Anda di halaman 1dari 14

P-ISSN : 2089-6549 E-ISSN : 2582-2182 Tahun 7, Volume 7 No.

2 Nopember 2017

DESIGNING OF WEB-BASED INFORMATION LITERACY


ASSESSMENT SYSTEM

PERANCANGAN SISTEM ASESMEN LITERASI INFORMASI


BERBASIS WEB
Oleh :
Rachmawati, Pudji Muljono, Imas Sukaesih Sitanggang
Program Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan
Institut Pertanian Bogor
e-mail: rachmawati@alkausar.sch.id

st
Abstract, Information literacy is an important skills for 21 century learners. One of methods
to evaluate the implementation of information literacy program in school library is
assessment of information literacy competence. The objectives of this research were to
establish a standard of information literacy for Indonesian students and to design a web-
based information literacy assessment system. This research employed Delphi technique with
two rounds questionnaire distributed among panelists of 9 experts. The experts consists of
three school librarians, two teachers and four information literacy researchers. Six standards
and 40 performance indicators were identified as information literacy standard. The design of
system resulted models which presented in System Flowchart, Data Flow Diagram and
Entity-Relationship Diagram.

Keywords: competency standard, information literacy assessment, web-based system

Abstrak, Literasi informasi merupakam keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran


abad 21. Salah satu metode untuk mengevaluasi penerapan program literasi informasi di
perpustakaan sekolah adalah melalui asesmen kompetensi literasi informasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menyusun standar literasi informasi untuk siswa sekolah di Indonesia dan
merancang sistem asesmen literasi informasi berbasis web. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik Delphi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner sebanyak
2 tahap (iterasi). Panelis penelitian ini terdiri dari 9 orang ahli yang merupakan pustakawan
sekolah (3 orang), guru/dosen (2 orang) dan peneliti literasi informasi (4 orang). Penelitian ini
berhasil merumuskan standar literasi informasi yang terdiri dari 6 standar dan 40 indikator.
Perancangan sistem yang dihasilkan berupa model yang terdiri dari Diagram Alir Proses
Asesmen Literasi Informasi, Diagram Alur Data dan Entity-Relationship Diagram.

Kata kunci: standar kompetensi, asesmen literasi informasi, sistem berbasis web

Edulib - Rachmawati, Pudji Muljono, Imas Sukaesih Sitanggang 46


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

PENDAHULUAN Wicaksana 2016). Beberapa penelitian

L
iterasi informasi merupakan literasi informasi lainnya mencoba
keterampilan yang perlu dimiliki meneliti hubungan metode mengajar
siswa karena terkait erat dengan tertentu dengan literasi siswa, misalnya
keberhasilan siswa dalam kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Amelia
belajar. Kegiatan belajar di abad 21 (2015) dan Forster (2015). Penelitian juga
melibatkan proses pencarian, penerimaan, dilakukan untuk mengukur efektivitas
pengolahan dan penyampaian informasi, atau pentingnya program literasi
bukan hanya menerimanya dari guru. informasi yang sudah dilakukan (Baskoro
Literasi informasi juga mendukung proses 2011 dan Iman HW 2013).
berpikir kritis dan kreatif. Menyadari Penelitian-penelitian yang
urgensi penerapan literasi informasi, bertujuan mengukur kompetensi literasi
beberapa negara memiliki kebijakan dan informasi biasanya menggunakan
standar pencapaian literasi informasi bagi indikator yang diturunkan dari standar
siswa dan mahasiswa. literasi informasi yang ada seperti ACRL
Sebagaimana program lain di (American College and Research Library)
perpustakaan, efektivitas pelaksanaan Information Literacy Competency
literasi informasi perlu dievaluasi. Salah Standars atau dari model literasi
satu bentuk evaluasi program literasi informasi tertentu seperti The Big6 atau
informasi adalah melalui asesmen atau tes Empowering8. Ada juga yang
uji keterampilan dan pengetahuan literasi menggunakan TRAILS (Tools for Real-
informasi. Asesmen dapat dibuat sendiri Time Assessment of Information Literacy
oleh pustakawan di lembaga yang Skills) sebagai acuan dalam menyusun
bersangkutan atau menggunakan asesmen alat ukurnya (Marseno 2014).
yang terstandar. Adanya alat asesmen Penelitian ini bertujuan untuk
dapat mempermudah kerja pustakawan menyusun dan merumuskan standar dan
sekolah yang biasanya memiliki beban indikator literasi informasi yang sesuai
kerja yang cukup berat. untuk siswa Indonesia serta merancang
Literasi informasi juga telah sistem asesmen yang dapat mengukur
menjadi topik favorit untuk diteliti. kompetensi literasi informasi. Adanya
Umumnya yang diteliti adalah standar literasi informasi dan alat asesmen
kompetensi literasi informasi pengguna literasi informasi selain akan
perpustakaan, baik itu dosen atau memudahkan pustakawan sekolah untuk
mahasiswa di sebuah perguruan tinggi, mengevaluasi program kegiatannya, juga
staf suatu institusi atau guru dan siswa akan membantu terwujudnya penilaian
sekolah (Rufaidah 2013, Pattah 2014 dan kompetensi literasi informasi siswa yang

47 Perancangan Sistem Asesmen Literasi Informasi Berbasis Web


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

terstandar. Carbo 2011). MIL didefinisikan sebagai


serangkaian kompetensi yang
Tinjauan Pustaka memberdayakan warga negara untuk
Literasi Informasi mengakses, menelusur, memahami,
Definisi literasi informasi menilai dan menggunakan serta
berkembang seiring perkembangan menciptakan dan berbagi informasi dalam
teknologi informasi. Salah satu definisi berbagai format, menggunakan berbagai
literasi informasi yang paling banyak alat, dengan cara kritis, etis dan efektif
digunakan adalah definisi yang sebagai upaya untuk berpartisipasi dalam
dikemukakan oleh American Library kegiatan personal, professional dan sosial
Association pada tahun 1989, “…to be (UNESCO, 2013).
information literate, a person must be able
to recognize when information is needed Program Literasi Informasi di
and have the ability to locate, evaluate Perpustakaan Sekolah
and use effectively the needed Sebagaimana pustakawan di
information” (Behrens 1994:315). perguruan tinggi, pustakawan di sekolah
Definisi ini semakin memperjelas juga menaruh perhatian pada pentingnya
keterampilan-keterampilan yang perlu literasi informasi, meskipun penerapan
dimiliki untuk melek informasi antara lain program ini di sekolah belum sesukses di
dengan sikap untuk menyadari kebutuhan perguruan tinggi (Rader 2002). Lebih
akan informasi. Selain itu diperlukan lanjut Rader menyatakan bahwa terbitnya
keterampilan berpikir kritis untuk dapat standar literasi informasi yang
memahami dan menilai informasi. dikeluarkan AASL (American
Literasi informasi juga semakin banyak Association of School Library) pada tahun
mendapat perhatian di dunia internasional 1998 sangat berpengaruh pada penerapan
dan menjadi isu utama dalam literasi informasi di sekolah.
kepustakawanan. Mulai tahun 2010, Berkembangnya metode
UNESCO menggabungkan konsep pendidikan baru seperti, inquiry-based
literasi informasi dengan media literasi learning semakin menegaskan
menjadi Media and Information Literacy pentingnya literasi informasi
(MIL) atau literasi media dan informasi. diimplementasikan dalam pendidikan di
Penggunaan istilah ini merupakan upaya sekolah dasar dan menengah. Penerapan
untuk menyebutkan berbagai istilah yang program literasi informasi di sekolah
berbeda namun saling berkaitan dalam sangat tergantung pada peran pustakawan
bidang literasi, media dan teknologi sekolah. Pustakawan dapat mengajarkan
informasi (Moeller, Joseph, Lau dan literasi informasi ke semua tingkatan

Edulib - Rachmawati, Pudji Muljono, Imas Sukaesih Sitanggang 48


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

kelas bahkan kepada guru dan staf di menjadi suatu sikap, pengetahuan dan
sekolah. Sayangnya, tidak semua sekolah keterampilan yang harus dikuasai
memiliki tenaga perpustakaan yang seseorang untuk bisa disebut sebagai
profesional yang dapat menerapkan orang yang melek informasi (Farmer,
literasi informasi menjadi salah satu 2016). Standar menjadi pedoman bagi
program di perpustakaan. pustakawan untuk merencanakan,
Bruce (2002) menyebutkan ada mengembangkan dan menerapkan
empat komponen penting dalam program program literasi informasi. Catts dan Lau
literasi informasi, yaitu : (2008) menekankan perlunya penyusunan
1. S u m b e r u n t u k m e m p e l a j a r i standar dan indikator literasi informasi di
keterampilan tertentu dalam literasi tingkat nasional dan internasional karena
informasi, adanya indikator dapat membantu negara
2. Kurikulum untuk mempelajari mengidentifikasi efek kebijakan yang
keterampilan literasi informasi terkait dengan pengembangan literasi
tertentu baik dalam sebuah rangkaian informasi.
program literasi informasi maupun Standar literasi informasi yang
pada saat dibutuhkan, paling banyak digunakan dan diadaptasi
3. Kurikulum yang mensyaratkan adalah standar yang dikeluarkan oleh
perlunya interaksi terus menerus ACRL yang disahkan pada tahun 2000,
dengan lingkungan informasi, yaitu Information Literacy Competency
4. Kkurikulum yang memberikan Standar for Higher Education. Standar ini
kesempatan untuk merefleksikan dan sebenarnya sudah dibatalkan pada tahun
mendokumentasikan pengalaman 2015 dan diganti dengan Framework for
belajar dan proses informasi yang Information Literacy for Higher
efektif. Education. ACRL merupakan sebuah
Hal tersebut di atas memperjelas divisi dari American Library Association
bahwa program literasi informasi tidak (ALA). Untuk tingkatan sekolah dasar
akan berjalan atau tidak dinggap perlu jika hingga menengah, AASL (American
metode pendidikan di sebuah institusi Association of School Librarians) yang
masih bersifat konvensional, dimana guru juga merupakan bagian dari ALA,
dan buku pelajaran menjadi satu-satunya mengeluarkan standar berjudul 21 st
sumber belajar . Century Learning Standard yang
digunakan secara nasional di Amerika
Standar Literasi Informasi Serikat. Beberapa negara bagian dan
Standar diperlukan untuk daerah membuat standar yang sesuai
menerjemahkan literasi informasi dengan kebutuhan dan kebijakan

49 Perancangan Sistem Asesmen Literasi Informasi Berbasis Web


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

pendidikan di daerah (state) masing- Dalam Standar Nasional Perpustakaan


masing. Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah
Di tingkat internasional, UNESCO disebutkan bahwa perpustakaan memiliki
menerbitkan dokumen Toward Media and sekurang-kurangnya memiliki program
Information Literacy Indicators pada literasi informasi dua kali setahun untuk
tahun 2010. UNESCO menggabung tiap tingkatan kelas. Sedangkan untuk
konsep literasi informasi dengan media SMP standar pelaksanaan program literasi
serta menekankan perlunya menghargai informasi adalah tiga kali setahun untuk
berbagai budaya yang berbeda di seluruh setiap tingkatan kelas dan untuk SMA
dunia. Dokumen ini memang tidak berisi empat kali setahun.
standar yang dapat digunakan dalam skala Asesmen Kompetensi Literasi Informasi
internasional namun baru berupa pilihan Untuk menilai keberhasilan
dan rekomendasi standar dan indikator program literasi informasi perlu
literasi informasi dan media yang dapat dilakukan asesmen untuk menilai sejauh
diterapkan oleh negara atau daerah. mana kompetensi literasi informasi yang
Beberapa negara juga telah dimiliki siswa. Rockman dalam Neely
menyusun standar atau kerangka kerja (2004) menyatakan bahwa asesmen
(framework) untuk penerapan literasi merupakan proses perbaikan kualitas dan
informasi. Di Australia pada tahun 2004, karena perpustakaan termasuk unit
Australian and New Zealand Institute for administrasi sekaligus akademik,
Information Literacy menerbitkan perpustakaan berperan besar dalam
“Australian and New Zealand memperbaiki kualitas organisasi
Information Literacy Framework: induknya
Principle, Standard and Practice”. Menurut Oaklef (2008), ada tiga
Sedangkan di Hongkong, Education and pendekatan yang digunakan dalam
Manpower Bureu menerbitkan “ mengases literasi informasi yaitu:
Information Literacy Framework for 1. Ujian (tes) dengan pertanyaan tertutup
Hongkong: Building the capacity of Tes dengan pertanyaan tertutup
learning to learn in the information age” seperti pilihan berganda, benar-salah dan
yang dapat digunakan oleh sekolah menjodohkan, merupakan alat asesmen
sekolah di Hongkong untuk sebagai yang mudah dilakukan, cepat dan hemat.
pedoman program literasi informasi. Tes ini juga dapat dijadikan asesmen
Di Indonesia sendiri, program terstandar. Penggunaan tes ini cukup
literasi informasi menjadi salah satu populer di perguruan tinggi di Amerika
standar kegiatan layanan yang harus Serikat. Salahnya adalah SAIL
diberikan oleh perpustakaan sekolah. (Standardized Assessment of Information

Edulib - Rachmawati, Pudji Muljono, Imas Sukaesih Sitanggang 50


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

Literacy) yang dikembangkan oleh Kent hasil kerja siswa. Bagi guru, rubrik
State University. Sedangkan untuk siswa menawarkan penilaian yang dapat
sekolah dasar dan menengah Kent State diandalkan, data hasil penilaian yang
University mengembangkan TRAILS terinci, nilai yang seragam, serta biaya
(Test for Real-time Assessment of yang lebih murah. Kelebihan rubrik juga
Information Literacy). Penelitian literasi dapat dirasakan oleh siswa. Rubrik dapat
informasi di Indonesia juga banyak memberikan kejelasan tentang unjuk
menggunakan asesmen jenis ini untuk kerja seperti apa yang diharapkan dari
mengukur kompetensi literasi informasi. siswa, siswa terdorong untuk memenuhi
standar, dapat langsung menerima umpan
2. Penilaian unjuk kerja balik serta dapat melakukan evaluasi diri.
Penilaian unjuk kerja menilai Kelemahan rubrik adalah sulitnya
penerapan nyata pengetahuan dan menyusun rubrik itu sendiri. Penyusunan
keterampilan literasi informasi. Penilaian rubrik yang efektif memerlukan keahlian
dilakukan dengan mengamati kerja siswa tersendiri yang belum banyak dimiliki
atau menilai hasil tugas yang diberikan. oleh guru atau pustakawan karena konsep
Jenis asesmen ini mulai banyak digunakan ini relatif masih baru. Karena sulit,
menggantikan asesmen jenis tes. Asesmen dibutuhkan waktu yang panjang untuk
ini didukung oleh teori pendidikan yang menyusun rubrik ini.
lebih baru, yaitu teori konstruktivis, teori TRAILS adalah salah satu alat
motivasi belajar dan teori asesmen untuk asesmen tes yang dapat digunakan oleh
pembelajaran. Banyak kelebihan yang pustakawan sekolah dimana saja di
ditawarkan asesmen ini namun asesmen seluruh dunia secara bebas. Kent State
ini membutuhkan biaya yang mahal, University Library sebagai perpustakaan
perencanaan yang panjang dan analisis perguruan tinggi mengembangkan
yang cermat. Salah satu jenis asesmen ini asesmen ini karena menaruh minat untuk
adalah iSkill yang dikembangkan oleh mengetahui sejauh mana kesiapan siswa
ETS (English Testing Service) yang sekolah yang kelak akan menjadi
mengenakan biaya yang cukup mahal bagi mahasiswa, dalam memasuki dunia
pengguna assessmen ini. Namun sejak pendidikan tinggi. (Schloman dan Gedeon
Desember 2016, ETS menghentikan 2007). Hingga tahun 2017, TRAILS telah
penjualan iSkills ini. digunakan selama 10 tahun oleh hampir
27.000 pengguna untuk mengases lebih
3. Rubrik dari 2.061.000 siswa (Kent State
Rubrik merupakan serangkaian University Library, 2017).
pedoman penilai dalam mengevaluasi

51 Perancangan Sistem Asesmen Literasi Informasi Berbasis Web


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

Metode Penelitian dilakukan hanya sampai pada tahap


Pada intinya ada dua tahap utama modelling.
dalam penelitian ini, yaitu penyusunan Tahap komunikasi dilakukan
standar dan indikator literasi informasi dengan experts round-table yang dalam
dan perancangan sistem asesmen literasi hal ini mewakili tenaga perpustakaan
informasi berbasis web. Standar dan sekolah yang akan menjadi pengguna
indikator kompetensi literasi informasi sistem ini. Tujuannya untuk merumuskan
perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum fitur-fitur dan fungsi apa yang dibutuhkan
membuat alat asesmennya. Kegunaan lain sistem agar sesuai dengan tujuan utama
dari adanya standar ini adalah dapat sistem ini, yaitu mengases (menilai)
digunakan oleh tenaga perpustakaan kompetensi literasi informasi siswa.
sekolah untuk menyusun program literasi Berdasarkan analisis kebutuhan
informasi atau untuk membuat asesmen pengguna, akan direncanakan kebutuhan
tersendiri sesuai kebutuhannya. Metode perangkat keras, perangkat lunak,
penelitian yang digunakan untuk pengguna dan basis data yang dibutuhkan
penyusunan standar dan indikator ini sistem. Pada tahap modelling akan dibuat
adalah teknik Delphi. Menurut Connaway perancangan aplikasi yang meliputi
dan Powell (2010), teknik Delphi “is pembuatan diagram alir (flowchart), Data
aprocedure using sequential Flow Diagram (DFD) dan perancangan
questionnaires by which the opinions of basis data dalam bentuk Entity
experts can be brought to bear on issues Relationship Diagram (ERD).
that are essentially non-factual”. Hsu dan
Sandford (2007) juga menegaskan bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
teknik Delphi merupakan metode banyak Data Responden
digunakan dan diterima untuk mencapai Responden penelitian (panelis)
konvergensi opini dari para ahli di bidang dipilih berdasarkan kriteria berikut: (a)
tertentu tentang sebuah permasalahan. akademisi atau peneliti di bidang literasi
Pengumpulan data dilakukan melalui informasi yang tulisannya pernah
penyebaran kuesioner sebanyak dua diterbitkan dalam jurnal ilmiah, (b)
iterasi. pustakawan sekolah yang sudah
Perancangan sistem asesmen menerapkan program literasi informasi di
literasi informasi mengacu pada kegiatan perpustakaan sekolah tempatnya.
proses rekayasa perangkat lunak, yaitu Berdasarkan kriteria tersebut terpilih 12
communication, planning, modelling, orang narasumber. Yang bersedia menjadi
construction dan deployment. Pada narasumber dengan mengisi dan
penelitian ini, perancangan sistem mengembalikan kuesioner berjumlah 9

Edulib - Rachmawati, Pudji Muljono, Imas Sukaesih Sitanggang 52


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

orang yang terdiri dari 3 orang (33.33%) perlu disertakan. D a t a y a n g


pustakawan sekolah, 3 orang pustakawan terkumpul diolah dan dianalisis untuk
di perpustakaan Perguruan Tinggi, 1 orang mendapatkan sentral tendensi berupa nilai
(11.11%) dosen, 1 orang guru dan 1 orang rata-rata dan modus. Masukan dari
pengamat/peneliti masalah literasi responden dianalisis dan dikompilasi.
informasi. Latar belakang pendidikan Hasil analisis disusun menjadi kuesioner
narasumber adalah S1 Ilmu Perpustakaan tahap ke-2. Responden diminta untuk
dan Informasi sebanyak 2 orang (22.22%) meninjau kembali nilai yang diberikannya
dan S2 Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada kuesioner tahap ke-1 setelah melihat
sebanyak 5 orang (55.55%) dan 2 orang kecenderungan sentral dan memberi
S2 Ilmu Pendidikan. peringkat pada masukan indikator
tambahan.
Standar dan Indikator Literasi Informasi Jawaban kuesioner tahap ke-2
Draf awal standar literasi informasi dianalisis untuk menentukan apakah suatu
berasal Learning outcome of information indikator diterima atau ditolak. Kriteria
literacy yang tercantum dalam Five Laws diterimanya suatu indikator adalah jika
of Media and Information Literacy as nilai rata-rata > 3.75 dan modus > 3. Dari
Harbingers of Human Rights (Grizzle & hasil analisis ternyata ada 4 indikator yang
Singh, 2016). Kemudian peneliti ditolak dan 40 indikator diterima. Tabel 1
menganalisis dua standar literasi menyajikan standar dan indikator yang
informasi yaitu Information Literacy for dihasilkan.
Hongkong Students 2016 (Draft) Tabel 1 Standar dan indikator literasi
(Hongkong Education Bureau 2016) dan informasi
Recommended Standards for PreK-Grade Standar Indikator
12 Information Literacy Skills Merumuskan Memahami format dan
kebutuhan kriteria tugas penelitian
(Massachusetts School Library informasi Memahami hirarki topik
Association 2009). Memahami jenis sumber
informasi
Dalam kuesioner tahap ke-1, Memformulasikan
responden diminta menilai pentingnya pertanyaan
Menentukan rumusan
masing masing indikator dengan masalah
menggunakan Skala Likert dengan nilai Menemukan Memahami pengaturan
dana sumber informasi di
Sangat penting (5) ), Penting (4), Cukup mengakses perpustakaan
Penting (3), Tidak Penting (2) dan Sangat informasi Merumuskan kata kunci
Memahami strategi
Tidak Penting (1). Selain itu disediakan penelusuran informasi
kolom bagi narasumber untuk memberi Menemukan informasi
yang relevan dari sumber
masukan standar dan indikator baru yang informasi

53 Perancangan Sistem Asesmen Literasi Informasi Berbasis Web


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

M em aha m i berbagai M em b ag ik an in form asi


m edia inform asi k ep ad a oran g lain
M enggali inform asi dari M en ilai k u alitas p roses
narasum be r d an p rod u k p en carian
M enentukan akurasi, in form asi m a n d iri
relevansi dan M en g evalu asi h asil k arya
kom prehensivitas yan g d itu lisn ya
sum ber inform asi M en ya m p aik an p en d ap at
M em ilih inform asi yang d an k esim p u lan
paling sesuai dari p en elitian ya n g d ip erk u at
inform asi yan g tersedia d en g an b erb ag ai
M em bedakan fakta, referen si
sudut pandang dan opin i Menggunakan Menelusur informasi
M em ilih inform asi yang TIK dari sumber informasi
sesuai dengan m asalah (Teknologi elektronik
atau pern yataan yang ada Informasi & Menggunakan software
M enentukan sum ber Komunikasi) pengolah kata,
inform asi yan g kredibel
spreadsheet, presentasi
M en yeleksi su m ber
inform asi berdasarkan
serta penyimpanan dan
valid itasnn ya berbagi file dalam
M enerapkan cara jaringan.
m e m baca yang efektif Mengoperasikan
dan efisien komputer di berbagai
M em aha m i penelusuran sistem operasi
m eng gunakan B oolean Mampu menggunakan
L ogic teknologi informasi
M en yusun inform asi dengan bertanggung
sesuai persyaratan tugas
jawab
M engolah inform asi
( m engidentifikasi,
m en yusun ,
m eng g olongkan,
m e m bandingkan, Indikator literasi informasi yang
m e ringkas dan m enarik dihasilkan dari analisis data penelitian ini
kesim pu lan)
M engatasi terlalu akan menjadi dasar pembuatan soal
ban yakn ya inform asi
M engintegrasikan asesmen literasi informasi. Soal asesmen
pengetahuan baru kepada
pengetahuan yan g ada
literasi informasi disesuaikan dengan
M engorganisasikan kompetensi dasar berbagai mata pelajaran
inform asi untu k aplikasi
praktis yang disyaratkan dalam Kurikulum 2013
M enggunakan M enggunakan cara
inform asi m ensitir sesuai aturan untuk tingkat SMP. Butir asesmen terdiri
secara etis yang d igunakan dari 25 soal yang dikelompokkan menjadi
M em aha m i p lagiaris m
dan aturan hak cipta 5 kategori yaitu perumusan kebutuhan
M am pu m e m buat daftar
pustaka informasi, akses informasi, organisasi
M enghorm ati ide, latar informasi, etika penggunaan informasi,
belakang dan kontrib usi
orang lain dan kompentensi Teknologi Informasi dan
M em presentasikan hasil
akhir penelitian sesuai Komunikasi.
tugas/tujuan dala m
bentuk tertu lis (teks),
Perancangan Sistem Asesmen Literasi
gam ba r, lisan atau vide o Informasi
M am pu m e reprodu ksi
inform asi m enjadi m ed ia
inform asi la inn ya

Edulib - Rachmawati, Pudji Muljono, Imas Sukaesih Sitanggang 54


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

Communication Planning
Komunikasi dilakukan dengan Sistem asesmen literasi informasi
experts round-table yang dalam hal ini ini direncanakan dapat diakses secara
mewakili tenaga perpustakaan sekolah online sehingga perlu didukung oleh
yang akan menjadi pengguna sistem ini. perangkat lunak dan perangkat keras yang
Dari proses ini kemudian dirumuskan mendukung. Perangkat lunak yang
fungsi-fungsi yang dibutuhkan sistem. dibutuhkan adalah sistem operasi
Fungsi utama dari Sistem Asesmen Windows 10 64 bit, web server Apache
Literasi Informasi adalah untuk 2.4.9, Database Management System
melakukan asesmen atas literasi informasi MySQL 5.6, PHP 5.5 dengan peramban
siswa. Untuk dapat melakukan fungsi Chrome. Kebutuhan perangkat keras yang
tersebut, diperlukan beberapa fungsi diperlukan untuk mendukung berjalannya
sistem seperti dapat dilihat dalam Tabel 2. sistem dengan baik adalah processor Intel
Tabel 2. Kebutuhan fungsional sistem Core i5, RAM 2 GB, harddisk 1TB dan
layar monitor 17' dengan resolusi 1366 x
Fungsi Tujuan
Login Akses bagi pengguna 768. 
dan admin untuk masuk Modelling
ke dalam system
Kelola user Memungkin admin Perancangan sistem dilakukan
memasukkan, mengubah
atau menghapus data
dengan membuat sebuah model yang
user menggambarkan berbagai proses yang
Kelola butir Memungkin admin
asesmen memasukkan, mengubah terlibat. Alat bantu yang digunakan dalam
atau menghapus butir- perancangan sistem ini adalah diagram
butir asesmen
Kelola Memungkinkan user alir sistem, diagram alir data atau Data
siswa guru memasukkan, Flow Diagram (DFD). Sistem yang akan
mengubah atau
menghapus data siswa dibangun digambarkan melalui diagram
Kelola sesi Memungkinkan user alir (flowchart) yang ditampilkan dalam
asesmen guru memilih butir-butir
soal asesmen dan Gambar 1.
memilih siswa untuk
sebuah sesi asesmen
Sesi Memungkinkan user
asesmen siswa mengakses sesi
asesmen dan memberi
jawaban
Pengolahan Memberikan skor
hasil terhadap jawaban yang
asesmen diberikan siswa dalam
sesi asesmen
Laporan Memberikan laporan
hasil hasil suatu sesi asesmen
asesmen yang telah dijalankan
oleh user siswa Gambar 1 Diagram alir proses Sistem Asesmen Literasi Informasi

55 Perancangan Sistem Asesmen Literasi Informasi Berbasis Web


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

Diagram konteks atau DFD Level 0 dimana hasilnya berupa laporan hasil
menggambarkan alur proses data dari tiga asesmen yang dapat diakses oleh guru.
entitas yang terdapat dalam sistem. Admin
dapat melihat dan memanipulasi data
pengguna serta menambah, mengubah
atau menghapus data soal. Guru atau
pustakawan menentukan sesi yang akan
dijalankan kepada siswa dengan memilih
soal yang tersedia. Siswa menjalankan
sesi asesmen yang telah ditentukan guru
dan guru akan dapat melihat laporan hasil
asesmen. Alur ini terlihat dalam Gambar
2.

Gambar 3 DFD Level 1

Pada proses menjalankan sesi asesmen,


dihasilkan jawaban siswa. Sistem akan
menilai atau memberi skor untuk jawaban
yang diberikan oleh siswa. Data skor ini
akan digunakan dalam proses penampilan
Gambar 2 DFD Level 0 (Diagram Konteks SALI)
hasil asesmen dengan hasil akhir berupa
laporan hasil asesmen.
Alur data lebih detil sesuai fungsi sistem
yang dibutuhkan digambarkan dalam
DFD Level 1 dan DFD Level 2 seperti
dalam Gambar 3 dan Gambar 4. Data butir
asesmen dihasilkan dari proses
pengelolaan butir asesmen yang
dilakukan oleh admin. Data ini dapat
diakses oleh guru dan digunakan untuk
menentukan sesi asesmen sehingga
terbentuk data sesi asesmen. Data sesi
asesmen inilah yang akan diakses oleh
Gambar 4 DFD Level 2
murid saat mengerjakan sesi asesmen

Edulib - Rachmawati, Pudji Muljono, Imas Sukaesih Sitanggang 56


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

Perancangan basis data digambarkan Level 0, level 1 dan level 2 serta


dalam Entity Relatioship Diagram yang perancangan basis data berupa logical
tersaji dalam Gambar 5. database design, dimana tergambar
hubungan antar entitas dalam sistem
yaitu, soal, kategori soal, jawaban, siswa,
guru, sekolah, sesi, jawaban siswa dan
laporan hasil asesmen.

SARAN
 Indikator literasi informasi
sebaiknya didiskusikan kembali dengan
berbagai pihak yang berkepentingan di
dunia pendidikan sehingga didapatkan
gambaran yang lebih utuh tentang
kompetensi literasi informasi yang
diharapkan dimiliki oleh siswa.
Gambar 5 Entity Relationship Diagram Pengembangan ini juga perlu dilakukan
mulai dari tingkat dasar (SD) hingga atas
SIMPULAN DAN SARAN (SMA). Perancangan sistem perlu
SIMPULAN dilanjutkan ke tahap construction dan
Standar dan indikator literasi deployment sehingga sistem asesemen ini
informasi yang dihasilkan terdiri dari dapat dibangun dan digunakan oleh guru
enam standar dan 40 indikator. Standar atau pustakawan sesuai tujuannya. Untuk
yang meliputi perumusan kebutuhan itu diperlukan kerjasama dengan pihak
informasi, akses terhadap informasi, seperti asosiasi tenaga perpustakaan
organisasi informasi, etika penggunaan sekolah untuk mewujudkan tujuan ini.
informasi, dan kompentensi Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Standar dan DAFTAR PUSTAKA
indikator ini digunakan sebagai bahan Amelia, K. (2015). Efektivitas
untuk menyusun butir asesmen. penggunaan model discovery
Perancangan sistem asesmen learning terhadap peningkatan
literasi informasi menghasilkan model kemampuan literasi informasi. .
yang menggambarkan proses dan alur Bandung: UPI.
data sesuai fungsi yang dibutuhkan Baskoro, D. G. (2011). Pengaruh program
sistem. Model ini meliputi diagram alir, literasi informasi terhadap proses,
diagram alur data yang terdiri dari DFD hasil, sikap dan motivasi mahasiswa

57 Perancangan Sistem Asesmen Literasi Informasi Berbasis Web


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

dalam penulisan karya ilmiah. Visi Legacy of Ranganathan's five Laws


Pustaka Vol 13 No. 1, 30-140. of Library Science. Dalam P. K.
Behrens, S. J. (1994). A concept analysis Jagtar Singh, Media and
and his torical overview of Information Literacy: Reinforcing
information literacy. College & Human Rights, Countering
Research Library, 309 - 322. Radicalization and Extremism (hal.
Bruce, C. (2004). Information Literacy as 25-40). Paris: UNESCO.
a Catalyst for Educational Change. Hsu, C.-C., & Sanford, B. A. (2007). The
Dalam P. A. Danaher (Penyunt.), Delphi technique: making sense of
Lifelong Learning: whose concencus. Practical Assessement,
responsibility and what is your Reseacrh & Evaluation, 1-8.
contribution? the third internation Phillips Iman H. (2013). Studi komparatif
Lifelong Learning Conference (hal. pentingnya literasi informasi bagi
8-19). Yeppoon: QUT. Diakses 12 mahasiswa. Visi Pustaka Vol.15
2 7 , 2 0 1 6 , d a r i No.2, 80-88.
http:\\eprints.qut.edu.au Kent State University Library. (2017).
Catts, R., & Lau, J. (2008). Towards TRAILS: Tools for Real-Time
information literacy indicators. Assessment for Information
Paris: UNESCO. Literacy Skill. Diakses Januri 10,
Connaway, L.S. & Powell, R.R. (2010). 2017, dari http: //www.trails-9.org/
Basic research methods for about2.php?page=about
librarians. Santa Barbara: Libraries Marseno, R. (2014). Identifikasi literasi
Unlimited. informasi dalam rangka
Farmer, L. S. (2016). Information and pengembangan kurikulum di
Digital Literacies: A Curricullar sekolah dasar [Tesis]. Bogor:
Guide for Middle and High school Institut Pertanian Bogor.
Librarians. Lanham: Rowman & Moeller, S., Joseph, A., Lau, J., & Carbo,
Littlefeed. T. (2011). Towards Media and
Forster, M. (2015). Refining the definition Information Literacy Indicator.
of information literacy: the Paris: UNESCO.
experience of contextual knowledge Neely, T. Y. (2006). Information Literacy
creation. Journal of information Assessment: Standards-based Tools
literacy, 62-93. and Assignments. Chicago:
Grizzle, A., & Singh, J. (2016). Five Laws American Library Association.
of Media and Information Literacy Oaklef, M. (2008). Dangers and
as Harbingers of Human Rights: a Opportunities: A Conceptual Map

Edulib - Rachmawati, Pudji Muljono, Imas Sukaesih Sitanggang 58


Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017

of Information Literacy Assessment


Approches. Library and the
Academy, 233-235.
Okoli, C., & Palowski, S. D. (2004). The
Delphi method as a research tool: an
example, design considerations and
applications. Information &
Management, 15-29.
Pattah, S. H. (2014). Literasi informasi:
Peningkatan kompetensi informasi
dalam proses pembelajaran. Jurnal
Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan
Khizanah Al-Hikmah, 117-128.
Rader, H. B. (2002). Information literacy
1973-2002: a selected review.
Library Treds. Fall 2002, 242-259.
Schloman, B. F., & Gedeon, J. A. (2007,
May/June 2007). Creating TRAILS
: Tools for Real-Time Assessment
for Information Literacy Skills.
Knowledge Quest, hal. 45-47.
Thangaratinam, S., & Redman, C. W.
(2005). The Delphi technique. The
Obstetrician & Gynaecologiist,
120-125.
UNESCO. (2013). Global media and
information literacy assessement
framework: Country readiness and
competencies. Paris: UNESCO.
Wicaksana, A. (2016). Profil literasi
informasi pustakawan Indonesia.
Berkala Ilmu Perpustakaan dan
Informasi. Vol. XII No.1, 1-9.

59 Perancangan Sistem Asesmen Literasi Informasi Berbasis Web

Anda mungkin juga menyukai