TINJAUAN PUSTAKA
Depkes (2011) menyatakan bahwa gizi buruk menggambarkan keadaan gizi anak
yang ditandai dengan satu atau lebih tanda berikut yaitu sangat kurus, edema
(minimal pada kedua punggung kaki), BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LLA < 11.5
cm untuk anak usia 6-59 bulan. Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan
dengan adanya busung lapar. Gizi buruk atau kurang energi protein (KEP) terus
menjadi salah satu masalah kesehatan utama di dunia sampai saat ini, terutama pada
anak-anak di bawah lima tahun (Hockenberry & Wilson, 2009).
Kelompok anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap
kesehatan dan gizi karena sistem kekebalan tubuh yang belum berkembang
sehingga menyebabkan lebih mudah terkena masalah nutrisi. (Nurhalinah, 2006;
Davis & Sherer, 1994 dalam Fitriyani, 2009). Hal ini dapat diperparah jika bayi
lahir prematur dan berat badan lahir rendah sehingga pertumbuhan dan
perkembangan terganggu sebagai akibat dari kekurangan nutrisi. Anak usia di
bawah lima tahun yang sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat
badannya. Bila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut
suatu standar organisasi kesehatan dunia, anak tersebut dapat dikatakan bergizi
baik. Bila sedikit di bawah standar dikatakan bergizi kurang dan bila jauh di
bawah standar dikatakan gizi buruk.
Pengukuran Klinis
Metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita tersebut gizi buruk
atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh perubahan - perubahan yang
terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit,rambut,atau mata. Misalnya pada balita marasmus kulit
akan menjadi keriput sedangkan pada balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak
putih atau merah muda (crazy pavement dermatosis).
Pengukuran Antropometri
Metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran antara lain pengukuran tinggi
badan,berat badan, dan lingkar lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan
dalam survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan
mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri - sendiri, tetapi juga dalam
bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi dari ketiganya.
1. Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
2. Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
3. Tergolong gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
4. Tergolong gizi lebih jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan (0
bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori:
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian formula
bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam
sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik (dibutuhkan
ketrampilan petugas)
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/kgBB/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada
hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pemantauan pada fase stabilisasi:
Jumlah yang diberikan dan sisanya
Banyaknya muntah
Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
Berat badan (harian)
Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-
mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik
2.2.2. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak
(cathup). Fase transisi merupakan fase peralihan dari fase stabilisasi yang cara
pemberian makanan sebagai berikut:
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk
menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan
dalam jumlah banyak secara mendadak.
Ganti formula khusus awal (energi 80-100 kkal/kgBB/hr dan protein 1-1.5
gram/kgBB/hari) dengan formula khusus lanjutan (energi 100-150 kkal/kgBB/hari dan
protein 2-3 gram/kgBB/hari ) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan
keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali pemberian (200 ml/kgBB/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
Frekuensi nafas
Frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit
dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan. Penimbangan dilakukan
pada waktu dan kondisi yang sama (misalnya pada pagi hari, dengan pakaian minimal,
sebelum makan pagi, dan seterusnya), dengan timbangan yang sudah dikalibrasi.
Penghitungan kenaikan berat badan dihitung setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari.
Contoh perhitungan kenaikan berat badan setelah 3 hari :
a) Berat badan saat ini = 6300 gram
b) Berat badan 3 hari yang lalu = 6000 gram
c) Kenaikan berat badan (dalam gram) = 6300-6000 gram = 300 gram
d) Kenaikan berat badan per hari = 300 gram : 3 hari = 100 gram/hari
e) Bagi hasil dengan berat rata-rata dalam kilogram = 100g/hari : 6,15 kg = 16,3
g/kg/hari
Jika kenaikan berat badan :
a) Apakah hal ini terjadi pada semua kasus yang ditangani (jika ya, perlu dilakukan kaji
ulang menyeluruh tentang tatalaksana kasus
b) Apakah hal ini terjadi pada kasus tertentu (lakukan penilaian ulang pada anak ini
seperti pada kunjungan baru)
Masalah umum yang harus diperiksa jika kenaikan berat badan kurang :
a) Jika makanan sudah adekuat dan tidak terdapat malabsorpsi tetapi kenaikan berat
badan masih kurang, perlu diduga adanya infeksi tersembunyi. Beberapa infeksi
seringkali terabaikan, misalnya: infeksi saluran kemih, otitis media, tuberkulosis,
giardiasis dan HIV/AIDS. Pada keadaan tersebut:
b) Lakukan pemeriksaan ulang dengan lebih teliti
c) Ulangi pemeriksaan mikroskopis pada urin dan feses
d) Jika mungkin, lakukan foto toraks
2.3. Makanan Formula
2.3.1. Pengertian Makanan Formula
Makanan formula atau bahan makanan campuran merupakan kombinasi dari berbagai
bahan yang memungkinkan penambahan kekurangan suatu zat gizi dalam suatu bahan
dalam bahan lain sehingga menjadi sesuatu bahan yang mengandung zat-zat gizi dalam
jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan.
2.3.2. Syarat Makanan Formula
1) Bernilai Gizi Tinggi
2) Dibuat dari BM setempat
3) Dapat diterima baik citarasanya
2.4. Formula 75 (F-75)
Formula 75 atau F-75 adalah formula yang diberikan pada penderita gizi buruk fase
stabilisasi yang diberikan secara bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal agar
anak dalam kondisi stabil. Formula 75 (F-75) ini terdapat 2 variasi yaitu formula 75 (F-75)
tanpa tepung dan formula 75 (F75) dengan tepung, cara membuatnya sama hanya saja
terdapat perbedaan pada pemberian tepung. Formula 75 (F-75) diberikan untuk penderita
gizi buruk dengan diare karena memiliki osmolaritas yang lebih rendah. Bahan yang
diperlukan untuk membuat makanan formula 75 ini adalah gula, susu skim bubuk, minyak
sayur dan larutan elektrolit. Sedangkan untuk formula 75 dengan tepung ada penambahan
tepung beras.
2.4.1. Gula pasir
Gula pasir adalah jenis gula yang paling mudah dijumpai, digunakan sehari-hari untuk
pemanis makanan dan minuman. Gula pasir juga merupakan jenis gula yang digunakan
dalam penelitian ini.Gula pasir berasal dari cairan sari tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu
akan mengalami kristalisasi dan berubah menjadi butiran gula berwarna putih bersih atau
putih agak kecoklatan (raw sugar). Gula pasir merupakan karbohidrat sederhana yang
dibuat dari cairan tebu. Gula pasir dominan digunakan sehari – hari sebagai pemanis baik
di industri maupun pemakaian rumah tangga. Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu
karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk
diubah menjadi energi.
KCL 224 g
Tripotassium Citrat 81 g
MgCL2.6H2O 76 g
Zn asetat 2H2O 8,2 g
CuSO4.5H2O 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO-75, Formula
WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg
Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr
KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari buah tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang
(250g)/alpukat (175g)/melon (400g).
2.4.5. Tepung beras
Tepung beras terdiri dari tepung beras pecah kulit dan tepung beras sosoh. Tepung
beras banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti bihun dan bakmi, macaroni,
aneka snacks, aneka kue kering (“cookies”), biscuit, “crackers”, makanan bayi, makanan
sapihan untuk Balita, tepung campuran (“composite flour”) dan sebagainya. Tepung beras
juga banyak digunakan dalam pembuatan “pudding micxture” atau “custard”. Makanan
bayi yang terbuat dari tepung beras, sudah dapat diberikan kepada bayi yang berumur 2-3
bulan, sedangkan kepada bayi yang berumur 5 bulan dapat diberikan dalam bentuk nasi
tim.
Standar mutu tepung beras ditentukan menurut Standar Industri Indonesia (SII). Syarat
mutu tepung beras yang baik adalah : kadar air maksimum 10%, kadar abu maksimum
1%, bebas dari logam berbahaya, serangga, jamur, serta dengan bau dan rasa yang
normal. Di Amerika, dikenal dua jenis tepung beras, yaitu tepung beras ketan dan tepung
beras biasa. Tepung ketan mempunyai mutu lebih tinggi jika digunakan sebagai pengental
susu, puding dan makanan ringan.
DAPUS
1. Dea. 2017. 4. Fix Laporan Formula - Gizi Buruk (Kel 5) (2003) Stabilisasi Dan Transisi.
https://www.scribd.com/document/351109048/4-Fix-Laporan-Formula-Gizi-Buruk-Kel-5-
2003-Stabilisasi-Dan-Transisi (diakses pada tanggal 14 Mei 2019).