Anda di halaman 1dari 10

3.

616 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SD NEGERI


BHAYANGKARA YOGYAKARTA
THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL LITERACY PROGRAM IN BHAYANGKARA
ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA

Oleh : Luluk Agustin Ratnawati, PGSD/PSD, lulukagustin33@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program literasi sekolah di SD Negeri
Bhayangkara Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian terdiri dari tiga
siswa, lima guru, pegawai perpustakaan, dan kepala sekolah SD Negeri Bhayangkara. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa SD N Bhayangkara telah melaksanakan tiga tahap Gerakan Literasi Sekolah. 1)
Tahap pembiasaan, terdapat buku literasi, kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran, adanya bahan
kaya teks di setiap kelas, tersedia perpustakaan, sudut baca, area baca sekolah, poster kampanye membaca,
serta ekosistem guru yang literat. 2) Tahap pengembangan, terdapat koleksi buku pengayaan yang bervariasi,
kegiatan menanggapi bacaan, serta kegiatan yang mengapresiasi capaian literasi. 3) Tahap pembelajaran,
adanya kegiatan menanggapi bacaan, adanya portofolio siswa untuk penilaian akademik, serta strategi membaca
untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.

Kata kunci: Program Literasi Sekolah, Implementasi Program Literasi Sekolah, SD N Bhayangkara

Abstract
This research aims at describing the implementation of school literacy program in Bhayangkara
Elementary School Yogyakarta. This research was a descriptive research. The subject of this research were
students, teachers, the librarian, and the headmaster of Bhayangkara Elementary School. The technique of
data collection used observation, interview, and documentation. The data checking technique used technique
and source triangulation.The data analyze technique used a descirptive qualitative analyze. The result of this
research shows that Bhayangkara Elementary School has been implemented of school literacy program in three
steps. 1) the habituation steps, there was a literacy book, reading activity 15 minutes in everyday, the phisics
school area, where rich of literacy like library and reading corner, and then school had a literate ecosystem.
2) the development step, there were various collection of enrichment books, activities respond to readings, and
activities that appreciate the achievement of literacy. 3) the learning step, there were were activities respond
to readings, student portfolio which used to academic assesment, and various reading strategy to improved
student’s understanding.

Keyword: School Literacy Program,The Implementation of School Literacy Program, Bhayangkara Elementary
School.

PENDAHULUAN dan menulis lebih dikenal dengan istilah literasi.


Penyelenggaraan pendidikan merupakan Pada awalnya menurut Abidin et al (2017:1),
salah satu aspek kehidupan yang dibutuhkan seseorang dikatakan sebagai individu yang
oleh masyarakat Indonesia. Menurut UU No. literat jika ia mampu membaca dan menulis,
20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan definisi ini kemudian berkembang menjadi
Nasional pasal 4 ayat 5, pendidikan kemampuan berbahasa mencakup kemampuan
diselenggarakan dengan mengembangkan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi Kemampuan literasi bidang ilmu inilah yang
segenap warga masyarakat. Budaya membaca harus dikuasai oleh siswa agar bisa hidup pada
Implementasi Gerakan Literasi ... (Luluk Agustin Ratnawati) 3.617
abad ke-21. melalui program GLS tersebut terbagi menjadi
Kemampuan literasi yang mencakup tiga tahapan yaitu tahap pembiasaan, tahap
kemampuan membaca dan menulis ini belum pengembangan, dan tahap pembelajaran.
menjadi budaya di masyarakat Indonesia. Tahapan pelaksanaan GLS yang pertama
Berdasarkan survei yang dilakukan TIMSS dan menurut Wiedarti, dkk (2016:26) yaitu
PIRLS (Mullis et al, 2012:38-40) menunjukkan pembiasaan dan penumbuhan minat baca yang
bahwa tingkat membaca pemahaman siswa selanjutnya akan diarahkan ke tahap
kelas IV SD di Indonesia hanya mencapai skor pengembangan, dan tahap pembelajaran.
428, di bawah rata-rata skor internasional yaitu Menurut Faizah, dkk (2016:2) GLS bertujuan
500. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di
membaca siswa di Indonesia masih menempati sekolah, meningkatkan kapasitas warga dan
urutan bawah dibandingkan dengan negara lain. lingkungan sekolah agar menjadi literat, serta
Oleh sebab itu lembaga pendidikan seperti menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan
sekolah harus berperan dalam menumbuhkan menghadirkan beragam buku bacaan dan
budaya literasi. mewadahi berbagai strategi membaca.
Sekolah sebagai pusat kebudayaan yang Sekolah merupakah salah satu elemen
mempresentasikan sebuah miniatur masyarakat penting dalam pelaksanaan program GLS.
dan juga sebagai tempat menimba ilmu belum Sekolah mempunyai beberapa peranan dalam
sepenuhnya mengembangkan budaya literasi melaksanakan GLS diantaranya memanfaatkan
bagi siswanya. Mewujudkan budaya literasi di sarana dan prasarana yang mendukung GLS,
sekolah memang tidak semudah membalikkan mengelola perpustakaan sekolah dengan baik,
telapak tangan. Dilansir dari koran Tribun menginventarisasi semua prasarana,
Jogja yang diterbitkan pada tanggal 23 Oktober menciptakan ruang baca yang nyaman,
2017, Ton menuliskan bahwa Jepang berkerjasama dengan pihak lain terkait GLS,
membutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk serta membangun lingkungan sekolah yang
menumbuhkan budaya literasi, salah satunya literat. Salah satu sekolah yang melaksanakan
dengan kebijakan 10 menit membaca sebelum GLS yaitu Sekolah Dasar Negeri Bhayangkara
kegiatan belajar di sekolah. Selain itu, Jepang Yogyakarta.
juga memperbanyak toko buku, ruang publik Berdasarkan hasil observasi kegiatan di
baca, dan disertai dengan kegiatan membaca SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta pada
gratis (tachiyomi) di toko buku. tanggal 26 November 2017, beberapa siswa SD
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Negeri Bhayangkara teramati mau membaca
(Kemendikbud) terus berupaya mencari strategi buku pada waktu istirahat di gazebo yang ada
untuk meningkatkan budaya literasi pada di halaman sekolah. SD Negeri Bhayangkara
peserta didik. Salah satu upaya yang dilakukan memiliki dua gazebo yang berisi buku-buku
pemerintah adalah mengusung program cerita untuk dibaca oleh siswa pada waktu
Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Upaya yang istirahat dan pulang sekolah. Perpustakaan SD
ditempuh untuk mewujudkan budaya literasi Negeri Bhayangkara sudah dilengkapi dengan
3.618 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
koleksi buku-buku baik fiksi maupun nonfiksi. kualitatif, yaitu metode observasi, wawancara,
Perpustakaan SD Negeri Bhayangkara mampu dan dokumentasi. Adapun instrumen penelitian
meraih Juara III Lomba Sekolah Berbudaya dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,
Mutu Tingkat Nasional Tahun 2016 kategori pedoman wawancara, pedoman observasi, dan
perpustakaan. Terdapat pula fasilitas pojok pedoman studi dokumentasi.
baca di masing- masing kelas yang diletakkan Keabsahan Data
di dekat pintu masuk kelas. Untuk menguji keabsahan data peneliti
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi yang
kepala sekolah SD Negeri Bhayangkara digunakan dalam penelitian ini adalah
Yoyakarta pada tanggal 26 November 2018, triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
siswa SD Negeri Bhayangkara sudah dibiasakan Analisis Data
untuk rutin membaca buku. Siswa kelas IV Teknik analisis yang digunakan dalam
dan kelas V senang apabila diminta untuk penelitian ini adalah analisis deskriptif
mengunjungi perpustakaan. Selama kegiatan di kualitatif. Analisa data dimulai sejak
perpustakaan, siswa dibebaskan untuk pengumpulan data dilakukan kemudian
membaca buku yang disukai. Pegawai dikelompok-kelompokkan dan diambil
perpustakaan dan guru kelas akan memandu kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dalam
kegiatan selanjutnya setelah membaca buku. penelitian ini berupa deskripsi atau gambaran
mengenai obyek yang sebelumnya masih
METODE PENELITIAN
belum jelas sehingga setelah penelitian menjadi
Pendekatan dan Setiing Penelitian
lebih jelas. Deskripsi atau gambaran akhir
Penelitian ini merupakan penelitian
yang diperoleh dari penelitian in yaitu
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada
mengenai pelaksanaan tiga tahapan GLS di SD
bulan Februari - April 2018 dan dilaksanakan
Negeri Bhayangkara Yogyakarta.
di SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta yang
beralamatkan di Jalan Kemakmuran nomor 5, HASIL DAN PEMBAHASAN
Klitren, Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sumber Data SD Negeri Bhayangkara terletak di
Penentuan informan peneliti Jalan Kemakmuran no.5, Klitren,
menggunakan teknik purposive. Subjek Gondokusuman, Yogyakarta. Keberadaan
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru sekolaha terletak di sebelah barat jalan.
kelas, pegawai perpustakaan dan siswa. Objek Gedung SD Negeri Bhayangkara berdiri diatas
penelitian dalam penelitian ini adalah wujud
tanah seluas 2.322 m2.
pelaksanaan program literasi di SD
SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta
Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari.
mendapatkan apresiasi Sekolah Keren yang
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
dianugerahkan oleh Kemendikbud pada tahun
Data dalam penelitian ini diperoleh
2017, kemudian pernah mendapatkan juara III
melalui beberapa metode pengumpulan data
Lomba Budaya Mutu Tingkat Nasional
Implementasi Gerakan Literasi ... (Luluk Agustin Ratnawati) 3.619
Kategori Perpustakaan tahun 2016. Selanjutnya prinsip kegiatan membaca di
SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta SD Negeri Bhayangkara berlandaskan pada
memiliki fasilitas yang sangat memadai bagi kegiatan yang menyenangkan. Hal ini sesuai
siswanya dalam mengembangkan kemampuan dengan pendapat dari Daniels (2002:18) ada
literasi. Fasilitas tersebut diantaranya sebelas kunci aktivitas literasi, salah satunya
perpustakaan, sudut baca kelas, gazebo atau adalah proses aktivitas literasi dilandasi
pondok literasi, dan poster-poster yang ada di dengan suasana yang menyenangkan. Prinsip
sekitar sekolah. Selain itu sekolah juga selanjutnya yaitu kegiatan membaca 15 menit
menerapkan beberapa kegiatan untuk setiap hari yang sudah diterapkan di SD
menunjang kemampuan literasi siswa, Negeri Bhayangkara. Pelaksanaan kegiatan
diantaranya kegiatan membaca 15 menit setiap membaca 15 menit setiap hari disesuaikan
hari dan kegiatan kunjung perpustakaan satu waktunya dengan kondisi peserta didik. Hal
minggu sekali. ini sesuai dengan pendapat USAID
Hasil Penelitian dan Pembahasan PRIORITAS (2014:34) mengenai pembiasaan
1. Implementasi Program Literasi Sekolah membaca dapat dilaksanakan sesuai
Tahap Pembiasaan kebutuhan, seperti membaca pada saat
SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta pertemuan awal 10-15 menit setiap harinya,
menerapkan kegiatan literasi melalui lima membaca setelah jam istirahat selama 10-15
komponen yaitu fokus kegiatan membaca, menit, dan membaca setelah mengerjakan
prinsip-prinsip kegiatan membaca, lingkungan tugas.
yang kaya literasi, pelibatan publik, dan Lingkungan SD Negeri Bhayangkara juga
ekosistem yang literat. Fokus kegiatan merupakan lingkungan yang kaya literasi.
membaca di SD Negeri Bhayangkara berupa Terdapat fasilitas seperti perpustakaan, sudut
kegiatan membaca buku dengan nyaring dan baca kelas, dan pondok literasi sekolah. Selain
membaca dalam hati; jenis bacaan berupa buku itu SD Negeri Bhayangkara menyediakan
cerita bergambar, buku tanpa teks, buku dengan berbagai macam poster yang berisi pendidikan
teks sederhana; buku yang dibaca/dibacakan karakter di lingkungan sekolah. UKS, kantin,
adalah buku bacaan yang diminati peserta dan kebun sekolah juga dilengkapi dengan
didik. Dalam Panduan Gerakan Literasi Sekolah bahan yang kaya akan literasi. Perpustakaan SD
(Kemendikbud, 2016:7), jenis bacaan yang Negeri Bhayangkara juga dilengkapi CD/DVD
dibaca siswa kelas rendah pada tahap pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
pembiasaan adalah buku cerita bergambar, buku menambah pengetahuan literasinya. Hal ini
tanpa teks, buku dengan teks sederhama, baik sesuai dengan pendapat Kurniawan (2013: 19-
fiksi maupun non fiksi. Sedangkan untuk siswa 20) dianjurkan ada CD/DVD edukatif untuk
kelas tinggi jenis bacaannya berupa buku cerita memancing yang memancing minat peserta
bergambar, buku cerita bergambar kaya teks, didik dalam membaca .
buku novel pemula, baik dalam bentuk SD Negeri Bhayangkara menyadari akan
cetak/digital/visual. pentingnya pelibatan publik, oleh karena itu
3.620 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
sekolah membuat beberapa kegiatan yang kegiatan membaca dengan gaya belajar siswa
melibatkan orangtua siswa, dinas terkait, yang berbeda-beda. Selanjutnya, guru juga
alumni, dan komunitas di luar sekolah. berupaya memberikan perlakuan yang
Kegiatan tersebut diantaranya yaitu sosialiasi seharusnya terhadap seluruh siswa tanpa takut
kegiatan literasi untuk seluruh orangtua siswa, dikritik dan disalahkan.
meminta bantuan berupa sumbangan buku dan 2. Implementasi Program Literasi
bahan kaya teks dari dinas-dinas di lingkungan Sekolah Tahap Pengembangan
kota Yogyakarta, meminta sumbangan buku SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta
dari alumni dan orangtua siswa, menyediakan menerapkan kegiatan literasi melalui lima
area baca untuk orangtua siswa, dan menerima komponen yaitu fokus kegiatan membaca,
kerjasama dengan komunitas lain di luar prinsip-prinsip kegiatan membaca, kegiatan
sekolah. tahap pengembangan, pemanfaatan
Sosialisasi program literasi bertujuan perpustakaan dan sudut baca di sekolah, dan
agar pembiasaan membaca tidak hanya tim literasi sekolah. Fokus kegiatan membaca
dilakukan di sekolah oleh siswa, namun juga pada tahap pengembangan dibedakan
dilakukan di rumah. Karena sebagian besar berdasarkan jenjang kelasnya. Hasil penelitian
waktu siswa digunakan untuk berkegiatan di menunjukkan bahwa guru kelas rendah sudah
rumahnya. Hal ini sejalan dengan pendapat membacakan nyaring interaktif sebuah bacaan
USAID PRIORITAS (2014:35) bahwa pada saat jam literasi maupun pada
melalui komunikasi seperti itu, orang tua akan saatpembelajaran di kelas. Selain membacakan
mengetahui pentingnya dukungan mereka nyaring interaktif, guru juga memandu anak
terhadap keberhasilan siswa dalam membaca yang belum lancar membaca. Guru kelas I
dan menulis. memberikan waktu tersendiri untuk
Komponen yang terakhir yakni ekosistem membimbing siswanya yang belum lancar
yang literat. SD Negeri Bhayangkara berupaya membaca di luar jam pelajaran. Kegiatan
menumbuhkan karakter gemar membaca tidak membaca bersama juga diterapkan di kelas
hanya untuk siswa namun juga untuk gurunya. rendah, baik membaca bersama-sama satu kelas
Terlihat dari guru yang sering berkunjung ke (antara siswa dengan guru) maupun membaca
perpustakaan untuk meminjam buku atau bersama dengan teman satu barisnya (siswa
hanya sekedar mengerjakan tugas di dengan siswa). Tidak hanya membaca
perpustakaan, guru juga ikut dalam kegiatan bersama, membaca mandiripun sudah
membaca dalam hati selama 15 menit setiap dilaksanakan oleh siswa kelas rendah SD
hari sebagai teladan bagi siswa. Untuk membuat Negeri Bhayangkara pada saat jam literasi dan
kegiatan membaca menjadi menyenangkan guru jam kunjung perpustakaan.
juga menggunakan berbagai macam metode Kegiatan membaca untuk siswa kelas
dan media agar siswa tidak merasa bosan tinggi di SD Negeri Bhayangkara belum sesuai
apabila diminta membaca buku setiap hari. dengan kriteria kegiatan pada tahap
Guru menyesuaikan metode dan media dalam pengembangan. Siswa diberi kesempatan untuk
3.626 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Implementasi Gerakan Literasi ... (Luluk Agustin Ratnawati) 3.621
membaca dalam hati buku cerita bergambar juga menerapkan kegiatan menanggapi bacaan
atau novel anak secara mandiri tanpa berupa menuliskan ringkasan cerita, judul
bimbingan dari guru. Hal ini terjadi karena cerita, pengarang, dan pesan moral yang
siswa sudah mampu memahami bacaan tanpa didapat dari cerita yang sudah dibaca.
dibacakan nyaring dan dipandu oleh guru kelas. Seluruh warga sekolah SD Negeri
Setelah kegiatan membaca, siswa menuliskan Bhayangkara sudah memanfaatkan perpustakaan
tanggapan terhadap bacaan berupa pesan moral dengan baik. Mereka memahami etika
yang didapat dari cerita. Namun, siswa kelas berkegiatan dan etika meminjam bahan
tinggi SD Negeri Bhayangkara belum pustaka di perpustakaan. Etika berkegiatan
menggunakan peta cerita dalam menanggapi tersebut diantaranya tidak saling mengganggu
bacaan, hanya menuliskannya di buku literasi antar pengunjung perpustakaan, tidak merusak
harian siswa. koleksi buku perpustakaan, dan lain-lain.
Prinsip kegiatan membaca pada tahap Selanjutnya, dalam mendukung
pengembangan yaitu penilaian tanggapan pengembangan program literasi, sekolah
peserta didik terhadap bacaan bersifat non- membentuk Tim Literasi Sekolah. Adapun
akademik dan berfokus pada sikap peserta anggota dari tim literasi sekolah adalah
didik dalam kegiatan (Kemendikbud, 2016:30). beberapa guru kelas dan pegawai perpustakaan.
Kegiatan penilaian tersebut menurut Tim Literasi Sekolah SD Negeri Bhayangkara
Kemendikbud (2016:50) bertujuan untuk mengupayakan peningkatan kemampuan literasi
menumbuhkan kecintaan dan sikap peserta siswa dengan menyediakan sudut baca kelas,
didik kepada bacaan dan kegiatan membaca, pondok literasi, dan kegiatan-kegiatan
serta untuk mengetahui pemahaman mereka penunjang lainnya.
terhadap bacaan. Guru di SD Negeri 3. Implementasi Program Literasi Sekolah
Bhayangkara memberikan penilaian berupa Tahap Pembelajaran
penilaian sikap bagi siswa selama kegiatan SD Negeri Bhayangkara Yogyakarta
literasi dan penilaian keterampilan untuk hasil menerapkan kegiatan literasi melalui tiga
karya literasi siswa. Hasil karya literasi siswa komponen yaitu fokus kegiatan membaca,
yang dinilai berupa sinopsis, puisi, komik, kegiatan membaca pada tahap pembelajaran,
yang kemudian akan dijadikan satu untuk dan penialaian akademik. Guru di SD Negeri
dibuat portofolio. Bhayangkara sudah mengembangkan RPP
Selanjutnya kegiatan literasi pada tahap berbasis literasi secara mandiri dengan
pengembangan diantaranya yaitu kegiatan dilengkapi bahan ajar dan media yang variatif.
mengapresiasi capaian literasi peserta didik Selain itu guru juga melaksanakan pembelajaran
dan menuliskan tanggapan terhadap bacaan dengan memanfaatkan perpustakaan dan area
dalam kalimat yang sederhana. SD Negeri baca lain sebagai sarana prasarana literasi yang
Bhayangkara memberikan apresiasi atau mendukung pembelajaran siswa. Guru sering
penghargaan terhadap peserta didiknya berupa mengajak siswa ke perpustakaan minimal satu
penobatan The Best Reader. Selain itu, sekolah minggu sekali untuk memperkaya pengetahuan
3.622 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
siswa. menggunakan bahasa sendiri di SD Negeri
Dalam kegiatan pembelajaran, guru Bhayangkara menjadi kegiatan untuk
sudah menerapkan berbagai macam strategi meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan
membaca untuk meningkatkan pemahaman menulis melalui buku pengayaan. Buku
siswanya, seperti membaca nyaring dan pengayaan yang dimaksud adalah buku cerita
membaca dalam hati. Strategi yang diterapkan yang dibaca oleh siswa pada saat kegiatan
oleh guru ini sesuai dengan pendapat dari literasi. Menurut Kemendikbud (2016:68)
Tarigan (2008:13) yang mengatakan bahwa buku cerita anak memiliki aspek literer yang
jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu baik karena sudah melalui tahapan pengeditan
membaca nyaring dan membaca dalam hati. bahasa dan konten cerita. Karenanya, buku
Kedua jenis membaca ini sama-sama bertujuan bacaan anak dapat menjadi teks model yang
untuk memperoleh dan memahami informasi. memandu anak untuk mengembangkan
Salah satu kegiatan dalam tahap struktur kisah (awal-tengah-akhir cerita) dan
pembelajaran yaitu kegiatan menanggapi pilihan kata yang baik.
bacaan dalam bentuk aktivitas lisan, tertulis, Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya
seni, kriya, dan lainnya sesuai dengan kecakapan berlangsung di kelas, namun juga berlangsung
literasi siswa. SD Negeri Bhayangkara sudah di perpustakaan dan area baca lain di sekolah.
membiasakan siswanya untuk memberikan Sudut baca kelas dimanfaatkan guna
tanggapan baik berupa lisan maupun tertulis memfasilitasi siswa dalam kegiatan literasi
terhadap buku yang sudah dibaca. Guru akan membaca setiap 15 menit setiap hari. Setiap
meminta siswa untuk menuliskan sinopsis atau kelas di SD Negeri Bhayangkara juga memiliki
ringkasan cerita yang sudah dibaca di buku jadwal kunjung perpustakaan setiap satu
literasi siswa, selain itu guru juga sesekali minggu sekali. Adapun kegiatan kunjung
meminta salah satu siswa untuk menceritakan perpustakaan tidak hanya membaca saja,
kembali cerita yang sudah dibaca dengan namun ada kegiatan menulis puisi, membuat
bahasanya sendiri. Siswa juga menambahkan cerpen, menggambar tokoh cerita dan lain-lain.
gambar di buku literasinya untuk Selain itu kegiatan kunjung perpustakaan
menggambarkan tokoh cerita yang sudah dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk
dibaca.Untuk siswa kelas V pernah menambah pengetahuan mengenai suatu materi
menggambar komik setelah kegiatan membaca pelajaran yang sedang dipelajari. Adanya
cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin perpustakaan memungkinkan siswa untuk
dkk (2017:190) mengenai beberapa aktivitas mengembangkan keterampilan mencari
pascabaca antara lain menulis informasi untuk menunjang pembelajaran
rangkuman/ringkasan/intisari bacaan, membuat (USAID, 2015:41).
komik/cerita bergambar sederhana/mini book/ Tujuan penilaian pada tahap
buku zig-zag yang berhubungan dengan isi pembelajaran adalah meningkatkan jenjang
bacaan, dan menceritakan kembali isi teks. kemampuan literasi peserta didik
Kegiatan menuliskan kembali isi cerita (Kemendikbud, 2016:77). Sumber penilaian
3.626 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Implementasi Gerakan Literasi ... (Luluk Agustin Ratnawati) 3.623
pada tahap pembelajaran dapat berupa teks, buku dengan teks sederhana; buku
portofolio karya siswa dalam kegiatan yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan
menanggapi bacaan dan lembar pengamatan yang diminati peserta didik; seluruh warga
guru pada setiap kegiatan membaca. SD Negeri sekolah ikut terlibat dalam kegiatan
Bhayangkara sudah mengumpulkan portofolio membaca 15 menit dengan membaca dalam
karya siswa selama kegiatan literasi dan hati. Selanjutnya sarana prasarana literasi
kegiatan pembelajaran. Guru menggunakan yang memadahi sudah disediakan oleh SD
portofolio tersebut sebagai sumber penilaian Negeri Bhayangkara. Sekolah sudah
keterampilan siswa dalam berbagai hal seperti mengupayakan adanya ekosistem guru yang
menulis, menggambar, dan lain-lain. Namun literat.
untuk lembar pengamatan guru pada setiapa 2. Hasil penelitian pada tahap pengembangan
kegiatan literasi belum ada format yang sama menunjukkan bahwa SD N Bhayangkara
antar guru satu dengan yang lain. Masing- telah melaksanakan Gerakan Literasi
masing guru memiliki cara tersendiri untuk Sekolah dengan baik namun kurang
mengamati siswanya selama kegiatan literasi maksimal karena telah mencapai 13
berlangsung, seperti menggunakan catatan indikator dari 20 indikator yang ada. Hal ini
harian atau jurnal harian yang ditulis di kertas. ditunjukkan dengan adanya peran guru dalam
kegiatan membaca, penilaian tanggapan
SIMPULAN DAN SARAN peserta didik terhadap bacaan bersifat non-
Simpulan akademik, dan mengapresiasi capaian literasi
Berdasarkan hasil penelitian dan peserta didik. Selanjutnya siswa juga sudah
pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa menuliskan tanggapan atau kesan terhadap
SD N Bhayangkara telah melaksanakan bacaan dengan kalimat sederhana,
Gerakan Literasi Sekolah dengan baik namun memahami serta melaksanakan etika
belum optimal khususnya pada tahap meminjam bahan pustaka dan berkegiatan di
pengembangan. Pelaksanaan Gerakan Literasi perpustakaan. Namun pendampingan guru
Sekolah ditunjukkan melalui tiga tahap sebagai untuk siswa kelas tinggi belum dilakukan
berikut: dengan maksimal dikarenakan siswa sudah
1. Gerakan Literasi Sekolah di SD N mampu membaca mandiri. Guru belum
Bhayangkara pada tahap pembiasaan menyediakan peta cerita bagi siswa.
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Selanjutnya Tim Literasi Sekolah sudah
bahwa sekolah telah melaksanakan tahapan berupaya untuk mengembangkan program
tersebut dengan baik. Sekolah telah literasi sekolah semaksimal mungkin dengan
mencapai seluruh indikator yang berjumlah melibatkan publik dan warga sekolah.
23. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
3. Gerakan Literasi Sekolah pada tahap
kegiatan membaca buku dengan nyaring
pembelajaran di SD N Bhayangkara
dan membaca dalam hati; jenis bacaan
sudah berjalan dengan baik karena
berupa buku cerita bergambar, buku tanpa
3.624 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
sekolah mencapai 9 indikator dari 10 pondok literasi agar siswa tidak bosan.
indikator yang ada. Hal ini ditunjukkan c. Perlu adanya tambahan pelibatan publik
dengan adanya pengembangan RPP seperti perpustakaan keliling atau
secara mandiri oleh guru dengan mengunjungi perpustakaan daerah dan
memanfaatkan berbagai media, bahan komunitas literasi untuk memotivasi peserta
ajar dan sarana prasarana literasi didik dalam membaca.
sekolah. Selanjutnya siswa telah
melakukan kegiatan menanggapi bacaan DAFTAR PUSTAKA
dalam bentuk aktivitas lisan, tertulis,
Abidin,Y, et al. (2017). Pembelajaran Literasi
seni, kriya, sesuai dengan kecakapan Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca,
literasi peserta didik serta ada strategi
dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.
membaca yang digunakan untuk
Arikunto,S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
meningkatkan pemahaman peserta didik
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
terhadap bacaan. Portofolio hasil karya Rineka Cipta.
literasi siswa juga sudah dikumpulkan di
Beers, C.S. et al. (2009). A Principal’s Guide
dalam kelas dan dibukukan kemudian To Literacy Instruction. New York:
The Guilford Press.
diletakkan di perpustakaan. Namun
sekolah belum mengadakan lembar Depdikbud. (2003).Undang-Undang RI Nomor
20, Tahun 2003, tentang Sistem
pengamatan bagi guru
Pendidikan Nasional.

Saran Endaryanta, E. (2017). Implementasi Program


Literasi Program Gerakan Literasi
1. Bagi Guru
Sekolah di SD Kristen Salam Kudus
a. Perlu adanya rotasi buku yang ada di pojok dan SD Muhammadiyah Suronatan.
Skripsi. Yogyakarta:UNY.
baca masing-masing kelas agar siswa
bertambah wawasannya. Faizah, D. dkk.(2016).Panduan Gerakan .
Literasi Sekolah di Sekolah
b. Perlu adanya peta cerita untuk siswa dalam Sekolah Dasar.Jakarta :
menanggapi kegiatan membaca buku. Kemendikbud.

c. Perlu adanya lembar pengamatan guru Kern, R. (2000). Literacy and Language
dalam kegiatan literasi agar mempermudah Teaching. New York: Oxford
University Press.
guru dalam memberikan penilaian akademik
dan non-akademik bagi siswa. Kurniawan, S. (2013).Pendidikan Karakter:
Konsepsi &
2. Bagi Tim Literasi Sekolah Implementasinya Secara Terpadu di
a. Perlu adanya evaluasi kinerja Tim Literasi Lingkungan Keluarga, Sekolah,
Sekolah setiap satu semester untuk Perguruan Tinggi, & Masyarakat.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
meningkatkan dan menambah kualitas
program literasi sekolah di SD Negeri Lasa. (2009). Manajemen Perpusatakaan
Sekolah. Yogyakarta: Pinus Book
Bhayangkara. Publisher
b. Perlu adanya rotasi buku yang ada di
Moleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian
Implementasi Gerakan Literasi ... (Luluk Agustin Ratnawati) 3.625
Kualititatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Mullis, I. et al. (2012). PIRLS 2011


International Result in Reading.
United States: TIMSS & PIRLS
International Study Center.
Pratomo,A.F. (2017). Penerapan Pendidikan
Karakter Gemar Membaca melalui
Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri
Panambangan. Skripsi.
Purwokerto:UMP.
Putra, R.M.S. (2008) Menumbuhkan Minat
Baca Sejak Dini Panduan Pratis Bagi
Pendidik, Orang Tua, dan Penerbit.
Jakarta: PT Indeks.
Sakti, P. (2012). Budaya Literasi sebagai
Relasi Dunia: Bentuk Perlawanan
Kolonialisme Budaya. Universitas
Jember: Prosiding Seminar
Internasional Multikultural dan
Globalisasi. Halaman 260.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

_____. (2012). Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: Alfabeta.

. (2013). Metode Penelitian Pendidikan


(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2006). Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sumiati. (2013). Pengelolaan Perpustakaan


Sekolah. Tangerang: Universitas
Terbuka.

Tarigan, H.G. (2008). Membaca sebagai suatu


Keterampilan Berbahasa.
Bandung:Angkasa

Ton. (Oktober 2017). 5 Alasan ini yang


membuat Budaya Baca di Jepang
sangat tinggi, bagaimana di Indonesia.
Tribun Jogja, hlm 10.

USAID PRIORITAS. (2014). Pembelajaran di


Kelas Awal. Jakarta: Usaid Prioritas.

Anda mungkin juga menyukai