Anda di halaman 1dari 15

Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No.

1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18, No. 1, Juni 2022, Hal. 113-127
https://doi.org//10.22146/bip.v18i1.3650
ISSN 1693-7740 (Print), ISSN 2477-0361 (Online)
Tersedia online di https://journal.ugm.ac.id/v3/BIP

Memaksimalkan peran perpustakaan sebagai sumber belajar di Sekolah Menengah Atas


Muhammadiyah 1 Ponorogo

Anna Nurhayati1, Riyanto, Moh. Rif'an1


1
Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Jalan Budi Utomo 10, Ponorogo, Jawa Timur, 63471
e-mail: annanurhayatisapen@gmail.com

Naskah diterima: 18 Desember 2021, direvisi: 25 Maret 2022, disetujui: 10 Mei 2022

ABSTRAK
Pendahuluan. Penelitian dengan melakukan analisis terhadap upaya yang dilakukan perpustakaan SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam memaksimalkan peran perpustakaan sebagai sumber belajar dengan
menggunakan standar International Federation of Library Associations and Institutions.
Metode penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data
menggunakan dua cara yaitu observasi dan dan wawancara terstruktur.
Data analisis. Teknis analisis data dimulai dengan pengumpulan data kemudian diorganisir menggunakan data
teks hasil transkrip wawancara dengan mempertimbangkandata gambar. Proses analisis juga diperkuat dengan
metode library research, menggunakan literatur berupa buku, jurnal ilmiah, artikel prosiding, sehingga
memperkuat data temuan lapangan.
Hasil dan Pembahasan. Peran perpustakaan sebagai sumber belajar ditunjukkan dengan kapabilitas sumber
daya, kemampuan pemikiran, peningkatan membaca dan keaksaraan, serta peningkatan pribadi dan
interpersonal
Kesimpulan dan Saran. Perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam melaksanakan perannnya
sebagai sumber belajar belum sepenuhnya memenuhi pedoman standar dari International Federation of Library
Associations and Institutions. Perpustakaan terbatas pada penyediaan kebutuhan informasi, namun belum
menunjukkan upaya agar informasi tersebut sampai kepada pemustaka.
Kata kunci: perpustakaan sekolah; sumber belajar; kompetensi pustakawan

ABSTRACT
Introduction. This research analyses efforts made by the library of Muhammadiyah Senior High School 1
Ponorogo in maximising the role of library as a source of learning as issued by the International Federation of
Library Associations and Institution.
Data Collection Methods. This paper employed a qualitative descriptive approach through participant
observations and structured interviews.
Data analysis. Data from interview transcripts, observation sheets and documentations were analysed by
conducting the process of data display, data reduction and conclusion drawing. The analysis process also
considered several supporting literature in the form of books, scientific journals, conference proceeding.
Results and discussion. The roles of the library as a learning source are demonstrated by several activities to
improve users' skills such as providing resource capabilities and supporting critical thinking, literacy, and
personal and interpersonal development.
Conclusion and suggestions: In serving its responsibility as a learning resource, the library at SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo did not fully comply with the International Federation of Library Associations and
Institutions' standard requirements. Libraries are limited in their ability to fulfill information needs, but they
have make little effort to explain that information to users.
Keywords: library; learning resources; librarian competency

113
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

A. PENDAHULUAN perpustakaan, hubungan antara guru-murid, dan


Pemerintah melalui Kementerian lokasi perpustakaan sekolah. Perpustakaan
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi berkontribusi dalam meningkatkan kualitas
(Kemdikbudristek) pada tahun 2021 telah pembelajaran. Peserta didik dapat berinteraksi
meluncurkan program Sekolah Penggerak. dan terlibat secara langsung, baik fisik maupun
Kemendikbudristek (2021) menekankan bahwa mental selama proses pembelajaran dengan
salah satu harapan dari program ini adalah memanfaatkan sumber daya perpustakaan.
menjadikan pelajar Indonesia menjadi Selain itu perpustakaan menjadi wahana belajar
pembelajar sepanjang hayat yang dibekali luar kelas peserta didik yang terintegrasi dengan
dengan kompetensi kompetitif global dan materi pelajaran. Hal ini menunjukkan
menjujung tinggi nilai Pancasila, yaitu perpustakaan menjadi bagian tak terpisahkan
berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, dari aktivitas yang mendukung visi misi
kreatif, gotong royong serta berkebhinekaan sekolah, dengan membuat sebuah sistem
global. Salah satu indikator penilaian koordinasi antara perpustakaan dan semua
ketercapaiannya dengan pengukuran kinerja elemen lain di sekolah seperti guru, murid,
sekolah menggunakan Asesmen Kompetensi bagian kurikulum dan program sekolah.
Minimum (AKM), dengan dasar literasi, Peran perpustakaan sekolah saat ini mulai
numerasi dan sains peserta didik. Asesmen ini mengalami perkembangan. Berdasarkan
merupakan adaptasi dari tes internasional fungsinya perpustakaan sekolah diartikan
seperti PISA, TIIMS, dan PIRLS, sehingga sebagai tempat menyimpan informasi dan
kesenjangan hasil asesmen seperti PISA pelajar pengetahuan di lingkungan sekolah. Mangnga
menjadi lebih baik. PISA (the programme for (2015) menjelasakan bahwa perpustakaan
international student assessment) merupakan berfungsi tidak hanya menyimpan koleksi cetak,
penilaian guna mengetahui prestasi peserta namun juga menyebarluaskan dalam berbagai
didik dalam hal literasi, matematika dan sains. format, yang dikelola sedemikian rupa agar
Organisation for Economic Cooperation mudah diakses setiap pengguna. Lebih jauh lagi
and Development (2019) menyebutkan bahwa makna perpustakaan sekolah adalah ruang
hasil PISA tahun 2018 khususnya kemampuan belajar fisik dan digital di lingkungan sekolah
membaca belum menujukkan peningkatan hasil sebagai tempat membaca, penelitian,
yang tidak menggembirakan. Negara Indonesia pengembangan imajinasi, dan kreativitas.
menempati peringkat 74 dari 79 negara yang Berdasarkan standar perpustakaan sekolah
mengikuti asesmen ini. Merga (2019) dari International Federation of Library
menyebutkan tentang literasi menjadi salah satu Associations and Institutions (IFLA) tahun
tolok ukur keberhasilan kinerja sekolah. Literasi 2015, bahwa peran perpustakaan meliputi
dapat dimaknai dengan kemampuan memahami penyediaan fasilitas dan kemampuan akses dan
suatu fenomena yang dikaitkan dengan evalausi sumber daya, penyediaan koleksi yang
kemampuan membaca. Keberadaan akan memantik minat membaca, keterlibatan
perpustakaan sebagai pusat kegiatan membaca dalam kegiatan pembelajaran dan penelitian
menjadi media pendukung praktik literasi di guru dan peserta didik.
lingkungan sekolah. Perannya termasuk Berdasarkan hasil observasi awal di
memberikan dukungan individual kepada Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah di
peserta didik terkait memilih, membutuhkan kabupaten Ponorogo, sebagian besar peran
akses, seleksi, dan menggunakan hasil bacaan. perpustakaan sebagai sumber belajar belum
Lingkungan perpustakaan sekolah maksimal. Hal ini tampak dari fungsi
mencakup semua kondisi dan pengaruh perpustakaan masih terbatas pada penyediaan
eksternal di perpustakaan sekolah yang koleksi dan fasilitas kegiatan membaca.
mempengaruhi prestasi akademik peserta didik Beberapa faktor yang mengakibatkan belum
diantaranya adalah, fasilitas, pustakawan yang maksimalnya peran perpustakaan sebagai
berkompeten, gedung, pengelolaan manajemen sumber belajar diantaranya; Pertama, saat ini

114
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

layanan masih pada tataran penyedia sumber bahasa Jawa, sedangkan untuk layanan teknis
daya perpustakaan, seperti pengadaan koleksi, dilakukan oleh staf perpustakaan dengan latar
penyediaan fasilitas seperti akses internet, belakang pendidikan ilmu perpustakaan.
ruangan yang nyaman, namun penyediaan Pemahaman kepala perpustakaan berkaitan
layanan bagi pemustaka terbatas pada layanan dengan proses pembelajaran dipandang mampu
sirkulasi. Sementara itu layanan yang bersifat mendukung peran perpustakaan sebagai pusat
akses informasi seperti bimbingan penelusuran belajar. Tenaga perpustakaan juga memiliki
literatur baik yang bersumber di perpustakaan kompetensi dalam memberikan layanan
ataupun online, belum terlihat dan dapat pemustaka yang berkaitan dengan pemanfaatan
dirasakan peserta didik. Kedua, kegiatan koleksi perpustakaan.
perpustakaan dalam hal layanan masih bersifat Warsita (2012) dalam kajiannya
independen. Sementara itu untuk mengetahui menyimpulkan bahwa peran perpustakaan
kebutuhan pembelajaran, pustakawan harus sebagai pusat belajar akan membantu
mengetahui sistem pendidikan yang sedang terwujudnya tujuan pembelajaran aktif, kreatif
berjalan. Hal ini sebenarnya dapat dilakukan dan menyenangkan dengan memanfaatkan
dengan melakukan kerja kolaboratif antara sumber daya perpustakaan. Selain itu,
perpustakaan sebagai penyedia informasi perpustakaan akan menumbuhkan kesadaran
dengan bagian kurikulum sekolah. Ketiga, peserta didik dengan catatan pemenuhan jumlah
kompetensi pustakawan sebagai penyambung bacaan yang berkualitas. Faktor penghambat
kebutuhan informasi dan ketersediaan belum yang muncul adalah tidak ada tenaga pengelola
maksimal. Kemampuan literasi informasi guna dan struktur organisasi perpustakaan serta
mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan minimnya koleksi pendukung.
peserta didik dalam pemenuhan informasi Beberapa penelitian lain menunjukkan
belum banyak dimiliki oleh pustakawan pemanfaatan perpustakaan sekolah di Indonesia
sekolah. Permasalahan lain yang ada di belum maksimal. Penelitian Sholeh (2020)
lapangan adalah tidak semua sekolah memiliki menyatakan pemanfaatan perpustakaan masih
pengelola perpustakaan, buku yang disediakan terbatas pada penyediaan dan peminjaman buku
belum memenuhi kebutuhan peserta didik, dan untuk mata pelajaran. Penelitian Damayanti, et
ruangan yang tidak setara dengan jumlah peserta al. (2017) menemukan bahwa keragaman koleki
didik. memotivasi peserta didik berkunjung ke
Perkembangan perpustakaan SMA perpustakaan. Rahman (2015) menyarankan
Muhammadiyah 1 Ponorogo bukan lagi sebagai perlu adanya dukungan kepala sekolah dan guru
penyedia sumber daya informasi, namun juga untuk optimalisasi fungsi perpustakaan. Akbar,
mulai memainkan peran dalam mendukung et al. (2021) menjelaskan secara kuantitatif
proses belajar yang dilakukan oleh guru. perpustakaan mampu meningkatkan prestasi
Bersama stakeholder sekolah, pustakawan belajar, dengan memberikan tugas kepada
melakukan pembenahan fisik untuk peserta didik mencatat buku yang telah dibaca.
kenyamanan pemustaka dan pengelolaan Berdasarkan permasalahan dari hasil
administrasi perpustakaan. Seperti halnya penelitian sebelumnya, artikel ini bertujuan
perpustakaan sekolah lain, layanan pemustaka menghasilkan gambaran bagaimana pemenuhan
antara lain sirkulasi, referensi, penelusuran perpustakaan SMA 1 Muhammadiyah
sumber informasi, dan bimbingan membaca. Ponorogo melaksanakan perannnya sebagai
Perpustakaan ini selalu dikunjungi peserta didik sumber belajar, berdasar standar Internasional
dan guru. Pada saat jam pelajaran sering sekali Federation of Library Associations Institution
dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran luar (IFLA). Artikel ini juga mengungkap
kelas dari beberapa mata pelajaran. Saat ini kompetensi yang sebaiknya dikembangkan
perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 pustakawan serta cara mengolaborasikan
Ponorogo dipimpin oleh guru sebagai kepala sumber daya perpustakaan dan sumber belajar
perpustakaan dengan latar belakang pendidikan lain di sekolah, sehingga peran perpustakaan

115
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

lebih maksimal. Penelitian ini diharapkan dapat didik selama belajar terdapat unsur sengaja dan
menjadi acuan khususnya perpustakaan sekolah ketidaksengajaan, misalnya menyaksikan alam
dalam memaksimalkan perannya sebagai dan peristiwa kecelakaan. Sumber belajar
sumber belajar bersifat implementatif. berdasar asalnya adalah primer dan sekunder.
Primer menunjukkan sumber informasi pertama
B. TINJAUAN PUSTAKA atau utama sebagai pengetahuan baru, misalnya
Arsyad (2016) mendefinisaikan sumber dokter, sejarawan, dan sebagainya. Sumber
belajar merupakan perangkat, materi, alat, belajar sekunder merupakan sumber yang
pengaturan, kegiatan maupun orang, di mana datang setelah sumber primer, misalnya
pembelajar mampu berinteraksi dengan tujuan penjelasan guru kepada peserta didik yang
perbaikan kinerja. Sumber belajar di lingkungan menggunakan atau mengutip teori dari para
sekolah berfungsi sebagai pendukung proses pakar.
belajar, seperti sistem, materi, lingkungan IFLA (2015) menjelaskan perpustakaan
pembelajaran. Warwanto (2013) mengatakan sekolah merupakan ruang fisik dan digital di
bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu sekolah yang difungsikan untuk kegiatan
baik itu benda alami dan buatan atau peristiwa membaca, penelitian, diskusi pengembangan
yang digunakan selama pembelajaran dan imajinasi, dan kreativitas. Perpustakaan sekolah
memberikan dampak bertambahnya juga menjadi pusat perjalanan informasi
pengalaman peserta didik. Beberapa pengertian menjadi pengetahuan bagi peserta didik dan
di atas, sumber belajar sangat komplek dan tidak pembelajaran pribadi, sosial, dan budaya.
terbatas pada sumber bacaan dan alat peraga. Berdasarkan beberapa definisi tentang
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang perpustakaan sekolah, pentingnya keberadaan
mampu memberikan informasi yang akan perpustakaan sekolah adalah sebagai salah satu
memudahkan peserta didik dan guru selama alat dalam proses pendidikan yang efektif guna
proses belajar, sehingga meningkatkan prestasi mencapai tujuan pendidikan. Kirkland (2019)
belajar baik kognitif, psikomotorik, dan afektif. menyebutkan peran perpustakaan sebagai
Sitepu (2014) menjelaskan bahwa sumber belajar diharapkan mampu memacu
kedudukan sumber belajar mempunyai peran prestasi peserta didik yaitu: Pertama,
vital selama proses belajar. Keberagaman serta lingkungan belajar parsitipatif. Ruang fisik dan
kemutakhiran sumber belajar tentu akan virtual dirancang untuk melibatkan peserta
mempengaruhi kualitas belajar. Oleh karenanya didik dalam pembelajaran interdisipliner,
pengembangan sumber belajar ini sangat perlu pengetahuan kolaboratif, menginspirasi
dikembangkan, guna menarik minat serta eksperimen, kreativitas, pembuatan, dan
memberikan kesempatan belajar peserta didik. inovasi. Kedua, sumber belajar beragam.
Alasan lain perlunya pengembangan sumber Berbagai koleksi sumber daya cetak, digital
belajar adalah pesatnya kemajuan teknologi, yang dikelola profesional untuk memenuhi
pembiasaan pembelajaran mandiri, integrasi semua kebutuhan dan kemampuan peserta
sumber dan proses belajar, serta gaya belajar didik. Keingintahuan dan pembelajaran
peserta didik yang beragam. didorong oleh kebebasan peserta didik untuk
Daryanto (2013) menyebutkan bahwa memilih dari koleksi yang kaya dan beragam
sumber belajar dikelompokkan menjadi enam dan untuk mengeksplorasi beragam ide. Ketiga,
macam yaitu pesan, orang, bahan material, alat, pengalaman belajar aktif. Pendekatan
teknik, dan lingkungan. Perpustakaan masuk pembelajaran inkuiri dengan teknologi yang
dalam kelompok lingkungan fisik, yang menjadi berkembang, dan sumber daya terbaik, akan
tempat peserta didik menerima pesan menumbuhkan kecintaan membaca dan
pembelajaran. Satrianawati (2018) membagi pembelajaran seumur hidup. Setiap pengguna
sumber belajar menjadi dua, berdasar asal dan perpustakaan adalah pembelajar. Pengalaman
isinya. Sumber belajar berdasar isi memandang belajar akan memberdayakan pertumbuhan
bahwa pengalaman yang didapat oleh peserta intelektual, budaya, dan pribadi. Keempat,

116
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

instruksi dan bimbingan ahli. Kegiatan ini tegas. Obyek penelitian ini adalah upaya yang
mempersiapkan peserta didik untuk menjadi dilakukan perpustakaan sebagai sumber belajar,
pengguna informasi dan ide yang canggih di sehingga memilih SMA Muhammadiyah 1
dunia yang kompleks. Peserta didik diarahkan Ponorogo sebagai subyek penelitian.
menjadi warga digital yang baik dan kontributor Pelaksanaan penelitian dilakukan pada 15 Mei-
untuk membangun pengetahuan baru. Peserta 30 Juni 2021.
didik mendapat manfaat dari pengajaran Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa
kolaboratif yang menghubungkan kompetensi penentuan informan menggunakan teknik
untuk penelitian dan pemikiran kritis di seluruh purposive sampling, di mana pengambilan
kurikulum. sumber data dipilih dengan pertimbangan
Klasifikasi sumber belajar perpustakaan tertentu, yaitu sumber data atau orang yang
termasuk pada kelompok sumber belajar dinilai mampu memberikan jawaban dari obyek
lingkungan. Perpustakaan memiliki makna penelitian. Pemilihan informan secara sengaja
sebagai tempat untuk menyimpan dan yang didasarkan pada tempat dan orang yang
memberdayakan sumber belajar seperti buku, paling membantu kita dalam fenomena sentral.
bahan rujukan, media pembelajaran, dan Informan dipilih adalah mereka yang memenuhi
terbitan lain yang dikelola menggunakan sistem kriteria antara lain: (1) Memiliki pemahaman
tertentu. Perpustakaan juga memiliki teknik khusus di bidang perpustakaan dan pengajaran,
berupa program layanan yang dikelola oleh yang mau membagi pengetahuan, serta yang
pustakawan. memiliki akses perspektif; (2) Mampu
Standar IFLA (2015) menyebutkan untuk merefleksikan pikiran dan berpartisipasi selama
melaksanakan perannya sebagai pusat sumber proses penelitian; (3) Memahami budaya dan
belajar, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan terlibat dalam kegiatan; (4) Penelitian ini
antara lain: (1) Kemampuan berbasis sumber mendiskripsikan upaya memaksimalkan peran
daya; (2) Kemampuan berbasis pemikiran; (3) perpustakaan sebagai sumber belajar peserta
Kemampuan berbasis pengetahuan;(4) didik. Informan yang bertindak sebagai sampel
Kemampuan membaca dan literasi;(5) adalah 5 orang yaitu, 2 tenaga perpustakaan
Kemampuan pribadi dan interpersonal. yaitu kepala perpustakaan dan pustakawan, 1
guru, dan 2 peserta didik. Informan yang dipilih
C. METODE PENELITIAN merupakan orang yang terlibat langsung dalam
Penelitian ini menggunakan pendekatan kegiatan dan layanan perpustakaan. Pustakawan
kualitatif, yaitu salah satu metode bertindak spesialis informasi layanan
mengeksplorasi dan memahami sejumlah perpustakaan pemustaka seperti, penelusuran
individu yang berasal dari masalah sosial. informasi, penyediaan koleksi; guru sebagai
Proses penelitian ini dilalui dengan proses partner yang memahami kebutuhan bahan
pengajuan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur, bacaan peserta didik dalam pembelajaran dan
pengumpulan data yang spesifik dari para promosi pemanfaatan perpustakaan; dan peserta
partisipan, menganalisis data, dan menasirkan didik merupakan informan yang memanfaatkan
makna data. Penelitian ini menggunakan layanan perpustakaan, dan terlibat aktif pada
pendekatan kualitatif (Cresswell, 2016). Jenis kegiatan pembelajaran di perpustakaan.
penelitian yang digunakan adalah studi kasus, Sugiyono (2017) menjelaskan teknik
mengembangkan analisis mendalam atas suatu pengumpulan data dengan cara observasi pasif,
kasus, program, peristiwa, aktivitas, proses dari di mana hadir ke tempat penelitian, namun tidak
satu individu atau lebih. Yin (2012) menjelaskan terlibat langsung dalam kegiatan. Observasi
bahwa memilih karena karakteristik studi kasus dalam penelitian antara lain mencakup
menekankan pada inquiri empiris, yaitu pengamatan kondisi perpustakaan terkait
menyelidiki fenomena dalam konteks dengan daya seperti koleksi, fasilitas, dan
kehidupan sebenarnya, pada saat batas-batas lingkungan perpustakaan. Pendekatan
antara fenomena dan konteks tidak tampak wawancara menggunakan wawancara

117
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

terstruktur. Pendekatan wawancara terstruktur merasakan kenyamanan berada di dalamnya.


menggunakan instrument penelitian tertulis, di Perpustakaan sekolah tempat mengetahui dan
mana sudah diketahui jenis informasi yang akan memahami pengetahuan lebih mendalam,
didapat. Penyusunan instrumen wawancara dengan keterampilan berpikir tingkat lanjut oleh
dimulai dengan menentukan tujuan penelitian, peserta didik. Loertscher & Koechlin (2015)
yang selanjutnya menentukan aspek yang akan menjelaskan bahwa keberhasilan dalam
diteliti yaitu: (1) Kemampuan berbasis sumber pembelajaran diperlukan, portal teknologi
daya; (2) Kemampuan berbasis pemikiran; (3) informasi, dimensi penghubung yang
Kemampuan berbasis pengetahuan; (4) menyatukan layanan informasi, komunitas, dan
Kemampuan membaca dan literasi; dan (5) pembelajaran, budaya membaca yang
Kemampuan pribadi dan interpersonal. Aspek mengintegrasikan membaca, menulis,
tersebut akan dibagi menjadi indikator yang berbicara, dan mendengarkan, pembangunan
mengarah pada butir pertanyaan, sehingga pengetahuan yang menghubungkan berbagai
diperoleh informasi sesuai tujuan penelitian. disiplin ilmu, pembelajaran eksperimental yang
Informan diberikan pertanyaan yang serupa berfokus pada peningkatan sekolah dan
disesuaikan dengan peranannya pada obyek pengembangan profesional, eksperimen dan
penelitian. Proses pengumpulan data dengan inovasi pembelajaran, dan penelitian tindakan.
cara mengajukan pertanyaan kepada seorang Pembangunan pengetahuan adalah fokus utama
partisipan satu per satu dan mencatat dari program pembelajaran, yang
jawabannya dan menggunakan alat perekam. memanfaatkan kekuatan informasi dan
Data yang diperoleh dari berbagai sumber teknologi, ruang fisik perpustakaan yang
melalui observasi dan wawancara kemudian efektif.
digabungkan menggunakan teknik triangulasi.
Teknis analisis data dalam penelitian Peran Perpustakaan Sekolah
kualitatif dimulai dengan pengumpulan data Perpustakaan sekolah sebagai ruang adalah
kemudian diorganisir menggunakan data teks arena lokal, ruang yang mendukung
hasil transkrip wawancara atau data gambar pengembangan cakrawala pengetahuan peserta
seperti foto. Proses analisis juga diperkuat didik yang tercermin dalam visi misi sekolah.
dengan metode library research menggunakan Pengembangan perpustakaan sekolah
literatur berupa buku, jurnal ilmiah, artikel diwujudkan dengan karakter fisik ruangan dan
prosiding, sehingga memperkuat data temuan pemanfaatan ruangan sesuai dengan
lapangan. Langkah berikutnya adalah kemampuan, kemauan, pemikiran, dan
mereduksi data dalam bentuk ringkasan materi, keterlibatan masing-masing tenaga
hingga proses terakhir displai data dalam bentuk perpustakaan dari setiap program layanan. Hal
pembahasan berupa uraian deskriptif untuk ini sesuai dengan hasil wawancara
kemudian diambil kesimpulan penelitian. menyebutkan bahwa:

D. HASIL DAN PEMBAHASAN “perpustakaan dengan visi terwujudnya


Oyetola & Adio (2020) menyatakan bahwa perpustakaan sebagai sumber belajar yang
perpustakaan sekolah merupakan salah satu menyenangkan, mencerdaskan dan
jenis perpustakaan yang mendukung program berprestasi melalui budaya baca. Visi ini
sekolah serta proses belajar mengajar. sangat mendukung tujuan dari sekolah
Perpustakaan sekolah melayani peserta didik yaitu mewujudkan lulusan unggul di bidang
dengan menyediakan bahan informasi dalam imtaq dan iptek, serta dapat menjadi taman
berbagai format untuk memenuhi berbagai belajar” (GY wawancara, Juni 9, 2021)
kebutuhan dan mendorong keinginan membaca
peserta didik. Perpustakaan sekolah berperan “ nah, perpustakaan memiliki andil untuk
mendukung pembelajaran dan menciptakan mendukung tujuan sekolah yang mana
atmosfer literasi, sehingga peserta didik lulusan unggul itu tidak bersumber dari

118
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

guru saja, namun diperlukan faslitas lain wawancara dengan guru, ketika memenuhi
seperti perpustakaan” (GY, wawancara, kebutuhan informasi peserta didik
Juni 9, 2021) diarahkan untuk mencari pada katalog
elektronik perpustakaan. Pustakawan
Sari (2016) juga menjelaskan bahwa melakukan bimbingan penelusuran koleksi
perpustakaan sekolah merupakan bagian yang untuk peserta didik yang belum memahami
tidak terpisahkan dari keseluruhan program proses penelusuran. Kendala yang muncul
lembaga induknya, yaitu bersama-sama dengan katalog elektronik tersebut belum terpasang
komponen pendidikan lainnya turut secara online, sehingga pemanfaataanya
menentukan keberhasilan proses pendidikan terbatas di lingkungan sekolah.
dan pengajaran. Peserta didik juga terlibat untuk Lance & Schwarz (2012) melakukan
berpartisipasi secara sungguh-sungguh terhadap penelitian terhadap 500 perpustakaan
apa yang ditawarkan perpustakaan, dengan sekolah untuk memverifikasi hubungan
mengambil bagian sesuai kemampuan selama antara infrastruktur perpustakaan ini
memanfaatkan perpustakaan. Peserta didik termasuk sumber daya manusia, teknologi
dapat memanfaatkannya sebagai wahana modern, personel terlatih dan kemampuan
meningkatkan hubungan antar individu atau peserta didik dalam membaca dan menulis.
melakukan sosialisasi terhadap teman sebaya. Studi ini mengungkapkan bahwa ada
IFLA (2015) menyatakan bahwa peran korelasi yang besar antara kekhasan
perpustakaan sekolah mengembangkan peserta infrastruktur perpustakaan dan prestasi
didik yang melek informasi yang bertanggung akademik peserta didik.
jawab dan beretika di masyarakat. Ciri peserta Teknologi telah dipandang sebagai
didik yang melek terhadap informasi adalah cara untuk meningkatkan motivasi peserta
menjadi pembelajar mandiri yang kompeten, didik, untuk menyediakan sumber daya,
menyadari kebutuhan informasi dan secara aktif untuk membuat instruksi lebih mudah dan
terlibat memberikan gagasan atau ide. Peserta lebih efektif, dan untuk meningkatkan
didik memiliki keterampilan memanfaatkan pembelajaran peserta didik. Kemampuan
teknologi informasi untuk memecahkan ini juga mencakup penggunaan perangkat
masalah dan tahu bagaimana menemukan teknologi informasi untuk mencari,
informasi yang relevan dan dapat diandalkan. mengakses, dan mengevaluasi sumber-
sumber informasi, dan pengembangan
Upaya Memaksimalkan Peran Perpustakaan literasi digital dan berbasis cetak. Selain
Sebagai Sumber Belajar pemanfaatan koleksi yang ada di
Perpustakaan sekolah sebagai pusat perpustakaan, peserta didik juga sering
pengajaran dan pembelajaran berperan melakukan penelusuran mandiri. Pencarian
menyediakan program instruksional aktif yang informasi ini biasa dilakukan dengan
diintegrasikan ke dalam konten kurikulum. memanfaatkan fasilitas internet
Upaya yang dapat dilakukan guna perpustakaan baik mennggunakan PC
memaksimalkan peran tersebut meliputi: ataupun wifi yang tersedia.
a. Kapabilitas berbasis sumber daya
Kemampuan terkait dengan pencarian, “saat mencari buku pustakawan sangat
akses, dan evaluasi sumber daya dalam membantu kesulitan dengan mengarahkan
berbagai format, termasuk orang sebagai letak buku yang dibutuhkan peserta didik.
sumber. Perpustakaan SMA Kadang-kadang juga mencari lewat
Muhammadiyah 1 Ponorogo memiliki internet perpustakaan”(KH wawancara,
koleksi cetak yang tersimpan dalam Juni 9, 2021)
database berjumlah 921 judul. Koleksi
tersebut juga telah diketahui oleh peserta Berdasarkan peran dan tugasnya,
didik dan guru. Berdasarkan hasil layanan pendidikan pemakai dalam

119
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

program literasi informasi sangat dan pemahaman yang mendalam.


dibutuhkan agar koleksi perpustakaan Berdasarkan hasil wawancara dengan
dapat disebarluaskan dan dimanfaatkan guru mata pelajaran bahasa Jawa yang
secara efektif dan efisien. Literasi informasi sering memanfaatkan ruang dan fasilitas
merupakan prasyarat pembelajaran perpustakaan menyatakaan:
sepanjang hayat untuk semua disiplin ilmu
dan jenjang pendidikan. Program ini dapat “ketika meminta peserta didik mencari
meningkatkan pemahaman peserta didik tembung Jawa dan unsur intrinsik,
terhadap isi informasi secara kritis dan pustakawan membantu menyiapkan dalam
mandiri guna memecahkan masalah yang bentuk cerkak (cerita pendek dalam bahasa
dihadapi. Jawa) dan kamus bahasa Jawa.”(GY
Hasil wawancara dengan kepala wawancara, Juni 9, 2021)
perpustakaan, ketika peserta didik mencari
informasi yang lebih mendalam seperti di Kegiatan ini akan memantik peserta
internet, pustakawan berperan sebagai didik untuk membaca cerita. Berkaitan
pengawas pemanfaatan internet, artinya dengan penciptaan produk, perpustakaan
mereka masih jarang melakukan bimbingan memberikan kesempatan kepada peserta
menemukan pengetahuan saat mencari di didik yang membuat prakarya dengan
mesin pencari seperti google dan yahoo. mencari inspirasi melalui koleksi
Hal ini diperkuat oleh penjelasan perpustakaan. Konsep dasar mencari
pustakawan, bahwa layanan akses informasi adalah bahwa sumber informasi
informasi online masih jarang dilakukan. yang luas dan beragam diatur untuk
Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan memungkinkan seseorang menemukan
literasi informasi yang dimiliki informasi tentang subjek tertentu dan untuk
pustakawan. mengakses sumber tertentu. Pendekatan
Merga (2020) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis penelitian semacam
pustakawan memiliki kemampuan ini akan mendorong peserta didik
memastikan sumber daya yang tersedia di menyadari proses menyelesaikan masalah
perpustakaan memiliki daya tarik, guna melalui informasi.
menetapkan rencana pengembangan Todd (2012) menjelaskan bahwa
koleksi. Selain itu juga memberikan perpustakaan sekolah berkontribusi
sumber daya untuk memudahkan akses langsung terhadap kualitas mengajar di
koleksi melalui portal online, hingga sekolah melalui penyediaan jenis layanan
penyediaan sumber daya digital. Guru pendamping berpusat pada sumber daya
sebaiknya terus berhubungan dengan serta instruksi berbasis inkuiri yang
pustakawan untuk meneliti topik baru, dilaksanakan melalui tim instruksional.
penyediaan dan menyajikan pengetahuan Pembelajaran berbasis inkuiri ini terlihat
yang up to date dan kemudian merancang memberi penekanan pada pengembangan
dan menulis materi kurikulum baru untuk pengetahuan dan pemahaman yang
peserta didik. mendalam, daripada pengumpulan
informasi dan keterampilan menemukan
b. Kapabilitas berbasis pemikiran informasi. Lurie (2018) menjelaskan bahwa
Kemampuan dan disposisi ini berfokus pengelola perpustakaan bersama guru dapat
pada keterlibatan substantif dengan data menciptakan model belajar berbasis
dan informasi melalui proses penelitian, perpustakaan dengan memaksimalkan
proses pemikiran tingkat tinggi, dan penggunaan koleksi perpustakaan.
analisis kritis yang mengarah pada Kegiatan dan layanan berbasis
penciptaan representasi atau produk yang penelitian dan berorientasi pada produk
menunjukkan pengetahuan yang mendalam belajar peserta didik membutuhkan peran

120
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

pustakawan sebagai mitra belajar peserta menggunakan informasi seharusnya juga


didik dan pengajaran bagi guru. sudah dimiliki. Hambatan yang selama ini
Keberadaan pustakawan saat ini masih dirasakan adalah koordinasi tidak berjalan
dianggap sebagai penyedia fasilitas koleksi sesuai dengan rencana.
membaca saja. Hal ini menyebabkan tidak
semua guru dan peserta didik belum “sebagian guru masih ada yang
memaksimalkan perpustakaan sebagai memanfaatkan perpustakaan tidak sesuai
pusat belajar. Hasil wawancara dengan dengan jadwal, dan tidak berkoordinasi
pustakawan menyebutkan: dengan pustakawan. Persiapan kami
sebagai pendamping pembelajaran.
“sebagian besar guru hadir ke kurang maksimal”
perpustakaan bersama peserta didik lebih (SL wawancara, Juni 9, 2021)
banyak memanfaatkan sumber daya fisik
seperti ruang, koleksi, dan fasilitas fisik Untuk memaksimalkan peranannya
lain” sebagai sumber belajar berbasis penelitian,
(SL, wawancara, Juni 9, 2021) pustakawan melakukan sosialilasi kepada
sivitas sekolah. Selain menyediakan
Todd (2015) berpendapat bahwa koleksi, pustakawan memberikan
perpustakaan sebagai pusat belajar menjadi kesempatan bagi guru dalam melakukan
tempat di mana pendidik sekolah dapat pembelajaran di perpustakaan. Guru dapat
berkolaborasi dan berinovasi, berkoordinasi dengan pustakawan dalam
bereksperimen serta mengeksplorasi proses belajar di perpustakaan khususnya
pengetahuan baru ke dalam pembelajaran. berbasis proyek dan penyelidikan.
Pendekatan pedagogis baru dan mengajar Sosialisasi ini diharapkan memberikan
bersama dengan pustakawan sekolah untuk dampak pada keinginan guru agar selalu
mengembangkan informasi dan memotivasi peserta didik pada aktivitas
keterampilan berpikir dalam lingkungan membaca di perpustakaan. Motivasi
cetak dan digital. Perpustakaan sekolah tersebut dapat dilakukan dengan
adalah pusat informasi dan pengetahuan memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang
mendukung penyelidikan dan eksperimen belajar luar kelas dengan memanfaatkan
dengan informasi dan teknologi untuk sumber daya milik perpustakaan.
mendorong pengajaran berkualitas.
Chu, et al. (2021) menjelaskan bahwa c. Kapabilitas peningkatan membaca dan
selain pengetahuan konten dan keaksaraan
keterampilan berpikir, peserta didik juga Kapabilitas ini mengarah pada
diharapkan mengembangkan soft skill yang kemampuan dan disposisi yang terkait
memadai. Soft skill yang membekali peserta dengan minat baca, membaca untuk
didik berupa kesiapan beradaptasi dengan rekreasi, dan membaca untuk belajar di
lingkungan kerja yang lebih menantang, berbagai platform. Peran perpustakaan
mengelola beban kerja, serta berinteraksi dalam hal peningkatan minat baca
dan bekerja dengan rekan-rekan mereka di dilakukan dengan menyediakan fasilitas
lingkungan kerja, dalam rangka mencapai yang sesuai dengan standar. Perubahan tata
tujuan yang disepakati bersama. ruang yang kekinian mampu meningkatkan
Pustakawan sekolah merupakan agen minat baca dan kunjungan peserta didik ke
penting dalam menciptakan atmosfer perpustakaan secara signifikan.
pembelajaran melalui beragam format Trijatmoko, et al. (2019) menyimpulkan
sumber belajar. Terkait dengan kegiatan bahwa pemanfaatan perpustakaan
belajar berbasis penelitian, keahlian tentang memberikan manfaat tertanamnya
bagaimana menemukan, mengevaluasi, dan kesadaran membaca dan menyelesaikan

121
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

tugas pelajaran di perpustakaan. Hasil Stranger-Johannessen (2014) menjelasakan


wawancara dengan pustakawan bahwa budaya membaca dapat diposisikan
menjelaskan: sebagai upaya kolaboratif, didukung secara
formal atau informal oleh kemitraan.
“ peningkatan kunjungan baca peserta Budaya membaca dipengaruhi oleh
didik salah satunya desain ruang penyediaan bahan yang memadai dan
perpustakaan yang lebih modern memikat sesuai kebutuhan. Merga (2019)
peserta didik untuk lebih berlama-lama di berpendapat bahwa sumber daya
perpustakaan. Awalnya perpustakaan perpustakaan yang memadai merupakan
terletak di lantai dua, dengan desain ruang kontribusi penting ke budaya membaca,
belum seperti sekarang. Koleksi buku dengan teks-teks yang dimiliki oleh
sebagian besar adalah buku wajib peserta perpustakaan guna menyediakan akses
didik untuk pembelajaran. Buku yang menarik bagi peserta didik.
sifatnya pengayaan masih sangat sedikit Peningkatan keberaksaraan tidak
dan sebagian besar merupakan terbitan berhenti pada proses membaca saja, namun
lama.” juga mengomunikasikan hasil membaca
(SL wawancara, Juni 9, 2021) peserta didik ke berbagai media. Bentuk
penyebaran berupa hasil teks tertulis yang
Peserta didik hadir ke perpustakaan dimuat pada majalah sekolah bernama M-
biasanya untuk memanfaatkan fasilitas. One. Pustakawan memberikan bimbingan
Hasil wawancara dengan peserta didik penulisan di perpustakaan dalam wadah
menyatakan bahwa: komunitas pecinta membaca perpustakaan.
Hal ini merupakan layanan perpustakaan
“ sekarang kami lebih banyak dalam rangka pengembangan makna
menghabiskan waktu istirahat mereka di pemikiran peserta didik dalam berbagai
perpustakaan, karena nyaman dan jenis moda hasil karya. Apresiasi hasil karya juga
bacaan yang menarik. Perpustakaan juga telah disimpan menjadi koleksi
menyediakan akses wifi untuk setiap perpustakaan seperti bidang biologi, fisika
pengunjung.” dan seni kriya.
(KH, wawancara, Juni 9, 2021)  Selain itu, hasil pemaknaan
membaca selama ini juga menjadi bahan
Softlink (2018) menjelaskan bahwa diskusi antar teman sehingga lebih menarik
ruang perpustakaan yang merespon ketika melakukan perbincangan santai di
perubahan kebutuhan peserta didik, akan luar jam pelajaran. Menurut salah satu
terjadi peningkatan penggunaan oleh peserta didik, diskusi ringan mengenai
peserta didik. Penyediaan ruang buku ini membuat teman lain juga ingin
penyambutan untuk belajar dan bersantai mengetahui lebih lanjut isi buku itu, dengan
dianggap sebagai layanan terpenting yang meminjam buku di perpustakaan. Merga
diharapkan dapat disediakan oleh (2014) berpendapat bahwa secara sosial
perpustakaan sekolah. buku akan lebih efektif diterima. Hal ini
Selain penyediaan sarana dan fasilitas, diartikan persepsi peserta didik terhadap
hal lain yang sangat krusial adalah sebuah buku akan mempengaruhi motivasi
penyediaan koleksi pengayaan, atau koleksi membaca untuk kesenangan peserta didik
buku selain buku wajib. Penambahan buku lain. Pustakawan guru dapat menggunakan
yang dilakukan perpustakaan SMA berbagai strategi untuk mendorong posisi
Muhammadiyah1 Ponorogo melalui sosial yang positif dari buku dan membaca.
pembelian secara rutin, penggalangan Berbagi diskusi tentang membaca buku
melalui wakaf buku atapun program untuk kesenangan dapat meningkatkan
kemitraan dengan pihak luar sekolah. status sosial buku.

122
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

d. Kapabilitas peningkatan pribadi dan Kompetensi pustakawan sekolah


interpersonal Revitalisasi perpustakaan merupakan salah
Kapabilitas ini berhubungan dengan satu cara untuk memaksimalkan peran
kemampuan dan disposisi tentang perpustakaan sebagai sumber belajar. Hal ini
kemampuan pemustaka dalam partisipasi akan menjawab tantangan terhadap asesmen
sosial dan budaya seperti penelitian kemampuan peserta didik khususnya bidang
berbasis sumber daya, pembelajaran literasi. Pengembangan literasi yang menjadi
tentang diri sendiri dan orang lain, bagian inti layanan sebuah perpustakaan perlu
pengguna informasi, pencipta pengetahuan, didukung dengan kemampuan sumber daya
dan warga negara yang bertanggung jawab. yang ada. Keberadaan pustakawan menjadi
Kemampuan ini tentu membutuhkan salah satu upaya dalam memaksimalkan peran
bimbingan dan intervensi kuat yang perpustakaan sebagai sumber belajar untuk
memungkinkan peserta didik memiliki meningkatkan prestasi peserta didik.
pemahaman pribadi. Hal ini dapat Kelemahan dalam pemanfaatan
dilakukan pada saat proses pembelajaran perpustakaan sekolah untuk mendukung
berbasis penelitian. Bimbingan guru dan kurikulum sekolah bermula dari kurangnya
pustakawan sangat dibutuhkan pada proses pengetahuan guru dan pustakawan tentang
pemikiran kritis yaitu mengumpulkan konsep pendidikan pengguna. Kebutuhan untuk
segala bentuk informasi, kemudian menggunakan perpustakaan dalam perencanaan
dilanjutkan proses pemahaman bacaan. dan proses pengajaran ini diperlukan kolaborasi
Sebelumnya pada tahapan ini pustakawan kuat antara kepala sekolah, koordinator bidang,
dapat meminta peserta didik membaca pustakawan, dan guru. Menurut kepala
berulang beberapa bacaan, untuk kemudian perpustakaan, kegiatan layanan bimbingan
disajikan menjadi pengetahuan baru dalam pemustaka di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
berbagai format yang dapat dilaksanakan pada tahap orientasi atau
dipertanggungjawabkan. Tugas dari guru pengenalan perpustakaan tahap awal bagi
dan pustakawan mampu mendorong dalam peserta didik baru. Materi yang diberikan adalah
etika informasi, misalnya memberikan tata cara pemanfaatan perpustakaan dan sumber
materi plagiarisme dan hak cipta. daya perpustakaan. Materi yang lebih
Pustakawan juga dapat memberikan mendalam seperti bimbingan pemustaka
apresiasi hasil karya peserta didik melalui lanjutan secara klasikal belum pernah
penerbitan karya tulis peserta didik melalui dilakukan.
buku. Apresiasi ini akan mampu Untuk memaksimalkan peranannya sebagai
memotivasi peserta didik untuk terus sumber belajar, perpustakaan setidaknya
mengembangkan kemampuan dan melayani pelajaran perpustakaan (library
menggali potensi diri. education) setiap minggu. Pustakawan dapat
Baro & Eze (2016) mengungkapkan, mengembangkan program pendidikan
selain membaca dan mencari bahan untuk perpustakaan dan terlibat langsung sebagai
menyelesaikan tugas, peserta didik harus pengajar. Pustakawan sebagai agen perubahan
diberikan orientasi tentang bagaimana di sekolah memiliki peran antara lain; pertama,
perpustakaan dapat membantu mereka pustakawan sebagai manajer. Everhart dan
dalam banyak hal, misalnya kemudahan Johnston (2016) menyatakan peran pustakawan
akses ke berbagai koleksi, akan membantu sebagai manajer, mereka dapat berkontribusi
mereka menentukan pilihan karirnya di untuk menciptakan kesempatan belajar yang
masa depan. Mereka juga dapat membaca lebih baik bagi peserta didik melalui kolaborasi
berbagai buku filsafat dan buku sastra yang pustakawan dengan guru, memberikan instruksi
dapat membangun kemampuan berpikir yang menarik, dan mengajarkan basis teknologi.
kritis mereka. Peran ini bisa dilakukan melalui pengajaran

123
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

kolaboratif untuk mengembangkan menjadi tim instruksional yang terlibat dalam


keterampilan literasi informasi, merancang kegiatan pembelajaran.
mengintegrasikan teknologi, promosi baca tulis, Keempat, pustakawan sekolah sebagai
dan mendukung standar kurikulum guna pengelola program. Untuk melaksanakan
meningkatkan prestasi peserta didik. program perpustakaan berlandaskan visi, misi,
Kedua, pustakawan sebagai mitra dan rencana strategis, seperti anggaran,
instruksional, pustakawan sekolah kebijakan layanan, pengembangan koleksi,
mengembangkan hubungan dalam komunitas pengaturan fasilitas dan sumber daya lain,
sekolah, membangun kemitraan kolaboratif pengembangan, dan inovasi program.
yang memungkinkan pustakawan sekolah Subramaniam, et al. (2013) menekankan bahwa
menciptakan suatu sistem yang akan pustakawan sekolah juga berkoordinasi dengan
mendukung pembelajaran. Pustakawan sekolah pustakawan lainnya dalam pengembangan
bertanggung jawab untuk mendorong peran program perpustakaan, dengan memahami
kolaboratif dengan para guru dengan karakteristik pemustaka baik peserta didik atau
memberikan solusi pendekatan pembelajaran. guru.
Martin & Panter (2015) menyatakan bahwa Melihat perpustakaan memainkan peran
kolaborasi tersebut dilakukan dalam merancang penting dalam menciptakan peserta didik
pembelajaran bersama dengan memasukkan berpengetahuan, seorang pustakawan bertugas
tujuan dan sasaran ke dalam pengalaman membantu untuk mencari informasi yang
belajar. Rawson, et al. (2015) menjelaskan relevan di berbagai sumber informasi, selalu
kolaborasi juga merupakan bentuk advokasi, terbuka untuk setiap perubahan di bidangnya,
karena semakin banyak para guru memahami dan selalu bersemangat untuk meningkatkan
peran pustakawan sekolah dalam pengajaran. kompetensi dan pengetahuan. Pustakawan
Hal ini membantu memposisikan pustakawan profesional memiliki kualifikasi standar
sekolah sebagai mitra dalam pembelajaran pendidikan di bidang ilmu perpustakaan.
peserta didik. Khusus pustakawan sekolah, kualifikasi
Ketiga, pustakawan sebagai spesialis pendidikan belum cukup dimiliki. Depdiknas
sumber daya. Pustakawan menyediakan (2008) menyebutkan tentang Permendiknas
layanan akses informasi dengan memanfaatkan nomor 25 tahun 2008, bahwa kompetensi
teknologi informasi, hingga melakukan pustakawan Indonesia yang erat kaitannya
bimbingan penelusuran sesuai dengan etika dengan kegiatan peran perpustakaan sebagai
informasi. Layanan seperti ini lebih jauh dapat sumber belajar adalah kompetensi pengelolaan
dikembangkan dalam penciptaan karya sebagai informasi dan kompetensi kependidikan.
bentuk desiminasi pengetahuan baru bagi Kompetensi pengelolaan informasi berkaitan
peserta didik. Pemanfaatan media online seperti dengan kegiatan pengembangan koleksi dan
aplikasi menggambar serta kreasi audio dan pengorganisasian koleksi, sedangkan
video dalam penciptaan hasil karya. Kuhlthau, kompetensi kependidikan meliputi kemampuan
et al. (2015) menjelaskan bahwa pustakawan penguasaan pembelajaran dan literasi
menyediakan akses ke sumber data di dalam informasi.
maupun dari luar sekolah. Selain itu juga Kebutuhan pembelajaran sepanjang hayat
menyediakan koleksi berkualitas dan menarik di akan terus berjalan. Proses belajar di lingkungan
lingkungan sekolah yang mudah diakses. sekolah tak dapat dilepaskan dari perpustakaan.
Pustakawan juga tanggap terhadap perubahan Pustakawan juga memiliki tanggung jawab
kurikulum untuk kemudian dapat menyesuaikan mengantarkan peserta didik dalam penguasaan
dengan pengadaan koleksi yang relevan. isi kurikulum, kemampuan berpikir kritis,
Pemanfaatan sarana multimedia melalui proses literasi informasi, pemahaman membaca,
internet dipilih untuk memenuhi kebutuhan hingga pada tahap pengembagan personal
perserta didik. Lebih jauh lagi pustakawan peserta didik. Pada tahapan selanjutnya,

124
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

pustakawan profesional juga dapat DAFTAR PUSTAKA


mengaktifkan pengetahuan sebelumnya, Akbar, A., Aplisalita, W. O. D., & Rusadi, L. O.
memantik motivasi baca, dan mengembangkan (2021). Fungsi perpustakaan sekolah
keterampilan penelitian peserta didik. terhadap prestasi belajar siswa sekolah
dasar. Edukatif, 3(1), 203–212.
E. KESIMPULAN Arsyad, A. (2016). In media pembelajaran edisi
Perpustakaan sekolah menjadi tempat revisi. Raja Grafindo Persada.
siswa untuk mengetahui dan memahami Baro, E. E., & Eze, M. E. (2016). Enhancing
pengetahuan lebih mendalam, dengan quality learning: The impact of school
keterampilan berpikir tingkat lanjut. library services to students in Nigeria.
Perpustakaan merupakan pintu gerbang untuk School Libraries Worldwide, 11(1), 1–19.
pengembangan intelektual, dilengkapi dengan https://doi.org/10.14265.22.1.002
keterampilan informasi yang akan digunakan Chu, S. K. W., Reynolds, R. B., Tavares, N. J.,
oleh pemustaka. Perpustakaan sekolah Notari, M., & Lee, C. W. Y. (2017). 21 st
memainkan peran aktif dan terdepan dalam century skills development through inquiry-
proses pendidikan, di mana perpustakaan based learning. S p r i n g e r.
membantu siswa melanjutkan pendidikan https://link.springer.com/book/10.1007%2
secara efektif sehingga menjadi pembelajar F978-981-10-2481-8
mandiri. Perpustakaan berperan sebagai Creswell, J. W. (2016). Research design:
sumber belajar dan unit lokal, menyediakan Pendekatan metode kualitatif, kuantitatif,
sumber daya informatif dalam berbagai format, campuran (4th ed.). Pustaka Pelajar.
yang tercermin pada visi, misi dan tujuan Damayanti, R., Susilana, R., & Silvana, H.
perpustakaan, guna mendukung kebutuhan (2017). Hubungan antara koleksi
akademik peserta didik. Penyajian sumber daya perpustakaan dengan motivasi siswa dalam
bukan hanya koleksi dan fasilitas fisik, namun memanfaatkan perpustakaan sekolah
juga berupa layanan dan program sebagai sumber belajar (studi deskriptif
pengembangan perpustakaan. Selain itu peran pada perpustakaan SMA negeri 6
penting lain adalah mengembangkan siswa yang Bandung). Edulib Info, 1(2), 112–122.
melek informasi yang bertanggungjawab dan http://ejournal.upi.edu/index.php/edulibinf
beretika di masyarakat. Berdasarkan o/article/view/8953
kesimpulan penelitian, disarankan penelitian Daryanto. (2013). Perangkat media
selanjutnya dapat mengkaji lebih lanjut terkait pembelajaran. Gava Media.
dengan prestasi belajar peserta didik setelah Depdiknas. (2008). Peraturan Menteri
memanfaatkan perpustakaan, pengaruh Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun
pimpinan sekolah terhadap peran sekolah, dan 2008. Departemen Pendidikan Nasional
bentuk kerjasama antara guru dan pustakawan. Republik Indonesia
Saran dari peneliti untuk memaksimalkan peran Everhart, N., & P. Johnston, M. (2016). A
perpustakaan sebagai pusat sumber belajar proposed theory of school librarian
adalah, pustakawan meningkatkan leadership: a meta-ethnographic approach.
kompetensinya secara berkelanjutan khususnya School Library Research, 19(1), 1–30.
berkaitan dengan bimbingan pemustaka, seperti IFLA. (2015). IFLA school library guidelines, 2
literasi informasi serta bimbingan penelitian nd revised edition (B. S. Jones, D. Oberg, &
sederhana. Selanjutnya perlu adanya promosi IFLA School Libraries Section Standing
yang konsisten terkait dengan peran Committee, Eds.). https://
perpustakaan dengan menujukkan inovasi repository.ifla.org/handle/123456789/58
layanan yang ada kepada masyarakat sekolah. Kemendikbudristek. (2021). Program Sekolah
Penggerak. Program Sekolah Penggerak.
https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.i
d/programsekolahpenggerak/

125
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

Kirkland, A. B. (2019, November 29). Action Oyetola, S. O., & Adio, G. (2020). Roles of the
advocacy for school libraries. Syinergy. school library in education of Nigerian
https://www.slav.vic.edu.au/index.php/Syn child. International Journal of Research in
ergy/article/view/V1721912 Library Science, 6(1), 154. https://doi.org/
Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., & Caspari, A. 10.26761/ijrls.6.1.2020.1310
K. (2015). Guide inquiry: Learning in the Rahman, M. M. (2015). Mengaktifkan
21 st century (2nd ed.). Abc-Clio. perpustakaan sekolah. Libraria, 3(2),
Lance, K. C., & Schwarz, B. (2012). How 181–199. https://doi.org/10.21043/libraria.
Pennsylvania school libraries pay off: v3i2.1590
Investments in student achievement and Rawson, C. H., Anderson, J., & Hughes-Hassell,
academic standards. ERIC. S. (2015). Preparing pre-service school
https://eric.ed.gov/?id=ED543418 librarians for science-focused collaboration
Loertscher, D. V., & Koechlin, C. (2014). Co- with pre-service elementary teachers: The
teaching and the learning commons: design and impact of a cross-class
Building a participatory school culture. assignment. School Library Research, 18,
Teacher Librarian, 42(2), 12–16. 1–25.
Lurie, L. (2012). The importance of a school Sari, L. I. (2014). The maximal role of library as
library. Kids Read Now. education media for students. QIJIS (Qudus
https://kidsreadnow.org/the importance-of- International Journal of Islamic Studies),
a-school-library 2(1), 26–46. https://doi.org/10.21043/
Mangnga, A. (2015). Peran perpustakaan qijis.v2i1.1516
sekolah terhadap proses belajar mengajar di Satrianawati. (2018). Media dan sumber
sekolah. Jupiter, 14(1), 38-42. belajar. Deepublish.
Martin, A. M., & Panter, S. L. (2015). The Sholeh. (2020). Perpustakaan dalam
paradox of our profession. Knowledge pembelajaran pai di SMK sekecamatan
Quest, 43(4), 54–61. ERIC. Karangawen. Proceeding Conference on
https://eric.ed.gov/?id=EJ1063949 Islamic Studies 2019, 255–280.
Merga, M. K. (2014). Peer group and friend http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/cois/
influences on the social acceptability of article/view/7993
adolescent book reading. Journal of Sitepu, B. P. (2014). Pengembangan sumber
Adolescent & Adult Literacy, 57(6), belajar. Rajawali Press.
472–482. https://doi.org/10.1002/jaal.273 Softlink. (2018). The 2017 softlink australian
Merga, M. K. (2020). School Librarians as and new zealand school library survey
Literacy Educators Within a Complex Role. report. In Softlinkint (pp. 1–22).
Journal of Library Administration, 60(8), https://www.softlinkint.com/resources/rep
889–908. https://doi.org/10.1080/0193 orts-and-whitepapers/
0826.2020.1820278 Stranger-Johannessen, E. (2014). Promoting a
Merga, M. K., & Mason, S. (2019). Building a reading culture through a rural community
school reading culture: Teacher librarians' library in Uganda. International Federation
perceptions of enabling and constraining of Library Associations and Institutions,
factors. Australian Journal of Education, 40(2), 92–101. https://doi.org/10.1177/
63(2), 173–189. https://doi.org/10.1177/ 0340035214529732
0004944119844544 Subramaniam, M., Ahn, J., Waugh, A., & Taylor,
Organization for Economic Co-operation and N. G. (2013). crosswalk between the"
Development (2019), PISA 2018 Results framework for k-12 science education"
(Volume III): What School Life Means for and" standards for the 21st-century
Students' Lives, PISA, OECD Publishing, learner": school librarians as the crucial
Paris, https://doi.org/10.1787/acd78851- link. School Library Media Research, 16.
en.

126
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 18 No. 1, Juni 2022 ISSN 2477-0361

Sugiyono. (2017). Metode penelitian Warsita, B. (2013). Pemanfaatan perpustakaan


kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta. sebagai pusat sumber belajar untuk
Todd, R. J. (2012). School libraries as meningkatkan kualitas pembelajaran.
pedagogical centres. Scan: The Journal for Jurnal Teknodik, 16(2), 199–213.
Educators, 31(3), 27–36. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.21
https://doi.org/10.3316 Warwanto, H. J. (2013). Pembelajaran
Todd, R. J. (2015). Evidence-based practice and religiousitas- gagasan, isi dan gagasannya.
school libraries: Interconnections of Kanisius.
evidence, advocacy, and actions. Yin, R. K. (2011). Studi kasus desain & metode.
Knowledge Quest, 43(3), 8–15. Raja Grafindo.
Trijatmiko, N. S., Wedi, A., & Ulfa, S. (2019).
Pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai
sumber belajar untuk pembelajaran bahasa
jawa kelas V SDN tingal 1 garum blitar.
Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 2(4),
278–283. http://journal2.um.ac.id/
index.php/jktp/article/view/8762

127

Anda mungkin juga menyukai