02-2014 setelah menerima

pembayaran Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dan menurut

Pasal 1 pengosongan ini dibuktikan dengan telah ditanda tanganinya BERITA

ACARA serah terima yang ditandatangani oleh Pihak Pertama, adalah jelas-

jelas bertentangan dengan hukum dan tidak sesuai dengan syarat-syarat tentang

adanya suatu perjanjian sebagaimana di atur dalam ketentuan pasal 1320

KUH Perdata. Perbuatan tersebut juga sangat merugikan Para Penggugat oleh

sebab itu, sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1365 KUH Perdata, Tergugat 1,

Tergugat 2 sudah sepatutnya mengganti kerugian dari Para Penggugat .

24 Bahwa terhadap perbuatan melawan hukum oleh Tergugat 1 telah dilaporkan oleh

Penggugat 1 kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bali, dengan

tanda Bukti Laporan No TBL/180/III/2014/SKPT/Polda Bali tanggal 19 Maret 2014

dan telah Penyidik Polda Bali memanggil Tergugat -1 , Tergugat -2, Turut

Tergugat -1 dan Turut Tergugat -2 dan saksi-saksi lainnya. Para penggugat

yang diwakili oleh Penggugat -1 dan hasil keterangan para pihak telah dinyatakan

dan dikutip dari GELAR PERKARA “ Tentang DUGAAN TINDAK PIDANA

PENIPUAN, PEMALSUAN SURAT, DAN ATAU MENEMPATKAN


KETERANGAN PALSU DALAM AKTE OTENTIK, sebagaimana dimaksud

dalam PASAL 378 KUHP, 263 KUHP, DA 266 KUHP oleh Penyidik Unit 1 Subdit

II Ditreskrim UM Polda Bali, yang keterangan para pihak yang dipanggil dalam

laporan tersebut adalah sebagai berikut:

NO TANG KETE TEMP KETERANGAN PARA PIHAK DI HADAPAN


GAL RANG AT PENYIDIK POLDA BALI
AN
1. Maret Marih Bali • Pada sekitar Maret 2013 awalnya Pelapor sepakat
2013 ot
Sihom menjual Buddha Garden Villa kepada Sdr.
bing
Sdr. FREDY CANDRA, dkk sesuai Perjanjian

Freddy Pengikatan Jual Beli tanggal 06 Maret 2013, akan

Candra, tetapi atas perjanjian tersebut saudara Sdr.

dkk FREDY CANDRA, dkk tidak memenuhi

kewajibannya yaitu melakukan pembayaran

sesuai waktu yang disepakati sehingga terhadap

perjanjian pengikatan jual beli dimaksud sepakat

dibatalkan,

2 Maret Sdri, Bali Pada sekitar Maret 2013 istri Pelapor sepakat menjual
2013 SRI Buddha Garden Villa kepada Sdr. FREDY CANDRA,
ANIE dkk sesuai Perjanjian Pengikatan Jual Beli tanggaal 6
RAHA Maret 2013 akan tetapi atas perjanjian tersebut Sdr.
YU FREDY CANDRA, dkk tidak memenuhi kewajibannya
yaitu melakukan pembayaran sesuai waktu yang
disepakati sehingga terhadap Perjanjian Pengikatan Jual
Beli dimaksud sepakat dibatalkan, setelah pembatalan
dengan Sdr. FREDY CANDRA, dkk selanjutnya
Buddha Garden Villa kami tawarkan kembali dan ada
penawaran dari R. Adat Prawira Bima, ST sesuai surat
penawaran tertanggal 6 Juli 2013;
3 Maret Evi Bali Bahwa saksi pernah membuat Akte Pendirian PT.
2013 Susanti Holiday Point, Akte Pernyataan Keputusan Rapat PT.
Panjait Bali Holiday Point nomor : 61 tanggal 11 September
an, SH 2013 dan Akte Pernyataan Keputusan Rapat no: 56
tanggal 11 September 2013 dan akte tersebut berisi
persetujuan pemegang saham perseroan kepada direksi
untuk menjual asset perseroan yaitu bangunan Buddha
Garden Villa berikut turutannya di Jalan Pemelisan
Agung nomor 12 Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta
Utara Kabupaten Badung tercatat atas nama PT. Holiday
Point;
• Bahwa antara R. ADAT PRAWIRA BIMA

dengan saudara MARIHOT SIHOMBING tidak

ada membuat perjanjian atau kesepakatan dan

memang benar di tempat saksi para pihak

tersebut berbicara (saudara R. ADAT PRAWIRA

BIMA akan membeli Buddha Garden Villa dan

akan memberikan DP sebesar Rp. 500.000.000,-

hal tersebut tidak terlaksana dan hanya janji-janji

saja R. ADAT PRAWIRA BIMA akan membeli

Buddha Garden Villa);

4 Juli Marih BALI Setelah pembatalan dengan Sdr. Fredy Candra, dkk
2013 ot selanjutnya Villa kami tawarkan kembali dan ada
Sihom penawaran dari R. Adat Prawira Bima, ST sesuai surat
bing penawaran tertanggal 06 Juli 2013;
R. • Bahwa atas penawaran tersebut setelah bertemu

Adat beberapa kali dengan Bapak R. Adat Prawira

Prawir Bima, ST dan Timnya selanjutnya disepakati

a harga jual sebesar Rp. 43.000.000.000,- (empat

Bima,S puluh tiga milyar rupiah) yang dituangkan dalam

bentuk perjanjian pengikatan jual beli dibawah


T
tangan antara pelapor dengan saksi R. Adat

Prawira Bima,ST tertanggal 25 Juli 2013;

• Bahwa sesuai dengan isi perjanjian yang telah

disepakati seharusnya pada tanggal 25 Juli 2013

R. Adat Prawira Bima, ST sudah membayar

tanda jadi sebesar Rp. 500.000.000,- (limaratus

juta rupiah) yang mana uang tersebut di transfer

dan disimpan di rekening Escrow BCA Cabang

Kuta No. Rekening 1461234581 a.n. Notaris Evi


Susanti Panjaitan namun hal itu tidak terlaksana

dan juga pembayaran-pembayaran lainnya tidak

juga terlaksana dengan alasan karena kredit yang

diajukan di Bank BCA oleh R. Adat Prawira

Bima, ST;

• Bahwa R. Adat Prawira Bima, ST belum bisa

memenuhi kewajiban membayar Buddha Garden

Villa karena permohonan kredit di BCA belum

bisa cair karena R. Adat Prawira Bima, ST

harus menyediakan uang Rp. 4.000.000.000,-

(empat milyar rupiah) supaya permohonan kredit

R. Adat Prawira Bima, ST dapat direalisasikan

dan atas permasalahan tersebut R. Adat Prawira

Bima, ST mengatakan akan mencari dana

talangan untuk kepentingan realisasi kredit di

Bank BCA dan juga untuk menebus Sertifikat

Hak Milik No. 1234/Tibubeneng di Bank Mutiara

atas nama Pelapor (Marihot Sihombing), atas

usulan R. Adat Prawira Bima, ST Pelapor

sepakat, dan berselang dua minggu kemudian R.

Adat Prawira Bima, ST kembali menemui

Pelapor dan mengajak tiga orang masing-masing

bernama Sdri. YANTI, Sdri. SUSAN, dan satu

lagi Pelapor tidak kenal dan menurut R. Adat

Prawira Bima, ST bahwa orang-orang ini bisa

membantu mencarikan dana talangan, dan

sebagai persyaratan Sdri. YANTI minta

dokumen/surat-surat terkait Buddha Garden Villa


yang akan diberikan kepada Sdri. LINDA

(Broker);

5 Juli Sdri, Bali Bahwa atas penawaran tersebut setelah ketemu beberapa
2013 SRI kali dengan Sdr. R. Adat Prawira Bima, ST dan
ANIE timnya selanjutnya disepakati harga jual sebesar Rp.
RAHA 43.000.000.000,- (empat puluh tiga milyar rupiah) yang
YU dituangkan dalam bentuk perjanjian pengikatan jual beli
dibawah tangan antara Pelapor dengan saksi R. Adat
Prawira Bima, SH tertanggal 25 Juli 2013;
• Bahwa sesuai dengan isi perjanjian yang telah

disepakati seharusnya pada tanggal 25 Juli 2013

Sdr. R.Adat Prawira Bima, ST sudah membayar

tanda jadi sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus

juta rupiah) yang mana uang tersebut ditransfer

dan disimpan direkening Escrow BCA Cabang

Kuta nomor rek : 1461234581 atas nama notaris

EVI SUSANTI PANJAITAN namun hal itu tidak

terlaksana dan juga pembayaran-pembayaran

lainnya tidak juga terlaksana dengan alasan

karena kredit yang diajukan di Bank BCA oleh

saudara R.ADAT PRAWIRA BIMA,ST tidak

bisa cair karena saudara bima belum bisa

menyediakan uang Rp. 4.000.000.000,- (empat

milyar rupiah) supaya permohonan kredit dapat

direalisasikan;

• Bahwa atas permasalahan tersebut Sdr. R. Adat

Prawira Bima, ST mengatakan akan mencari

dana talangan untuk kepentingan realisasi kredit

di Bank BCA dan juga untuk menebus sertifikat

hak milik nomor: 1234/Tibubeng di Bank

Mutiara atas nama pelapor (MARIHOT

SIHOMBING), atas usulan saudara Sdr. R. Adat


Prawira Bima, ST suami saksi (MARIHOT

SIHOMBING) sepakat dan berselang dua

minggu kemudian saudara Sdr. R. Adat Prawira

Bima, ST kembali menemui saksi dan pelapor

dengan mengajak 3 (tiga) orang masing-masing

bernama YANTI, SUSAN, dan satu lagi saksi

tidak kenal dan menurut saudara Sdr. R. Adat

Prawira Bima, ST bahwa orang-orang ini bisa

membantu mencairkan dana talangan dan sebagai

persyaratan saudara YANTI minta dokumen/

surat-surat terkait Buddha Garden Villa yang

akan diberikan kepada ibu LINDA;

6 Juli Sdr. R. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh saksi


2013 Adat dalam persiapan jual beli property milik MARIHOT
Prawir SIHOMBING adalah menghubungi teman saksi di Bank
a BCA Thamrin Jakarta untuk Take Over jaminan dari
Bima, Bank Mutiara ke Bank BCA namun sampai sekarang
tidak ada kabar, dan atas hal itu saksi sudah sampaikan
ST
kepada isteri pelapor (SRI ANNIE RAHAYU) bahwa
saksi tidak sanggup melakukan transaksi, namun ibu
RAHAYU terus telepon untuk membantu karena
pinjaman di Bank Mutiara jatuh tempo takut asset akan
di sita oleh Bank;
• Dengan adanya permintaan tersebut saksi berniat

membantu isteri pelapor dan mengontak bu

YANTI MARYUNI dan bu SUSAN yang sering

memberikan pinjaman pribadi dan setelah

bertemu saksi ceritakan property pelapor dan bu

YANTI bersedia membantu mencairkan pendana;

• Berselang 2 minggu kemudian saksi dikenalkan

dengan ibu LINDA dan bu LINDA bilang ada

pendana yang siap melakukan transaksi dan saat

itu saksi katakan ingin bertemu dulu dengan


pendana lalu saksi dikenalkan dengan Bapak

RAHARJA MUKTI dan saat itu disampaikan

pinjaman sebesar Rp. 15.000.000.000,- langsung

dipotong sebesar Rp. 1.000.000.000,- untuk

administrasi dengan jangka waktu 1 tahun dan

bunga sebesar 2 % perbulan namun pada saat

yang ditentukan pendana tidak hadir sehingga

transaksi batal.

7 Juli Evi Memang benar bu YANTI ada meminta dokumen/surat-


2013 Susanti surat terkait Buddha Garden Villa antara lain : Akte
Panjait Pernyataan Keputusan Rapat PT. Bali Holiday Point
an, SH nomor : 61 tanggal 11 September 2013 danAkte
Pernyataan Keputusan Rapat nomor : 56 tanggal 11
September 2013 dan akte tersebut berisi persetujuan
pemegang saham perseroan kepada direksi untuk
menjual asset perseroan yaitu bangunan Buddha Garden
Villa berikut turutannya di Jalan Pemelisan Agung
nomor 12 Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung tercatat atas nama PT. Holiday Point.
8 Juli KRIST Jakarta Saksi pernah diajak bu YANTI ke Bali dengan bertemu
2013 IN dengan bu RAHAYU dan pak MARIHOT SIHOMBING
WIRA namun saksi tidak mengetahui apa maksud dan tujuan
NATA pertemuan tersebut akan tetapi sesuai informasi yang
alias saksi dengar dari ibu YANTI adalah terkait jual beli
Buddha Garden Villa milik bapak MARIHOT
SUSA
SIHOMBING.
N
9 Agustus Marih Bali Sebulan kemudian (sekitar bulan Agustus 2013) Isteri
2013 ot Pelapor (Sdri. Sri Anie Rahayu) dihubungi oleh R. Adat
Sihom Prawira Bima, ST menyampaikan bahwa ada Pendana
bing sudah siap dan ingin melihat Buddha garden Villa dan
seminggu kemudian datang orang yang mengaku
bernama Ibu Harry Suganda (Ansela DHW
Tosowidagdo) dan Kuasa Hukumnya (Agustinus
dhaewea Musa/MOSES), Sdri. LINDA, Sdri. SUSAN,
Sdri. YANTI, dan ada beberapa orang lagi yang Pelapor
tidak kenal untuk mengecek Buddha Garden Villa dan
setelah melihat lihat Buddha Garden Villa rombongan
dimaksud bilang akan memikirkan dan akan
menghubungi kembali, dan dua minggu kemudian Isteri
Pelapor (Sri Anie Rahayu) ditelepon oleh Sdri. YANTI
mengatakan bahwa dana pinjaman disetujui dan tanggal
24 Oktober 2013 dana akan cair dan Pelapor beserta
Isteri serta Komisaris diminta datang ke Jakarta, namun
sebelum berangkat ke Jakarta pelapor diminta untuk
membatalkan semua perjanjian yang terkait dengan
Buddha Garden Villa yang pernah dibuat dengan
pihak lain;
10 Agustus Sdri, Bali Sebulan kemudian saksi dihubungi oleh Sdra BIMA
2013 SRI menyampaikan bahwa ada Pendana sudah siap dan ingin
ANIE melihat Buddha garden Villa dan seminggu kemudian
RAHA datang orang yang mengaku bernama Ibu HARRY
YU SUGANDA dan Kuasa Hukumnya, LINDA, SUSAN,
YANTI, dan ada beberapa orang lagi yang saksi tidak
kenal untuk mengecek Buddha Garden Villa dan setelah
melihat lihat Buddha Garden Villa rombongan dimaksud
bilang akan memikirkan dan akan menghubungi kembali
dan 2 minggu kemudian saksi ditelepon oleh Sdra Yanti
mengatakan bahwa dana pinjaman disetujui dan tanggal
24 Oktober 2013 dana akan cair dan saksi bersama
pelapor beserta I komisaris diminta datang ke Jakarta,
namun sebelum berangkat ke Jakarta pelapor diminta
untuk membatalkan semua perjanjian yang terkait
dengan Buddha Garden Villa yang pernah dibuat dengan
pihak lain;
11 Agustus Sdr. R. Jakarta Bahwa setelah batalnya transaksi tersebut, 2 minggu
2013 Adat kemudian saksi dihubungi oleh ibu RAHAYU dan ibu
Prawir YANTI bahwa mereka berdua telah melakukan proses
a persiapan transaksi yang akan dilakukan di Jakarta di
Bima, Notaris INDRASARI KRESNADJADJA,SH dan saksi
ST diminta datang ke notaris namun setibanya di notaris
saksi hanya menunggu diluar dan tidak diperkenankan
masuk dan saksi diminta menunggu di Bank BCA;
• Memang benar saksi ada dikirim titipan dana ke

rekening saksi di BCA oleh pelapor sebesar Rp.

2.886.168.000,- dimana dana tersebut langsung

saksi ambil tunai sebesar Rp. 1.490.500.000,-

untuk dibayarkan kepada bu YANTI untuk

pembayaran jasa (biaya notaris dll) sedangkan

sisanya dipinjamkan kepada saksi untuk

kepentingan pengoprasian property milik

pelapor.

• Bahwa terhadap perjanjian jual beli dibawah

tangan antara saksi dengan saudara MARIHOT

SIHOMBING saksi menganggap batal karena

saksi tidak bisa memenuhi kewajiban sesuai yang

dituangkan dalam perjanjian tersebut dan

perjanjian dimaksud jatuh tempo pada tanggal 30

Oktober 2013;

12 Agustus YANT Jakarta Pada tanggal 19 Agustus 2013 saksi dan Bu LINDA
2013 I menemui saudara BIMA dikantornya Plaza Aldiron
MARY Mbau di Pancoran untuk konfirmasi apakah benar yang
UNI D bersangkutan memilki asset-aset yang akan dijual dan
setelah pertemuan saudara BIMA bilang memiliki asset
berupa rumah di Kelapa Gading, Rumah di
Rancamaya Bogor dan Villa di Bali dan saat itu
saudara BIMA minta diprioritaskan Buddha Villa di
Bali karena kreditnya sudah macet di Bank Mutiara
dan adapun harga yang ditawarkan saat itu menyebut
angka Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah)
namun saat itu saksi bilang kalau asset di luar
Jakarta bisa dijual cepat kalau harganya sangat
miring;
• Bahwa setelah mendapatkan dokumen saksi

berikan kepada beberapa patner dan ternyata Bu

LINDA menghubungi saksi dan menanyakan

apakah sudah melakukan survey dan saksi bilang

belum dan saksi akan survey bila sudah

mengetahui persyaratan dari Bu LINDA dan data

itu Bu LINDA persyaratannya antara lain: Lokasi

asset harus bagus, bukan nomine clear dan clean

dan harga miring;

• Bahwa atas permintaan tersebut saksi sampaikan

kepada BIMA dan saudara bima menyanggupi

boleh diharga murah tetapi dengan catatan diberi

kesempatan untuk membeli kembali (Buy Back);

• Pada tanggal 20 Agustus saksi dan BU SUSAN

berangkat ke Bali dan keesokan harinya baru bisa

bertemu dengan BU RAHAYU bersama dengan

Pak BIMA, BU RAHAYU sudah memahami apa

persyaratannya yang diajukan calon pembeli

seperti yang saksi sampaikan kepada Pak BIMA

dan Bu RAHAYU juga menceritakan status

kreditnya di Bank Mutiara sudah mendapatkan


surat peringatan ke II (dua) karena hal itulah Bu

RAHAYU setuju menjual dengan harga miring

asalkan realisasinya cepat dan bisa dibeli

kembali.

• Pada tanggal 22 Agustus 2013 bu linda, pihak

Bank minta ketemu dengan pemilik Buddha

Villa, namun diwakili oleh Pak BIMA dalam

pertemuan dibahas masalah pengecekan sertifikat

di BPN yang akan dilakukan keesokan harinya

pada tanggal 23 Agustus 2013 staf notaris batal

melakukan pengecekan SHM sehingga jual beli

tidak bisa dilanjutkan.

13 Agustus ANSE Bali Bahwa sewaktu saudari LINDA menawarkan Buddha


2013 LA Garden Villa tersebut memang telah diberikan harga
DHW sebesar Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah)
YOSO namun saat itu saksi bilang lebih baik kita survei dulu
sambil bertemu dengan pemiliknya sehingga saksi
WIDA
GDO putuskan datang ke Bali;
• Pada saat pertemuan di Bali dengan saudara

MARIHOT SIHOMBING beserta isterinya (Ibu

SRI ANNIE RAHAYU) menyatakan benar tanah

dan bangunan tersebut adalah milik mereka dan

saat itu Bu RAHAYU mempertegas kembali

harga Villa sebesar Rp. 11.000.000.000,- (sebelas

milyar rupiah) namun dalam kurun waktu 4

(empat) bulan agar diberikan kesempatan untuk

membeli kembali dengan harga Rp.

15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah);

14 Agustus AGUS Bali Bahwa saksi ditugaskan oleh saudara HARRY


2013 TINUS SUGANDA untuk mendampingi isterinya melakukan
DHAE survei di Bali terkait rencana pembelian Buddha Garden
WEA Villa dan saat melakukan survei tersebut saksi bertemu
MUSA dengan MARIHOT SIHOMBING dan ibu RAHAYU
saat pertemuan saksi tanyakan hubungan hukum antara
alias
MARIHOT SIHOMBING dengan Buddha Garden Villa
MOSE
dan Buddha Garden Villa milik siapa sambil minta
S
dokumen-dokumen asli untuk saksi cocokan dengan
dokumen copyan yang saksi terima dan saat itu ibu
RAHAYU semua dokumennya ada di notaris EVI
SUSANTI PANJAITAN,SH.
• Bahwa sebelum saksi pergi ke notaris Evi saksi

diajak mampir ke toko roti oleh bu RAHAYU

dan disana bertemu dengan seseorang yang

bernama ROBERT dan saudara ROBERT

menyampaikan kepada MARIHOT dan bertanya

apakah serius mau membeli karena sudah ada

peringatan dari pihak Bank Mutiara untuk

melunasi hutang-hutang PT. Bali Holiday Point.

• Bahwa setelah saksi bertemu dengan notaris EVI

SUSANTI disana saksi menemukan dokumen

lain yaitu Surat Kuasa dari Mr. WLOD ZIMERZ

J.W kepada MARIHOT SIHOMBING tanggal 25

Februari 2013 dan surat kuasa dari G.K

MARCANIAK tanggal 1 Maret 2013 yang

berisi tentang memberikan persetujuan kepada

MARIHOT SIHOMBING untuk melakukan

penjualan aset PT. Bali Holiday Point dan atas

surat kuasa tersebut dituangkan dalam akte

notaris nomor: 61 tanggal 11 September 2013.

• Selain akte tersebut saksi juga menemukan akte

Nomine dari PT. Holiday Point kepada

MARIHOT SIHOMBING, Akte Perjanjian Sewa

Menyewa selama 30 (tiga puluh) tahun, dan Akte

Perpanjangan Sewa Menyewa selama 30 (tiga

puluh) tahun dan berakhir 2068.

15 Septem YANT Jakarta Pada bulan September 2013 Bu Linda bawa lagi calon
ber I pembeli yang lain namun batal dan selanjutnya pada
2013 MARY Bulan Oktober 2013 saksi dihubungi oleh Bu LINDA
UNI D bahwa ada calon pembeli lain yang bisa merealisasi
cepat tetapi nilainya dibawah calon pembeli sebelumnya
dan atas hal itu saksi sampaikan kepada BU RAHAYU
dan BU RAHAYU setuju dengan angka Rp.
11.000.000.000,- dan harga Buy Back nya Rp.
15.000.000.000,- ( lima belas milyar rupiah).
16 Oktober Marih Jakarta Bahwa setibanya di Jakarta, Pelapor, Isteri Pelapor, dan
2013 ot Robert langsung menuju ke Notaris Indrasari
Sihom Krisnadjadja, SH untuk penandatanganan PPJB yang
bing , sebetulnya utang piutang, dan yang hadir saat itu antara
Sri lain Pelapor, Isteri Pelapor (Sri Anie Rahayu),
ROBERT, YANTI, SUSAN, R. Adat Prawira Bima,
Anie ST, dan Staff Notaris Indrasari Krisnadjadja, SH;
• Bahwa sebelum akta ditandatangani terlebih
Rahayu,
dahulu Notaris (Notaris Indrasari
Robert
Krisnadjadja, SH) telah membacakan isi dan
Chlaczk
maksud akta tersebut, setelah itu baru
iewicz,
ditandatangani, dan setelah penandatanganan

selanjutnya Pelapor beserta yang lain diajak ke

Bank Mutiara Jakarta Selatan dalam rangka

pencairan dana dan penebusan Sertifikat di Bank

Mutiara, dan di Bank Mutiara dibacakan kembali

akta-akta yang sebelumnya Pelapor tandatangani

di kantor notaris, setelah dibacakan kemudian

dilakukan pembayaran sebesar Rp.

6.500.000.000,- (enam milyar lima ratus juta

rupiah) dibayarkan ke Bank Mutiara untuk

penebusan SHM, dan sebesar Rp.

4.500.000.000,- (empat milyar lima ratus juta

rupiah) ditransfer ke rekening pelapor sedangkan

Sertifikat diserahkan kepada Notaris Indrasari

Krisnadjadja, SH sebagai jaminan atas

pinjaman pelapor sebesar Rp. 15.000.000.000,-


(lima belas milyar rupiah) yang jatuh tempo pada

tanggal 24 Februari 2014;

17 Oktober Sdri, Jakarta Bahwa setibanya di Jakarta pelapor, saksi dan Robert
2013 SRI langsung menuju ke INDRASARI KRISNAJAYA, SH
ANIE untuk penandatanganan PPJB yang sebetulnya utang
RAHA piutang dan yang hadir saat itu antara lain pelapor,
YU saksi, ROBERT, YANTI, SUSAN, BIMA, dan Staff
Notaris;
• Bahwa sebelum akta ditandatangani terlebih

dahulu Notaris telah membacakan isi dan

maksud akta tersebut setelah itu baru

ditandatangi dan setelah penandatanganan

selanjutnya saksi beserta yang lain diajak ke

Bank Mutiara Jakarta Selatan dalam rangka

pencairan dana dan penebusan Sertifikat di Bank

Mutiara;

• Bahwa setibanya di Bank Mutiara dibacakan

kembali akta-akta yang sebelumnya saksi dan

pelapor tandatangani di kantor notaris setelah

dibacakan kemudian dilakukan pembayaran

sebesar Rp. 6.500.000.000,- (enam milyar lima

ratus juta rupiah) dibayarkan ke Bank Mutiara

(untuk penebusan SHM, sebesar Rp.

4.500.000.000,- (empat milyar lima ratus juta

rupiah) ditransfer ke rekening pelapor sedangkan

sertifikat diserahkan kepada notaris INDRASARI

KRISNADJADJA, SH sebagai jaminan atas

pinjaman pelapor sebesar Rp. 15.000.000.000,-

(Limabelas Milyar Rupiah) yang jatuh tempo

pada tanggal 24 Februari 2014;

18 Oktober YANT Jakarta Pada tanggal 17 Oktober 2013 ibu ANSI (isteri calon
2013 I pembeli) Bpk HARRY SUGANDA didampingi oleh
MARY Bpk MOSES, Bu Linda dan saksi bertemu dengan Bu
UNI D RAHAYU dan MARIHOT SIHOMBING dalam
pertemuan tersebut dibahas mengenai nilai jual
• Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah)

dan nilai Buy Backnya Rp. 15.000.000.000,-

(lima belas milyar rupiah) dan jangka waktu

kesempatan Buy Backnya 4 (empat) bulan

kedepan setelah ada kesepakatan kemudian

bersama-sama ke notaris EVI SUSANTI

PANJAITAN,SH untuk verifikasi dokumen dan

saat itu Pak MOSES menemukan dokumen sewa

menyewa dan nomine, atas temuan tersebut Bu

LINDA menyampaikan jual beli ini bisa tidak

terlaksana dan BU RAHAYU minta tolong

kepada saksi supaya jual beli bisa jalan dan BU

LINDA mengatakan jual beli bisa dilanjutkan

asalkan dilakukan pembatalan terlebih

dahulu atas Akte nomine dan sewa-menyewa

dan hal itu saksi sampaikan kepada Bu

RAHAYU dan Bu RAHAYU sepakat sehingga

dibuatkan Akte pembatalan di notaris I

MADE PRIA DHARSANA,SH.

• Pada hari Kamis tanggal 24 Oktober 2013

bertempat di Bank Mutiara Cabang Sudirman

Jakarta telah dilakukan penanda tanganan Akte

perjanjian jual beli dan kuasa serta akte

pengosongan antara MARIHOT SIHOMBING

(selaku penjual) dengan HARRY SUGANDA

(selaku pembeli) dimana sebelum penanda


tanganan tersebut terlebih dahulu telah dibacakan

isi maksud dan tujuan akte oleh notaris dan yang

hadir saat itu adalah saksi, Pak ROBERT, Pak

MARIHOT, Bu RAHAYU, Pak BIMA, Ibu

ANSI, Pak MOSES, dan notaris beserta staff nya

serta dari pihak Bank Mutiara, dan setelah

penanda tanganan akte-akte tersebut kemudian

dilakukan penebusan sertifikat di Bank Mutiara.

19 Oktober LIND Jakarta Pada tanggal 17 Oktober 2013 saksi bersama dengan
2013 A Bapak MOSES, dan Ibu ANSI melakukan survei lokasi
Buddha Garden Villa di Bali yang ditawarkan untuk
dijual dan juga untuk bertemu dengan pemiliknya dan
memastikan harga dan saat itu Bu RAHAYU
menyampaikan Villa tersebut miliknya dan akan dijual
dengan harga Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar
rupiah) dan saksi diminta untuk segera
direalisasikan karena sertifikatnya berada di Bank
Mutiara Jakarta sedangkan dokumen terkait
Buddha Garden Villa berada di notaris EVI
SUSANTI PANJAITAN,SH dan Bu RAHAYU juga
menyampaikan kepada IBU ANSI supaya diberikan
untuk membeli kembali dengan harga Rp.
15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) dalam
jangka waktu 4 (empat) bulan
• Bahwa atas jual beli tersebut pak ROBERT minta

agar ditransaksikan pada tanggal 18 Oktober

2013 atau paling lambat tanggal 21 Oktober

2013 karena Villa Buddha akan segera

dilelang oleh Bank Mutiara saat Pak MOSES

bilang dokumen Villa Buddha belum lengkap dan

akan dicek terlebih dahulu selain itu juga PAK

HARRY SUGANDA (sebagai pembeli) masih

berada di luar Negeri kalaupun mau dipaksakan

transaksi paling cepat tanggal 24 Oktober 2013.

• Setelah pertemuan tersebut saksi bersama, bu


YANTI, pak MOSES dan bu ANSI pergi ke

notaris EVI SUSANTI PANJAITAN,SH untuk

mengecek kelengkapan dokumen Buddha Villa

dan disana pak MOSES menemukan Akte sewa

menyewa, akte perpanjangan sewa menyewa dan

Nomine, atas penemuan tersebut saksi kaget dan

marah sama YANTI karena dari awal saksi sudah

bilang sama YANTI ada 4 (empat) syarat

mutlak harus dipenuhi antara : tidak ada

perjanjian Nomine atas aset tersebut, lokasi

bagus, harga miring asetnya clear and clean.

• Dengan adanya temuan tersebut Pak MOSES

bilang jual beli bisa dilanjutkan asal semua akte

tersebut dibatalkan terlebih dahulu atas

permintaan tersebut bu RAHAYU dan pak

MARIHOT SIHOMBING menyetujui

pembatalan akte tersebut sehingga pada tanggal

24 Oktober 2013 bertempat di Bank Mutiara

Jakarta terjadi penanda tanganan Akte

Perjanjian Pengikat Jual Beli dan Kuasa, akte

pengosongan, akte jual beli bangunan dan

setelah itu dilakukan pelunasan hutang

MARIHOT SIHOMBING di bank Mutiara

dan mengambil jaminannya dan sebelum ditanda

tangani akte-akte tersebut terlebih dahulu telah

dibacakan oleh notaris dan notaris

menanyakan apakah para pihak ada yang


keberatan mengenai akte ini dan para pihak

menjawab tidak ada.

20 Oktober KRIST Jakarta Memang benar saksi pernah diajak ke kantor Notaris
2013 IN INDRASARI KRESNADJADJA,SH di Jakarta oleh
WIRA ibu YANTI sekitar bulan Oktober 2013 dan saksi tidak
NATA mengetahui maksud dan tujuan ke kantor notaris tersebut
alias dan setelah itu dilanjutkan ke Bank Mutiara disana
SUSA terjadi penanda tanganan perjanjian jual beli antara
N MARIHOT SIHOMBING dengan bapak HARRY
SUGANDA dan yang hadir saat itu adalah ibu
YANTI, PAK MARIHOT, BU RAHAYU, PAK
ROBERT, dan Pak BIMA.
21 Oktober INDR Jakarta Memang benar pada tgl 24 Oktober 2013 bertempat di
2013 ASARI Bank Mutiara Jakarta Selatan telah dilakukan
KRES penandatanganan akte Perjanjian Pengikatan Jual Beli
NADJ dan kuasa nomor: 25, akte perjanjian jual beli bangunan
ADJA, nomor: 26 dan akte pengosongan nomor: 27 antara
SH MARIHOT SIHOMBING (Selaku Penjual) dengan
saudara HARRY SUGANDA (Selaku Pembeli) dan saat
itu dihadiri oleh: Ibu SRI ANNIE RAHAYU (isteri
MARIHOT SIHOMBING), Ibu ANSI (isteri dari
bapak HARRY SUGANDA) selaku pembeli, Ibu
YANTI, LINDA dan bapak MOSES serta sebelum akte
ditanda tangani terlebih dahulu telah dibacakan dan
dijelaskan maksud dan isi masing-masing akte
tersebut setelah para pihak menyatakan setuju baru
dilakukan penanda tanganan oleh para pihak.
• Bahwa adapun isi akte perjajian jual beli tersebut

tertuang mengenai harga jual tanah dan

bangunan yang dikenal dengan nama Buddha

Garden Villa yaitu sebesar Rp. 15.000.000.000,-

(lima belas milyar rupiah) dan atas jual beli

tersebut dilakukan pembayaran secara lunas

sesuai dengan kwitansi-kwitansi dan tanda terima

pelunasan yang diberikan oleh PAK MARIHOT

SIHOMBING kepada saksi pada tanggal 24

Oktober 2013 dan adapun kwitansi tersebut

antara lain :

a Kwitansi pembayaran sebesar Rp.

6.500.000.000,- yang ditransfer ke Bank Mutiara


cabang Sudirman a.n PT. Holiday Point

b Kwitansi pembayaran sebesar Rp.

4.500.000.000,- ke Bank BCA Kcp Sunset

Bulovard Kuta bali atas nama MARIHOT

SIHOMBING

c Kwitansi pembayaran sebesar Rp.

4.000.000.000,- dibayar Cash/tunai sesuai yang

tertera dalam kwitansi tertanggal 23 Oktober

2013

• Bahwa terkait pembayaran sebesar Rp.

4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) secara

cash/tunai saksi tidak melihatnya dan saksi

hanya diberikan copy kwitansi pembayaran

nya oleh MARIHOT SIHOMBING sambil

memperlihatkan aslinya.

• Bahwa sewaktu para pihak datang ke kantor

saksi sama sekali tidak pernah menyinggung

terkait masalah hutang piutang melainkan para

pihak menyampaikan rencana transaksi jual beli

maka atas penjelasan tersebut saksi selaku notaris

menyiapkan Akte Perjanjian Pengikatan Jual Beli

dan Kuasa, PPJB Bangunan dan Pengosongan

dan kalau saudara MARIHOT SIHOMBING

menyampaikan masalh utang piutang maka Akte

yang saksi buatkan adalah Akte perjanjian utang

piutang dan siapkan adalah saksi akan

membuatkan permasalahan janjian utang piutang


pemasn HT bukan Akte PPJB dan Kuasa.

22 Oktober ANSE Jakarta Bahwa atas jual beli tersebut sudah dilakukan
2013 LA pembayaran lunas oleh suami saksi (HARRY
DHW SUGANDA) setelah dilakukan penanda tanganan
YOSO Perjanjian Jual Beli dan Kuasa di Bank Mutiara dan
WIDA sebelum ditanda tangani akte perjanjian jual beli dan
GDO kuasa menjual terlebih dahulu telah dibacakan dan
dijelaskan maksud dan isinya oleh notaris
INDRASARI KRSNADJADJA, setelah para pihak
sepakat baru ditanda tangani.
• Bahwa saat penanda tanganan PPJB dan

kuasa memang benar suami saksi (HARRY

SUGANDA) tidak hadir di Bank Mutiara

karena yang bersangkutan langsung ke Bank

BCA untuk melakukan transfer pembayaran ke

rekening saudara MARIHOT SIHOMBING dan

pembayaran ke Bank Mutiara.

23 Oktober AGUS Jakarta Atas temuan tersebut saksi sampaikan kepada LINDA
2013 TINUS kalau mau transaksi dilanjutkan akte-akte tersebut harus
DHAE dibatalkan dan pada tanggal 21 Oktober 2013 saksi
WEA mendapat fhoto copy akte pembatalan.
MUSA • Pada tanggal 24 Oktober 2013 saudara
alias
MOSE MARIHOT SIHOMBING, isterinya (Ibu
S
RAHAYU) bertemu saksi di Bank Mutiara

Jakarta dengan maksud untuk melakukan

transaksi jual beli terhadap Buddha Garden

Villa dan pada saat itu hadir pula ibu ANSE

(isteri bpk HARRY SUGANDA), LINDA,

YANTI, Notaris INDRASARI

KRESNADJADJA, LALA (staf notaris) dan 2

(dua) orang dari staf Bank.

• Pada saat di Bank Mutiara ditanda tangani Akte

Perjanjian Jual Beli dan Kuasa, Perjanjian jual

beli dan bangunan dan akte pengosongan, setelah


penanda tanganan selesai selanjutnya bapak

HARRY SUGANDA langsung mentransfer

uang ke rekening PT. Holiday Point di Bank

Mutiara sebesar Rp. 6.500.000.000,- (enam

milyar lima ratus juta rupiah) dan Rp.

4.500.000.000,- (empat milyar lima ratus juta

rupiah) ditransfer ke rekening pribadi Pak

MARIHOT SIHOMBING.

• Bahwa Buddha garden Villa dibeli dengan harga

sebesar Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar

rupiah) dengan hak opsi Buy Back (hak membeli

kembali) oleh saudara MARIHO SIHOMBING

dengan harga Rp. 15.000.000.000,- (lima belas

milyar rupiah) dalam jangka waktu selama 4

(empat) bulan dan batas akhir tanggal 24

Februari 2014 (berdasarkan kesepakatan lisan

antara penjual dan pembeli).

24 Oktober Notaris Bali Pada tanggal 21 Oktober 2013 saudara MARIHOT


2013 SIHOMBING bersama isterinya datang ke kantor saksi
I dan minta untuk membuat Akte Pembatalan Sewa
Menyewa, Akte Perpanjangan Sewa antara MARIHOT
MADE SIHOMBING dengan PT. Bali Holiday Point sesuai akte
nomor : 86 dan akte nomor : 87 tanggal 18 Juni 2008
yang dibuat di notaris EVI SUSANTI PANJAITAN,SH
PRIA
dan juga akte pembatalan pernyataan uang yang dipakai
untuk membangun diatas tanah MARIHOT
DHAR
SIHOMBING adalah bukan uang dari PT. Holiday Point
seperti dalam akte nomor : 85 tanggal 28 Juni 2008.
SANA, • Bahwa atas permintaan tersebut pada tanggal 21

SH Oktober 2013 saksi membuat Akte Pembatalan

nomor : 10 perihal pembatalan akte nomor : 86

dan akte nomor : 87 yang dibuat di notaris EVI

SUSANTI PANJAITAN,SH sedangkan akte


pembatalan nomor : 11 tanggal 21 Oktober 2013

membatalkan akte nomor : 85 tanggal 18 Juni

2008.

25 Oktober HARR Jakarta Pada sekitar bulan Oktober 2013 terlapor mendapat
2013 Y informasi dari ibu LINDA menyampaikan ada Villa di
SUGA Bali yang mau dijual, atas informasi tersebut pada
NDA tanggal 17 Oktober 2013 terlapor minta tolong kepada
isterinya untuk melakukan survei ke Bali dari hasil
survei isteri pelapor memberitahukan lokasinya bagus
selanjutnya terlapor meminta saudara MOSES (selaku
legal) untuk mengecek legalitas Villa tersebut.
• Karena kebutuhan dari saudara MARIHOT

(selaku pemilik) yang sangat mendesak dimana

Villa tersebut sedang dalam proses akan dilelang

di Bank Mutiara maka pak MARIHOT minta

supaya transaksi jual beli segera dilakukan lalu

atas hal itu terlapor berbicara dengan LINDA

asal dokumennya kengkap dan legalitasnya beres

(tidak ada Nomine dan aman buat terlapor) maka

transaksi bisa dilakukan dan terkait jual beli

Buddha Garden Villa tersebut semuanya terlapor

percayakan kepada saudari LINDA (selaku

broker) istri terlapor dan saudara MOSES (selaku

legal) dan mereka tetap berkoordinasi dengan

terlapor terkait transaksi jual beli Buddha Garden

Villa tersebut dan selanjutnya terlapor

menyiapkan keuangannya dan menanda tangani

dokumen-dokumen terkait jual beli tersebut.

• Bahwa Buddha Garden Villa terlapor beli dengan

harga Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar

rupiah) dan sudah terlapor bayar lunas dan

pembayarannya dilakukan di Bank BCA lewat


transfer ke rekening saudara MARIHOT

SIHOMBING sebesar Rp. 4.500.000.000,-

(empat milyar lima ratus juta rupiah) di rekening

Bank BCA Kcp Sunset Boulevard Kuta Bali

dengan nomor rekening : 7705034401 dan

sebesar Rp. 6.500.000.000,- (enam milyar lima

ratus juta rupiah) ke rekening Bank Mutiara

cabang Sudirman dengan nomor rekening :

1022000120356 atas nama PT. Bali Holiday

Point untuk pelunasan sertifikat Buddha Garden

Villa yang akan dilelang oleh Bank Mutiara.

• Setelah terlapor melakukan pembayaran, pada

sore harinya terlapor menandatangani surat-surat

berupa : PPJB dan Kuasa menjual, Jual beli

bangunan dan perjanjian pengosongan di Kantor

Notaris INDRASARI KRESNADJADJA yang

sebelumnya surat-surat tersebut telah ditanda

tangani oleh Bapak MARIHOT SIHOMBING di

Bank Mutiara yang disaksikan oleh isteri terlapo,

Bapak MOSES dan ibu LINDA.

• Memang banar dalam PPJB dicantumkan harga

sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar

rupiah) hal tersebut dibuat adalah atas

permintaan saudara PAK MARIHOT melalui ibu

LINDA dengan maksud dan tujuan karena ada

keinginan dari saudara MARIHOT SIHOMBING

dan istrinya saudari RAHAYU agar diberi

kesempatan untuk membeli kembali Buddha

Garden Villa dalam jangka waktu 4 (empat)


bulan dengan harga sebesar Rp. 15.000.000.000,-

(lima belas milyar rupiah) sehingga dalam PPJB

dan Kuasa menjual dicantumkan harga sebesar

Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah)

26 Desemb Notaris Bali Bahwa pada tanggal 2 Desember 2013 juga dibuat Akte
er 2013 I MADE Jual beli (AJB) sesuai akte nomor : 290/2013 antara
HARRY SUGANDA dengan saudara MARIHOT
PRIA SIHOMBING sedangkan yang menjadi dasar dalam
pembuatan AJB tersebut adalah adanya Akte Kuasa
DHARSA yang dimuat dalam PPJB nomor : 25 tanggal 24
Oktober 2013 yang dibuat dihadapan notaris
NA, SH INDRASARI KRESNADJADJA,S.H.M.kn. di Jakarta
Selatan;
• Bahwa adapun yang hadir saat itu adalah

saudara HARRY SUGANDA bertindak

berdasarkan kuasa yang termuat dalam perjanjian

pengikatan jual beli nomor : 25, sehingga tidak

memerlukan lagi.

27 Pebruari Marih Jakarta Mengingat utang tempo tanggal 24 Pebruari 2014, pada
2014 ot tanggal 19 Pebruari 2014 Pelapor dengan Sdr. Robert
Sihom Chlaczkiewicz menemui R. Adat Prawira Bima, ST di
bing , Jakarta namun yang bersangkutan tidak ada, dan pada
Robert tanggal 20 Pebruari 2014 baru bisa ketemu, selanjutnya
kami bersama-sama pergi ke Notaris Indrasari
Chlacz Krisnadjadja, SH untuk menebus sertipikat yang
Pelapor jaminkan, ternyata Notaris Indrasari
kiewicz Krisnadjadja, SH tidak mau ketemu dengan alasan
sudah tidak ada lagi urusan dengan Notaris karena hal
, itu sudah menjadi urusannya Sdri. LINDA (Broker) dan
silahkan menghubungi Sdri. LINDA (Broker);

R.

Adat

Prawir

Bima,

ST.

28 Februari Sdri, Jakarta Mengingat utang tempo pada tanggal 24 Februari 2014,
2014
SRI pada tanggal 19 Februari 2014 pelapor dengan
ANIE saudara ROBERT menemui BIMA di Jakarta
RAHA namun yang bersangkutan tidak ada dan pada
YU tanggal 20 baru bisa ketemu selanjutnya kami bersama-
sama pergi ke notaris INDRASARI KRISNADJADJA,
SH untuk menebus sertifikat yang pelapor jaminkan
ternyata notaris INDRASARI KRISNADJADJA, SH
tidak mau ketemu dengan alasan sudah tidak ada
lagi urusan dengan notaris karena hal itu sudah
menjadi urusannya LINDA dan silahkan
menghubungi LINDA
29 Februari Robert Jakarta Pada tanggal 24 Februari 2014 pada saat saksi pergi
2014 Chlacz ke notaris INDRASARI KRISNADJADJA, SH di
kiewicz Jakarta bersama dengan saksi R. ADAT PRAWIRA
BIMA dan pelapor MARIHOT SIHOMBING
dengan tujuan meminta dokumen Buddha Garden
Villa dan setelah ditunjukan saksi melihat ada PPJB
terhadap objek tanahBuddha Garden Villa sesuai
sertifikat hak milik nomor : 1234 seluas 3.100 M2 antara
MARIHOT SIHOMBING dengan HARRY SUGANDA
dimana sebelumnya perjanjian dibuat antara MARIHOT
SIHOMBING (pelapor) dengan HARRY SUGANDA
adalah pinjam meminjam uang;
• Bahwa saksi tidak mengetahui adanya dokumen

terkait pinjam meminjam tersebut dan dokumen

yang ada adalah berupa PPJB nomor : 25 tanggal

24 Oktober 2013 yang mana sesuai penjelasan

dari karyawan notaris hanya sebagai security

terhadap perjanjian utang piutang;

30 Pebruari YANT Jakarta Pada tanggal 17 Februari 2014 Bu RAHAYU datang


2014 I ke Jakarta untuk bertemu saksi,Bu LINDA dan SUSAN
MARY dalam pertemuan tersebut Bu RAHAYU minta tolong
UNI D supaya bu LINDA memperpanjang Buy Backnya
sebulan lagi.
• Pada tanggal 21 Februari 2014 saksi dihubungi

oleh pak BIMA dan mereka minta ketemu Bu

LINDA dan kebetulan Bu LINDA saat itu sedang

sakit sehingga tidak bisa ketemu dan Bu LINDA

menghubungi saksi menyampaikan bahwa Pak

ROBERT marah-marah dan atas penyampaian

tersebut saksi menghubungi saudara BIMA dan


BIMA bilang Pak ROBERT mau ketemu Bu

LINDA kok sulit sekali padahal mereka

bermaksud untuk melakukan Buy Back

(pembelian kembali), karena kesulitan tersebut

mereka ( pak BIMA, pak ROBERT, pak

MARIHOT) menemui notaris INDRASARI

dengan maksud melakukan Buy Back dan minta

rekening pak HARRY SUGANDA namun

notaris tidak bisa memberikan karena tidak tahu

nomornya atas hal itu selanjutnya saksi

memberikan nomor rekening Bu LINDA

kepada pak BIMA dan menyampaikan

silahkan transfer ke rekening Bu LINDA

namun sampai tutup Bank hari itu dan

keesokan harinya juga tidak ada transfer

yang masuk.

• Bahwa terkait Buy Back tersebut hanya

kesepakatan lisan tanpa dituangkan dalam

bentuk perjanjian dan Buddha Garden Villa

dibeli dengan harga Rp. 11.000.000.000,-

(sebelas milyar rupiah).

31 Pebruari LIND Jakarta Pada tanggal 17 Februari 2014 bu RAHAYU meminta


2014 A bertemu dengan saksi dan YANTI bertempat di Tebet
Jakarta dalam pertemuan Bu RAHAYU minta supaya
dicarikan pembeli lain untuk Villa Buddha dengan harga
Rp. 50.000.000.000,- ( lima puluh milyar rupiah) dan
juga meminta perpanjanagan Buy Back selama 1 (satu)
bulan saat itu saksi bilang agar Bu RAHAYU minta
perpanjangan secara tertulis kepada Bapak HARRY
SUGANDA tetapi sampai dengan saat ini tidak pernah
diberikan oleh BU RAHAYU.
• Pada tgl 21 Februari 2014 saksi dihubungi oleh
ROBERT melalui telepon dengan memakai

bahasa Inggris campuran Polandia karena saksi

tidak mengerti ucapannya sehingga HP saksi

tutup selanjutnya berselang 2 menit kemudian

saksi dihubungi staff notaris INDRASARI

KRESNADJADJA menyampaikan bahwa

ROBERT, BIMA dan MARIHOT SIHOMBING

datang ke kantor notaris dengan maksud

memberikan cek senilai Rp. 15.000.000.000,-

untuk pembelian kembali Buddha Villa dan

saat itu saksi katakan agar ceknya diterima

dan dibuatkan tanda terima, berselang 15

menit kemudian BIMA menghubungi saksi agar

ceknya tidak diterima karena cek tersebut

milik BIMA.

32 Pebruari HARR Jakarta Bahwa benar telah terjadi pertemuan dalam rangka
2014 Y memenuhi permintaan dari Bu RAHAYU lewat telepon
SUGA milik pak MOSES kepada terlapor dan dalam pertemuan
NDA tersebut yang dihadiri oleh terlapor, isteri terlapor,
pak MOSES, bu LINDA, bu YANTI, Pak
MARIHOT, Pak ROBERT dan satu orang polandia
dimana Bu RAHAYU malah tidak hadir dalam
pertemuan tersebut dan saat itu Pak ROBERT
melalui Pak MARIHOT meminta uang tambahan
sebesar Rp. 18.000.000.000,- (delapan belas milyar
rupiah) dan atas dasar kebijaksanaan dan
kemanusiaan terlapor secara pribadi hanya sanggup
membantu sebesar Rp. 4.000.000.000,- (empat milyar
rupiah), setelah mendengan hal tersebut Pak ROBERT
langsung keluar dan disusul oleh Pak MARIHOT dan
orang Polandia dan YANTI.
• Berselang beberapa saat Pak MARIHOT dan

YANTI masuk kembali ke dalam ruangan dan

meninta agar uang kebijaksanaan dan

kemanusiaan tersebut tidak kurang dari Rp.


10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) atas hal

itu terlapor meminta waktu untuk berdiskusi

dengan isteri terlapor, selama diskusi Pak

MARIHOT dan YANTI keluar dari ruangan dan

setelah memutuskan terlapor memanggil

kembali Pak MARIHOT dan YANTI serta

menyetujui uang kebijaksanaan tersebut

sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar

rupiah) dengan cara mencicil sebanyak 5

(lima) kali (Rp. 2.000.000.000,-) setiap Bulan.

• Pak MARIHOT mengatakan akan mendiskusikan

hal ini kepada pihak Pak ROBERT dan orang

Polandia dan akan memberi kabar secepatnya

setelah mereka pulang ke Bali sampai dengan

sekarang tidak ada kabar dan malahan dilaporkan

ke Polisi.

• Memang benar pada tanggal 21 Februari 2014

Bu LINDA menyampaikan kepada terlapor

bahwa Pak MARIHOT akan melakukan

pembelian kembali atas Buddha Garden Villa

tetapi sampai tanggal 24 Februari tidak ada

pembayaran.

33 Maret Marih Jakarta Terlapor Harry Suganda tanpa sepengetahuan Pelapor


2014 ot telah mengalihkan hak kepemilikan atas SHM No. 1234/
Sihom Tibubeneng dari atas nama Pelapor Marihot Sihoimbing
bing menjadi atas nama HARRY SUGANDA dan hal itu
Pelapor ketahui dari Kuasa Hukum Pelapor setelah
melakukan Pengecekan Sertipikat di Kantor
Pertanahan Kab. Badung pada tanggal 13 Maret
2014 sedangkan Pelapor sama sekali tidak pernah
menandatangani Akta Jual Beli di Notaris I Made Pria
Dharsana, SH dengan Sdr. HARRY SUGANDA;
• Sesuai isi dari Perjanjian Jual Beli dan Kuasa No.

25 yang dibuat di Notaris Indrasari Krisnadjadja,

SH yang isinya Pelapor telah sepakat menjual

tanah dengan SHM No. 1324/Tibubeneng

menurut Pelapor adalah tidak benar karena

Pelapor selaku pemilik tanah tidak pernah

menjual tanah tersebut kepada Sdr. HARRY

SUGANDA seharga Rp. 15.000.000.000,- (lima

belas milyar rupiah) sesuai isi akta dimaksud

karena sebelum akte No. 25 ditandatangani

terlebih dahulu Pelapor telah menjual tanah dan

bangunan tersebut kepada Sdr. Fredy Candra,

dkk seharga 36.000.000.000,- (tiga puluh enam

milyar rupiah) karena batal Pelapor kembali

menjual kepada R. Adat Prawira Bima, ST

dengan harga Rp. 43.000.000.000,- (empat puluh

tiga milyar rupiah) dan adapun perjanjian dengan

Sdr. HARRY SUGANDA adalah masalah utang

piutang akan tetapi dibuat seolah-olah adanya

jual beli;

34 Maret Sdri, Jakarta Terlapor HARRY SUGANDA tanpa sepengetahuan


2014 SRI pelapor telah mengalihkan hak kepemilikan atas Shm
ANIE nomor : 1234/tibu beneng dari atas nama pelapor
RAHA MARIHOT SIHOMBING menjadi atas nama HARRY
YU SUGANDA dan hal itu pelapor ketahui dari kuasa
hukum pelapor setelah melakukan pengecekan di Kantor
Pertanahan Kabupaten Badung pada tanggal 13 Maret
2014 sedangkan pelapor sama sekali tidak pernah
menandatangani akte Jual Beli di Notaris I MADE PRIA
DHARSANA,SH dengan saudara HARRY SUGANDA;
• Sesuai isi perjanjian jual beli dan kuasa nomor :

25 yang dibuat di Notaris INDRASARI

KRISNADJADJA, SH yang isinya pelapor


(MARIHOT SIHOMBING) telah sepakat

menjual tanah dengan SHM nomor: 1234/

Tibuneng menurut saksi adalah tidak benar

karena pelapor selaku pemilik tanah tidak pernah

menjual tanah tersebut kepada saudara HARRY

SUGANDA seharga Rp. 15.000.000.000,- (lima

belas milyar rupiah) sesuai isi akte dimaksud

karena sebelum akte nomor : 25 ditanda tangani

terlebih dahulu pelapor telah menjual tanah dan

bangunan tersebut kepada saudara FREDY

seharga Rp. 36.000.000.000,- (tiga puluh enam

milyar rupiah) karena batal pelapor kembali

menjual kepada saudara BIMA dengan harga Rp.

43.000.000.000,- ( empat puluh tiga milyar

rupiah) dan adapun perjanjian dengan saudara

HARRY SUGANDA adalah masalah hutang

piutang akan tetapi dibuat seolah-olah adanya

jual beli;

SUMBER: Gelar perkara tentang DUGAAN TINDAK PENIPUAN,

PEMALSUAN SURAT DAN ATAU MENEMPATKAN KETERANGAN PALSU

DALAM AKTE AUTHENTIK SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL ,

378, 263, 266, KUHPA, PENYIDIK UNIT 1 SUBDIT II DIT RESKRIM UM

POLDA BALI.

25 Bahwa Para Penggugat adalah peminjam yang beritikat baik atau pelaku yang

melakukan perbuatan hukum dengan Tergugat 1 dengan perjanjian SALES AND

PURCHASE AGREEMENT atau menjual dengan opsi membeli kembali

berkeinginan untuk membeli kembali dengan harga Rp. 11.000.000.000,- (sebelas


milyar rupiah) ditambah bunga bank sesuai dengan bunga bank yang wajar dan

berlaku yaitu sebesar 6% (enam persen) se tahun;

26 Bahwa harga sewa Villa tersebut dalam semalam adalah US$ 200,- dan tingkat

hunian atau “occupation rate” dalam sebulan adalah 50 %, oleh sebab itu

pendapatan Tergugat 1 yang merupakan kerugian Para Penggugat mulai dari

bulan Maret 2014 sampai sekarang atau bulan Februari 2015 (1 tahun atau 365 hari)

adalah 365 hari x 50% x 12 villa x US$ 200,- = US$ 438.000,-

27 Bahwa dengan perbuatan Tergugat 1 sangat merugikan Para Penggugat dan Para

Penggugat dirugikan sebesar US$ 438.000,- dalam setahun, oleh sebab itu kepada

Yang Terhormat Majelis Hakim mohon agar memutuskan supaya Tergugat 1

membayar kerugian Para Penggugat tersebut secara tunai setiap tahunnya sampai

putusan ini mempunya kekuatan hukum yang mengikat;

28 Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas, perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat 1,

terbukti merupakan perbuatan melawan hukum dan sangat merugikan Para

Penggugat dan pemegang saham PT. BALI HOLIDAY POINT yang merupakan

WNA yaitu: Sdr. WYSOCZANSKI WLODZIMIERZ JERZY bertempat tinggal

di Polandia dengan Pasport No. EE 1435328 yang berlaku sampai 07 September

2022 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Polandia sebagai pemegang saham di PT.

Bali Holiday Point sebesar 48% dan Sdr. MARCINIAK GREZEGORZ

KRZYSZTOF bertempat tinggal di Polandia dengan Pasport No. EE 4177853

yang berlaku sampai 02 Agustus 2020 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Polandia

sebagai pemegang saham di PT. Bali Holiday Point sebesar 48%, dan demi

tegaknya hukum di Indonesia dimata INVESTOR ASING, kerugian yang dialami

Para Penggugat baik secara materiel maupun non materiel, yaitu:

Kerugian Materiel:
a Pendapatan sewa Villa 1 tahun yaitu US$ 438.000 x Rp.12.500,-= RP.

5.475.000.000,- (lima milyar empat ratus tujuh puluh lima juta rupiah);

b Bunga bank selama 1 tahun bila bunga 6% pertahun adalah Rp. 328.500.000,-

(tiga ratus dua puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah);

Adapun jumlah kerugian materiel yang dialami Para Penggugat selama 1

(satu) tahun penguasaan oleh Tergugat atas objek sengketa adalah Rp.

5.803.500.000,- (lima milyar delapan ratus tiga juta lima ratus ribu

rupiah).

Kerugian immateriel:

Dengan adanya perkara ini mengakibatkan nama baik Para Pengugat dihadapan

Invesator Asing sangat terganggu dan malu, oleh sebab itu mohon kepada Yang

Terhormat Majelis Hakim agar menghukum Tergugat 1 untuk membayar kerugian

immateriel sebesar RP. 5.000.000.000,- (lima milliyar rupiah).

29 Bahwa Para Penggugat sangat meragukan akan itikat baik dari Tergugat 1, dan

agar Para Penggugat tidak dirugikan oleh tidak adanya itikat baik Tergugat 1

walaupun Para Penggugat sudah berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik

secara kekeluargaan, maupun melaporkannya ke Polda Bali, maka mohon agar

Majelis Hakim dapat meletakkan uang paksa atau dwangsom kepada Tergugat 1

sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) perhari;

30 Bahwa untuk menjamin terlaksananya pembayaran ganti kerugian yang dialami

Para Penggugat, maka wajar apabila terhadap objek sengketa diletakkan sita

jaminan (conservatoir beslag) yaitu terhadap tanah beserta bangunan (objek

sengketa) dengan Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam

Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga

ribu seratus meter persegi) yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Badung,
Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng atas nama HARRY SUGANDA

(Tergugat 1 ) beserta 12 Villa di atasnya;

31 Bahwa oleh karena gugatan aquo didasarkan pada alasan hukum yang kuat serta

landasan bukti-bukti otentik yang tidak mungkin dapat disangkal dan dibantah lagi

kebenarannya, sehingga memenuhi syarat hukum untuk dinyatakan dapat dijalankan

terlebih dahulu walaupun ada bantahan, banding atau kasasi (uitvoorbaar bij

voorraad).

32 Bahwa Tergugat 1, Tergugat 2, dan Turut Tergugat 2 rupa-rupanya bukan hanya

terjadi kepada Para Penggugat dengan modus oprandi yang sama, juga terjadi

kepada ETTY NATALIA MURNININGSIH, yang beralamat di Jln Sairun No 19,

Kel Grogol Utara, kec Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang gugatannya telah di

daftarkan pada Pengadilan Negri Jakarta Selatan dengan No perkara No 604/Pdt-

G/2014/PN,Jkt.Sel pada tanggal 17 Oktober 2014 dimana sdri ETTI

NATALIA MURNININGSIH ingin meminjam uang dari Tergugat 1 melalui

Tergugat 2 tetapi Tergugat 1 dan Tergugat 2 bersama-sama dengan Turut

Tergugat 2 membuat Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa, Kuasa Untuk

menjual dan Perjanjian Pengosongan yang sama persis sebagaimana dialami oleh

Para Penggugat dan perkara tersebut sedang berproses sekarang di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan.

33 Bahwa perbuatan Tergugat 1, Tergugat 2 dan kawan-kawan, Turut Tergugat 2

dapat dipastikan merupakan pola yang sama dan digunakan untuk meraup

keuntungan yang sebesar-besarnya dari pihak-pihak yang mengalami kesulitan

uang, dan perbuatan ini sangat bertentangan dengan rasa keadilan dan kepatutan

yang ada di Indonesia.

DALAM PROVISI
1 Bahwa Para Penggugat tidak yakin dan percaya terhadap itikad baik Tergugat 1,

sehingga Para Penggugat menginginan akan mengelola Villa milik Para

Penggugat beserta seluruh inventarisnya, maka sudah selayaknya apabila Majelis

Hakim memerintahkan pengelolaan Villa untuk diserahkan kepada Para

Penggugat;

2 Bahwa Para Penggugugat meragukan itikad baik Tergugat 1 akan kepemilikan

tanah sebagaimana diuraikan dalam pokok perkara ini, maka dimohon agar Majelis

Hakim untuk meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap Sertifikat Hak

Milik No. 1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April

2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga ribu seratus meter persegi)

yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Utara, Desa

Tibubeneng atas nama HARRY SUGANDA (Tergugat 1) beserta 12 Villa di

atasnya;

3 Bahwa Para Penggugat sangat meragukan akan itikat baik dari Tergugat 1, dan

agar Para Penggugat tidak dirugikan oleh tidak adanya itikat baik Tergugat 1

walaupun Para Penggugat sudah berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik

secara kekeluargaan, maupun melaporkannya ke Polda Bali, maka mohon agar

Majelis Hakim dapat meletakkan uang paksa atau dwangsom kepada Tergugat 1

sebesar Rp. 10.000.000, (sepuluh juta rupiah ) perhari;

4 Bahwa untuk menjamin terlaksananya pembayaran ganti kerugian yang dialami

Para Penggugat, maka wajar apabila terhadap objek sengketa diletakkan sita

jaminan (conservatoir beslag) yaitu terhadap tanah beserta bangunan (objek

sengketa) dengan Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam

Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga

ribu seratus meter persegi) yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Badung,
Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng atas nama HARRY SUGANDA

(Tergugat 1 ) beserta 12 Villa di atasnya;

Bahwa berdasarkan dalil-dalil Para Penggugat di atas, mohon agar Yang Terhormat

Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar memutus:

1 Menerima dan mengabulkan dalil Para Penggugat dalam provisi untuk seluruhnya;

2 Menghukum dan memerintahkan kepada Tergugat 1 untuk menyerahkan

pengelolaan Budha Garden Villa dan beserta seluruh inventarisnya kepada Para

Penggugat walaupun ada upaya hukum lainya baik banding maupun kasasi;

3 Menghukum Tergugat 1 dengan uang paksa atau dwangsom sebesar Rp.

10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) perhari untuk di serahkan kepada Para

Penggugat;

4 Meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap Sertifikat Hak Milik No.

1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No.

1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak

di Provinsi Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng atas

nama HARRY SUGANDA (Tergugat 1) beserta 12 Villa di atasnya.

Dengan alasan-alasan tersebut di atas, maka Para Penggugat mengajukan gugatan ini

ke hadapan Yang Terhormat Ketua Pengadilan Negeri Denpasar untuk diperiksa dan

apabila pemeriksaan tersebut dipandang cukup mohon agar setelah memeriksa

berkenaan menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut:

1 Menerima dan Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;

2 Menyatakan Para Penggugat adalah PEMINJAM UANG dengan cara menjual

dan membeli kembali ATAU PEMBELI KEMBALI atau yang beritikat baik;

3 Menyatakan Tergugat 1 sebagai pemberi pinjaman Uang yang tidak beritikat

baik;
4 Menyatakan Tergugat 1, Tergugat 2, Turut Tergugat 1, dan Turut Tergugat 2

sebagai Pihak-pihak yang tidak beritikat baik dalam pembuatan perjanjian antara

Para Penggugat dan Tergugat 1 dan melakukan perbuatan melawan hukum yang

mengakibatkan adanya sengketa antara Para Penggugat dengan Tergugat 1;

5 Menyatakan perbuatan hukum antara Para Penggugat (Penggugat 1 dan

Penggugat 2) terhadap Tergugat 1 adalah perbuatan hukum pinjam meminjam

uang dengan cara JUAL DAN BELI KEMBALI atau SALE AND BUY BACK

AGREEMENT terhadap objek sengketa Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng,

yang diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No. 1254/

Tibubeneng/2004 luas 3.100 m2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak di

Provinsi Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng atas

nama HARRY SUGANDA (Tergugat 1 ) beserta 12 Villa di atasnya;

6 Menyatakan pinjam meminjam uang atau SALE AND BUY BACK

AGREEMENT atau JUAL DAN BELI KEMBALI antara Para Penggugat dan

Tergugat 1 adalah seharga Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah);

7 Memerintahkan Para Penggugat mengembalikan uang Tergugat 1 sebesar Rp.

11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah) secara tunai dan membebankan bunga

sebesar 6 % (enam persen) setahun sebagai uang pembelian kembali;

8 Menyatakan Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 melakukan perbuatan melawan

hukum yaitu melakukan dengan menyatakan perbuatan hukum Para Pengugat

dengan Tergugat 1 adalah PERIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI padahal

yang sebenarnya adalah perbuatan hukum SALE AND BUY BACK agreement atau

Pinjam Meminjam Uang dengan jaminan terhadap objek sengketa sebagaimana

dinyatakan dalam akta-akta:

9 Menyatakan Akta No. 25 adalah Batal Demi Hukum dan MEMBATALKAN

AKTA Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25 tanggal 24 Oktober
2014 yang dibuat di hadapan Turut Tergugat 2 berkedudukan di Kota Jakarta

Selatan antara Penggugat 1 dan Tergugat 1 karena bertentangan dengan pasal

1320 KUHP;

10 Menyatakan Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26 tanggal 24 Oktober

2014 yang dibuat di hadapan Turut Tergugat 2 berkedudukan di Kota Jakarta

Selatan bertentangan dengan hukum dan membatalkan Akta Perjanjian Jual

Beli Bangunan No. 26 yang masing-masing dibuat dan ditandatangani di hadapan

Turut Tergugat 2 dengan segala akibat hukumnya antara Penggugat 2 dan

Tergugat 1;

11 Menyatakan Turut Tergugat 1 adalah Notaris yang kurang beritikat baik dalam

pembuatan Akta No. 290/2013 tanggal 2 Desember 2013;

12 Menyatakan batal demi hukum dan membatalkan Akta tanggal 2 Desember 2013

juga dibuat Akta Jual beli (AJB) sesuai Akta No. 290/2013 yang dibuat oleh

Notaris I MADE PRIA DHARSANA, SH antara Penggugat 1 dengan

Tergugat 1 yang terbukti tidak sah dan cacat hukum dan batal demi hukum

dengan segala akibat hukumnya;

13 Menyatakan Peralihan hak (balik nama) sertifikat atas obyek sengketa cacat hukum,

tidak sah dan batal demi hukum, serta memerintahkan Turut Tergugat 3 untuk

mengembalikan objek sengketa ke pemilik semula yaitu Penggugat 1 atau Sdr.

MARIHOT SIHOMBING, segera setelah perkara ini mempunyai kekuatan hukum

mengikat;

14 Menyatakan tindakan Tergugat 1 yang mengosongkan tanah dan bangunan Villa

secara paksa merupakan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan

sehingga tindakan Tergugat 1 merupakan tindakan melawan hukum;


15 Menyatakan pengelolaan BUDHA GARDEN VILLA tanpa seijin dari Penggugat 1

dan Penggugat 2 sangat merugikan Para Penggugat, oleh sebab itu pengelolaan

Villa tersebut diserahkan kepada Para Penggugat;

16 Menghukum Tergugat 1 untuk membayar kerugian Para Penggugat berupa

kerugian materiel Rp. 5.803.500.000,- (lima milliar delapan ratus tiga juta lima

ratus ribu rupiah) pertahun dan kerugian immateril sebesar Rp.

5.000.000.000,- (lima milliyar rupiah) secara tunai;

17 Menghukum Tergugat 1 untuk menganti kerugian Para Penggugat atas hilangnya

sebahagian dan atau seluruhnya perlengkapan dan peralatan operasional Villla Rp.

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) secara tunai;

18 Menghukum Tergugat 1 untuk mengganti kerugian Para Penggugat atas

hilangnya aset Para Penggugat karena harga Villa untuk sekarang ini adalah Rp.

60.000.000.000,- (enam puluh milyar rupiah) secara tunai;

19 Menghukum Tergugat 1 dengan uang paksa atau dwangsom sebesar Rp.

10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) perhari untuk diserahkan kepada Para

Penggugat;

20 Menyatakan dan meletakkan sita jaminan (Conservatoir beslag) terhadap

Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam Surat Ukur

tanggal 10 April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga ribu seratus

meter persegi) yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta

Utara, Desa Tibubeneng atas nama HARRY SUGANDA (Tergugat 1 ) beserta 12

Villa di atasnya;

21 Menyatakan putusan perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun ada

bantahan, banding atau kasasi;


22 Menghukum Turut Tergugat 1, Turut Tergugat 2 dan Turut Tergugat 3 untuk

mentaati isi putusan dalam perkara ini;

23 Menghukum Tergugat 1 untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara

ini.

DALAM PROVISI

1 Menerima dan mengabulkan dalil-dalil Para Penggugat dalam provisi

untuk seluruhnya;

2 Menghukum dan memerintahkan kepada Tergugat 1 untuk

menyerahkan pengelolaan Budha Garden Villa dan beserta seluruh

inventarisnya kepada Para Penggugat walaupun ada upaya hukum

lainya baik banding maupun kasasi;

3 Menghukum Tergugat 1 dengan uang paksa atau dwangsom sebesar

Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) perhari untuk diserahkan

kepada Para Penggugat;

4 Meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap Sertifikat Hak

Milik No. 1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam Surat Ukur tanggal

10 April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga ribu

seratus meter persegi) yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten

Badung, Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng atas nama HARRY

SUGANDA (Tergugat 1 ) beserta 12 Villa di atasnya.

ATAU

Mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, untuk Para

Penggugat hadir kuasanya bernama : Drs. SABAR SITORUS,SH.,MM.


Sedangkan Tergugat I, Tergugat II, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II hadir

di persidangan diwakili oleh kuasa hukumnya yaitu : 1) I NYOMAN BUDI

ADNYANA, SH., 2) HARJONO RATMONO,SH., 3) I GUSTI NGURAH

MULIARTA,SH., 4) NI LUH PUTU NILAWATI,SH.MH., 5) LUH PUTU

SUGIARTINI,SH.MH., 6) PUTU AGUS TELING SW,SH., 7) NI KADEK RATNA

JAYANTI,SH., semuanya adalah Advokat yang berkantor di Genta Associates, Lawyer

& Counselors At Law, yang beralamat di Kompleks Pertokoan Gatsu Megah, jalan

Gatot Subroto Barat No. 311 Denpasar – Bali, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2

Juli 2015, yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar pada

tanggal 7 Juli 2015 dengan register Nomor : 1078/Daf/2015; Sedangkan Turut Tergugat

III tidak datang menghadap atau menunjuk kuasanya yang sah walaupun telah dipanggil

secara sah dan patut sesuai relaas panggilan tanggal 8 Juli 2015, 29 Juli 2015, 20

Agustus 2015 dan tanggal 27 Agustus 2015;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berupaya mendamaikan kedua belah

pihak yang berperkara melalui prosedur mediasi dengan difasilitasi mediator dari

pengadilan yaitu hakim Pengadilan Negeri Denpasar bernama : Putu Gede Hariadi,

SH.MH., namun pada tanggal 13 Agustus 2015 usaha perdamaian tersebut tidak berhasil

maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pembacaan surat gugatan Para Penggugat yang

isinya tetap dipertahankan oleh kuasa hukum Para Penggugat;

Menimbang, bahwa dalam menanggapi gugatan Para Penggugat tersebut,

Tergugat I, Tergugat II, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II melalui Kuasa

Hukumnya mengajukan jawaban yang disertai eksepsi pada pokoknya sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

1 Bahwa gugatan Para Penggugat Ne bis in idem.

Bahwa perkara yang diajukan oleh Para Penggugat mengenai Akta Perjanjian

Pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25, tanggal 24 Oktober 2013, Akta

Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26, tanggal 24 Oktober 2013 dan Akta

Perjanjian Pengosongan No.27, tanggal 24 Oktober 2013 telah ada perkara yang

masih berlangsung dalam tingkat banding. Dimana dalam tingkat Pengadilan


Negeri Denpasar nomor perkaranya adalah Nomor : 544/Pdt.G/2014/PN.Dps,

dan sebagai Penggugatnya adalah Fredy Candra, Trisno Winarso sebagai

Penggugat II, Bambang Sudrajat sebagai Penggugat III, Willy Bordus Bambang

sebagai Penggugat IV yang selanjutnya disebut dengan Para Penggugat. Sedang

sebagai Tergugatnya adalah Marihot Sihombing sebagai Tergugat I, Sri Annie

Rahayu sebagai Tergugat II, PT. Bali Holiday Point sebagai Tergugat III, R.

Adat Prawira Bima sebagai Tergugat IV, Harry Suganda sebagai Tergugat V,

Notaris Indrasari Kresnadjaja, SH sebagai Turut Tergugat I dan Badan

Pertanahan Nasional Kabupaten Badung sebagai Turut Tergugat II. Bahwa

dalam perkara tersebut Marihot Sihombing dan PT. Bali Holiday Point telah

pula mengajukan gugatan Rekonvensi, dimana dalam petitum gugatan

Rekonvensinya menuntut :

1 Mengabulkan gugatan Para Penggugat dr/ Para Tergugat dk seluruhnya ;

2 Menyatakan hukum bahwa Akta No. 25, 26 dan 27 tertanggal 24 Oktober

2013 yang dibuat dan ditandatangani oleh Para Tergugat dk/Para Penggugat

dr dan Tergugat V dihadapan Turut Tergugat 1 batal demi hukum dengan

segala akibat hukumnya yang disebabkan oleh karena Turut Tergugat 1 dan

Tergugat V tidak hadir pada saat penandatanganan akta-akta tersebut diatas ;

3 Menyatakan hukum peralihan hak (balik nama) SHM No. 1324 yang terletak

di Desa Tibubeneng atas nama Tergugat 1 cacat hukum, setidak-tidaknya

batal demi hukum serta memerintahkan Turut Tergugat 2 mengembalikan

objek sengketa ke pemilik semula yaitu Tergugat 1 setelah putusan perkara

ini mempunyai kekuatan hukum tetap ;

4 Menyatakan hukum Tergugat V dan Turut Tergugat 1 dan Tergugat IV telah

melakukan perbuatan melawan hukum secara tanggung renteng kepada Para

Tergugat dk/Para Penggugat dr untuk membayar ganti kerugian yang diderita

oleh Para Tergugat dk/Para Penggugat dr dan Para Penggugat dk/Para

Tergugat dr sebagai akibat melakukan perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh Tergugat IV, Tergugat V dan Turut Tergugat 1 dan ganti
kerugian sebagai akibat dari tindakan Turut Tergugat 1 yang membuat akta

No. 25, 26, dan 27 yang mengakibatkan Tergugat V menguasai Buddha

Garden Villa dengan diatas SHM No. 1324/Desa Tibubeneng sampai dengan

sekarang baik berupa kerugian Materiil maupun kerugian Inmateriil yang

dapat diperinci sebagai berikut :

Kerugian Materiil :

Kerugian Materiil sebesar Rp. 43.000.000.000,- (Empat puluh tiga miliar

rupiah) ;

Kerugian Inmateriil :

Kerugian Inmateriil yang diderita oleh Para Tergugat dk/Para Penggugat dr

adalah kerugian berupa keuntungan yang diharapkan oleh karena Para

Tergugat dk/Para Penggugat dr tidak dapat lagi mengelola Buddha Garden

Villa sebagai asset Perseroan PT. Bali Holiday Point seluas 3.100 M2 kepada

pihak lain karena Buddha Garden Villa sudah dikuasai oleh Tergugat V

sehingga Para Tergugat dk/Para Penggugat dr kehilangan mata pencaharian

yang diterima dari keuntungan Buddha Garden Villa sebesar Rp.

2.000.000.000,- (Dua miliar rupiah) ;

5 Menghukum Tergugat IV, Tergugat V dan Turut Tergugat 1 untuk

membayar uang paksa (dwang som) kepada Para Penggugat dr/Para Tergugat

dk sebagai keterlambatan Tergugat dr/Penggugat dk untuk melaksanakan

putusan perkara a quo sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) perhari

terhitung sejak perkara aquo mempunyai putusan yang telah berkekuatan

hukum tetap ;

6 Menghukum dan memerintahkan Tergugat V untuk mengosongkan Buddha

Garden Villa dan mengembalikan SHM No.1324/ Desa Tibubeneng kepada

Para Tergugat dk/Para Penggugat dr agar dapat mengembalikan uang muka

dari pembelian Buddha Garden Villa kepada Para Penggugat dk/Para

Tergugat dr sebesar Rp. 11.850.000.000,- ( Sebelas miliar delapan ratus lima

puluh juta rupiah) secara sukarela ;


7 Menghukum Tergugat IV, Tergugat V, dan Turut Tergugat 1 untuk

melaksanakan putusan perkara aquo terlebih dahulu walaupun ada upaya

hukum banding maupun kasasi ;

Bahwa atas gugatan Rekonvensi yang diajukan oleh Marihot Sihombing dan PT.

Bali Holiday Point PT. Bali Holiday Point, telah diputuskan oleh majelis hakim

perkara No. 544/Pdt.G/2014/PN.Dps sebagai berikut :

Dalam Rekonvensi :

• Menyatakan gugatan Penggugat Rekonpensi I,II,III/ Tergugat Konpensi I, II,

III tidak dapat diterima ;

• Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi V/Tergugat Konpensi V

sebagian ;

• Menyatakan Penggugat Rekonpensi V/Tergugat Konpensi V adalah pembeli

yang beritikad baik dan patut mendapat perlindungan hukum;

• Menyatakan Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25, Akta

Perjanjian jual beli bangunan No. 26 dan Akta Perjanjian Pengosongan No.

27 tanggal 24 Oktober 2013 yang dibuat dan ditandatangani dihadapan

Notaris Indrasari Kresnadjaja (Turut Tergugat 1 dalam konpensi) adalah sah

dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat ;

• Menyatakan Akta Jual Beli Nomor 290/2013 tanggal 02 Desember 2013

yang dibuat dihadapan Notaris/PPAT I Made Pria Dharsana, SH adalah sah

dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat ;

• Menyatakan Sertifikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng yang diuraikan

dalam surat ukur tanggal 10 April 2007 Nomor 1254/Tibubeneng/2007 luas

3.100 M2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak di Jalan Pemelisan

Agung No.12 Berawa Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara Kabupaten

Badung Propinsi Bali tercatat atas nama Penggugat Rekonpensi adalah sah

dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat ;


• Menolak gugat Penggugat Rekonpensi V/Tergugat Konpensi V selain dan

selebihnya.

Berdasarkan uraian tersebut telah jelas gugatan Para Penggugat mengandung Ne

Bis In Idem, dan untuk menghindari putusan yang tumpang tindih antara putusan

yang satu dengan yang lainnya, maka sudah sepatutnya gugatan Para Penggugat

dinyatakan tidak dapat diterima.

2 Kuasa Hukum Para Penggugat tidak sah.

Bahwa dalam persidangan kuasa hukum Para Penggugat tidak dapat

menunjukkan bukti berupa Berita Acara Penyumpahan sebagai seorang Advokat,

dan hanya menunjukkan Surat Keterangan dari Pengadilan Tinggi Bandung yang

menerangkan bahwa kuasa hukum Para Penggugat pernah disumpah, akan tetapi

tidak pernah dijelaskan apakah Berita Acara Sumpahnya masih berlaku sampai

sekarang, karena Berita Acara Sumpah tahun 1980- an wajib diperpanjang setiap

2 (dua) tahun sekali. Oleh karena kuasa hukum Para Penggugat tidak dapat

menunjukkan Berita Acara Sumpah yang masih berlaku, maka kuasa hukum

Para Penggugat tidak sah dalam mengajukan gugatan, termasuk juga tidak

mempunyai hak untuk melimpahkan baik sebagian maupun seluruhnya kepada

pihak lain. Apabila dipaksakan untuk dilimpahkan kepada pihak lain, maka

kuasa substitusi yang diberikan oleh kuasa hukum yang tidak sah, sudah

sepatutnya penerima kuasa substitusi juga dinyatakan tidak sah bertindak dalam

perkara ini.

3 Gugatan Para Penggugat mengandung cacat plurium litis consortium.

• Bahwa mengingat dalam posita gugatan Para Penggugat menyebutkan

nama R. Adat Prawira Bima yang terlibat dalam proses penjualan tanah

yang disengketakan, maka sudah sepatutnya R. Adat Prawira Bima

diikutsertakan sebagai subyek hukum dalam perkara ini. Oleh karena

peran R. Adat Prawira dalam perkara ini cukup besar, namun tidak
diikutkan sebagai para pihak, maka sudah sepatutnya gugatan Para

penggugat dinyatakan tidak dapat diterima karena subyek hukumnya

tidak lengkap, sebagaimana dikutip dalam buku hukum acara perdata M.

Yahya Harahap yang menyebutkan bahwa suatu gugatan kurang pihak

(plurium litis consortium) dianggap tidak memenuhi syarat formil dan

oleh karena itu gugatan didiskualifikasi mengandung cacat formil dan

berakibat putusan yang dinyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet

ontvankelijke verklaard/NO).

4 Gugatan Para Penggugat sangat kabur (obscuur libel).

Setelah dicermati secara teliti dan seksama, ternyata gugatan Para Penggugat

sangat kabur, dengan alasan :

a Gugatan Para Penggugat mencampur adukkan antara Perbuatan

melawan hukum dengan wanprestasi.

Bahwa dilihat dari inti gugatan Para Penggugat, bahwa gugatan diajukan

atas dasar Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25,

tanggal 24 Oktober 2013, Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26,

tanggal 24 Oktober 2013 dan Akta Perjanjian Pengosongan No.27,

tanggal 24 Oktober 2013, sehingga seyogyanya gugatan Para Penggugat

adalah mengenai Wanprestasi, namun dalam posita gugatan cenderung

perbuatan melawan hukum. Bahwa sesuai asas dalam Hukum Acara

Perdata, suatu gugatan agar memenuhi syarat formil, maka surat gugatan

tersebut haruslah memuat dalil yang terang dan jelas atau tegas

(duidelijke), Posita gugatan harus menjelaskan dasar hukum (recht

ground) dan dasar fakta (fetelijke ground). Petitum atau tuntutan surat

gugatan harus dirinci (tidak boleh berbentuk kompositur), dan yang

terpenting adalah antara posita dengan posita maupun antara posita

dengan petitum surat gugatan harus sesuai (sinkron) dan saling

mendukung serta tidak terdapat kontradiksi ataupun tumpang tindih


antara posita dengan posita maupun antara posita dengan petitum, dan

yang lebih penting juga dalam satu gugatan haruslah cukup memuat

satu hubungan hukum saja.

Bahwa setelah dicermati, ternyata pokok perkara gugatan Para Penggugat

perihalnya adalah mengenai perbuatan melawan hukum, akan tetapi kalau

diperhatikan dari dasar gugatan adalah perbuatan wanprestasi, yang

diawali dengan adanya perjanjian antara Para Penggugat dengan Tergugat

I. Dalam hal ini telah terbukti Para Penggugat telah mencampur

adukkan antara gugatan perbuatan melawan hukum dengan

gugatan wanprestasi. Dengan demikian jelas sekali gugatan Para

Penggugat mengandung standar ganda yang mengakibatkan surat

gugatan Para Penggugat menjadi kabur (obscuur libel). Komulasi

obyektif gugatan semacam ini dalam praktek tidak dapat dibenarkan,

sehingga gugatan Para Penggugat sudah sepatutnya dinyatakan tidak

dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kami mohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menyatakan gugatan Para Penggugat tidak

dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).

DALAM POKOK PERKARA :

1 Bahwa apa yang Tergugat 1, Tergugat 2, Turut Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2

uraikan dalam eksepsi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan

satu kesatuan dengan jawaban dalam pokok perkara.

2 Bahwa Tergugat 1, Tergugat 2, Turut Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 dengan

tegas menolak seluruh dalil-dalil gugatan Para Penggugat, kecuali mengenai hal-

hal yang secara tegas telah diakui kebenarannya oleh Tergugat 1, Tergugat 2,

Turut Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2.


3 Bahwa Tergugat 1 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 1, karena

sebidang tanah Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng yang diuraikan

dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, Nomor 1254/Tibubeneng/2007, Luas

3100 M2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak di Jalan Pemelisan

Agung No. 12, Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten

Badung, Provinsi Bali, dengan batas-batas :

Utara : Jalan

Timur : Jalan

Selatan : Tanah Milik

Barat : Tanah Milik

Berikut 12 (dua belas) unit villa dengan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

tanggal 6 Februari 2009, No. 190 tahun 2009 yang semula tercatat atas nama

Marihot Sihombing, sejak saat tanah dan bangunan tersebut diatas dibeli oleh

Harry Suganda (Tergugat 1), tanah dan bangunan a quo serta segala sesuatu yang

terdapat serta tertanam diatasnya menjadi beralih kepemilikan dan tercatat

atas nama Harry Suganda, sehingga bukan lagi atas nama Marihot

Sihombing (Penggugat 1). Dengan Demikian Penggugat 1 tidak lagi sebagai

pemilik tanah dan bangunan Villa tersebut.

4 Bahwa Tergugat 1 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 2, karena tanah

dan bangunan sesuai Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng yang

diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, Nomor 1254/

Tibubeneng/2007, Luas 3100 M2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak

di Jalan Pemelisan Agung No. 12, Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta

Utara, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, telah dijual kepada Harry Suganda

(Tergugat 1), dan telah diproses dengan Akta Jual Beli (AJB) yang dibuat dan
ditandatangani dihadapan Notaris I Made Pria Dharsana, S.H, AJB tersebut akan

dijadikan bukti dalam perkara ini.

5 Bahwa Tergugat 1 dan Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat angka

3, karena Tergugat 1 dan Tergugat 2 tidak pernah membicarakan pinjam

meminjam uang, Tergugat 2 in casu adalah merupakan seorang Agent Property

dan bukan Rentenir, tidak benar dalil Para Penggugat yang menyebutkan bahwa

“ Tergugat 2 mengaku mempunyai perusahaan yang bergerak dibidang dana

talangan,” yang sebenarnya adalah Tergugat 2 dari awal memperkenalkan

dirinya kepada Para Penggugat dan bertindak sebagai Agent Property/ perantara

yang membantu untuk mencari penjual tanah dan bangunan yang dulu dikenal

setempat dengan nama Buddha Garden Villa. Jadi dari awal yang ditawarkan

oleh Para Penggugat kepada Tergugat 1 dan Tergugat 2 adalah jual beli tanah

dan bangunan sesuai Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng yang

diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, Nomor 1254/

Tibubeneng/2007, Luas 3100 M2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak

di Jalan Pemelisan Agung No. 12, Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta

Utara, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, tercatat atas nama Harry Suganda.

6 Bahwa Tergugat 1 dan Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat angka

4, karena posita gugatan Para Penggugat angka 4 tidak ada kaitan dengan

Tergugat 1 maupun Tergugat 2. Seharusnya Para Penggugat mengikutsertakan

Sdr. Adat Prawira Bima, ST dalam perkara ini, dan tidak dibenarkan hanya

disebutkan namanya, namun yang bersangkutan tidak mempunyai hak untuk

membela diri.

7 Bahwa Tergugat 1 dan Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat angka

5, karena Tergugat 1 dan Tergugat 2 tidak ada membicarakan mengenai

pinjaman dalam jual beli tanah sesuai Sertipikat Hak Milik Nomor : 1324/Desa

Tibubeneng dan Tergugat 2 tidak pernah mengatakan akan memberikan dana


talangan bila dilakukan peminjaman uang dengan Perjanjian Pengikatan Jual

Beli Kembali seperti apa yang didalilkan oleh Para Penggugat. Tergugat 1 murni

membeli tanah dan bangunan tersebut dengan pembayaran lunas dan bukan

hendak memberikan dana talangan, sehingga tanah dan bangunan tersebut sah

menjadi milik Tergugat 1.

8 Bahwa Tergugat 1, Tergugat 2 dan Turut Tergugat 2 menolak posita gugatan

Para Penggugat angka 6, karena tanah sesuai Sertipikat Hak Milik Nomor : 1324/

Desa Tibubeneng bukti kepemilikannya ada di Bank Mutiara Jakarta dan akan

segera dilelang, maka Para Penggugat cepat-cepat menjual tanah dan bangunan

tersebut kepada Tergugat 1 dan mendesak agar Tergugat 1 untuk segera

melakukan proses jual beli dan melakukan pembayaran, Tergugat 1 menyetujui

asal dilakukan due diligence/ uji tuntas terlebih dahulu atas tanah dan bangunan

Villa tersebut, setelah diverifikasi dokumennya lengkap dan legalitasnya beres

seperti apa yang disyaratkan Tergugat 1 dari semula sebelum Tergugat 1

berencana melanjutkan proses jual beli Tanah dan Bangunan Villa yaitu clean

and clear, lokasi bagus dan tidak nominee, setelah itu baru kemudian dilakukan

Perjanjian Pengikatan Jual Beli dihadapan Turut Tergugat 2. Tidak ada Tergugat

1 memberikan pinjaman kepada Para Penggugat untuk menebus sertipikatnya

tersebut dan Tergugat 1 maupun Tergugat 2 tidak pernah ada keinginan untuk

membuat akta pinjaman sebagaimana dituduhkan Para Penggugat. Jadi jelas

Akta Pinjaman yang dimaksud Para Penggugat yang telah dibuat dihadapan

Turut Tergugat 2 adalah Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25,

Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26 dan Akta Perjanjian Pengosongan

No. 27 tertanggal 24 Oktober 2014.

9 Bahwa Tergugat 1 dan Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat angka

7, karena tidak berdasarkan fakta, Tergugat 2 tidak pernah bersedia memberikan

pinjaman uang untuk menebus sertipikat kepada Para Penggugat, uang yang
digunakan untuk menebus sertipikat yang ada di bank adalah sebagian dari

keseluruhan uang pembayaran dari Tergugat 1 atas jual beli tanah dan bangunan

villa dan bukan dari Tergugat 2 karena yang membeli tanah tersebut adalah

Tergugat 1 bukan Tergugat 2.

10 Bahwa Tergugat 1, Tergugat 2 dan Turut Tergugat 2 menolak posita gugatan

Para Penggugat angka 8 dan angka 9, karena Tergugat 2 tidak pernah

menyampaikan masalah pinjam meminjam dan tidak benar sebagaimana yang

didalilkan Para Penggugat bahwa telah terjadi kesepakatan pinjam meminjam

uang selama 4 (empat) bulan, faktanya adalah dalam rangka melakukan due

diligence atas asset villa (tanah dan bangunan) dan legalitas villa, maka Tergugat

2 dan rekan yang telah ditunjuk oleh Tergugat 1 untuk pengurusan jual beli

tersebut melakukan verifikasi dokumen ke kantor Notaris Evi Susanti Panjaitan,

S.H (sesuai arahan Penggugat 1). Pada saat Tergugat 2 melakukan verifikasi atas

dokumen Tanah dan Bangunan Villa di Kantor Notaris Evi Susanti Panjaitan,

S.H, Tergugat 2 menemukan beberapa Akta Nominee yaitu Akta Pernyataan No.

85 dihadapan Notaris Evi Susanti Panjaitan, S.H, Akta Perjanjian Sewa

Menyewa Tanah No. 86 dihadapan Notaris Evi Susanti Panjaitan, S.H dan Akta

Perpanjangan Sewa Menyewa Tanah No. 87 dihadapan Notaris Evi Susanti

Panjaitan, S.H tertanggal 18 Juni 2008, karena kaget atas temuan tersebut

Tergugat 2 kemudian menghubungi Agent Property dari Pihak Para Penggugat

dan setelah dikonfirmasi ke Para Penggugat, Para Penggugat menyampaikan dan

memohon kepada Tergugat 2 agar proses jual beli tidak dibatalkan. Tergugat 2

atas persetujuan Tergugat 1 akhirnya menyetujui untuk melanjutkan transaksi

asal atas ketiga temuan Akta Nominee tersebut dibatalkan terlebih dahulu. Para

Penggugat setuju dan Pembatalan Akta a quo dilakukan dihadapan Notaris I

Made Pria Dharsana, S.H (Turut Tergugat 1) dengan Akta Pembatalan No. 10

dan Akta Pembatalan No. 11 tertanggal 21 Oktober 2013. Setelah dilakukan

pembatalan kemudian Transaksi jual beli tanah dan bangunan dengan Sertipikat

Hak Milik Nomor : 1324/Desa Tibubeneng (Villa) antara Para Penggugat dan
Tergugat 1 dilanjutkan dan dibuatkan Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan

Kuasa No. 25, tanggal 24 Oktober 2013, Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No.

26, tanggal 24 Oktober 2013 dan Akta Perjanjian Pengosongan No.27, tanggal

24 Oktober 2013, yang dibuat dihadapan Notaris Indrasari Kresnadjaja (Turut

Tergugat 2). Dan sebelum ketiga Akta tersebut diatas ditandatangani oleh Para

Pihak (Tergugat 1, Penggugat 1 dan Penggugat 2), Turut Tergugat 2 telah

membacakan isi akta dan menanyakan kepada para pihak apakah ada yang

keberatan, ingin ditambahkan, dirubah atau ditanyakan atas isi Akta tersebut,

setelah Para Pihak sepakat dengan isi Akta barulah kemudian dilakukan

penandatanganan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka semua proses jual beli terhadap tanah

dan bangunan sesuai Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng yang

diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, Nomor 1254/

Tibubeneng/2007, Luas 3100 M2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak

di Jalan Pemelisan Agung No. 12, Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta

Utara, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, adalah sudah sesuai dengan prosedur

dan tatacara jual beli tanah pada umumnya dan tidak ada satupun ketentuan-

ketentuan yang dilanggarnya, sehingga jual beli terhadap tanah dan bangunan

sesuai Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng Sertipikat Hak Milik No.

1324/Desa Tibubeneng adalah sah menurut hukum.

11 Bahwa Tergugat 1, Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat angka

10, karena posita gugatan Para Penggugat angka 10 tidak ada kaitannya dengan

Tergugat 1 maupun Tergugat 2, itu adalah urusan Para Penggugat dengan Sdr. R.

Adat Prawira Bima, ST, sehingga posita gugatan Para Penggugat angka 10 patut

dikesampingkan.

12 Bahwa Posita Para Penggugat angka 11 yang menyebutkan bahwa “untuk tujuan

diatas................... “ sangatlah tidak jelas, Para Penggugat tidak menyampaikan

secara terang dan tegas apa yang hendak didalilkan. Bahwa Tergugat 1,
Tergugat 2 dan Turut Tergugat 2 menolak dengan tegas posita gugatan Para

Penggugat angka 11 huruf d yang menyebutkan telah dibacakan dan

menandatangani Term of condition dari jual beli kembali atau Sales and

Purchase Agreement mengenai waktu pembayaran dan pembelian kembali

dengan harga Rp. 15.000.000.000, (lima belas milyar rupiah) dan Turut

Tergugat 2 tidak pernah memberikannya adalah sangat mengada-ada, karena

pada tanggal 24 Oktober 2013 Akta yang dibuat dihadapan Turut Tergugat 2

hanya Akta No. 25, Akta No. 26 dan Akta No. 27 sebagaimana yang telah

dipaparkan diatas dan tidak ada pembacaan dan penandatanganan atas Perjanjian

Jual Beli Kembali. Dan dapat kami sampaikan bahwa Para Penggugat telah salah

dalam menggunakan istilah jual beli kembali dengan Sales and Purchase

Agreement. Sepengetahuan kami Sales and Purchase Agreement adalah

Perjanjian Jual Beli bukan Perjanjian Jual Beli Kembali.

13 Bahwa Tergugat 1, Tergugat 2 dan Turut Tergugat 2 menolak posita gugatan

Para Penggugat angka 12 huruf a sampai dengan huruf f yang

mempermasalahkan Akta No. 25, Akta No. 26, dan Akta No. 27 yang dibuat dan

ditandatangani oleh Tergugat 1, Penggugat 1 dan Penggugat 2 (Para Pihak)

dihadapan Notaris Indrasari Kresnadjaja, SH, M.Kn (Turut Tergugat 2). Posita

gugatan Para Penggugat adalah sangat keliru dan tidak berdasarkan fakta. Untuk

lebih jelasnya berikut ini Tergugat 1, Tergugat 2, dan Turut Tergugat 2 uraikan

sanggahan atas keseluruhan dalil Para Penggugat pada angka 12 dengan uraian

yuridis sebagai berikut :

a Bahwa tidak benar penandatanganan ketiga Akta sebagaimana yang

dituduhkan Para Penggugat tersebut diatas tidak disaksikan oleh Turut

Tergugat 2, bahkan sebelum ketiga akta tersebut ditandatangani oleh Para

Pihak, Turut Tergugat 2 membacakan isi Akta dan menanyakan terlebih

dahulu apakah Para Pihak mengerti isi Akta, apakah ada yang keberatan, apa

ada yang ingin ditambahkan, dirubah atau ditanyakan atas isi Akta tersebut.
Selanjutnya Para Pihak mengatakan menyetujui/sepakat atas isi Akta

kemudian menandatangani ketiga Akta tersebut dihadapan Turut Tergugat 2

dengan disaksikan oleh beberapa saksi dan dilakukan secara sadar dan tanpa

paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Akta ini merupakan Akta

Autentik, sah dan mengikat Para Pihak.

b Bahwa Turut Tergugat 2 atas kehendak Para Pihak memang benar membuat

Akta No. 25 tentang Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa (PPJB), dan

tidak pernah membuat Akta Jual dan Opsi untuk Membeli Kembali dan

sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku tentang tata cara jual beli

yang baik dan benar tindakan Para Pihak dipandang tepat telah melakukan

PPJB yang notariil terlebih dahulu dalam proses jual beli sebelum dibuatkan

Akta Jual Beli (AJB), dasar dibuatnya PPJB karena SHM No. 1324 yang

akan ditransaksikan masih berada di Bank Mutiara, karena sebelumnya

dijadikan Agunan oleh Para Penggugat. Para Penggugat lagi-lagi keliru

dalam menggunakan dan menerjemahkan istilah Sales and Purchase

Agreement yang artinya Perjanjian Jual Beli dan bukan pinjam meminjam

uang seperti yang didalilkan oleh Para Penggugat.

c Bahwa sudah tidak ada persoalan lagi mengenai harga Tanah dan Bangunan

villa SHM No. 1324, hal ini tercantum dalam Akta PPJB No. 25 yang pada

intinya menjelaskan bahwa mengenai harga dan cara pembayaran, dibayar

secara keseluruhan (lunas) pada saat penandatanganan Akta ini. Dan

sebagaimana yang telah dipaparkan diatas bahwa Turut Tergugat 2 telah

membacakan isi Akta dan menanyakan apakah ada keberatan atau ada yang

mau ditambahkan. Para Pihak (Tergugat 1 dan Penggugat 1) mengatakan

sepakat atas isi Akta dan mengakui isi Akta tersebut benar adanya dan sesuai

dengan kehendak Para Pihak, sehingga Turut Tergugat 2 mempersilahkan

Para Pihak untuk menandatangi Akta, karena sudah tidak ada permasalahan/

persoalan lagi atas keseluruhan isi Akta termasuk harga dan cara
pembayaran telah clear dan disepakati bersama, hal ini juga dipertegas oleh

Para Penggugat yang membenarkan dan mengakui dalam Posita Gugatannya

pada angka 11 huruf a bahwa “ Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa

dengan Akta. No. 25 tanggal 24 Oktober 2013 dihadapan Turut Tergugat 2

antara Penggugat 1 dengan Tergugat 1 terhadap sebidang tanah dengan

Sertifikat Hak Milik No. 1324. . . dengan harga Rp. 15.000.000.000 (lima

belas milyar rupiah), yang dibayarkan seluruhnya pada saat

penandatanganan Akta ini, dan oleh Para Pihak akan dibuatkan Kwitansi

yang tersendiri sebagai tanda terima yang sah ...............” ;

Hal ini menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi persoalan dalam proses

transaksi jual beli dan segala mekanismenya telah dilakukan sebagaimana

mestinya dan tidak bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan dan keadilan

serta sesuai dengan hukum yang berlaku.

d Bahwa tidak benar Tergugat 1 tidak pernah menghadiri penandatanganan dan

pembacaan isi Akta sebagaimana yang didalilkan Para Penggugat. Ini jelas

terbukti dengan ditandatanganinya ketiga Akta tersebut oleh Tergugat 1.

e Bahwa dalil Para Penggugat angka 12 huruf f, g, h, dan i tidak berdasarkan

fakta dan hanya karangan belaka, Akta No. 25, Akta No. 26 dan Akta No. 27

dibacakan langsung oleh Turut Tergugat 2 dan Penandatanganan ketiga

Akta tersebut dilakukan di Bank Mutiara dihadapan Turut Tergugat 2 bukan

di Kantor Notaris, karena pada saat itu SHM No. 1324 dalam keadaan masih

terpasang Hak Tanggungan di Bank Mutiara dan menunggu dilakukan

peroyaan.

f Bahwa Jual Beli Bangu nan (12 unit villa) berikut kelengkapannya

dilangsungkan dan diterima dengan harga sebagaimana tercantum dalam

Akta Perjanjian Jual Beli dan Kuasa No. 25 tertanggal 24 Oktober 2013.
g Bahwa dalil Para Penggugat angka 12 huruf k tidak benar adanya, sesuai

dengan Pasal 1 dalam Akta No. 27 Perjanjian Pengosongan tertanggal 24

Oktober 2013 yang dibuat dan ditandatangani oleh Tergugat 1 dengan Para

Penggugat dihadapan Turut Tergugat 2, Para Penggugat harus menyerahkan

Tanah dan Bangunan Villa a quo selambat-lambatnya tanggal 24 Februari

2014 kepada Tergugat 1 dan Para Penggugat akan menerima pembayaran

sejumlah Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dari Tergugat

1. Ini dibuktikan dengan telah ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima

oleh Penggugat 1 dan Srie Annie Rahayu (Istri Penggugat 1) secara sukarela

dan tanpa paksaan dari pihak manapun dan Tanda Terima uang sejumlah Rp.

350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dari Tergugat 1 untuk

pembayaran pengosongan Tanah dan Bangunan yang telah diterima dan

ditandatangani juga oleh Penggugat 1 dan Srie Annie Rahayu (Istri

Penggugat 1), sehingga jelas bahwa apa yang disyaratkan dalam Akta No. 27

telah terpenuhi.

h Bahwa karena pengikatan antara Tergugat 1 dengan Para Penggugat

dilakukan di Negara Indonesia, jadi harus tunduk dan patuh terhadap

ketentuan dan hukum yang berlaku di Indonesia bahwa segala bentuk

Perjanjian, Akta, dan Dokumen Penting wajib dibuat dengan menggunakan

Bahasa Indonesia.

Dari uraian sanggahan dan beberapa fakta yang telah disampaikan Tergugat 1,

Tergugat 2 dan Turut Tergugat 2 diatas maka terlihat jelas sebagian besar yang

didalilkan oleh Para Penggugat adalah sangat keliru dan tidak sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya serta dalil yang disampaikan merupakan rangkaian

peristiwa yang fiktif. Kami pertegas bahwa dalam proses jual beli terhadap tanah

dan bangunan sesuai Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng tidak

pernah ada masalah, sehingga tanah dan bangunan tersebut telah dibalik nama

menjadi atas nama Tergugat I tanpa hambatan apapun. Dapat kami sampaikan
pula sebagai pengetahuan Majelis Hakim dalam perkara ini bahwa belakangan

ini memang ada gugatan terhadap tanah dan bangunan milik Tergugat 1 dalam

perkara No. 544/Pdt.G/2014/PN.Dps, akan tetapi majelis hakim yang

mengadili perkara tersebut telah memutuskan bahwa Tergugat 1 adalah

Pembeli yang beritikad baik dan patut mendapat perlindungan hukum,

Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25, tanggal 24 Oktober

2013, Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26, tanggal 24 Oktober 2013

dan Akta Perjanjian Pengosongan No.27, tanggal 24 Oktober 2013, yang

dibuat dihadapan Notaris Indrasari Kresnadjaja (Turut Tergugat 2) adalah

sah dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, Akta Jual Beli (AJB) yang

dibuat dihadapan Notaris/PPAT I Made Pria Dharsana, SH adalah sah dan

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat serta Sertipikat Hak Milik No.

1324/ Desa Tibubeneng yang tercatat atas nama Harry Suganda (Tergugat

1) adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

14 Bahwa Tergugat 1, Tergugat 2 dan Turut Tergugat 2 menolak posita gugatan

Para Penggugat angka 13, karena transaksi antara Tergugat 1 dengan Para

Penggugat adalah transaksi jual beli tanah yang benar dan sesuai dengan

prosedur dan hukum yang berlaku sebagaimana telah dituangkan seluruhnya

dalam Akta No. 25, Akta No. 26 dan Akta No. 27 dihadapan Turut Tergugat 2.

Jadi dalam proses dari awal sampai terjadinya jual beli tersebut tidak pernah ada

masalah. Dalil Para Penggugat pada angka 13 yang menyatakan bahwa “ ...

sudah selayaknya PPJB dibatalkan dan digantikan dengan Perjanjian

Pengikatan Jual dan Beli Kembali...” adalah permohonan yang tidak masuk akal

karena bagaimana mungkin Akta yang sah secara hukum in casu PPJB justru

diganti dengan Perjanjian Pengikatan dan Jual Beli Kembali yang tidak dikenal

dan/atau tidak diatur dalam KUHPerdata atau yang disebut dengan perjanjian

innominat (perjanjian tidak bernama). Apabila Para Penggugat ada masalah


dengan pihak lain, jangan mengkait-kaitkan tanah dan bangunan yang sudah sah

menjadi milik Tergugat 1.

15 Bahwa Turut Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 14,

karena Turut Tergugat 2 selaku Notaris telah menuangkan keinginan atau

kesepakatan dari para pihak, sehingga akta-akta yang Turut Tergugat buat adalah

sudah sesuai dengan kehendak para pihak dan bukan karangan Turut Tergugat 2.

Apabila Para Penggugat tidak setuju dengan isi atau bunyi akta yang dibuat oleh

Turut Tergugat 2, seharusnya Para Penggugat tidak mau atau menolak untuk

membubuhkan tandatangan dan mengenai kwitansi-kwitansi yang didalilkan

oleh Para Penggugat tidak pernah dilihat dan ditandatanganinya adalah alibi Para

Penggugat saja karena kwitansi tersebut dibuat secara notariil dihadapan Turut

Tergugat 2 serta telah ditandatangani oleh Para Penggugat, sehingga kwitansi

tersebut autentik, sah dan mengikat Para Pihak, selain itu Para Penggugat tidak

dapat mengelak lagi dengan menyatakan mereka tidak pernah menandatangani

Akta tersebut, karena sesuai dengan hasil Lab Forensik di Kepolisian Daerah

(Polda) Bali secara tegas menerangkan bahwa tanda tangan yang terdapat pada

kwitansi tersebut adalah merupakan tandatangan asli dari Para Penggugat

(Identik).

16 Bahwa Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat

angka 15, karena mengenai harga jual yang dituangkan dalam akta-akta yang

dibuat oleh Turut Tergugat 2 adalah kehendak Para Pihak dan pembayarannya

telah dilakukan oleh Tergugat 1. Sehingga akta-akta yang Turut Tergugat 2 buat

tidak dapat dinyatakan sebagai akta palsu. Bahwa sebelum akta tersebut

ditandatangani, terlebih dahulu sudah dibaca oleh Para Penggugat serta telah

pula dibacakan isinya oleh Turut Tergugat 2. Apabila ada keterangan palsu

dalam akta tersebut, seharusnya Para Penggugat menanyakan kepada Turut

Tergugat 2 dan menolak untuk tandatangan apalagi kesempatan tersebut telah


Turut Tergugat 2 berikan dan sampaikan kepada Para Pihak secara terbuka

sebelum Akta tersebut ditandatangani.

17 Bahwa Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat

angka 16, karena jual beli terhadap tanah dan bangunan sesuai Sertipikat Hak

Milik No. 1324/Desa Tibubeneng dilakukan dengan itikad baik dan sama sekali

tidak ada niat buruk dari Tergugat I dalam membeli tanah dan bangunan tersebut.

Disamping itu semua proses terkait dengan jual beli tersebut sudah dilakukan

dengan tatacara yang benar, sehingga tidak ada ketentuan hukum yang dilanggar.

Maka sudah sepatutnya Tergugat 1 dinyatakan sebagai pembeli yang beritikad

baik dan patut mendapat perlindungan hukum sebagaimana diatur dalam

Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1230/K/Sip/1980

tanggal 29 Maret 1982 yang menyebutkan Pembeli yang beritikad baik

harus mendapat perlindungan hukum.

18 Bahwa Tergugat 1, Turut Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 menolak posita

gugatan Para Penggugat angka 17, dengan alasan sebagai berikut:

a Bahwa Tergugat 1 tidak pernah melakukan perbuatan melawan hukum

dengan mengalihkan hak kepemilikan tanah dan bangunan kepada Turut

Tergugat 3, bagaimana mungkin Tergugat 1 mengalihkan tanah dan

bangunan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Badung, ini sangat tidak

rasional. Tanah dan bangunan sesuai Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa

Tibubeneng sampai saat sekarang masih atas nama Tergugat 1.

b Bahwa Penggugat 1 memang tidak pernah menandatangani Akta Jual

Beli dihadapan Turut Tergugat 2, melainkan yang ditandatangani adalah

Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25, tanggal 24

Oktober 2013, Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26, tanggal 24

Oktober 2013 dan Akta Perjanjian Pengosongan No.27, tanggal 24

Oktober 2013.
c Bahwa Akta No. 25 yang telah ditandatangani oleh Tergugat 1 dan

Penggugat 1 juga merupakan Surat Kuasa Khusus oleh Penggugat 1

kepada Tergugat 1 yang salah satunya memberikan kuasa untuk

menghadap pada instansi atau pejabat-pejabat yang berwenang. Atas

dasar itu Tergugat 1 melakukan proses Akta Jual Beli dihadapan Turut

Tergugat 1 tanpa perlu kehadiran Penggugat 1 karena telah dikuasakan

dan surat kuasa tersebut merupakan bagian dari Akta No. 25 yang sah

secara hukum dan mengikat.

d Bahwa Akta Jual Beli terhadap tanah dan bangunan sesuai Sertipikat Hak

Milik No. 1324/Desa Tibubeneng yang ditandatangani oleh Tergugat 1

dihadapan Turut Tergugat 1 adalah produk yang sah yang dibuat sesuai

dengan hukum yang berlaku dan tetap berpedoman pada kode etik

seorang notaris, sehingga Akta Jual Beli No. 290/2013 adalah Akta

autentik dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

19 Bahwa Tergugat 1, Turut Tergugat 1 dan Turut Tergugat 2 menolak posita

gugatan Para Penggugat angka 18, karena dalam proses pembuatan Akta Jual

Beli No. 290/2013 dihadapan Turut Tergugat 1, dan kehadiran Penggugat 1 tidak

diperlukan, karena Penggugat 1 telah memberikan kuasa khusus kepada Tergugat

1 dalam proses jual beli tersebut, sehingga tidak lagi dibutuhkan kehadiran dan

tandatangan dari Penggugat 1, sehingga Akta Jual Beli No. 290/2013 dihadapan

Turut Tergugat 1 tetap sah dan mempunyai kekuatan hukum mengikat.

20 Bahwa Tergugat 1 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 19, karena

proses balik nama Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa Tibubeneng dari atas

nama Penggugat 1 menjadi atas nama Tergugat 1 melalui Turut Tergugat 3

adalah sudah sesuai dengan mekanisme hukum dan prosedur yang berlaku,

sehingga proses tersebut sama sekali tidak mengandung cacat hukum.

21 Bahwa Tergugat 1 dan Tergugat 2 menolak posita gugatan Para Penggugat angka

20, karena Tergugat 1 dan Tergugat 2 tidak pernah menghindar untuk ketemu
Para Penggugat, karena tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan, mengingat

proses jual beli tanah dan bangunan sesuai Sertipikat Hak Milik No. 1324/Desa

Tibubeneng sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dalam Akta No. 25,

Akta No. 26 tidak ada ketentuan dan syarat yang mengatur tentang jual beli

kembali.

22 Bahwa Tergugat 1 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 21, 22, 23, 26,

27 dan 28, karena tanah dan bangunan tersebut sudah sah menjadi milik dari

Tergugat 1, maka Tergugat 1 mempunyai hak untuk menguasai dan mengelola

tanah dan bangunan tersebut, sehingga Para Penggugat tidak sepatut menuntut

ganti kerugian terhadap Tergugat 1.

23 Bahwa Tergugat 1 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 24, karena

laporan polisi Penggugat di Polda Bali, yaitu Laporan Polisi Nomor : LP/180/

III/2014/Bali/SPKT, tanggal 10 Maret 2014 telah dilakukan proses penyelidikan

dan penyidikan, namun setelah diadakan gelar perkara oleh Dir. Reskrimum

Polda Bali beserta jajarannya, maka telah diambil suatu keputusan bahwa

Laporan Polisi dari Penggugat 1 tersebut sejak tanggal 11 Maret 2015 dihentikan

karena bukan merupakan tindak pidana, sehingga terhadap Laporan Polisi

tersebut telah dikeluarkan Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP3)

dengan surat Nomor : B/124 a/III/2015/Dit Reskrimum tertanggal 11 Maret

2015.

24 Bahwa Tergugat 1 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 25, karena

Para Penggugat bukanlah peminjam yang beritikad baik, melainkan penjual

tanah dan bangunan yang beritikad baik, mengingat yang terjadi sebenarnya

adalah jual beli dan bukan pinjam meminjam uang.

25 Bahwa Tergugat 1 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 29, 30 dan 31,

karena jual beli tanah dan bangunan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, serta bukti-bukti Tergugat 1 adalah akta otentik, maka sudah sepatutnya
permohonan uang paksa, sita jaminan dan putusan dijalankan lebih dahulu yang

dimohonkan Para Penggugat ditolak oleh majelis hakim.

26 Bahwa Tergugat 1 menolak posita gugatan Para Penggugat angka 32 dan 33,

karena posita tersebut menyimpang dari pokok perkara dan sama sekali tidak ada

sangkut pautnya, sehingga posita gugatan Para Penggugat angka 32 dan 33 patut

dikesampingkan.

Berdasarkan uraian-uraian, penjelasan-penjelasan hukum yang didukung dengan dalil-

dalil hukum sebagaimana yang telah Tergugat 1, Tergugat 2, Turut Tergugat 1 dan Turut

Tergugat 2, maka beralasan hukum jika Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar

yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk memberikan Putusan yang amarnya

berbunyi sebagai berikut :

A. DALAM EKSEPSI :

1. Menerima eksepsi Tergugat 1, Tergugat 2, Turut Tergugat 1 dan Turut Tergugat

2 untuk seluruhnya ;

2. Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya

menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima :

B. DALAM POKOK PERKARA :

- Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya

menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima ;

- Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam

perkara ini sesuai ketentuan yang berlaku ;

Atau :

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka Tergugat 1, Tergugat 2, Turut Tergugat

1 dan Turut Tergugat 2 mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) ;

Menimbang bahwa Para Penggugat mengajukan Replik tanggal 3 September

2015, dan dijawab dengan Duplik dari Tergugat I, II, Turut Tergugat I dan Turut
Tergugat II pada tanggal 10 September 2015, yang selengkapnya sebagaimana

termaktub dalam berkas perkara ini;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya, Para Penggugat

mengajukan bukti surat sebagai berikut :

1 Bukti P-1 : Foto copy Surat Keterangan Pelaksanaan Sumpah dari

Pengadilan Tinggi Bandung;

2 Bukti P-2 : Foto copy Kartu Tanda Penduduk A.n Sdr Marihot

Sihombing;

3 Bukti P-3 : Foto copy Akta Notaris No 101 pada tangal 30 April 2008

yaitu akta pendirian PT. BALI HOLIDAY POINT oleh Notaris EVI SUSANTI

PANJAITAN SH, yang didirikan oleh Marihot Sihombing, Robert

Chalaczkiewicz, Wlodzimierz JW, Grzegorz KM;

4 Bukti P-4 : Foto copy SK Menhumkam No.AHU/30090.AH.01.01. Thn

2008 tentang PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN AN PT BALI

HOLIDAY POINT pada tanggal 04 Juni 2008;

5 Bukti P-5 : Foto copy Decree of Minister of Law and Human Rights Of

Republic Indonesia No AHU.30090.AH.01.01.Year 2008 on Ratification of

Legal Entity of Company to PT BALI HOLIDAY POINT;

6 Bukti P-6 : Foto copy PPJB antara Marihot Sihombing dengan R. ADAT

PRAWIRA BIMA, ST tanggal 25 Juli 2013 sebesar Rp. 43.000.000.000,- (empat

puluh tiga milyar rupiah);

7 Bukti P-7 : Foto copy Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25

tanggal 24-10-2013 di Notaris Indrasari Kresnadjaja,SH Notaris di Jakarta antara

MARIHOT SIHOMBING dan HARRY SUGANDA;

8 Bukti P-8 : Foto copy Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bangunan No. 26

tanggal 24-10-2013 di Notaris Indrasari Kresnadjaja,SH Notaris di Jakarta antara

Marihot Sihombing selaku direktur PT BALI HOLIDAY POINT selaku


pemilik dan pemegang saham 80 lembar saham PT BALI HOLIDAY POINT

dan ROBERT C sebagai komisaris PT BALI HOLIDAY POINT dan HARRY

SUGANDA;

9 Bukti P-9 : Foto copy Perjanjian Pengosongan No. 27 di Notaris Indrasari

Kresnadjaja,SH Notaris di Jakarta antara MARIHOT SIHOMBING selaku

direktur PT BALI HOLIDAY POINT;

10 Bukti P-10 : Foto copy Laporan sdr. MARIHOT SIHOMBING ke

Kepolisian Negara RI di Bali tanggal 19 Maret 2014 ;;

11 Bukti P-11 : Foto copy gelar perkara “tentang dugaan tindak pidana

penipuan, pemalsuan surat dan atau menempatkan keterangan palsu dalam akta

autentik”;

12 Bukti P-12 : Foto copy Pembayaran sebesar Rp. 6.500.000.000,- (enam

milyar lima ratus juta rupiah) yang di transfer ke Bank Mutiara cabang

Sudirman a.n PT. Holiday Point tanggal 24-10-2013 ;

13 Bukti P-13 : Foto copy Pembayaran sebesar Rp. 4.500.000.000,- (empat

milyar lima ratus juta rupiah) ke Bank BCA Kcp Sunset Bulovard Kuta bali atas

nama MARIHOT SIHOMBING tanggal 24-10-2013;

14 Bukti P-14 : Foto copy Berita Acara Senin, 24 Februari 2014 tentang

rencana penindak lanjutan PPJB atas aset 12 Unit Villa di Jl Pemelisan Agung

12, Canggu Bali oleh Marihot Sihombing, Adat Prawira Bima, Robert C, dan

Larasat;

15 Bukti P-15 : Foto copy Surat yang dikirimkan ke HARRY SUGANDA

tanggal 21 Februari 2014 oleh Marihot Sihombing, Robert Ch, Adat Prawira

Bima;

16 Bukti P-16 : Foto copy Pasport an Wysoczanski Wlodzimierz Jerzy ,

bertempat tinggal di Polandia dengan No Pasport NO EE 1435328 yang berlaku

sampai 07 September 2022 Yang dikeluarkan oleh Pemerintah Polandia dan


Foto copy Pasport an Marciniak Grezegorz Krzysztof, bertempat tinggal di

Polandia dengan No Pasport NO EB 4177853 yang berlaku sampai 02 Agustus

2020 ;

17 Bukti P-17 : Foto copy Daftar harga sewa Budha Garden Villa per

malam ;

18 Bukti P-18 : Foto copy Daftar inventaris Budha Garden Villa, diberi

tanda P-18 ;

19 Bukti P-19 : Foto copy PPJB antara MARIHOT SIHOMBING dengan

WELLY BORDUS BAMBANG pada tanggal 06 Maret 2013 berdasarkan kuasa

menjual pada tanggal 18 Juni 2008 no 85 yang dibuat di notaris Evi Susanti

Panjaitan, seharga Rp. 36.000.000.000,- (tiga puluh enam milyar rupiah);

20 Bukti P-20 : Foto copy Pembatalan No. 10 jam 10.00 WIT tanggal

21-10-2013 , dilakukan pembatalan di hadapan notaris I MADE PRIA

DHARSANA,SH notaris di Badung;;

21 Bukti P-21 : Foto copy Pembatalan No. 11 jam 10.10 WIT tanggal

21-10-2013, dilakukan pembatalan di hadapan notaris I MADE PRIA

DHARSANA,SH Notaris di Badung ;

22 Bukti P-22 : Foto copy Surat ke Notaris Indrasari Kresnadjadja, SH

tanggal 09 Juli 2015 perihal Permintaan salinan akta notaris No.25, Akta No.26

dan Akta No.27, Surat tanggal 10 Juli 2015 Perihal Permintaan Salinan Akta

Asli SALES AND PURCHASE dan Surat tanggal 03 Agustus 2015 perihal

Permintaan salinan akta notaris No.25, Akta No.26 dan Akta No.27 dan Salinan

Akta SALES AND PURCHASE Agreement Ke – 2 ;

23 Bukti P-23 : Foto copy Surat ke Notaris I Made Pria Dharsana tanggal 09

Juli 2015 perihal Permintaan Salinan Akta AJB an. Marihot Sihombing dan

Harry Suganda, dan surat tanggal 03 Agustus 2015 perihal Salinan Akta AJB an.

Marihot Sihombing dan Harry Suganda ke – 2 ;


24 Bukti P-24 : Foto copy Surat dari Notaris I Made Pria Dharsana tanggal

13 Juli 2015 dan 11 Agustus 2015 yang mengatakan Salinan Akta Jual Beli

tanggal 02 Desember 2013 Nomor 290/2013 a.n. Marihot Sihombing dan Harry

Suganda bahwa salinan tersebut telah diberikan kepada Bapak Harry Suganda;

25 Bukti P-25 : Foto copy Undang-Undang RI Nomor 30 tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris;

26 Bukti P-26 : Foto copy Relaas Panggilan Sidang dari Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat kepada Sdr Harry Suganda tanggal 15 April 2015 dan tanggal 12

Mei 2015 tetapi alamat Harry Suganda tidak ada dan Relaas nya diteruskan ke

Kelurahan setempat;

27 Bukti P-27 : Foto copy Gugatan Perbuatan Melawan Hukum yang

ditujukan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 17 Oktober 2014

dengan No register No.604/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Sel antara ETTY NATALIA

MURNININGSIH sebagai Penggugat melawan HARRY SUGANDA sebagai

Tergugat 1, Linda sebagai Tergugat II, Indrasari Kresnadjadja SH sebagai

Tergugat III, dan Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagai

Turut Tergugat;

28 Bukti P-28 : Foto copy Surat dari Sdr. Marihot Sihombing kepada Bapak

Kapolda Bali perihal Pemberitahuan dan Mohon Ijin tanggal 07 Mei 2015;

29 Bukti P-29 : Foto copy MEMORI BANDING Perkara No.544/

Pdt.G/2014/PN.Dps tanggal 02 September 2015 antara MARIHOT

SIHOMBING, SRI ANNIE RAHAYU dan PT. BALI HOLIDAY POINT

sebagai Pembanding melawan FREDY CANDRA, TRISNO WINARSO,

BAMBANG SUDRAJAT, WILLI BORDUS BAMBANG sebagai Para

Terbanding dan R. ADAT PRAWIRA BIMA, HARRY SUGANDA, NOTARIS

INDRASARI KRESNADJADJA, SH sebagai Turut Terbanding;

Bahwa Fotokopi bukti surat tersebut yaitu bukti P-1, P-2, P-3, P-4, P-7, P-8,

P-9, P-13, P-20, P-21, P-22, P-23 dan P-24 telah dicocokan dan sesuai dengan aslinya,
sedangkan bukti P-5, P-6, P-10, P-11, P-12, P-14, P-15, P-16, P-17, P-18, P-19, P-25,

P-26, P-27, P-28, dan P-29 berupa foto copy yang tidak disesuaikan dengan aslinya (foto

copy dari foto copy), dimana semua bukti surat tersebut telah bermeterai cukup;

Menimbang, bahwa atas bukti surat Para penggugat tersebut, Kuasa HUkum

Tergugat I, II, Turut Tergugat I dan turut Tergugat II menyatakan akan menanggapi

dalam kesimpulan;

Menimbang, bahwa selain bukti surat, Para Penggugat juga mengajukan bukti

saksi sebanyak 3 (tiga) orang yang telah memberikan keterangan dibawah sumpah / janji

di depan persidangan yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

1 JUNI ANTARA, SE;

• Bahwa saksi kenal Para Penggugat dan tergugat I dan II serta Turut Tergugat I,

sedangkan Turut Tergugat II saksi tidak kenal, ;

• Bahwa saksi kenal dengan Penggugat /Marihot S dan istrinya sejak tahun 1993;

saksi ikut memasarkan villa Budha milik Marihot yang terletak di Jl Pantai

Berawa Ds. Tibubeneng ;

• Bahwa vila tersebut terdiri dari 12 kamar;

• Bahwa saksi pernah membawa pembeli dari jakarta pada tahun 2012 bernama

Pak Pram, dan villa tersebut diberi harga 40 Milyar, dan ditawar oleh pembeli

tersebut 33 Milyar ;

• Bahwa transaksi tersebut tidak terjadi;

• Bahwa selanjutnya saksi membawa pembeli dari jakarta bernama Pak Wisli dan

ditawar sebesar Rp.35 Milyar, tetapi transaksi tidak terjadi;

• Bahwa saksi sering disuruh menyopir oleh Ibu Rahayu /istri Marihot Sihombing,

ibu rahayu pernah mengatakan kepada saksi punya pembeli bernama Fredi dan

harga yang disepakati adalah Rp.37,5 Milyar;


• Bahwa menurut ibu rahayu, setelah 6 (enam) bulan berjalan Pak Fredi tidak bisa

menyelesaikan pembayaran ;

• Bahwa saksi mendengar SHM villa tersebut ada di Bank Mutiara Jakarta, dan

Pak Bima yang akan mengeluarkan SHM tersebut dengan meminja m uang di

Bank lain;

• Bahwa Pak Bima meminjam uang dari bu Yanti dan Bu Susan;

• Bahwa saksi ditelpon oleh bu Rahayu supaya saksi menjemput bu Yanti dan bu

Susan / pendana dari Jakarta;

• Bahwa saksi mendengar dari bu Rahayu, katanya disuruh mengosongkan villa ;

Pak Marihot tidak bisa bertemu dengan pendana dari Jakarta tersebut dan

pinjaman sudah jatuh tempo;

• Bahwa saksi mendengar dari Ibu Rahayu, Pak bima yang membeli villa; dan bu

Susan dan bu Yanti membantu Pak Bima untuk membiayai pembelian villa

tersebut;

• Bahwa saksi ditelpon bu Rahayu, yang mengatakan villa sudah dikuasai orang

lain, katanya pendana dari Jakarta, karena pak Marihot Sihombing tidak bisa

mengembalikan pinjaman yang sudah jatuh tempo ;

• Bahwa masalah transaksi saksi tidak tahu ;

• Bahwa saksi mengantar bu Yanti dan bu Susan + sebanyak 3 kali antara lain ke

notaris Evi, notaris Pria Darsana dan untuk apa mereka kesana saksi tidak tahu,

karena saksi diluar;

• Bahwa pada tanggal 24/2/2014 saksi ditelpon oleh bu Rahayu untuk ke villa

Budha; saksi sering dipanggil bu Rahayu dan sering cerita mengenai villa

Budha ; saat itu pengosongan villa saksi melihat ada 4 (empat) orang di luar

villa, sedangkan di dalam villa saksi tidak melihat;


• Bahwa pada saat itu ada Pak Pram dan Pak Wesli ;

• Bahwa saksi tidak tahu apakah harga villa Rp.35 Milyar apakah harga yang

wajar atau tidak;

• Bahwa saksi tahu ada tim analisis dari Jakarta hitungannya Rp.35 Milyar (tahun

2012);

• Bahwa tim tersebut dari Pak Wesli;

• Bahwa setahu saksi villa dijual tahun 2012;

• Bahwa SHM villa tersebut dijaminkan oleh Pak Marihot di Bank Mutiara

Jakarta;

• Bahwa Pak Bima calon pembeli dan saksi mendengar dari Bu Yanti dan bu

Susan sebagai Pendana dari Jakarta;

• Bahwa villa Budha saksi hanya mendengar dapat kredit, sudah mendapat

peringatan yang ke 3;

• Bahwa saksi pernah bertemu dengan Fredi yang dikenalkan oleh bu Rahayu;

• Bahwa saksi mendengar dari bu Rahayu villa sudah dijual dan kelanjutan

transaksi setelah 6 bulan tidak bisa melakukan pelunasan;

• Bahwa saksi mendengar dari bu Rahayu bahwa Fredi ada menggugat bu Rahayu

dan Pak Marihot Sihombing + tahun 2014;

• Bahwa saksi tidak tahu berapa uang Fredi yang disudah dibayar ;

• Bahwa saksi mendengar dari bu Rahayu, Pak Bima untuk mengeluarkan

sertifikat /SHM, untuk mencari dana talangan dari bu Susan, tetapi jumlah

transaksinya saksi tidak tahu ;


• Bahwa pada saat saksi mengantar bu Yanti dan bu Susan ke Notaris Evi, saksi

mendengar mereka membahas dana pinjaman, tetapi saksi tidak melihat surat-

suratnya ;

• Bahwa pak Marihot mau menjual villa, tetapi saksi tidak pernah melihat surat-

surat /akta-akta terkait jual beli villa ;

• Bahwa saksi tahu ada perkara pak Marihot dengan Hari Suganda tetapi saksi

tidak tahu isi putusannya;

• Bahwa saksi tidak tahu mengenai surat-surat perjanjian;

• Bahwa saksi tahu pak Bima yang memperkenalkan bu Yanti bu Susan dengan bu

Rahayu dan pak Marihot

• Bahwa tujuan diperkenalkannya: Pak Bima mencari dana pinjaman untuk

menebus SHM di Bank Mutiara;

• Bahwa saksi tidak tahu mengenai transaksinya,

2 CONNY KANAL;

• Bahwa saksi tahu mengenai jual beli villa milik Marihot, saksi tahu bu Rahayu/

istri Marihot pinjam yang dari pendana dan saksi kenal dengan maklar-

maklarnya;

• Bahwa lama pinjaman 4 (empat) bulan, kejadiannya tahun 2014;

• Bahwa saksi tahu Pak Bima mau membeli villa; bu Rahayu pinjam uang dari

Hari Suganda sejumlah Rp.15 Milyar, untuk apa uang tersebut saksi tidak tahu,

setahu saksi terkait kebutuhan villa;

• Bahwa saksi tahu maklar-maklarnya yaitu bu Yanti dan bu Susan;

• Bahwa saksi + 4 kali bertemu dengan bu Yanti dan bu Susan di villa Budha;
• Bahwa benar bu Rahayu mau menjual villa tetapi pinjam uang dulu melalui bu

Yanti dan bu Susan dan saksi tidak tahu waktu itu apakah mereka disuruh oleh

Hari Suganda;

• Bahwa saksi kenal dengan Bima sebagai Buyer, Bima dari Jakarta yang mau beli

villa memperkenalkan saksi dengan bu Yanti dan bu Susan;

• Bahwa bu Yanti dan bu Susan sebagai mediator saja tentang pinjaman uang, dan

pembicaraan dilakukan bertempat di Bali saja;

• Bahwa pada waktu pengosongan villa tahun 2014, saksi di telpon bu Rahayu,

waktu itu ada Pak Juni di villa, bu Rahayu datang ke villa dan yang lain tidak

boleh datang ke villa;

• Bahwa pak Marihot meminjam dana dari Hari Suganda, tetapi saksi tidak pernah

melihat surat-surat perjanjian, pinjaman selama 4 (empat) bulan hal itu saksi tahu

dari cerita bu Rahayu;

• Bahwa uang sejumlah Rp.15 Milyar, saksi juga tahu dari bu Rahayu;

• Bawa bahwa saksi tidak tahu ada perjanjian jual beli;

• Bahwa saksi sebagai sahabat saksi tahu semua hanya cerita dari bu Rahayu, saksi

pernah hadir pada saat mereka meeting bu Rahayu dengan bu Yanti dan bu

Susan;

• Bahwa Pak Bima datang sebagai calon pembeli, dan bu Rahayu mau diberi

pinjaman ;

• Bahwa saksi tidak tahu Akta jual beli Bu Rahayu dengan Hari Suganda;

• Bahwa saksi tahu ada beberapa bembeli villa, tetapi ditawar dibawah harga ; dan

villa dihargai + Rp. 46 Milyar;

• Bahwa saksi tidak tahu Bima kenal dengan Hari Suganda;


• Bahwa saksi tidak tahu Hari Suganda yang meroya SHM villa;

• Bahwa saksi mendengar dari bu Rahayu yang menguasai villa adalah Hari

Suganda;

• Bahwa harga villa Rp.46 Milyar, ditawar Rp.40 Milyar tetapi tidak dikasi;

• Bahwa saksi tahu bu Rahayu sebagai pemilik villa, + tahun 2013 saksi melihat

waktu pembangunan saksi menginap, dan bu Rahayu yang mengatur, aktifitas

dan kantor bu Rahayu di villa tersebut;

• Bahwa bu Rahayu dan Marihot mengatakan bahwa pemegang saham tertinggi

adalah orang Polandia;

• Bahwa bu Rahayu mengatakan bahwa bosnya orang Polandia Bos no 1, tetapi

saksi tidak mengerti ;

• Bahwa bu Rahayu yang mengelola pajak-pajak tahun 2013;

• Bahwa 1 Pebruari 2014 ada pengosongan;

• Bahwa saksi tahu ada banyak calon pembeli;

• Bahwa saksi tidak tahu SHM dijaminkan di Bank;

• Bahwa saksi tidak tahu Hari Suganda ada dilaporkan di Polda dan sampai turun

SP3;

• Bahwa saksi tahu Pak Marihot ada berperkara dengan Pak Fredi, tetapi saksi

tidak tahu isi putusannya;

• Bahwa saksi tidak tahu Akta-akta;

• Bahwa saksi tidak tahu Pak Fredi setor dana sebesar Rp12 Milyar, yang saksi

tahu pak Fredi sebagai pembeli pertama tetapi nilainya saksi tidak tahu;
• Bahwa pak Fredi telah sepakat akan menjual bersama-sama, dan saksi tahu dari

bu Rahayu, bahwa bu Rahayu terima Rp.12 Milyar dari pak Fredi;

• Bahwa Hari Suganda adalah pembeli terakhir;

• Bahwa saksi pernah di telpon oleh Yayuk; siap dengan Rp.40 Milyar, mau take

over, sebelumnya tidak dikasi oleh bu Rahayu, tetapi setelah itu bu Rahayu

setuju/ok;

• Bahwa setelah itu bu Rahayu menelpon Hari Suganda melalui bu Yayuk;

3 WAYAN ARDA CANDRA;

• Bahwa saksi kenal dengan Penggugat Marihot, saksi tahu PT. Bali Holiday

Point, saksi tidak kenal dengan para tergugat;

• Bahwa saksi tahu pak Marihot pemilik villa mau dijual sekitar awal Juni- Juli

2013;

• Bahwa saksi sebagai perantara, Pak Bima /pengusaha sebagai pembeli dan harga

villa dari bu Rahayu adalah Rp.45 Milyar, kemudian ditawar, yang disepakati

adalah Rp.43 Milyar; pak Bima berjanji akan melunasi tetapi tidak kunjung di

lunasi ;

• Bahwa karena p Bima tidak ada dana, maka akan dicarikan pendana;

• Bahwa saksi tidak pernah melihat perjanjian antara pak Bima dengan Marihot;

• Bahwa Bima telah mencari dana kemana-mana, setelah itu ketemu Fredi, bu

Yanti dan bu Susan;

• Bahwa saksi kenal dengan bu Yanti dan bu Susan, yaitu mencari dana untuk

pelunasan sertifikat villa ada di Bank / untuk pelunasanya; saksi hanya

mendengar saja dan tidak terlibat jauh;


• Bahwa saksi mendengar, SHM akan ditaruh di bank harapannya akan mendapat

dana/kredit yang lebih besar ;

• Bahwa saksi berharap mendapat fee dari transaksi tersebut, tetapi sampai

sekarang saksi tidak mendapat fee;

• Bahwa pak Bima yang menghubungi mencari pendana untuk menebus SHM

supaya mendapat kredit yang lebih besar;

• Bahwa saksi tidak tahu siapa penyandang dana bu Yanti dan bu Susan, dia

datang dari Jakarta;

• Bahwa bu Yanti dan bu Susan menyetujui sebesar Rp.15 Milyar; untuk menebus

SHM Rp.7 Milyar diberi kepada bu rahayu;

• Bahwa pak Bima membayar Bank Rp.7 Milyar, mengambil fee untuk bu Yanti

dan bu Susan, sisanya diambil pak Bima;

• Bahwa bu Rahayu mengatakan bahwa pak Bima mengambil sebesar Rp.3

Milyar;

• Bahwa setelah selesai transaksi, bu Rahayu datang sambil menangis dan

mengatakan bahwa dia di tipu villanya sudah diambil alih dan SHM sudah

beralih;

• Bahwa saksi tidak tahu siapa yang menguasai villa, bu Rahayu mengatakan

pendananya orang lain, bu Rahayu mengatakan dia dipaksa tanda tangan ;

• Bahwa saksi tahu ada orang asing sebagai pemilik villa adalah Marihot dan bu

Rahayu dan Pak Robert orang asing;

• Bahwa sebagai pengelola villa adalah Marihot dan bu Rahayu ;

• Bahwa saksi tidak tahu apa yang tertuang dalam Akta Pendirian ;
• Bahwa saksi sebagai perantara saksi diberitahu bahwa SHM villa ada di Bank,

dan kenapa ada di Bank saksi tidak diberi tahu ;

• Bahwa saksi tidak tahu, apakah pinjaman di Bank sudah dilunasi ;

• Bahwa saksi tidak tahu Marihot ada pinjam uang tetapi tidak dibayar,

selanjutnya dilelang ;

• Bahwa saksi mengetahui jual beli villa dari Marihot kepada Hari Suganda dari bu

Rahayu;

• Bahwa saksi tidak tahu SHM sudah dialihkan ;

• Bahwa saksi tidak tahu Marihot pernah berperkara ;

• Bahwa saksi tidak tahu antara Marihot dengan Hari Suganda ada perjanjian;

• Bahwa setahu saksi, calon pembeli pertama adalah pak Fredi, lalu pak Bima;

• Bahwa saksi tidak tahu transaksi antara Fredi dengan Marihot, tetapi sudah

dibayar uang muka;

• Bahwa saksi mengetahui bu Yanti dan bu Susan (sebagai pendana), mereka

datang dengan pak Bima untuk ketemu dengan bu Rahayu ; dan pembicaraan

mereka mencari info, mencari notaris dan mengecek SHM;

• Bahwa saksi tidak tahu nilai transaksi ;

• Bahwa saksi tahu cerita bu Rahayu, Fredi sudah ada bayar, mengenai dana

Rp.12 Milyar saksi tidak tahu ;

• Bahwa saksi tidak tahu ada perkara Fredi dan isi putusannya;

• Bahwa saksi hanya mendengar mengenai pelunasan SHM di Bank Mutiara;

• Bahwa saksi tidak tahu bukti P-6, saksi tidak pernah melihat dokumen tersebut;
• Bahwa saksi berani mengajak pembeli, saksi pernah bertanya kenapa villa dijual;

villa dijual kepada Fredi tetapi tidak dlunasi, sehingga bu Rahayu ada kewajiban

untuk mengembalikan uang muka kepada Fredi;

Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi-saksi tersebut, Kuasa Hukum Para

Penggugat dan Kuasa Hukum Tergugat I, II dan Turut Tergugat I dan II menyatakan

menanggapi dalam kesimpulan;

Menimbang, bahwa selanjutnya untuk menguatkan dalil bantahannya, Tergugat

I dan II serta Turut Tergugat I dan II mengajukan bukti surat yaitu;

1 Bukti T-1 : Fotocopy Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan

Kuasa No 25 di Notaris Indrasari Kresnajaya Tanggal 24 Oktober 2013;

2 Bukti T-2 : Fotocopy Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26 di

Notaris Indrasari Kresnajaya Tanggal 24 Oktober 2013;

3 Bukti T-3 : Fotocopy Akta Perjanjian Pengodongan No. 27 di Notaris

Indrasari; kuitansi Akta Perjanjian Pengosongan No. 27 di Notaris Indrasari;

4 Bukti T-4 : Foto copy SHM Budha Garden Villa a.n. Harry Suganda No.

1324;

5 Bukti T-5 : Fotocopy Surat Persetujuan Komisaris PT Bali Holiday Point

6 Bukti T-6 : Foto copy Akta Jual : Beli Tanah dan Bangunan

Budha Garden Villa No. 290/2013 di Notaris I Made Pria Dharsana, SH.,

7 Bukti T-7 : Foto copy Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama wajib pajak

Marihot Sihombing dengan Nomor Pokok Wajib Pajak ) NPWP)

08.39.847.6.901.000;

8 Bukti T-8 : Foto copy Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (SSPD-BPHTB) atas nama Harry Suganda;


9 Bukti T-9 : Foto copy Tanda Bukti Administrasi Pembayaran Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) atas nama wajib pajak :

Harry Suganda;

10 Bukti T-10 : Berita Acara Serah Terima tertanggal 26 Pebruari 2014;

11. Bukti T-11 : Foto copy Cek No. 661560 BCA tertanggal 24/2/2014 ;

12. Bukti T-12 : Foto copy Receipt tertanggal 28 Pebruari 2014, No. 001/

KW1/HS/II/2014 ;

13. Bukti T-13 : Foto copy surat dari Kepolisian Negara Repubik Indonesia

kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Bali di Denpasar, tertanggal

11 Maret 2015, No. B/124 a/III/2015/Dit Reskrimum, perihal

Pemberitahuan penghentian penyidikan ;

14. Bukti T-14 : Foto copy putusan Pengadilan Negeri Denpasar No. 544/Pdt/

G/2014/PN Dps, tertanggal 18 Juni 2015 antara Fredy Candra,

dkk. melawan Marihot Sihombing, dkk.;

Menimbang, bahwa bukti surat T-1, T-2, T-3, T-6, T-8, T-9. T-10 dan T-14

merupakan foto copy yang telah dicocokkan dan sesuai dengan aslinya, sedangkan bukti

surat T-4, T-5, T-7, T-11, T-12 dan T-13 merupakan bukti foto copy yang tidak

disesuaikan asli (foto copy dari foto copy) dan telah bermeterai cukup;

Menimbang, bahwa terhadap bukti surat dari pihak Tergugat tersebut, Kuasa

Hukum Para Penggugat menyatakan menanggapi dalam kesimpulan;

Menimbang, bahwa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang objek

berupa tanah dan villa yang dijadikan sengketa dalam perkara ini, maka Majelis Hakim

telah melaksanakan pemeriksaan setempat pada tanggal 23 Oktober 2015, dengan hasil

pemeriksaan selengkapnya sebagaimana termaktub dalam berita acara pemeriksaan

lokasi yang menjadi satu kesatuan dengan berkas perkara ini;


Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa HUkum Tergugat I dan

II serta Turut Tergugat I dan II telah mengajukan kesimpulan pada tanggal 17 Desember

2015, masing-masing selengkapnya sebagaimana terlampir dalam berkas perkara ini;

Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak menyatakan tidak ada mengajukan

apa-apa lagi dan mohon putusan ;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, segala sesuatu

yang terjadi dalam persidangan sebagaimana termuat dalam berita acara persidangan

perkara ini dianggap telah termuat dan menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dengan

putusan ini;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Dalam Provisi :

Menimbang, bahwa dalam gugatannya, Para Penggugat mengajukan tuntutan

provisi yaitu :

1 Bahwa pengelolaan vila agar diserahkan kepada Para

penggugat;

2 Bahwa terhadap Sertifikat Hak Milik No. 1324/

Tibubeneng, yang diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10

April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m2

(tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak di Provinsi

Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Utara, Desa

Tibubeneng atas nama HARRY SUGANDA (Tergugat

1) beserta 12 Villa di atasnya agar diletakkan sita jaminan

(conservatoir beslag) ;

3 Bahwa Majelis Hakim agar meletakkan uang paksa atau dwangsom kepada

Tergugat 1 sebesar Rp. 10.000.000, (sepuluh juta rupiah ) perhari;

4 Bahwa untuk menjamin terlaksananya pembayaran ganti kerugian yang dialami

Para Penggugat, maka wajar apabila terhadap objek sengketa diletakkan sita

jaminan (conservatoir beslag) yaitu terhadap tanah beserta bangunan (objek


sengketa) dengan Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam

Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga

ribu seratus meter persegi) yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Badung,

Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng atas nama HARRY SUGANDA

(Tergugat 1 ) beserta 12 Villa di atasnya;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan tuntutan provisi adalah tuntutan agar

dilakukan tindakan-tindakan pendahuluan guna kefaedahan salah satu pihak atau kedua

pihak dalam perkara dimaksud sebelum masuk ke pokok perkara ;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati tuntutan provisi

Penggugat tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa apa yang dituntut oleh

Penggugat dalam provisinya tersebut bukanlah termasuk hal-hal yang perlu tindakan

pendahuluan sebagaimana yang dimaksud dalam provisi namun sudah masuk dalam

pokok perkara yang memerlukan pembuktian lebih lanjut ; Oleh karenanya gugatan

dalam provisi tersebut ditolak ;

Dalam Eksepsi

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Para Penggugat, Tergugat I, II, Turut

Tergugat I, II, selain mengajukan jawaban dalam pokok perkara, juga mengajukan

eksepsi ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi

Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II sebagai berikut :

1 Bahwa gugatan Para Penggugat nebis in idem ;

Menimbang, bahwa Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II mendalilkan

bahwa gugatan Para Penggugat nebis in idem karena Para Penggugat pernah

mengajukan gugatan rekonvensi dalam perkara nomor : 544/Pdt.G/2014/PN.Dps.

kepada R. Adat Prawira Bima, Harry Suganda dan Indrasari Kresnadjaja perihal yang

sama yaitu mengenai akta perjanjian pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25, tanggal 24

Oktober 2013, Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26, tanggal 24 Oktober 2013 dan
akta Perjanjian Pengosongan No. 27 tanggal 24 Oktober 2013, dimana saat ini perkara

tersebut masih dalam proses banding;

Menimbang, bahwa dalam repliknya, Para Penggugat membantah dalil tersebut

dengan menyatakan bahwa perkara nomor : 544/Pdt.G/2014/PN.Dps. tersebut belum

memiliki kekuatan hukum tetap karena masih dalam proses banding, tidak memiliki

subyek yang sama dan perihal perkara yang berbeda serta adanya Surat Edaran MARI

no. 3 Tahun 2002 mengenai penanganan perkara nebis In Idem ;

Dan terhadap bantahan tersebut Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II

dalam dupliknya bertetap dengan eksepsinya;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi tersebut, Majelis Hakim

mempertimbangkannya dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1917 KUHPerdata yang

merupakan landasan hukum mengenai Nebis In Idem, dimana dalam pasal tersebut

diatur tentang syarat-syarat yang bersifat kumulatif agar suatu putusan melekat Nebis In

Idem; Syarat-syarat tersebut adalah :

1 Apa yang digugat sudah pernah diperkarakan sebelumnya;

2 Terhadap perkara terdahulu sudah ada putusan hakim yang berkekuatan

hukum tetap;

3 Putusan bersifat positif;

4 Subyek atau pihak berpekara sama;

5 Objek gugatan sama;

Menimbang, bahwa syarat tersebut diatas bersifat kumulatif yang berarti agar

dapat dinyatakan nebis in idem, maka semua syarat diatas harus terpenuhi, dimana jika

dicermati dari dalil kedua belah pihak, maka nyata-nyata diketahui bahwa perkara

nomor : 544/Pdt.G/2014/PN.Dps., ternyata saat ini masih dalam proses banding atau

belum berkekuatan hukum tetap; Lebih lanjut jika dicermati bukti T-14, pihak yang

berpekara ternyata tidak sama karena dalam perkara terdahulu ada pihak bernama R.

Adat Prawira Bima yang digugat, namun dalam perkara ini tidak digugat dan ada pihak

bernama Fredy Chandra dkk yang dulu bertindak selaku Penggugat dalam konvensi,

tidak ikut digugat oleh Para Penggugat rekonvensi (Marihot Sihombing, Sri Annie
rahayu dan PT Bali Holiday Point) saat itu, demikian pula dalam perkara ini; Sementara

putusan dalam rekonvensi untuk pihak Penggugat rekonvensi I, II dan III (Marihot

Sihombing, Sri Annie rahayu dan PT Bali Holiday Point) dalam perkara terdahulu yang

dijadikan dasar nebis in idem bersifat negative karena dinyatakan tidak dapat diterima;

Dengan demikian beberapa syarat sudah tidak terpenuhi, sehingga menurut Majelis

Hakim dalil eksepsi mengenai nebis in idem sudah tidak beralasan, oleh karenanya

eksepsi tersebut ditolak;

1 Bahwa Kuasa Hukum Para Penggugat tidak sah;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi ini, Majelis Hakim telah

mempertimbangkannya saat Putusan Sela Nomor 399/Pdt.G/2015/PN.Dps tanggal 16

September 2015 dimana Majelis Hakim menyatakan salah satu amar dalam putusan sela

tersebut, bahwa kuasa Para Penggugat yaitu : DRS. SABAR SITORUS, SH.MM,

memenuhi syarat yang ditentukan sebagai advokat dan berhak beracara di Pengadilan

untuk mewakili kepentingan Para Penggugat dalam perkara Perdata nomor 399/

Pdt.G/2015/PN.Dps ; Berdasarkan hal tersebut, Majelis Hakim berpendapat tidak perlu

lagi mempertimbangkan eksepsi ini lebih lanjut sehingga eksepsi Tergugat I dan II serta

Turut Tergugat I dan II dinyatakan tidak beralasan hukum dan patut ditolak;

2 Bahwa gugatan Para Penggugat mengandung cacat plurium litis

consortium;

Menimbang, bahwa Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II mendalilkan

bahwa gugatan Para Penggugat kurang pihak karena tidak menarik R. Adat Prawira

Bima tidak ditarik selaku subyek dalam perkara ini , sementara peran R. Adat Prawira

Bima cukup besar sebagaimana diuraikan dalam gugatan;

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi tersebut, Para Penggugat membantahnya

dengan menyatakan bahwa adalah menjadi hak Para Penggugat untuk menentukan

siapa-siapa saja yang akan digugat dengan memperhatikan hubungan hukum antara

pihak berpekara; Dan terhadap bantahan tersebut Tergugat I dan II serta Turut Tergugat

I dan II dalam dupliknya bertetap dengan eksepsinya;


Menimbang, bahwa terhadap eksepsi tersebut, Majelis Hakim menetapkan

pendiriannya dengan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut :

a Bahwa dikaji dari segi praktik peradilan Indonesa dengan pedoman pada

Yurisprudensi yaitu Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 31

Juli 2001 Nomor : 2824K / Pdt / 2000, disebutkan bahwa ``adalah hak dari

Penggugat untuk menentukan siapa-siapa yang dijadikan atau ditarik menjadi

pihak dalam perkara`` ;

b Bahwa dikaji dari segi teori, maka pendapat diatas telah sesuai dengan teori

hukum secara perdata tentang asas ``legitima persona standi in judicio`` yang

berarti siapapun yang merasa memiliki hak ingin memepertahankannya, maka ia

berhak bertindak selaku pihak, baik Penggugat maupun Tergugat ;

c Bahwa dalam hubungan ini jika Penggugat tidak memandang penting ataupun

justru memandang penting diikutsertakannya pihak-pihak termasuk dalam upaya

mempertahankan haknya, maka hal itu merupakan kewenangannya, serta

kenyataan itu tidak dijadikan Gugatan menjadi error in persona ataupun tidak

lengkap dalam menarik pihak;

Sehingga berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka eksepsi ini

tidak beralasan dan patut ditolak;

1 Bahwa gugatan Para Penggugat kabur (obscuur libel);

Menimbang, bahwa Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II mendalilkan

dalam eksepsinya bahwa gugatan Para Penggugat kabur (obscuur libel) karena

mencampuradukkan antara perbuatan melawan hukum dengan wanprestasi;

Menimbang,bahwa dalil ini dibantah Para Penggugat dalam repliknya dengan

menyatakan bahwa hal tersebut sudah masuk dalam pokok perkara ; Dan terhadap

bantahan tersebut Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II dalam dupliknya

bertetap dengan eksepsinya;


Menimbang, bahwa terkait masalah dalil gugatan atau disebut pula posita atau

fundamentum Petendi, ada syarat yang harus dipenuhi agar tidak menimbulkan rumusan

gugatan yang kabur (obssuur libel) yaitu :

1 Dasar hukum (Rechtelijke Grond)

Memuat penegasan atau penjelasan mengenai hubungan hukum antara

Penggugat dengan materi dan atau objek gugatan yang disengketakan, dan antara

Penggugat dengan Tergugat berkaitan dengan materi atau objek sengketa;

2 Dasar fakta (Feitelijke Grond)

Memuat penjelasan pernyataan mengenai fakta atau peristiwa yang berkaitan

langsung dengan atau disekitar hubungan hukum yang terjadi antara Penggugat

dengan materi atau objek perkara maupun dengan pihak Tergugat, atau

penjelasan fakta-fakta yang langsung berkaitan dengan dasar hukum atau

hubungan hukum yang didalilkan Penggugat;

Menimbang,bahwa berdasarkan penjelasan diatas, posita dianggap terhindar dari

cacat obscuur libel adalah surat gugatan yang jelas sekaligus memuat penjelasan dan

penegasan dasar hukum yang menjadi dasar hubungan hukum serta dasar fakta atau

peristiwa yang terjadi disekitar hubungan hukum dimaksud;

Menimbang, bahwa mencermati dalil-dalil gugatan atau posita Para Penggugat,

awalnya adalah menyatakan tentang terjadinya hubungan hukum antara Para Penggugat

dengan Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II hingga terbitnya akta perjanjian

pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25, tanggal 24 Oktober 2013, Akta Perjanjian Jual

Beli Bangunan No. 26, tanggal 24 Oktober 2013 dan akta Perjanjian Pengosongan No.

27 tanggal 24 Oktober 2013 yang kemudian dinyatakan sebagai perjanjian yang tidak

sah oleh Para Penggugat karena melanggar ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata dan

selanjutnya menuntut pembatalan dari akta-akta perjanjian tersebut; Selanjutnya Para

Penggugat mendalilkan bahwa akibat adanya perjanjian yang tidak sah tersebut telah

menimbulkan kerugian pada pihak Para Penggugat sebagaimana ketentuan dalam pasal

1365 KUHPerdata yang kemudian dijadikan dasar menuntut ganti kerugian;


Menimbang, bahwa dari uraian tersebut dihubungkan dengan syarat perumusan

dalil gugatan atau posita atau fundamentum petendi diatas, maka Majelis Hakim

berpendapat bahwa meskipun Para Penggugat menyatakan dua perbuatan dengan dua

dasar hukum berbeda, namun hal tersebut tidak menjadikan gugatan menjadi kabur;

Sebagaimana dijelaskan M. Yahya Harahap dalam buku Hukum Acara Perdata hal. 456

menyatakan apabila dalam putusan tersebut posita gugatan didasarkan atas perjanjian,

namun dalam petitum dituntut agar tergugat dinyatakan melakukan PMH, apabila hal ini

dianggap mengandung kontradiksi (obscuur libel) berarti terlalu bersifat formalistis

karena jika petitum itu dihubungkan dengan posita, hakim dapat meluruskannya sesuai

dengan maksud posita;

Menimbang, bahwa penggabungan atau mengkumulasi gugatan wanprestasi

dengan perbuatan melawan hukum dalam satu gugatan juga dimungkinkan, dengan

syarat harus tegas pemisahannya, seperti dalam gugatan ini, Para Penggugat

mengadakan perjanjian dengan Tergugat I, namun ternyata perjanjian tersebut tidak sah

secara hukum melanggar Pasal 1320 KUHPerdata, sehingga melekat wanprestasi;

Dimana kemudian atas dasar perjanjian yang tidak sah tersebut, Tergugat I telah

menguasai objek sengketa yang merupakan perbuatan melawan hokum dan

menimbulkan kerugian bagi Para Penggugat; Ternyata dalam praktiknya, masalah

penggabungan gugatan wanprestasi dan PMH dalam satu gugatan juga dibolehkan. Hal

ini dapat dilihat dari yurisprudensi dalam Putusan Mahkamah Agung No. 2686 K/

Pdt/1985 tanggal 29 Januari 1987. Demikian pula, meskipun dalil gugatan yang

dikemukakan dalam gugatan adalah PMH, sedangkan persitiwa hukum yang sebenarnya

adalah wanprestasi, gugatan tidak obscuur libel, karena hakim dapat mempertimbangkan

bahwa dalil gugatan itu dianggap wanprestasi. Hal yang serupa juga dapat ditemui

dalam Putusan MA No. 886 K/Pdt/2007 tanggal 24 Oktober 2007. Majelis hakim dalam

pertimbangannya menyatakan, “Bahwa sungguhpun dalam gugatan terdapat posita

Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum, akan tetapi dengan tegas diuraikan

secara terpisah, maka gugatan demikian yang berupa kumulasi obyektif dapat

dibenarkan.”
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Majelis Hakim

menyatakan bahwa dalil-dalil gugatan atau posita atau fundamentum petendi dari Para

Penggugat adalah jelas (tidak obscuur libel), sehingga eksepsi Tergugat I dan II serta

Turut Tergugat I dan II tersebut tidak beralasan dan patut ditolak;

Menimbang, bahwa dengan demikian, seluruh eksepsi Tergugat I dan II serta

Turut Tergugat I dan II dinyatakan ditolak, sehingga Majelis Hakim melanjutkan

pemeriksaan gugatan dalam pokok perkara;

Dalam Pokok Perkara

Menimbang, bahwa gugatan Para Penggugat adalah sebagaimana terurai dalam

surat gugatannya ;

Menimbang, bahwa terhadap hal-hal yang telah dipertimbangkan oleh Majelis

Hakim dalam eksepsi secara mutatis mutandis merupakan pertimbangan hukum dalam

pokok perkara ini ;

Menimbang, bahwa sebelum masuk ke pokok perkara, terlebih dahulu Majelis

Hakim mempertimbangkan mengenai ketidakhadiran Turut Tergugat III dipersidangan,

dimana sejak semula Turut Tergugat III tidak datang menghadap atau menunjuk

kuasanya yang sah walaupun telah dipanggil secara sah dan patut sesuai relaas panggilan

tanggal 8 Juli 2015, 29 Juli 2015, 20 Agustus 2015 dan tanggal 27 Agustus 2015;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim kemudian mempertimbangkan dengan

memperhatikan jangka waktu dan formalitas menurut hukum, telah memanggil secara

sah dan patut Turut Tergugat III dalam perkara ini, akan tetapi Turut Tergugat III tidak

datang menghadap tanpa alasan yang sah dan atau tidak menyuruh orang lain datang

menghadap sebagai kuasanya yang sah, oleh karena itu Turut Tergugat III harus

dinyatakan tidak hadir dan perkara ini diperiksa secara contradictoir ;

Menimbang, bahwa pada pokoknya maksud Gugatan Para Penggugat adalah

sebagai berikut :

Bahwa Para Penggugat adalah pemilik sah tanah dan bangunan dimana tanah dengan

Sertifikat Hak Milik atas nama MARIHOT SIHOMBING NO 1324/DESA

TIBUBENENG, SELUAS 3100 m2, Kabupeten Badung, kecamatan Kuta Utara, Desa
Tibubeneng, Prov Bali dengan 12 (duabelas) villa di atasnya yang digunakan Para

Penggugat sebagai tempat usaha yaitu menyewakan Villa terhadap pengunjung yang

datang ke Bali; Bahwa Para Penggugat kemudian meminjam uang kepada Tergugat I

melalui Tergugat II untuk menalangi utang Para Penggugat dan menebus sertifikat atas

tanah dimaksud yang dijadikan jaminan di Bank Mutiara; Kemudian dengan bujukan

dan kata-kata meyakinkan dari Tergugat II ditambah keperluan mendesak dari Para

Penggugat, dilakukanlah pinjam meminjam uang selama 4 (empat) bulan dengan

klausula perjanjian jual beli tanah dan bangunan yang dilanjutkan dengan

penandatanganan perikatan perjanjian jual beli dan kuasa serta akta jual beli bangunan

dan pengosongan yang dikenal dengan akta No. 25, 26 dan 27 pada tanggal 24 Oktober

2013 antara Para Penggugat dengan Tergugat I dihadapan Turut Tergugat II; DImana

sebelumnya telah dilakukan pembatalan semua hak-hak tanggungan serta perikatan yang

terjadi atas tanah tersebut dihadapan Turut Tergugat I atas saran dari Tergugat II sebagai

syarat peminjaman uang kepada Tergugat I; Bahwa harga yang tercantum dalam

perjanjian jual beli tersebut adalah sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar

rupiah) namun yang dibayar hanya Rp. 11.000.000.000,- (sebelas milyar rupiah),

sehingga perjanjian tersebut harus dibatalkan dan yang benar adalah perjanjian jual dan

beli kembali (sales and purchase agreement) dengan harga Rp. 11.000.000.000,- (sebelas

milyar rupiah); Oleh karenanya penguasaan Para Tergugat atas tanah dan bangunan

dimana tanah dengan Sertifikat Hak Milik atas nama MARIHOT SIHOMBING NO

1324/DESA TIBUBENENG, SELUAS 3100 m 2, Kabupeten Badung, kecamatan Kuta

Utara, Desa Tibubeneng, Prov Bali dengan 12 (duabelas) villa di atasnya adalah

perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian pada diri Para Penggugat ;

Menimbang, bahwa Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II pada

pokoknya menolak dalil Gugatan Para Penggugat, kecuali hal-hal yang diakuinya secara

tegas, dengan alasan bahwa Tergugat I dan II tidak ada melakukan perbuatan melawan

hukum karena Tergugat I telah membeli tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak

Milik No 1324/Desa Tibubeneng, Seluas 3100 m 2, Kabupeten Badung, kecamatan Kuta

Utara, Desa Tibubeneng, Prov Bali dengan 12 (duabelas) villa berdasarkan perikatan
perjanjian jual beli dan kuasa serta akta jual beli bangunan dan pengosongan yang

dikenal dengan akta No. 25, 26 dan 27 pada tanggal 24 Oktober 2013 antara Para

Penggugat dengan Tergugat I dihadapan Turut Tergugat II dan telah dibayar lunas

sehingga tanah dan bangunan tersebut sah milik Tergugat I; Bahwa Tergugat I dan II

tidak pernah membicarakan masalah dana pinjaman dalam jual beli atas tanah tersebut

dengan hak membeli kembali;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 283 RBg, barangsiapa yang mengatakan

mempunyai hak atau mengemukakan suatu peristiwa untuk menguatkan hak tersebut,

kepadanya dibebankan wajib bukti untuk membuktikan haknya itu, sebaliknya

barangsiapa yang membantah hak orang lain, maka kepadanya dibebankan wajib bukti

untuk membuktikan bantahan tersebut ;

Menimbang, bahwa oleh karena dalil Gugatan Para Penggugat dibantah oleh

Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II, maka beban awal pembuktian

dibebankan kepada Para Penggugat, dan untuk itu Para Penggugat telah mengajukan

bukti surat yang diberi tanda P-1 sampai dengan P-29 dan bukti saksi sebanyak 3 (tiga)

orang; Sedangkan Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II telah pula mengajukan

bukti bantahannya (tegen bewijs) berupa bukti surat yang diberi tanda T-1 sampai

dengan T-14 dan tidak mengajukan saksi;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim memformulasikan permasalahan

utama dan pertimbangan hukum atas sengketa ini, terlebih dahulu Majelis Hakim akan

mempertimbangkan secara yuridis formal kekuatan alat bukti yang diajukan oleh pihak

pihak berperkara ;

Menimbang, bahwa suatu surat yang dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah

menurut undang-undang ialah surat yang dibuat atas sumpah jabatan atau surat yang

dikuatkan dengan sumpah ;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang dapat dijadikan sebagai alat bukti

suatu surat adalah sebagai bentuk resmi yang dibuat pejabat umum yang berwenang,

dengan suatu notasi, atas adanya penilaian terhadap alat bukti yang ditemukan
dipersidangan berupa keterangan saksi yang bukan merupakan bentuk korespondensi,

sebagaimana yang ditentukan oleh Undang Undang;

Menimbang,bahwa bukti surat tersebut yaitu bukti P-1, P-2, P-3, P-4, P-7, P-8,

P-9, P-13, P-20, P-21, P-22, P-23 dan P-24 telah dicocokkan dan sesuai aslinya dan

bermeterai cukup, demikian pula bukti surat T-1, T-2, T-3, T-6, T-8, T-9. T-10 dan T-14

telah dicocokan dan sesuai dengan aslinya dan telah pula bermeterai cukup; Sehingga

secara yuridis formal bukti-bukti surat tersebut dapat diterima sebagai alat bukti yang

sah untuk membuktikan dalil-dalil gugatan maupun jawaban atau bantahan para pihak

Tergugat;

Sedangkan bukti P-5, P-6, P-10, P-11, P-12, P-14, P-15, P-16, P-17, P-18, P-19, P-25,

P-26, P-27, P-28, dan P-29 berupa foto copy yang tidak disesuaikan dengan aslinya (foto

copy dari foto copy), demikian pula dengan bukti surat T-4, T-5, T-7, T-11, T-12 dan

T-13 merupakan bukti foto copy yang tidak disesuaikan asli (foto copy dari foto copy)

dimana semua bukti surat tersebut telah bermeterai cukup; Sehingga secara yuridis

formal bukanlah merupakan alat bukti yang sah dan hanya merupakan bukti pendukung

semata;

Dari sisi yuridis materiil, semua alat-alat bukti surat dimaksud bukanlah alat bukti yang

mempunyai kekuatan mengikat, ia mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang bersifat

bebas, dengan mentautkannya dengan alat bukti lainnya. Terlebih dengan diakuinya

adanya keberadaan dan kebenaran secara materiel isi surat dimaksud di persidangan

maupun dalam jawab jinawab ;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan keterangan saksi adalah mengenai

suatu peristiwa perdata yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri dengan

menyebut alasan dari pengetahuan itu, serta dinyatakan secara lisan dan langsung di

depan persidangan. Bukan berupa pendapat ataupun dugaan. Keterangan saksi yang

diperoleh dari pihak ketiga (testimonium de auditu) tidaklah dapat diartikan sebagai

saksi. Agar suatu keterangan saksi sah dan mempunyai nilai kekuatan pembuktian, maka

unsur sumpah/janji harus melekat pada suatu keterangan saksi ;


Menimbang, bahwa semua saksi baik yang diajukan oleh Para Penggugat, di

depan persidangan memberikan keterangan secara pribadi dan langsung, serta diikat

dengan sumpah/janji sesuai dengan agamanya. Sehingga secara yuridis formal dapat

dijadikan alat bukti yang sah dan mempunyai nilai kesaksian sebagai alat bukti.

Meskipun demikian, kekuatan pembuktian kesaksian secara yuridis materil, Majelis

Hakim dapat memberikan penilaian secara bebas atas keterangan saksi tersebut, dengan

tetap mentautkannya dengan alat bukti lain, maupun dari keterangan saksi yang

mempunyai persesuaian satu dengan lainnya ;

Menimbang, bahwa selanjutnya dengan mendasari pada dalil-dalil gugatan

Para Penggugat maupun dalil-dalil jawaban / bantahan Tergugat I dan II serta Turut

Tergugat I dan II, maka Majelis Hakim memformulasikan hal-hal yang perlu untuk

dipertimbangkan sebagai esensi yang utama dari gugatan ini sebagai berikut :

1 Apakah akta perjanjian pengikatan Jual Beli dan Kuasa No. 25, tanggal 24

Oktober 2013, Akta Perjanjian Jual Beli Bangunan No. 26, tanggal 24 Oktober

2013 dan akta Perjanjian Pengosongan No. 27 tanggal 24 Oktober 2013 yang

dibuat oleh Para Penggugat dengan Tergugat I tersebut merupakan perjanjian

jual beli atau perjanjian menjual dengan hak membeli kembali yang sah secara

hukum?

2 Apakah pengosongan dan penguasaan oleh Tergugat I atas tanah dan bangunan

dimana tanah dengan Sertifikat Hak Milik atas nama MARIHOT SIHOMBING

NO 1324/DESA TIBUBENENG, SELUAS 3100 m2, Kabupeten Badung,

kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng, Prov Bali dengan 12 (duabelas) villa

di atasnya adalah perbuatan melawan hukum?

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim mempertimbangkan tentang

bukti-bukti surat dan saksi-saksi yang diajukan oleh Penggugat sebagai berikut ;

Bukti surat :

Bukti P-1, adalah Surat Keterangan Pelaksanaan Sumpah dari Pengadilan Tinggi

Bandung atas nama Drs. Sabar Sitorus,SH.; Bukti ini membuktikan


bahwa Drs. Sabar Sitorus, SH. adalah pengacara praktek yang telah

disumpah dan terdaftar di Pengadilan Tinggi Bandung;

Bukti P-2, adalah Kartu Tanda Penduduk An. Sdr Marihot Sihombing yang

menyatakan yang bersangkutan berdomisili di Denpasar;

Bukti P-3, P-4 adalah Akta Notaris No 101 tanggal 30 April 2008 yaitu akta pendirian

PT. Bali Holiday Point, SK Menkumham No.AHU/30090.AH.01.01.

Thn 2008 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan An PT Bali

Holiday Point pada tanggal 04 Juni 2008; Bukti ini menunjukkan

pendirian PT Bali Holiday Point sudah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku ;

Bukti P-7, adalah Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan kuasa No. 25 tanggal

24-10-2013 di Notaris Indrasari Kresnadjaja,SH Notaris di Jakarta

antara Marihot Sihombing Dan Harry Suganda;

Bukti P-8, adalah Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bangunan No. 26 tanggal 24-10-2013

di Notaris Indrasari Kresnadjaja,SH Notaris di Jakarta antara Marihot

Sihombing selaku direktur PT Bali Holiday Point selaku pemilik dan

pemegang saham 80 lembar saham PT Bali Holiday Point dan

ROBERT C sebagai komisaris PT Bali Holiday Point dan Harry

Suganda;

Bukti P-9, adalah Perjanjian Pengosongan No. 27 di Notaris Indrasari Kresnadjaja,SH

Notaris di Jakarta antara MARIHOT SIHOMBING selaku direktur PT

Bali Holiday Point;

Bahwa bukti P-7. P-8 dan P-9 tersebut membuktikan adanya jual beli atas tanah dan

bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng, yang

diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No. 1254/

Tibubeneng/2004 luas 3.100 m2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang

terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Utara,

Desa Tibubeneng antara Marihot Sihombing sebagai penjual dengan


Harry Suganda sebagai pembeli seharga Rp. 15.000.000.000,- (lima

belas milyar rupiah);

Bukti P-13, adalah Pembayaran sebesar Rp. 4.500.000.000,- (empat milyar lima ratus

juta rupiah) ke Bank BCA Kcp Sunset Bulovard Kuta Bali atas nama

Marihot Sihombing tanggal 24-10-2013; Bukti ini menunjukkan

adanya setoran tunai ke rekening Marihot Sihombing;

Bukti P-20 dan P-21, adalah Pembatalan No. 10 dan 11 tanggal 21-10-2013, di hadapan

notaris I MADE PRIA DHARSANA,SH notaris di Badung; Bukti ini

menunjukkan adanya pembatalan atas akta perjanjian sewa menyewa

tanah tanggal 18 Juni 2008 Nomor 86 dan akta perpanjangan sewa

menyewa tanggal 18 Juni 2008 Nomor 87 antara Marihot Sihombing

dengan Robert Chalaczkiewicz;

Bukti P-22, P-23 dan P-24 adalah Surat korespodensi antara Kuasa Hukum Para

Penggugat dengan Notaris Indrasari Kresnadjadja, SH dan Notaris I

Made Pria Dharsana. Bukti ini menunjukkan adanya permintaan

salinan akta-akta oleh pihak Para Penggugat kepada notaris-notaris

tersebut;

Menimbang,bahwa terhadap bukti surat yang lain yang tidak memenuhi syarat

formil sebagai alat bukti surat, tidak dipertimbangkan lebih lanjut dan dikesampingkan;

Bukti saksi :

Saksi Juni Antara, menerangkan bahwa saksi mengetahui letak tanah dan bangunan villa

milik Penggugat I yang menjadi sengketa dalam perkara ini; Bahwa

saksi sering disuruh oleh istri Penggugat I (Annie Rahayu) untuk

menjadi sopir, dimana saksi sendiri beberapa kali pernah membawa

pembeli untuk membeli tanah dan villa tersebut. Bahwa saksi pernah

mendengar SHM villa tersebut ada di Bank Mutiara Jakarta, dan Pak

Bima yang akan mengeluarkan SHM tersebut dengan meminjam uang

di Bank lain atau dari Ibu Yanti dan Ibu Susan; Bahwa saksi pernah
mendengar dari Ibu Rahayu, katanya disuruh mengosongkan villa

karena pinjaman sudah jatuh tempo; Tetapi saksi tidak mengetahui

tentang transaksi atas tanah dan villa tersebut, namun saksi pernah

mengantar Ibu Yanti dan Ibu susan + sebanyak 3 kali antara lain ke

notaris Evi, notaris Pria Darsana, untuk tujuan apa saksi tidak tahu;

Saksi Conny Kanal, menerangkan bahwa saksi tahu tanah dan bangunan villa yang

dijadikan sengketa saat ini adalah milik Ibu Rahayu karena waktu

pembangunan saksi melihat Ibu Rahayu yang sibuk mengatur

segalanya; Saksi mengetahui mengenai jual beli villa milik Penggugat

I; bahwa saksi juga mengetahui Penggugat I dan istrinya (Ibu Rahayu)

meminjam uang dari pendana bernama Harry Suganda pada tahun

2014 untuk keperluan villa sebanyak Rp. 15.000.000.000,- (lima belas

milyar rupiah), namun saksi hanya kenal dengan makelar-makelarnya

yang bernama Ibu Yanti dan Ibu Susan dengan jangka waktu pinjaman

4 bulan; Bahwa saksi tidak pernah melihat surat-surat pinjam dana

tersebut; Setahu saksi tidak ada jual beli; Bahwa Ibu Rahayu dan

Penggugat I mengatakan bahwa pemegang saham tertinggi adalah

orang Polandia;

Saksi I Wayan Arda Candra, menerangkan Bahwa saksi tahu Penggugat I adalah

pemilik villa yang di mau dijual sekitar bulan Juni- Juli 2013; Bahwa

awalnya villa hendak dijual kepada Bapak Bima, namun tidak jadi;

Kemudian Bapak Bima mencari pendana untuk menebussertifikat

tanah dan villa tersebut di bank dan memperoleh dana sebesar Rp.

15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah); Bahwa setelah selesai

transaksi, istri penggugat I (Ibu Rahayu) datang sambil menangis dan

mengatakan bahwa dia ditipu dan villanya sudah diambil alih serta

SHM sudah beralih; Saksi tidak tahu siapa yang menguasai villa, Ibu

Rahayu hanya mengatakan pendananya memaksa dirinya tanda

tangan ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim mempertimbangkan tentang

bukti-bukti surat yang diajukan oleh Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II

sebagai berikut ;

Bukti T-1, T-2 dan T-3, bahwa bukti ini identik dengan bukti Para Penggugat yaitu P-7,

P-8 dan P-9 yang telah dipertimbangkan diatas, sehingga Majelis

Hakim tidak mempertimbangkannya lagi dan mengambil alih

pertimbangan bukti surat diatas;

Bukti T-4, adalah Sertifikat Hak Milik Nomor Budha Garden Villa a.n. Harry Suganda

No. 1324; Bukti ini membuktikan bahwa kepemilikan yang sah atas

tanah dan villa telah beralih kepada Tergugat I;

Bukti T-6, adalah Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan Budha Garden Villa No.

290/2013 di Notaris I Made Pria Dharsana, SH. Bukti ini

membuktikan jual beli telah terjadi secara sah;

Bukti T-8 dan T-9, adalah Surat-surat pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau

Bangunan (BPHTB) atas nama wajib pajak Harry Suganda;

Bukti T-10, adalah Berita Acara Serah Terima tanah dan bangunan yang terletak di

Tibubeneng tertanggal 26 Pebruari 2014 yang dibuat antara Penggugat

I dan Tergugat I; Bukti ini menunjukkan penyerahan tanah dan

bangunan villa sekaligus pengosongan disaksikan oleh kedua belah

pihak dan tidak ada keberatan saat itu;

Bukti T-14, adalah Salinan putusan Pengadilan Negeri Denpasar No. 544/Pdt/G/2014/

PN Dps, tertanggal 18 Juni 2015 antara Fredy Candra, dkk. melawan

Marihot Sihombing, dkk.; Bukti ini masih dalam proses banding

sehingga belum berkekuatan hokum tetap;

Menimbang, bahwa terhadap bukti surat T-4, T-5, T-7, T-11, T-12 dan T-13

merupakan bukti yang tidak memenuhi syarat formil sebagai alat bukti surat sehingga

tidak dipertimbangkan lebih lanjut dan dikesampingkan;


Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan dalil gugatan, terlebih dahulu

dipertimbangkan mengenai kapasitas Penggugat I dalam mengajukan gugatan bersama-

sama dengan Penggugat II, dimana Penggugat I menyatakan dirinya adalah selaku

pribadi dan Direktur PT Bali Holiday Point, sehingga patut dipertimbangkan apakah

Penggugat I berhak mewakili PT Bali Holiday Point mengajukan gugatan kepada

Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II; Bahwa Penggugat I dipersidangan

mengajukan bukti Bukti P-3, P-4 berupa Akta Notaris No 101 tanggal 30 April 2008

yaitu akta pendirian PT. Bali Holiday Point dan Surat Keputusan Menhumkam

No.AHU/30090.AH.01.01. Thn 2008 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan An

PT Bali Holiday Point pada tanggal 04 Juni 2008; Dalam bukti P-3 tersebut, selain

sebagai pendiri, pada pasal 20 angka 2, menyatakan bahwa Penggugat I adalah Direktur

PT Bali Holiday Point; Dimana selaku direktur, Penggugat I memiliki hak mewakili

Perseroan di dalam dan diluar pengadilan (Pasal 12 bukti P-3); Sehingga berdasarkan

uraian tersebut, Penggugat I memiliki legal standing untuk mengajukan gugatan

terhadap Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II;

Menimbang, bahwa alasan yang dijadikan dasar oleh Para Penggugat

mengajukan gugatan ini adalah adanya perbuatan hukum pinjam meminjam uang

dengan cara jual dan beli kembali atau sale and buy back agreement terhadap objek

berupa tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No 1324/Desa Tibubeneng,

Seluas 3100 m2, Kabupeten Badung, kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng, Prov

Bali dengan 12 (duabelas) villa diatasnya antara Penggugat I dengan Tergugat I, yang

kemudian secara melawan hukum diterbitkan menjadi Perjanjian Pengikatan Jual Beli

dan kuasa No. 25 tanggal 24-10-2013, Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bangunan No. 26

tanggal 24-10-2013, dan Perjanjian Pengosongan No. 27, dimana hal tersebut merugikan

Para Penggugat, sehingga perjanjian-perjanjian tersebut diatas harus dibatalkan ;

Menimbang, bahwa atas dalil tersebut, dibantah oleh Tergugat I dan II serta

Turut tergugat I dan II, dengan menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat adalah

perjanjian jual beli, dan bukan perjanjian menjual dengan hak membeli kembali;
Menimbang, bahwa oleh karena Majelis Hakim berpendapat bahwa terhadap

dalil Para Penggugat tersebut, pertama-tama harus dibuktikan apakah perjanjian-

perjajian yang disebutkan diatas merupakan perjanjian jual beli atau menjual dengan hak

membeli kembali, maka terlebih dulu akan dipertimbangkan petitum poin 5;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalilnya, Para Penggugat mengajukan

bukti P-7 (identik bukti T-1), bukti P-8 (identik bukti T-2), bukti T-9 (identik bukti T-3);

Dimana dalam bukti P-7 (identik bukti T-1) berupa Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan

kuasa No. 25 tanggal 24-10-2013 antara Marihot Sihombing Dan Harry Suganda; Bukti

P-8 (identik bukti T-2), adalah Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bangunan No. 26 tanggal

24-10-2013 antara Marihot Sihombing selaku direktur PT Bali Holiday Point dan Harry

Suganda; Serta Bukti P-9 (identik bukti T-3), adalah Perjanjian Pengosongan No. 27

antara Marihot Sihombing selaku direktur PT Bali Holiday Point atas tanah dan

bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam

Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga ribu

seratus meter persegi) yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan

Kuta Utara, Desa Tibubeneng;

Bahwa bukti P-7, P-8 dan P-9 tersebut telah dibuat oleh kedua belah pihak dihadapan

di Notaris Indrasari Kresnadjaja,SH., Notaris di Jakarta (Turut Tergugat I) seharga Rp.

15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah);

Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi Para Penggugat, hanya

menyatakan bahwa para saksi tidak pernah melihat surat-surat perjanjian P-7 (identik

bukti T-1), bukti P-8 (identik bukti T-2), bukti T-9 (identik bukti T-3) tersebut ;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati bukti P-7 (identik bukti

T-1), bukti P-8 (identik bukti T-2), bukti T-9 (identik bukti T-3) tersebut tidak terdapat

kata-kata “menjual dengan hak membeli kembali” atau sale and buy back agreement

sebagaimana yang didalilkan Para Penggugat, ataupun pinjam meminjam uang dengan

cara jual dan beli kembali; Demikian pula para saksi tidak tahu menahu tentang

transaksi-transaksi atas tanah dan bangunan villa yang disengketakan, hanya mengetahui

dari istri Penggugat I bahwa villa dan tanah disewakan bukan dijual; Namun oleh karena
pengetahuan tersebut diperoleh dari orang lain (testimonium de auditu) maka keterangan

saksi tersebut tidak memiliki kekuatan secara materiil; Bahwa yang tercantum dalam

bukti-bukti tersebut adalah jelas dan nyata perjanjian jual tanah dan bangunan dengan

Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng, terdaftar atas nama marihot Sihombing,

yang diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004

luas 3.100 m 2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten

Badung, Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng;

Menimbang, bahwa sementara bukti-bukti Para Penggugat lainnya yaitu P-13,

P-20 sampai dengan P-24 juga tidak ada yang menguatkan dalil Para Penggugat

tersebut;

Menimbang, bahwa selain itu, Majelis Hakim berpendapat wajib untuk

mempertimbangkan tentang perjanjian menjual dengan hak membeli kembali atau

meminjam uang dengan hak membeli kembali seperti yang didalilkan Para Penggugat,

dimana menurut Suharnoko, dalam bukunya berjudul “Hukum Perjanjian, Teori dan

Analisa Kasus,” hal. 23-24, menyatakan bahwa “Suatu prinsip yang berlaku dalam

hukum jaminan adalah kreditur tidak dapat meminta suatu janji agar memiliki benda

yang dijaminkan bagi pelunasan utang debitur kepada kreditur. Ratio dari ketentuan ini

adalah untuk mencegah terjadinya ketidakadilan yang akan terjadi jika kreditur memiliki

benda jaminan yang nilainya lebih besar daripada utang debitur kepada kreditur. Dalam

prakteknya, kreditur berupaya menghindari larangan ini dengan membuat perjanjian jual

beli dengan hak membeli kembali untuk menyelubungi perjanjian utang piutang berikut

tanah sebagai jaminannya. Sikap Mahkamah Agung RI dalam hal ini sudah jelas, yaitu

membatalkan atau menyatakan batal demi hukum perjanjian seperti itu.”

Beberapa Putusan Mahkamah Agung RI yang mengatur tentang hal tersebut adalah

Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 10 Februari 1983, Nomor 3804 K/Sip/1981 dan

Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 20 Maret 1989, Nomor 381 PK/Pdt/1986, dimana

menurut putusan tersebut perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali yang diatur

dalam Pasal 1519 KUHPerdata adalah tidak diperbolehkan karena beberapa hal yaitu

pertama mengandung unsure riba yang diartikan pembeli menggunakan perjanjian jual
beli dengan hak membeli kembali sebagai sarana memanfaatkan penjual dengan cara

meningkatkan jual beli; Kedua, perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali adalah

perjajian utang piutang yang terselubung (semu); Ketiga, perjanjian jual beli dengan

hak membeli kembali bertentangan dengan hukum adat karena hukum adat tidak

mengenal jual beli dengan hak membeli kembali; Intinya adalah perjanjian jual beli

dengan hak membeli dilarang karena bertentangan dengan undang-undang, kepatutan,

kesusilaan dan ketertiban umum;

Menimbang , bahwa berdasarkan uraian tersebut, maka jelas perjanjian

semacam yang didalilkan Para Penggugat adalah perjanjian yang tidak diperbolehkan,

sehingga Majelis Hakim berpendapat bahwa justru Para Penggugatlah yang memiliki

maksud tidak baik yaitu ingin mengakali atau melakukan penyelundupan hukum

terhadap perjanjian jual beli yang telah dilaksanakan antara Penggugat I dengan

Tergugat I menjadi perjanjian pinjam meminjam uang dengan cara menjual dan beli

kembali ataupun jual beli dengan hak membeli kembali demi kepentingan Para

Penggugat sendiri;

Menimbang, bahwa sementara dari bukti Tergugat I dan Tergugat II serta Turut

Tergugat I dan II yang identik dengan bukti Para Penggugat, sebagaimana

dipertimbangkan diatas, serta bukti T-6 berupa Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan

Budha Garden Villa No. 290/2013 di Notaris I Made Pria Dharsana, SH. (Turut

Tergugat II) membuktikan perjanjian telah dibuat sesuai dengan ketentuan sebagaimana

diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan memenuhi syarat formil dan materiil; Bahwa

syarat materiil sangat menentukan sah tidaknya jual beli tersebut, diantaranya : pembeli

berhak membeli tanah bersangkutan, penjual berhak menjual tanah bersangkutan, tanah

yang bersangkutan boleh diperjualbelikan dan tidak dalam sengketa; Sedangkan syarat

formil dilakukan oleh Notaris / PPAT yang diberi kewenangan membuat akta-akta

berkaitan dengan tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 37 Peraturan pemerintah Nomor

24 Tahun 1997; Pada pasal 24 aturan tersebut juga mengatur setiap perjanjian yang

bermaksud memindahkan hak atas tanah harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat

oleh dan dihadapan Notaris/ PPAT; Dan sejak dibuatnya akta jual beli tanah oleh
Notaris / PPAT, pada saat itu juga hak sudah beralih dari penjual kepada pembeli, yang

sejalan dengan prinsip hukum adat; Dan jual beli yang terjadi antara Penggugat I dengan

Tergugat I adalah sah secara hukum ;

Menimbang, bahwa tentang perbuatan melawan hukum yang didalilkan Para

Pengguat dilakukan oleh Tergugat I karena mengosongkan villa secara paksa, Majelis

Hakim berpendapat perlu mempertimbangkannya dengan ketentuan yang diatur dalam

pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang memiliki unsur-unsur sebagai

berikut:

1 Adanya perbuatan tergugat yang bersifat bertentangan dengan hukum ;

2 Adanya kerugian yang ditimbulkan pada diri Penggugat ;

3 Adanya kesalahan atau kelalaian pada pihak Tergugat ;

4 Adanya hubungan kausalitas atau sebab akibat antara hubungan pihak Penggugat

atau perbuatan yang telah dilakukan oleh Tergugat ;

Menimbang, bahwa kriteria melawan hukum sebagaimana dimuat dalam

yurisprudensi HIR sejak tahun 1919 (Arrest Lindebauw Chohen, tanggal 31 Januari

1919) telah menjadi doktrin ilmu hukum di Indonesia dan menjadi yurisprudensi tetap

Mahkamah Agung RI, sehingga pengertian perbuatan melawan hukum diartikan secara

luas dan terdiri dari 4 (empat) kategori perbuatan, yaitu :

1 Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku ;

2 Melanggar hak subjektif orang lain ;

3 Melanggar kaidah tata susila ;

4 Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati ;

Menimbang, bahwa sebagaimana dipertimbangkan dalam pertimbangan diatas,

bahwa bukti jual beli atas tanah dan bangunan Villa telah terjadi secara sah berdasarkan

ketentuan perundang-undangan berlaku, dimana hal tersebut dibuktikan juga dengan

bukti T-10 berupa Berita Acara Serah Terima tanah dan bangunan yang terletak di

Tibubeneng tertanggal 26 Pebruari 2014 yang dibuat antara Penggugat I dan Tergugat I;

Bukti ini menunjukkan penyerahan tanah dan bangunan villa sekaligus pengosongan
disaksikan oleh kedua belah pihak dan tidak ada keberatan saat itu; Hingga terbit bukti

T-4 berupa Sertifikat Hak Milik Nomor Budha Garden Villa a.n. Harry Suganda No.

1324 dan bukti Bukti T-8 serta T-9 berupa Surat-surat pajak Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) atas nama wajib pajak Harry Suganda; Bukti ini

membuktikan bahwa kepemilikan yang sah atas tanah dan villa telah beralih kepada

Tergugat I; Dilain pihak, Para Penggugat tidak dapat membuktikan dalilnya tersebut

dengan bukti-buktinya; Sehingga Majelis Hakim berpendapat pengosongan dan

penguasaan Tergugat I atas tanah dan bangunan villa adalah bukan merupakan

perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan tidak adanya kerugian yang

ditimbulkan oleh Tergugat I terhadap diri Penggugat I;

Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut membuktikan perbuatan

hukum yang terjadi antara Penggugat I selaku penjual dengan Tergugat I selaku pembeli

adalah jual beli atas tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No. 1324/

Tibubeneng, yang diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10 April 2007, No. 1254/

Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga ribu seratus meter persegi) yang terletak di

Provinsi Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Utara, Desa Tibubeneng sebagai

pembeli seharga Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah);

Menimbang, bahwa dengan demikian, maka petitum poin 5 tidak beralasan

hukum dan harus ditolak;

Menimbang, bahwa dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang

telah diuraikan diatas, dimana gugatan pokok Para Penggugat yang menuntut perjanjian

yang dibuat antara Para Penggugat dengan Tergugat I adalah merupakan perjanjian

meminjam uang dengan hak membeli kembali atau jual dan membeli kembali telah

ditolak, maka secara hukum apa yang dituntut oleh Para Penggugat dalam petitum poin

2, poin 3, poin 4, poin 6, dan poin 7 dinyatakan tidak beralasan lagi untuk

dipertimbangkan dan dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena perjanjian telah dibuat sesuai dengan ketentuan

sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan memenuhi syarat formil dan
materiil perjanjian, maka tidak ada dasar hukum untuk menyatakan Perjanjian

Pengikatan Jual Beli dan kuasa No. 25 tanggal 24-10-2013 antara Marihot Sihombing

Dan Harry Suganda, Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bangunan No. 26 tanggal

24-10-2013 antara Marihot Sihombing selaku direktur PT Bali Holiday Point dan Harry

Suganda dan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan Budha Garden Villa No. 290/2013

adalah batal demi hukum atau harus dibatalkan; Sehingga poin 9, poin 10, poin 11, poin

12, poin 13 dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap adanya dalil perbuatan melawan hukum yang

dilakukan Tergugat I dan Tergugat II serta Turut Tergugat I dan II, sebagaimana telah

dipertimbangkan diatas yang dinyatakan tidak terbukti, maka petitum poin 8, poin 14,

poin 15, poin 16, poin 17, poin 18 dinyatakan tidak beralasan hukum dan harus ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan dwangsom, oleh karena gugatan Para

Penggugat ditolak, maka petitum mengenai dwangsom harus ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap petitum poin 20, oleh karena Majelis Hakim

dalam perkara ini tidak pernah meletakkan sita jaminan atas tanah dan bangunan dengan

Sertifikat Hak Milik No. 1324/Tibubeneng, yang diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 10

April 2007, No. 1254/Tibubeneng/2004 luas 3.100 m 2 (tiga ribu seratus meter persegi)

yang terletak di Provinsi Bali, Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Utara, Desa

Tibubeneng, terlebih gugatan pun dinyatakan ditolak, maka petitum poin 20 dinyatakan

ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan pokok Para Penggugat ditolak, maka

tidak ada relevansinya mengabulkan petitum poin 21 dan poin 22, sehingga petitum ini

dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap bukti-bukti Para Penggugat maupun bukti-bukti

Para Tergugat yang tidak di pertimbangkan secara tersendiri, dianggap telah termasuk

dalam semua uraian pertimbangan tersebut diatas ;


Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas

maka telah cukup alasan bagi Majelis Hakim untuk menyatakan menolak gugatan Para

Penggugat untuk seluruhnya;

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan ditolak seluruhnya sehingga Para

Penggugat adalah pihak yang kalah, oleh karenanya harus dihukum untuk membayar

biaya yang timbul dalam perkara ini ini, yang besarnya akan ditentukan dalam putusan

ini;

Memperhatikan, ketentuan dalam Pasal 1320, 1365, 1519 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Pasal 283 Rbg dan ketentuan lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I:

Dalam Provisi :

• Menolak tuntutan provisi Para Penggugat ;

Dalam Eksepsi :

• Menolak eksepsi Tergugat I dan II serta Turut Tergugat I dan II seluruhnya;

Dalam Pokok Perkara :

• Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;

• Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara sebanyak

Rp.1.406.000,- (satu juta empat ratus enam ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2016, dalam Rapat

permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar yang dipimpin oleh:

MADE SUKERENI, SH.MH., sebagai Hakim Ketua, I WAYAN SUKANILA,

SH.MH., dan I DEWA GEDE SUARDITHA, SH.MH masing-masing sebagai Hakim

Anggota, putusan mana pada hari: Rabu tanggal 20 Januari 2016 diucapkan dalam

persidangan yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua didampingi oleh para Hakim

Anggota, dibantu pula oleh: KETUT SRI MENAWATI, SH., Sebagai Panitera
Pengganti Pengadilan Negeri Denpasar serta dihadiri oleh Kuasa Para Penggugat

dan Kuasa Tergugat I, II, Turut Tergugat I, II tanpa hadirnya Turut Tergugat III ;

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

I WAYAN SUKANILA,SH.MH. MADE SUKERENI, SH. MH.

I DEWA GEDE SUARDITHA,SH.MH


|

Panitera Pengganti

KETUT SRI MENAWATI, SH.

PERINCIAN BIAYA :
1. Pencatatan …………….. Rp. 30.000,-
2. Proses……. ………………. Rp. 50.000,-
3. Panggilan ………………. Rp. 890.000,-
4. Pemeriksaan setempat.... Rp. 400.000,-
5. PNBP .............................. Rp. 25.000,-
6. Redaksi ………………….. Rp. 5.000,-
7. Meterai …………………… Rp. 6.000,-
JUMLAH ……………………… Rp.1.406.000,-
(Satu juta empat ratus enam ribu rupiah).

CATATAN :
Dicatat disini bahwa putusan Pengadilan Negeri Denpasar tertanggal 20
Januari 2016, Nomor 399/Pdt/G/2015/PN.Dps. telah diberitahukan
kepada pihak Turut Tergugat-III (Kantor Badan Pertanahan Kabupaten
Badung (Kantor Pertanahan Kabupaten Badung) pada tanggal 25 Januari
2016.

Panitera Pengganti,

KETUT SRI MENAWATI, SH.

CATATAN :
Dicatat disini bahwa pada hari : Senin, tanggal 25 Januari 2016
Penggugat I (Marihot Sihombing) telah menyatakan Banding terhadap
putusan Pengadilan Negeri Denpasar tertanggal 20 Januari 2016, Nomor
399/Pdt/G/2015/PN.Dps., sehingga putusan tersebut belum mempunyai
kekuatan hukum tetap.

Panitera Pengganti,

KETUT SRI MENAWATI, SH.

Anda mungkin juga menyukai