Anda di halaman 1dari 18

Kisah Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat

Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin
Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan
dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.

Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminah binti Wahab bin Abdi
Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu
pada kakek beliau, Kilab.

Tahun Gajah

Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Habasyah untuk
merobohkan Ka’bah. Maksud jahat mereka ini berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah Swt yang
mengirimkan burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung wabah penyakit dan
menimpakannya atas pasukan Abrahah. Perisitiwa ini terjadi pada pertengahan abad ke 6 Masehi.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Senin, malam 12 Rabiul Awwal
di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.

Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah 571 tahun, antara Nabi
Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As dan Nabi Ibrahim As
adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada masa Nabi Nuh As adalah 1080
tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242 tahun. Sehingga jarak antara kelahiran
Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah 6155 tahun, berdasarkan riwayat yang masyhur dari
para ahli sejarah.

Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah wafat di
Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir. Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah
di Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari bani Najjar.

Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.

Masa Persusuan Nabi Muhammad SAW

Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan penyusuan anak-anak mereka
kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut di kemudian hari mempunyai tubuh
yang kuat dan omongan yang fasih.

Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya Muhammad Saw kepada
Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah salah seorang perempuan dari Bani Sa’ad untuk menyusui Beliau.

Pada saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah tempat tinggal
mereka. Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan menetap di sana untuk disusui,
lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur.
Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri Nabi
Muhammad Saw termasuk peristiwa “pembelahan dada”. Setelah disapih, Nabi Muhammad pun
dikembalikan kepada ibundanya Aminah. Saat itu, Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.

Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw

Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah untuk menemui
paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu desa yang terletak antara
kota Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia. Maka beliau Saw diasuh oleh Ummu
Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul Muthalib, dan ini berlangsung selama dua tahun.

Wafatnya Kakek Nabi Muhammad Saw

Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal dunia, maka beliau
selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib. Abu Thalib ini adalah seorang yang dermawan namun
kehidupannya fakir yang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Perjalanan Pertama Nabi Muhammad Saw ke Syam

Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh pamannya, Abu
Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang pertama. Para kafilah dagang ini
berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang pendeta Yahudi bernama Buhaira
dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani.

Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan berkata kepada Abu
Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka jagalah dia
baik-baik.” Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Muhammad Saw ke Mekkah.

Berperan Dalam Perang Fijar

Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu tempat antara
Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok dimana beliau SAW
berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua kelompok yang berperang itu.

Perjalanan Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam

Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk kedua kalinya
dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita ternama dan kaya
yang dipercayakan kepada Beliau.

Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang bernama Maisaroh.
Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun memahami adanya
keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang pernah dilihat oleh
Buhaira.

Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah


Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, yaitu
dua bulan sesudah kedatangannya. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke rumah Khadijah untuk
memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu itu 40 tahun.

Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib, yang semuanya
meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.

Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka menikah dengan Abil Aash ibnu
Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah
dengan Utaibah bin Abi Lahab.

Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan. Adapun yang termuda
yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Partisipasi Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Ka’bah

Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah dan menauhidkan-
Nya. Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah berhasil menghancurkan berhala-
berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat pemujaannya.

Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang melemahkan dinding dan
fondasinya. Banjir besar menggoyahkan bangunan Ka’bah beberapa tahun sebelum nubuwwah.

Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut memanggul batu di atas pundaknya
dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih, peristiwa itu terjadi ketika Nabi
Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.

Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah pelik yang
menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit. Tak kunjung ada keputusan siapa yang paling berhak
untuk mendapatkan kehormatan mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula.

Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian. Beliau memutuskan
untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing kabilah memilih memilih seorang
wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu
Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah
persoalannya.

Pengangkatan Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul

Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya sebagai Nabi dan
Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya beliau menyendiri beruzlah dan
beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal Nur. Dan pertama kali yang beliau
rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi yang benar.

Turunnya Wahyu Pertama

Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama dibawa oleh Jibril yang
merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :
‫ق – اسققرسأ قوقربَب ق‬
‫ك اسلقسكقرمم – اللذذيِ قعللقم ذباِسلققلقذم‬ ‫ق ا س ذلنِإْقساِقن ذمسن قعلق ق‬ ‫اسققرسأ ذباِسسذم قربب ق‬
‫ك اللذذيِ قخلق ق‬
‫ق – قخلق ق‬

Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)

Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah binti Khuwailid, seorang yang masyhur di Makkah
karena keluasan ilmunya dalam hal ihwal agama-agama samawi.

Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, Khadijah pergi menemuinya dan
memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah berkata: “Demi Tuhan yang nyawa
Waraqah berada ditangan-Nya, jika engakau percaya hai Khadijah, telah datang malaikat agung yang
pernah datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Nabi Muhammad Saw) adalah nabi dari umat ini.”

Dakwah Secara Rahasia

Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar bin Kuhafah, dan
dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib,
dimana Ali belum pernah melakukan sujud sama sekali terhadap suatu patung, sehingga dengan demikian
kepada beliau diberi tambahan (sesudah menyebut namanya) dengan sebutan Karramallahu Wajhah
(Allah telah memuliakan pribadinya).

Perintah Dakwah Secara Terang-terangan

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terang-terangan,
dengan firmanNya,

‫ض قعذن اسلممسشذرذكيِقن‬
‫صقدسع بذقماِ تمسؤقممر قوأقسعذر س‬
‫قفاِ س‬

Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)

Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau melakukan dakwah
kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik dan kekufuran. Sebagian
mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir.

Nabi Muhammad Saw Disakiti Oleh Kaumnya

Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau dilempari dengan batu
atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau senantiasa bersikap sabar dan sabar, sehingga
akhirnya yang hak mengalahkan yang batil, karena sebenarnya yang batil itu akan kalah dan hancur.

Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah

Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berhijrah ke negeri
Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu melakukan tindakan-tindakan yang
menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum kerabat yang akan menolong dan menghalang-
halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.

Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah hijrah pertama dari
Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang sahabat. Mereka kembali lagi ke Mekkah
dari Habasyah setelah berdiam di sana selama tiga bulan.

Hijrah Kedua ke Negeri Habasyah

Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim serta Bani Muthalib,
baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’ib. Maka pada kesempatan ini kalangan
Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai makanan dan kegiatan berniaga di pasar kepada
mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Nabi Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk
dibunuh.

Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di Kabah. Maka Nabi Muhammad
Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk
kedua kalinya.

Penghentian Boikot

Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak menerima makanan
kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan. Kemudian orang-orang Quraisy
menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi pengumuman biokot itu telah dimakan
rayap.

Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu terjadi pada 10 tahun
kenabian.

Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni)

Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan kemudian wafat pula
paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh tahun.

Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan Quraisy semakin
bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan dan capai dari
Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu Thalib masih hidup.

Hijrah ke Thaif

Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di sana selama satu
bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di sana tidak mendapat respon
dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan tindakan yang buruk. Mereka
melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan menyebabkan luka-luka
di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau kembali lagi ke Mekkah.

Isra dan Mi’raj


Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah Saw di
waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul Maqdis di Palestina, dan
beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah menjelaskan peristiwa ini dengan
firman Allah Swt :

‫صىَ اللذذيِ قباِقرسكقناِ قحسولقهم لذنمذريقهم ذمسن آقياِتذقناِ ۚ إذنِإْلهم همقو اللسذميِمع اسلبق ذ‬
‫صيِمر‬ ‫مسسبقحاِقن اللذذيِ أقسسقرىى بذقعسبذدذه لقسيِلل بمقن اسلقمسسذجذد اسلقحقراذم إذقلىَ اسلقمسسذجذد اسلقسق ق‬

Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-
Isra, 1)

Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di sana diwajibkannya
ibadah shalat yang lima waktu.

Tersebarnya Islam di Madinah

Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk melakukan dakwah
memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang
tetap kafir.

Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang antara lain karena telah
tersebarnya Islam di sana.

Pada tahun 12 kenabian, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW. Diantaranya
sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan kemudian mereka semua beriman. Dan
dari yang dua belas orang ini, lima orang diantaranya adalah dari kelompok mereka yang enam orang
yang telah beriman sebelumnya.

Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan perbuatan zina, kemudian mereka kembali
ke Madinah. Mereka di sana dengan pertolongan Allah mendakwahkan Islam kepada penduduk Madinah.

Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan dua perempuan
dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya serta melakukan baiat dihadapan Nabi
sebagai baiat yang kedua.

Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka maka tersebarlah Islam
diantara penduduk Madinah secara luas.

Hijrah ke Madinah

Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah keras dari
kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke Madinah dan
selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan kaki
cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.

Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur


Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,

‫إذسذ يقمقومل لذ ق‬
ِ‫صاِذحبذذه قل تقسحقزسن إذلن الللـَّهق قمقعقنا‬

Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita’.” (At-Taubah, 40)

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar meletakan kepala
beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu lubang di dinding
gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut, khawatir di dalam lubang itu
ada sesuatu yang menyakiti Nabi.

Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam lubang itu, tetapi
Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan kakinya, dan ketika rasa
sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah SAW.

Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia menjawab bahwa ia
disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan beliau di tempat yang sakit itu,
dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.

Masjid Pertama Quba

Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk jalan datang menemui
beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian mereka bertiga pergi berjalan
menuju kota Madinah.

Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah tanggal hijrahnya
Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang dimulai dari bulan
Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau ke Madinah.

Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT diberikan sifat
sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari dibangunnya.
Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW melakukan shalat di
dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.

Keluar Menuju Kota Madinah

Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani Salim bin ‘Auf,
beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah. Di sana para kaum Anshar menyambut beliau
dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya mengelilingi beliau, sementara para wanita dan anak-anak
keluar dari rumah mereka ingin menemui beliau seraya mendendangkan nasyid :

Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i


Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i
Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i

Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib bersyukur
kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang diutus kepada kami, Kau datang
membawa perintah yang harus ditaati.”

Tahun Pertama Hijriah

Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau secara pribadi ikut
serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum muslimin untuk cinta bekerja
dan beramal.Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu cara dan saran untuk memanggil
kaum muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.

Disyariatkannya Berperang

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agama
Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher orang. Tugas yang diemban
beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk beriman, sekaligus menyampaikan
kabar gembira dengan datangnya Islam.Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti
orang-orang islam, disebabkan hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang
mempertahankan diri atas tindakan mereka.

Tahun Kedua Hijriah

Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota Mekkah dan kota
Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan perang
Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang kesemua itu semata-mata untuk
menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.

Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan

Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah Baitul Maqdis di
Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah. Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan,
dimana Rasulullah SAW sebelumnya berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.

Kewajiban Zakat Mal (Harta)

Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan zakat bagi orang-orang
kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan miskin dan golongan-golongan
lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an,

‫ب قواسلقغاِذرذميِقن قوذفيِ قسذبيِذل الللـَّذه قواسبذن اللسذبيِذل ۖ فقذري ق‬


ۗ ‫ضةل بمقن الللـَّذه‬ ‫ت لذسلفمقققراذء قواسلقمقساِذكيِذن قواسلقعاِذمذليِقن قعلقسيِقهاِ قواسلممقؤللفقذة قمملوبمهمسم قوذفيِ البرققاِ ذ‬
‫صقدققاِ م‬‫إذنِإْلقماِ ال ل‬
‫قوالللـَّهم قعذليِمم قحذكيِمم‬

Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah, 60)

Perang Badar Kubra


Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Nabi Muhammad Saw keluar kota
Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika kaum kafir Quraisy mengetahui hal
tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang berjumlah 1000 personil.

Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara keduanya, dan Allah SWT
dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan mendatangkan para malaikat yang ikut
bertempur bersama mereka.Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat
dikalahkan, mereka lari dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang dan
tertawan sebanyak 70 orang juga. Firman Allah SWT,

‫صقرمكمم الللـَّهم بذبقسدقر قوأقنِإْتمسم أقذذللةم ۖقفاِتلمقوا الللـَّهق لققعللمكسم تقسشمكمروقن‬


‫قولقققسد نِإْق ق‬

Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu)
orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)

Tebusan Tawanan Dengan Mengajar

Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2 bagian. Satu bagian terdiri dari orang-orang
kaya dan satu bagian terdiri dari orang-orang miskin.Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh
keluarga mereka dengan harta sedangkan orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap orang harus
mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang anak di Madinah.

Sholat ‘Id Pertama

Pada tahun kedua hijriah pula disyari’atkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya tak diragukan lagi
banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan melaksanakan Shalat Hari Raya ini
sebanyak dua raka’at bersama-sama kaum muslimin.Kemudian menyampaikan khutbah sesudahnya,
memberikan pengajaran dan nasehat kepada mereka. Selanjutnya kaum muslimin bersalaman satu sama
lain penuh keakraban dan persaudaraan paripurna.

Ali Menikah Dengan Fatimah

Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT meridhoi keduanya. Saat
itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15 tahun. Juga di tahun itu Rasulullah SAW menikahi
Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi keduanya dan menjadikan surga tempat
tinggalnya.

Perang Ghathafan

Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya tidak begitu penting, akan
tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450 orang dari Bani Tsa’labah
dan Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang ingin menyerbu Madinah. Maka
keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah musuh ke gunung-gunung.Tatkala Nabi
Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya yang basah sambil duduk di bawah pohon,
tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-diam hendak membunuh Beliau seraya berkata:

“Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?”


Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”

Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi Muhammad Saw
mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat melindungimu dariku?”

Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”

Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak kaumnya memeluk
agama Islam.

Perang Uhud

Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang terdiri dari pasukan
berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota Madinah untuk melaksanakan
balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di peperangan Badar.Dan ini merupakan hari-hari
yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada perang ini telah mati syahid Hamzah, paman
Rasulullah SAW. Jumlah pasukan Islam yang terbunuh secara syahid sebanyak 70 lebih personil
diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum
Musyrikin yang tewas ada sebanyak 23 orang.Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman
bin Affan menikah dengan Ummi Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara
Ummi Kulsum. Oleh karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain (yang mempunyai dua
cahaya). Pada tahun ini juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.

Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang demikian besar
terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,

‫طاِذن قفاِسجتقنذمبوهم لققعللمكسم تمسفلذمحوقن‬ ‫ب قواسلقسزقلمم ذرسج م‬


‫س بمسن قعقمذل اللشسيِ ق‬ ‫قياِ أقبَيقهاِ اللذذيقن آقممنوا إذنِإْلقماِ اسلقخسممر قواسلقمسيِذسمر قواسلقنِإْ ق‬
‫صاِ م‬

Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah pebuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)

Tahun Keempat Hijriah

Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi meninggalkan kota Madinah.
Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah diadakan suatu perjanjian, dimana diantara
kedua belah pihak harus saling memelihara dan menjaga keamanan masing-masing dan tidak saling
mengkhianati terhadap perjanjian itu. Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul dan berusaha
membunuh beliau, karena terbujuk oleh rayuan syaithan.

Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari Madinah.
Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak mau pergi. Maka kaum
muslimin mengepung mereka dan melakukan pemboikotan terhadap mereka serta memaksa mereka untuk
pergi meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.

Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya wahyu tentang
tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari tulisan
orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang Yahudi, dan membacakan kepada
beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.

Perang Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)

Pada tahun 5 hijriah terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan orang-orang Yahudi bergabung
untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang yang dipimpin oleh Abu
Sufyan, dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan penekanan-penekanan ketat kepada
kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.

Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota Madinah, tetapi atas
saran Salman Al-Farisi beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit, sebagai bentuk
strategi untuk menghindari serbuan mereka.

Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT untuk
kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang artinya,

”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah kaum sekutu
(musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan porak-porandakan
mereka.”

Doa Nabi Muhammad Saw didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung yang memporak-
porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting meninggalkan kota Madinah pada malam
itu juga.

Perintah Memakai Hijab

Pada tahun 5 hijriah juga diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para istri Nabi SAW dengan
diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,

‫ب ۚ ىقذلذمكسم أق س‬
‫طهقمر لذقمملوبذمكسم قوقمملوبذذهلن‬ ‫قوإذقذا قسأ قسلتممموهملن قمقتاِلعاِ قفاِسسأ قملوهملن ذمن قوقراذء ذحقجاِ ق‬

Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang
tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab, 53)

Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang laki-laki tidak dibenarkan duduk-duduk berdua
dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali bersama muhrimnya.”

Diwajibkannya Ibadah Haji

Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu mengadakan perjalanan
ke Mekkah. Allah SWT berfirman,

‫طاِقع إذلقسيِذه قسذبيِلل‬ ‫س ذحبَج اسلبقسيِ ذ‬


‫ت قمذن اسستق ق‬ ‫قولذللـَّذه قعقلىَ اللناِ ذ‬

Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan paling esensi adalah
berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji ini. Dengan perbedaan kulit, etnis
dan bahasa, dan Negara, berkumpul di satu tempat dalam rangka memperbaharui janji ikatan ukhuwah
islamiyyah dan tekad kesetian untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi.

Perjanjian Damai Hudaibiyah

Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah). Rasulullah SAW
bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan kota Madinah menuju Mekkah
untuk melaksanakan ibadah Umroh. Mereka tidak membawa senjata, hanya perlengkapan untuk
bepergian sebagai musafir.

Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir Quraisy dan
mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram. Setelah diadakan
perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai meliputi lima hal, yaitu :

Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah pihak.

Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan untuk Umrah pada tahun
ini.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada dari mereka yang
datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam. Tidak ada kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy
untuk mengembalikan kepada Rasulullah SAW orang yang dating ke pihak mereka dari Madinah.

Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan barangsiapa
yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke kelompoknya.

Bai’atur Ridwan

Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi Muhammad Saw menunjuk Usman bin
Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian dimaksud ke pihak kaum Musyrikin dengan ditemani oleh
beberapa orang sahabat. Sesampainya Usman ke sana, mereka menangkapnya. Berita penangkapan
Usman ini sampai ke kalangan kaum Muslimin. Bahkan telah tersebar desas desus bahwa Usman dan
kawan-kawan telah dibunuh oleh pihak kaum Musyirikin.

Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman telah dibunuh, Beliau seketika
memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk berkumpul, untuk melakukan bai’at di bawah suatu pohon,
bahwa mereka siap mati untuk menyelamatkan Usman.

Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka merasa takut dan gentar.
Akhirnya mereka membebaskan Usman dan kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut :

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia kepada
Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath,10).
Dan Allah swt berfirman pula:

Tek arab

Yang terjemahannya sebagai berikut :

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu
di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan
atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Al-
Fath, 18).

Pengiriman Surat Kepada Raja-raja

Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada beberapa orang Raja, mengajak
mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah cincin yang terbuat dari perak
yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.

Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada yang tetap
dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah, Mundzir bin
Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.

Perang Khaibar

Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada kali ini adalah mereka yang
pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang Khandak. Maka Rasulullah Saw dengan
1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian mengepungnya selama enam hari. Dan pada
malam ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah
memuliakannya) untuk memimpin perang.

Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika Rasulullah Saw mengetahui itu,
kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk kesembuhan kedua matanya. Maka dengan
atas izin Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.

Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum Muslimin dibawah
komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup besar.

‘Umatul-Qadha (‘Umrah Pengganti)

Pada tahun 7 hijriah juga dilakukan Umatul-Qadha. Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para
sahabatnya di bulan Dzulqa’dah untuk mengerjakan umrah sebagai pengganti umrah yang belum sempat
dilaksanakan karena mereka dihalang-halangi oleh kaum Musyrikin pada hari dilakukannya Perjanjian
Damai di Hudaibiyah.

Mereka berangkat menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dengan jumlah yang cukup besar.
Ketika mengetahui hal ini, kaum Musyrikin keluar dari kota Mekkah, menyingkir ke puncak-puncak
gunung, menghindar untuk melihat orang-orang mukmin melakukan tawaf di Baitil Haram. Setelah
selesai melaksanakan umrah, kaum muslimin kembali ke Madinah, setelah mereka berdiam di Mekkah
selama tiga hari.
Perang Mu’tah

Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu Nabi Muhammad Saw
mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan Zaid bin Haritsah untuk menjadi
pimpinannya. Sementara pihak Romawi telah mengerahkan pasukannya sebanyak 150000 prajurit.

Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara keduanya. Kalau tidak karena tipu
daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum Muslimin di awal-awal pertempuran hampir
mengalami kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya pasukan kaum Muslimin
mendapatkan kemenangan.

Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah)

Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang pernah disepakati di
Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di dalamnya. Menghadapi kenyataan ini maka
Nabi Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk diberangkatkan ke
Mekkah.

Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan sebelah bawah, sementara Khalid
bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah atas. Ketika Rasulullah Saw
sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling Ka’bah terdapat tiga ratus enam puluh
patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di tangan, Beliau hancurkan patung-patung itu
seraya mengatakan:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)

Firman-Nya lagi:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan memulai.” (Saba,
49).

Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di tengah-tengah Masjidil Haram:
Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya langit dan bumi, dan ia
berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat. Maka tidak halal bagi seseorang
yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk melakukan pertumpahan darah atau menebang atau
mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.

Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah Saw di kota Mekkah, maka
katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya dan tidak
memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku pada saat diwaktu
siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali, sebagaimana kemuliaannya di hari
kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada saat ini, untuk menyampaikan berita ini
kepada yang tidak hadir.

Peristiwa Perang Hunain

Allah Swt berfirman:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah Swt telah menolong kami (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak
dan (ingatlah) peperangan Hunain, yang diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu,
maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah
terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (At-taubah, 25).

Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan 10000 orang prajurit. Kaum Mukminin
melihat jumlah yang demikian besar itu merasa congkak. Kemudian ketika pasukan Muslim bertemu
dengan pasukan musuh, yang saat itu mereka tersembunyi dari penglihatan pasukan Muslim dengan batu-
batu besar. Betapa terkejutnya pasukan Muslim ketika melihat kenyataan ini, dan mereka dapat
dikalahkan oleh pasukan musuh, dan lari bercerai-berai. Tidak ada yang bertahan bersama Rasulullah Saw
kecuali sekolompok sahabat yang tetap bertahan bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas
dan Abu sufyan bin Haris anak paman Rasulullah Saw.

Nabi Muhammad Saw Kembali ke Madinah

Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali ke Madinah setelah sebelumnya berdiam di Ji’ranah
selama tiga belas malam. Dari Ji’ranah ini beliau berihram untuk melaksanakan umrah, kemudian
memasuki kota Mekkah di waktu malam hari, maka beliau bertawaf dan bersa’i memberi isyarat dengan
tangan beliau ke arah Hajar Aswad. Rasulullah Saw telah meninggalkan kota Madinah selama dua bulan
enam belas hari.

Ekspedisi Tabuk

Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah yakni perang di masa susah dan
sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum muslimin sedang mengalami kesulitan hidup, karena
paceklik dan udara pun sangat panas.

Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan Madinah serta dari
beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-orang kafir mengerahkan pasukannya di
daerah Syam untuk melakukan penyerangan terhadap kaum muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.

Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta kekayaannya, Umar bin
Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan dengan sepuluh ribu dinar, sementara para ibu-
ibu muslimat menyumbangkan perhiasan-perhiasan mereka sekedar kemampuan mereka.

Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang berjumlah 30000 personil berangkat
menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak melihat pasukan
musuh sebagaimana yang Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw memutuskan untuk kembali
ke Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan dalam perjalanan pulang kembali itu,
sempat membangun beberapa masjid.

Beberapa Peristiwa di Tahun 9 Hijriah

Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif dan mereka semuanya
memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya yakni penduduk Thaif, maka mereka
merespon ajakan tersebut dengan memeluk Islam.

Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan Ra. Juga telah
wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin orang-orang munafik, dimana dengan meninggalnya ini kaum
Muslimin merasa lega karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.

Abu Bakar Melaksanakan Haji

Pada bulan Dzulqa’dah tahun 9 hijriah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada Abu Bakar
melaksanakan ibadah haji dengan kaum Muslimin, sekaligus diperintahkan untuk mengumumkan kepada
mereka pada hari Nahar, bahwa setelah tahun ini, orang musyrik tidak dibolehkan melaksanakan ibadah
haji, dan orang telanjang tidak dibenarkan untuk melakukan thawaf keliling Baitullahil-Haram. Untuk
peristiwa ini, Allah Swt menurunkan wahyu-Nya:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah
mereka mendekati Masjidil-Haram sesudah tahun ini.” (At-Taubah, 28).

Tahun Kesepuluh Hijrah

Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke Bani Madzij dari penduduk
Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan sesampainya di sana beliau menemui mereka dan mengajak
mereka untuk memeluk agama Islam. Mereka menolak ajakan Ali ini dan melempari kaum Muslimin
dengan bongkahan batu-batu, maka oleh kaum Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan akhirnya
mereka kalah dan minta damai, dan oleh Ali permintaan mereka ini dipenuhi.

Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka mereka mengikuti ajakan
Ali dan masuk Islam semuanya.

Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari untuk
mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam. Mu’adz diutus ke penduduk Kurah al-‘Ulya dari arah ‘Adn,
sementara Abu Musa diutus ke Kurah as-Sufla.

Haji Wada’

Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10 hijriah berangkat menunaikan ibadah
haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25 Dzulqo’dah menuju kota Mekkah. Sesudah sampai di kota
Mekkah, maka pada tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju Mina dan bermalam di sana. Dan
pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana Beliau berkhutbah yang dikenal dengan
nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu menjelaskan tentang hal-hal terpenting dari
pokok-pokok dan cabang-cabang Agama Islam. Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’mat
Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maidah, 3).

Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke Madinah dengan selamat. Dan
dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah, maka telah
sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan dan sebelas hari.

Sakitnya Nabi Muhammad Saw

Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai sakit-sakitan. Dan ketika sakit Beliau semakin parah,
Beliau meminta ijin kepada seluruh isterinya, agar Beliau bisa dirawat di kediaman Aisyah saja. Ketika
Beliau merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan kaum Muslimin para sahabatnya,
beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami mereka. Beliau sendiri kemudian pergi keluar
masjid, berjalan dipapah oleh Ali dan Fadhal, sementara Abbas mendahului berjalan di depan.

Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil berjalan tertatih-tatih dengan kedua kakinya, hingga
sampai di undakan terbawah dari mimbar. Maka para sahabat mengerumuni Beliau berebutan. Maka
Beliau mengucapkan hamdalah seraya memuji dan memuja Allah Swt, kemudian bersabda: Wahai
manusia, sampai berita kepadaku bahwa engkau semua takut kematian nabimu. Apakah ada Nabi sebelum
aku ini yang kekal, sehingga aku juga akan kekal (tidak mati)? Ketauhilah, bahwa Aku akan menemui
Rabbku, dan kamu akan menemuiku kelak. Maka aku wasiatkan kepadamu agar berbuat paik terhadap
para Muhajirin Pertama, dan juga Aku wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat kebajikan.
Kemudian berkata di akhir khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu bagimu dan kamu akan
menyusul menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu nanti ketemu di Haudh (Telaga).
Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk bisa datang ke telaga itu dan bertemu denganku, maka
hendaklah tangan dan lidahnya dijaga dari berbuat dan berkata yang tidak pada tempatnya, kecuali yang
pantas untuk dikerjakan.

Wafatnya Nabi Muhammad Saw

Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang tidak ada di Madinah. Sewaktu diberi
tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka beliau segera datang ke rumah Aisyah dan masuk ke
dalam seraya membuka kain penutup wajah jenazah Rasulullah Saw dan kemudian menciumnya dan terus
menangis.

Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka beliau memuji Allah dan menyanjungnya.
Selanjutnya berkata: “Ketauhilah, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya
Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap
senantiasa hidup tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membaca firman Allah Swt:

Teks arab
Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar, 30).

Dan firman Allah Swt:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

“Muhammad, itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah
akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran, 144)

Jenazah Nabi Muhammad Saw Dimakamkan

Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan setelah selesai ditetapkan dan dibai’atnya Abu Bakar
menjadi Khalifah pengganti Beliau, menjadi pemimpin kaum Muslimin. Jasad Rasulullah Saw
dimandikan kemudian dikafani dengan tiga helai kain, tidak ada padanya baju, dan tidak adanya pula
surban.

Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati jenazah Beliau satu persatu tanpa imam, secara bergantian.
Pertama kaum lelaki, kemudian wanita dan selanjutnya anak-anak. Jenazah Beliau dimakamkan di rumah
Aisyah, tempat dimana Beliau wafat.

Dimakamkan pada malam rabu tengah malam, dan di atas makamnya dipercikkan air oleh Bilal,
sementara letaknya agak ditinggikan sekedar satu jengkal dari permukaan bumi. Semoga Allah Swt
menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan kepada keluarga serta para
sahabatnya semua.

Usia Nabi Muhammad Saw

Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun dijalani sebelum ditetapkannya sebagai
Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah beliau menjadi Nabi di Mekkah juga, dan sepuluh tahun beliau
jalani di Madinah sesudah hijrah.

Para ahli tarikh telah bersepakat bahwa hari lahir Nabi Muhammad Saw, hijrahnya dan wafatnya adalah
pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal. Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam
kesejahteraan kepada Beliau dan kepada keleuarga serta para sahabatnya semua.

Anda mungkin juga menyukai